Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

OSTEOPOROSIS

Dosen Pembimbing :
Adhin Al Khasanah S.Kep.,Ns.,M.Kes

Disusun oleh Kelompok 8


Keperawatan 5 B :
1. Aulia Lutfiana I S ( 201802053 )
2. Azkiya Rahma N A ( 201802054 )
3. Bella Arba A ( 201802055 )
4. Ciela Dovila H S ( 201802056 )

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI HUSADA MULIA
MADIUN
2020
2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Keperawatan
Medikal Bedah II tentang Osteoporosis ini dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Ibu Adhin Al Khasanah S.Kep.,Ns.,M.Kes
selaku Dosen mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah yang telah memberikan tugas ini
kepada kami. Dan teman – teman kelompok 8 yang sudah bekerja sama dalam menyelesaikan
tugas ini dengan baik.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kami. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang kami buat dimasa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Madiun, 25 Desember 2020

PENULIS

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................2
C. Tujuan Penelitian.....................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi....................................................................................................................3
B. Etiologi....................................................................................................................4
C. Manifestasi klinis.....................................................................................................7
D. Patofisiologi.............................................................................................................7
E. Pathway....................................................................................................................8
F. Pemeriksaan Diagnostik..........................................................................................9
G. Penatalaksanaan Medis............................................................................................9

BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. Konsep Asuhan Kepeawatan...................................................................................10
B. Diagnosa Keperawatan............................................................................................11
C. Intervensi Keperawatan ..........................................................................................11

BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN


A. Uraian Kasus............................................................................................................14
B. Pengkajian ...............................................................................................................14
C. Analisa Data ............................................................................................................16
D. Diagnosa Keperawatan ...........................................................................................19
E. Intervensi Keperawatan ..........................................................................................19

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................................23
B. Saran .......................................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................26

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Osteoporosis merupakan salah satu penyakit degeneratif yang menjadi
permasalah global di bidang kesehatan termasuk di Indonesia. Osteoporosis merupakan
penyakit ditandai dengan massa tulang yang rendah atau berkurang, disertai gangguan
mikro arsitektur tulang dan penurunan kualitas tulang yang dapat menimbulkan
kerapuhan tulang ( Wardhana, 2012 dan Hikmiyah dan Martin, 2013 ).
Osteoporosis memiliki dampak yang cukup parah bagi kesehatan. Dampak
dari penderita osteoporosis yaitu beresiko mengalami fraktur. Osteoporosis juga
menyebabkan kecacatan, ketergantungan pada orang lain, gangguan psikologis sehingga
menurunkan kualitas dan fungsi hidup serta menigkatkan mortalitas ( Hikmiyah dan
Martin, 2013 ).
Prevalensi osteoporosis di dunia masih cukup tinggi. World Health
Organization (WHO) menyebutkan bahwa sekitar 200 juta orang menderita Osteoporosis
di seluruh dunia. Pada tahun 2050, diperkirakan angka patah tulang pinggul akan
meningkat 2 kali lipat pada wanita dan 3 kali lipat pada pria ( Kemenkes RI, 2012 ).
Berdasarkan data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2010, angka insiden patah
tulang paha atas tercatat sekitar 200/100.000 kasus pada wanita dan pria diatas usia 40
tahun diakibatkan osteoporosis. World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa
50% patah tulang paha atas ini akan menimbulkan kecacatan seumur hidup dan
menyebabkan angka kematian mencapai 30% pada tahun pertama akibat 2 komplikasi
imobilisasi. Data ini belum termasuk patah tulang belakang dan lengan bawah serta yang
tidak memperoleh perawatan medis di Rumah Sakit ( Kemenkes RI, 2012 ).
Terdapat beberapa faktor risiko terjadinya osteoporosis, yaitu faktor risiko
yang dapat diubah dan yang tidak dapat diubah. Faktor risiko yang tidak dapat diubah
antara lain adalah usia, jenis kelamin, riwayat keluarga, sedangkan faktor risiko yang
dapat diubah antara lain adalah status gizi, asupan kalsium, konsumsi alkohol, kopi,
merokok, hormon endogen seperti estrogen, menopause dini, aktifitas fisik, dan
penggunaan steroid jangka panjang ( Wardhana, 2012 ).
Peningkatan usia berhubungan dengan peningkatan risiko osteoporosis.
Seiring dengan meningkatnya usia, pertumbuhan tulang akan semakin menurun. Sel
osteoblas akan lebih cepat mati karena adanya sel osteoklas yang menjadi lebih aktif,

1
sehingga tulang tidak dapat digantikan dengan baik dan massa tulang akan terus menurun
( Agustin, 2009 ). Hasil penelitian Prihatini, et al ( 2010 ) menyatakan bahwa pada usia
kurang dari 35 tahun 5,7 % sampel beresiko osteoporosis dan proporsinya terus
meningkat dengan bertambahnya usia. Proporsinya mulai meningkat tajam pada usia 55
tahun.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari osteoporosis?
2. Apa etiologic dari osteoporosis?
3. Apa manifestasi klinis dari osteoporosis?
4. Apa patofisiologi dari osteoporosis?
5. Bagaimana pathway dari osteoporosis?
6. Bagaimana pemeriksaan diagnostic osteoporosis?
7. Bagaimana penatalaksanaan medis osteoporosis?
8. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada osteoporosis?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari osteoporosis
2. Untuk mengetahui etiologic dari osteoporosis
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari osteoporosis
4. Untuk mengetahui patofisiologi osteoporosis
5. Untuk mengetahui pathway osteoporosis
6. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic osteoporosis
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis osteoporosis
8. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada osteoporosis

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Osteoporosis adalah berkurangnya kepadatan tulang yang progresif, sehingga
tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Tulang terdiri dari mineral-mineral seperti
kalsium dan fosfat, sehingga tulang menjadi keras dan padat.( Brunner & Suddarth:2002)
Osteoporosis adalah penyakit tulang sistemik yang ditandai dengan rendahnya
masa tulang dan terjadinya perubahan mikroarsitektur jaringan tulang sehingga tulang
menjadi rapuh dan mudah patah. Penyakit ini merupakan salah satu masalah kesehatan
yang sering dialami oleh perempuan setelah menopause. Proses osteoporosis sebenarnya
sudah dimulai sejak usia 40-45 tahun. Pada usia tersebut akan mengalami proses
penyusutan massa tulang yang menyebabkan kerpuhan tulang. Proses kerapuhan tulang
menjadi lebih cepat setelah menopause sekitar umur 50 tahun karena kadar hormon
esterogen yang mempengaruhi kepadatan tulang sangat menurun (Mangoenprasodjo,
2005).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa osteoporosis adalah
berkurangnya kepadatan tulang yang progresif, sehingga tulang menjadi rapuh dan
mudah patah. Tulang terdiri dari mineral-mineral seperti kalsium dan fosfat, sehingga
tulang menjadi keras dan padat. Penurunan Massa tulang ini sebagai akibat dari
berkurangnya pembentukan, meningkatnya perusakan (destruksi) atau kombinasi dari
keduanya.
Bila disederhanakan, terdapat dua jenis osteoporosis, yaitu:
1. Osteoporosis Primer
Osteoporosis primer adalah kehilangan massa tulang yang terjadi sesuai
dengan proses penuaan. Sampai saat ini osteoporosis primer masih menduduki
tempat utama karena lebih banyak ditemukan dibandingkan osteoporosis sekunder
(Ode, 2012).
Pada wanita biasanya disebabkan oleh pengaruh hormonal yang tidak seefektif
biasanya. Osteoporosis ini terjadi karena kekurangan kalsiumakibat penuaan usia
(Syam dkk, 2014). Menurut Zaviera (2007) osteoporosis primer ini terdiri dari 2
bagian yaitu:
a. Tipe I (Post-menopausal)
Terjadi 15-20 tahun setelah menopause (53-75 tahun). Ditandai oleh
fraktur tulang belakang dan berkurangnya gigi geligi. Hal ini disebabkan

3
luasnya jaringan trabekular pada tempat tersebut, dimana jaringan trabekular
lebih responsif terhadap defisiensi esterogen.
b. Tipe II (Senile)
Terjadi pada pria dan wanita usia 70 tahun keatas. Ditandai oleh
fraktur panggul dan tulang belakang tipe wedge. Hilangnya masa tulang kortikal
terbesar terjadi pada usia tersebut.
2. Osteoporosis Sekunder
Osteoporosis sekunder disebabkan oleh penyakit tertentu, gangguan hormonal,
dan juga kesalahan pada gaya hidup seperti konsumsi alkohol secara berlebihan,
rokok, kafein, dan kurangnya aktifitas fisik. Berbeda dengan osteoporosis primer
yang terjadi karena faktor usia, osteoporosis sekunder bisa saja terjadi pada orang
yang masih berusia muda (Syam dkk, 2014).

B. Etiologi
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengurangan massa tulang pada usia lanjut:
1. Determinan Massa Tulang
a. Faktor genetik
Perbedaan genetik mempunyai pengaruh terhadap derajat kepadatan
tulang. Beberapa orang mempunyai tulang yang cukup besar dan yang lain
kecil. Sebagai contoh, orang kulit hitam pada umumnya mempunyai struktur
tulang lebih kuat/berat dari pacia bangsa Kaukasia. Jacii seseorang yang
mempunyai tulang kuat (terutama kulit Hitam Amerika), relatif imun terhadap
fraktur karena osteoporosis.
b. Faktor mekanis
Beban mekanis berpengaruh terhadap massa tulang di samping faktor
genetk. Bertambahnya beban akan menambah massa tulang dan berkurangnya
beban akan mengakibatkan berkurangnya massa tulang. Dengan perkataan lain
dapat disebutkan bahwa ada hubungan langsung dan nyata antara massa otot
dan massa tulang. Kedua hal tersebut menunjukkan respons terhadap kerja
mekanik Beban mekanik yang berat akan mengakibatkan massa otot besar dan
juga massa tulang yang besar. Sebagai contoh adalah pemain tenis atau
pengayuh becak, akan dijumpai adanya hipertrofi baik pada otot maupun
tulangnya terutama pada lengan atau tungkainya; sebaliknya atrofi baik pada
otot maupun tulangnya akan dijumpai pada pasien yang harus istrahat di tempat

4
tidur dalam waktu yang lama, poliomielitis atau pada penerbangan luar angkasa.
Walaupun demikian belum diketahui dengan pasti berapa besar beban mekanis
yang diperlukan dan berapa lama untuk meningkatkan massa tulang di sampihg
faktor genetik
c. Faktor makanan dan hormon
Pada seseorang dengan pertumbuhan hormon dengan nutrisi yang
cukup (protein dan mineral), pertumbuhan tulang akan mencapai maksimal
sesuai dengan pengaruh genetik yang bersangkutan. Pemberian makanan yang
berlebih (misainya kalsium) di atas kebutuhan maksimal selama masa
pertumbuhan, disangsikan dapat menghasilkan massa tulang yang melebihi
kemampuan pertumbuhan tulang yang bersangkutan sesuai dengan kemampuan
genetiknya.
2. Determinan penurunan Massa Tulang
a. Faktor genetik
Faktor genetik berpengaruh terhadap risiko terjadinya fraktur. Pada
seseorang dengan tulang yang kecil akan lebih mudah mendapat risiko fraktur
dari pada seseorang dengan tulang yang besar. Sampai saat ini tidak ada ukuran
universal yang dapat dipakai sebagai ukuran tulang normal. Setiap individu
mempunyai ketentuan normal sesuai dengan sitat genetiknya serta beban
mekanis den besar badannya. Apabila individu dengan tulang yang besar,
kemudian terjadi proses penurunan massa tulang (osteoporosis) sehubungan
dengan lanjutnya usia, maka individu tersebut relatif masih mempunyai tulang
tobih banyak dari pada individu yang mempunyai tulang kecil pada usia yang
sama
b. Faktor mekanis
Di lain pihak, faktor mekanis mungkin merupakan faktor yang
terpenting dalarn proses penurunan massa tulang schubungan dengan lanjutnya
usia. Walaupun demikian telah terbukti bahwa ada interaksi panting antara
faktor mekanis dengan faktor nutrisi hormonal. Pada umumnya aktivitas fisis
akan menurun dengan bertambahnya usia; dan karena massa tulang merupakan
fungsi beban mekanis, massa tulang tersebut pasti akan menurun dengan
bertambahnya usia.

5
c. Kalsium
Faktor makanan ternyata memegang peranan penting dalam proses
penurunan massa tulang sehubungan dengan bertambahnya Lisia, terutama pada
wanita post menopause. Kalsium, merupakan nutrisi yang sangat penting.
Wanita-wanita pada masa peri menopause, dengan masukan kalsiumnya rendah
dan absorbsinya tidak bak, akan mengakibatkan keseimbangan kalsiumnya
menjadi negatif, sedang mereka yang masukan kalsiumnya baik dan absorbsinya
juga baik, menunjukkan keseimbangan kalsium positif. Dari keadaan ini jelas,
bahwa pada wanita masa menopause ada hubungan yang erat antara masukan
kalsium dengan keseimbangan kalsium dalam tubuhnya. Pada wanita dalam
masa menopause keseimbangan kalsiumnya akan terganggu akibat masukan
serta absorbsinya kurang serta eksresi melalui urin yang bertambah. Hasil akhir
kekurangan/kehilangan estrogen pada masa menopause adalah pergeseran
keseimbangan kalsium yang negatif, sejumlah 25 mg kalsium sehari.
d. Protein
Protein juga merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi
penurunan massa tulang. Makanan yang kaya protein akan mengakibatkan
ekskresi asam amino yang mengandung sulfat melalui urin, hal ini akan
meningkatkan ekskresi kalsium. Pada umumnya protein tidak dimakan secara
tersendiri, tetapi bersama makanan lain. Apabila makanan tersebut mengandung
fosfor, maka fosfor tersebut akan mengurangi ekskresi kalsium melalui urin.
Sayangnya fosfor tersebut akan mengubah pengeluaran kalsium melalui tinja.
Hasil akhir dari makanan yang mengandung protein berlebihan akan
mengakibatkan kecenderungan untuk terjadi keseimbangan kalsium yang
negatif
e. Estrogen.
Berkurangnya/hilangnya estrogen dari dalam tubuh akan
mengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan kalsium. Hal ini disebabkan
oleh karena menurunnya eflsiensi absorbsi kalsium dari makanan dan juga
menurunnya konservasi kalsium di ginjal.
f. Rokok dan kopi
Merokok dan minum kopi dalam jumlah banyak cenderung akan
mengakibatkan penurunan massa tulang, lebih-lebih bila disertai masukan
kalsium yang rendah. Mekanisme pengaruh merokok terhadap penurunan massa

6
tulang tidak diketahui, akan tetapi kafein dapat memperbanyak ekskresi kalsium
melalui urin maupun tinja.
g. Alkohol
Alkoholisme akhir-akhir ini merupakan masalah yang sering
ditemukan. Individu dengan alkoholisme mempunyai kecenderungan masukan
kalsium rendah, disertai dengan ekskresi lewat urin yang meningkat.
Mekanisme yang jelas belum diketahui dengan pasti .

C. Manifestasi Klinis
Menurut (Zaviera, 2007) penyakit osteoporosis ini sering disebut penyakit
silent disease karena proses kepadatan tulang berkurang secara perlahan lahan dan
berlangsung secara proggresif dan bertahun-tahun tanpa kita sadari maka dari itu hampir
semua osteoporosis ini tidak menimbulkan gejala sehingga banyak orang yang tidak
menimbulkan gejala sehingga banyak orang yang tidak menyadari bahwa dirinya terkena
osteoporosis, tetapi ada juga penderita osteoporosis mempunai tanda dan gejala seperti
ini yaitu :
1. Nyeri tulang dan sendi terutama jika nyeri dipumggumg saat dibuat berdiri, berjalan
beraktivitas dan disentuh. Sifat nyerinya tersebut tajam atau seperti terbakar bisa
karena adanya fraktur
2. Deformitas atau perubahan bentuk tulang seperti kifosis dan jari jari tangan dan kaki
terlihat membengkok atau adanya berubahan abnormal
3. Patah tulang (fraktur)
4. Kerangka tulang semakin memendek atau punggung semakin membungkuk
(penurunan tinggi badan)
5. Nafsu makan menurun menjadikan berat badan menurun atau kurus
6. Sesak nafas karena organ tubuh semakin berdekatan karena tulang tidak mampu
menyangga lagi

D. Patofisiologi

Remodeling tulang normal pada orang dewasa akan meningkatkan massa tulang
sampai sekitar usia 35 tahun. Genetik, nutrisi, gaya hidpu (merokok, minum kopi), dan
aktifitas fisik mempengaruhi puncak massa tulang. Kehilangan karena usia mulai segera
setelah tercapai puncaknya massa tulang. Menghilangnya estrogen pada saat menopause

7
mengakibatkan percepatan resorbsi tulang dan berlangsung terus selama tahun-tahun
pasca menopause.
Faktor nutrisi mempengaruhi pertumbuhan osteoporosis. Vitamin D penting
untuk absorbsi kalsium dan untuk mineralisasi tulang normal. Diet mengandung kalsium
dan vitamin D harus mencukupi untuk mempertahankan remodelling tulang dan fungsi
tubuh. Asupan kalsium dan vitamin D yang tidak mencukupi selama bertahun-tahun
mengakibatkan pengurangan massa tulang dan pertumbuhan osteoporosis.
E. Pathway

Normal

Genetik,gaya hidup,alcohol,
penurunan prod.hormon

Penurunan masa tulang

Osteoporosis (gangguan muskuloskeletal)

Kiposis/Gibbus

Pengaruh pada fisik Pengaruh pada psikososial

Fungsi tubuh menurun Keterbatasan gerak Konsep diri


- Nyeri pinggang - Pembatasan grk & lat. -Gambaran body
- TB & BB menurun - Kemampuan memenuhi ADL image
Defisit -Isolasi sosial
Nutrisi Nafsu makan menurun -Inefektif koping
Reseptor Nyeri individu
Lemas atau letih

Nyeri
Disfungsi skelet Adaptasi lingkungan berkurang

 
Gangguan Mobilitias
Fisik
8
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. X-ray
2. Bone Mineral Density (BMD) : untuk mengukur densitas tulang
3. Pemeriksaan laboraorium: Serum kalsium, posphor, alkalin fosfatase
4. Quantitative ultrasound (QUS) : mebgukur densitas tulang dengan gelombang suara

Osteoporosis teridentifikasi pada pemeriksaan sinar-x rutin bila sudah terjadi


demineralisasi 25% sampai 40%. Tampak radiolusesnsi tulang. Ketika vertebra kolaps,
vertebra torakalis menjadi berbentuk baji dan vertebra lumbalis menjadi bikonkaf.
Pemeriksaan laboratorium (missal kalsium serum, fosfat, serum, fosfatase alkalu,
ekskresi kalsium urine, ekskresi hidroksi prolin urine, hematokrit, laju endap darah), dan
sinar-x dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan diagnosis medis lain (missal ;
osteomalasia, hiperparatiroidisme, dlll) yang juga menyumbang terjadinya kehilangan
tulang.
Absorbsiometri foton-tunggal dapat digunakan untuk memantau massa tulang
pada tulang kortikal pada sendi pergelangan tangan. Absorpsiometri dual-foton, dual
energy x-ray absorpsiometry (DEXA) , dan CT mampu memberikan informasi mengenai
massa tulang pada tulang belakang dan panggul. Sangat berguna untuk mengidentifikasi
tulang osteoporosis dan mengkaji respon terhadap terapi.

G. Penatalaksanaan Medis
1. Diet kaya kalsium dan vitamin D yang mencukupi sepanjang hidup, dengan
peningkatan asupan kalsium pada permulaan umur pertengahan dapat melindungi
terhadap demineralisasi tulang
2. Pada menopause dapat diberikan terapi pengganti hormone dengan estrogen dan
progesterone untuk memperlambat kehilangan tulang dan mencegah terjadinya patah
tulang yang diakibatkan.
3. Medical treatment, oabt-obatan dapat diresepkan untuk menangani osteoporosis
termasuk kalsitonin, natrium fluoride, dan natrium etridonat.Efek samping (misal :
gangguan gastrointestinal, aliran panas, frekuensi urin), biasanya ringan dan hanya
kadang-kadang dialami. Natrium florida memperbaiki aktifitas osteoblastik dan
pembentukan tulang.
4. Pemasangan penyangga tulang belakang (spinal brace) untuk mengurangi nyeri
punggung

9
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Identitas Pasien
a. Keluhan Utama:
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada keluhan
utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk menanggulanginya.
b. Riwayat Penyakit Dahulu :
Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit lainnya.
c. Riwayat Penyakit Keluarga :
Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit lainnya.
d. Riwayat Psikososial :
Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan. Apakah sedang
mengalami stress yang berkepanjangan.
e. Riwayat Pemakaian Obat :
Apakah pasien pernah menggunakan obat-obatan yangdipakai, atau pernahkah
pasien tidak tahan (alergi) terhadap sesuatu obat.

2.      Pemeriksaan fisik


a. B1 (breathing )
Inspeksi : ditemukan ketidaksimetrisan rongga dada dan tulang belakang
Palpasi : traktil fremitus seimbang kanan dan kiri
Perkusi : cuaca resonan pada seluruh lapang paru
Auskultasi : pada usia lanjut biasanya didapatkan suara ronki
b. B2 (blood)
Pengisian kapiler kurang dari 1 detik sering terjadi keringat dingin dan pusing,
adanya pulsus perifer memberi makna terjadi gangguan pembuluh darah atau
edema yang berkaitan dengan efek obat
c. B3 (brain)
Kesadaran biasanya kompos mentis, pada kasus yang lebih parah klien dapat
mengeluh pusing dan gelisah

10
d. B4 (Bladder)
Produksi urine dalam batas normal dan tidak ada keluhan padasistem
perkemihan
e. B5 (bowel)
Untuk kasus osteoporosis tidak ada gangguan eleminasi namun perlu dikaji juga
frekuensi, konsistensi, warna serta bau feses
f. B6 (Bone)
Pada inspeksi dan palpasi daerah kolumna vertebralis, klien osteoporosis sering
menunjukkan kifosis atau gibbus (dowager’s hump) dan penurunan tinggi
badan. Ada perubahan gaya berjalan, deformitas tulang, leg-length inequality
dan nyeri spinal. Lokasi fraktur yang terjadi adalah antara vertebra torakalis 8
dan lumbalis 3

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
2. Gangguan mobilitas fisik b.d penurunan massa otot
3. Deficit nutrisi b.d faktor psikologis

C. Intervensi Keperawatan

Diagnose Keperawatan
No Intervensi
(Tujuan dan Kriteria Hasil)
1 Diagnosa: MANAJEMEN NYERI
Nyeri akut b.d agen pencedera Observasi
fisiologis 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
Tujuan: frekuensi, intensitas nyeri
Setelah dilakukan tindakan 2. Identifikasi skala nyeri
keperawatan 1x24 jam diharapkan 3. Identifikasi faktor yang memperberat
tingkat nyeri menurun nyeri
Kriteria hasil: Terapeutik
1. Keluhan nyeri menurun 1. Control lingkungan yang
2. Gelisah menurun memperberat rasa nyeri
3. Tekanan darah membaik 2. Fasilitasi istirahat dan tidur

11
4. Nafsu makan membaik Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
2. Anjurkan memonitoe nyeri secara
mandiri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
2 Diagnosa: DUKUNGAN MOBILISASI
Gangguan mobilitas fisik b.d Observasi
penurunan massa otot 1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan
Tujuan: fisik lainnya
Setelah dilakukan tindakan 2. Identifikasi toleransi fisik melakukan
keperawatan 1x24 jam diharapkan pergerakkan
mobilitas fisik meningkat 3. Monitor kondisi umum selama
Kriteria hasil: melakukan mobilisasi
1. Pergerakan ekstremitas Terapeutik
meningkat 1. Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan
2. Kekuatan otot meningkat alat bantu
3. Rentang gerak (ROM) meningkat 2. Fasilitasi melakukan pergerakkan,
4. Nyeri menurun jika perlu
5. Gerakan terbatas menurun 3. Libatkan keluarga untuk membantu
6. Gerakan terbatas menurun pasien dalam meningkatkan
pergerakan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
mobilisasi
2. Anjurkan melakukan mobilisasi dini
3. Ajarkan mobilisasi sederhana yang
harus dilakukan
3 Diagnosa: MANAJEMEN NUTRISI
Deficit nutrisi b.d faktor psikologis Observasi
Tujuan: 1. Identifikasi status nutrisi

12
Setelah dilakukan tindakan 2. Identifikasi makanan disukai
keperawatan 1x24 jam diharapkan 3. Identifikasi kebutuhan kalori dan
status nutrisi membaik jenis nutrient
Kriteria hasil: 4. Monitor asupan makanan’
1. Nafsu makan membaik 5. Monitor berat badan
2. Frekuensi makan membaik 6. Monitor hasil laboratoriun
3. Berat badan membaik Terapeutik
4. Membrane mukosa membaik 1. Fasilitasi menentukan pedoman diet
5. Porsi makanan yang dihabiskan 2. Sajikan makanan secara menarik dan
meningkat suhu yang sesuai
3. Berikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein
4. Berikan suplemen makanan, jika
perlu
Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
2. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi

13
BAB IV

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Uraian Kasus
Ny. M umur 59 tahun datang ke RSUD Pare dengan keluhan sakit pada punggung
yang sering dirasakan sejak 3 bulan yang lalu dan Ny.M merasa punggungnya sedikit
membungkuk, sebenarnya rasa sakit punggung Ny.M sudah dirasakan sejak beberapa
tahun yang lalu, namun Ny. M tidak memperdulikannya. Ketika memeriksakan diri ke
dokter Ny. M dianjurkan untuk tes darah dan rongent pada tulang belakang. Hasil
rongent menunjukkan bahha Ny. M menderita Osteoporosis diperkuat lagi dengan hasil
BMD % Bone Mineral Density) & T-Score 3. Klien mengalami menopause sejak 7 tahun
yang lalu. Menurut klien dirinya tidak suka minum susu sejak usia muda dan tidak
menyukai makanan laut. Klien beranggapan bahw a keluhan yang dirasakannya karena
usianya yang bertambah tua. Riwayat kesehatan sebelumnya diketahui bahwa klien tidak
pernah mengalami penyakit seperti dm dan hipertensi serta tidak pernah dirawat di RS.
Pola aktivitas diketahui klien banyak beraktivitas duduk karena dulu dirinya bekerja di
perkantoran. Riwayat penggunaan kb hormonal dengan metode pil. Pemeriksaan TB
162cm (TB sebelumnya 165cm), BB 76kg (BB sebelumnya 78kg).

B. Pengkajian
1. Identitas Pasien :
Nama : Ny.M
Umur : 59 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : IRT
Tanggal MRS : 21 April 2017
Tanggal Pengkajian : 23 April 2017
2. Keluhan Utama :
Pasien merasa nyeri saat beraktivitas
3. Alasan MRS :
Pada punggung pasien terasa nyeri saat beraktivitas, ini menyebabkan pasien sulit
berjalan secara normal.

14
4. Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien tidak pernah mengalami penyakit seperti dm dan hipertensi serta tidak pernah
dirawat di RS.
5. Riwayat Penyakit Sekarang :
Ny.M umur 59tahun dating ke Poli Orthopedi RSUD Pare dengan keluhan sakit pada
punggung yang sering dirasakan sejak 3 tahun yang lalu, rasa sakit itu sudah
dirasakan sejak beberapa tahun yang lalu, namun Ny.M tidak memperdulikannya.
6. Pemeriksaan Fisik :
a. Keadaan Umum :
a) Kesadaran : Composmentis
b) Tekanan darah : 130/90 mmHg
c) Nadi : 110x/menit
d) RR : 20x/menit
e) Suhu : 36,9 C
b. Sistem Persyarafan :
a) GCS (Glasgow Coma Scale) : Eye4 Verbal5 Motorik6
b) Tidak ada pusing
c) Pupil isokor
d) Konjungtiva anemis
e) Tidak ada gangguan pandangan
f) Tidak ada gangguan penciuman
g) Orientasi waktunya baik
h) Orientasi tempatnya baik
i) Orientasi orangnya baik
c. Sistem Muskuloskeletal :
a) Pergerakan terbatas
b) Cara berjalan tidak tegap
c) Kekuatan otot : 5 5

5 5

d) Tidak ada kelainan ektremitas


e) Terdapat kelainan tulang belakang (kifosis)

15
f) Tidak ada fraktur
g) Tidak terpasang traksi, spalk, ataupun gips
7. Riwayat Psikososial
a. Klien tidak berani melakukan aktivitas yang berat karena rasa sakit dipunggungnya
b. Klien tidaj mengetahui penyebab dan cara pengobatan sakit dipunggungnya
8. Hasil Pemeriksaan Laboratorium
a. BMD T-Score : 3
b. Hasil lab elektrolit, tanggal 21 April 2017
Ca : 9,98 mg/dL
Na : 142 mmol/L
K : 47 mmol/L
Cl : 108 mmol/L
c. Hasil darah lengkap, tanggal 21 April 2017
Hb : 13,5 gr/dL
Leukosit : 6000 uL
Trombosit : 250.000 uL
Hematokrit : 42%
SGOT/SGPT : 7/6,6 uL
Albumin : 4mg

C. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah Keperawatan

1 Ds : Kepadatan / masa Nyeri Kronis


- Klien mengatakan sakit pada tulang menurun
punggung sejak beberapa tahun lalu.
- Klien mengatakan banyak beraktivitas Osteoporosis
duduk karena dulu bekerja di
perkantoran Deformitas vertebra

- Klien mengatakan terasa sakit pada


sendi pada saat beraktivitas/berjalan Tegangnya

- Klien mengatakan aktivitas sehari-hari ligamentum dan

terlambat otot/spasme otot

Do :

16
- P : Terasa nyeri saat beraktivitas dan
nyeri berkurang saat istirahat
Q : Seperti tertekan benda berat Nyeri Kronis

R : Pada punggung
S : Skala nyeri 7 dari 1-10
T : Pada saat beraktivitas
- Wajah klien meringis
- Sering memegang area yang sakit
- TD : 13090 mmHg
- N : 110x/menit
2 Ds : Osteoporosis Gangguan Mobilitas
- Klien mengatakan sakit pada Fisik
punggung sejak beberapa tahun lalu. Deformitas vertebra
- Klien mengatakan banyak beraktivitas
duduk karena dulu bekerja di
perkantoran Kifosis (bungkuk)

- Klien mengatakan terasa sakit pada


Hambatan mobilitas
sendi pada saat beraktivitas/berjalan fisik
- Klien mengatakan aktivitas sehari-hari
terlambat
Do :
- Hasil BMD T-Score 3
- Hasil lab elektrolit :
Ca : 9,98 mg/dL
Na : 142 mmol/L
K : 47 mmol/L
Cl : 108 mmol/L
- Pemeriksaan TB 165cm , BB 76kg
- Cara berjalan klien tidak tegap
(kifosis)
3 Ds : Osteoporosis Ansietas
- Klien mengatakan tidak mengetahui
tentang penyakit dan penyebabnya Tindakan Medis

17
- Klien mengatakan membiarkan sakit
punggungnya selama bertahun-tahun
karena tidak mengerti cara Kurang pengetahuan
penanganannya dan menganggap
sakitnya ini karena usia yang Ansietas

bertambah
Do :
- Klien banyak bertanya tentang
penyakit dan tindakan yang akan
dilakukan pada klien
- Klien gelisah
- Klien berkeringat dingin
- TD : 130/90 mmHg
- N : 110x/menit
4 Ds : Osteoporosis Resiko Cidera
- Klien mengatakan merasakan sakit
pada punggungnya saat beraktivitas,
Kifosis
apalagi jika melakukan kegiatan yang (membungkuk)
sedikit berat rasa sakit semakin terasa
Do :
Resiko Cidera
- Klien sangat berhati-hati berjalan
- Hasil BMD T-Score 3
- Cara berjalan klien tidak tegap
(kifosis)

D. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri kronis berhubungan dengan deformitas vertebra
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan musculoskeletal
3. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan
4. Resiko cidera berhubungan dengan gangguan mobilitas

18
E. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan, Tujuan, dan Intervensi Keperawatan


Kriteria Hasil
1 Nyeri kronis berhubungan dengan MANAJEMEN NYERI
deformitas vertebra. Tindakan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi
asuhan keperawatan selama 1x6 jam - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
diharapkan nyeri berkurang dengan frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Kriteria Hasil : - Identifikasi skala nyeri
1. Kemampuan mengenali penyebab - Identifikasi respon nyeri non verbal
nyeri meningkat - Identifikasi factor yang memperberat nyeri
2. Mampu mengontrol nyeri - Monitor keberhasilan terapi komplementer
meningkat yang sudah diberikan
3. Keluhan nyeri menurun atau - Monitor efek samping penggunaan analgetik
membaik 2. Terapeutik
4. Kemampuan mengenali onset nyeri - Berikan teknik terapi non farmakologis untuk
meningkat mengurangi rasa nyeri (misl. terapi musik,
pijat, kompres air hangat/dingin)
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
nyeri (misl. suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangan jenis dan suember nyeri dalam
pemilihan strategi peredakan nyeri
3. Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan mengunakan analgetik secara tepat
- Anjurkan teknik non farmakologis
4. Kolaborasi
- Kolaborasi dengan pemberian analgetik, jika
perlu

19
2 Gangguan mobilitas fisik berhubungan DUKUNGAN MOBILISASI
dengan gangguan musculoskeletal Tindakan
Tujuan : 1. Observasi
Setelah dilakukan tindakan asuhan - Idenifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik
keperawatan selama 2x24jam lainya
diharapkan keterbatasan pergerakan - Identifikasi toleransi fisik melakukan
fisik tubuh dapat teratasi dengan pergerakan
Kriteria Hasil : - Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah
1. Pergerakan esktremitas kekuatan sebelum memulai mobilisasi
otot rentang gerak (ROM) membaik - Monitor kondisi umum selama melakukan
2. Nyeri menurun mobilisasi
3. Kecemasan menurun 2. Terapeutik
4. Gerakan tidak terkoordinasi - Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat batu
menurun (misl. Pagar tempat tidur)
5. Gerakan terbatas menurun - Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
6. - Libatkan keluarga untuk membantu pasien
dalam melakukan mobilisasi
3. Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
- Anjurkan melakukan mobilisasi dini
- Ajarkan mobilisasi sederhana yang dilakukan
(misl. Duduk ditempat tidur, disisi tempat
tidur, pindah dari tempat tidur kekursi)

3 Ansietas berhubungan dengan TERAPI RELAKSASI


perubahan dalam status kesehatan Tindakan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi
asuhan keperawatan selama 1x24jam - Identifikasi penurunan tingkat energy,
perasaan tidak nyaman atau ketidakmampuan berkonsentrasi, atau gejala
kekhawatiran dapat teratasi dengan lain yang menganggu kemampuan kognitif
Kriteria Hasil : - Identifikasi teknik relaksasi yang pernah
1. Perilaku gelisah menurun efektif digunakan
2. Verbalisasi khawatir akibat kondisi - Monitor respon terhadap terapi relaksasi
yang dihadapi menurun

20
3. Konsentrasi membaik 2. Terapeutik
4. Pola tidur membaik - Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa
gangguan dengan pencahayaan dan suhu
ruang
- Berikan informasi tertulis tentang persiapan
dan prosedur teknik relaksasi
- Gunakan pakaian longgar
- Gunakan relaksasi sebagai penunjang
analgetik dan tindakan medis lain, jika perlu
3. Edukasi
- Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis
relaksasi yang tersedia
- Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi
- Anjurkan mengambil posisi nyaman
- Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi
(misl. Teknik napas dalam, peregangan)

4 Resiko cidera berhubungan dengan PENCEGAHAN CIDERA


gangguan mobilitas Tindakan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi
asuhan keperawatan selama 2x24jam - Identifikasi area lingkungan yang berpotensi
resiko terjadinya cidera dapat teratasi menyebabkan cidera
Kriteria Hasil : - Identifikasi obat yang menyebabkan cidera
1. Kejadian luka/cidera membaik - Identifikasi kesusaian alas kaki atau stoking
2. Ekspresi wajah kesakitan menurun pada ekstremitas bawah
3. Gangguan kognitif menurun 2. Terapeutik
4. Gangguan mobilisasi menurun - Gunakan lampu tidur selama tidur
membaik - Sosialisasikan pasien dan keluarga dengan
lingkungan ruang rawat
- Diskusikan mengenal latihan dan terapi fisik
yang diperlukan
- Diskusikan dengan menggunakan alat bantu
mobilitas yang sesuai

21
- Tingkatkan frekuensi observasi dan
pengawasan pasien, sesuai kebutuhan
3. Edukasi
- Jelaskan alasan intervensi pencegahan ke
pasien dan keluarga
- Anjurkan berganti posisi secara perlahan dan
duduk selama beberapa menit sebelum
berdiri.

22
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Osteoporosis adalah berkurangnya kepadatan tulang yang progresif, sehingga tulang
menjadi rapuh dan mudah patah. Tulang terdiri dari mineral-mineral seperti kalsium
dan fosfat, sehingga tulang menjadi keras dan padat. Penurunan Massa tulang ini
sebagai akibat dari berkurangnya pembentukan, meningkatnya perusakan (destruksi)
atau kombinasi dari keduanya.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengurangan massa tulang pada usia lanjut:
a. Determinan Massa Tulang
1) Faktor genetik
2) Faktor mekanis
3) Faktor makanan dan hormon
b. Determinan penurunan Massa Tulang
1) Faktor genetik
2) Faktor mekanis
3) Kalsium
4) Protein
5) Estrogen
6) Rokok dan kopi
7) Alcohol
3. Tanda dan gejala seperti ini yaitu :
1) Nyeri tulang dan sendi
2) Deformitas atau perubahan bentuk tulang
3) Patah tulang (fraktur)
4) Kerangka tulang semakin memendek atau punggung semakin membungkuk
(penurunan tinggi badan)
5) Nafsu makan menurun menjadikan berat badan menurun atau kurus
6) Sesak nafas karena organ tubuh semakin berdekatan karena tulang tidak mampu
menyangga lagi

23
4. Patofisiologi:
Remodeling tulang normal pada orang dewasa akan meningkatkan massa
tulang sampai sekitar usia 35 tahun. Genetik, nutrisi, gaya hidpu (merokok, minum
kopi), dan aktifitas fisik mempengaruhi puncak massa tulang. Kehilangan karena
usia mulai segera setelah tercapai puncaknya massa tulang. Menghilangnya estrogen
pada saat menopause mengakibatkan percepatan resorbsi tulang dan berlangsung
terus selama tahun-tahun pasca menopause.
Faktor nutrisi mempengaruhi pertumbuhan osteoporosis. Vitamin D penting
untuk absorbsi kalsium dan untuk mineralisasi tulang normal. Diet mengandung
kalsium dan vitamin D harus mencukupi untuk mempertahankan remodelling tulang
dan fungsi tubuh. Asupan kalsium dan vitamin D yang tidak mencukupi selama
bertahun-tahun mengakibatkan pengurangan massa tulang dan pertumbuhan
osteoporosis.
5. Pemeriksaan penunjang:
a. X-ray
b. Bone Mineral Density (BMD) : untuk mengukur densitas tulang
c. Pemeriksaan laboraorium: Serum kalsium, posphor, alkalin fosfatase
d. Quantitative ultrasound (QUS) : mebgukur densitas tulang dengan gelombang
suara
6. Penatalaksanaan medis:
a. Diet kaya kalsium dan vitamin D yang mencukupi sepanjang hidup, dengan
peningkatan asupan kalsium pada permulaan umur pertengahan dapat
melindungi terhadap demineralisasi tulang
b. Pada menopause dapat diberikan terapi pengganti hormone dengan estrogen dan
progesterone untuk memperlambat kehilangan tulang dan mencegah terjadinya
patah tulang yang diakibatkan.
c. Medical treatment, oabt-obatan dapat diresepkan untuk menangani osteoporosis
termasuk kalsitonin, natrium fluoride, dan natrium etridonat.Efek samping
(misal : gangguan gastrointestinal, aliran panas, frekuensi urin), biasanya ringan
dan hanya kadang-kadang dialami. Natrium florida memperbaiki aktifitas
osteoblastik dan pembentukan tulang.
d. Pemasangan penyangga tulang belakang (spinal brace) untuk mengurangi nyeri
punggung

24
B. Saran
1. Adapun yang menjadi saran penulis kepada teman-teman mahasiswa agar kiranya
dapat memahami substansi dalam penulisan makalah ini serta mengimplementasikan
dalam kehidupan seharí-hari, karena mengingat betapa pentingnya mempelajari
penyakit osteopoosis.
2. Kepada teman-teman penderita osteoporosis sebaiknya memperhatikan pola makan
yang sehat.

25
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa: Waluyo
Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa, EGC, Jakarta.
Mangoenprasodjo, S. 2005. Osteoporosis & Bahaya Tulang Rapuh. Yogyakarta :
THINKFRESH.
Ode, S.L. 2012. Asuhan Keperawatan Gerontik berstandarkan Nanda, Nic, dan Noc
Dilengkapi Teori dan Contoh Kasus Askep. Yogyakarta : Nuha Medika.
Syam, Y, Noersasongko, D, Sunaruo, H. 2014. Faktor Akibat Osteoporosis. Jurnal eClinik.
2(2).
Zaviera F. 2008. Osteoporosis : Deteksi Dini, Penanganan, dan Terapi Praktis. Cetakan 2.
Yogyakarta. Katahati

26

Anda mungkin juga menyukai