Tahun 2019/2020
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Swt yang maha pengasih lagi Maha penyayang puja dan
puji syukur kami panjatkan atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan nikmat iman, islam, dan
ihsan. Sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang konsep Asuhan keperawatan
osteoporosis. Makalah peniltian ini kami susun dengan maksimal dan memperoleh bantuan dari
berbagai pihak, sehingga dapat mempermudah dalam pembuatan makalah ini. Dengan ini kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Karena minimnya pengetahuan dan juga pengalaman kami, dengan ini kami sadar bahwa
masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Demi kesempurnaan, kami sangat berharap saran
dan kritik yang dapat mengevaluasi dan meningkatakan kualitas dalam pembuatan makalah
selanjutnya.
KATA PENGANTAR………………………………………………………………
DAFTAR ISI………………………………………………………………………...
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………..
2.3 Anamnesis…………………………………………………………………………………..
3.1 Kesimpulan--------------------------------------------------------------------------------
3.2 Saran---------------------------------------------------------------------------------------
DAFTAR PUSTAKA -----------------------------------------------------------
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Osteoporosis atau keropos tulang adalah penyakit kronik yang ditandai dengan pengurangan
massa tulang yang disertai kemunduran mikroarsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan
tulang yang dapat menimbulkan kerapuhan tulang. Keadaan ini berisiko tinggi karena tulang
menjadi rapuh dan mudah retak bahkan patah. Banyak orang tidak menyadari bahwa
osteoporosis merupakan penyakit tersembunyi (silent diseases).
Osteoporosis lebih banyak terjadi pada wanita daripada pria. Hal ini disebabkan pengaruh
hormon estrogen yang mulai menurun kadarnya dalam tubuh sejak usia 35 tahun sedangkan pada
pria hormon testoteron turun pada usia 65 tahun. Menurut statistik dunia 1 dari 3 wanita rentan
terkena penyakit osteoporosis. Insiden osteoporosis meningkat sejalan dengan meningkatnya
populasi usia lanjut. Pada tahun 2005 terdapat 18 juta lanjut usia di Indonesia, jumlah ini akan
bertambah hingga 33 juta pada tahun 2020 dengan usia harapan hidup mencapai 70 tahun.
Menurut data statistik Itali tahun 2004 lebih dari 44 juta orang Amerika mengalami osteopenia
dan osteoporosis. Pada wanita usia ≥ 50 tahun terdapat 30% osteoporosis, 37-54% osteopenia
dan 54% berisiko terhadap fraktur osteoporotik. Menurut WHO (1994), angka kejadian patah
tulang (fraktur) akibat osteoporosis di seluruh dunia mencapai angka 1,7 juta orang dan
diperkirakan angka ini akan terus meningkat hingga mencapai 6,3 juta orang pada tahun 2050
dan 71% kejadian ini akan terdapat di negaranegara berkembang.
Di Indonesia 19,7% dari jumlah lansia atau sekitar 3,6 juta orang diantaranya menderita
osteoporosis. Lima provinsi dengan risiko osteoporosis lebih tinggi adalah Sumatra Selatan
(27,75%), Jawa 1 Tengah (24,02%), Yogyakarta (23,5%), Sumatra Utara (22,82%), Jawa Timur
(21,42%), Kalimantan Timur (10,5%). Prevalensi wanita yang menderita osteoporosis di
Indonesia pada golongan umur 50-59 tahun yaitu 24% sedang pada pria usia 60-70 tahun sebesar
62%. Osteoporosis merupakan salah satu dari tiga penyakit kronik utama yang disebabkan
karena faktor usia termasuk juga pada wanita postmenopause. Menopause berhubungan dengan
reduksi hormon estrogen pada wanita yang dapat mengakibatkan menurunnya kepadatan tulang
sehingga terjadi osteoporosis. Osteoporosis tidak hanya berhubungan dengan menopause tetapi
juga berhubungan dengan faktor-faktor lain seperti merokok, postur tubuh kecil, kurang aktifitas
tubuh, kurangnya paparan sinar matahari, obatobatan yang menurunkan massa tulang, asupan
kalsium yang rendah, konsumsi kafein, alkohol, penyakit diabetes mellitus tipe I dan II. Hal ini
terbukti dengan rendahnya konsumsi kalsium rata-rata di Indonesia yang hanya 254 mg per hari
dari 1000-1200 mg per hari menurut standar internasional.
Penderita osteoporosis dicirikan dengan tubuh yang bungkuk atau bengkok. Namun
sebenarnya tidak selalu demikian, banyak orang yang sudah mulai menderita osteoporosis tetapi
tidak terlihat dari luar. Penderita osteoporosis merasakan linu-linu dan sakit terutama ketika
melakukan pergerakan anggota tubuhnya. Oleh karena itu perlu diwaspadai gejalagejala sebagai
awal osteoporosis seperti rasa pegal, linu-linu dan nyeri tulang terutama pada bagian punggung
dan pinggang. Pencegahan osteoporosis harus dilakukan sejak dini sampai usia dewasa muda
agar mencapai kondisi puncak massa tulang (peak bone mass). Bila tercapai kondisi puncak
massa tulang pada usia dewasa muda, kemungkinan terjadi osteoporosis pada usia lanjut akan
kecil atau paling sedikit ditunda kejadiannya dengan membudayakan perilaku hidup sehat yang
intinya mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang yang memenuhi kebutuhan nutrisi dengan
unsur kaya serat, rendah lemak dan 2 kaya kalsium (1000-1200 mg kalsium per hari),
berolahraga secara teratur, tidak merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol karena rokok dan
alkohol meningkatkan risiko osteoporosis dua kali lipat.
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat diambil rumusan masalah “Adakah hubungan antara
riwayat keluarga, aktifitas fisik, status gizi dan kebiasaan mengkonsumsi makanan berkalsium
tinggi dengan kepadatan tulang pada wanita postmenopause? “
1.3Tujuan Penulisan
1.Tujuan Umum : Mengetahui hubungan antara riwayat keluarga, aktifitas fisik, status gizi dan
kebiasaan mengkonsumsi makanan berkalsium tinggi dengan kejadian osteoporosis pada wanita
postmenopause .
2. Tujuan Khusus
PEMBAHASAN
2.1Pengertian
Osteoporosis adalah kondisi berkurangnya kepadatan tulang. Hal ini menyebabkan
tulang menjadi keropos dan mudah patah. Osteoporosis jarang menimbulkan gejala
dan biasanya baru diketahui ketika penderitanya jatuh atau mengalami cedera yang
menyebabkan patah tulang.
Osteoporosis bisa dialami oleh siapa saja, termasuk anak-anak dan orang dewasa. Namun,
kondisi ini lebih sering terjadi pada wanita yang telah memasuki masa menopause. Hal ini
disebabkan oleh berkurangnya kadar estrogen yang berperan penting dalam menjaga kepadatan
tulang.
Seiring berkurangnya kepadatan tulang, penderita osteoporosis bisa mengalami gejala berikut:
Mudah mengalami patah tulang, walau hanya karena benturan yang ringan
Nyeri punggung, biasanya disebabkan oleh patah tulang belakang
Postur badan membungkuk
Tinggi badan berkurang
2.3Anamnesis
Keluhan yang sering timbul berupa nyeri kronik intermiten pada tulang baik pada tulang
punggung maupun tulang lainnya, perubahan postur tubuh misal kifosis dorsal maupun
pengurangan tinggi badan, serta penurunan performa fisik termasuk fungsi respirasi. Patah tulang
akibat trauma energi rendah juga menunjang anamnesis. Selain itu perlu ditanyakan faktor risiko
terkait osteoporosis.
2.4Pemeriksaan Fisik
Sebelum melakukan pemeriksaan fisik, Anda sebagai perawat dianjurkan untuk mengukur tanda
- tanda vital (TTV) meliputi tekanan darah, nadi, respirasi, dan suhu.
1. Kepala dan leher : Lakukan inspeksi (observasi) daerah konjungtiva dan mulut. Lalu
palpasi apakah terjadi pembesaran tiroid atau tidak?
2. Dada dan jantung : Lakukan auskultasi (dengarkan) menggunakan stetoskop daerah
jantung dan paru–paru.
2.5Pemeriksaan Diagnostik
Untuk memastikan diagnosis, dokter akan melakukan pemeriksaan penunjang berupa:
Rontgen atau CT scan, untuk melihat dengan lebih jelas kondisi tulang yang patah
Tes darah, untuk mengetahui kadar sel-sel darah, kadar elektrolit, dan kadar hormon,
termasuk hormon tiroid, paratiroid, esterogen, dan testosteron
Tes bone mass density (BMD), untuk melihat tingkat kepadatan tulang dan menentukan
risiko terjadinya patah tulang
Tes BMD dilakukan dengan dual energy X-Ray absorptiometryI (DXA) atau
dengan quantitative computed tomography (QCT).
Pemeriksaan DXA lebih sering dilakukan. Interpretasi dari hasil pemeriksaan ini adalah sebagai
berikut:
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Nyeri pada tulang belakang.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Ny. B berusia 51 Tahun datang ke Rumah Sakit Arjawinangun bersama suaminya
pada tanggal 29 Maret 2021 jam 08.30 dengan keluhan nyeri pada tulang
belakang (punggung) sjak 3 bulan yang lalu. Skala nyeri 7 (0-10). Otot tiba-tiba
kram saat beraktivitas. Hasil pemeriksaan BMD T-score 3 dan hasil pemeriksaan
rongent Ny. B menderita osteoporosis.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Klien mengatakan belum pernah menjalani operasi atau bedah tulang sebelumnya.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan keluarganya tidak ada yang memiliki masalah tulang
sebelumnya, sperti fraktur, rematik, dan osteoporosis
e. Pemenuhan kebutuhan Dasar Manusia
1) Pemenuhan kebutuhan oksigenasi
Klien mengatakan tidak ada masalah dengan pernafasan
2) Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan cairan
- Sebelum sakit : klien mengatakan makan 3x sehari jenis makanan
nasi, lauk, sayur. Makanan habis satu porsi, klien tidak mempunyai
alergi pada makanan, klien minum 7-8 gelas sehari.
- Selama sakit : klien mengatakan makan 3x sehari, jenis makanan
sesuai yang disediakan oleh rumah sakit minum 7–8 gelas sehari.
3) Pemenuhan kebutuhan eliminasi
- Sebelum dirawat di rumah sakit klien dapat BAB 1 x sehari dengan
konsistensi lembek berbentuk, warna kuning, bau khas, dan tidak
ada nyeri. Biasanya klien BAK 2x sehari dengan warna kuning,
jernih, bau khas, dan tidak ada nyeri.
- Selama dirawat di rumah sakit klien mengatakan tidak ada
perubahan pola eliminasi BAB maupun BAK.
4) Pemenuhan kebutuhan aktivitas dan istirahat
- Sebelum sakit klien mampu melaksanakan kegiatan sehari-hari
secara mendiri, tanpa bantuan orang lain. Selama dirawat di rumah
sakit, klien membutuhkan bantuan orang lain saat bangun dan ke
kamar mandi.
- Sebelum sakit : klien mengatakan tidur ± 8 jam sehari, antara jam
9 malam sampai jam 5 pagi. Klien tidak pernah mengalami
gangguan pola tidur. Selama sakit : klien mengatakan kadang –
kadang terbangun tengah malam karena terasa sakit atau nyeri.
5) Pemenuhan kebutuhan rasa aman dan nyaman
- Sebelum sakit: klien merasa nyaman saat beraktivitas.
- Setelah sakit: klien mengatakan pusing karena kurang tidur. Dan
cemas saat melakukan aktivitas.
6) Pemenuhan kebutuhan psikososial-spiritual
f. Keadaan Umum
1) Pemeriksaan fisik
A. Keadaan umum: Meringis akibat nyeri
B. Tanda-tanda vital : Tekanan darah : 120/80 mmHg, nadi : 86
x/menit, suhu : 36,80 C, RR: 24 x per menit (teratur).
C. Pemeriksaan head to toe
a) Kepala: berbentuk simetris, rambut hitam lurus, kulit kepala
bersih, tidak ada ketombe, tidak ada massa dan lessi.
b) Mata: simetris, tidak ada gangguan penglihatan, tidak
menggunakan alat bantu penglihatan. Pupil isokhor, ada reflek
cahaya.
c) Hidung: berbentuk simetris, tidak ada deviasi, bersih, tidak ada
sekret, tidak ada edema dan tidak ada nyeri.
d) Telinga: simetris, tidak ada infeksi, bersih, tidak ada serumen, dan
tidak memakai alat bantu pendengaran.
e) Mulut: simetris, bibir lembab
f) Kulit : Kulit klien berwarna cokelat, turgor baik, tidak ada lesi,
terdapat balutan di tangan kiri 1/3 distal bekas operasi pada daerah
yang mengalami fraktur.
g) Dada: klien terlihat bungkuk (kifosis), meringis saatdilakukan
palpasi area punggung.
h) Abdomen: perut tampak datar, tidak ada pembesaran. Tidak ada
nyeri tekan, tidak ada hepatomegali. Perkusi suara tymphani dan
suara bising usus normal = 25 x per menit.
i) Ekstremitas atas: tangan kanan klien masih bisa digerakkan secara
normal
Ekstremitas bawah: kaki mengalami peruban saat berjalan
g. Pemeriksaan diagnostik
Hasil pemeriksaan BMD menunjukan T-score 3, rongent menunjukan bahwa Ny.
B menerita osteoporosis.
h. Terapi
Risedronate berbentuk tablet 5mg 1x sehari
i. Analisa Data
Data Etiologi Masalah
DO:
-Skala 7 (0-10)
-Ketidak nyamanan (tidur
terganggu)
-cemas
2. Risiko jatuh b.d gangguan I : Identifikasi perilaku dan faktor yang Kel 2
penurunan kekuatan otot mempengaruhi risiko jatuh
R: klien memahami cara menghindari
risiko jatuh
I : Monitor gaya berjalan, keseimbangan
dan tingkat kelelahan
R:gaya berjalan klien sudah terlihat
seimbang dan tingkat kelelahan sudah
berkurang
I : Bantu ambulasi individu yang memiliki
ketidakseimbangan
R: klien terlihat sudah mampu
menyeimbangkan cara berjalan dengan
ambulasi
I: Anjurkan adaptasi dirumah untuk
meningkatkan keamanan
R: klien terlihat sudah mampu
beradaptasi
I: Sarankan mengunakan alas kaki yang
aman
R: klien sudah menggunakan alas kaki
yang aman
I: Lakukan latihan fisik rutin yang meliputi
berjalan
R: latihan fisik rutin berjalan dengan
teknik ambulasi dibantu oleh tenaga
medis
3. Defisit pengetahuan ansietas b.d I : mengkaji tingkat pengetahuan pasien Kel 2
kurang informasi terkait dengan proses penyakit yang
spesifik
R : Klien mengatakan tidak mengetahui
tentang penyakit osteopprosis
2.5 Evaluasi
No Dx Catatan Perkembangan Paraf
1. Nyeri akut b.d fraktur S : Klien mengatakan nyeri sudah Kel 2
hilang dan merasa nyaman
O : Klien tampak beraktifitas seperti
biasa
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
2. Risiko jatuh b.d gangguan penurunan S : Klien mengatakan sudah mampu Kel 2
kekuatan otot menjaga keseimbangan tubuhnya
O : Klien tampak memahami risiko
jatuh, menjaga keseimbangan,
menggunakan alas kaki, dan bisa
melakukan latihan fisik rutin
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
3. Defisit pengetahuan ansietas b.d S : Klien mengatakan sudah lebih Kel 2
kurang informasi paham tentang osteoporosis
O : Klien tampak memahami tentang
penyakitnya
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kondisi ketika tulang menjadi lemah dan rapuh. Tubuh terus-menerus menyerap dan
menggantikan jaringan tulang. Pada osteoporosis, kecepatan pembentukan tulang baru lebih
lambat daripada pembuangan jaringan tulang lama.
3.2Saran
Banyak orang tidak memiliki gejala sampai menderita patah tulang.Perawatan termasuk obat,
diet sehat, dan latihan beban untuk membantu mencegah keroposnya tulang atau menguatkan
tulang yang lemah.
DAFTAR PUSTAKA
Iwan Sain, S.Kp, ASKEPpada klien dengan gangguan metabolisme tulang,
https://ukh.ac.id/images/file/41.pdf
Anonim, http://eprints.ums.ac.id/46078/4/BAB%20I.pdf
Anonim, http://digilib.unimus.ac.id/files//disk1/113/jtptunimus-gdl-zilfakusum-5628-
1-babi.pdf
Dr.DebtiaRahmah,2017,Diagnosis Osteoporosis,
https://www.alomedika.com/penyakit/reumatologi/osteoporosis/diagnosis#:~:text=
Diagnosis%20definit%20osteoporosis%20ditegakkan%20berdasarkan,obat
%2Dobatan%20yang%20dapat%20mengakibatkan
Amin Huda Nurarif, Hardhi Kusuma. 2015. NANDA NIC-NOC: Osteoporosis. Jakarta: MediaAction
PUBLISHING.