Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

FARMAKOLOGI SISTEM
MUSKULOSKELETAL
Dosen Pembimbing : Ahmad Subandi, M.kes, Sp.Kep.Anak

Nama Anggota :
1. Mutiara Nur Azizah (108117007)
2. Nikmatul Khasanah (108118001)
3. Anggy Firdaus Alamsyah (108118008)
4. Siska Bella Ocktafia (108118016)
5. Finka Julietha (108118020)

STIKES AL-IRSYAD AL-


ISLAMIYYAH CILACAP
S1 KEPERAWATAN
2018/2019
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan MAKALAH ini dengan
judul “FARMAKOLOGI SISTEM MUSKULOSKELETAL” dalam penyusun
makalah ini tentunya penulis membutuhkan banyak pengetahuan, dan dukungan
dari semua pihak. Dengan ini kami mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah dengan baik dan lancar
2. Bapak Bejo danang, M. Kep., Ns selaku dosen pengampuh.
3. Teman-teman mahasiswa S1 Keperawatan 1A STIKES AL IRSYAD yang
berjuang bersama dalam menyusun makalah ini

Dalam penyusunan makalah ini penukis menyadari bahwa masih banyak


kekurangan untuk penulis sangat mengharpkan kritik dan sarn demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat untuk perkembangan
ilmu kesehatan dan keperawatan. Amin

Cilacap, Maret 2019


                                                                                   
Penulis

DAFTAR ISI

Judul............................................................................................................i
Kata Pengantar ..........................................................................................ii
Daftar Isi....................................................................................................iii

A. BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
1. Latar Belakang.......................................................................................1
2. Rumusan Masalah..................................................................................1
3. Tujuan....................................................................................................1
B. BAB II PEMBAHASAN ................................................................................2
1. Definisi Patofisiologi Gangguan Sistem Reproduksi............................2
2. Patofisiologi Gangguan Sistem Produksi Wanita..................................2
3. Patofisiologi Gangguan Sistem Produksi Pria.......................................2
C. BAB III KESIMPULAN..................................................................................4
1. Kesimpulan............................................................................................4

Daftar Pustaka............................................................................................................5
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem muskuloskeletal merupakan jalinan berbagai jaringan, baik itu
jaringan pengikat, tulang maupun otot yang saling berhubungan, sangat
khusus, dan kompleks. Fungsi utama sistem ini adalah sebagai penyusun
bentuk tubuh dan alat untuk bergerak. Oleh karena itu, jika terdapat kelainan
pada sistem ini maka kedua fungsi tersebut juga akan terganggu.
Gangguan muskuloskeletal adalah suatu kondisi yang mengganggu fungsi
sendi, ligamen, otot, saraf dan tendon, serta tulang belakang. Gangguan
muskuloskeletal seringnya merupakan penyakit degeneratif, penyakit yang
menyebabkan jaringan tubuh rusak secara lambat laun. Hal ini dapat
mengakibatkan rasa sakit dan mengurangi kemampuan untuk bergerak, yang
dapat mencegah dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Gangguan
muskuloskeletal dapat mempengaruhi setiap area dalam tubuh. Bagian utama
termasuk leher, bahu, pergelangan tangan, punggung, pinggul, lutut, dan kaki.
Beberapa gangguan umum termasuk nyeri pada punggung bagian bawah,
fibromyalgia, encok, osteoarthritis, radang sendi, tendinitis.
Gangguan muskuloskeletal juga menyebabkan peradangan di banyak
bagian tubuh yang berbeda. Orang dengan gangguan muskuloskeletal
mungkin merasa sakit di seluruh tubuh mereka. Otot-otot mungkin terasa
panas atau berkedut seolah-olah mereka seperti ditarik. Gejala akan bervariasi
pada setiap orang, tetapi tanda-tanda dan gejala umum termasuk Nyeri/ngilu,
Kelelahan, Gangguan tidur, Peradangan, pembengkakan, kemerahan,
Penurunan rentang gerak, Hilangnya fungsi, Kesemutan, Mati rasa atau
kekakuan dan Kelemahan otot atau kekuatan cengkeraman menurun.
Dalam hal ini saya akan membahas lebih luas tentang farmakologi sistem
muskuloskeletal
B. Rumusan Masalah
1. Obat apa saja yang digunakan untuk meredakan nyeri pada
muskuloskeletal?

C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Gangguan Sistem Muskuloskeletal


Sistem muskuloskeletal manusia merupakan jalinan berbagai jaringan,
baik itu jaringan pengikat, tulang maupun otot yang saling berhubungan,
sangat khusus, dan kompleks. Fungsi utama sistem ini adalah sebagai
penyusun bentuk tubuh dan alat untuk bergerak. Oleh karena itu, jika terdapat
kelainan pada sistem ini maka kedua fungsi tersebut juga akan terganggu.
Gangguan muskuloskeletal adalah suatu kondisi yang mengganggu fungsi
sendi, ligamen, otot, saraf dan tendon, serta tulang belakang. Gangguan
muskuloskeletal seringnya merupakan penyakit degeneratif, penyakit yang
menyebabkan jaringan tubuh Anda rusak secara lambat laun. Hal ini dapat
mengakibatkan rasa sakit dan mengurangi kemampuan Anda untuk bergerak,
yang dapat mencegah Anda dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Gangguan
muskuloskeletal dapat mempengaruhi setiap area dalam tubuh. Bagian utama
termasuk leher, bahu, pergelangan tangan, punggung, pinggul, lutut, dan kaki.
Beberapa gangguan umum termasuk nyeri pada punggung bagian bawah,
fibromyalgia, encok, osteoarthritis, radang sendi, tendinitis.

B. Penyebab Nyeri
Muskuloskeletal meliputi banyak bagian dari tubuh kita, dengan penyebab
nyeri muskuloskeletal yang bervariasi. Penyebab pasti dari nyeri dapat
tergantung pada,
1. Usia
Lanjut usia cenderung mengalami nyeri muskuloskeletal dari sel-
sel tubuh yang rusak,
2. Pekerjaan
Beberapa pekerjaan membutuhkan tugas yang berulang atau
menyebabkan sikap tubuh yang buruk, membuat Anda berisiko
mengalami gangguan musculoskeletal
3. Tingkat aktivitas
Menggunakan otot terlalu berlebihan, maupun terlalu lama tidak
aktif seperti duduk sepanjang hari, dapat menyebabkan gangguan
musculoskeletal
4. Gaya hidup
Atlet lebih sering berisiko untuk gangguan muskuloskeletal.

C. Faktor Resiko Gangguan Muskuloskletal


Gangguan muskuloskeletal terjadi ketika kita terlalu sering menggunakan
atau menyalahgunakan sekelompok otot atau tulang untuk waktu yang lama
tanpa istirahat. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi risiko gangguan
muskuloskeletal, antara lain:
1. Paksaan
Menggunakan kekuatan untuk melakukan suatu kegiatan seperti
mengangkat, mendorong, menarik, atau membawa benda-benda berat.
2. Pengulangan
Melakukan tindakan berulang menggunakan kelompok yang sama
dari otot atau sendi.
3. Postur
Membungkuk atau memutar tubuh Anda untuk waktu yang lama.
4. Getaran
Mengoperasikan mesin, peralatan, dan peralatan yang bergetar.

Kegiatan dan olahraga mengharuskan kita untuk mengerahkan


kekuatan tertentu. Ketika kekuatan yang diperlukan melebihi jumlah yang
disanggupi tubuh, itu akan menyebabkan kerusakan yang terjadi dari gerakan
tunggal atau gerakan berulang dari waktu ke waktu. Ketika bagian tubuh
digunakan berulang-ulang, dengan sedikit istirahat tanpa memberikan waktu
pemulihan untuk tubuh, maka nyeri sering terjadi pada bagian tersebut.
Bahkan jika paksaan kekuatan bersifat rendah dan dengan postur yang baik,
tindakan berulang seperti mengetik, dapat menyebabkan kelelahan, kerusakan
jaringan, dan, akhirnya, rasa sakit dan ketidaknyamanan. Risiko terkena
gangguan muskuloskeletal meningkat ketika kecepatan aktivitas meningkat,
atau ketika tubuh dalam posisi canggung.
Postur tubuh yang buruk adalah ketika bagian tubuh jauh dari “sikap
netral.” Postur netral adalah postur di mana tubuh Anda menerima sedikit
tekanan dari kegiatan Anda, yaitu:
1. Leher dan punggung yang selaras dan tidak memutar
2. Lengan dekat dengan sisi tubuh
3. Pergelangan tangan lurus sejalan dengan lengan
4. Jari secara alami menekuk

Dengan memaksa sendi berada dalam posisi canggung atau tidak wajar,
maka semakin tegang otot, tendon, dan ligamen di sekitar sendi. Sebagai
contoh, ketika Anda mengangkat beban, lengan Anda sepenuhnya terentang,
siku dan bahu sendi berada pada akhir rentang gerak mereka. Beban yang
berat, ditambah tarikan berulang pada posisi ini, dapat menyebabkan risiko
cedera lebih tinggi. Beberapa pekerjaan membutuhkan seseorang untuk
menangani kekuatan besar. Misalnya, mengangkat beban dapat menempatkan
tekanan pada punggung bawah dan berpotensi merusak baik cakram tulang
belakang dan tulang belakang.
Kadang-kadang secara tidak sengaja menempatkan tekanan pada sendi
saat bekerja, seperti mengistirahatkan siku atau tangan di atas meja, yang
dapat berpotensi menyebabkan kerusakan tendon, otot, pembuluh darah, dan
saraf di bawah kulit. Hal ini sering disebut sebagai stres kontak. Bekerja
dengan alat berat yang bergetar dapat juga menyebabkan gangguan
muskuloskeletal. Alat seperti pisau cukur, penggiling, atau traktor dan
peralatan konstruksi dapat mempengaruhi pembuluh darah dan saraf di
tangan-lengan atau seluruh tubuh. Ini dapat berkembang menjadi masalah
muskuloskeletal.

D. Diagnosa
Pemeriksaan fisik dan riwayat medis secara menyeluruh untuk mengetahui
penyebab pasti dari rasa sakit akan dilakukan pengujian otot dan sendi untuk
kelemahan atau degenerasi, setiap kedutan yang dapat menunjukkan
kerusakan saraf dan pembengkakan atau kemerahan. Selain itu mungkin
dilakukan tes pencitraan untuk mengonfirmasi diagnosis. Mereka mungkin
melakukan rontgen untuk melihat tulang, atau tes darah untuk penyakit
rematik.

E. Pengobatan
Melihat penyebab dan tingkat keparahan dari rasa sakit, ada berbagai
pengobatan untuk gangguan muskuloskeletal. Untuk nyeri ringan bisa
mendapatkan obat pereda nyeri yang dijual bebas, seperti ibuprofen atau
paracetamol. Obat-obatan seperti obat anti-inflamasi (NSAID) dapat
digunakan untuk mengobati peradangan dan nyeri. Untuk sakit yang lebih
parah, mungkin perlu penghilang rasa sakit yang lebih kuat yang akan
memerlukan resep dari dokter. Untuk nyeri yang berhubungan dengan
pekerjaan, terapi fisik dapat membantu menghindari kerusakan lebih lanjut
dan mengontrol rasa sakit. Terapi manual, atau mobilisasi, dapat digunakan
untuk mengobati masalah dengan keselarasan tulang belakang. Pengobatan
lain mungkin termasuk:
1. Teknik relaksasi
2. Suntikan dengan obat anestesi atau anti-inflamasi
3. Penguatan otot dan latihan peregangan
4. perawatan chiropractic
5. Terapi pijat

Bagaimana cara mengontrol gangguan muskuloskeletal, yaitu dengan


mengontrol gangguan muskuloskeletal dengan mengelola faktor risiko Anda
dan mencegah cedera. Berikut adalah beberapa tips yang dapat membantu:
1. Letakkan benda yang sering digunakan dekat dengan Anda dan mudah
diraih untuk menghindari peregangan berlebih pada lengan Anda.
2. Gunakan mesin pembantu sebisa mungkin, seperti menggunakan troli
dan bukan menjinjing tas belanja jika memang belanjaan Anda banyak,
atau menggunakan alat-alat listrik bukan alatalat tangan.
3. Menggunakan desain alat yang berbeda yang menurunkan kekuatan dan
mudah digenggam.
4. Beristirahat singkat saat melakukan kegiatan yang berulang, atau dalam
jangka panjang.
5. Jika Anda perlu duduk untuk waktu yang lama, gunakan kursi yang
empuk.
6. Mengatur meja kerja Anda secara efektif, seperti menempatkan pulpen
dan telepon di sebelah kiri atau kanan tergantung pada posisi tangan.
7. Pertimbangkan menggunakan head set untuk ponsel jika Anda sering
membuat panggilan telepon.
8. Batasi mengangkat beban yang berat.

Sistem muscuskeletal penting terkait fungsi lokomotorik / gerak anggota


badan. Secara fisiologis, sistem musculoskeletal membutuhkan zat / nutrisi
untuk menjalankan metabolismenya dan mengalami proses metabolisme dan
melakukan adaptasi sel / jaringan terhadap apapun aksi yang
mempengaruhinya. Ada kalanya akibat aksi-reaksi tersebut sistem
musculoskeletal membutuhkan terapi menggunakan obat-obatan.

Tujuan utama dari program pengobatan


1. Untuk menghilangkan nyeri dan peradangan
2. Untuk mempertahankan fungsi sendi dan kemampuan maksimal dari
pasien
3. Untuk mencegah dan memperbaiki deformitas yang terjadi pada sendi

Obat (yang biasa digunakan) pada sistem muskuloskeletal antara lain


Vitamin, Mineral, Analgetik, Antiinflamasi, Antibiotik, Antineoplastik
(sitostatika).
1. Penguat tulang
a. Vitamin
Vitamin adalah Zat organik yang diperlukan tubuh dalam
jumlah kecil untuk berbagai reaksi metabolisme dan
mempertahankan kesehatan. Sumber bahan makanan dan obat.
Vitamin yang dibutuhkan adalah vitamin A, D, E, K. Vitamin D
1) Sumber : minyak ikan, ragi, jamur dan provitamin D yang
disintesa kulit oleh sinar ultraviolet sinar matahari (terutama
pagi hari) diubah menjadi Vit D
2) Fungsi : pengatur kalsium dan fosfat plasma serta
mempertahankan fungsi neuromuskular
3) Jika defisiensi dapat terjadi gangguan pertumbuhan tulang:
penyakit Rakhitis (pada anak / bayi) dan osteomalasia (pada
dewasa)

b. Mineral
1) Tubuh membutuhkan 13 unsur penyusun dan pendukung
metabolisme berupa: 7 dalam jumlah banyak dan 6 “trace
elements” (Fe, Cu, Mn, I, Co, Zn)
2) Ca (kalsium) dan P (fosfor) merupakan mineral terbanyak pada
tulang. Sumber : susu, telur. Dipengaruhi oleh vitamin D.
Penyimpanan: tulang. Pengaturan metabolismenya oleh hormon
paratiroid
3) Kalsium dan suplemen vitamin D bermanfaat mengurangi risiko
patah tulang pangkal paha. Usahakan mengonsumsi kalsium
sebagai berikut: Komsumsi kalsium:
a) 600 IU atau 15 mikrogram untuk orang dewasa di atas 20
tahun.
b) 800 IU atau 20 mikrogram untuk manula di atas 70 tahun.
c) Untuk mencegah keretakan tulang atau pengobatan
osteoporosis, Anda memerlukan dosis kalsium sebanyak 1,2
gram per hari dan vitamin D sebanyak 20 mikrogram
4) Bisphosphonate
Obat yang menjaga kepadatan tulang dan mengurangi
risiko keretakan ini biasa diberikan dalam bentuk tablet atau
suntikan. Bisphosphonate bekerja dengan memperlambat laju
sel-sel yang meluruhkan tulang (osteoclast). Ada beberapa
bisphosphonate berbeda seperti alendronate, etidronate,
ibandronate, risedronate, dan asam zolendronic.
5) Strontium ranelate
Strontium ranelate dikonsumsi dalam bentuk bubuk yang
dilarutkan dalam air. Obat ini bisa menjadi alternatif jika
penggunaan bisphosphonate dirasa tidak cocok. Strontium
ranelate memicu sel-sel yang membentuk jaringan tulang yang
baru (osteoblasts) dan menekan kinerja sel-sel peluruh tulang.

c. Obat-obatan yang Bersifat Hormon


Selective estrogen receptor modulators (SERMs) SERMs adalah
obat yang menjaga kepadatan tulang dan mengurangi risiko retak,
terutama pada tulang punggung. Satu-satunya bentuk SERMs yang
tersedia untuk pengobatan osteoporosis adalah raloxifene, garam
hidroklorida. Raloxifene dikonsumsi tiap hari dalam bentuk tablet.

2. Penetral zat
a. Obat urikosonik
1) Probenesid Obat yang membantu pengeluaran asam urat lewat
urine
2) Allopurinol, menurunkan hiperurisemia dan membantu
menghambat produksi asam urat. obat ini hanya untuk
diminum pada saat serangan nyeri sudah mereda. Jika
diminum pada saat serangan asam urat terjadi, dikhawatirkan
akan menyebabkan kristal asam urat justru akan menyebar ke
jaringan tubuh lainnya.
b. Obat anti-rematik modifikasi-penyakit (DMARDs)
DMARDs (diseas-modifying anti-rheumatic drugs) adalah
perawatan tahap awal yang diberikan untuk menghambat dan
meredakan gejala rheumatoid arthritis, serta mencegah kerusakan
permanen pada persendian dan jaringan lainnya. Kerusakan pada
ligamen, tulang, dan tendon akibat efek sistem kekebalan tubuh
saat menyerang persendian dapat dihambat oleh DMARDs.
Beberapa DMARDs yang bisa digunakan adalah :
1) Hydroxychloroquine,
2) Methotrexate,
3) Sulfasalazine,
4) Leflunomide.

3. Analgetik
Analgetik atau obat penghalang nyeri adalah zat-zat yang
mengurangi atau menghalau rasa nyeri tanpa meghalangi kesadaran.
Antipiretik adalah zat-zat yg dapat mengurangi suhu tubuh. Obat
analgetik antipiretik serta Obat Anti Inflamasi non Steroid (OAINS)
merupakan suatu kelompok obat yang heterogen, bahkan beberapa obat
sangat berbeda secara kimia. Obat-obat ini ternyata memiliki banyak
persamaan dalam efek terapi maupun efek samping.
Untuk mengatasi rasa nyeri, pasien memerlukan obat anti nyeri yang
cukup kuat. Pereda nyeri sekelas parasetamol biasanya tidak cukup kuat
untuk melawan nyeri akibat asam urat. Karena cara kerjanya hanya
meredakan nyeri dan radang, obat kelompok ini sama sekali tidak
berurusan dengan kristal asam uratnya. Dan karena khasiatnya
meredakan nyeri, obat-obat ini biasa juga diresepkan untuk rematik jenis
lain.
Beberapa obat yang sering diberikan untuk mengurangi nyeri :
a. Diklofenak e. Tinoridin
b. Piroksikam f. Ibuprofen,
c. Meloksikam g. Naproxen,
d. Ketoprofen h. Diclofenac
4. Anti Inflamasi
Anti inflamasi adalah obat atau zat-zat yang dapat mengobati
peradangan atau pembengkakan. Obat Anti Inflamasi Non Steroid
(OAINS)
a. Kolkisin, untuk menghentikan serangan akut yang diberikan setiap
jam pada awal serangan nyeri hebat hilang. Obat ini bukan golongan
pereda nyeri melainkan antiradang. Termasuk obat “sangat keras”
karena punya banyak efek buruk misalnya muntah dan diare. Batas
keamanannya juga sangat sempit, kelebihan dosis sedikit saja bisa
berefek fatal. Karena itu, gunakan hanya sesuai petunjuk dokter.
Contoh merek dagang: Recolfar®.
b. Turunan asam salisilat : Aspirin, salisilamid,diflunisal.
c. Turunan 5-pirazolidin : Fenilbutazon, Oksifenbutazon.
d. Turunan asam N-antranilat : Asam mefenamat, Asam flufenamat
e. Turunan asam arilasetat : Natrium diklofenak, Ibuprofen,
Ketoprofen.
f. Turunan heteroarilasetat : Indometasin.
g. Turunan oksikam : Peroksikam, Tenoksikam.
Obat anti inflmasi steroid contohnya adalah Kortikosteroid. Untuk
menghilangkan radang, dokter mungkin akan meresepkan kortikosteroid
seperti prednisolon, deksametason, dsb. Obat ini memiliki banyak efek
samping. Karena itu pastikan Anda mengonsumsinya sesuai dengan
petunjuk dokter. Baca juga Bab Kortikosteroid.

5. Antibiotika
Segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang mempunyai
efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam
organisme, khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri. Penggunaan
antibiotika khususnya berkaitan dengan pengobatan penyakit infeksi.
Antibiotika bekerja seperti pestisida dengan menekan atau memutus satu
mata rantai metabolisme, hanya saja targetnya adalah bakteri. Berbeda
dengan desinfektan, desifektan membunuh kuman dengan menciptakan
lingkungan yang tidak wajar bagi kuman untuk hidup.
Klasifikasi Antibiotik berdasarkan mekanisme kerjanya :
a. Inhibitor sintesis dinding sel bakteri, mencakup golongan Penicillin,
Polypeptide dan Cephalosporin, misalnya ampicillin, penicillin G;
b. Inhibitor transkripsi & replikasi, mencakup golongan Quinolone,
misal: rifampicin, actinomycin D, nalidixic acid;
c. Inhibitor sintesis protein, mencakup banyak jenis antibiotik, terutama
dari golongan Macrolide, Aminoglycoside, dan Tetracycline,
misalnya gentamycin, chloramphenicol, kanamycin, streptomycin,
tetracycline, oxytetracycline;
d. Inhibitor fungsi membran sel, misalnya ionomycin, valinomycin;
e. Inhibitor fungsi sel lainnya, seperti golongan sulfa atau sulfonamida,
misalnya oligomycin, tunicamycin; dan o Antimetabolit, misalnya
passerine.

Pemberian Antibiotik :
a. Dosis : kadar obat di tempat infeksi harus melampaui MIC kuman.
Untuk mencapai kadar puncak obat dalam darah, kalau perlu dengan
loading dose (ganda) dan dimulai dengan injeksi kemudian
diteruskan obat oral.
b. Frekuensi pemberian : tergantung waktu paruh (t½) obat. Bila t½
pendek, maka frekuensi pemberiannya sering.
c. Lama terapi : harus cukup panjang untuk menjamin semua kuman
telah mati & menghindari kekambuhan. Lazimnya terapi diteruskan
2-3 hari setelah gejala penyakit lenyap.

6. Antineoplastik (sitostatika /kemoterapi)


Kemoterapi (Eng: chemotherapy) adalah penggunaan zat kimia
untuk perawatan penyakit. Dalam penggunaan modern, istilah ini hampir
merujuk secara khusus kepada obat sitostatik yang digunakan untuk
melawan kanker (antineoplastik).
Kemoterapi untuk kanker
a. Biasanya kemoterapi berupa kombinasi dari obat yang bekerja
bersama khususnya untuk membunuh sel kanker.
Mengkombinasikan obat yang memiliki mekanisme aksi yang
berbeda saat di dalam sel dapat meningkatkan pengrusakan dari sel
kanker & mungkin dapat menurunkan resiko perkembangan kanker
yang resisten terhadap salah satu jenis obat.
b. Prinsip antikanker : Membunuh sel yang sedang dalam proses
membelah diri Klasifikasi Obat Antikanker
c. Alkilasi polifungsional, contoh : busulfan, cyclophosphamide,
mecchlorethamine, melphalan, thiotepa
d. Antimetabolit, contoh : azazitidine, cytarabine, fluorouracil,
mercaptopurine, methotrexate, thioguanine
e. Alkaloid tanaman, contoh : vincristine, vinblastine, paclitaxel
f. Antibiotik, contoh : dactinomycin, daunorubicin, doxorubicin,
licamycin, mitomycin
g. Agen hormonal
h. Lain-lain: asparaginase, hydroxyurea, mitoxantrone

F. Penyakit Khusus pada Muskuloskeletal


Artritis Adalah gabungan nama untuk lebih dari seratus penyakit, yg
semua berciri rasa nyeri dan bengkak, serta kekakuan otot dgn terganggunya
alat gerak (sendi dan otot). Kasus yang paling banyak ditemukan adalah
1. Artrose (Artritis deformans) Osteoartrose atau Osteoarthritis
a. Berciri degenerasi tulang rawan yg menipis sepanjang proges
penyakit, dengan pembentukan tulang baru, hingga ruang diantara
sendi menyempit Sering terjadi pada lutut dan pinggul berciri
penonjolan keras (tulang) Penyebab sendi yg dibebani terlalu berat
seperti pada orang yang gemuk.

b. Terapi:
1) Analgesik Antiradang NSAID berupa Symtomatis utk melawan
rasa nyeri Diklofenak, Indometacin, Piroxicam, Ketoprofen,
Fenilbutazon
2) Glucosamin dan Condroitin Bermanfaat menstimulasi
pembentukan tulang rawan baru
3) Selain pengobatan juga fisioterapi dgn latihan gerak untuk
memelihara tenaga otot dan kondisi tulang rawan
2. Reumatic (Arthritis Rheumatic)
Penyakit inflamasi kronis yg menyebabkan degenerasi jaringan
penyambung. Jaringan penyambung tsb adalah membran sinovial yg
melapisi sendi, inflamasi menyebar ke struktur sekitarnya, termasuk
kartilago artikular dan kapsul sendi fibrosa
Gejala : nyeri dan bengkak Sendi menjadi kaku sewaktu bangun
pagi (morning stiffnes) sukar digerakkan setelah bangun
3. Reumatik Artritis
Reumatik artritis Terjadi tonjolan dan bengkak Sel normal Sel dgn
artritis rheumatoid. Penyebab Auto imun yg terjadi pd individu rentan
respon imun thd agen pemicu yg tidak diketahui Agen pemicu adalah
bakteri, mikoplasma atau virus yg menginfeksi sendi Respon awal
antibodi thd mikro organisma oleh IgG, individu yg mengalami AR
membentuk antibodi lain IgM dan IgG Ada bukti kuat sitokin terutama
TNF-ά menyebabkan siklus inflamasi dan kerusakan sendi
Terapi:
a. NSAID (Non Steroid Anti inflamasi) Sebagai analgetik antiradang
sangat berguna bagi gejala rema Iburofen (4 dd 600 mg) Naproksen
(2 dd 500 mg) Diklofenac (3 dd 50 mg) Celecoxib, meloxicam
b. DMARDs (Desease Modfying Antirheumatic Drugs) Dahulu
disebut slow acting atirheumatic drug berdaya anti-erosif, artinya
dapat menghentikan atau memperlambat progess kerusakan tulang
rawan, selain itu memiliki anti radang kuat Karena tidak
mempunyai sifat analgesik shg dikombinasi dg NSAID ES :
Dmards toksik bagi darah dan ginjal. Beberapa pilihan Dmards
(Dease modifying antirheumatic drugs)
1) Sulfalazin atau hidroksiklorokuin, Sebagai pilihan pertama
pd RA yg progesif hebat.
2) Emas (auranofin) dan Pensilamin
3) Imunosupresiva : metroteksat, azatriopin dan siklofosfamid
4) TNF ά-blocker digunakan bila obatobat tidak ampuh
5) Kortikosteroid :Prednison, Dexametason, Hidrokortison
6) Fosfolipda (memban sel) fosfolipase Kortikosteroid Asam
arachidonat cyclooxigenase lipooxigenase NSAID
endoperoksidase Asam hidroperoksida Leukotrien LTA Cox-1
Cox-2 Prostaglandin TXA2 Prostacyclin peradangan Proteksi
lambung LBT4 LTC4-LTD4-LTE5 Vaso bronco.
4. Systemic Lupus Erythematosus (SLE)
Sejenis rema jaringan ikat yg bercirikan nyeri sendi (artralgia),
demam, malaise umum dan erythema dgn pola berbentuk kupu-kupu
khas di pipi muka.
Darah mengandung antibodies beredar terhadap IgG dan
imunokompleks, yakni kompleks antigen-antibodi-komplemen yg
mengendap dan mengakibatkan radang pembuluh darah (Vasculitis) dan
radang ginjal. Only three drugs are FDA-approved for the treatment of
lupus: Prednison Aspirin Hidroxichloroquine Atau secara alternatif
dengan sediaan enzim (papain 200 mg + bromelin 110 mg + pankreatin
100 mg + vitamin E 10 mg) 2 dd 1 kapsul
5. Arthritis urica, gout (Encok).
Gangguan pada metabolisme asam urat, yg berakibat
mengendapnya kristal-kristal natriumurat di sendi-sendi, jaringan lembut
(tophi) dan ginjal (batu ginjal)
Fisiologi urat Pada perombakan protein inti (DNA/RNA) terbentuk
basa-basa purin adenin dan guanin. Guanin menjadi xantin Adenin
hypoxantin xantin XO Alopurinol Oxypurinol Asam urat Xo =
xanthinoxydase
Pengobatan Terapi serangan akut dengan Kolkisin NSAID JUGA
mempunyai kemampuan yg sama dgn kolkisin tetapi kerjanya lebih cepat
Terapi Prevensi : A. Alopurinol B. Urikosurika (benzbromaron,
probenesid) C. Obat-obat alternatif : Vit. C, Ca-pantotenat dan EPA)
6. Spondylotis Spondyolitis ankylopoetica (penyakit Bechterew)
Artrose dari tulang punggung Peradangan dari urat-urat dan
jaringan yg dibutuhkan utk pergerakan punggung, akibatnya ruas-ruas
(disc) melengkung, akhirnya penderita menjadi bungkuk. Darah dari
kebanyakan penderita spondiolosis mengandung antigen lekosit tertentu
yaitu HLA-B27 (Human Leucocyte Antigen) yang berperan melawan
peradangan
Terapi Ditujukan untuk mengurangi rasa nyeri dan peradangan
dengan NSAID Yang penting gerak badan dan perbaikan sikap tubuh
guna meningkatkan kekuatan dan kelenturan Penderita dianjurkan tidur
tengkurap untuk menghindari tulang punggung membengkok kedepan
7. Osteoartritis
Penyakit tulang degeneratif yang ditandai oleh pengeroposan
kartilago artikular (sendi). Tanpa adanya kartilago sebagai penyangga,
tulang dibawahnya mengalami iritasi yg menyebabkan degenerasi sendi
Dapat terjadi secara idiopatik atau trauma dengan stres berulang
seperti yang dialami pelari jarak jauh atau balerina atau berkaitan dgn
deformitas kongenital
Terapi Analgesik dan anti inflamasi untuk mengatasi nyeri dan
pembengkaan Pembedahan mungkin diperlukan untuk memperbaiki
deformitas atau mengganti sendi
8. Osteomielitis
Infeksi akut tulang yg dapat terjadi karena penyebaran infeksi dari
darah (osteomielitis hematogen). Lebih sering, setelah kontaminasi
fraktur terbuka atau reduksi bedah
Penyebab Bakteri merupakan penyebab utama osteomielitis Jamur,
virus dan mikroorganisme lain juga dapat berperan
Terapi Antibiotik dapat diberikan pada individu yg mengalami
patah tulang atau luka tusuk pada jaringan lunak yg mengelilingi suatu
tulang sebelum tanda infeksi timbul Amoxicillin, Ampicillin, Asam
klavulanat
9. Osteoporosis
Disease in which loss of bone exceeds rate of bone formation;
usually increase in older women, white race, nulliparity. Clinical
Manifestations – bone pain, decrease movement. Pathologic fracture-
safety.
Perawatan osteoporosis berfokus pada pencegahan terjadinya
keretakan, serta pemberian obat untuk menguatkan tulang
Pencegahan osteoporosis akan memberikan Anda infomasi tentang
olahraga-olahraga sederhana yang dapat Anda lakukan.
Terapi:
a. Kalsium dan suplemen vitamin D
b. Bisphosphonate
c. Strontium ranelate
d. Obat-obatan yang Bersifat Hormon
e. Terapi penggantian hormon
DAFTAR PUSTAKA

Purnawan Junadi, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ke 2. Media Aeskulapius,


FKUI 1982
Soeparman, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Balai Penerbit FKUI 1990
Doenges E Marilynn, 2000., Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta
Kalim, Handono, 1996., Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI, Jakarta
Mansjoer, Arif, 2000., Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculaapius FKUI,
Jakarta. Prince,
Sylvia Anderson, 1999., Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit., Ed.
4, EGC, Jakarta.
Anderson RJ., 1993, Rheumatoid Arthritis. Clinical features and laboratory.
Dalam : Schumacher Jr. HR, Klippel JH. Koopman WJ, eds. Primer on the
Rheumatic Diseases. The Arthritis Foundation, Atlanta: 90-95.
Anonim, 2004, Arthritis, http://www.arthritis.org/.
Anonim, 1999, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I, Ed.III, hal. 536-539. Jakarta:
Media Aeculapius.
Anonim, 2004, Rheumatoid Arthritis, http://mayoclinic.com/.
Purnawan Junadi, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ke 2. Media Aeskulapius,
FKUI 1982.
Soeparman, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Balai Penerbit FKUI 1990.
Doenges E Marilynn, 2000., Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta
Kalim, Handono, 1996., Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Mansjoer, Arif, 2000., Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculaapius FKUI,
Jakarta.
Prince, Sylvia Anderson, 1999., Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit., Ed. 4, EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai