TINJAUAN TEORI
Ibu adalah wanita yang telah melahirkan seseorang, untuk wanita yang telah bersuami
(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005). Hamil adalah mengandung janin dalam rahim karena
sel telur dibuahi oleh spermatozoa (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005). Ibu hamil adalah
seorang wanita yang mengandung dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin (Prawirohardjo,
2005).
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal
adalah 280 hari (40 minggu 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir (HPHT)
(Prawirohardjo, 2007) . Menurut Farah (2011) kehamilan dibagi atas 3 trimester yaitu :
1. Trimester I (0 – 12 Minggu)
2. Trimester II (12-28 Minggu)
3. Trimester III (28-40 Minggu)
Diabetes Melitus Gestational (GDM) adalah intoleransi glukosa pada waktu kehamilan,
pada wanita normal atau yang mempunyai gangguan toleransi glukosa setelah terminasi
kehamilan.
Ibu hamil yang mengalami GDM perlu melakukan tes gula darah pada kehamilan usia
24-28 minggu. Resiko terjadinya GDM pada ibu hamil juga dilihat dari usia si ibu, karena pada
lingkupan usia lebih dari 25 tahun mempunyai risiko tinggi terhadap GDM.
Gagal jantung terjadi sebagian besar disebabkan oleh demam reumatik dan terjadi
hidremia (hypovolemia) dalam kehamilan, yang sudah dimulai sejak umur kehamilan 10 minggu
dan mencapai puncak pada usia 32-36 minggu. Faktor lain terjadinya gagal jantung yaitu : usia
pasien, riwayat penyakit jantung dan hipertensi, preeklampsia dan eklampsia, dan anemia.
Ibu hamil yang mengalami gagal jantung kongesif dapat menyebabkan edema paru
hingga kematian. Pada kehamilan muda dapat terjadi abortus dan pada janin dapat terlahir
prematur, BBLR, hipoksia, gawat janin, nilai APGAR rendah dan pertumbuhan janin terhambat.
Wanita hamil bernapas lebih dalam (meningkatkan volume tidal, volume gas bergerak
masuk atau keluar traktus respiratorius pada setiap tarikan napas) tetapi frekuensi napasnya
hanya sedikit meningkat (kira-kira 2x bernapas dalam 1 menit). Peningkatan volume tidal
pernapasan, yang berhubungan dengan frekuensi napas normal, menyebabkan peningkatan
volume napas 1 menit sekitar 26%). Peningkatan volume napas 1 menit disebut hiperventilasi
kehamilan, yang menyebabkan konsentrasi karbondioksida di alveoli menurun. Peningkatan
kadar progesterone tampaknya menyebabkan hiperventilasi kehamilan karena hiperventilasi
terjadi pada pria yang diberi progesteron (scott,dkk,1990).
Selama masa hamil perubahan pada pusat pernapasan menyebabkan penurunan ambang
karbodioksida. Progesterone dan eksterogen diduga menyebabkan peningkatan sensitifitas
pusat pernapasan terhadap karbondioksida. Selain itu kesadaran wanita hamil akan kebutuhan
napas meningkat. Beberapa wanita mengeluh mengalami dispnea saat istirahat.
A. Pengertian tuberculosis
B. Etiologi
1. Ibu
Sumber penularan penyakit tuberculosis adalah penderita TB BTA positif. Pada waktu batuk
atau bersin, penderita menyebarkan kuman keudara dalam bentuk droplet (percikan dahak).
Daya penularan dari seseorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang
dikelurkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular
penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negative (tidak terlihat kuman), maka
penderita tersebut dianggap tidak menular. Kemungkinan seseorang terinfeksi TB ditentukan
oleh konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.
2. Janin
Tuberculosis dapat ditularkan baik melalui plasenta didalam rahim, menghirup atau menelan
cairan yang terinfeksi saat kelahiran, atau menghirup udara yang mengandung kuman TBC
setelah lahir.
C. Manifestasi Klinis
1. Ibu
Demam
Batuk berdarah
Sesak napas
Nyeri dada
Malaise : ditemukan berupa anoreksia, berat badan menurun, sakit kepala, nyeri otot
dan keringat dimalam hari.
2. Bayi
Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi
tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan membunuh patogen serta
sel tumor. Sistem ini mendeteksi berbagai macam pengaruh biologis luar yang luas, organisme
akan melindungi tubuh dari infeksi, bakteri, virus sampai cacing parasit, serta menghancurkan
zat-zat asing lain dan memusnahkan mereka dari sel organisme yang sehat dan jaringan agar
tetap dapat berfungsi seperti biasa. Deteksi sistem ini sulit karena adaptasi patogen dan
memiliki cara baru agar dapat menginfeksi organisme.
Fungsi sistem imun adalah melindungi pejamu dari invasi organisme asing dengan
membedakan diri (self) dari bukan diri (non-self). Sistem semacam ini diperlukan untuk
kelangsungan hidup. Sistem imun yang berfungsi baik tidak saja melindungipejamu dari faktor
eksternal seperti mikroorganisme atau toksin tetapi juga mencegah dan menolak serangan oleh
faktor endogen seperti tumor atau fenomena autoimun.
Disfungsi atau defisiensi komponen sistem imun menimbulkan beragam penyakit klinis
dengan ekspresi dan keparahan yang bervariasi dari penyakit atopik hingga atritis reumatoid,
severe combined immunodeviciency, dan kanker. Dalam makalah yang saya susun ini akan
membahas dan memperkenalkan fisiologi rumit sistem imun dan kelainan yang menimbulkan
penyakit hipersensitivitas dan imunodefisiensi.
Sistem imun membentuk sistem pertahanan badan terhadap bahan asing seperti
mikroorganisme (bakteria, kulat, protozoa, virus dan parasit), molekul-molekul berpotensi toksik,
atau sel-sel tidak normal (sel terinfeksi virus atau malignan). Sistem ini menyerang bahan asing
atau antigen dan juga mewujudkan peringatan tentang kejadian tersebut supaya pendedahan
yang berkali-kali terhadap bahan yang sama akan mencetuskan gerak balas yang lebih cepat
dan tertingkat. Keimunan merujuk kepada keupayaan sesuatu individu yang telah sembuh dari
sesuatu penyakit untuk kekal sehat apabila terdedah kepada penyakit yang sama untuk kali
kedua dan seterusnya.
1. Alergi (yang disebabkan oleh jenis makanan, obat-obatan, sengatan serangga atau zat
tertentu) bisa didefinisikan sebagai respon sistem kekebalan tubuh yang berlebihan
terhadap zat yang umumnya tidak berbahaya. Ada banyak alergen. Dalam banyak
kasus, ada lebih dari satu alergen yang merangsang reaksi alergi. Gejala alergi yang
sering merupakan masalah ringan.
2. Anafilaksis adalah bentuk alergi yang serius dan ekstrim. Alergen dari makanan,
obat-obatan atau gigitan serangga, bisa memicu dan menyebabkanserangkaian gejala
fisik yang tidak menyenangkan. Ruam gatal, tenggorokan bengkak dan penurunan
tekanan darah merupakan gejala umum anafilaksis.
3. Asma adalah gangguan paru-paru kronis yang disebabkan peradangan pada saliran
udara. Alergen, iritasi atau bahkan stimulan seperti aktivitas fisik dapat memicu
peradangan. Gejala asma meliputi mengi, batuk, sesak napas, sesak dada.
4. Penyakit autoimun adalah sekelompok gangguan sistem imun. Sel-sel sistem imun
salah menafsirkan sinyal. Dan mulai menyerang sel-sel tubuh itu sendiri.
Pada proses persalinan, resiko penularan HIV lebih besar dibandingkan saat proses
kehamilan. Semakin lam proses persalinan akan semakin besar pula resiko penularan yang
terjadi, oleh karena itu proses persalinan dapat disingkat dengan section caesaria.
Pada post partum, resiko penularan melalui ASI. Berdasarkan data penelitian De
Cock,dkk (2000), diketahui bahwa ibu yang menyusui bayinya mempunyai resiko menularkan
HIV sebesar 10-15% dibandingkan ibu yang tidak menyusui bayinya. Resiko penularan melalui
ASI tergantung dari : pola pemberian ASI, patologi payudara, lama pemberian ASI, dan status
gizi pada ibu.
1. Penggunaan obat antiretroviral selama kehamilan, saat persalinan, dan untuk bayi yang
baru dilahirkan. Bertujuan agar viral load menjadi lebih rendah sehingga jumlah virus
yang ada dalam darah dan cairan tubuh kurang efektif untuk menularkan HIV.
2. Penanganan obstetric selama persalinan. Sebaiknya memilih menggunakan metode
section caesaria karena akan mengurangi risiko penularan HIV.
3. Penatalaksaan selama menyusui. Pemberian susu formula sebagai pengganti ASI sangat
dianjurkan untuk bayi dengan ibu yang positif HIV.
Kemungkinan yang dapat menyebabkan penyakit ini adalah hipersplenisme, infeksi virus
(rubella, rubeola, infeksi saluran nafas), intoksikasi makanan/obat, bahan kimia, pengaruh fisik
(radiasi, panas), kekurangan factor pematangan (malnutrisi), koagulasi intravascular diseminata
CKID, dan autoimun. Trombositopenia pada PTI merupakan suatu keadaan dimana jumlah
trombosit darah perifer kurang dari normal yang disebabkan oleh menurunnya produksi,
distribusi abnormal dan destruksi trombosit yang meningkat.
Penatalaksaan ITP :
1. ITP akut
- Ringan: observasi tanpa pengobatan → sembuh spontan.
- Jika trombcosit 30.000-50.000 :berikan prednison atau tidak diterapi.
- Bila setelah 2 minggu tanpa pengobatan jumlah trombosit belum naik, maka berikan
kortikosteroid.
- Bila tidak berespon terhadap kortikosteroid, maka berikan immunoglobulin per IV.
- Bila keadaan gawat, maka berikan transfuse suspensi trombosit.
2. ITP Menahun
- Kortikosteroid diberikan selama 5 bulan.
3. Immunoglobulin
4. Splenektomi
Pada wanita yang tidak berespon terhadap steroid atau terapi imunoglobulin, splenektomi
mungkin efektif. Menjelang akhir kehamilan, prosedur ini secara teknis lebih sulit dan mungkin
perlu dilakukan seksio sesarea agar limpa lebih mudah dicapai.