Anda di halaman 1dari 16

TUGAS FARMAKOLOGI

“ANALISIS TERHADAP JENIS OBAT”


Dosen Pengampu: Ibu Ribkha Itha I., S.Pd, M.Kes

DISUSUN OLEH:

NAMA : MEISYA ALFIA ROSADA

NIM : P1337424518090

KELAS : EUGENIA 4

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN MAGELANG


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2018
A. DEMACOLIN TAB
1. Deskripsi
Demacolin adalah obat flu kombinasi yang digunakan untuk meredakan
berbagai gejala flu berupa demam, sakit kepala, hidung gatal, berair, bersin-
bersin, dan hidung tersumbat.
Golongan : Obat bebas terbatas
Farmasi : PT Coronet Crown (Surabaya-Indonesia)

2. Komposisi dan Cara Kerja


Paracetamol : 500 mg
Pseudoephedrine HCL : 7,5 mg
Chlorphenamine Maleate : 2 mg

a. Parasetamol atau asetaminofen


Obat ini merupakan obat analgesik (pereda nyeri) dan antipiretik (penurun
panas) yang umum digunakan untuk menurunkan demam, meredakan rasa
sakit ringan seperti sakit kepala, dan pegal-pegal. Parasetamol sering
dikombinasikan dengan obat-obatan lain untuk mengobati flu dan common
cold yang memang gejala utamanya adalah demam dan nyeri. Berbeda
dengan obat analgesik lainnya, seperti aspirin dan ibuprofen, parasetamol
tidak memiliki sifat antiinflamasi (antiradang). Oleh sebab itu parasetamol
tidak masuk dalam golongan obat anti-inflamasi nonsteroid (OAINS).
b. Pseudoefedrin
Obat ini merupakan dekongestan yang berfungsi menyusutkan pembuluh
darah di bagian hidung. Pelebaran pembuluh darah dapat menyebabkan
hidung tersumbat. Oleh sebab itu, apabila pembuluh darah dapat
disusutkan ke ukuran normalnya maka keluhan hidung tersumbat akan
sirna. Pseudoephedrine digunakan untuk mengobati tersumbatnya hidung
dan sinus, ataupun tuba eustachius yang menghubungan telinga dengan
rongga tenggorokan.
c. Chlorpheniramine Maleate atau CTM
Obat golongan antihistamin yang berguna untuk meredakan gejala-gejala
alergi seperti hidung gatal, berair, bersin-bersin, dan mata berair. Selain
digunakan sebagai kombinasi dalam obat flu, secara tunggal CTM dapat
mengatasi gatal-gatal dan bentol pada kulit akibat alergi. Namun obat ini
memiliki efek samping dominan berupa rasa kantuk.

3. Indikasi atau Kegunaan Demacolin


Dengan memperhatikan komposisi obat dan mekanisme kerjanya masing-
masing, maka Demacolin dapat digunakan untuk meredakan gejala flu seperti
demam, sakit kepala, hidung gatal, tersumbat, beriar dan bersin-bersin.

4. Kontra Indikasi
a. Memiliki alergi atau hipersensitif terhadap komponen obat;
b. Memiliki kepekaan terhadap obat simpatomimetik lain (misalnya: efedrin,
pseudoefedrin, fenilefrin);
c. Memiliki gangguan fungsi hati yang berat;
d. Memiliki tekanan darah tinggi berat, stroke, obesitas, dan Lansia;
e. Sedang menjalani pengobatan dengan Monoamin Oksidase Inhibitor
(MAO).

5. Dosis Demacolin dan Cara Penggunaan Dosis


Dosis Demacolin dan cara penggunaan dosis terbaik adalah sesuai yang
disarankan dokter. Adapun dosis lazim yang dianjurkan yaitu:
a. Dewasa dan anak-anak diatas 12 tahun: Dianjurkan menggunakan sediaan
tablet dengan dosis: 1 – 2 tablet, 3 – 4 kali sehari.
b. Anak-anak umur 6-12 tahun: Bisa menggunakan tablet atau sirup. Untuk
dosis tablet: ½-1 tablet, 3-4 kali sehari.
c. Anak-anak 2 – 5 tahun: Dianjurkan hanya menggunakan democolin syrup
1 sendok takar (5 ml), 3 kali sehari.
Sebaiknya obat demacolin diminum bersama dengan makanan atau segera
setelah makan, kemudian minumlah air putih secukupnya. Obat tidak perlu
dihabiskan, hentikan penggunaan apabila gejala telah teratasi.
Aturan pakai Demacolin:
a. Gunakanlah obat ini bersamaan dengan makanan atau segera setelah
makan kemudian minumlah air putih secukupnya;
b. Obat ini tidak perlu dihabiskan seperti antibiotik, hentikan penggunaan
apabila gejal aflu sudah teratasi;
c. Selalu ikuti anjuran dokter atau petunjuk penggunaan yang tertera pada
kemasan sebelum mulai mengonsumsinya;
d. Gunakanlah antara satu dosis dengan dosis lainnya pada jarak jam
yang sama, misalkan dua kali sehari berarti per 12 jam, tiga kali sehari
berarti per 8 jam. Oleh sebab itu, untuk memudahkan, usahakan untuk
mengonsumsinya pada jam yang sama setiap hari.
e. Apabila ada dosis yang terlewat akibat lupa, maka begitu ingat
dianjurkan untuk segera meminumnya apabila dosis berikutnya masih
lama sekitar 5 jam atau lebih. Tidak boleh menggandakan dosis
demacolin pada jadwal minum berikutnya sebagai ganti untuk dosis
yang terlewat.

6. Efek Samping Demacolin


Efek samping yang mungkin terjadi pada pemakaian Demacolin TAB seperti
mengantuk, gangguan pencernaan, insomnia, gelisah, tremor, mulut kering,
sulit berkemih. Penggunaan dosis besar dan jangka panjang menyebabkan
kerusakan hati.

7. Peringatan dan Perhatian


Sebelum dan selama menggunakan Demacolin harap cermati informasi
keamanan berikut ini:
a. Waspada dan hati-hati jika hendak diberikan pada orang yang memiliki
gangguan fungsi hati dan ginjal, glaukoma, pembesaran prostat,
hipertiroid, gangguan jantung dan kencing manis. Dikhawatirkan akan
menyebabkan efek samping yang memperparah penyakit.
b. Jangan diberikan kepada anak di bawah 2 tahun.
c. Demacolin tidak dianjurkan untuk wanita hamil dan menyusui, kecuali
atas petunjuk dokter.
d. Jangan mengendarai kendaraan atau mengoperasikan mesin selama minum
obat ini.
e. Hati-hati jika digunakan bersamaan dengan obat-obat lain yang dapat
menekan susunan saraf pusat. Hindari alkohol selama pengobatan. Jika
dalam 3 hari penggunaan gejala flu tidak berkurang, maka segera hubungi
dokter.
f. Hentikan penggunaan obat demacolin apabila terjadi efek susah tidur,
jantung berdebar dan pusing.

8. Interaksi Obat Demacolin


Beberapa jenis obat dan penyakit dapat berinteraksi dengan Demacolin, hal ini
bisa dicermati berdasarkan kandungan penyusun obat ini.
a. Paracetamol diketahui berinteraksi dengan alkohol, penyakit hati dan
phenilketonuria.
b. Chloromphenilamin maleat berinteraksi dengan penyakit kardiovaskular,
PKU, penyakit hati dan ginjal.
c. Pseudoefedrin HCL berinteraksi dengan penyakit kardivaskular, PKU,
glaukoma dan diabetes.

Pemberian obat ini bersamaan dengan obat dan kondisi kesehatan di atas harus
dengan pengawasan dari dokter, untuk meminimalisir efek samping berbahaya
yang mungkin timbul.

9. Analisis obat
PARACETAMOL
a. FARMAKOKINETIK
Pada pemberian obat secara oral, obat harus mengalami berbagai proses
sebagai berikut, antara lain :
1) Absorbsi
Parasetamol yang diberikan secara oral diserap secara cepat dan mencapai
kadar serum puncak dalam waktu 30 - 120 menit. Adanya makanan dalam
lambung akan sedikit memperlambat penyerapan sediaan parasetamol
lepas lambat.
2) Distribusi
Parasetamol terdistribusi dengan cepat pada hampir seluruh jaringan
tubuh. Lebih kurang 25% parasetamol dalam darah terikat pada protein
plasma.
3) Metabolisme
Parasetamol berikatan dengan sulfat dan glukuronida terjadi di hati.
Metabolisme utamanya meliputi senyawa sulfat yang tidak aktif dan
konjugat glukoronida yang dikeluarkan lewat ginjal. Sedangkan sebagian
kecil, dimetabolismekan dengan bantuan enzim sitokrom P450. Hanya
sedikit jumlah parasetamol yang bertanggung jawab terhadap efek toksik
(racun) yang diakibatkan oleh metabolit NAPQI (N-asetil-p- benzo-kuinon
imina). Bila pasien mengkonsumsi parasetamol pada dosis normal,
metabolit toksik NAPQI ini segera didetoksifikasi menjadi konjugat yang
tidak toksik dan segera dikeluarkan melalui ginjal. Perlu diketahui bahwa
sebagian kecil dimetabolisme cytochrome P450 (CYP) atau N-acetyl-p-
benzo-quinone-imine (NAPQI) bereaksi dengan sulfidril.
Namun apabila pasien mengkonsumsi parasetamol pada dosis tinggi,
konsentrasi metabolit beracun ini menjadi jenuh sehingga menyebabkan
kerusakan hati. Pada dosis normal bereaksi dengan sulfhidril pada
glutation metabolit non-toxic diekskresi oleh ginjal.
4) Eliminasi
Parasetamol diekskresikan melalui urin sebagai metabolitnya, yaitu
asetaminofen glukoronoid, asetaminofen sulfat, merkaptat dan bentuk
yang tidak berubah.
b. FARMAKODINAMIK
Parasetamol merupakan penghambat COX-1 dan COX-2 yang lemah
di jaringan perifer dan hampir tidak memiliki efek anti-inflamasi/anti-
radang. Hambatan biosintesis Prostaglandin (PG) hanya terjadi bila
lingkungan yang rendah kadar peroksid seperti di hipotalamus sedangkan
lokasi inflamasi biasanya mengandung banyak peroksid yang dihasilkan
leukosit, hal ini lah yang menjelaskan efek antiinflamasi parasetamol tidak
ada. Studi terbaru menduga parasetamol juga menghambat COX-3 di
Susunan Saraf Pusat yang menjelaskan cara kerjanya sebagai anti piretik.
Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam ½-1 jam dan waktu
paruh (t ½) sekitar 2 jam. Obat tersebar ke seluruh cairan tubuh. Terikat
20-50% pada protein plasma. Metabolisme: di hati Glucuronide
conjugates (60%); sulfuric acid conjugates (35%). Ekskresi: ginjal dalam
bentuk terkonjugasi dan sebagai parasetamol (3%).

PSEUDOEPHEDRINE (PSEUDOEFEDRIN)
a. Farmakokinetik
1) ABSORPSI
Bioavailabilitas
Hampir sepenuhnya diserap dari saluran pencernaan pada penggunaan
ora. Konsentrasi Puncak plasma tercapai dalam waktu sekitar 1,39-2,4 atau
3,8-6,1 jam setelah pemberian oral sebagai larutan oral atau sediaan
diperpanjang-release, secara berurutan.

Onset
Onset dari decongestion hidung terjadi dalam 30 menit setelah
pemberian oral sebagai tablet atau larutan oral.

Durasi
Hidung decongestion dapat bertahan selama 8 jam setelah pemberian oral
60 mg dan sampai 12 jam setelah 120 mg obat dalam capsules extended-
release.

Makanan
Penundaan penyerapan Makanan bila diberikan sebagai larutan, tetapi
tampaknya tidak mempengaruhi penyerapan ketika obat ini diberikan
sebagai sediaan diperpanjang-release.

2) DISTRIBUSI
Kecepatan
Dianggap melewati plasenta dan masuk CSF. Sekitar 0,5% dari dosis
oral didistribusikan ke dalam susu lebih dari 24 jam.
3) METABOLISME
Tidak lengkap dimetabolisme di hati menjadi metabolit aktif

4) ELIMINASI
Rute Eliminasi
Diekskresikan dalam urin; 55-96% dari dosis dihilangkan sebagai obat
tidak berubah

Waktu Paruh
3-6 jam pada pH urin dari 5; 9-16 jam pada pH urin 8.

b. FARMAKODINAMIK
Pseudoefedrin masuk dalam kategori simpatomimetik, yang artinya obat-
obat yang kerjanya meniru kerja senyawa neurotransmiter endogen yaitu
nor-epinefrin atau epinefrin (keduanya merupakan katekolamin)
dalam stimulasi saraf simpatik.
Katekolamin dikeluarkan oleh sistem sarat simpatik dan medula adrenal
yang terlibat dalam pengaturan sejumlah fungsi fisiologis. Respon
fisiologis dan metabolik yang timbul setelah stimulasi saraf simpatik pada
mamalia biasanya diperantarai oleh neurotransmiter norepinefrin.
Simaptomimetik bekerja mengaktivasi reseptor adrenergik, kerja tersebut
menjadi mudah difahami karena berkaitan dengan efek fisiologis
katekolamin yang sudah dikenal. Jadi, dapat dikatakan pseudoefedrin
adalah agonis reseptor α-adrenergik.

CHLORPHENAMINR MALEATE (CTM)


a. FARMAKOKINETIK
1) ABSORBSI
Bioavailabilitas
Diserap dengan baik setelah pemberian oral, tetapi hanya 25-45%
(tablet konvensional) atau 35-60% (larutan) dari dosis tunggal yang
mencapai sirkulasi sistemik sebagai obat tidak berubah.
Bioavailabilitas sediaan extended-release berkurang dibandingkan
dengan tablet konvensional atau larutan oral. Konsentrasi plasma
puncak umumnya terjadi dalam waktu 2-6 jam setelah pemberian
tablet oral konvensional atau larutan oral.

Onset
Efek antihistamin jelas dalam waktu 6 jam setelah dosis tunggal.

Durasi
Efek antihistamin dapat bertahan selama ≥24 jam.

2) DISTRIBUSI
Mengalami distribusi cepat dan luas; Namun, distribusi belum
sepenuhnya diketahui. Ikatan Protein plasma sekitar 69-72%.

3) METABOLISME
Mengalami metabolisme substansial dalam mukosa GI selama
penyerapan dan efek lintas pertama melalui hati. Dimetabolisme Cepat
dan ekstensif terutama menjadi minimal 2 metabolit tak dikenal dan
monodesmethylchlorpheniramine dan didesmethylchlorpheniramine.

4) ELIMINASI

Rute Eliminasi
Diekskresikan dalam urin.

Half-life

Eliminasi Terminal paruh chlorpheniramine adalah sekitar 12-43 jam.

Populasi khusus
Eliminasi Terminal waktu paruh pada anak-anak adalah sekitar 9,6-
13,1 jam (kisaran: 5,2-23,1 jam). Terminal eliminasi waktu paruh pada
pasien dengan gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis adalah
sekitar 280-330 jam.
b. FARMAKODINAMIK
CTM sebagai AH1 menghambat efek histamine pada pembuluh darah,
bronkus dan bermacam-macam otot polos.
Farmakodinamik dari antagonism terhadap Histamin, AH 1
menghambat efek histamine pada pembulih darah, bronkus, dan
bermacam-macam otot polos; selain itu, AH1 bermanfaat mengibati
hipersensitivitas atau keadaan lain yang disertai dengan penglepasan
histamine endogen berlebihan. Secara umum, AH1 efektif menghambat
kerja histamn pada otot polos usus dan bronkus. Bronkokonstriksi
akibat histamine dapat dihambat oleh AH1. Peninggian permeabilitas
kapiler dan edema akibat histamine, dapat dihambat dengan efektif
oleh AH1.
Reaksi anafilaksis dan berbagai reaksi alergi refrakter terhadap
pemberian AH1, karena disini bukan histamine yang berperan tetapi
autakoid lain yang dilepaskan. Efektivitas AH1 melawan reaksi
hipersensitivitas berbeda-beda, tergantung beratnya gejala akibat
histamine. Efek perangsangan histamine terhadap sekresi cairan
lambung tidak dapat dihambat oleh AH1. AH1 dapat merangsang
maupun menghambat SSP. Efek perangsangan yang kadang-kadang
terlihat dengan dosis AH1 biasanya ialah insomnia, gelisah, dan
eksitasi. Dosis AH1 umumnya menyebabkan penghambatan SSP
dengan gejala misalnya kantuk, berkurangnya kewaspadaan, dan waktu
reaksi yang lambat. Beberapa obat AH1 juga efektif untuk menghambat
mual dan muntah untuk akibat peradangan labirin atau sebab lain.
Beberapa AH1 bersifat anestetik local dengan intensitas berbeda.
Banyak AH1 bersifat mirip atropine. Efek ini tidak memadai untuk
terapi, tetapi efek antikolonergik ini dapat timbul pada beberapa pasien
berupa mulut kering, kesukaran miksi dan impotensi.

c. Lain-lain
BB : 48 kg
TB : 159 cm
Reaksi setelah memakai obat : mengantuk, gangguan pencernaan
Reaksi kesembuhan : dalam 3 hari flu sudah sembuh
DAFTAR PUSTAKA

Katzung BG (2001). Farmakologi dasar dan klinik. Buku 1. Jakarta : Salemba


Medika
https://www.academia.edu/11951984/MAKALAH_PARASETAMOL
https://www.academia.edu/7896877/Makalah_Farmasi_DM_Syamsudduha_G
9911006_
https://mediskus.com/demacolin
https://www.klikdokter.com/obat/demacolin-tab
https://www.scribd.com/document/349548711/Farmakodinamik-
Acetominophene-Paracetamol
https://moko31.wordpress.com/2018/05/20/farmakologi-pseudoefedrin/
https://mayani14.wordpress.com/2012/05/13/formulasi-tablet-ctm/

B. INCIDAL-OD

1. Deskripsi
Incidal-OD adalah merek obat antihistamin dengan kandungan bahan aktif
cetirizine dihydrochloride. Cetirizine itu sendiri merupakan obat antihistamin
yang digunakan untuk mengobati gejala bersin-bersin karena alergi, alergi
pada kulit berupa kemerahan, gatal, dan pembengkakan.
Kategori : Obat dengan resep dokter (Obat Keras)
Farmasi : Dibuat PT. Actavis Indonesia (Jakarta) untuk PT. Bayer
Indonesia (Depok)

2. Komposisi dan Cara Kerja


Tiap kapsul Incidal-OD mengandung 10 mg cetirizine dihydrochloride. Cara
kerja obat ini menghalangi zat kimia dalam tubuh yang disebut histamin.
Histamin merupakan mediator kimia yang memicu reaksi peradangan dan
alergi, efek histamin pada tubuh berupa gatal di hidung (bersin-bersin),
kemerahan dan gatal pada kulit, dan pembengkakan.

3. Indikasi atau Kegunaan Incidal-OD


Indikasi atau Kegunaan Incidal-OD digunakan untuk meringankan tanda-tanda
rhinitis alergi, seperti hidung meler atau tersumbat, bersin-bersin, mata berair
dan gatal. Di samping iti juga bisa membantu mengurangi reaksi alergi pada
kulit seperti ruam kemerahan yang terasa gatal, bentol-bentol pada biduran,
gatal-gatal karena cacar air atau gigitan serangga.
Kondisi-kondisi lainnya yang bisa ditangani oleh incidal-OD:
a. Mengatasi gatal untuk setiap kondisi kulit yang disebabkan oleh reaksi
alergi termasuk penyakit kulit eksim.
b. Adapun penyakit gatal yang disebabkan oleh parasit, bakteri, atau jamur,
maka perlu dikombinasikan dengan obat yang bisa membunuh
mikroorganisme tersebut.
c. Mengobati alergi dingin seperti hayfever, alergi sepanjang tahun seperti
bersin-bersin karena bulu hewan, alergi debu, atau yang lainnya.

4. Kontra Indikasi
Incidal OD tidak digunakan untuk:
a. Biduran yang bernanah, tidak gatal, atau disertai lebam;
b. Penderita gangguan ginjal atau hati berat;
c. Alergi terhadap cetrizine atau hydroxizin,
d. Penderita epilepsi;
e. Anak di bawah 6 tahun;
f. Ibu hamil serta ibu menyusui tidak disarankan mengkonsumsi obat ini.

5. Dosis Demacolin dan Cara Penggunaan Dosis


Dosis Incidal-OD dan cara penggunaan dosis Incidal yang tepat disesuaikan
dengan kondisi dan usia pasien, dokter akan menentukan dengan tepat. Secara
umum dosis yang disarankan:
a. Dewasa dan anak > 12 tahun: 1 kapsul incidal-OD sekali sehari atau 2
sendok takar (10 ml) sirup sekali sehari.
b. Anak 6-12 tahun: 2 sendok takar sirup sekali sehari.
c. Anak 2-6 tahun: 1 sendok takar sirup incidal-OD sekali sehari; 1-2 tahun:
½ sendok takar sirup sekali sehari.
d. Anak 6 bulan-1 tahun: ½ sendok takar sekali sehari atau sesuai petunjuk
dokter. Tidak boleh digunakan lebih dari satu minggu.
Cara Penggunaan:
a. Gunakan obat ini secara teratur sesuai petunjuk dokter untuk mendapatkan
manfaat optimal.
b. Minumlah pada waktu yang sama setiap hari, kecuali secara khusus
diinstruksikan oleh dokter.
c. Harap bersabar, karena membutuhkan waktu kira-kira hingga satu jam
setelah diminum sampai akhirnya obat memberikan efek.
d. Selalu ikuti petunjuk dokter, karena bisa saja dosis akan berbeda
tergantung kondisi.

6. Efek Samping Incidal-OD


Dapatkan bantuan medis darurat jika mengalami salah satu tanda-tanda reaksi
alergi : gatal-gatal, sulit bernapas, pembengkakan wajah, bibir, lidah, atau
tenggorokan. Hubungi dokter jika memiliki efek samping yang serius seperti:
a. Detak jantung tidak teratur, cepat, dan berdebar-debar,
b. Kelemahan, tremor (gemetar tak terkendali), atau gangguan tidur
(insomnia)
c. Perasaan gelisah yang parah dan hiperaktif
d. Kebingungan
e. Gangguan penglihatan
f. Kencing lebih sedikit dari biasanya atau tidak sama sekali.
Efek samping Incidal-OD yang kurang serius mungkin termasuk: Pusing
dan mengantuk, perasaan lelah, mulut kering, sakit tenggorokan, batuk-
batuk, mual, sembelit, sakit kepala.

7. Peringatan dan Perhatian


Sebelum dan selama menggunakan obat Incidal-OD, maka perhatikanlah
beberapa aspek berikut ini:
a. Konsultasikan dengan dokter, jika memiliki hipersensitif terhadap
antihistamin yang sejenis seperti levoIncidal-OD atau hydroxyzine.
b. Beritahu dokter jika menderita asma, glaukoma, tukak usus atau lambung,
masalah prostat atau kesulitan buang air kecil.
c. Beritahu dokter jika menderita gangguan fungsi ginjal atau hati.
d. Beritahu dokter jika sedang hamil atau berencana untuk hamil.
e. Hindari menyusui selama periode pengobatan dengan Incidal-OD.
f. Beritahu dokter jika menggunakan antihistamin tambahan, obat gugup,
antidepresan atau obat tidur.
g. Jangan menggunakan obat lain, bersamaan dengan Incidal, sebelum
berkonsultasi dengan dokter.
h. Obat ini tidak direkomendasikan diberikan kepada bayi prematur dan bayi
baru lahir atau anak-anak kurang dari 6 bulan.
i. Incidal-OD tidak direkomendasikan untuk setiap anak kecuali jika dokter
merekomendasikan.

8. Interaksi Obat Incidal-OD


Sebagai obat antihistamin dengan bahan aktif cetirizine, Incidal-OD dapat
menimbulkan interaksi dengan obat yang menurunkan kinerja sistem saraf
pusat (depresan), sehingga dapat menambah rasa kantuk jika dikonsumsi
bersamaan. Obat-obat tersebut adalah:
Obat pilek atau alergi lainnya. Obat tidur. Obat pelemas otot. Narkotik pereda
nyeri. Antikejang. Antidepresan.

9. Analisis obat
a. FARMAKOKINETIK
1) Absorpsi : cetirizine diabsorpsi dengan cepat dengan waktu mencapai
konsentrasi maksimum dalam plasma (Tmaks) rata-rata 1 jam melalui
pemberian tablet atau sirup pada orang dewasa. Jika relawan sehat
diberikan multi cetirizine ( 10 mg sehari selama 10 hari),konsentrasi
puncak plasma rata-rata (Cmaks) adalah 311 ng/ml. dalam penelitian tidak
ditemukan akumulasi. Farmakokinetik cetirizine linier pada dosis oral
berkisar antara 5-60 mg. Makanan tidak menimbulkan efek pada daerah
bawah kurva (AUC) cetirizine, tetapi Tmaks mengalami penundaan 1,7 jam
dan Cmaks menurun hingga 23% karena adanya makanan.
2) Distribusi : Ikatan protein plasma rata-rata dari cetirizine adalah 93%,
tidak tergantung pada konsentrasi dengan kisaran antara 25-1000 ng/ml,
yaitu termasuk level terapeutik plasma yang diobservasi.
3) Metabolisme : 70% ekskresi melalui urin (50% bentuk utuh) dan 10%
melalui feses. Cetirizine mengalami metabolism lintas pertama (first-pass
metabolism) yang rendah. Cetirizine dimetabolisme secara terbatas melalui
O-dedikilasi oksidatif menjadi sebuah metabolit dengan aktivitas
antihistamin yang tidak berarti.
4) Eliminasi : Waktu paruh eliminasi pada 146 relawan melalui beragam
studi farmakokinetik adalah 8.3 jam dan bersihan tubuh total dari cetirizine
adalah kira-kira 53 ml/menit.

b. FARMAKODINAMIK
Cetirizine adalah antihistamin dengan efek sedative yang rendah pada
dosis aktif farmakologi dan mempunyai sifat tambahan sebagai anti
alergi. Merupakan antagonis selektif reseptor H1, efeknya terhadap
reseptor lain dapat diabaikan sehingga cetirizine hampir bebas dari efek
anti kolinergik dan anti serotonin. Cetirizine menghambat pelepasan
histamin pada fase awal dari reaksi alergi, mengurangi migrasi dari sel
inflamasi dan melepaskan mediator yang berhubungan dengan “late
allergic response”.

c. Lain-lain
BB : 48 kg
TB : 159 cm
Reaksi setelah memakai obat : sembelit
Reaksi kesembuhan : dalam 5 hari alergi sudah sembuh

DAFTAR PUSTAKA

https://www.alodokter.com/incidal-od
http://www.kerjanya.net/faq/7743-incidal-od.html
https://mediskus.com/incidal-od
https://www.klikdokter.com/obat/incidal-od-cap-10-mg
http://www.pharmacyborneo.com/2012/05/cetirizine.html

Anda mungkin juga menyukai