Anda di halaman 1dari 9

ASKEP GADAR STATUS ASMATIIKUS

Oleh
HERNI MARSEL PIOH 19142010219
MEILINDA LUASUNAUNG 1914201022O
CHINDY FALENSIA RORONG 19142010222

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA
MANADO
2020/2021
A.      Pengertian
Status Asmatikus adalah suatu keadaan dimana penyakit asma yang tidak dapat ditangani
dengan pengobatan biasa, melainkan harus dengan menggunakan alat, seperti Bronkodilator.

Asma adalah suatu gangguan yang komplek dari bronkial yang dikarakteristikan oleh
periode bronkospasme (kontraksi spasme yang lama pada jalan nafas). (Polaski : 1996).

Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif (bersifat menghambat, menyumbat) intermiten
(terjadi berkala setelah interval tertentu), reversibel dimana trakea dan bronkhi berespon secara
hiperaktif terhadap stimulasi tertentu. (Smelzer Suzanne : 2001).

Dari ketiga pendapat tersebut dapat diketahui bahwa asma adalah suatu penyakit gangguan
jalan nafas obstruktif intermiten yang bersifat reversibel, ditandai dengan adanya periode
bronkospasme, peningkatan respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan yang
menyebabkan penyempitan jalan nafas.

B.     Etiologi
Asma adalah suatu obstruktif jalan nafas yang reversibel yang disebabkan oleh :
1) Kontraksi otot di sekitar bronkus sehingga terjadi penyempitan jalan nafas.
2) Pembengkakan membran bronkus.
3) Terisinya bronkus oleh mukus yang kental.
C.    Patofisiologi
∙         Pencetus serangan (alergen, emosi/stress, obat-obatan, infeksi).
∙         Kontraksi otot polos.
∙         Edema (penimbunan cairan yang berlebih didalam jaringan) mukusa.
∙         Hipersekresi (sekresi yang berlebih).
∙         Penyempitan saluran pernapasan (obstruksi).
∙         Hipoventilasi (keadaan nafas yang lambat dan dangkal).
∙         distribusi ventilasi tak merata dengan sirkulasi darah paru
∙         Gangguan difusi gas di alveoli
∙         Hipoxemia (keadaan kadar oksigen yang menurun dalam darah).
∙         Hiperkarpia
Proses perjalanan penyakit asma dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu alergi dan psikologis, kedua
faktor tersebut dapat meningkatkan terjadinya kontraksi otot-otot polos, meningkatnya sekret
abnormal mukus pada bronkiolus dan adanya kontraksi pada trakea serta meningkatnya produksi
mukus jalan nafas, sehingga terjadi penyempitan pada jalan nafas dan penumpukan udara di
terminal oleh berbagai macam sebab maka akan menimbulkan gangguan seperti gangguan
ventilasi (hipoventilasi), distribusi ventilasi yang tidak merata dengan sirkulasi darah paru,
gangguan difusi gas di tingkat alveoli.
Tiga kategori asma alergi (asma ekstrinsik) ditemukan pada klien dewasa yaitu yang disebabkan
alergi tertentu, selain itu terdapat pula adanya riwayat penyakit atopik seperti eksim, dermatitis
(radang kulit), demam tinggi dan klien dengan riwayat asma. Sebaliknya pada klien dengan asma
intrinsik (idiopatik) sering ditemukan adanya faktor-faktor pencetus yang tidak jelas, faktor yang
spesifik seperti flu, latihan fisik, dan emosi (stress) dapat memacu serangan asma.
Mediator
kimia

D.  Manifestasi klinis
Manifestasi klinik pada pasien asmatikus adalah batuk, dyspnoe (sesak nafas), dan wheezing
(terengah-engah). Pada sebagian penderita disertai dengan rasa nyeri dada, pada penderita yang
sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis, sedangkan waktu serangan tampak
penderita bernafas cepat, dalam, gelisa, duduk dengan tangan menyangga ke depan serta tampak
otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan keras.
Ada beberapa tingkatan penderita asma yaitu :
1) Tingkat I :
a) Secara klinis normal tanpa kelainan pemeriksaan fisik dan fungsi paru.
b) Timbul bila ada faktor pencetus baik didapat alamiah maupun dengan test provokasi bronkial
di laboratorium.
2) Tingkat II :
a) Tanpa keluhan dan kelainan pemeriksaan fisik tapi fungsi paru menunjukkan adanya tanda-
tanda obstruksi jalan nafas (batuk, sesak nafas, wheezing).
b) Banyak dijumpai pada klien setelah sembuh serangan.
3) Tingkat III :
a) Tanpa keluhan.
b) Pemeriksaan fisik dan fungsi paru menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas.
c) Penderita sudah sembuh dan bila obat tidak diteruskan mudah diserang kembali.
4) Tingkat IV :
a) Klien mengeluh batuk, sesak nafas dan nafas berbunyi wheezing.
b) Pemeriksaan fisik dan fungsi paru didapat tanda-tanda obstruksi jalan nafas.
5) Tingkat V :
a) Status asmatikus yaitu suatu keadaan darurat medis berupa serangan asma akut yang berat
bersifat refrakter (tak beraksi) sementara terhadap pengobatan yang lazim dipakai.
b) Asma pada dasarnya merupakan penyakit obstruksi jalan nafas yang reversibel.
E.  Pemeriksaan Penunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang seperti :
a. Spirometri (pengukuran kapasitas udara paru) :
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas.
b. Tes provokasi :
1). Untuk menunjang adanya hiperaktifitas bronkus.
2). Tes provokasi dilakukan bila tidak dilakukan lewat tes spirometri.
3). Tes provokasi bronkial seperti :
Tes provokasi histamin (suatu senyawa amin depressor yang didapat dengan dekarboksilasi
histidin), metakolin, alergen, kegiatan jasmani, hiperventilasi (keadaan nafas yang cepat) dengan
udara dingin dan inhalasi (penghirupan) dengan aqua destilata.
4). Tes kulit : Untuk menunjukkan adanya anti bodi Ig E (kependekan immunoglobulin, protein
penting dalam mekanisme imunologis) yang spesifik dalam tubuh.
c. Pemeriksaan kadar Ig E total dengan Ig E spesifik dalam serum.
d. Pemeriksaan radiologi umumnya rontgen foto dada normal.
e. Analisa gas darah dilakukan pada asma berat.
f. Pemeriksaan eosinofil total dalam darah.
g. Pemeriksaan sputum.
F.  Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan asma adalah pneumotoraks, atelektasis, gagal
nafas, bronchitis.
G.  Terapi/Pengobatan
1. Bronchodilator Tidak digunakan alat-alat bronchodilator secara oral, tetapi dipakai secara
inhalasi atau parenteral. Jika sebelumnya telah digunakan obat golongan simpatomimetik (obat
yang efeknya serupa perangsangan saraf ortosimpatik), maka sebaiknya diberikan aminofilin
secara parenteral sebab mekanisme yang berlainan, demikian sebaliknya, bila sebelumnya telah
digunakan obat golongan Teofilin oral maka sebaiknya diberikan obat golongan simpatomimetik
secara aerosol atau parenteral. Obat-obat bronchodilator golongan simpatomimetik bentuk
selektif terhadap adreno reseptor (Orsiprendlin, Salbutamol, Terbutalin, Ispenturin, Fenoterol )
mempunyai sifat lebih efektif dan masa kerja lebih lama serta efek samping kecil dibandingkan
dengan bentuk non selektif (Adrenalin, Efedrin, Isoprendlin). Obat-obat Bronkhodilator serta
aerosol bekerja lebih cepat dan efek samping sistemik lebih kecil. Baik digunakan untuk sesak
nafas berat pada anak-anak dan dewasa. Mula-mula diberikan 2 sedotan dari suatu metered
aerosol defire ( Afulpen metered aerosol ). Jika menunjukkan perbaikan dapat diulang tiap 4 jam,
jika tidak ada perbaikan sampai 10-15 menit berikan aminofilin intrvena. Obat-obat
Bronkhodilatator Simpatomimetik memberi efek samping takhikardi, penggunaan perentral pada
orang tua harus hati-hati, berbahaya pada penyakit hipertensi, kardiovaskuler dan
serebrovaskuler. Pada dewasa dicoba dengan 0,3 ml larutan epineprin 1 : 1000 secara subkutan.
Anak-anak 0.01mg / kg BB subkutan (1mg per mil ) dapat diulang tiap 30 menit untuk 2 - 3 x
tergantung kebutuhan. Pemberian Aminophilin secara intrvena dosis awal 5 - 6 mg/kg BB
dewasa/anak-anak, disuntikan perlahan-lahan dalam 5 - 10 menit. untuk dosis penunjang 0,9
mg/kg BB/jam secara infus. Efek samping TD menurun bila tidak perlahan-lahan.
2. Kortikosteroid Jika pemberian obat-obat bronkhodilator tidak menunjukkan perbaikan,
dilanjutkan dengan pengobatan kortikosteroid 200 mg hidrokortison atau dengan dosis 3-4
mg/kg BB intravena sebagai dosis permulaan dapat diulang 2-4 jam secara parenteral sampai
serangan akut terkontrol, dengan diikuti pemberian 30-60 mg prednison atau dengan dosis 1-2
mg/kg BB/hari secara oral dalam dosis terbagi, kemudian dosis dikurangi secara bertahap.
3. Pemberian Oksigen Melalui kanul hidung dengan kecepatan aliran O2 2-4 liter/menit dan
dialirkan melalui air untuk memberi kelembaban. Obat Ekspektoran seperti Gliserolguayakolat
dapat juga digunakan untuk memperbaiki dehidrasi, maka intik cairan peroral dan infus harus
cukup, sesuai dengan prinsip rehidrasi, antibiotik diberikan bila ada infeksi.
Asuhan Keperawatan Asmatikus
i.        Pengkajian
a. Identitas klien
1). Riwayat kesehatan masa lalu : riwayat keturunan, alergi debu, udara dingin
- Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru sebelumnya.
- Kaji riwayat reaksi alergi atau sensitifitas terhadap zat/ faktor lingkungan.
- Kaji riwayat pekerjaan pasien.
2). Riwayat kesehatan sekarang : keluhan sesak napas, keringat dingin.
3). Riwayat keluarga: riwayat keturunan
4). Status mental : lemas, takut, gelisah
5). Pernapasan
- Dipsnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan.
- Napas memburuk ketika pasien berbaring terlentang ditempat tidur.
- Menggunakan obat bantu pernapasan, misalnya: meninggikan bahu, melebarkan hidung.
- Adanya bunyi napas mengi.
- Adanya batuk berulang.
6). Gastro intestinal : adanya mual, muntah.
7). Pola aktivitas : kelemahan tubuh, cepat lelah
ii.      Pemeriksaan Fisik
Dada:
1). Contour, Confek, tidak ada defresi sternum
2). Diameter antero posterior lebih besar dari diameter transversal
3). Keabnormalan struktur Thorax
4). Contour dada simetris
5). Kulit Thorax ; Hangat, kering, pucat atau tidak, distribusi warna merata
6). RR dan ritme selama satu menit.
Palpasi :
1). Temperatur kulit
2). Premitus : fibrasi dada
3). Pengembangan dada
4). Krepitasi (bunyi seperti gesekan rambut dengan jari)
5). Massa
6). Edema (penimbunan cairan yang berlebih didalam jaringan).
Auskultasi:
1). Vesikuler
2). Broncho vesikuler
3). Hyper ventilasi
4). Rochi
5). Wheezing
6). Lokasi dan perubahan suara napas serta kapan saat terjadinya.
iii.    Diagnosa Keperawatan

N
DIAGNOSA INTERVENSI IMPLEMENTASI EVALUASI
O
1. Tidak efektifnya bersihan Atur posisi klien semi Mengatur posisi klien
S: klien mengatakan jalan
jalan nafas berhubungan fowler semi fowler nafas kembali efektif.
dengan akumulasi mukus. Berikan terapi oksigen Memberikan terapi
O: Klien tidak sesak nafas
Anjurkan istirahat yang oksigen : masalah teratasi
cukup Menganjurkan istirahat:Intervensi diberhentikan
yang cukup
2. Tidak efektifnya pola Atur posisi klien semi Mengatur posisi klienS: klien mengatakan pola
nafas berhubungan dengan fowler semi fowler nafas kembali efektif
penurunan ekspansi paru. Berikan terapi oksigen Memberikan terapiO: klien tidak sesak nafas
Anjurkan istirahat yang oksigen A: masalah teratasi
cukup Menganjurkan istirahatP: Intervensi diberhentikan
yang cukup
3. Gangguan nutrisi kurang Anjurkan klien minum Menganjurkan klien
S: Klien mengatakan
dari kebutuhan tubuh air hangat saat makan minum air hangat saat kebutuhan nutrisi
berhubungan dengan Anjurkan klien makan makan terpenuhi
intake yang tidak adekuat. sedikit demi sedikit tapi Menganjurkan klien
O: klien tidak kekurangan
sering makan sedikit demi nutrisi
sedikit tapi sering A: Masalah teratasi
P: Intervensi diberhentikan
4. Intoleransi aktivitas Anjurkan istirahat yang Menganjurkan istirahat
S: Klien mengatakan dapat
berhubungan dengan cukup yang cukup melakukan aktifitas.
kelemahan fisik. Anjurkan minum air Menganjurkan minum: klien tidak mengalami
yang banyak air yang banyak. kelemahan fisik
: masalah teratasi
: intervensi diberhentikan
5. Kurangnya pengetahuan Anjurkan untuk lebih Menganjurkan untukS: klien mengatakan
tentang proses penyakitnya banyak membaca Koran lebih banyak membaca pengetahuan tentang
berhubungan dengan atau buku-buku lain Koran atau buku-buku proses penyakit menjadi
kurangnya informasi atau juga dengan lain atau juga dengan bertambah.
browsing internet browsing internet. O: klien tidak kekurangan
informasi
A: masalah teratasi
P: intervensi diberhentikan.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/36006127/ASUHAN_KEGAWATDARURATAN_pada_STATUS_
ASMATIKUS_docx

Anda mungkin juga menyukai