Dosen :
Dra. Hj. Leny, M.Si.
Dr. Syahmani, M.Si.
Oleh :
Wafiyah (1810120220028)
A2 2018
Puji syukur senantiasa diucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa.
Karena atas segala rahmat, petunjuk, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan makalah mengenai “MINYAK ATSIRI DAN CENGKEH”
dengan tepat waktu untuk memenuhi tugas mata kuliah Fitokimia.
Penulis
i
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................3
C. Tujuan...........................................................................................................3
D. Manfaat.........................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................5
A. Kesimpulan.................................................................................................19
B. Saran............................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................21
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia mempunyai potensi sebagai penghasil minyak atsiri yang
berlimpah. Produk minyak atsiri baru pada tahap menghasilkan minyak kasar
(crude oil). Jika minyak kasar tersebut diolah lebih lanjut menjadi berbagai
komponen minyak esensial murni, maka akan dihasilkan produk-produk minyak
esensial yang lebih ekonomis. Salah satunya adalah minyak cengkeh
Tanaman cengkeh (Syzygium aromaticum (L.) Meer. & Perry) merupakan
tanaman asli Indonesia yang telah diketahui dunia sejak lama. Bahkan sejarah
Indonesia, salah satunya dikenal oleh bangsa Eropa melaui perdagangan
cengkeh. Tanaman yang dikenal sebagi clove dalam bahasa Inggeris ini sangat
identik dan khas dengan provinsi Maluku Utara dan pulau Ternate. Kekhasan ini
diperkuat dengan keputusan menteri yang menetapkan Cengkeh sebagai flora
identitas Propinsi Maluku Utara berdasarkan keputusan Menteri Dalam Negeri
No.48 tahun 1989 (Suparman, Nurhasanah, & Papuangan, 2017).
Tanaman cengkeh berpotensi sebagai penghasil minyak atsiri. Pohon
cengkeh memiliki bau yang khas yang berasal dari minyak atsiri yang terdapat
bunga (10-20%), gagang (5-10%) dan daun (1- 4%). Daun cengkeh mengandung
minyak 1- 4% baik daun kering maupun daun segar, sehingga dapat ekstraksi
menjadi minyak atsiri yang bernilai ekonomis tinggi (Tuganitya, Gugule, &
Anom, 2019). Minyak cengkeh merupakan minyak atsiri yang berasal dari
tanaman cengkeh (Syzigium aromaticum), yang termasuk dalam famili
Myrtaceae, yang banyak ditanam di Indonesia, India dan Madagaskar. Minyak
cengkeh telah banyak dimanfaatkan sebagai agen perasa dan pemberi aroma pada
berbagai makanan dan campuran dalam rokok kretek karena aroma dan rasanya
yang kuat dan pedas, selain itu minyak cengkeh memiliki aktivitas biologis
karena mengandung eugenol dengan kadar tinggi sekitar 78-98 %, yaitu sebagai
1
antiseptik dan analgesik pada pengobatan gigi dan mulut, antifungal, antibakteri,
antioksidan, antikarsinogen, dan anti radikal bebas (Prianto, Retnowati, &
Juswono, 2013).
Minyak atsiri daun cengkeh biasa diperoleh dari daun cengkeh yang sudah
gugur.,Minyak daun cengkeh pada umumnya diambil melalui metode distilasi
uap. Beberapa masalah yang sering dihadapi selama proses penyulingan minyak
atsiri yaitu adanya kandungan minyak atsiri yang hilang, penguapan minyak pada
akhir penyulingan, dan minyak atsiri yang terperangkap dalam jaringan tanaman
sehingga dapat menurunkan yield (Nurhadianty & dkk, 2017). Kandungan
minyak atsiri bunga cengkeh didominasi oleh eugenol dengan komposisi eugenol
(81,20%), trans-β-kariofilen (3,92%), α-humulene (0,45%), eugenol asetat
(12,43%), kariofilen oksida (0,25%) dan trimetoksi asetofenon (0,53%) (Prianto,
dkk. 2013).
Komposisi minyak atrisi daun cengkeh yang dihasilkan bervariasi
tergantung dari keadaan daun serta cara destilasinya. Mutu minyak atsiri sangat
ditentukan oleh sifat dan senyawa kimia yang terkandung di dalamnya. Melihat
begitu pesatnya perkembangan minyak atsiri di dunia perdagangan perlu adanya
perlakuan untuk memaksimalkan minyak atsiri yang dihasilkan. Banyak macam
perlakuan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi minyak atsiri
antara lain pengeringan, pengecilan ukuran (Wijaya, Jayuska, & Alimuddin,
2015).
Penyulingan cengkeh dapat dilakukan dengan cara penyulingan air dan
penyulingan dengan uap. Menurut Guenther (1990), penyulingan dengan air
dapat menghasilkan minyak cengkeh dengan kandungan eugenol 80-85% dan
cukup baik sebagai bahan baku parfum atau flavor sedangkan penyulingan
dengan uap dapat menghasilkan minyak cengkeh strong oil dengan kandungan
eugenol yang tinggi yaitu 91-95% volume. Lama penyulingan berkisar antara 8-
24 jam tergantung ukuran, sistem isolasi, vulume uap dari alat penyulingan, sifat
alami dan kondisi cengkeh dan sebagainya. Kualitas minyak cengkeh dievaluasi
2
berdasarkan kandungan fenolnya terutama eugenol. Karena minyak cengkeh
mengandung beberapa aseteugenol, maka sering dilakukan penyabunan zat
tersebut terlebih dahulu untuk mendapatkan kandungan eugenol yang lebih
tinggi. Kandungan fenol cengkeh tergantung pada kondisi dan jenis bahan baku
cengkeh dan metode penyulingan : Pada waktu penyulingan minyak cengkeh
terdapat dua fraksi yaitu fraksi yang lebih ringan dari air dan fraksi yang lebih
berat dari air. Dengan menggabungkan kedua fraksi tersebut dihasilkan minyak
cengkeh yang lengkap. Hasil minyak dari penyulingan bunga cengkeh sekitar 17-
18%, penyulingan dari gagang cengkeh sekitar 6% dan dari daun sekitar 2-3%
(Guenther, 1990).
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah:
1. Bagaimana spesifikasi dari pohon cengkeh?
2. Bagaimana cara mendapatkan minyak cengkeh?
3. Apa saja komponen-komponen yang terdapat dalam minyak cengkeh?
4. Apa saja nama obat-obat farmasi yang mengandung eugenol?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah:
1. Mengetahui bagaimana spesifikasi dari pohon cengkeh.
2. Mengetahui bagaimana cara mendapatkan minyak cengkeh.
3. Mengetahui apa saja komponen-komponen yang terdapat dalam minyak
cengkeh.
4. Mengetahui apa saja nama obat-obat farmasi yang mengandung eugenol.
D. Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah Minyak Atsiri dari Cengkeh adalah
sebagai media untuk mempelajari bagamaina proses dalam mendapatkan minyak
3
cengkeh. Selain itu juga dapat memberikan tambahan pengetahuan bagi pembaca
mengenai spesifikasi dari pohon cengkeh, serta komponen-komponen yang
terkandung dalam minyak cengkeh. Manfaat lainnya sebagai referensi untuk
penulisan makalah selanjutnya.
4
BAB II
PEMBAHASAN
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub-Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae
Marga : Eugenia
Morfologi
5
Tajuk tanaman cengkeh umumnya berbentuk kerucut, piramida, atau piramida
ganda, dengan batang utama menjulang ke atas. Cabang-cabangnya amat banyak dan
rapat, pertumbuhannya agak mendatar dengan ukuran yang relatif kecil jika
dibandingkan batang utamanya. Daunnya kaku berwarna hijau atau hijau kemerahan,
dan berbentuk elips dengan kedua ujing runcing (Jaelani, 2009).
Bunga dan buah cengkeh akan muncul pada ujung ranting daun dan tangkai
pendek serta berdandan. Tangkai buah pada awalnya berwarna hijau dan berwarna
merah jika bunga sudah mekar. Pada saat masih muda bunga cengkeh berwarna
keungu-unguan, kemudian berubah menjadi kuning kehijau-hijauan dan berubah lagi
menjadi merah muda apabila sudah tua. Bunga cengkeh kering akan berwarna coklat
kehitaman dan berasa pedas sebab mengandung minyak atsiri. Umumnya cengkeh
pertama kali berbuah pada umur 4-7 tahun (Hapsoh & Hasanah, 2011).
Cengkeh memiliki empat jenis akar, yaitu akar tunggang, akar lateral, akar
serabut, dan akar rambut. Akar tunggang dan akar lateral mempunyai ukuran yang
relatif besar. Bedanya, akar tunggang tumbuh lurus ke bawah dan sedikit bercabang,
sedang akar lateral tumbuh menyamping dan bercabang. Akar serabut berukuran
kecil, sangat panjang, tumbuh menyamping dan ke bawah dengan jumlah yang sangat
banyak. Akar serabut ini memiliki banyak akar rambut yang berukuran sangat kecil
yang berfungsi sebagai penyerapan air dan unsur hara dari dalam tanah (Danarti &
Najiyati, 1991).
Manfaat Tanaman
6
cengkeh yang dikeringkan dapat digunakan sebagai bahan penyedap rokok dan obat
penyakit kolera. Minyak cengkeh yang didapatkan dari hasil penyulingan bunga
cengkeh kering (cloves oil), tangkai bunga cengkeh (cloves stem oil) dan daun
cengkeh kering (cloves leaf oil) banyak digunakan sebagai pengharum mulut,
mengobati bisul dan sakit gigi, sebagai penghilang rasa sakit, penyedap masakan dan
wewangian (Nuraini, 2014).
7
B. Cara Mendapatkan Minyak Cengkeh
Ektraksi adalah salah satu metode operasi yang digunakan dalam proses
pemisahan suatu komponen dari campurannya dengan menggunakan sejumlah massa
8
bahan solven sebagai tenaga pemisah. Ekstraksi dengan lemak padat, proses
ekstraksi ini digunakan khusus untuk mengestraksi bunga-bungaan, dalam rangka
mendapatkan mutu dan rendemen minyak yang tinggi. Metode yang digunakan pada
percobaan ini adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut. Pelarut yang digunakan
dalam proses ekstraksi adalah n-heksana dan benzena. Dibandingkan dengan
heksana, benzena biasanya menghasilakan jumlah mutlak yang lebih besar, akan
tetapi mengandung fraksi lilin, serta albumin dan zat warna dalam jumlah lebih
besar. Heksana lebih banyak digunakan untuk mengekstraksi minyak bunga bernilai
tinggi, sedangkan benzena digunakan untuk mengekstraksi minyak yang mempunyai
nilai yang lebih rendah (Hadi, 2012).
Pada percobaan ekstraksi minyak bunga cengkeh (Clove Oil) dengan pelarut
n-heksana dan benzena meliputi tahapan yaitu meliputi: perlakuan bahan, proses
ekstraksi minyak bunga cengkeh, proses pemurnian minyak dan hasil produknya.
Pada proses perlakuan bahan, bahan yang digunakan adalah bunga cengkeh yang tua
dan kering, penggunaan bahan yang tua karena kandungan minyak atsirinya lebih
banyak daripada bahan yang muda serta mengandung kadar air yang rendah.
Penggunaan bahan yang kering bertujuan agar kadar air dalam bunga cengkeh
berkurang sehingga pada ekstraksi bunga cengkeh dapat menghasilkan minyak bunga
cengkeh yang relatif banyak. Bahan kemudian ditumbuk sekecil mungkin agar
9
minyak dapat terambil sempurna pada proses ekstraksi dan laju penguapan minyak
atsiri dari bahan menjadi cukup cepat. Proses ekstraksi dan pemurnian minyak bunga
cengkeh menggunakan alat ekstraktor soxhlet karena untuk efisiensi waktu,
kemudahan dalam perangkaian alat, dan proses pengambilan pelarutnya yang relatif
banyak (Hadi, 2012).
Pada proses ekstraksi bunga cengkeh dalam penelitian Hadi (2012) dilakukan
dengan menggunakan pelarut n-heksana sebanyak 100 mL, dengan berat bunga
cengkeh yang diekstraksi sebesar 11,5343 gram. Ekstraksi berlangsung pada kondisi
operasi 150-160 °C karena titik didih n-heksana 69 °C sedangkan titik didih minyak
cengkeh 253oC, sehingga diharapkan pada kondisi operasi tersebut n-heksana dapat
menguap dan minyak dapat terambil semaksimal mungkin. Proses ekstraksi
dilakukan sampai warna pelarut menjadi seperti semula. Siklus yang terjadi pada
eksraksi bunga cengkeh mencapai 15 siklus dengan waktu ± 80 menit. Pada
percobaan diperoleh minyak bunga cengkeh yang berwarna hijau kekuningan.
Ekstraksi bunga cengkeh dengan pelarut n-heksana menghasilkan rendemen 17,61%.
Dari percobaan yang telah dilakukan dihasilkan kadar eugenol sebesar 65,02%.
10
Pada tabel 1 diketahui bahwa komponen tertinggi yang terdapat dalam minyak bunga
cengkeh dengan pelarut heksana adalah eugenol sebesar 65,02%. Selain eugenol juga
terdapat komponen-komponen yang lain yaitu Caryophyllene, Phenol, Ethanone.
Dari hasil percobaan diketahui bahwa minyak yang dihasilkan berwarna hijau
kekuningan. Hal ini dikarenakan n-heksana dapat memisahkan antara minyak dengan
pelarut sehingga dapat diketahui dengan jelas perbedaan antara minyak dan pelarut.
Produk minyak cengkeh yang dihasilkan dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
11
berwarna kuning kecoklatan dengan rendemen 18,90%. Hal. Dari percobaan yang
telah dilakukan dihasilkan kadar eugenol sebesar 8,81% yang lebih sedikit jika
dibandingkan dengan percobaan ini yang menggunakan pelarut n-heksana dengan
kadar eugenol sebesar 65,02%. Hal ini disebabkan karena pelarut benzena tidak
dapat mengekstrak dengan baik dibandingkan dengan pelarut n-heksana. Dari hasil
percobaan diperoleh kadar eugenol serta komponen yang lain seperti yang terdapat
pada tabel 2.
Pada tabel 2 diketahui bahwa komponen tertinggi yang terdapat dalam minyak bunga
cengkeh dengan pelarut benzena adalah benzena sebesar 14,05% dan eugenol
sebesar 8,81%. Selain itu juga terdapat komponen-komponen yang lain yaitu
Naphthalene, Caryophyllene, 2,3,4 Trimethoxyacetophenone. Dari tabel 2 diketahui
bahwa kadar eugenol lebih rendah daripada kadar benzena, hal ini disebabkan karena
pelarut benzena tidak dapat mengekstrak dengan baik dibandingkan dengan pelarut
n-heksana. Minyak yang dihasilkan dari ekstraksi menggunakan pelarut n-heksana
berwarna kuning kecoklatan. Hal ini dikarenakan Benzena kurang maksimal dalam
memisahkan antara minyak dengan pelarut sehinga masih ada pelarut yang
tercampur oleh minyak tersebut.
Minyak atsiri daun cengkeh biasa diperoleh dari daun cengkeh yang sudah
gugur. Komposisi minyak yang dihasilkan bervariasi tergantung dari keadaan daun
12
serta cara destilasinya (Wijaya, Jayuska, & Alimuddin, 2015). Tanaman cengkeh
mengandung rendemen minyak atsiri dengan jumlah cukup besar, baik dalam bunga
(10–20%), tangkai (5–10%) maupun daun (1–4%) (Nurdjannah, 2007). Minyak atsiri
dari bunga cengkeh memiliki kualitas terbaik karena hasil rendemennnya tinggi dan
mengandung eugenol mencapai 80–90%. Kandungan minyak atsiri bunga cengkeh
didominasi oleh eugenol dengan komposisi eugenol (81,20%), trans-β-kariofilen
(3,92%), α-humulene (0,45%), eugenol asetat (12,43%), kariofilen oksida (0,25%)
dan trimetoksi asetofenon (0,53%) (Prianto, Retnowati, & Juswono, 2013).
Peningkatan rendemen minyak atsiri daun cengkeh (Syzygium aromaticum)
dapat dilakukan dengan metode delignifikasi dan fermentasi. Adapun komponen
senyawa yang terkandung dalam minyak atsiri daun cengkeh jika dilakukan tanpa
perlakuan pendahuluan dan jika dilakukan dengan gabungan proses delignifikasi dan
fermentasi didapatkan seperti tabel yang tertera dibawah ini (Wijaya, Jayuska, &
Alimuddin, 2015).
Tabel 1. Komponen Senyawa Minyak Atsiri Daun Cengkeh Tanpa Perlakuan
Pendahuluan
13
Senyawa eugenol merupakan komponen utama yang terkandung dalam
minyak cengkeh (Syzygium aromaticum) dengan kandungan dapat mencapai 70-
97%. Semakin tinggi kandungan senyawa eugenol dalam minyak cengkeh, semakin
tinggi pula kualitas dan nilai jualnya. Kandungan minimal senyawa eugenol dalam
minyak cengkeh menurut SNI 06-2387-2006 minimal 78%. Senyawa eugenol
merupakan cairan berwarna bening hingga kuning pucat, dengan aroma khas yang
menyegarkan dan pedas seperti bunga cengkeh kering. Senyawa eugenol mempunyai
rumus molekul C10H12O2 mengandung beberapa gugus fungsional yaitu alil (-CH2-
CH=CH2), fenol (-OH) dan metoksi (-OCH3). Gugusan yang membentuk senyawa
eugenol memungkinkan senyawa ini dapat disintesis menjadi senyawa lain yang
bernilai lebih tinggi seperti isoeugenol, eugenol asetat, isoeugenol asetat, benzil
eugenol, benzyl isoeugenol, metil eugenol, eugenol metil eter, eugenol etil eter,
isoeugenol metil eter, vanillin dan sebagainya (Bulan, 2004).
14
eugenol antara 80-85%. Kandungan terbesar minyak cengkeh adalah eugenol, yang
bermanfaat dalam pembuatan vanilin, eugenil metil eter, eugenil asetat, dll (Hadi,
2012).
Komponen tertinggi yang terdapat dalam minyak bunga cengkeh dengan
pelarut heksana adalah eugenol sebesar 65,02%. Selain eugenol juga terdapat
komponenkomponen yang lain yaitu Caryophyllene, Phenol, Ethanone. Sedangkan
komponen tertinggi yang terdapat dalam minyak bunga cengkeh dengan pelarut
benzena adalah benzena sebesar 14,05% dan eugenol sebesar 8,81%. Selain itu juga
terdapat komponen-komponen yang lain yaitu Naphthalene, Caryophyllene, 2,3,4
Trimethoxyacetophenone. Diketahui bahwa kadar eugenol lebih rendah daripada
kadar benzena, hal ini disebabkan karena pelarut benzena tidak dapat mengekstrak
dengan baik dibandingkan dengan pelarut n-heksana. (Hadi, 2012).
Hasil analisa menggunakan KG-SM menunjukkan bahwa minyak cengkeh
mengandung 6 komponen yaitu, eugenol 81,2%, trans-karyofilen 3,92%, alfa-
humulen 0,45%, eugenil asetat 12,43%, karyofilen oksida 0,25% dan
trimetoksiasetofenon 0,53% (Prianto, Retnowati, & Juswono, 2013).
Tabel. Komponen Minyak Bunga Cengkeh Hasil Distilasi Uap
1. Counterpain®
15
https://www.halodoc.com/obat-dan-vitamin/counterpain-cream-30-g
2. Pulperyl®
3. Molakrim®
16
Molakrim merupakan sediaan topikal yang berguna untuk membantu
meredakan nyeri otot terkilir dan nyeri akibat pukulan, memar, dan pegal linu.
Dapat digunakan sebelum latihan dan olah raga, untuk membantu meredakan
rasa kaku pada otot. Komposisi dari molakrim adalah menthol 53.4 mg, eugenol
13.6 mg, methlty salicylate 102 mg.
4. Lafalos® Plus
5. Nostren®
17
Nostren berguna untuk meredakan nyeri otot dan sendi, nyeri punggung, dan
keseleo. Komposisi dari Nostren Cream 15 g adalah methyl salicylate 102 mg,
menthol 54.4 mg, eugenol 13.6 mg, dan kapsaicin 0.5 mg.
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Cengkeh adalah sejenis bunga kering dari tanaman Syzygium aromaticum.
Cengkeh memiliki nama lain yakni cloves. Cengkeh berupa bunga dari pohon
myrtaceae. Tanaman cengkeh berpotensi sebagai penghasil minyak atsiri. Pohon
cengkeh memiliki bau yang khas yang berasal dari minyak atsiri yang terdapat
pada bunga (10-20%), gagang (5-10%), dan daun (1- 4%).
Minyak atsiri daun cengkeh biasa diperoleh dari daun cengkeh yang sudah
gugur. Minyak daun cengkeh pada umumnya diambil melalui metode
penyulingan, ekstraksi dengan pelarut, dan ekstraksi dengan lemak padat.
Adapun komponen yang terdapat dalam minyak atsiri bunga cengkeh selain
eugenol adalah trans-β-kariofilen, α-humulene, eugenol asetat, kariofilen oksida,
dan trimetoksi asetofenon.
Minyak cengkeh telah banyak dimanfaatkan sebagai agen perasa dan
pemberi aroma pada berbagai makanan dan campuran dalam rokok kretek karena
aroma dan rasanya yang kuat dan pedas, selain itu minyak cengkeh memiliki
aktivitas biologis karena mengandung eugenol dengan kadar tinggi sekitar 78-98
%, yaitu sebagai antiseptik dan analgesik pada pengobatan gigi dan mulut,
antifungal, antibakteri, antioksidan, antikarsinogen, dan anti radikal bebas.
Dikarenakan manfaatnya yang kaya dalam bidang kesehatan eugenol banyak
digunakan sebagai bahan obat farmasi maupun obat herbal, adapun obat-obat
farmasi yang mengandung eugenol adalah Counterpain®, Pulperyl® , Molakrim®,
Lafalos® Plus, serta Nostren®.
B. Saran
Pengolahan minyak atsiri terutama dari tanaman cengkeh saat ini di
Indonesia sedang berkembang dan mempunyai prospek yang cerah, oleh karena
19
itu sangat baik jika proses pengolahan minyak astiri daun cengkeh tersebut di
sebarluaskan kepada masyarakat. Sehingga akan menambah wawasan
pengetahuan tentang tata cara pengolahan minyak atsiri cengkeh yang lebih baik
dengan diketahuinya bahwa minyak atsiri cengkeh memiliki manfaat yang sangat
banyak, baik itu dari bidang kesehatan dan sebagainya.
20
DAFTAR PUSTAKA
Akib, M.A., Munir, Hasnaeni, & Latif, S. (2020). Disiminasi Teknologi Penyulingan
Minyak Daun Cengkeh di Desa Curio Kabupaten Enrekang. Jurnal
Pengabdian Masyarakat, 3(2), 61-67.
Bulan, R. (2004). Reaksi Asetilasi Eugenol dan Oksidasi Metil Iso Eugenol. Sumatera
Utara : FMIPA USU.
Danarti & Najiyati, S. (1991). Budi Daya dan Penanganan Pasca Panen Cengkeh,
Cetakan 1. Jakarta : Penebar Swadaya.
Dewi, Indah, K., Effendy, R., Rukmo, M. (2006). Pengaruh Dosis dan Lama
Pemberian Pulperyl Terhadap Kematian Sel Fibroblas. JBP, 8(2): 87-92.
Hapsoh & Hasanah, Y. (2011). Budidaya Tanaman Obat dan Rempah. Medan: USU
Press.
Nurhadianty, V., & dkk. (2017). Peningkatan Yield Minyak Daun Cengkeh
(Syzygium aromaticum) dengan Fermentasi Selulotik Menggunakan
Trichoderma harzianum. Jurnal Rekayasa Bahan Alam dan Energi
Berkelanjutan, 1(1), 36-41.
21
Nurdjannah N. (2007). Teknologi Pengolahan Pala. Bogor : Balai Besar Penelitian
dan Pengembangan Pascapanen Pertanian.
Prianto, H., Retnowati, R., & Juswono, U.P. (2013). Isolasi dan Karakterisasi dari
Minyak Bunga Cengkeh (Syzigium aromaticum) Kering Hasil Distilasi Uap.
Kimia Student Journal, 1(2), 269-275.
Tuganitya, M., Gugule, S., & Anom, I.D.K. (2019). Pemisahan dan Identifikasi
Komponen-Komponen Utama Minyak Atsiri dari Daun Cengkeh Segar dan
Kering (Syzygium aromaticum). Fullerene Journal of Chemistry, 4(2), 44-47.
Wijaya, C., Jayuska, A., & Alimuddin, A.H. (2015). Peningkatan Rendemen Minyak
Atsiri Daun Cengkeh (Syzygium aromaticum) dengan Metode
Delignifikasi dan Fermentasi. JKK, 4(4), 15-20.
22