Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................ 1
DAFTAR ISI ...................................................................................................... 2
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................. 3
A. Latar Belakang .............................................................................................. 3
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 5
C. Tujuan ........................................................................................................... 5
BAB 2 PEMBAHASAN .................................................................................... 6
A. Pengertian ..................................................................................................... 6
B. Etiologi ......................................................................................................... 7
C. Klasifikasi ..................................................................................................... 8
D. Tanda Gejala ................................................................................................. 8
E. Pathways ....................................................................................................... 8
F. Penatalaksanaan ............................................................................................ 9
G. Pengkajian Keperawatan .............................................................................. 9
H. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi ......................................................... 12
BAB 3 PENUTUP .............................................................................................. 14
A. Kesimpulan ................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 15

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Osteoporosis adalah kondisi atau penyakit dimana tulang menjadi rapuh dan mudah retak
atau patah. Osteoporosis sering menyerang mereka yang telah berusia lanjut dan kondisi ini
lebih sering dijumpai pada wanita daripada laki-laki. Menurut data World Health
Organisation (WHO), menunjukan bahwa 1 dari 3 wanita atau sebanyak 67% wanita akan
mengalami osteoporosis. Kemungkinan bagi laki-laki juga relatif besar bagi yang telah
berusia tua, perokok, peminum minuman keras dan bagi yang jarang melakukan olah raga
(Yosri, 2001).
WHO juga mencatat pada tahun 2003, lebih dari 75 juta orang di eropa, Amerika Serikat,
dan Jepang menderita pengeroposan tulang (Evi, 2006).
Menurut Departemen Kesehatan RI, wanita memiliki resiko osteoporosis lebih tinggi
yaitu 21,7%, dibandingkan dengan laki-laki yang hanya berisiko terkena osteoporosis
sebanyak 14,8%. Hal ini dikarenakan wanita mengalami proses kehamilan dan menyusui
serta terjadinya penurunan hormon estrogen pada saat pre menopause, menopause, dan pasca
menopause (Depkes, 2002).
Hasil analisa pusat gizi Depkes menunjukkan bahwa masalah osteoporosis di Indonesia
telah mencapai pada tingkat yang perlu diwaspadai yaitu 19,7%. Itulah sebabnya angka
osteoporosis di Indonesia 6 kali lebih besar dari pada Negara Belanda. Sumatera Utara sendiri
memiliki angka 22,82% berisiko terkena osteoporosis, dari hasil penelitian lain di lima kota
besar di Indonesia, menunjukkan bahwa osteoporosis harus lebih diwaspadai, karena dari
101.161 responden, ternyata 29% diantaranya telah menderita osteoporosis (Depkes, 2004).
Penyebab osteoporosis adalah akibat hilangnya sebagian kalsium dalam tulang.
Osteoporosis sering disebut silent disease, karena proses hilangnya kalsium dari tulang terjadi
tanpa tanda-tanda atau gejala. Tubuh selalu kehilangan kalsium setiap hari melalui kulit-kulit
yang mati, pertumbuhan kuku, rambut yang rontok dan juga keringat. Selain itu kalsium juga
terbuang melalui urin dan feses.
Kalsium yang hilang tersebut harus diganti setiap hari melalui makanan. Bila makanan
kita tidak mengandung cukup kalsium, maka tubuh akan mengambilnya dari cadangan
kalsium, yaitu tulang dan gigi. Masyarakat Indonesia masih sangat rendah dalam
mengkonsumsi kalsium yaitu 254 mg perhari, padahal berdasarkan standart Internasional
adalah 1000-1200 mg perhari (Siswono, 2006)
Menurut ahli gizi dr. Rachmad Soegih SpKG, Kalsium merupakan elemen mineral yang
paling banyak terdapat dalam tubuh, kebutuhan kalsium pada usia 19-50 tahun sebanyak

1.000 mg/hr, dan 1.200 mg/hr untuk usia 51 tahun keatas. Hasil penelitian para pakar
menunjukkan bahwa tubuh manusia terkandung sekitar 22 gram kalsium per kilogram berat
badan. Dari jumlah tersebut, 99% cairan tubuh yang secara luas didistribusikan ke seluruh
tubuh (Siswono, 2006).
Wanita hamil dan menyusui membutuhkan kalsium lebih banyak daripada wanita yang
tidak hamil, karena kalsium di gunakan untuk menunjang pembentukan tulang dan gigi serta
persendian janin. Jika ibu hamil kekurangan kalsium, maka kebutuhan kalsium akan diambil
dari cadangan kalsium pada tulang ibu, ini akan mengakibatkan tulang keropos atau
osteoporosis dan tidak jarang ibu hamil yang mengeluh giginya merapuh atau mudah patah.
Keadaan seperti itu cukup sering dialami ibu-ibu hamil yang konsumsi kalsium (Ca)-nya
kurang. Kalsium memang dibutuhkan tubuh sejak janin dalam kandungan yang pada saat itu
diperoleh dari ibu. Oleh karena itulah ibu hamil perlu mengkonsumsi kalsium yang terdapat
dalam susu, telur keju, kacang-kacangan, atau tablet kalsium yang dapat diperoleh saat
melakukan pemeriksaan kehamilan di Puskesmas atau di Klinik. Mengkonsumsi kalsium
pada saat hamil sangat banyak memberikan manfaat, 1% kalsium yang terkandung di dalam
tubuh terdapat dalam darah dan sel-sel saraf, yang mempunyai fungsi membantu kerja sel-sel
saraf untuk kontraksi otot dan proses penggumpalan darah, menghantar rangsang saraf dan
membantu fungsi jantung serta otot janin, juga mempersiapkan ASI untuk menyusui.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, kami menyimpulkan rumuskan masalah dari makalah
yaitu :
1.
2.
3.
4.

Apa yang dimaksud dengan osteoporosis?


Apa penyebab osteoporosis?
Bagaimana patofisiologi osteoporosis?
Apa tanda dan gejala osteoporosis?

C. Tujuan
1.
2.
3.
4.

Dapat mengerti apa yang di maksud dengan osteoporosis.


Mengetahui penyebab terjadinya osteoporosis.
Mengetahui patofisiologi dari osteoporosis.
Mengetahui tanda dan gejala osteoporosis

BAB 3
PEMBAHASAN
A. Pengertian

Osteoporosis berasal dari kata osteo dan porous, osteo artinya tulang, dan porous berarti
berlubang-lubang atau keropos. Jadi, osteoporosis adalah tulang yang keropos, yaitu penyakit
yang mempunyai sifat khas berupa massa tulangnya rendah atau berkurang, disertai gangguan
mikro-arsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang, yang dapat menimbulkan
kerapuhan tulang ( Tandra, 2009).
Menurut WHO pada International Consensus Development Conference, di Roma, Itali,
1992 Osteoporosis adalah penyakit dengan sifat-sifat khas berupa massa tulang yang rendah,
disertai perubahan mikroarsitektur tulang, dan penurunan kualitas jaringan tulang, yang pada
akhirnya menimbulkan akibat meningkatnya kerapuhan tulang dengan risiko terjadinya patah
tulang (Suryati, 2006).
Menurut National Institute of Health (NIH), 2001 Osteoporosis adalah
kelainan kerangka, ditandai dengan kekuatan tulang yang mengkhawatirkan dan dipengaruhi
oleh meningkatnya risiko patah tulang. Sedangkan kekuatan tulang merefleksikan gabungan
dari dua faktor, yaitu densitas tulang dan kualitas tulang (Junaidi, 2007).
Tulang adalah jaringan yang hidup dan terus bertumbuh. Tulang mempunyai struktur,
pertumbuhan dan fungsi yang unik. Bukan hanya memberi kekuatan dan membuat kerangka
tubuh menjadi stabil, tulang juga terus mengalami perubahan karena berbagai stres mekanik
dan terus mengalami pembongkaran, perbaikan dan pergantian sel. Untuk mempertahankan
kekuatannya, tulang terus menerus mengalamproses penghancuran dan

pembentukan

kembali. Tulang yang sudah tua akan dirusak dan digantikan oleh tulang yang baru dan kuat.
Proses ini merupakan peremajaan tulang yang akan mengalami kemunduran ketika usia
semakin tua. Pembentukan tulang paling cepat terjadi pada usia akil balig atau pubertas,
ketika tulang menjadi makin besar, makin panjang, makin tebal, dan makin padat yang akan
mencapai puncaknya pada usia sekitar 25-30 tahun. Berkurangnya massa tulang mulai terjadi
setelah usia 30 tahun, yang akan makin bertambah setelah diatas 40 tahun, dan akan
berlangsung terus dengan bertambahnya usia, sepanjang hidupnya. Hal inilah yang
mengakibatkan terjadinya penurunan massa tulang yang berakibat pada osteoporosis
( Tandra, 2009).

B. Etiologi
Beberapa penyebab osteoporosis, yaitu: 1. Osteoporosis pascamenopause terjadi karena
kurangnya hormon estrogen (hormon utama pada wanita), yang membantu mengatur
pengangkutan kalsium kedalam tulang. Biasanya gejala timbul pada perempuan yang berusia

antara 51- 75 tahun, tetapi dapat muncul lebih cepat atau lebih lambat. Hormon estrogen
produksinya mulai menurun 2-3 tahun sebelum menopause dan terus berlangsung 3-4 tahun
setelah menopause. Hal ini berakibat menurunnya massa tulang sebanyak 1-3% dalam waktu
5-7 tahun pertama setelah menopause.
Osteoporosis senilis kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan kalsium yang
berhubungan dengan usia dan ketidakseimbangan antara kecepatan hancurnya tulang
(osteoklas) dan pembentukan tulang baru (osteoblas). Senilis berarti bahwa keadaan ini hanya
terjadi pada usia lanjut. Penyakit ini biasanya terjadi pada orang-orang berusia diatas 70
tahun dan 2 kali lebih sering menyerang wanita. Wanita sering kali menderita osteoporosis
senilis dan pasca menopause. 3. Kurang dari 5% penderita osteoporosis juga mengalami
osteoporosis sekunder yang disebabkan oleh keadaan medis lain atau obat-obatan. Penyakit
ini bisa disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan kelainan hormonal (terutama tiroid,
paratiroid, dan adrenal) serta obat-obatan (misalnya kortikosteroid, barbiturat, antikejang, dan
hormon tiroid yang berlebihan). Pemakaian alkohol yang berlebihan dan merokok dapat
memperburuk keadaan ini.
Osteoporosis juvenil idiopatik merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya tidak
diketahui. Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi
hormon yang normal, kadar vitamin yang normal, dan tidak memiliki penyebab yang jelas
dari rapuhnya tulang ( Junaidi, 2007).
C. Klasifikasi
1.

Pada stadium 1, tulang bertumbuh cepat, yang dibentuk masih lebih banyak dan lebih

cepat daripada tulang yang dihancurkan. Ini biasanya terjadi pada usia 30- 35 tahun.
2. Pada stadium 2, umumnya pada usia 35-45 tahun, kepadatan tulang mulai turun
(osteopenia).
3. Pada stadium 3, usia 45-55 tahun, fraktur bisa timbul sekalipun hanya dengan sentuhan
atau benturan ringan.
4. Pada stadium 4, biasanya diatas 55 tahun, rasa nyeri yang hebat akan timbul akibat patah
tulang. Anda tidak bisa bekerja, bergerak , bahkan mengalami stres dan depresi (Waluyo,
2009).
D. Tanda Gejala
Pada awalnya osteoporosis tidak menimbulkan gejala, bahkan sampai puluhan tahun
tanpa keluhan. Jika kepadatan tulang sangat berkurang sehingga tulang menjadi kolaps atau
hancur, akan timbul nyeri dan perubahan bentuk tulang. Jadi, seseorang dengan osteoporosis
biasanya akan memberikan keluhan atau gejala sebagai berikut: 1. Tinggi badan berkurang 2.

Bungkuk atau bentuk tubuh berubah 3. Patah tulang 4. Nyeri bila ada patah tulang (Tandra,
2009).
E. Patofisiologi
Penyebab pasti dari osteoporosis belum di ketahui, kemungkinan pengaruh dari
pertumbuhan aktifitas osteoklas yang berfungsi bentuk tulang. Jika sudah mencapai umur 30
tahun struktur tulang sudah tidak terlindungi karena adanya penyerapan mineral tulang.
Dalam keadaan normal terjadi prose yang terus menerus dan terjadi secara seimbang yaitu
proses resobrsi dan proses pembentukan tulang (remodeling) . Setiap ada perubahan dalam
keseimbangan ini, misalnya roses resobrsi lebih besar dari proses pembentukan, maka akan
terjadi penurunan massa tulang.
Proses konsolidasi secara maksimal akan dicapai pada usia 30-35 tahun untuk tulang
bagian korteks dan lebih dini pada bagian trabekula. Pada usia 40-45 tahun, baik wanita
maupun pria akan mengalami penipsan tulang bagian korteks sebesar 0,3-0,5% / tahun dan
bagian trabekula pada usia lebi muda. Padapria seusia wanita menopause mengalami
penipisan tulang berkisar 20-30% dan pada wanita 40-50% / tahun.
Penurunan massa tulang lebih cepat pada bagian-bagian tubu yang metacarpal, kolum
femoris, dan korpus vertebra. Bagian-bagian tubuh yang sering fraktur adalah vertebra, paha
bagian proksimal dan radius bagian distal.
F. Penatalaksanaan
1. Diet kaya kalsium dan vitamin D yang mencukupi sepanjang hidup, dengan peningkatan
asupan kalsium pada permulaan umur pertengahan dapat melindungi terhadap
demineralisasi tulang.
2. Pada menopause dapat diberikan terapi pengganti hormone dengan estrogen dan
progesterone untuk memperlambat kehilangan tulang dan mencegah terjadinya patah
tulang yang diakibatkan.
3. Medical treatment, oabt-obatan dapat diresepkan untuk menangani osteoporosis termasuk
4.

kalsitonin, natrium fluoride, dan natrium etridonat.


Pemasangan penyangga tulang belakang (spinal brace) untuk mengurangi nyeri
punggung.

G. Pengkajian Keperawatan
1. Anamnesis

Riwayat kesehatan. Anamnesis memegang peranan penting pada evaluasi klien


osteoporosis. Kadang keluhan utama (missal fraktur kolum femoris pada osteoporosis).
Factor lain yang perlu diperhatikan adalah usia, jenis kelamin, ras, status haid, fraktur pada
trauma minimal, imobilisasi lama, penurunan tinggi badan pada orang tua, kurangnya
paparan sinar matahari, kurang asupan kalasium, fosfat dan vitamin D. obat-obatan yang
diminum dalam jangka panjang, alkohol dan merokok merupakan factor risiko osteoporosis.
Penyakit lain yang juga harus ditanyakan adalah ppenyakit ginjal, saluran cerna, hati,
endokrin dan insufisiensi pancreas. Riwayat haid , usia menarke dan menopause, penggunaan
obat kontrasepsi, serta riwayat keluarga yang menderita osteoporosis juga perlu
dipertanyakan.
Pengkajian psikososial. Perlu mengkaji konsep diri pasien terutama citra diri khususnya
pada klien dengan kifosis berat. Klien mungkin membatasi interaksi social karena perubahan
yang tampak atau keterbatasan fisik, misalnya tidak mampu duduk dikursi dan lain-lain.
Perubahan seksual dapat terjadi karena harga diri rendah atau tidak nyaman selama posisi
interkoitus. Osteoporosis menyebabkan fraktur berulang sehingga perawat perlu mengkaji
perasaan cemas dan takut pada pasien.
Pola aktivitas sehari-hari. Pola aktivitas dan latihan biasanya berhubungan dengan
olahraga, pengisian waktu luang dan rekreasi, berpakaian, mandi, makan dan toilet. Beberapa
perubahan yang terjadi sehubungan dengan dengan menurunnya gerak dan persendian adalah
agility, stamina menurun, koordinasi menurun, dan dexterity (kemampuan memanipulasi
ketrampilan motorik halus) menurun.
2. Adapun data subyektif dan obyektif yang bisa didapatkan dari klien dengan osteoporosis
adalah :
a. Data subyektif :
1) Klien mengeluh nyeri tulang belakang
2) Klien mengeluh kemampuan gerak cepat menurun
3) Klien mengatakan membatasi pergaulannya karena perubahan yang tampak dan
4)
5)
6)
7)

keterbatasan gerak
Klien mengatakan stamina badannya terasa menurun
Klien mengeluh bengkak pada pergelangan tangannya setelah jatuh
Klien mengatakan kurang mengerti tentang proses penyakitnya
Klien mengatakan buang air besar susah dan keras

b.
1)
2)
3)
4)
5)

Data obyektif :
tulang belakang bungkuk
terdapat penurunan tinggi badan
klien tampak menggunakan penyangga tulang belakang (spinal brace)
terdapat fraktur traumatic pada vertebra dan menyebabkan kifosis angular
klien tampak gelisah

6) klien tampak meringis


3. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik menggunakan metode 6 B(Breathing, blood, brain, bladder, bowel
dan bone) untuk mengkaji apakah di temukan ketidaksimetrisan rongga dada, apakah pasien
pusing, berkeringat dingin dan gelisah. Apakah juga ditemukan nyeri punggung yang disertai
pembatasan gerak dan apakah ada penurunan tinggi badan, perubahan gaya berjalan, serta
adakah deformitas tulang.
4.
a.
b.
c.

Pemeriksaan diagnostic
Radiology
CT scan
Pemeriksaan laboratorium

H. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi


1. Diagnosa Keperawatan
a. Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi
b. Nyeri yang berhubungan dengan fraktur dan spasme otot 3. Konstipasi yang berhubungan
c.

dengan imobilitasi atau terjadinya ileus (obstruksi usus)


Risiko terhadap cedera : fraktur, yang berhubungan dengan tulang osteoporotic

2. Intervensi
Diagnose
a.Nyeri akut yang

Intervensi
a. Evaluasi keluhan

Rasional
a. Mempengaruhi

berhubungan dengan nyeri/ketidaknyamana pilihan/pengawasan


dampak sekunder

n, perhatikan lokasi

dari fraktur vertebra dan karakteristik


ditandai dengan

termasuk intensitas

klien mengeluh

(skala 1-10).

nyeri tulang

Perhatikan petunjuk

belakang, mengeluh nyeri nonverbal


bengkak pada

(perubahan pada

pergelangan tangan, tanda vital dan


terdapat fraktur
traumatic pada
vertebra, klien
tampak meringis

keefektifan intervensi.
b.alternative lain untuk
mengatasi nyeri
misalnya kompres
hangat, mengatur posisi
untuk mencegah
kesalahan posisi pada
tulang/jaringan yang

cedera.
emosi/prilaku).
c. Memfokuskan kembali
b.Ajarkan klien tentang
perhatian, meningkatkan
alternative lain untuk
rasa control dan dapat
mengatasi dan

mengurangi rasa

meningkatkan

nyerinya
c. Dorong

kemampuan koping
dalam manajemen nyeri

menggunakan teknik

yang mungkin menetap

manajemen stress

untuk periode lebih

contoh relaksasi
progresif, latihan

lama.
d.

nafasa dalam,

diberikan untuk
menurunkan nyeri

imajinasi visualisasi,
sentuhan teraupetik.
d.
Kolaborasi
dalam pemberian obat
sesuai indikasi.

PENUTUP
A. Kesimpulan
Osteoporosis adalah kelainan kerangka, ditandai dengan kekuatan tulang yang
mnegkhawatirkan dan di pengaruhi oleh meningkatnya risiko ptah tulang. Sdangkan kekuatan
tulang merefleksikan gabungan dari dua factor, yaitu densitas tulang dan kualitas tulang.
Pengurangan massa tulang yang berlangsung dalam jaringan sel tulang tentu tidak dapat
dilihat dengan mata telanjjang, tentunya harus ada pemeriksaan sebagai penunjang untuk
mengetahui suatu penyakit

melalui pemeriksaan radiology ataupun peeriksaan dengan

menggunakan alat yang dinamakan densitometry, kelainan ini akan terlihat jelas.

DAFTAR PUSTAKA
Ii, B. A. B., & Pustaka, T. (2009). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian
Osteoporosis Osteoporosis berasal dari kata.
Sain, B. I., & Kp, S. (n.d.). ASKEP pada Klien dengan gangguan Metabolisme Tulang:
OSTEOPOROSIS, 4252.

MAKALAH
PENYAKIT TULANG (OSTEOPOROSIS)

KELOMPOK 2

ILYA AMIRAH AMATULLAH


SITI MAWADAH
RISKA ANANTA
NUR AFNI
NILAM SARI
ANDI AFAN PASSAU

SMK KESEHATAN INDONESIA JAYA


TAHUN AJARAN 2016/2017

Anda mungkin juga menyukai