Erwan Hadi
M. Septia Budi
Susi Ramdani Fitri
Widia Rosa
PRODI S1 KEPERAWATAN
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan
Gangguan Fungsi Seksual dan Depresi”
Dalam penyusunan makalah ini, kami telah mengalami berbagai hal baik suka
maupun duka. Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak akan selesai dengan
lancar dan tepat waktu tanpa adanya bantuan, dorongan, serta bimbingan dari berbagai
pihak. Sebagai rasa syukur atas terselesainya maklah ini, maka dengan tulus kami sampaikan
terimakasi kepada pihak-pihak yang turut membantu.
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari masih banyak kekurangan baik
pada teknik penulisan penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
dapat diterapkan dalam, menyelesaikan suatu permasalahan yang berhubungan dengan judul
makalah ini.
Kelompok 7
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................................
KATA PENGANTAR ............................................................................................................
DAFTAR ISI ..........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................................
B. Tujuan Penulisan………. ................................................................................
C. Rumusan Masalah………................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Perubahan anatomik sistem genetalia pada lansia......................................................
B. Perubahan fisiologik aktivitas seksual……………………………………………….
C. Faktor Psikologik Seksual………………………………………………………........
D. Aupaya Mengatasi Permasalahan Seksual Pada Lansia……………………………..
E. Definisi Depresi……………………………………………………………………..
F. Etiologi Depresi Pada Lansia………………………………………………………..
G. Gambaran Klinik Depresi…………………………………………………………..
H. Dampak Depresi Pada Lansia….……………………………………………………
I. Penatalaksanaan Depresi Pada Lansia………………..……………………………..
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian………………………………………………………………………….
B. Diagnosa Keperawatan……………………………………………………………..
C. Intervensi Keperawatan…………………………………………………………….
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan………….. ............................................................................................
B. Saran………….. ......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehidupan seksual merupakan bagian dari kehidupan manusia, sehingga kualitas
kehidupan seksual ikut menentukan kualitas hidup. Hubungan seksual yang sehat adalah
hubungan seksual yang dikehendaki, dapat dinikmati bersama pasangan suami dan istri
dan tidak menimbulkan akibat buruk baik fisik maupun psikis termasuk dalam hal ini
pasangan lansia. Dewasa lanjut (Late adult hood) atau lebih dikenal dengan istilah lansia
adalah periode dimana seseorang telah mencapai usia diatas 45 tahun. Pada periode ini
masalah seksual masih mendatangkan pandangan bias terutama pada wanita yang
menikah, termasuk didalamnya aspek sosio-ekonomi. Pada pria lansia masalah terbesar
adalah masalah psikis dan jasmani, sedangkan pada wanita lansia lebih didominasi oleh
perasaan usia tua atau merasa tua.
Pada penelitian di negara barat, pandangan bias tersebut jelas terlihat. Penelitian
Kinsey yang mengambil sampel ribuan orang, ternyata hanya mengambil 31 wanita dan
48 pria yang berusia diatas 65 tahun. Penelitian Masters-Jonhson juga terutama
mengambil sampel mereka yang berusia antara 50-70 tahun, sedang penelitian Hite
dengan 1066 sampel hanya memasukkan 6 orang wanita berusia di atas 70
tahun(Alexander and Allison,1995).
Penelitian akhir-akhir ini menunjukkan bahwa:
Banyak golongan lansia tetap menjalankan aktifitas seksual sampai usia yang cukup
lanjut, dan aktifitas tersebut hanya dibatasi oleh status kesehatan dan ketiadaan
pasangan.
Aktifitas dan perhatian seksual pasangan suami istri lansia yang sehat berkaitan
dengan pengalaman seksual kedua pasangan tersebut sebelumnya.
Mengingat bahwa kemungkinan hidup seorang wanita lebih panjang dari pria,
seorang wanita lansia yang ditinggal mati suaminya akan sulit untuk menemukan
pasangan hidup.
Saat ini jumlah wanita di Indonesia yang memiliki Usia Harapan Hidup (UHH)
diatas 45 tahun lebih meningkat dan pada usia tersebut wanita masih berharap dapat
melakukan hubungan seksual secara normal. Karena faktor usia, hubungan seksual pada
lansia umumnya memiliki frekwensi yang relatif rendah, sehingga diperlukan suatu
penelaahan tentang masalah seksual pada lansia. Fenomena sekarang, tidak semua lansia
dapat merasakan kehidupan seksual yang harmonis. Ada tiga penyebab mengapa
kehidupan seksual tidak harmonis. Pertama, komunikasi seksual diantara pasangan tidak
baik. Kedua, pengetahuan seksual tidak benar. Ketiga karena gangguan fungsi seksual
pada salah satu maupun kedua pihak bisa karena perubahan fisiologis maupun patologis.
Agar kualitas hidup lansia tidak sampai terganggu karena masalah seksual, maka
setiap disfungsi seksual harus segra diatasi dengan cara yang benar dan ilmiah. Yang
perlu diperhatikan dalam penanganan disfungsi seksual ialah pertama kita harus
menentukan jenis disfungsi seksual dengan tepat, mencari penyebabnya, memberikan
pengobatan sesuai penyebab dan untuk memperbaiki fungsi seksual seperti dijelaskan
dalam makalah ini.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui masalah seksual dan depresi pada masa usia lanjut
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui karakteristik masa usia lanjut
b. Mengetahui perubahan-perubahan pada masa usia lanjut
c. Mengetahui masalah seksual pada masa usia lanjut
d. Mengetahui perubahan seksual pada pria lansia
e. Mengetahui perubahan seksual pada wanita lansia
f. Mengetahui cara mengatasi permasalah seksual pada masa usia lanjut
g. Mengetahui penatalaksaan gangguan seksual pada usia lanjut
h. Mengetahui definisi dari depresi
i. Mengetahui etilogi depresi dari usia lanjut
j. Mengetahui tingkatan depresi pada usia lanjut
k. Mengetahui dampak depresi pada usia lanjut
l. Penatalaksanaan depresi pada usia lanjut
C. Manfaat
1. Bagi mahasiswa
Merupakan sumber tambahan informasi dan pengetahuan tentang permasalahan
seksual dan depresi pada masa usia lanjut sebagai acuan dalam memberikan
pelayanan asuhan keperawatan pada saat praktik lapangan.
2. Bagi institusi dan civitas akademik
Mengukur pengetahuan dan pengalaman mahasiswa dalam menyusun suatu makalah
dengan mengambil dari berbagai sumber literature serta dijadikan sebagai sumber
bacaan tambahan di perpustakaan.
D. Rumusan Masalah
1. Apa perubahan anatomik sistem genetalia pada lansia?
2. Apa perubahan fisiologik aktivitas seksual akibat proses penuaan bila ditinjau dari
pembagian tahapan seksual?
3. Apa di samping faktor perubahan fisik, faktor psikologi juga sering kali
menyebabkan penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia?
4. Apa beberapa hal yang dapat menyebabkan masalah kehidupan social?
5. Apa upaya mengatasi permasalahan seksual pada lansia?
6. Apakah definisi dari depresi?
7. Apakah etilogi depresi dari usia lanjut?
8. Bagaimanakah tingkatan depresi pada usia lanjut?
9. Apakah dampak depresi pada usia lanjut?
10. Bagaimanakah penatalaksanaan depresi pada usia lanjut?
BAB II
PEMBAHASAN
1. Dampak Depresi Pada Lansia
Pada usia lanjut depresi yang berdiri sendirimaupun yang bersamaan dengan
penyakit lainhendaknya ditangani dengan sungguh-sungguh karenabila tidak diobati
dapat memperburuk perjalanan penyakit dan memperburuk prognosis.
Pada depresi dapat dijumpai hal-hal sepertidibawah ini (Mudjaddid, 2003):
a. Depresi dapat meningkatkan angka kematian pada pasien dengan penyakit ka
rdiovaskuler.
b. Pada depresi timbul ketidakseimbangan hormonal yang dapat memperburuk
penyakit kardiovaskular (Misal: peningkatan hormone
adrenokortikotropin akan meningkatkan kadarkortisol).
c. Metabolisme serotonin yang terganggu padadepresi akan menimbulkan efek trombo
genesis.
d. Perubahan suasana hati (mood) berhubungandengan gangguan respons
imunitas termasukperubahan fungsi limfosit dan penurunan jumlah limfosit.
e. Pada depresi berat terdapat penurunan aktivitas selnatural killer.
f. Pasien depresi menunjukkan kepatuhan yang burukpada program
pengobatan maupun rehabilitasi.
J. Dampak Depresi Pada Lansia
Depresi pada lansia yang tidak ditangani dapat berlangsung bertahun-tahun dan
dihubungkan dengan kualitas hidup yang jelek, kesulitan dalam fungsi sosial dan fisik,
kepatuhan yang jelek terhadap terapi, danmeningkatnya morbiditas
dan mortalitas akibat bunuhdiri dan penyebab lainnya (Unützer, 2007).Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa depresi pada lansia menyebabkan peningkatan
penggunaan rumah sakit dan outpatient medical services (Blazer, 2003).
Depresi dapat mempengaruhi perilaku dan aktivitas seseorang terhadap
lingkungannya. Gejala depresi pada lansia diukur menurut tingkatan sesuai dengan gejala
yang termanifestasi. Jika dicurigai terjadi depresi, harus dilakukan pengkajian dengan alat
pengkajian yang terstandarisasi dan dapat dipercayai serta valid dan memang dirancang
untuk diujikan kepada lansia. Salah satu yang paling mudah digunakan untuk
diinterprestasikan diberbagai tempat, baik oleh peneliti maupun praktisi klinis
adalah Geriatric Depression Scale (GDS). Alat ini diperkenalkan oleh Yesavage pada
tahun 1983 dengan indikasi utama pada lanjut usia, dan memiliki keunggulan mudah
digunakan dan tidak memerlukan keterampilan khusus dari pengguna. Instrument GDS
ini memiliki sensitivitas 84 % danspecificity 95 %. Tes reliabilitas alat ini correlates
significantly of 0,85 (Burns, 1999). Alat ini terdiri dari 30 poin pertanyaan dibuat sebagai
alat penapisan depresi pada lansia. GDS menggunakan format laporan sederhana yang
diisi sendiri dengan menjawab “ya” atau “tidak” setiap pertanyaan, yang memrlukan
waktu sekitar 5-10 menit untuk menyelesaikannya. GDS merupakan alat psikomotorik
dan tidak mencakup hal-hal somatik yang tidak berhubungan dengan pengukuran mood
lainnya. Skor 0-10 menunjukkan tidak ada depresi, nilai 11-20 menunjukkan depresi
ringan dan skor 21-30 termasuk depresi sedang/berat yang membutuhkan rujukan guna
mendapatkan evaluasi psikiatrik terhadap depresi secara lebih rinci, karena GDS hanya
merupakan alat penapisan.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN MASALAH GANGGUAN
FUNGSI SEKSUAL DAN DEPRESI
A. Pengkajian
a. Identitas klien
1. Nama Klien
2. Umur
3. Agama
4. Suku
5. Pendidikan
6. Alamat
7. Pekerjaan
8. Agama dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan
9. Status sosial ekonomi keluarga
b. Riwayat seksual
Pola seksual biasanya
Kepuasan (individu, pasangan)
Pengetahuan seksual
Masalah (seksual, kesehatan)
Harapan
Suasana hati, tingkat energy.
c. Riwayat penyakit keluarga
Kaji ulang riwayat klien dan pemeriksaan fisik untuk adanya tanda dan gejala
karakteristik yang berkaitan dengan gangguan tertentu yang didiagnosis.
Kaji adanya depresi.
Singkirkan kemungkinan adanya depresi dengan scrining yang tepat, seperti
geriatric depresion scale.
Ajukan pertanyaan-pertanyaan pengkajian keperawatan
Wawancarai klien, pemberi asuhan atau keluarga.
Berikut ini adalah aspek psikososial yang perlu dikaji oleh perawat yaitu apakah
lansia mengalami kebingungan, kecemasan, menunjukkan afek yang labil, datar atau
tidak sesuai, apakah lansia mempunyai ide untuk bunuh diri. Bila data tersebut diperoleh,
data subjektif didapatkan melalui wawancara dengan menggunakan skala depresi pada
lansia (Depresion Geriatric Scale).
f. Klasifikasi Data
a. Data Subjektif
1) Lansia Tidak mampu mengutarakan pendapat dan malas berbicara.
2) Sering mengemukakan keluhan somatik seperti: nyeri abdomen dan dada, anoreksia,
sakit punggung, pusing.
3) Merasa dirinya sudah tidak berguna lagi, tidak berarti, tidak ada tujuan hidup, merasa
putus asa dan cenderung bunuh diri.
4) Pasien mudah tersinggung dan ketidakmampuan untuk konsentrasi.
b. Data Objektif
1) Gerakan tubuh yang terhambat, tubuh yang melengkung dan bila duduk dengan sikap
yang merosot.
2) Ekspresi wajah murung, gaya jalan yang lambat dengan langkah yang diseret.
3) Kadang-kadang dapat terjadi stupor.
4) Pasien tampak malas, lelah, tidak ada nafsu makan, sukar tidur dan sering menangis.
5) Proses berpikir terlambat, seolah-olah pikirannya kosong, konsentrasi terganggu,
tidak mempunyai minat, tidak dapat berpikir, tidak mempunyai daya khayal.
Pada pasien psikosa depresif terdapat perasaan bersalah yang mendalam, tidak masuk
akal (irasional), waham dosa, depersonalisasi dan halusinasi. Kadang-kadang pasien suka
menunjukkan sikap bermusuhan (hostility), mudah tersinggung (irritable) dan tidak suka
diganggu. Pada pasien depresi juga mengalami kebersihan diri kurang dan
keterbelakangan psikomotor.
B. Diagnosa keperawatan
1. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan fungsi/struktur tubuh.
2. Pola seksual tidak efektif berhubungan dengan efek penyakit akut dan kronis.
3. Risiko mencederai diri berhubungan dengan depresi.
C. Intervensi Keperawatan
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Rasional
. Keperawatan
1. Disfungsi Tujuan : Pasien dapat 1. Bantu pasien untuk 1. Agar pasien
seksual menerima perubahan mengekspresikan lebih bisa
perubahan fungsi tubuh menerima
berhubungan struktur tubuh terutama
termasuk organ seksual perubahan
dengan pada fungsi seksual seiring dengan tersebut
perubahan yang dialaminya. bertambahnya usia. 2. Menambah
2. Berikan pendidikanpemahaman
fungsi/struktu Kriteria Hasil :
kesehatan tentangklien tentang
r tubuh 1. Mengekspresikan penurunan fungsi
semua
kenyamanan seksual. perubahan
3. Motivasi klien untuk yang di alami
2. Mengekspresikan
mengkonsumsi nya agar
kepercayaan diri makanan yang rendah penurunan
lemak, rendah
fungsi seksual
kolesterol, dan berupa
diet vegetarian. tidak menjadi
beban pikiran
3. Makanan
bergizi
dianjurkan
untuk
menjaga daya
tahan tubuh
karena
biasanya pada
lansia daya
tahan
tubuhnya
menurun.
2. Pola seksual Tujuan : pasien dapat 1. Kaji factor-faktor 1. Penting untuk
tidak efektif menerima perubahan penyebab dan membantu
penunjang, yang dalam
berhubungan pola seksualitas yang
meliputi: intervensi
dengan efek disebabkan masalah Kelelahan selanjutnya
penyakit akut kesehatannya. Nyeri 2. Untuk
dan kronis. Kriteria hasil: Nafas pendek menghilangka
1. Mengidentifikasi Keterbatasan n atau
keterbatasannya pada suplai oksigen mengurangi
aktivitas seksual Imobilisasi factor-faktor
yang disebabkan Perubahan penyebab
masalah kesehatan hormone 3. Agar klien
2. Mengidentifikasi Depresi lebih mengerti
modifikasi kegiatan 2. dan bisa
Berikan informasi yang
seksual yang pantas menerima
tepat pada pasien dan
dalam respon bahkan tidak
pasangannya tentang
terhadap memaksakan
keterbatasan fungsi
keterbatasannya. diri karena
seksual yang disebabkan
keterbatasan
oleh keadaan sakit
yang di
3. Ajarkan pentingnya
sebabkan oleh
mentaati aturan medis
penyakit.
yang dibuat untuk
mengontrol gejala
penyakit.
3. Risiko Tujuan : 1. Diskusikan dengan 1. Menggali ide
mencederai 1. Klien tidak pasien tentang ide-ide dalam pikiran
membahayakan bunuh diri
diri klien tentang
dirinya sendiri 2. Bantu pasien mengenali
berhubungan perasaan yang menjadi bunuh diri
dengan 2. Klien mempunyai penyebab timbulnya ide 2. Menggali
alternatif bunuh diri
depresi. perasaan
penyelesaian 3. Bantu pasien untuk
memilih cara yang pasien tentang
masalah yang
konstruktif. paling tepat untuk penyebab
Kriteria hasil: menyelesaikan masalah
bunuh diri
1) Mampu secara konstruktif.
mengungkapkan ide 4. Beri pujian terhadap 3. Meringankan
bunuh diri pilihan yang telah dibuat masalah
2) Mengenali cara-cara pasien dengan tepat. pasien
untuk mencegah 5. Ciptakan lingkungan
bunuh diri yang aman untuk pasien, 4. Pujian dapat
3) Mendemonstrasikan singkirkan semua benda- menyenangka
cara menyelesaikan benda yang memiliki n perasaan
masalah yang potensi untuk
pasien
konstruktif membahayakan klien
(benda tajam, tali 5. Untuk
pengikat, ikat pinggang, meminimalisir
dan benda-benda lain
resiko klien
yang terbuat dari kaca).
bunuh diri.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada usia lanjut, hambatan untuk aktivitas seksual yang dapat dibagi menjadi
hambatan eksternal yang datang dari lingkungan dan hambatan internal,yang
terutama berasal dari subjek lansianya sendiri. Hambatan eksternal biasanya berupa
pandangan sosial, yang menganggap bahwa aktivitas seksual tidak layak lagi
dilakukan lagi oleh lansia.Hambatan eksternal bilamana seorang janda atau duda
akan menikah lagi sering kali juga berupa sikap menentang dari anak-anak, dengan
berbagai alasan.
Hambatan internal psikologik seringkali sulit dipisahkan secara jelas dengan
hambatan eksternal. Seringkali seorang lansia sudah merasa tidak baisa dan tidaak
pantas berpenampilan untuk menarik lawan jenisnya. Pandangan sosial dan
keagamaan tentang seksualitas diusia lanjut menyebabkan keinginan dalam diri
mereka ditekan sedemikian sehingga memberikan dampak pada ketidakmampuan
fisik, yang dikenal sebagai impotensia. Obat-obatan yang sering diberikan, pada
penderita usia lanjut dengan patologi multipel jika sering menyebabkan berbagai
gangguan fungsi seksual pada usia lanju.
Masa tua merupakan masa yang sangat ditakuti dengan alasan terjadinya
kemunduran fisik terutama pada penampilan. Rasa khawatir akan kehilangan
perhatian dari pasangan membawa akibat terhadap frekwensi maupun kualitas
hubungan seks, baik secara langsung maupun tidak.
Melalui konseling, peran konselor dan tenaga kesehatan dapat menjelaskan
kondisi umum dan masalah yang timbul pada masa usia lanjut serta pengaruhnya
terhadap emosi, pola pikir dan hubungan seksual sangat berpengaruh. Melalui
beberapa tahapan konseling secara terbuka dan kolaborasi dengan dokter spesialis
kebidanan dan kandungan, bisa diperoleh suatu pemecahan masalah seksual pada
lansia, dengan pemakaian krem vasoaktif, melakukan olah raga ringan dan konsumsi
makan seimbang, dan solusi-solusi lain secara bertahap masalah pada lansia akan
terselesaikan.
B. Saran
Permasalahan pada masa lansia sering terabaikan, tidak hanya di lingkungan
keluarga lansia sendiri, tetapi juga di lingkungan masyarakat bahkan pusat pelayanan
kesehatan. Lansia sebagaimana pria dan wanita mulai dari kanak-kanak hingga
dewasa lainnya mempunya hak-hak untuk diperlakukan adil dan sama, mendapat
informasi dan pelayanan kesehatan yang sempurna dan optimal, serta diperlakukan
dan dihargai masa akhir usia mereka, merasakan kehidupan yang harmonis serta
merasakan kenikmatan seksual yang aman dan nyaman. Oleh karena itu,
pengetahuan tentang permasalahan seksual pada lansia baik pria maupun wanita
perlu sebarluaskan sejak dini, dan perlunya kerjasama yang optimal disetiap instansi
pemerintah dan masyarakat untuk mengatasi masalah ini agar para lansia
mendapatkan kehidupan yang layak, dan harmonis sebagai manusia dan warga
negara seutuhnya.
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal kesehatan Andalas. Hubungan Kemungkinan Depresi dengan Kualitas Hidup Pada
Lanjut Usia di Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang.
2018;7 (3).