Anda di halaman 1dari 15

CASE METHOD

MK. DIET TERAPI

DOSEN PENGAMPU:
TYAS PERMATASARI

OLEH:
NOVRIHANA SIAGIAN (5213142009)
GIE ANGGANA BR. TARIGAN (5213142004)
PUTRI ANGELICA SILITONGA (5213342022)

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TATA BOGA


PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2022

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan Rahmat,
Karunia, Hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan tugas Case Method ini. Dan juga tidak
lupa saya berterima kasih kepada Dosen mata kuliah Tugas Diet Terapi.
Penulis sangat berharap tugas Case Method ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini
terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang penulis harapkan. Untuk itu, penulis
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga tugas sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis sendiri maupun bagi orang yang
membacanya. Sebelumnya penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan penulis memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan
dimasa depan.

Medan, September 2022

Penulis

ii
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR...............................................................................................................................ii
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................iii
BAB I..........................................................................................................................................................2
1.1 LATAR BELAKANG................................................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................................................2
1.4 Manfaat Penelitian.....................................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................................3
2.1 Pengertian Osteoporosis............................................................................................................3
2.2 Gejala..........................................................................................................................................4
2.3 Upaya Pencegahan.....................................................................................................................4
BAB III.......................................................................................................................................................7
3.1 Tanda dan Gejala......................................................................................................................7
3.2 Menu Makanan Untuk Osteoporosis........................................................................................7
3.3 Pembahasan Zat Gizi...............................................................................................................10
BAB IV.....................................................................................................................................................12
4.1 Kesimpulan..............................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................iv

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Osteoporosis adalah suatu kondisi dimana tulang menjadi rapuh sehingga beresiko lebih
tinggi untuk terjadinya fraktur (pecah atau retak) dibandingkan tulang yang normal.
Osteoporosis terjadi karena ketidakseimbangan antara pembentukan tulang baru dan resorpsi
tulang tua. Osteoporosisi biasanya tidak memiliki tanda-tanda atau gejala khusus sampai
akhirnya terjadi fraktur. Karena inilah osteoporosis sering disebut sebagai ‘silent disease’.
Faktor-faktor resiko terjadinya osteoporosis adalah faktor yang bisa diubah (umur, jenis
kelamin, riwayat keluarga, menopause, penggunaan kartikosteroid, rematoid arthritis)
Karena puncak kepadatan tulang dicapai pada sekitar usia 25 tahun, maka sangatlah penting
untuk membangun tulang yang kuat di sepanjang usia, sehingga tulang-tulang akan tetap kuat
di kemudian hari. Asupan kalsium yang memadai merupakan bagian penting untuk
membangun tulang yang kuat.
1.2 Rumusan Masalah
Ada pun sebagian permasalahan yang hendak dibahas dalam makalah ini antara lain:
1. Apa saja tanda dan gejala yang dialami oleh penderita?
2. Apa yang dimaksud dengan osteoporosis?
3. Apa saja upaya pencegahan osteoporosis?
4. Apa saja rekomendasi menu yang disarankan oleh kelompok?
5. Apa saja zat gizi yang tergandung didalam menu yang direkomendasikan?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penulisan makalah adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui tanda dan gejla yang dialami oleh penderita
2. Untuk mengtahui pengertian osteoporosis
3. Untuk mengetahui upaya pencegahan osteoposis
4. Untuk mengetahui rekomendasi menu yang disarankan
5. Untuk mengetahui zat gizi yang tekandung di dalam menu yang direkomendasikan
1.4 Manfaat Penelitian
Makalah ini bermanfaat untuk menambah wawasan mahasiswa dan pembaca mengenai
penyakit degeneratif osteoporosis.

iv
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Osteoporosis
Osteoporosis adalah kelainan penulangan akibat gangguan metabolisme dimana tubuh tidak
mampu menyerap dan memanfaatkan zat-zat yang diperlukan untuk proses pematangan
tulang. Pada osteoporosis terjadi pengurangan masa/jaringan tulang per-unit volume tulang
dibandingkan dengan keadaan normal. Dengan bahasa awam dikatakan tulang menjadi lebih
ringan dan lebih rapuh dari biasanya, meskipun mungkin zat-zat dan mineral untuk
pembentukan tulang didalam darah masih dalam batas nilai normal. Proses pengurangan ini
terjadi di seluruh tulang dan berkelanjutan sepanjang kehidupan.
Manusia lanjut usia (lansia) beresiko menderita osteoporosis, sehingga setiap patah tulang
pada lansia perlu diasumsikan sebagai osteoporosis, apalagi jika disertai dengan riwayat
trauma ringan dan kesehatan seperti mata, jantung, dan fungsi organ lain. Pada usia60-70
tahun, lebih dari 30% perempuan menderita osteoporosis dan insidennya meningkat menjadi
70% pada usia 80 tahun ke atas. Hal ini berkaitan dengan defisiensi estrogen pada masa
menopause dan penurunan massa tulang karena proses penuaan. Pada laki-laki osteoporosis
lebih dikarenakan proses usia lanjut, sehingga insidennya tidak sebanyak perempuan.
1. Osteoporosis Primer
Sekitar 65-80% wanita dan 45-60% pria dengan osteoporosis menderita osteoporosis
primer. Pada wanita dengan fraktur kompresi karena osteoporosis primer didapat masa
tulang kortikal dan trabekular yang kurang. Jumlah trabekula yang kurang dan pertanda
biokimiawi serta histologik merupakan bukti terjadinya resorpsi tulang yang meningkat
dibandingkan kontrol pada umur yang sama. Hormonestron dan androstendion berkurang
secara bermakna pada wanita dengan osteoporosis, dan hal ini merupakan sebagian sebab
didapatkannya resorp situlang yang bertambah banyak dan pengurangan masa tulang.
Absorbsi kalsium pada wanita dengan kondisi ini menjadi lebih rendah. Osteoporosis
primer dibagi lagimenjadi:
a. Osteoporosis Tipe 1
Disebut juga postemenoposal osteoporosis. Osteoporosis tipe ini bisa terjadi pada
dewasa muda dan usia tua, baik laki-laki maupun perempuan. Pada perempuan
usia antara 51-75 tahun beresiko 6 kali lebih banyak daripada laki-laki dengan
kelompok umur yang sama. Tipe osteoporosis iniberkaitan dengan perubahan
hormon setelah menopause dan banyak dikaitkan dengan patah tulang pada ujung
tulang pengumpil lengan bawah. Pada osteoporosis jenis ini terjadi penipisan
bagian keras tulang yang paling luar (kortek) dan perluasan rongga tulang.
b. Ostroporosis Tipe 2
Disebut juga senile osteoporosis (involutional osteoporosis). Tipe 2 inibanyak
ditemui pada usia diatas 70 tahun dan dua kali lebih banyak pada wanita
dibanding laki-laki pada umur yang sama. Kelainan pertulangan terjadi pada
bagian kortek maupun di bagian trabikula. Tipe ini sering dikaitkan dengan patah
tulang kering dekat sendi lutut, tulang lengan atas dekat sendi bahu, dan patah

v
tulang paha dekat sendi panggul. Osteoporosis jenis ini, terjadi karena gangguan
pemanfaatan vitamin D oleh tubuh, misalnya karena keadaan kebal terhadap
vitamin D (vit Dresisten) atau kekurangan dalam pembentukan vitamin D (vit D
synthesa) dan bisa juga disebabkan karena kurangnya sel-sel perangsang
pembentukan vitamin D (vitDreseptor).
2. Osteoporosis Sekunder
Osteoporosis sekunder lebih jarang ditemukan, hanya 5% dari seluruh osteoporosis.
Osteoporosis sekunder terdapat pada 20-35% wanita dan 40-55% pria, dengan gejalanya
berupa fraktur pada vertebra dua atau lebih. Diantara kelainan ini yang paling sering
terjadi adalah pada pengobatan dengan steroid, mieloma, metastasis ke tulang, operasi
pada lambung, terapi antikonvulsan, dan hipogonadisme pada pria. Osteoporosis
sekunder ini disebabkan oleh faktor di luar tulang diantaranya: Karena gangguan hormon
seperti hormon gondok, tiroid, dan paratiroid, insulin pada penderita diabetes melitus dan
glucocorticoid, Karena zat kimia dan obat-obatan seperti nikotin, rokok, obat tidur,
kortikosteroid, alkohol. Penyebab lain seperti istirahat total dalam waktu lama, penyakit
gagal ginjal, penyakit hati, gangguan penyerapan usus, penyakit kanker dan keganasan
lain, sarcoidosis, penyakit sumbatan saluran paruyang menahun, berkurangnya daya tarik
bumi dalam waktu lama seperti pada awak pesawat ruang angkasa yang berada di luar
angkasa sampai berbulan-bulan.
2.2 Gejala
Bila tidak disertai dengan penyakit pemberat lain (komplikasi), penderita osteoporosis
bisa saja tidak merasakan gejala apapun. Keluhan yang mungkin timbul hanya berupa
rasa sakit dan tidak enak dibagian punggung atau daerah tulang yang mengalami
osteoporosis. Namun perlu diwaspadai, bahwa patah tulang bisa terjadi hanya karena
sedikit goncangan atau benturan yang sering pada tulang yang manahan beban tubuh.
Rasa nyeribisa hilang sendiri setelah beberapa hari atau beberapa minggu, dan kemudian
timbul lagi bila proses osteoporosis terjadi lagi di tempat lain. Pemadatan ruas tulang
punggung yang luas (multiple compression) bisa memperlihatkan gejala membungkuk
pada tulang belakang, yang terjadi perlahan dan menahun dengan keluhan nyeri tumpul.
Gejalanya, penderita nampak bongkok sebagai akibat kekakuan pada otot punggung.
2.3 Upaya Pencegahan
Osteoporosis merupakan penyakit tersembunyi, terkadang tanpa gejala dan tidak
terdeteksi, sampai timbul gejala nyeri karena mikrofraktur atau karena patah tulang
anggota gerak. Karena tingginya morbiditas yang terkait dengan patah tulang, makaupaya
pencegahan merupakan prioritas. Pencegahan osteoporosis dapat dibagi dalam 3 kategori
yaitu primer, sekunder dan tersier (sesudah terjadi fraktur).
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan upaya terbaik serta dirasa paling murah dan
mudah.Yang termasuk ke dalam pencegahan primer adalah:
a. Kalsium
Mengkonsumsi kalsium cukup baik dari makanan sehari-hari ataupun dari
tambahan kalsium, pada umumnya aman kecuali pada pasien dengan

vi
hiperkalsemia atau nefrolitiasis. Jenis makanan yang cukup mengandung kalsium
adalah sayuran hijau dan jeruk sitrun. Sedangkan diet tinggi protein hewani dapat
menyebabkan kehilangan kalsium bersama urin. Dalam suatu penelitian dikatakan
bahwa perempuan yang melakukan diet vegetarian lebih dari 20 tahun mengalami
kehilangan mineral tulang lebih rendah yaitu sebesar 18% dibandingkan
perempuan non vegetarian sebesar 35%.
b. Latihan Fisik
Latihan fisik harus mempunyai unsur pembebanan pada anggota tubuh/ gerak dan
penekanan pada aksis tulang seperti jalan, joging, aerobik atau jalan naik turun
bukit. Olahraga renang tidak memberikan manfaat yang cukup berarti. Sedangkan
jika latihan berlebihan yang mengganggu menstruasi (menjadi amenorrhea)
sangat tidak dianjurkan karena akan mengakibatkan terjadinya peningkatan
kehilangan massa tulang. Demikian pula pada laki-laki dengan latihan fisik berat
dan berat dapat terjadi kehilangan massa tulang. Hindari faktor yang dapat
menurunkan absorpsi kalsium, meningkatkan resorpsi tulang, atau mengganggu
pembentukan tulang, seperti merokok, minum alkohol dan mengkonsumsi obat
yang berkaitan dengan terjadinya osteoporosis. Kondisi yang diduga akan
menimbulkan osteoporosis sekunder, harus diantisipasi sejak awal.
2. Pencegahan Sekunder
a. Konsumsi Kalsium Tambahan
Konsumsi kalsium dilanjutkan pada periode menopause, 1200-1500 mg per hari,
untuk mencegah negative calcium balance. Pemberian kalsium tanpa penambahan
estrogen dikatakan kurang efektif untuk mencegah kehilangan massa tulang pada
awal periode menopause. Penurunan massa tulang terlihat jelas pada perempuan
menopause yang asupan kalsiumnya kurang dari 400 mgper hari. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pemberian kalsium bersama dengan estrogen dapat
menurunkan dosis estrogen yang diperlukan sampai dengan 50%.
b. Estrogen Replacement Therapy (ERT)
Semua perempuan pada saat menopause mempunyai resiko osteoporosis. Karena
itu dianjurkan pemakaian ERT pada mereka yang tidak ada kontraindikasi. ERT
menurunkan resiko fraktur sampai dengan 50% pada panggul, tulang radius dan
vertebra.
c. Latihanfisik (Exercise)
Latihan fisik bagi penderita osteoporosis bersifat spesifik dan individual.
Prinsipnya tetap sama dengan latihan beban dan tarikan pada aksis tulang. Perlu
diperhatikan berat ringannya osteoporosis yang terjadi karenahal
iniberhubungandengan dosis dan cara gerakan yang bersifat spesifik tersebut.
Latihan tidak dapat dilakukan secara masal karena perlu mendapat supervisi dari
tenaga medis/paramedis terlatih individu per individu.
d. Pemberian Kalsitonin
Kalsitonin bekerja menghambat resorpsi tulang dan dapat meningkatkan massa
tulang apabila digunakan selama 2 tahun. Nyeri tulang juga akan berkurang
karena adanya efek peningkatan stimulasi endorfin. Pemakaian kalsitonin

vii
diindikasikan bagi pasien yang tidak dapat menggunakan ERT, pasien
pascamenopause lebih dari 15 tahun, pasien dengan nyeri akibat fraktur
osteoporosis, dan bagi pasien yang mendapat terapi kortikosteroid dalam waktu
lama.
e. Terapi
Terapi yang juga diberikan adalah vitamin D dan tiazid, tergantung kepada
kebutuhan pasien. Vitamin D membantu tubuh menyerap dan memanfaatkan
kalsium. Dua puluh lima hidroksi vitamin dianjurkan diminum setiap haribagi
pasien yang menggunakan suplemen kalsium.
3. Pencegahan Tersier
Setelah pasien mengalami fraktur osteoporosis, pasienjangan dibiarkan imobilisasi
terlalu lama. Sejak awal perawatan disusun rencana mobilisasi mulai dari mobilisasi
pasifsampai dengan aktif dan berfungsi mandiri. Beberapa obat yang mempunyai
manfaat adalah bisfosfonat, kalsitonin, dan NSAID bila ada nyeri.Dari sudut
rehabilitasi medik, pemakaian ortose spinal/ korset dan program fisioterapi/ okupasi
terapi akan mengembalikan kemandirian pasien secara optimal.

viii
BAB III
3.1 Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala yang dialami penderita yaitu punggung sering terasa sakit, jika duduk
terlalu lama akan sulit untuk berdiri, jika berjalan terlalu lama akan cepat lelah, cara
berjalannya juga sangat lambat karena kaki maupun lutut terasa sakit.
Maka dari yang dialami si penderita tersebut sesuai dengan ciri-ciri orang yang
mengalami osteoporosis.
3.2 Menu Makanan Untuk Osteoporosis
1. Menu untuk sarapan
Roti telur lipat
Bahan:
1. 2 butir telur
2. Roti tawar
3. 4 siung bawang merah
4. Sambal bangkok
5. Sosis
6. 5 biji jabe rawit
7. Keju
Cara membuat:
1. Iris bawang, kemudian potong-potong sosis dan cabe, kemudian di tumis, setelah
matang sisihkan.
2. kocok telur, kemudian tuang ke dalam wajan, kemuadian masukkan roti tawarnya
berikan jarak.

ix
3. Setelah telur kelihatan matang kemudian balik. Kemudian masukkan toping yang
sudah ditumis, kemudian tambahkan keju dan saus bangkok. Lipat hingga roti
berada dibagian luar
4. Panggang roti sedikit lagi hingga berwarna kecoklatan, setelah berwarnakemudian
potong.
5. Siap disajikan
2. Menu Selingan
Cake Labu kuning
Bahan:
1. 250 gr labu kuning
2. 150 gr margarin
3. 150 gr tepung terigu
4. 1 sdt vanila ekstrak
5. 180 gr pasir
6. 5 butir telur ayam
7. ¼ sdm sp
8. 27 gr susu bubuk
9. 40 gr susu kental manis
Cara Membuat:
1. Kukus labu kuning kurang lebih 25 meit. Setelah matang, kemudian blender
sampai benar-benar halus
2. Haluskan telur ayam, gula, dan dan sp, mix sampai mengembang
3. Setelah mengembang masukkan tepung dan susu bubuk. Aduk secara perlahan
supaya adonan tidak turun
4. Kemudian masukkan labu kuning aduk rata, kemudian masukkan margarin yang
sudah dicairkan.
5. Kemudian panggang di suhu 1800 selama 45 menit.
6. Setelah matang potong sesuai selera. Siap disajikan.
3. Menu Makan Siang
Ikan Tongkol Rica-Rica
Bahan:
1. Ikan tongkol
2. 3 lembar daun pandan
3. 2 lembar daun salam
4. Lengkuas
5. 2 buah tomat
6. Daun kemngi
7. Minyak
8. Air
9. garam
Bumbu halus:

x
1. 15 biji cabe merah
2. Bawang merah 7 siung
3. Bawang putih 3 siung
4. Jahe 2 ruas
5. kunyit 2 ruas
6. Kemiri 4 butir
Cara membuat:
1. Gorang ikan yang sudah dimarinasi dengan garam
2. Tumis bumbu yang sudah dihaluskan, tambahkan daun pandan, tomat, daun
salam, dan lengkuas. Setelah wangi tambahkan ikan yang sudah digorng,
kemudian tambahkan air.
3. Tunggu hingga airnya berkurang dan bumbu mengntal, kemudian tambahkan
daun kemangi.
4. Makanan siap disajikan.
4. Menu Selingan
Puding Jeruk Lapis Susu
Bahan:
Lapisan Pertama
1. 400 ml air
2. ½ bungkus agar-agar
3. 5 sdm gula pasir
4. 1 kaleng jeruk mandarin atu boleh menggunakan jeruk biasa
Lapisan Kedua
1. 700 ml susu full cream
2. 10 sdm susu kental manis
3. 1 bungkus agar-agar
Lapisan Ketiga
1. 1 liter air
2. 4 sachet nutrisari jeruk peras atau bisa menggunakan jeruk yang sudah di peras
3. 4 sdm gula pasir
Cara Membuat:
1. Masukkan air ke dalam wajan, tambahkan agar-agar dan gula pasir
2. Tunggu hingga mendidih. Setelah mendidih tuang ke dalam cetakan dan
tambahkan jeruk
3. Untuk lapisan kedua, tuang susu ke dalam wajan kemudian tambah susu kental
manis dan gula pasir
4. Tunggu hingga mendidih, setelah mendidih tuang ke atas lapisan yang pertama
yang sudah mulai mengeras.

xi
5. Untuk lapisan yang ketiga, tuang air ke dalam wajan, tambahkan nutri sari atau
jeruk yang sudah diperas
6. Tunggu hingga mendidih, setelah mendidih tuangkan ke atas cetakan yang sudah
berisi lapisan pertama dan kedua. Tunggu hingga dingin, setelah dingin masukkan
ke dalam kulkas.
7. Masakan siap disajikan
5. Menu Makan Malam
Brokoli Tahu Saus Tiram
Bahan:
1. 1 bonggol brokoli
2. 1 buah wortel
3. 5 biji tahu
4. 1 sdm tepung maizena
5. Bawang bombai
6. 4 siung bawang putih
7. Lada bubuk secukupnya
8. Kecap asin
9. Kecap manis
10. Saus tiram
11. Garam secukupnya
12. Air
13. Minyak
Cara Membuat:
1. Potong-potong brokoli dan wortel, kemudian rebus sebentar
2. Goreng tahu sebentar tidak sampai menguning.
3. Tumis bawang putih, bawang bombai kemudian masukkan wortel
4. Tambahkan air, kemudian tambahkan saus tiram, kecap, kecap asin dan lada, dan
garam
5. setelah mendidih masukkan brokoli dan tahu, kemudian tunggu hingga airnya
berkurang
6. Kemudian tambahkan larutan tepung maizena, tes rasa
7. Masakan siap disajikan

3.3 Pembahasan Zat Gizi


1. Susu
Susu sapi atau susu kambing adalah sumber kalsium terbaik dari produk susu. Selain
itu, kalsium dalam susu, baik susu evaporated amupun segar, umumnya lebih mudah
diserap oleh tubuh. Kandungan kalsium dalam satu gelas susu sapi bisa mencapai
275-350 miligram, sedangkan jumlah kalsium dalam secangkir susu kambing
diperkirakan sebanyak 330 mg. Jumlah tersebut sudah setara dengan sekitar 27-35%

xii
dari jumlah kalsium harian yang disarankan. Selain sebagai sumber kalsium, susu
juga kaya akkan protein, vitamin A dan Vitamin D.
2. Roti
Roti merupakan makanan yang diperkaya oleh kalsium. Jika memakan
3. Keju
Hampir semua jenis keju merupakan makanan berkalsium tinggi. Namun,
dibandingkan dengan keju lainnya, kandungan kalsium pada keju permesan umumnya
lebih tinggi. Dalam 30 gram keju permesan, terdapat sekitar 330 mg kalsium atau
setara dengan 33% asupan kalsium harian yang disarankan bagi orang dewasa.
4. Brokoli
Brokoli merupakan salah satu jenis sayuran hijau yang dikenal sangat baik untuk
kesehatan. Di dalam 50 gram brokoli, terdapat sekitar 30 mg kalsium.
5. Bokcoy
Bokcoy merupakan sayuran yang tinggi kalsium, magnesium, dan vitamin K.
6. Tahu
Tahu merupakan makanan yang mengandung kalsium yang baik untuk tubuh. Di
dalam satu mangkuk kecil atau setara dengan 260 gr tahu, terkandung setidaknya 832
mg.
7. Jeruk
Selain kaya vitamin c, sebutir jeruk juga mengandung 40 mg kalsium.
8. Ikan Salmon
Ikan salmon, ikan sarden, dan ikan tongkol merupakan makanan yang mengandung
banyak kalasium, selain kalsium ikan juga terkanddung berbagai nutrisi yang sangat
penting bagi kesehatan tubuh
9. Labu kuning
Labu kuning juga termasuk makanan yang mengandung kalsium yang cukup tinggi.
Dia dalam labu kuning terkandung sekitar 85 mg kalsium dalam setiap porsinya
(sekitar 130 gr). Labu kuning tidak hanya bertindak sebagai sumber makanan yang
mengandung kalsium. Labu kuning juga merupakan sumber vitamin C dan Vitamin
A.

xiii
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Osteoporosis adalah kondisi ketika kepadatan tulang berkurang sehingga tulang
menjadi keropos dan mudah patah. Osteoporosis terjadi secra bertahap atau sering
kali tidak diiringi gejala apapun. Banyak cara untuk mencegah terjadinya
osteoporosis, mulai dari berolahraga secara rutin, mengonsumsi makanan tinggi
kalsium dan vitamin D, atau mengonsumsi suplemen bila perlu. Bagi orang yang
merokok disarankan untuk berhenti merokok supaya terhindar dari osteoporosis dan
begitu juga dengan yang sering mengonsumsi minuman beralkohol. Tidak
mengonsumsi obat tanpa saran dokter, ataupun obat kortikosteroid.

xiv
DAFTAR PUSTAKA
Ramadani, Meri. 2010. Faktor-Faktor Resiko Osteoporosis dan Upaya Pencegahannya. Jurnal
Kesehatan Masyarakat, Vol.4, No.2.
Siahaan, Seth. 2019. Faktor-Faktor Terjadinya Osteoporosis Pada Lansia di Puskesmas Pancur
Batu Kab. Deli Serdang Tahun 2019.
Marcus, R. 2013. Osteoporosis. England: Elsevier.
Duncan El, Brown MA. 2008. Genetic Studies in Osteroporosis the end of the Begenning.
Arthritis Reserch And Therapy; 10:214
Notoatmojo, Soekidjo. 2017. Metodologi Kesehatan. Rineka: Jakarta.

xv

Anda mungkin juga menyukai