DENGAN OSTEOPOROSIS
Dosen Pengampu :
Ulum Mabruroh, M.Kep
Disusun Oleh :
Ainnur Lailatul Firda 18.1.181
Bella Villia Gita 18.1.184
Kiki Pramitasari 18.1.195
Meilenia Laras Andhini 18.1.198
Mochamad Fayreza Naufaldi 18.1.200
Tiatania Claudia Irmawanti 18.1.214
Tiko Frista Yuliankoko 18.1.215
Yolanda Fitria Maharani 18.1.220
Ghivari Irzya Allif 18.1.227
3D KEPERAWATAN
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmat, taufik, hidayah, serta inayah-Nya kami mampu menyelesaikan
Asuhan Keperawatan Lansia Sebagai Individu dengan Osteoporosis ini dengan
Ridho-Nya serta dengan petunjuk-petunjuk yang diberikan-Nya tugas ini mampu
kami selesaikan sesuai tempo yang telah diberikan. Segala kesulitan, kepenatan,
kejenuhan, dan kemalasan telah mampu kami perangi dalam menyusun Laporan ini
dengan harapan hasil baik yang akan kami peroleh nantinya. Laporan ini ditulis
untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Keperawatan
Dalam penyusunan Laporan ini tentunya penyusun tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak, sehingga penyusun mengucapkan terimakasih terhadap
segala bantuan yang diberikan kepada penyusun. Tidak lupa penyusun
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Ns. Apriyani Puji Hastuti, M.Kep selaku Dosen mata kuliah
Manajemen Keperawatan.
2. Kedua orangtua penulis yang seanntiasa memberikan semangat dan
dukungan kepada penulis
3. Dan semua pihak yang telah membantu dan membimbing penulis dalam
penyusunan makalah ini
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu jika terdapat kekurangan, penulis memohon
maaf dan mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk makalah ini.
Akhirnya semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan pada pasien Osteoporosis
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu memahami definisi Osteoporosis
2. Mahasiswa mampu memahami etiologi Osteoporosis
3. Mahasiswa mampu memahami patofisiologi Osteoporosis
4. Mahasiswa mampu memahami manifestasi klinik Osteoporosis
5. Mahasiswa mampu memahami pemeriksaan diagnostik Osteoporosis
6. Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan Osteoporosis
7. Mahasiswa mampu memahami komplikasi Osteoporosis
8. Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan Osteoporosis
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Osteoporosis berasal dari kata osteo dan porous, osteo artinya tulang, dan
porous berarti berlubang-lubang atau keropos. Jadi, osteoporosis adalah tulang
yang keropos, yaitu penyakit yang mempunyai sifat khas berupa massa tulangnya
rendah atau berkurang, disertai gangguan mikro-arsitektur tulang dan penurunan
kualitas jaringan tulang yang dapat menimbulkan kerapuhan tulang (Tandra, 2009).
Menurut WHO pada International Consensus Development Conference, di
Roma, Itali, 1992 Osteoporosis adalah penyakit dengan sifat-sifat khas berupa
massa tulang yang rendah, disertai perubahan mikroarsitektur tulang, dan
penurunan kualitas jaringan tulang, yang pada akhirnya menimbulkan akibat
meningkatnya kerapuhan tulang dengan resiko terjadinya patah tulang (Suryati,
2006).
Menurut National Institute of Health (NIH), 2001 Osteoporosis adalah kelainan
kerangka, ditandai dengan kekuatan tulang mengkhawatirkan dan dipengaruhi oleh
meningkatnya risiko patah tulang. Sedangkan kekuatan tulang merefleksikan
gabungan dari dua faktor, yaitu densitas tulang dan kualitas tulang (Junaidi, 2007).
Osteoporosis adalah penyakit tulamg sisitemik yang ditandai oleh penurunan
mikroarsitektur tulang sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Pada tahun
2001, National Institute of Health (NIH) mengajukan definisi baru osteoporosis
sebagai penyakit tulang sistemik yang ditandai oleh compromised bone strength
sehingga tulang mudah patah ( Sudoyo, 2009 ).
2.3 Etiologi
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengurangan massa tulang pada usia lanjut :
1. Determinan Massa Tulang
a. Faktor genetic
Perbedaan genetik mempunyai pengaruh terhadap derajat kepadatan
tulang. Beberapa orang mempunyai tulang yang cukup besar dan yang lain
kecil. Sebagai contoh, orang kulit hitam pada umumnya mempunyai struktur
tulang lebih kuat/berat dari pada bangsa Kaukasia. Jadi seseorang yang
mempunyai tulang kuat (terutama kulit Hitam Amerika), relatif imun terhadap
fraktur karena osteoporosis.
b. Faktor mekanis
Beban mekanis berpengaruh terhadap massa tulang di samping faktor
genetik. Bertambahnya beban akan menambah massa tulang dan
berkurangnya beban akan mengakibatkan berkurangnya massa tulang.
Kedua hal tersebut menunjukkan respons terhadap kerja mekanik beban
mekanik yang berat akan mengakibatkan massa otot besar dan juga massa
tulang yang besar. Sebagai contoh adalah pemain tenis atau pengayuh
becak, akan dijumpai adanya hipertrofi baik pada otot maupun tulangnya
terutama pada lengan atau tungkainya, sebaliknya atrofi baik pada otot
maupun tulangnya akan dijumpai pada pasien yang harus istirahat di tempat
tidur dalam waktu yang lama, poliomielitis atau pada penerbangan luar
angkasa. Walaupun demikian belum diketahui dengan pasti berapa besar
beban mekanis yang diperlukan dan berapa lama untuk meningkatkan massa
tulang di samping faktor genetik.
c. Faktor makanan dan hormone
Pada seseorang dengan pertumbuhan hormon dengan nutrisi yang
cukup (protein dan mineral), pertumbuhan tulang akan mencapai maksimal
sesuai dengan pengaruh genetik yang bersangkutan. Pemberian makanan
yang berlebih (misalnya kalsium) di atas kebutuhan maksimal selama masa
pertumbuhan, disangsikan dapat menghasilkan massa tulang yang melebihi
kemampuan pertumbuhan tulang yang bersangkutan sesuai dengan
kemampuan genetiknya.
2. Determinan penurunan Massa Tulang
a. Faktor genetic
Pada seseorang dengan tulang yang kecil akan lebih mudah mendapat
risiko fraktur dari pada seseorang dengan tulang yang besar. Sampai saat ini
tidak ada ukuran universal yang dapat dipakai sebagai ukuran tulang normal.
Setiap individu mempunyai ketentuan normal sesuai dengan sitat genetiknya
serta beban mekanis dan besar badannya. Apabila individu dengan tulang
yang besar, kemudian terjadi proses penurunan massa tulang (osteoporosis)
sehubungan dengan lanjutnya usia, maka individu tersebut relatif masih
mempunyai tulang lebih banyak dari pada individu yang mempunyai tulang
kecil pada usia yang sama.
b. Faktor mekanis
Faktor mekanis mungkin merupakan yang terpenting dalarn proses
penurunan massa tulang schubungan dengan lanjutnya usia. Walaupun
demikian telah terbukti bahwa ada interaksi panting antara faktor mekanis
dengan faktor nutrisi hormonal. Pada umumnya aktivitas fisis akan menurun
dengan bertambahnya usia; dan karena massa tulang merupakan fungsi
beban mekanis, massa tulang tersebut pasti akan menurun dengan
bertambahnya usia.
c. Kalsium
Faktor makanan ternyata memegang peranan penting dalam proses
penurunan massa tulang sehubungan dengan bertambahnya usia, terutama
pada wanita post menopause. Kalsium, merupakan nutrisi yang sangat
penting. Wanita-wanita pada masa peri menopause, dengan masukan
kalsiumnya rendah dan absorbsinya tidak bak, akan mengakibatkan
keseimbangan kalsiumnya menjadi negatif, sedang mereka yang masukan
kalsiumnya baik dan absorbsinya juga baik, menunjukkan keseimbangan
kalsium positif. Dari keadaan ini jelas, bahwa pada wanita masa menopause
ada hubungan yang erat antara masukan kalsium dengan keseimbangan
kalsium dalam tubuhnya. Pada wanita dalam masa menopause
keseimbangan kalsiumnya akan terganggu akibat masukan serta absorbsinya
kurang serta ekskresi melalui urin yang bertambah. Hasil akhir
kekurangan/kehilangan estrogen pada masa menopause adalah pergeseran
keseimbangan kalsium yang negatif, sejumiah 25 mg kalsium sehari.
d. Protein
Protein juga merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi
penurunan massa tulang. Makanan yang kaya protein akan mengakibatkan
ekskresi asam amino yang mengandung sulfat melalui urin, hal ini akan
meningkatkan ekskresi kalsium. Pada umumnya protein tidak dimakan secara
tersendiri, tetapi bersama makanan lain. Apabila makanan tersebut
mengandung fosfor, maka fosfor tersebut akan mengurangi ekskresi kalsium
melalui urin. Sayangnya fosfor tersebut akan mengubah pengeluaran kalsium
melalui tinja. Hasil akhir dari makanan yang mengandung protein berlebihan
akan mengakibatkan kecenderungan untuk terjadi keseimbangan kalsium
yang negative.
e. Estrogen
Berkurangnya/hilangnya estrogen dari dalam tubuh akan
mengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan kalsium. Hal ini
disebabkan oleh karena menurunnya efisiensi absorbsi kalsium dari makanan
dan juga menurunnya konservasi kalsium di ginjal.
f. Rokok dan kopi
Merokok dan minum kopi dalam jumlah banyak cenderung akan
mengakibatkan penurunan massa tulang, lebih-lebih bila disertai masukan
kalsium yang rendah. Mekanisme pengaruh merokok terhadap penurunan
massa tulang tidak diketahui, akan tetapi kafein dapat memperbanyak
ekskresi kalsium melalui urin maupun tinja.
g. Alkohol
Alkoholisme akhir-akhir ini merupakan masalah yang sering ditemukan.
Individu dengan alkoholisme mempunyai kecenderungan masukan kalsium
rendah, disertai dengan ekskresi lewat urin yang meningkat. Mekanisme yang
jelas belum diketahui dengan pasti.
Beberapa penyebab osteoporosis dalam (Junaidi, 2007), yaitu:
1. Osteoporosis pascamenopause terjadi karena kurngnya hormon estrogen
(hormon utama pada wanita), yang membantu mengatur pengangkutan kalsium
kedalam tulang. Biasanya gejala timbul pada perempuan yang berusia antara 51-
75 tahun, tetapi dapat muncul lebih cepat atau lebih lambat. Hormon estrogen
produksinya menurun 2-3 tahun sebelum menopause dan terus berlangsung 3-4
tahun setelah menopause. Hal ini berakibat menurunnya massa tulang sebanyak
1-3% dalam waktu 5-7 tahun pertama setelah menopause.
2. Osteoporosis senilis kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan kalsium
yang berhubungan dengan usia dan ketidak seimbangan antara kecepatan
hancurnya tulang (osteoklas) dan pembentukan tulang baru (osteoblast). Senilis
berati bahwa keadaan ini hanya terjadi pada usia lanjut. Penyakit ini biasanya
terjadi pada orang-orang berusia diatas 70 tahun dan 2 kali lebih sering wanita.
Wanita sering kali menderita osteoporosis senilis dan pasca menopause.
3. Kurang dari 5% penderita osteoporosis juga mengalami osteoporosis sekunder
yang disebakan oleh keadaan medis lain atau obat-obatan. Penyakit ini bisa
disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan kelainan hormonal (terutama tiroid,
paratiroid, dan adrenal) serta obat-obatan (mislnya kortikosteroid, barbiturat, anti
kejang, dan hormon tiroid yang berlebihan). Pemakaian alkohol yang berlebihan
dapat memperburuk keadaan ini.
4. Osteoporosis juvenil idiopatik merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya
tidak diketahui. Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki
kadar dan fungsi hormon yang normal, kadar vitamin yang normal, dan tidak
memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang.
2.4 Patofisiologi
Osteoporosis terjadi karena adanya interaksi yang menahun antara faktor
genetic dan faktor lingkungan. Faktor genetic meliputi, usia, jenis kelamin, ras
keluarga, bentuk tubuh, tidak pernah melahirkan. Faktor mekanis meliputi, merokok,
alkohol, kopi, defisiensi vitamin dan gizi, gaya hidup, mobilitas, anoreksia nervosa
dan pemakaian obat-obatan. Kedua faktor diatas akan menyebabkan melemahnya
daya serap sel terhadap kalsium dari darah ke tulang, peningkatan pengeluaran
kalsium bersama urin, tidak tercapainya masa tulang yang maksimal dengan resobsi
tulang menjadi lebih cepat yang selanjutnya menimbulkan penyerapan tulang lebih
banyak dari pada pembentukan tulang baru sehingga terjadi penurunan massa
tulang total yang disebut osteoporosis.
Dalam keadaan normal, pada tulang kerangka tulang kerangka akan terjadi
suatu proses yang berjalan secara terus menerus dan terjadi secara seimbang, yaitu
proses resorbsi dan proses pembentukan tulang (remodeling). Setiap perubahan
dalam keseimbangan ini, misalnya apabila proses resorbsi lebih besar dari pada
proses pembentukan tulang, maka akan terjadi pengurangan massa tulang dan
keadaan inilah yang kita jumpai pada osteoporosis.
Dalam massa pertumbuhan tulang, sesudah terjadi penutupan epifisis,
pertumbuhan tulang akan sampai pada periode yang disebut dengan peride
konsolidasi. Pada periode ini terjadi proses penambahan kepadatan tulang atau
penurunan porositas tulang pada bagian korteks. Proses konsolidasi secara
maksimal akan dicapai pada usia kuarang lebih antara 30-45 tahun untuk tulang
bagian korteks dan mungkin keadaan serupa akan terjadi lebih dini pada tulang
bagian trabekula.
Sesudah manusia mencapai umur antara 45-50 tahun, baik wanita maupun
pria akan mengalami proses penipisan tulang bagian korteks sebesar 0,3-0,5%
setiap tahun, sedangkan tulang bagian trabekula akan mengalami proses serupa
pada usia lebih muda. Pada wanita, proses berkurangnya massa tulang tersebut
pada awalnya sama dengan pria, akan tetapi pada wanita sesudah menopause,
proses ini akan berlangsung lebiuh cepat. Pada pria seusia wanita menopause
massa tulang akan menurun berkisar antara 20-30%, sedang pada wanita
penurunan massa tulang berkisar antara 40-50%. Pengurangan massa tulang ini
berbagai bagian tubuh ternyata tidak sama.
Dengan teknik pemeriksaan tertentu dapat dibuktikan bahwa penurunan
massa tulang tersebut lebih cepat terjadi pada bagian-bagian tubuh seperti berikut:
metacarpal, kolum femoris serta korpus vertebra, sedang pada bagian tubuh yang
lain, misalnya : tulang paha bagian tengah, tibia dan panggul, mengalami proses
tersebut secara lambat.
Pada osteoporosis, terjadi proses pengurangan massa tulang dengan
mengikuti pola yang sama dan berakhir dengan terjadinya penipisan bagian korteks
serta pelebaran lumen, sehingga secara anatomis tulang tersebut tampak normal.
Titik kritis proses ini akan tercapai apabila massa tulang yang hilang tersebut sudah
sedemikian berat sehingga tulang yang bersangkutan sangat peka terhadap trauma
mekanis dan akan mengakibatkan terjadinya fraktur. Bagian-bagian tubuh yang
sering mengalami fraktur pada kasus osteoporosis adalah vertebra, paha bagian
prosimal dan radius bagian distal. Osteoporosis dapat terjadi oleh karena berbagai
sebab, akan tetapi yang paling sering dan paling banyak dijumpai adalah
osteoporosis oleh karena bertambahnya usia.
2.7 Penatalaksanaan
Diet kaya kalsium dan vitamin D yang mencukupi dan seimbang sepanjang
hidup, dengan pengingkatan asupan kalsium pada permulaan umur pertengahan
dapat melindungi terhadap demineralisasi skeletal. Terdiri dari 3 gelas vitamin D
susu skim atau susu penuh atau makanan lain yang tinggi kalsium (mis keju swis,
brokoli kukus, salmon kaleng dengan tulangnya) setiap hari. Untuk meyakinkan
asupan kalsium yang mencukupi perlu diresepkan preparat kalsium (kalsium
karbonat).
Pada menopause, terapi pergantian hormone (HRT=hormone replacemenet
therapy) dengan estrogen dan progesteron dapat diresepkan untuk memperlambat
kehilangan tulang dan mencegah terjadinya patah tulang yang diakibatkannya.
Wanita yang telah mengalami pengangkatan ovarium atau telah menjalani
menopause prematur dapat mengalami osteoporosis pada usia yang cukup
muda;penggantian hormon perlu dipikirkan pada pasien ini estrogen menurunkan
resorpsi tulang tapi tidak meningkatkan massa tulang. Penggunaan hormon dalam
jangka panjang masih dievaluasi. Estrogen tidak akan mengurangi kecepatan
kehilangan tulang dengan pasti. Terapi estrogen sering dihubungkan dengan sedikit
pengingkatan insidensi kanker payudara dan endometrial. Maka selama HRT pasien
harus diperiksa payudaranya setiap bulan dan diperiksa panggulnya termasuk
masukan papanicolaou dan biopsi endometrial (bila ada indikasi), sekali atau dua
kali setahun.
Obat-obat lain yang dapat diresepkan untuk menangani osteoporosis
termasuk kalsitonin, natrium fluorida, dan natrium etidronat. Kalsitonin secara primer
menekan kehilangan tulang dan diberikan secara injeksi subkutan atau intra
muscular. Efek samping ( mis gangguan gastrointestinal, aliran panas, frekuensi
urin) biasanya ringan dan kadang-kadang dialami. Natrium fluoride memperbaiki
aktifitas osteoblastik dan pembentukan tulang ; namun,kualitas tulang yang baru
masih dalam pengkajian. Natrium etidronat, yang menghalangi resorpsi tulang
osteoklastik, sedang dalam penelitian untuk efisiensi penggunaannya sebagai terapi
osteoporosis.
2.8 KOMPLIKASI
Osteoporosis mengakibatkan tulang secara progresif menjadi panas, rapuh
dan mudah patah. Osteoporosis sering mengakibatkan fraktur. Bisa terjadi fraktur
kompresi vertebra torakalis dan lumbalis, fraktur daerah kolum femoris dan daerah
trokhanter, dan fraktur colles pada pergelangan tangan.
PEMERIKSAAN FISIK
1. B1 (Breathing)
Inspeksi : Ditemukan ketidaksimetrisan rongga dada dan tulang belakang
Palpasi : Taktil fremitus seimbang kanan dan kiri
Perkusi : Cuaca resonan pada seluruh lapang paru
Auskultasi : Pada kasus lanjut usia, biasanya didapatkan suara ronki
2. B2 ( Blood)
Pengisian kapiler kurang dari 1 detik, sering terjadi keringat dingin dan pusing.
Adanya pulsus perifer memberi makna terjadi gangguan pembuluh darah atau
edema yang berkaitan dengan efek obat.
3. B3 ( Brain)
Kesadaran biasanya kompos mentis. Pada kasus yang lebih parah, klien dapat
mengeluh pusing dan gelisah.
1) Kepala dan wajah : ada sianosis
2) Mata : Sklera biasanya tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis
3) Leher : Biasanya JVP dalam normal
Nyeri punggung yang disertai pembatasan pergerakan spinal yang disadari dan
halus merupakan indikasi adanya satu fraktur atau lebih, fraktur kompresi
vertebra
4. B4 (Bladder)
Produksi urine biasanya dalam batas normal dan tidak ada keluhan pada sistem
perkemihan.
5. B5 (Bowel)
Untuk kasus osteoporosis, tidak ada gangguan eliminasi namun perlu di kaji
frekuensi, konsistensi, warna, serta bau feses.
6. B6 ( Bone)
Pada inspeksi dan palpasi daerah kolumna vertebralis. Klien osteoporosis sering
menunjukan kifosis atau gibbus (dowager’s hump) dan penurunan tinggi badan
dan berat badan. Ada perubahan gaya berjalan, deformitas tulang, leg-length
inequality dan nyeri spinal. Lokasi fraktur yang sering terjadi adalah antara
vertebra torakalis 8 dan lumbalis 3.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Radiologi
Gejala radiologi yang khas adalah densitas atau massa tulang yang
menurun yang dapat dilihat pada vertebra spinalis. Dinding dekat korpus vertebra
biasanya merupakan lokasi yang paling berat. Penipisan korteks dan hilangnya
trabekula transversal merupakan kelainan yang sering ditemukan. Lemahnya
korpus vertebrae menyebabkan penonjolan yang menggelembung dari nucleus
pulposus kedalam ruang intervertebral dan menyebabkan deformitas bikonkaf.
2. CT-Scan
Dapat mengukur densitas tulang secara kuantitatif yang mempunyai nilai
penting dalam diagnostik dan terapi follow up. Mineral vertebra diatas 110
mg/cm3 biasanya tidak menimbulkan fraktur vertebra atau penonjolan, sedangkan
mineral vertebra dibawah 65 mg/cm 3 ada pada hampir semua klien yang
mengalami fraktur.
DIAGNOSA
1. Nyeri berhubungan dengan dampak sekunder dari fraktur vertebra spasme otot,
deformitas tulang.
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan disfungsi sekunder akibat
perubahan skeletal (kifosis), nyeri sekunder atau fraktur baru.
3. Risiko cedera berhubungan dengan dampak sekunder perubahan skeletal dan
ketidakseimbangan tubuh.
4. Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi yang
berhubungan dengan kurang informasi, salah persepsi.
INTERVENSI
1. Nyeri berhubungan dengan dampak sekunder dari fraktur vertebra, spasme otot,
deformitas tulang.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam diharapkan nyeri berkurang.
Kriteria Hasil :
Klien akan mengekspresikan nyerinya, klien dapat tenang dan istirahat yang
cukup, klien dapat mandiri dalam perawatan dan penanganannya secara
sederhana.
Intervensi :
1. Pantau tingkat nyeri pada punggung, nyeri terlokalisasi atau menyebar pada
abdomen atau pinggang. Skala nyeri 7-9 yaitu nyeri berat.
2. Ajarkan pada klien tentang alternative lain untuk mengatasi dan mengurangi
rasa nyerinya.
3. Kaji obat-obatan untuk mengatasi nyeri (Aspirin, Phenyl-butazone, Naproxen,
Ibuprofen, Diclofenac, Piroxicam, Tenoxicam, Celecoxib, Lumiracoxib)
4. Rencanakan pada klien tentang periode istirahat adekuat dengan berbaring
dalam posisi telentang selama kurang lebih 15 menit
Rasional :
1. Tulang dalam peningkatan jumlah trabekular, pembatasan gerak spinal.
2. Alternatif lain untuk mengatasi nyeri, pengaturan posisi, kompres hangat dan
sebagainya.
3. Keyakinan klien tidak dapat menoleransi obat yang adekuat atau tidak
adekuat untuk mengatasi nyerinya.
4. Kelelahan dan keletihan dapat menurunkan minat untuk aktivitas sehari-hari.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
ASKEP GERONTIK
Kasus : Osteoporosis
Tempat : Ruang Pavilliun Anggrek
I. PENGKAJIAN
A. DATA BIOGRAFI
Nama : Ny. S
Golongan darah :A
Agama : Islam
Penampilan : Baik
B. Riwayat Keluarga
Genogram :
C. Riwayat Pekerjaan
Pekerjaan saat ini : Ibu Rumah Tangga
Alat transportasi :-
Alat tranpoertasi :-
E. Riwayat Rekreasi
Hobbi/minat : Berkebun dan Membuat kerajinan
Keanggotaan dalam organisasi : Mengikuti kegiatan posyandu lansia
Liburan/perjalanan : Klien jarang bepergian jauh, namun setiap tahun
pulang kampung halaman suami di Tuban
F. Sistem Pendukung
Perawat/bidan/dokter/fisiotherapi : Dokter
Jarak dari rumah : 2Km
Rumah Sakit : RSUD Mawar jaraknya 12km
Klinik : Klinik Elisa jaraknya 2km
Pelayanan kesehatan di rumah : Klien mengatakan apabila sakit biasanya
klien sering berobat di Puskemas dan
kontrol kesehatan tiap bulan di Posyandu
Lansia di sekitar rumahnya.
Makanan yang dihantarkan :-
Perawatan sehari-hari yang dilakukan keluarga : -
Lain-lain : Tidak ada
G. Diskripsi kekhususan
Kebiasaan ritual : Klien mengatakan sholat 5 waktu dan Membaca
al-qur’an serta mengikuti pengajian rutin
Yang lainnya : Tidak ada
H. Status Kesehatan
Penyakit/masalah kesehatan saat ini :
Klien mengatakan dalam 3 hari ini merasakan nyeri punggung dan pinggang
bagian kiri, lalu rasa nyeri tersebut sudah dirasakan sejak beberapa tahun yang lalu.
Namun Ny. S tidak mempedulikannya. Ketika Ny. S memeriksakan diri ke dokter,
dianjurkan untuk tes darah dan rontgen punggung dan pinggang bagian kiri. Hasil
dari rontgen tersebut menunjukan bahwa Ny. S menderita Osteoporois.
Klien mengatakan belum pernah menderita penyakit yang berat. sakit yang
diderita adalah pusing, batuk dan pilek. Hal yang pertama kali dilakukan jika sakit
adalah membeli obat diwarung jika tidak sembuh baru di bawa ke puskesmas.
Keluhan utama :
1. Provokative/Paliative :
Apa penyebabnya : Ny.S mengatakan nyeri timbul pada saat tubuhnya di
gerakkan dan saat melakukan aktivitas
Hal-hal yang memperbaiki keadaan : Ny.S Hal-hal yang memperbaiki keadaan
klien yaitu dengan berbaring di tempat tidur atau duduk bersandar serta
mengurangi banyak aktivitas
2. Quality/Quantity :
Bagaimana dirasakan : Nyeri yang dirasakan klien pada daerah punggung dan
pinggang seperti tertusuk-tusuk.
Bagaimana dilihat : Ketika nyeri muncul klien tampak memejamkan mata
menahan nyeri, memegangi area yang sakit dan wajah tampak meringis.
3. Region :
Dimana lokasinya : Klien mengatakan nyeri yang dirasakan pada daerah
punggung dan pinggang sebelah kiri
Apakah menyebar : Klien mengatakan tidak menyebar.
4. Severity scale :
Klien mengatakan derajat nyeri pada angka 8 diukur dengan menggunakan
numerik rating scale (0-10) dan nyeri yang dirasakan sangat mengganggu
aktivitas.
5. Time :
Klien mengatakan nyeri muncul ketika klien menggerakkan tubuhnya
6. Merokok/minum kopi/alcohol :
Klien tidak merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol, namun klien terkadang
mengkonsumsi kopi.
7. Suka makan asin, makan manis, tinggi purin, atau makanan berlemak :
Klien mengatakan senang mengkonsumsi makanan manis, asin, tinggi purin
dan berlemak.
8. Obat-obatan :
NO NAMA OBAT DOSIS KET
Tidak Ada Tidak Ada Tidak ada
Eliminasi :
BAB
Pola BAB : 1 kali sehari.
Karakter fases : Lembek, kekuning-kuningan.
Riwayat perdarahan : Tidak pernah mengalami pedarahan.
Penggunaan laksatif : Tidak pernah menggunakan laksatif.
BAK
Pola BAK : 7-8 kali sehari.
Karakter urin : Kuning jernih dan sedikit berbau.
Nyeri/kesulitan BAK : Tidak ada rasa nyeri/tidak kesulitan ketika BAK
Aktivitas :
Pemenuhan aktivitas : Semua dilakukan secara mandiri.
Pola kegiatan diwaktu luang : Mengaji, memasak, membuat kerajinan dan
berkebun
Istirahat dan tidur :
Waktu tidur
Klien mengatakan selama sakit durasi tidur klien lebih kurang 4 jam dalam
semalam
Waktu bangun
Tidak menentu, terkadang klien terbangun ketika nyeri timbul.
Masalah tidur
Klien mengatakan sulit untuk istirahat atau tidur karena nyeri yang
dirasakannya, klien tidak merasakan kepuasan dalam tidurnya dikarenakan
sering terbangun yang disebabkan dan nyeri kadang muncul.
Hal-hal yang mempermudah tidur
Jika klien minum obat anti asam urat maka nyeri yang dirasakan berkurang
dan tidur klien nyenyak
Hal-hal yang mempermudah bangun
Saat nyeri muncul yang membuat klien merasa tidak nyaman untuk
beristrahat.
Personal hygiene :
Kebersihan tubuh : Bersih dan tak berbau.
Kebersihan gigi dan mulut : Gigi dan mulut bersih dan tidak berbau.
Jumlah gigi : 30 gigi, 2 gigi geraham bawah sudah
tercabut
Kebersihan kuku kaki dan tangan : Kuku tampak bersih dan rapi.
Rekreasi :
Klien jarang bepergian jauh, namun setiap tahun pulang kampung halaman suami di
Tuban
Psikologis :
1. Persepsi klien :
Klien berpersepsi bahwa penyakit yang diderita pasien sudah biasa pada usia
lanjut dan tidak terlalu menghawatirkan penyakitnya.
2. Konsep diri :
Gambaran diri : Klien menerima seluruh bagian tubuhnya, tanpa merasa
ada yang kurang
Ideal diri : Idealnya klien ingin sembuh, agar bisa melaksanakan
semua aktivitas.
Harga diri : Klien cukup dihargai dilingkungan sekitar dan dalam
pengambilan keputusan.
Peran diri : Klien berperan sebagai ibu yang memiliki empat anak,
dan
sebagai nenek bagi cucunya.
Identitas : Klien sebagai ibu rumah tangga.
3. Emosi :
Keadaan emosi klien stabil, mampu memecahkan masalah dengan berdiskusi
pada suami, anak dan menantunya.
4. Hubungan sosial :
Orang yang berarti :
Klien mengatakan orang yang berarti adalah suami, anak dan cucunya
Hubungan dengan keluarga :
Hubungan klien dengan keluarga baik terlihat ketika klien sakit suami, anak
dan menantu sangat membantu klien
Hubungan dengan orang lain :
Hubungan klien dengan orang lain baik, tampak teman klien datang kerumah
sakit klien bercerita-cerita
Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :
Klien tidak memiliki hambatan dalam berhubungan dengan orang lain.
5. Spiritual
Nilai dan keyakinan
Klien mengatakan bahwa Allah Yang Maha Esa atas segalanya dan hanya
kepada-Nya tempat memohon, berdoa dan sholat 5 waktu
Kegiatan ibadah
Klien mengatakan sholat 5 waktu dan membaca al-qur’an serta mengikuti
pengajian rutin setiap malam kamis
J. Tinjauan Sistem
Keadaan umum : Baik
Tingkat kesadaran : Composmentis
GCS : 456
Tanda-tanda vital :
1. Kepala :
Bentuk : Simetris
Massa : Tidak ada massa
Distribusi rambut : Jarang
Warna kulit kepala : Sawo matang
Keluhan : Tidak ada keluhan
2. Mata-Telinga-Hidung :
a) Penglihatan :
Bentuk : Simetris
Konjungtiva : Tidak anemis
Sklera : Putih
Riwayat katarak : Tidak ada
Pupil : ( ) reaksi terhadap cahaya ( + ) isokor ( ) miosis ( ) pin point
( ) midriasis
b) Pendengaran :
Bentuk : Simetris
Warna : Sawo matang
Lesi : Tidak ada
Massa : Tidak ada
Nyeri : Tidak ada
Nyeri tekan : Tidak ada
c) Penciuman :
Bentuk : Simetris
Warna : Sawo matang
Pembengkakan : Tidak ada
Nyeri tekan : Tidak ada
Perdarahan : Tidak ada
Sinus : Tidak ada
3. Mulut & Tenggorokan :
Warna bibir : Pucat
Mukosa : Lembab
Warna lidah : Merah muda
Perdarahan gusi : Tidak ada
Karies : Tidak ada
Gangguan bicara : Tidak ada
Kesulitan mengunyah : Tidak ada
4. Leher :
Kekakuan: Tidak ada kekakuan leher
Pembesaran kelenjar thyroid : Tidak ada
Kaku kuduk : Tidak ada
Vena jugularis : Tidak tampak
Keterbatasan gerak : Tidak ada
Keluhan lain : Tidak ada
5. Jantung & Dada :
a) Jantung
Inspeksi: Tidak tampak pulsasi ictus cordis
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V MCL S
Perkusi : Pekak di ICS I-V
Auskultasi : Bunyi lub dub tunggal S1&S2
b) Paru
Inspeksi : Bentuk dada normal, pergerakan rongga dada simetris, tidak
ada penggunaan otot bantu
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, simetris bilateral sama kanan kiri
Perkusi : Suara sonor
Auskultasi : Normal Vesikuler
1. Abdomen :
Inspeksi : Bentuk flat, tidak ada massa, tidak ada bayangan vena abdomen
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak acites
Perkusi : Bunyi tympani
Auskultasi : Bising usus 12x/menit
2. Ektremitas atas dan bawah (kekuatan otot, kontraktur, deformitas, edema, luka,
nyeri/nyeri tekan, pergerakan) :
Atas : Kekuatan otot 3/3, terdapat kekakuan sendi, tidak ada pergerakan,
tidak
ada deformitas, ada edema, ada nyeri
Bawah : Kekuatan otot 2/2, terdapat kekakuan sendi, tidak ada pergerakan,
tidak ada deformitas, ada edema, ada nyeri
3. Genetalia & Anus :
Inspeksi : Tidak terkaji
Palpasi : Tidak terkaji
4. Kulit & Kuku
Kulit :
Warna kulit sawo matang, tidak ada jaringan parut, integritas kulit utuh,
acral hangat, turgor kulit <2 detik
Kuku : (warna, lesi, bentuk, CRT)
Warna kuku merah muda, bentuk normal, CRT <2 detik
No Indicators score
1. Have an illness or condotion that made change the kind and/or amount of food eat 2
9. Without anting to, have lost or gained 10 pounds in the last 6 month 2
10. Not always physically able to shop, cook and/or feed myself 2
Total score
American Dietetic Association and National Council on the Aging Interpretations:
0–2 : Good
3–5 : Moderate nutritional risk
6≥ : High nutritional risk
II. ANALISA DATA
NO DATA INTERPRETASI MASALAH
RAWATAN
TUJUAN/KRITERIA INTERVENSI RASIONAL
1 2 3 4 5
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
No. Tanggal/
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Dx Jam
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Osteoporosis berasal dari kata osteo dan porous, osteo artinya tulang, dan
porous berarti berlubang-lubang atau keropos. Jadi, osteoporosis adalah tulang yang
keropos, yaitu penyakit yang mempunyai sifat khas berupa massa tulangnya rendah
atau berkurang, disertai gangguan mikro-arsitektur tulang dan penurunan kualitas
jaringan tulang yang dapat menimbulkan kerapuhan tulang (Tandra, 2009).
Osteoforosis terjadi karena adanya interaksi yang menahun antara faktor genetic
dan faktor lingkungan. Faktor genetic meliputi, usia jenis kelamin, ras keluarga, bentuk
tubuh, tidak pernah melahirkan. Faktor lingkungan meliputi, merokok, alkohol, kopi,
defisiensi vitamin dan gizi, gaya hidup, mobilitas, anoreksia nervosa dan pemakaian
obat-obatan. Kedua faktor diatas akan menyebabkan melemahnya daya serap sel
terhadap kalsium dari darah ke tulang, peningkatan pengeluaran kalsium bersama urin,
tidak tercapainya masa tulang yang maksimal dengan resobsi tulang menjadi lebih
cepat yang selanjutnya menimbulkan penyerapan tulang lebih banyak dari pada
pembentukan tulang baru sehingga terjadi penurunan massa tulang total yang disebut
osteoporosis.
Manifestasi osteoporosis : Nyeri dengan atau tanpa fraktur yang nyata, Rasa
sakit oleh karena adanya fraktur pada anggota gerak, Nyeri timbul mendadak.
Pemeriksaan Diagnostik : Radiologis, CT-Scan. Penatalaksanaannya dengan Diet kaya
kalsium dan vitamin D yang mencukupi dan seimbang sepanjang hidup, dengan
pengingkatan asupan kalsium pada permulaan umur pertengahan dapat melindungi
terhadap demineralisasi skeletal. Terdiri dari 3 gelas vitamin D susu skim atau susu
penuh atau makanan lain yang tinggi kalsium (mis keju swis, brokoli kukus, salmon
kaleng dengan tulangnya) setiap hari. Untuk meyakinkan asupan kalsium yang
mencukupi perlu diresepkan preparat kalsium(kalsium karbonat).
Diagnosa yang timbul : Nyeri berhubungan dengan dampak sekunder dari fraktur
vertebra spasme otot, deformitas tulang, Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan
disfungsi sekunder akibat perubahan skeletal (kifosis), nyeri sekunder atau fraktur baru,
Risiko cedera berhubungan dengan dampak sekunder perubahan skeletal dan
ketidakseimbangan tubuh, Kurangnya pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan
program terapi yang berhubungan dengan kurang informasi, salah persepsi.
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Tandra, H, 2009. Segala Sesuatu Yang Harus Anda Ketahui Tentang Osteoporosis
Mengenal,
Sudoyo, Aru dkk. 2009. Buku Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 3 Edisi 5. Jakarta : Internal
Publishing
Suryati, A, Nuraini, S. 2006. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan. Vol.2. Jakarta