Anda di halaman 1dari 8

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Ibu Hamil

2.1.1 Pengertian Ibu Hamil

Ibu adalah wanita yang telah melahirkan seseorang, untuk wanita yang telah bersuami
(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005). Hamil adalah mengandung janin dalam rahim karena
sel telur dibuahi oleh spermatozoa (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005). Ibu hamil adalah
seorang wanita yang mengandung dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin (Prawirohardjo,
2005).

2.2 Klasifikasi Umur Kehamilan

Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal
adalah 280 hari (40 minggu 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir (HPHT)
(Prawirohardjo, 2007) . Menurut Farah (2011) kehamilan dibagi atas 3 trimester yaitu :

1. Trimester I (0 – 12 Minggu)
2. Trimester II (12-28 Minggu)
3. Trimester III (28-40 Minggu)

2.3 Penyakit Pada Ibu Hamil

a.) Ibu hamil yang mengalami DM

Diabetes Melitus Gestational (GDM) adalah intoleransi glukosa pada waktu kehamilan,
pada wanita normal atau yang mempunyai gangguan toleransi glukosa setelah terminasi
kehamilan.

Ibu hamil yang mengalami GDM perlu melakukan tes gula darah pada kehamilan usia
24-28 minggu. Resiko terjadinya GDM pada ibu hamil juga dilihat dari usia si ibu, karena pada
lingkupan usia lebih dari 25 tahun mempunyai risiko tinggi terhadap GDM.

b.) Ibu hamil yang mengalami penyakit jantung

Kehamilan akan menimbulkan perubahan pada system kardiovaskuler. Penyakit


kardiovaskuler dapat dijumpai pada wanita hamil atau tidak hamil. Jelaslah bahwa wanita
dengan penyakit kardiovaskuler dan menjadi hamil, akan terjadi pengaruh timbale balik yang
dapat mengurangi kesempatan hidup wanita tersebut. Dalam kehamilan, terjadi peningkatan
denyut jantung, nadi, pukulan jantung, dan volume darah, dan juga bisa menyebabkan tekanan
darah menjadi menurun sedikit, sehingga resiko penyakit jantung dan payah jantung akan
terjadi dalam kehamilan.

Gagal jantung terjadi sebagian besar disebabkan oleh demam reumatik dan terjadi
hidremia (hypovolemia) dalam kehamilan, yang sudah dimulai sejak umur kehamilan 10 minggu
dan mencapai puncak pada usia 32-36 minggu. Faktor lain terjadinya gagal jantung yaitu : usia
pasien, riwayat penyakit jantung dan hipertensi, preeklampsia dan eklampsia, dan anemia.

Ibu hamil yang mengalami gagal jantung kongesif dapat menyebabkan edema paru
hingga kematian. Pada kehamilan muda dapat terjadi abortus dan pada janin dapat terlahir
prematur, BBLR, hipoksia, gawat janin, nilai APGAR rendah dan pertumbuhan janin terhambat.

c.) Ibu hamil yang mengalami penyakit paru

Wanita hamil bernapas lebih dalam (meningkatkan volume tidal, volume gas bergerak
masuk atau keluar traktus respiratorius pada setiap tarikan napas) tetapi frekuensi napasnya
hanya sedikit meningkat (kira-kira 2x bernapas dalam 1 menit). Peningkatan volume tidal
pernapasan, yang berhubungan dengan frekuensi napas normal, menyebabkan peningkatan
volume napas 1 menit sekitar 26%). Peningkatan volume napas 1 menit disebut hiperventilasi
kehamilan, yang menyebabkan konsentrasi karbondioksida di alveoli menurun. Peningkatan
kadar progesterone tampaknya menyebabkan hiperventilasi kehamilan karena hiperventilasi
terjadi pada pria yang diberi progesteron (scott,dkk,1990).

Selama masa hamil perubahan pada pusat pernapasan menyebabkan penurunan ambang
karbodioksida. Progesterone dan eksterogen diduga menyebabkan peningkatan sensitifitas
pusat pernapasan terhadap karbondioksida. Selain itu kesadaran wanita hamil akan kebutuhan
napas meningkat. Beberapa wanita mengeluh mengalami dispnea saat istirahat.

A. Pengertian tuberculosis

Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit akibat kuman mikrobakterium tuberculosis sistemis


sehingga dapat mengenai semua organ tubuh dengan lokasi terbanyak diparu-paru yang
biasanya merupakan lokasi infeksi primer (arif mansjoer, 2000).

Tuberculosis merupakan infeksi bakteri kronik yang disebabkan oleh mycobacterium


tuberculosis dan ditandai oleh pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi oleh
hipersensitifitas yang diperantarai sel (sel mediated hypersensitivity). Penyakit biasanya terletak
diparu tetapi dapat mengenai organ lainnya.

B. Etiologi

Penyebab tuberculosis adalah mycobakterium tuberculosis sejenis kuman berbentuk batang


dengan ukuran panjang 1-4/um dan tebal 0,3 - 0,6/um. Sebagian dinding kuman terdiri atas
asam lemak atau lipit, peptidoklikan dan arabinomanan. Lipit ini membuat kuman lebih bertahan
terhadap asam.

1. Ibu

Sumber penularan penyakit tuberculosis adalah penderita TB BTA positif. Pada waktu batuk
atau bersin, penderita menyebarkan kuman keudara dalam bentuk droplet (percikan dahak).

Daya penularan dari seseorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang
dikelurkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular
penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negative (tidak terlihat kuman), maka
penderita tersebut dianggap tidak menular. Kemungkinan seseorang terinfeksi TB ditentukan
oleh konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.

2. Janin

Tuberculosis dapat ditularkan baik melalui plasenta didalam rahim, menghirup atau menelan
cairan yang terinfeksi saat kelahiran, atau menghirup udara yang mengandung kuman TBC
setelah lahir.

C. Manifestasi Klinis
1. Ibu
 Demam
 Batuk berdarah
 Sesak napas
 Nyeri dada
 Malaise : ditemukan berupa anoreksia, berat badan menurun, sakit kepala, nyeri otot
dan keringat dimalam hari.
2. Bayi

Abortus, terhambatnya pertumbuhan janin, kelahiran premature dan terjadinya penularan


TB dari ibu ke janin melalui aspirasi cairan amnion (disebut TB congenital). Gejala TB
congenital biasanya sudah bisa diamati pada minggu ke-2 sampai ke-3 kehidupan bayi seperti
premature, gangguan napas, demam, berat badan rendah, hati dan limpa membesar.

d.) Ibu hamil yang mengalami penyakit imun

Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi
tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan membunuh patogen serta
sel tumor. Sistem ini mendeteksi berbagai macam pengaruh biologis luar yang luas, organisme
akan melindungi tubuh dari infeksi, bakteri, virus sampai cacing parasit, serta menghancurkan
zat-zat asing lain dan memusnahkan mereka dari sel organisme yang sehat dan jaringan agar
tetap dapat berfungsi seperti biasa. Deteksi sistem ini sulit karena adaptasi patogen dan
memiliki cara baru agar dapat menginfeksi organisme.

Fungsi sistem imun adalah melindungi pejamu dari invasi organisme asing dengan
membedakan diri (self) dari bukan diri (non-self). Sistem semacam ini diperlukan untuk
kelangsungan hidup. Sistem imun yang berfungsi baik tidak saja melindungipejamu dari faktor
eksternal seperti mikroorganisme atau toksin tetapi juga mencegah dan menolak serangan oleh
faktor endogen seperti tumor atau fenomena autoimun.
Disfungsi atau defisiensi komponen sistem imun menimbulkan beragam penyakit klinis
dengan ekspresi dan keparahan yang bervariasi dari penyakit atopik hingga atritis reumatoid,
severe combined immunodeviciency, dan kanker. Dalam makalah yang saya susun ini akan
membahas dan memperkenalkan fisiologi rumit sistem imun dan kelainan yang menimbulkan
penyakit hipersensitivitas dan imunodefisiensi.

Sistem imun membentuk sistem pertahanan badan terhadap bahan asing seperti
mikroorganisme (bakteria, kulat, protozoa, virus dan parasit), molekul-molekul berpotensi toksik,
atau sel-sel tidak normal (sel terinfeksi virus atau malignan). Sistem ini menyerang bahan asing
atau antigen dan juga mewujudkan peringatan tentang kejadian tersebut supaya pendedahan
yang berkali-kali terhadap bahan yang sama akan mencetuskan gerak balas yang lebih cepat
dan tertingkat. Keimunan merujuk kepada keupayaan sesuatu individu yang telah sembuh dari
sesuatu penyakit untuk kekal sehat apabila terdedah kepada penyakit yang sama untuk kali
kedua dan seterusnya.

Etiologi Gangguan Sistem Imun


Sistem kekebalan tubuh kurang aktif bisa menyebabkan :

1. Immune deficiency conditions adalah kelompok besar penyakit sistem kekebalan


tubuh yang terdiri dari berbagai macam penyakit yang menekan sistem imun.
Seringkali penyebab immune deficiency conditions didasari oleh penyakit kronis.
Gejala-gejala dari immune deficiency conditions adalah sama dengan penyakit yang
mendasarinya.
2. SCID (Severe Combined Immunodeficiency) adalah gangguan sistem imun yang
diturunkan. Penyebab SCID adalah serangkaian kelainan genetik, terutama dari
kromosom X. Beberapa jenis infeksi yang berulang umum terjadi pada orang yang
menderita SCID. Selain itu, penderita juga rentan terhadap meningitis, pneumonia,
campak, cacar air. Penyakit sistem imun SCID pada anak akan mulai terlihat dalam 3
bulan pertama kelahiran.
3. HIV/AIDS adalah masalah kegagalan sistem imun yang serius. Merupakan penyebab
terbanyak kematian. AIDS akan terjadi pada tahap akhir dari perkembangan HIV.
Kesehatan klien akan memburuk secraa perlahan. AIDS akan membuat penderita
rentan pilek dan flu dan yang serius seperti pneumonia dan kanker.
Sistem kekebalan tubuh yang terlalu aktif bisa menyebabkan :

1. Alergi (yang disebabkan oleh jenis makanan, obat-obatan, sengatan serangga atau zat
tertentu) bisa didefinisikan sebagai respon sistem kekebalan tubuh yang berlebihan
terhadap zat yang umumnya tidak berbahaya. Ada banyak alergen. Dalam banyak
kasus, ada lebih dari satu alergen yang merangsang reaksi alergi. Gejala alergi yang
sering merupakan masalah ringan.
2. Anafilaksis adalah bentuk alergi yang serius dan ekstrim. Alergen dari makanan,
obat-obatan atau gigitan serangga, bisa memicu dan menyebabkanserangkaian gejala
fisik yang tidak menyenangkan. Ruam gatal, tenggorokan bengkak dan penurunan
tekanan darah merupakan gejala umum anafilaksis.
3. Asma adalah gangguan paru-paru kronis yang disebabkan peradangan pada saliran
udara. Alergen, iritasi atau bahkan stimulan seperti aktivitas fisik dapat memicu
peradangan. Gejala asma meliputi mengi, batuk, sesak napas, sesak dada.
4. Penyakit autoimun adalah sekelompok gangguan sistem imun. Sel-sel sistem imun
salah menafsirkan sinyal. Dan mulai menyerang sel-sel tubuh itu sendiri.

Gangguan sistem kekebalan tubuh lainnya :

1. Chediak Higashi Syndrome.


2. Common Immunodeficiency Variable.
3. Hay Fever.
4. Hives.
5. HTLV (Human T-lymphotropic Virus Type 1).
6. Hyper-IgE Syndrome (Hyperimmunoglobulin E Syndrome).
7. Hyper-IgM Syndrome (Hyperimunoglobulin M Syndrome).
8. Primary Immune Deficiency.
9. Selective IgA Defisiensi (Selective Immunoglobulin A Defisiensi).
10. Alergi Kulit.
11. XLA (X-Linked Agammaglobulinemia).

Ibu hamil yang mengalami HIV/AIDS


Selama kehamilan kemungkinan bayi tertular HIV sangat kecil. Hal ini disebabkan
karena terdapatnya plasenta yang tidak dapat ditembus oleh virus itu sendiri. Oksigen, makanan,
antibody dan obat-obatan memang menembus plasenta, tetapi tidak oleh HIV karena plasenta
justru melindungu janin dari infeksi HIV. Perlindungan menjadi tidak efektif apabila ibu :
mengalami infeksi viral,bacterial, dan parasit (malaria) pada plasenta selama kehamilan, daya
tahan tubuh yang menurun, mengalami malnutrisi selama kehamilan.

Pada proses persalinan, resiko penularan HIV lebih besar dibandingkan saat proses
kehamilan. Semakin lam proses persalinan akan semakin besar pula resiko penularan yang
terjadi, oleh karena itu proses persalinan dapat disingkat dengan section caesaria.

Pada post partum, resiko penularan melalui ASI. Berdasarkan data penelitian De
Cock,dkk (2000), diketahui bahwa ibu yang menyusui bayinya mempunyai resiko menularkan
HIV sebesar 10-15% dibandingkan ibu yang tidak menyusui bayinya. Resiko penularan melalui
ASI tergantung dari : pola pemberian ASI, patologi payudara, lama pemberian ASI, dan status
gizi pada ibu.

Pencegahan dapat dilakukan dengan cara :

1. Penggunaan obat antiretroviral selama kehamilan, saat persalinan, dan untuk bayi yang
baru dilahirkan. Bertujuan agar viral load menjadi lebih rendah sehingga jumlah virus
yang ada dalam darah dan cairan tubuh kurang efektif untuk menularkan HIV.
2. Penanganan obstetric selama persalinan. Sebaiknya memilih menggunakan metode
section caesaria karena akan mengurangi risiko penularan HIV.
3. Penatalaksaan selama menyusui. Pemberian susu formula sebagai pengganti ASI sangat
dianjurkan untuk bayi dengan ibu yang positif HIV.

e.) Ibu hamil yang mengalami penyakit hematologi

Kehamilan normal menyebabkan perubahan-perubahan besar dalam system koagulasi


dan fibrinolitik, yaitu meningkatnya konsentrasi berbagai factor koagulasi dan penurunan
aktivitas fibrinolitik plasma sebagai akibat peningkatan konsentrasi plasminogen activator
inhibitors (PAI). Hitung trombosit seharusnya tidak banyak berubah selama kehamilan. Waktu
perdarahan tetap normal selama kehamilan. Uji skrining untuk memeriksa perdarahan, yaitu
activated partial thromboplastin time (APTT) dan prothrombin time (PT), berada dalam nilai
normal dewasa selama kehamilan, tetapi paa trimester ketiga, keduanya mungkin sedikit
memendek, dan hal ini perlu diperhatikan ketika menilai status koagulasi pada ibu hamil.
Kelainan perdarahan pada masa kehamilan dan nifas merupakan problem tersendiri yang
mungkin sulit ditangani. Terdapat berbagai macam kelainan perdarahan yang dapat
dikelompokkan dalam kelainan bawaan serta didapat, salah satu kelainan perdarahan didapat
pada kehamilan adalah Idiopatik Trombositopenia Purpura.

Ibu yang mengalami ITP

Idiopatik Trombositipenia Purpura (ITP) adalah kelainan hematologis dimana ditemukan


adanya penurunan jumlah trombosit dibawah normal (tromositopenia), pendarahan pada kulit
(purpura) dan kadang disertai pendarahan lain seperti epitaksis tanpa ditemukan sebab istemik
atau toksisitas yang jelas.

Kemungkinan yang dapat menyebabkan penyakit ini adalah hipersplenisme, infeksi virus
(rubella, rubeola, infeksi saluran nafas), intoksikasi makanan/obat, bahan kimia, pengaruh fisik
(radiasi, panas), kekurangan factor pematangan (malnutrisi), koagulasi intravascular diseminata
CKID, dan autoimun. Trombositopenia pada PTI merupakan suatu keadaan dimana jumlah
trombosit darah perifer kurang dari normal yang disebabkan oleh menurunnya produksi,
distribusi abnormal dan destruksi trombosit yang meningkat.

Penatalaksaan ITP :

1. ITP akut
- Ringan: observasi tanpa pengobatan → sembuh spontan.
- Jika trombcosit 30.000-50.000 :berikan prednison atau tidak diterapi.
- Bila setelah 2 minggu tanpa pengobatan jumlah trombosit belum naik, maka berikan
kortikosteroid.
- Bila tidak berespon terhadap kortikosteroid, maka berikan immunoglobulin per IV.
- Bila keadaan gawat, maka berikan transfuse suspensi trombosit.
2. ITP Menahun
- Kortikosteroid diberikan selama 5 bulan.
3. Immunoglobulin
4. Splenektomi
Pada wanita yang tidak berespon terhadap steroid atau terapi imunoglobulin, splenektomi
mungkin efektif. Menjelang akhir kehamilan, prosedur ini secara teknis lebih sulit dan mungkin
perlu dilakukan seksio sesarea agar limpa lebih mudah dicapai.

Anda mungkin juga menyukai