Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

“ OSTEOPOROSIS”

Nama Dosen : Ns. Kholishatul Qulbiyah S.kep

DI SUSUN OLEH :
LULU LUTFIAH

(201713031)

S1 KEPERAWATAN TK.4

STIKES Akbid Wijaya Husada

Jl. Letjend Ibrahim Adjie No. 180 Sindang Barang Pengkolan, Bogor
Barat

Telp : 0251-8327396

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan
tugas makalah yang berjudul [judul makalah] ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari Laporan Askep ini adalah
untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Gerontik .
Selain itu, tugas ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang pengetahuan bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.
Saya mengucapkan terima kasih telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, tugas yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
akan saya nantikan demi kesempurnaan tugas ini.

Bogor, 2020

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................1

KATA PENGANTAR................................................................................2

DAFTAR ISI.............................................................................................3

BAB 1.......................................................................................................4

PENDAHULUAN......................................................................................5

LATAR BELAKANG.................................................................................6

TUJUAN...................................................................................................7

MANFAAT.................................................................................................7

BAB II......................................................................................................8

LAPORAN PENDAHULUAN.....................................................................8

DEFINISI...................................................................................................8

ETIOLOGI...................................................................................................8

MANIFESTASI KLINIK...............................................................................9

PATHWAY...................................................................................................9

KOMPLIKASI..............................................................................................9

PENATALAKSANAAN...............................................................................10

PEMERIKSAAN PENUNJANG..................................................................10

PENGKAJIAN KEPERAWATAN................................................................11

ABDOMEN.................................................................................................11

EKSTREMITAS BAWAH.............................................................................12

ANALISADATA.............................................................................................12

DIAGNOSIS KEPERAWATAN.......................................................................13

INTREVENSI.................................................................................................14

IMPLEMENTASI.............................................................................................15

EVALUASI......................................................................................................16

BAB 3................................................................................................................17
KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................................18

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Osteoporosis dapat dijumpai tersebar di seluruh dunia dan sampai saat ini
masih merupakan masalah dalam kesehatan masyarakat terutama di negara
berkembang. Di Amerika Serikat osteoporosis menyerang 20-25 juta penduduk, 1
diantara 2-3 wanita post-menopause dan lebih dari 50% penduduk di atas umur 75-
80 tahun. Masyarakat atau populasi osteoporosis yang rentan terhadap fraktur
adalah populasi lanjut usia yang terdapat pada kelompok di atas usia 85 tahun,
terutama terdapat pada kelompok lansia tanpa suatu tindakan pencegahan terhadap
osteoporosis. Proses terjadinya osteoporosis sudah di mulai sejak usia 40 tahun dan
pada wanita proses ini akan semakin cepat pada masa menopause.

Sekitar 80% penderita penyakit osteoporosis adalah wanita, termasuk


wanita muda yang mengalami penghentian siklus menstruasi. Hilangnya hormon
estrogen setelah menopause meningkatkan risiko terkena osteoporosis. Penyakit
osteoporosis yang kerap disebut penyakit keropos tulang ini ternyata menyerang
wanita sejak masih muda. Tidak dapat dipungkiri penyakit osteoporosis pada wanita
ini dipengaruhi oleh hormon estrogen. Namun, karena gejala baru muncul setelah
usia 50 tahun, penyakit osteoporosis tidak mudah dideteksi secara dini.

Merujuk pada situs resmi Kementerian Kesehatan RI, sebanyak 23%


perempuan berusia 50-80 tahun dan 53% perempuan berusia 70-80 tahun diketahui
menderita osteoporosis. Pada umumnya, osteoporosis memang dialami oleh
perempuan yang sudah memasuki masa menopause. Namun, penyakit ini juga
dapat menyerang perempuan yang berusia lebih muda, kaum pria, tak terkecuali
anak-anak.

Data Kementerian Kesehatan RI pada 2006 menyebutkan, kejadian patah


tulang akibat osteoporosis sekitar 200 dari 100.000 kasus (penderita berusia 40
tahun). Angka ini menjadi perhatian khusus pemerintah untuk terus menggiatkan
kampanye pencegahan penyakit, di antaranya melalui Gerakan Masyarakat Sehat
(Germas) untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia. Terlebih
dengan adanya perkiraan dari WHO yang menyebutkan pada tahun 2050 angka
patah tulang pinggul akan mengalami peningkatan dua kali lipat pada perempuan
dan tiga kali lipat pada pria.

1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
· Masyarakat Indonesia dapat mengetahui dampak bahaya dari
penyakit osteoporosis sehingga dapat dilakukan pencegahan
sebelum terjadinya penyakit osteoporosis.
· Untuk memperkecil angka osteoporosis khususnya di NAD dan
Indonesia umumnya.
· Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien
penyakit Osteoporosis.
· Untuk mengetahui cara penatalaksanaan dan pengobatan pada
pasien Osteoporosis.
2. Tujuan Khusus
· Untuk menyelesaikan tugas perkuliahan mata ajar keperawatan
gerontik.

1.3. Manfaat
Penelitian ini di harapkan dapat memberikan informasi mengenai trend atau
gambaran kasus osteoporosis selama tahun 2006-2008. Berikut tentang informasi
karakteristik penderita yang berhubungan dengan kejadian menapouse osteoporosis
pada wanita dan meningkatkan kesadaran masyarak untuk melakukan pencegahan
sejak dini.

Penelitian ini juga di harapkan dapat bergun bagi peneliti lain sebagai bahan
acuan untuk melakukan penelitian yang serupa dengan desain yang berbeda pada
masa yang akan datang.

BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
Osteoporosis adalah suatu keadaan dimana terdapat pengurangan jaringan
tulang per unit volume,sehingga tidak mampu melindungi atau mencegah terjadinya
fraktur terhadap trauma minimal (Kholid Rosyidi : 2013).

Osteoporosis adalah penyakit tulang yang ditandai dengan menurunnya kepadatan


tulang secara keseluruhan. Hal ini terjadi akibat ketidakmampuan tubuh mengatur
kandungan mineral dalam tulang dan disertai rusaknya bagian dalam tulang. Tulang
pun menjadi keropos dan rentan mengalami patah tulang. Osteoporosis (tulang
keropos) penyakit metabolik tulang yang cukup umum terjadi di masyarakat.
Osteroporosis sering terjadi pada ras Kaukasia, wanita, dan usia lanjut. Massa
tulang terbentuk sejak lahir hingga dewasa (Lukman nurma 2009)

Osteoporosis juga penyakit yang ditandai oleh berkurangnya massa tulang dan
kerusakan mikroarsitektur tulang yang menyebabkan tulang menjadi rapuh dan
meningkatkan risiko terjadi patah tulang. Definisi terbaru osteoporosis adalah suatu
kelainan tulang yang ditandai oleh berkurangnya kekuatan tulang sehingga
meningkatkan risiko terjadi patah. Pertumbuhan massa tulang mencapai puncaknya
pada masa pubertas, selanjutnya massa tulang akan mulai berkurang. Massa tulang
ditentukan oleh faktor genetik, kesehatan selama pertumbuhan, nutrisi, status
endokrin, jenis kelamin, dan aktivitas fisik.

Osteoporosis muncul akibat pembentukan matriks tulang yang tidak mencukupi


atau peningkatan resorpsi matriks tulang yang mengakibatkan penurunan massa
tulang. Penurunan massa tulang ini akan membuat tulang menjadi mudah patah
(fraktur). Dibutuhkan waktu yang cukup lama sampai tulang menjadi keropos.
Umumnya, osteoporosis baru diketahui setelah pasien mengalami jatuh atau berada
dalam situasi yang membuat tulangnya retak. Cedera yang umum terjadi pada
penderita osteoporosis adalah:

1. Retak tulang pergelangan tangan


2. Retak tulang pinggul
3. Retak tulang belakang

Dan, ada beberapa macam osteoporosis yaiu sebagai berikut.

1. Osteoporosis primer
Osteoporosis primer sering menyerang wanita paska menopause dan juga
pada pria usia lanjut dengan penyebab yang belum diketahui. osteoporosis
pasca menopause, terjadi pada wanita setelah berhenti mengalami
menstruasi. Sedangkan tipe 2 adalah osteoporosis senilis, terjadi pada orang
tua di atas usia 75 tahun.

2. Osteoporosis sekunder
Osteoporosis pengeroposan tulang yang terjadi akibat penyakit lain atau obat-
obatan, seperti pada mereka yang mengkonsumsi obat kortikosteroid, anti
kejang, atau antasida yang digunakan jangka panjang atau mereka yang
menderita penyakit artritis reumatoid atau penyakit autoimun lainnya,
gangguan tiroid, atau pada pasien yang berbaring lama contohnya mereka
yang mengalami stroke.

3. Osteoporosis anak
Osteoporosis pada anak disebut juvenile idiopathic osteoporosis.

B. Etiologi
Osteoporosis disebabkan oleh penurunan kepadatan tulang. Hal ini dipengaruhi
oleh kemampuan tubuh untuk melakukan regenerasi tulang, yaitu proses
penggantian sel-sel tulang yang lama dan rapuh menjadi sel-sel tulang yang baru.
Normalnya, kemampuan regenerasi ini akan menurun seiring bertambahnya usia.
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya osteoporosis.
Sebagian faktor risiko ini tidak bisa dicegah atau dikendalikan (tidak dapat
dimodifiksi), sebagian lagi bisa dicegah atau ditangani (dapat dimodifikasi).

Osteoporosis terbagi menjadi primer dan sekunder. Osteoporosis primer


diakibatkan oleh penuaan atau menopause sedangkan osteoporosis sekunder
diakibatkan oleh penyakit dasar (misalnya tuberkulosis tulang dan diabetes mellitus
tipe 1) maupun penggunaan obat-obatan yang berpotensi meningkatkan kerapuhan
tulang (misalnya penggunaan kortikosteroid jangka panjang dan antikonvulsan).

 Penyebab dari osteoporosis atau tulang keropos terdiri dari beberapa faktor,
diantaranya:

1. Osteoporosis Postmenopausal

Disebabkan karena kekurangan hormon estrogen (hormon utama


pada wanita). Pada wanita, hormon estrogen akan membantu proses pengangkutan
kalsium ke dalam tulang. Biasanya gejala osteoporosis timbul pada wanita yang
berusia di antara 51-75 tahun. Akan tetapi, gejala tersebut dapat timbul lebih cepat
ataupun lebih lambat. Tidak semua wanita memiliki risiko yang sama untuk
menderita osteoporosis postmenopausal, wanita kulit putih dan (apakah maksudnya
wanita asia?) lebih mudah menderita penyakit ini daripada wanita kulit hitam.

2. Osteoporosis Senilis

Disebabkan oleh berkurangnya jumlah kalsium dalam tubuh yang


terkait dengan bertambahnya usia serta ketidakseimbangan antara kecepatan
hancurnya matriks tulang dengan pembentukan regenerasi sel tulang yang
baru. Kata Senilis sendiri memiliki makna yakni keadaan yang hanya terjadi
pada usia lanjut. Sesuai dengan istilahnya, osteoporosis jenis ini biasanya
terjadi pada usia diatas 70 tahun dan 2 kali lebih sering menyerang wanita.

3. Osteoporosis Sekunder

Dialami oleh kurang dari 5% penderita osteoporosis. Kondisi


osteoporosis sekunder dapat disebabkan oleh keadaan medis lainnya
ataupun obat-obatan. Dapat juga disebabkan oleh kondisi medis seperti,
gagal ginjal kronis, kelainan hormonal (terutama tiroid, paratiroid dan adrenal)
dan obat-obatan (misalnya kortikosteroid, barbiturat, anti-kejang dan hormon
tiroid yang berlebihan). Pemakaian alkohol yang berlebihan dan merokok bisa
memperburuk keadaan osteoporosis.

4. Osteoporosis juvenil idiopatik

Merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya tidak diketahui. Hal


ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi
hormon yang normal, kadar vitamin yang normal dan tidak memiliki penyebab
yang jelas dari rapuhnya tulang.

C. Manifestasi Klinis
Pada tahap awal, osteoporosis umumnya tidak menimbulkan gejala atau keluhan
yang berarti. namun, apabila terus terjadi dan tidak mendapat pengobatan yang
tepat, penyakit ini bisa membuat penderitanya mengalami rasa sakit yang amat
sangat di bagian tulang tertentu.

Tidak hanya itu, osteoporosis tahap lanjut juga bisa menyebabkan terjadinya kondisi
berikut ini:

1. Nyeri punggung
2. Tubuh menjadi lebih pendek karena pemendekan tulang belakang
3. Postur bungkuk
4. Tulang yang mudah patah sekalipun hanya cedera ringan.
Osteoporosis sering kali tidak menimbulkan tanda dan gejala apa pun. Kondisi ini
biasanya baru diketahui saat seseorang mengalami cedera yang menyebabkan
patah tulang. Seiring berkurangnya kepadatan tulang, penderita osteoporosis bisa
mengalami tanda dan gejala sebagai berikut:

1. Tulang rapuh

Penderita osteoporosis mengalami peningkatan dalam kerapuhan tulang. Jika Anda


belum pernah didiagnosis dengan penyakit ini, lebih baik segera temui dokter Anda.

2. Tinggi berkurang

Walaupun banyak orang cenderung semakin pendek ketika usianya bertambah,


namun kehilangan massa di tulang belakang akibat osteoporosis dapat
menyebabkan berkurangnya tinggi secara signifikan.

Jika khawatir kalau hal ini menjadi masalah, coba biarkan dokter tahu sehingga
mereka dapat memantau tinggi badan Anda setiap tahun.

3. Postur yang jelek

Postur yang jelek merupakan tanda terbesar dari osteoporosis. Postur ini bisa saja
merupakan vetebra yang sangat dipengaruhi oleh hilangnya massa tulang dan dapat
berpotensi menyebabkan cacat jika tidak berhenti melakukannya.

4. Kuku rapuh

Meskipun bukan merupakan indikator yang signifikan dari osteoporosis, namun kuku
rapuh juga dapat dikaitkan dengan tulang yang keropos.

5. Malas

Olahraga rutin dapat memiliki manfaat yang baik bagi kesehatan seluruh tubuh dan
pikiran, termasuk tulang Anda. Di sisi lain, mereka yang menjalani gaya hidup
bermalas-malasan dan tidak berolahraga rutin, memiliki risiko yang lebih tinggi
terkena osteoporosis karena memiliki tulang yang lebih lemah.

6. Nyeri pada otot dan sendi

Hal ini bisa menjadi gejala dalam berbagai hal, salah satunya osteoporosis. Jika
Anda merasakan nyeri di otot dan sendi, disarankan untuk mencatat kapan nyeri
tersebut muncul. Jika hal ini menjadi masalah dan mengganggu aktivitas, Anda
harus menghubungi dokter untuk mendapatkan evaluasi kepadatan tulang.

7. Sakit punggung

Tulang yang lemah akibat osteoporosis, dapat menyebabkan tulang belakang patah
atau retak, sehingga membuat nyeri punggung. Jika Anda merasakan sakit
punggung yang tidak jelas akibatnya, segera temui dokter Anda agar tulang
diperiksa.

D. Pathway

Osteoporosis

Genetik/ gaya hidup

Kurang
Penurunan masa tulang/rapuh
pengetahuan

Fraktur

Fraktur colles Fraktur kompresi


tulaang vertebra

Perubahan postural

Gangguan ekstremitas

Atas/bawah Defermitas skelet

Hambatan
NYERI Gangguan citra
Mobilitas fisik
tubuh

Defisit perawatan
diri

E. Komplikasi
Osteoporosis adalah kondisi saat tulang kehilangan kepadatan mineralnya sehingga
lebih rapuh dan rentan patah. Penyakit pengeroposan tulang ini bisa muncul dengan
rentang kondisi dari yang ringan hingga yang parah.

Ketika tingkatannya sudah parah dan tidak mendapatkan pengobatan osteoporosis


yang tepat dan sesegera mungkin, ada berbagai komplikasi yang mengintai seperti:

1. Patah tulang

Salah satu komplikasi dari osteoporosis yang paling sering terjadi adalah patah
tulang. Area tulang yang kehilangan kepadatan mineralnya lama-lama akan patah
secara bertahap. Tulang belakang, tulang pinggul, dan pergelangan tangan
merupakan area tulang yang paling sering patah ketika terkena osteoporosis.

Contohnya: 1. Patah tulang belakang

Ketika tulang belakang patah, hal ini biasanya disertai dengan rasa
nyeri di area sepanjang tulang belakang dari punggung bawah ke
tengah. Bahkan, kondisinya sering kali memburuk ketika Anda duduk
atau berdiri dalam waktu yang lama.

Patah tulang belakang biasanya menyebabkan tinggi badan menjadi


berkurang. Jika tulang yang patah cukup banyak, bukan tidak mungkin
postur tubuh Anda menjadi bungkuk.

2. Patah pergelangan tangan

Patah pergelangan tanagan termasuk salah satu komplikasi dari


osteoporosis yang juga kerap dialami. Kondisi ini biasanya dipicu
ketika penderita osteoporosis menjadikan telapak tangan sebagai
tumpuan saat terjatuh. Akibatnya, area pergelangan tangan memikul
beban tubuh yang terlalu berat bagi orang dengan osteoporosis.

Ketika pergelangan tangan patah, ada beberapa gejala yang akan


muncul seperti:

1. Nyeri, bengkak, dan memar di pergelangan tangan atau


pangkal ibu jari.
2. Pergelangan terkekuk pada sudut yang tidak wajar
3. Muncul sensasi sakit ketika mencoba menggam sesuatu di
area tangan yang terluka.

F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan osteoporosis bertujuan untuk mencegah kehilangan tulang lebih
lanjut dan mencegah terjadinya fraktur patologis. Insidensi fraktur panggul dapat
berkurang 20-25% jika osteoporosis ditangani dengan tepat. Pilihan
penatalaksanaan terdiri atas medikamentosa dan nonmedikamentosa.

Tata laksana medikamentosa meliputi hormonal atau nonhormonal. Pada prinsipnya


terapi bekerja menghambat resorpsi tulang atau meningkatkan pembentukan tulang.

Pengobatan osteoporosis hormonal dilakukan dengan menggunakan hormon


tertentu untuk menjaga kepadatan tulang. Obat yang diberikan adalah:

1. Hormon estrogen
Terapi penggantian hormon dengan menggunakan estrogen ditujukan bagi
wanita yang sudah masuk masa menopause. Namun, terapi ini berisiko
memicu timbulnya penyakit lain, seperti kanker payudara, kanker ovarium,
dan stroke.
2. Selective estrogen receptor modulators(SERMs)
Salah satu jenis SERMs yang akan digunakan untuk mengatasi
osteoporosis adalah raloxifene. Obat ini bekerja dengan mempertahankan
kepadatan tulang dan mengurangi risiko terjadinya patah tulang.
3. Hormon testosteron
Terapi dengan hormon testosteron dilakukan pada pria yang mengalami
hipogonadisme atau ketidakmampuan memproduksi hormon seks dengan
normal.
4. Obat penumbuh tulang
Obat ini berfungsi untuk meningkatkan kepadatan tulang dan hanya
diberikan jika kepadatan tulang pasien sangat rendah. Obat dalam bentuk
suntik ini antara lain teriparatide, romosozumab, danabaloparatide
5. Kalsitonin
Kalsitonin adalah hormon untuk memperkuat kepadatan tulang yang
bekerja dengan cara menghambat kerja sel-sel yang meluruhkan tulang.
Kalsitonin diberikan dalam bentuk suntikan.
6. Terapi non-hormonal
Terapi hormone selama ini memang dianggap sebagai jalan yang paling
baik untuk mengobati osteoporosis. Namun, karena banyaknya efek
samping yang dapat ditimbulkan dan tidak dapat diterapkan pada semua
pasien osteoporosis, maka sekarang mulai dikembangkan terapi non-
hormonal.
a.) Bisfosfonat
Bisfosfonat merupakan golongan obat sintetis yang saat ini sangat dikenal
dalam pengobatan osteoporosis non-hormonal. Efek utama dari obat ini
adalah menonaktifkan sel-sel penghancur tulang (osteoclast) sehingga
penurunan massa tulang dapat dihindari. Obat-obat yang termasuk
golongan bisfosfonat adalah etidronat dan alendronat.
B). Etidronat
Etidronat adalah obat golongan bisfosfonat pertama yang biasa digunakan
dalam pengobatan osteoporosis. Obat ini diberikan dalam bentuk tablet
dengan dosis satu kali sehari selama dua minggu. Penggunaan obat ini
harus dikombinasikan dengan konsumsi suplemen kalsium. Namun, perlu
diperhatikan agar konsumsi suplemen kalsium harus dihindari dalam
waktu dua jam sebelum dan sesudah mengkonsumsi etidronat karena
dapat mengganggu penyerapannya. Kadang kala konsumsi etidronat
memberikan

G. Pemeriksaan penunjang
Osteoporosis sering kali tidak menimbulkan gejala. Penderita osteoporosis
biasanya datang ke dokter dengan keluhan patah tulang akibat jatuh atau terbentur.
Jika seperti ini, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik pada bagian tulang yang
patah untuk mendapat gambaran mengenai tingkat keparahannya.

Untuk memastikan diagnosis, dokter akan melakukan pemeriksaan penunjang


berupa:

1. Pengecekan riwayat kesehatan untuk memastikan seberapa besar risiko


patah tulang yang Anda miliki.
2. Pemeriksaan fisik yang meliputi pemeriksaan bagian tubuh yang sering
mengalami patah tulang, seperti tulang panggul, tulang punggung, leher, dan
lengan.
3. Rontgen atau CT scan, untuk melihat dengan lebih jelas kondisi tulang yang
patah
4. Tes kimia darah untuk mengevaluasi kadar kalsium dan fosfor, serta untuk
mendapatkan gambaran kondisi hati dan ginjal.
5. Tes urin 24 jam untuk mendeteksi penyerapan kalsium yang tidak normal
atau kemungkinan terjadinya kebocoran kalsium akibat gangguan fungsi
ginjal.
6. Tes penghitungan darah yang bermanfaat untuk mendeteksi penyakit lain,
misalnya anemia, yang dapat menjadi penyebab tubuh kekurangan nutrisi
dan untuk mengetahui kadar sel-sel darah, kadar elektrolit, dan kadar
hormon, termasuk hormon tiroid, paratiroid, esterogen, dan testosteron
7. Tes fungsi tiroid untuk mendapatkan gambaran kadar estrogen pada
perempuan, sebagai awalan deteksi lebih lanjut risiko osteoporosis.
8. Pengukuran kepadatan tulang.
9. Biopsi tulang jika dibutuhkan
10. Tes bone mass density (BMD), untuk melihat tingkat kepadatan tulang dan
menentukan risiko terjadinya patah tulang
Tes BMD dilakukan dengan dual energy X-Ray absorptiometryI (DXA) atau dengan
quantitative computed tomography (QCT). pemeriksaan DXA lebih sering dilakukan.
Interpretasi dari hasil pemeriksaan ini adalah sebagai berikut:

- Lebih dari -1 : Normal


- -1 sampai -2,5 : Kepadatan tulang rendah (osteopenia)
- Kurang dari -2,5 : Kemungkinan besar osteoporosis

H. Pengkajian Keperawatan
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam
menentukan status kesehatan dan pola pertahanan penderita, mengidentifikasikan,
kekuatan dan kebutuhan penderita yang dapat diperoleh melalui anamnese,
pemeriksaan fisik dan riwayat psikososial.

1. Identitas Klien
1. Identitas diri Klien

a. Nama :.............................................................................
Tempat tanggal lahir:.........................................................................
Jenis kelamin:....................................................................................
Alamat:..............................................................................................
Status perkawinan:............................................................................
Agama:..............................................................................................
Suku pendidikan:...............................................................................
Diagnose medis:................................................................................

2. Keluarga atau orang lain yang penting/dekat yang dapat dihubungi,

Nama;.................................................................................................
Alamat:...............................................................................................
Nomor telephone:..............................................................................
Hubungan dengan klien:.....................................................................

3. Riwayat pekerjaan dan status ekonomi pekerjaan saat ini:......................

Pekerjaan sebelumnya:......................................................................

Sumber pendapatan:.........................................................................
Kecukupan pendapatan:....................................................................

4. Aktifitas rekreasi:......................................................................................

Hobi:..................................................................................................
Bepergian/wisata:..............................................................................
Keanggotaan organisasi:..................................................................
Lain-lain:...........................................................................................

5. Riwayat keluarga:.....................................................................................

- Saudara kandung
- Riwayat kematian dalam keluarga
Umur penyebab kematian

6. Pola kebiasaan sehari hari

Nutrisi:.................................................................................................
Frekuensi makan:................................................................................
Nafsu makan:......................................................................................
Jenis makanan:...................................................................................
Kebiasaan sebelum makan:...............................................................
Makanan yang tidak disukai:..............................................................
Alergi terhadap makanan:..................................................................
Pantangan makanan:...........................................................................
Keluhan yang berhubungan dengan makanan:.................................

7. Eliminasi

BAK ;
Frekuensi dan waktu:.......................................................................
Kebiasaan Bak pada malam hari:....................................................
Keluhan yaang berhubungan dengan Bak:.....................................
BAB :
Frekuensi dan waktu mandi:...........................................................
Konsistensi:....................................................................................
Keluhan yang berhubungan dengan BAB:....................................
Pengalaman yang mengenai laxatif:...............................................

8. Personal Hygiene

Mandi
Frekuensi dan waktu mandi:........................................................
Pemakaian sabun (ya/tidak).........................................................
Oral Hygiene
Frekuensi waktu dan gosok gigi:..................................................
Menggunakan pasta gigi:............................................................
Cuci Rambut
Frekuensi:......................................................................................
Penggunaan sampo:.....................................................................
Kuku dan tangan
Frekuensi gunting kuku:................................................................
Kebiasaan mencuci tangan pakai sabun:.....................................

9. Istirahat dan Tidur

Lama tidur malam;.......................................................................


Tidur siang:.................................................................................
Keluhan yang berhubungan dengan tidur:.................................

10. Kebiasaan mengisi waktu luang

Olahraga:....................................................................................
Nonton TV:.................................................................................
Berkebun atau memasak:...........................................................

11. Kebiasaan yang mempengaruhu kesehatan fisik(jenis/frekuensi)

Merokok (ya/tidak)...................................................................
Minuman keras (ya/tidak)........................................................
Ketergantungan terhadap obat (ya/tidak)...............................

2. Pemeriksaan Fisik

1. Status kesehatan saat ini

1. Keluhan utama dalaam 1 tahun terakhir:...............................


2. Gejala yang dirasakan:..........................................................
3. Faktor pencetus:...................................................................
4. Timbulnya keluhan ()Mendadak () Dokter praktek
5. Waktu timbulnya keluhan:.....................................................
6. Upaya mengatasi:................................................................
() Pergi ke rs/klinik pengobatan
() Pergi ke bidan atau perawat
() Mengkonsumsi obat obatan sendiri
() Mengkonsumsi obat obatan tradisional
() Lain lain

3. Riwayat kesehatan masa lalu


1. Penyakit yang pernah di derita:........................................
2. Riwayat alergi (obat,makanan,binatang, debu):...............
3. Riwayat kecelakaan:........................................................
4. Riwayat dirawat dirumah sakit:.......................................
5. Riwayat pemakaian obat:...............................................

4. Pemeriksaan fisik

1. Keadaan umum:..............................................................
2. BB/TB:............................................................................
3. Rambut:.........................................................................
4. Mata:.................................................................................
5. Telinga;...........................................................................
6. Mulut:..............................................................................
7. Hidung:...........................................................................
8. Dada:...............................................................................
9. Paru paru:.......................................................................
I:...............................................
P:............................................
P:.........................................
A:................................................
Jantung:.....................................
I:....................................................
P:.....................................................
P:...................................................
A:..................................................
10. Abdomen
I:...................................................
P:................................................
P:......................................................
A:................................................
11. Kulit:..................................................
12. Ekstremitas atas:................................................
13. Ekstremitas bawah:....................................................
14. TTV:..............................................................................
I. Analisa Data
Nama pasien :........................................................

No. Rekam medik :.................................................

Ruang rawat :.........................................................

DATA ETIOLOGI MASALAH KEP.

Ds:
- Klien merasa Tulang yang mudah patah
Nyeri tulang Dan cedera ringan Nyeri
punggung
belakang
Mengalami peningkatan
dalam kerapuhan tulang
- Klien merasakan
Nyeri sendi dan
otot saat sudah fraktur dan juga gangguan
beraktifitas pada ekstremitas atas/bawah
Do:
- Klien
mengatakan saat Pola aktifitas fisik yang
sudah padat dan penumpukan
beraktifitas Nyeri lemak dalam sendi
pada tulang
sendi nya

- Klien tampak Menyebabkan tulang


merasa belakang patah atau retak,
kesakitan di area sehingga membuat nyeri
tulang punggung punggung
belakang

Nyeri
Ds: komplikasi dari osteoporosis
- Klien merasakan yang kerap dialami Defisit perawatan diri
sensasi nyeri
ketika mencoba
menggam
sesuatu di area selain itu telapak tangan
tangan yang sebagai tumpuan saat
terluka. terjatuh

- Klien selain
merasa nyeri ada
memar dan area pergelangan tangan
pembekakan memikul beban tubuh yang
juga pada terlalu berat
pergelangan
tangannya
pergelangan tangan terasa
Do: nyeri, memar dan bengkak
- Klien
mengatakan
terasa nyeri saat
menggenggam
sesuatu di area gangguan ekstremitas
tangannya yang atas/bawah
terluka

- Klien tampak
merasakan nyeri
pada hambatan mobilitas fisik
pergelangannya
karena selain
nyeri ada memar
dan pembekakan defisit perawatan diri
Ds:
- Klien merasa tidak Hilangnya massa tulang Gangguan citra tubuh
percaya diri karna
dirinya merasa
posturnya semakin
tidak menarik dan Mulai merasa malas
tinggi badannya berolahraga rutin
semakin berkurang
ketika usianya
bertambah
Fraktur kompresi
- Klien merasa tulang vertebra
semakin bermalas
malasaan untuk
berolahraga
Perubahan postural mulai
- Klien merasa kuku pengeroposan tulang
nya semakin lama
semakin rapuh

Do: Defermitas skelet


- Klien mengatakan
dirinya merasa
tidak percaya diri
karna postur
tubuhnya yang Gangguan citra diri
semakin lama
semakin tidak
menarik dan klien
merasa tinggi
badannya semakin
lama semakin
berkurang karena
faktor hilangnya
masssa tulang.

- Klien mengatakan
dirinya semakin
lama semakin
malas berolahraga,
faktor tersebut
karena resiko lebih
tinggi terkena
osteoporosis
- Klien tampak aneh
dengan kuku nya
yang semakin
rapuh
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1) Nyeri berhubungan dengan Agen cedera fisik

2) Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan


Muskuloskeletal

3) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan terapi


penyakit
K. Intervensi Keperawatan

INTERVENSI (NOC)

1. Nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam diharapkan


kebutuhan pasien dapat terpenuhi

INDIKATOR 1 2 3 4 5

Menggunakan tindakan pengurangan


nyeri tanpa analgesik

Melaporkan nyeri
yang terkontrol

Indikator I : Kontrol Nyeri

Keterangan :

1 : tidak pernah menunjukan

2 : jarang menunjukan

. 3 : kadang-kadang menunjukan

4 : sering menunjukan

5 : secara konsisten menunjukan

INTERVENSI :
1. Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien
terhadap ketidaknyamanan, misalnya suhu ruangan dll..

2. Berikan informasi mengenai nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri
yang dirasakan, dan antisipasi dari ketidaknyamanan akibat prosedur
RASIONAL :
1. Agar perawat mengetahui faktor penyebab yang memperberat nyeri yang
dirasakan oleh pasien.

2. Agar mengetahui perkembangan respon nyeri yang dirasakan pasien

2. Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan


muskuloskeletal

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam diharapkan


kebutuhan pasien dapat terpenuhi

Indikator I : Perawatan diri : berpakaian, eliminasi.


INDIKATOR 1 2 3 4 5

Mengambil pakaian dari lemari

Memposisikan diri di toilet atau alat


bantu eliminasi

Keterangan :

1. : sangat terganggu
2. : banyak terganggu
3. : cukup terganggu
4. : sedikit terganggu
5. :Tidak terganggu

INTERVENSI :

1. Sediakan pakaian pasien di area yang dapat di jangkau, misalnya : di


sisi tempat tidur
2. Bersedia membantu pasien untuk menyiapkan pakaian
3. Dapatkan alat-alat untuk membantu pasien dalam aktifitas sehari-hari.
4. Instruksikan pasien untuk menggunakan alat yang tepat
RASIONAL :

1. Agar pasien mudah dan tidak kesulitan untuk menggunakan alat


sesuai kebutuhannya.
2. Agar pasien bisa melakukan aktifitas dengan fasilitas yang di butuhkan
sesuai yang diperlukan.

3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan terapi penyakit

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam diharapkan


kebutuhan pasien dapat terpenuhi

Indikator I : Citra tubuh


INDIKATOR 1 2 3 4 5

Kepuasan dengan fungsi tubuh

Penyesuaian terhadap fungsi tubuh

Keterangan :

1. : tidak pernah positif


2. : jarang positif
3. : kadang-kadang positif
4. : Sering positif
5. : konsisten positif

INTERVENSI :

1. Gunakan bimbingan antisipasif menyiapkan pasien terkait dengan


perubahan-perubahan citra tubuh yang telah di prediksikan.
2. Bantu pasien menentukan keberlanjutan dari perubahan-perubahan
aktual dari tubuh atau tingkat fungsinya.
3. Bantu pasien untuk mengidentifikasikan tindakan-tindakan yang akan
meningkatkan penampilan.

RASIONAL :

1. Agar pasien dapat memprediksikan perubahan pada citra tubuh


dirinya.
2. Agar pasien dapat melakukan kembali segala kebutuhan dirinya
sendiri dengan dilakuikannya perubahan aktual
3. Agar pasien dapat melakukan tindakan tindakan dengan semestinya.

K. Implementasi Keperawatan
Nama pasien :........................................................

No. Rekam medik :.................................................

Ruang rawat :.........................................................


NO DIAGNOSA JAM IMPLEMENTASI RESPON KLIEN
KEPERAWATAN TINDAKAN KEP.

1. Nyeri berhubungan dengan 1.1 Memonitor tingkat S : Pasien


agen cedera fisik ketidaknyamanan karna mengatakan rasa
rasa nyeri tanpa nyeri mulai
penggunaan perawatan berkurang, dan nyeri
analgesik sangat terasa ketika
sedang melakukan
sesuatu
1.2 Monitor faktor faktor
seperti penyebab nyeri, O : Pasien tampak
berapa lama nyeri yang tenang dan kadang
dirasakan, dan meringis ketika terasa
antisipasi dari saat bergerak
ketidaknyamanan akibat
prosedur A : Prosedur sudah
dilakukan

P : Intervensi di
lanjutkan
2. Defisit perawatan diri 2.1 Monitor bantu S : Pasien
berhubungan dengan pasien untuk mengatakan mampu
gangguan muskuloskeletal melakukan semua melakukan
kebutuhannya yang kebutuhannya karna
dapat di jangkau dari masih terjangkau dan
tempat tidur pasien tidak terlalu sulit

O : Pasien mulai
2.2 Bantu membaik
memposisikan pasien
untuk melakukan A : Prosedur sudah
eliminasi atau dilakukan
memberikan alat agar
lebih mudah untuk P : Intervensi
3
melakukannya dihentikan

Gangguan citra tubuh


berhubungan dengan terapi S : Pasien
penyakit 3.1 Memberikan mengatakan kondisi
bimbingan antisipasif tubuhnya semakin
secara konsisten untuk membaik dan sudah
meningkatkan mulai merasa percaya
perubahan-perubahan diri dengan
gangguan citra tubuh. keadaannya dirinya

3.2 Bantu pasien untuk O : Pasien tampak


menentukan lebih tenang
keberlanjutan dari
perubahan-perubahan A : Masalah sudah
aktual teratasi

3.3 Identifikasi P : Intervensi di


tindakan-tindakan hentikan
yang akan
meningkatkan
penampilan pasien.
M : Evaluasi

Nama pasien :........................................................

No. Rekam medik :.................................................

Ruang rawat :.........................................................

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN EVALUASI

1. Nyeri berhubungan dengan agen S : Pasien mengatakan rasa nyeri mulai


cedera fisik berkurang, dan nyeri sangat terasa ketika sedang
melakukan sesuatu

O : Pasien tampak tenang dan kadang meringis


ketika terasa saat bergerak
INDIKATOR Awal Akhir Target

Menggunakan
tindakan 2 3 5
pengurangan nyeri
tanpa analgesik

Melaporkan nyeri 1 3 5
yang terkontrol

A : Prosedur sudah dilakukan

P : Intervensi di lanjutkan
2. Defisit perawatan diri
berhubungan dengan gangguan S : Pasien mengatakan mampu melakukan
muskuloskeletal kebutuhannya karna masih terjangkau dan tidak
terlalu sulit

O : Pasien mulai membaik

INDIKATOR awal akhir


target

Mengambil
pakaian dari lemari 1 3 5

Memposisikan diri
di toilet atau alat 1 4 5
bantu eliminasi

A : Prosedur sudah dilakukan

P : Intervensi dihentikan

3. Gangguan citra tubuh


S ; Pasien mengatakan kondisi tubuhnya semakin
berhubungan dengan terapi
membaik dan sudah mulai merasa percaya diri
penyakit
dengan keadaannya dirinya

O : Pasien tampak lebih tenang

INDIKATOR awal akhir target

Kepuasan dengan 2 3 5
fungsi tubuh

Penyesuaian 2 4 5
terhadap fungsi tubuh

A : Masalah sudah teratasi

P : Intervensi di hentikan
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari berbagai fakta bencana yang ada jelas terlihat bahwa dampak negative
yang diakibatkan oleh bencana alam sangat besar yaitu kerusakan lingkungan
hidup, harta benda dan bahkan nyawa. Bencana besar yang terjadi tidak serta merta
datang begitu saja, namun didahului oleh adanya gejala-gejala alam yang
ditimbulkan oleh alam itu sendiri atau diakibatkan oleh eksploitasi lingkungan yang
berlebihan, kebijakan pemerintah yang kurang memperhatikan AMDAL ( Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan ) , Tata Ruang yang kurang baik dan tidak baiknya
managemen pemerintah untuk mengatisipasi dan penaggulangan bencana.

B. Saran
Bencana bisa terjadi kapan saja dan dimana saja, namun kita harus mengetahui
jenis-jenis bencana, sebab-sebab yang menimbulkan bencana dan akibat-akibat
yang ditimbulkannya

Saran-saran, saya sampaikan kepada semua pihak untuk mengantisipasi


dan penanggulangan bencana agar tidak menimbulkan kerusakan lingkungan hidup,
korban meninggal dan kerugian harta benda yang besar.

1. Kepada Pemerintah agar meningkatkan managemen antisipasi dan


penanggulangan bencana.

2. Pemerintah agar memiliki Lembaga atau Badan Khusus bahkan mungkin yang
lebih tinggi yaitu setingkat menteri untuk mengantisipasi dan penanggulangan
bencana

3. Pemerintah agar memberikan sosialisasi dan simulasi kepada masyarakat yang


tinggal di daerah bencana, bagaimana cara mengatasi bencana yang terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Rahman, Dhohir Taufik dan Tarsisius, 2000, Indonesia : Negara Bencana,
Jakarta : Yudhistira

2. http://id.wikipedia.org/wiki/Bencana_alam,

3. http://rovicky.wordpress.com/2010/10/18/banjir-bandang-bagaimana-terjadinya/

Anda mungkin juga menyukai