Anda di halaman 1dari 28

FARMAKOTERAPI PADA GANGUAN SITEM ENDOKRIN

DIBINA OLEH IBU SRI JAMILAH SST, M, KES.

Disusun Oleh :

KELOMPOK 6

Amanda Dhea. P. A NIM 11409719007


Asdar NIM 11409719010
Filosyofi Muslimah NIM 11409719016
Hayatun Nisa NIM 11409719018
Muh. Wiyantoro NIM 11409719027
Wardianto NIM 11409719037

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM VI/TANJUNGPURA
BANJARMASIN
2020

i
KATA PENGANTAR

Kami panjatkan puji dan syukur kehadlral Tuhan Yang Mans Esa
karena berkat rahmat dan hidayahnya kami dapat menyusun makalah
Farmakologi yang berjudul Farmakologi Pada Ganguan Sitem Endokrin.
Selesainya penyusunan ini berkat bantuan dari babagai pihak oleh kanana
ltu. pada kesempatan ini kami sampaikan terima kasih dan penghargaan
yang terhonnat kepada : ibu Sri Jamilah SST, M, KES. Secara khusus
kami menyampalkan terima kasih kepada ibu yang telah memberikan
dorongan kepada kami.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah
berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa
disusun dengan baik dan rapi
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempuma,
untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan
dan sebagai umpan balik yang positif demi perbaikan di masa mendatang.
Harapan kami semoga makalah ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan khususnya di bidang ilmu Keperawatan.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih dan kami berharap agar
makalah ini bennanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Banjarmasin, Maret 2020

Kelompok 6

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Obat Yang Digunakan Dalam Gangguan Kelenjar Hipofisis................7


Tabel 2.2 Pengganti Hormon Tiroid Dan Obat Antitiroid......................................9
Tabel 2.3 Obat Untuk Hipoparatiroid Dan Hiperaratiroid....................................11
Tabel 2.4 Obat –Obat Glukokortikoid.................................................................13
Tabel 2.5 Insulin dan Kerjanya...........................................................................15
Tabel 2.6 Obat Anti Diabetik Oral.......................................................................17

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR tABEL..................................................................................................iii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................2
1.3 Tujuan......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1 Pengertian Farmakoterapi.......................................................................3
2.2 Pengertian Sistem Endokrin....................................................................3
2.3 Ganguan Sistem Endokrin.......................................................................4
2.4 Farmakoterapi Pada Ganguan Sistem Endokrin.....................................7
BAB III PENUTUP..............................................................................................21
3.1 Kesimpulan............................................................................................21
3.2. Saran......................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................23

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1
2

1.1 Latar Belakang


Farmakologi adalah ilmu yang memelajari pengetahuan obat
dengan seluruh aspeknya, baik sifat kimiawi maupun fisikanya,
kegiatan fisiologi, resorbsi, dan nasibnya dalam organisme hidup.
Obat didefinisikan sebagai senyawa yang digunakan untuk
mencegah, mengobati, mendiagnosis penyakit atau gangguan, atau
menimbulkan kondisi tertentu. Misalnya, membuat seseorang
infertile, atau melumpuhkan otot rangka selama pembedahan. Ilmu
khasiat obat ini mencakup beberapa bagian, yaitu farmakognosi,
biofarmasi, farmakokinetika, dan farmakodinamika, toksikologi, dan
farmakoterapi.
Sistem endokrin adalah sistem kelenjar yang bekerja pada
tubuh manusia yang hasil sekresinya langsung ke dalam darah tanpa
melewati duktus atau saluran dan dari sekresi tersebut adalah
hormon. Hormon adalah zat kimia yang dibawa dalam aliran darah
ke jaringan dan organ kemudian merangsang hormon untuk
melakukan tindakan tertentu. Sistem endokrin sangat berpengaruh
pada banyak proses kehidupan yang melibatkan reproduksi,
pertumbuhan, kekebalan tubuh, dan menjaga keseimbangan fungsi
internal tubuh. Kelenjar dari sistem endokrin meliputi hipofisis, pineal,
tiroid, paratiroid, timus, pankreas, adrenal, dan ovarium atau testis.
3

Meskipun berperan sangat penting dalam tubuh, ada banyak


gangguan kelenjar endokrin yang belum diketahui. Salah satu
gangguan pada kelenjar endokrin adalah Diabetes Melitus. Dari data
yang diperoleh Riskesdas, menunjukkan peningkatan jumlah
prevalensi Diabetes di Indonesia dari 5,7% pada tahun 2007 menjadi
6,9% pada tahun 2013. Menurut Data International Diabetes
Federation tahun 2015, jumlah penderita Diabetes di Indonesia
diperkirakan sebesar 10 juta jiwa. Di Indonesia sendiri, menurut Data
Sample Registration Survey tahun 2014 telah menunjukkan bahwa
Diabetes merupakan penyebab kematian nomor 3 di Indonesia
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016). Selain
Diabetes, penyakit tiroid menempati urutan ke-2 daftar penyakit
endokrin yakni sekitar 10%-20% (Arisandi, 2016).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, dapat dibuat rumusan masalah
Farmakoterapi pada ganguan sitem endokrin.
1.3 Tujuan
Dapat memahami Farmakoterapi pada ganguan sitem endokrin.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Farmakoterapi.


Farmakoterapi adalah sub ilmu dari farmakologi yang
mempelajari tentang penanganan penyakit melalui penggunaan
obat-obatan. Dalam ilmu ini obat-obatan digunakan untuk membuat
diagnosis, mencegah timbulnya, dan cara menyembuhkan suatu
penyakit
Obat didefinisikan sebagai senyawa yang digunakan untuk
mencegah, mengobati, mendiagnosis penyakit atau gangguan, atau
menimbulkan kondisi tertentu. Misalnya, membuat seseorang
infertile, atau melumpuhkan otot rangka selama pembedahan. Ilmu
khasiat obat ini mencakup beberapa bagian, yaitu farmakognosi,
biofarmasi, farmakokinetika, dan farmakodinamika, toksikologi, dan
farmakoterapi.
2.2 Pengertian Sistem Endokrin.
Sistem Endokrin adalah sistem yang terdiri dari kelenjar
endokrin buntu atau tanpa saluran yang tersebar pada bagian tubuh.
Kelenjar endokrin ini melaksanakan fungisnya dari dalam tubuh
dengan cara memproduksi hormon yang hasil sekresinya langsung
ke dalam darah tanpa melalui saluran. Sementara hormon
merupakan zat kimia hasil dari sekresi oleh suatu sel yang
mempengaruhi sel lainya. Hormon hasil sekresi dari kelenjar
endokrin ini pada umumnya berfungsi sebagai homeostasis atau
menyeimbangkan fungsi dari dalam tubuh. Banyak sekali yang
dipengaruhi oleh hormon hasil sekresi dari kelenjar endokrin , antara
lain adalah pertumbuhan dan perkembangan, reproduksi, fungsi
seksual, mood, ketahanan tubuh, pernafasan, suhu tubuh, detak
jantung dan metabolisme.
Peran dari kelenjar endokrin sangatlah vital, sehingga apabila
terserang suatu penyakit akan sangat berbahaya bagi kehidupan,

4
5

dan pada sub-bab selanjutnya akan dibahas tentang bagian-bagian


kelenjar endokrin dan juga penyakit pada kelenjar endokrin.
2.3 Ganguan Sitem Endokrin.
Gejala-gejala dari gangguan endokrin dapat berkisar dari
jaringan atau tidak ada gejala hingga serius dan mempengaruhi
seluruh tubuh. Tergantung pada bagian spesifik dari sistem endokrin
yang terpengaruh, beberapa gejala dapat digolongkan menjadi:
1. Diabetes Mellitus.
Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme
tubuh dengan naiknya gula darah (hiperglikemia) karena
kekurangan hormon insulin. Yang mungkin juga terjadi karena
hormon insulin tidak bekerja dengan semestinya (Gardner &
Shoback, 2011). Diabetes mellitus sendiri dibagi menjadi dua,
yakni karena gangguan autoimun karena kelenjar pankreas
tidak dapat mensekresi hormon insulin yang biasa disebut
dengan diabetes tipe 1. Sementara diabetes tipe 2 terjadi
karena tubuh seseorang tidak menerima insulin dalam jumlah
yang cukup sehingga fungsinya tidak optimal yang menjadikan
tubuh kurang peka terhadap insulin (terjadi resistensi insulin).
Dari dua tipe penyakit diabetes mellitus diatas, yang sering
terjadi adalah diabetes tipe 2 yang awal mulanya disebabkan
karena pola hidup yang kurang seha.
2. Diabetes Insipidus
Diabetes Insipidus merupakan suatu gangguan penyakit
yang disebabkan oleh gangguan tingkat sirkulasi pada hormon
ADH (anti-diuretic hormone) yang berfungsi untuk mengatur
cairan dalam tubuh (Gardner & Shoback, 2011). Hormon ADH
ini adalah hormon yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis
posterior. Penyebab utama terjadinya diabetes inspidus ini
adalah produksi hormon ADH berkurang atau ketika ginjal
kurang merespon terhadap hormon ADH yang ada dan
6

berakibat ginjal mengeluarkan terlalu banyak cairan dan urin


yang dihasilkan menjadi tidak pekat.
3. Hipotiroid.
Hipotiroid adalah penyakit yang terjadi karena kurangnya
hormon tiroksin yang diproduksi dari kelenjar tiroid (Sherwood,
2010). Hipotiroid menyebabkan beberapa kelainan pada tubuh
karena hormon dari kelenjar tiroid ini bertugas mengatur
metabolisme dalam tubuh. Apabila terjadi kekurangan hormon,
maka fungsi metabolisme tubuh tidak berjalan sebagaimana
mestinya. Akibat dari hipotiroid ini seperti berat badan
meningkat tanpa alasan yang jelas, sangat mudah lelah,
kurangnya kesadaran diri (merasa bingung) dan mudah lupa.
Jika hipotiroid ini terjadi karena penyakit bawaan lahir, maka
akan terjadi kretinisme, dimana perkembangan fisik dan mental
pada masa anak-anak menjadi terhambat. kretinisme pada
anak ini dapat ditandai dengan tubuhnya yang kecil, bentuk
kepala yang agak menonjol, tangan dan kaki pendek, dimana
gejalagejalanya mirip dengan dwarfisme. Pada orang dewasa,
gejala yang terlihat adalah wajah yang terlihat sembab, dan
juga rambut yang rontok ketika menderita hipotiroid.
4. Hipertiroid.
Hipertiroid merupakan kebalikan dari Hipotiroid dimana
apabila hipotiroid disebabkan kurangnya hasil sekresi hormon
pada kelenjar tiroid, maka hipertiroid adalah terlalu banyaknya
hormon tiroid yang dihasilkan. Pada kebanyakan kasus yang
terjadi hipertiroid.penyebab utamanya adalah penyakit graves.
Penyakit graves sendiri merupakan penyakit auto-imun dimana
tubuh memproduksi TSI (thyroid stimulating immunoglobulin)
juga dikenal sebagai LATS (long-acting thyroid stimulator),
yang merupakan antibodi yang menuju reseptor TSH (thyroid
stimulating hormon) pada sel tiroid (Sherwood, 2010).
7

5. Penyakit Addison.
Penyakit Addison merupakan penyakit yang terdapat pada
kelenjar adrenal. Hal ini karena korteks adrenal menghasilkan
hormon yang terlalu sedikit dari seharusnya. Penyebab utama
pada penyakit addison ini merupakan kelainan autoimun
dimana terjadi kesalahan pada produksi hormon aldosteron dan
kortisol yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal menjadi terlalu
sedikit. Selain hal tersebut penyebab lain dari penyakit addison
ini berasal dari kondisi kelenjar pituitari yang kurang
memproduksi hormon adrenokortikotropik (ACTH), dimana
yang berakibat pada kurangnya hormon kortisol saja, karena
sekresi hormon aldosteron ini tidak bergantung pada ACTH.
6. Sindrom Cushing.
Sindrom Cushing merupakan penyakit karena sekresi
yang berlebih dari hormon kortisol. Penyebab sindrom Cushing
ini ada tiga, yang pertama adalah karena rangsangan yang
terlalu berlebih dari korteks adrenal dengan jumlah hormon
CRH dan/atau ACTH yang berlebih. Kedua yaitu karena
terdapat tumor pada kelenjar adrenal yang mengakibatkan
kesulitan dalam mensekresi hormon kortisol ACTH. Yang
terakhir adalah karena terdapat tumor yang mensekresi hormon
ACTH selain dari kelenjar pituitari, yang biasanya terdapat pada
paru-paru.
Selain ketiga faktor diatas, konsumsi obat yang
mengandung kortikosteroid juga bisa memicu sindrom cushing
ini. Sindrom Cushing ini dapat diketahui dengan mudah apabila
seorang pasien memang mengonsumsi obat yang mengandung
kortikosteroid sejak lama. Gejala seperti membulatnya wajah,
munculnya guratan-guratan pada tubuh, serta penumpukan
lemak merupakan gejala yang terlihat dari penderita sindrom
Cushing.
8

7. Sindrom Adrenogenital
Sekresi hormon androgen yang terlalu berlebih
menyebabkan penyakit sindrom adrenogenital ini. Hormon
androgen yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal ini merupakan
hormon yang lebih mempengaruhi pria. Apabila seorang wanita
menghasilkan hormon androgen yang terlalu berlebih maka
akan berakibat wanita tersebut bisa mempunyai ciri-ciri fisik
seperti laki-laki. Pada laki-laki, kelebihan hormon androgen ini
akan sulit dideteksi kecuali pada pria ketika masih dalam masa
puber dimana terjadi pembesaran suara, pertumbuhan jenggot,
dan munculnya hasrat berhubungan. Kelebihan androgen pada
pria dewasa bisa tidak terlalu berpengaruh karena hormon ini
merupakan hormon untuk pria.
2.4 Farmakoterapi Pada Ganguan Sistem Endokrin
1. Kelenjar Pituitary.
Kelenjar Pituitary (hipofisis) memiliki lobus anterior dan
posterior. Bagian anterior atau adenohipofisis mensekresi
berbagai hormone yang ditargetkan terhadap kelenjar dan
jaringan, yaitu Growth Hormon yang merangsang pertumbuhan
jaringan, Thiroid Stimulating Hormone (TSH) yang bekerja
terhadap kelenjar thyroid, hormone adrenokortikotropik (ACTH)
merangsang kelenjar adrenal dan gonadotropin (follicle
stimulating hotmone /FSH dan luteinizing hormone (LH), Obat-
obat yang memiliki sifat adrenohipofisi dipakai untuk
merangsang atau menghambat aktivitas kelenjar.
Tabel 2.1
Obat Yang Digunakan Dalam Gangguan Kelenjar Hipofisis
Obat Dosis Pertimbangan dan Pemakaian
Pituitary Anterior
Growth Hormone (GH)
Somatropin SC : 0,5-0,7 Digunakan pada gangguan
Genotropin iu/kg/BB/minggu pertumbuhan karena insufisiensi
(Pfizer) terbagi dlm sekresi GH endogen,sindrom
injeksi turner,insufisiensi ginjal
kronik,berat badan lahir rendah
9

Somatropin SC /IM : 0,7- 1 Digunakan pada kegagalan


Saizen mg/ m2 luas pertumbuhan pada anak yg
(Merck) permukaan disebabkan krn penurunan atau
tubuh tidak adanya sekresi hormon
atau 0,025- pertumbuhan Kontra indikasi :
0,035 Tumor
mg/kg/BB.
Thiroid Stimulating Hormone (TSH)
Thyrotropin IM, SK : 10 U, 4 Untuk mendiagnosa penyebab
kali Hipotiroid, injksi
sehari, 1-3 hari terakhir dilanjutkan dengan
pemeriksaan
radioiodine
Adrenocorticotropic Hormone (ACTH)
Kortikotropin IM, SC : 20 Unit, Untuk defisiensi ACTH, Untuk
4 kali sklerosis multiple ,
sehari dosis 80-120 U/hari.
IV : 10-25 U
dalam 500 mL
D5%/8 jam.
Thiroid Stimulating Hormone (TSH)
Kortikotropin SC, IM : 40 u Untuk defisiensi ACTH,
Repositori setiap 12- Untuk mengobati insufisiensi
24 jam adrenal akibat
pemakaian kortison jangka
panjang
Pituitary Posterior
Anti Diuretik Hormon
Vasopresin Dewasa: SC. IM Untuk diabetes Insipidus. Untuk
: 5-10 meredakan
U 2-3 kali distensi usus. Mengurangi
sehari. Anak perdarahan GI akibat
dosis lebih varises Esofagus.
rendah. Monitor out put urine.
Lipresin Intra Nasal : 1-2 Untuk diabetes Insipidus. .
semprotan Monitor out put urine.
perlubang
hidung.
Desmoprasin IV :0,3 μg dalam Untuk diabetes Insipidus.
50 ml Monitor out put urine
normal salin
selama
20-30 menit

2. Obat Hormon Tiroid Dan Anti tiroid.


Kelenjar tiroid merupakan kelenjar yang terletak pada
leher, tepatnya pada laring. Kelenjar ini terdiri atas dua lobus
yakni sebelah kanan dan kiri laring.. Kelenjar tiroid
menghasilkan dua macam hormon yaitu tiroksin (T4) dan
10

Triiodontironin (T3). Hormon ini berpengaruh dalam proses


metabolisme sel, pertumbuhan, perkembangan, dan
diferensiasi jaringan.
Beberapa penyakit manusia ada yang disebabkan oleh
kelenjar tiroid. Misalnya kelebihan hormon tiroid (hipertiroid)
dapat menimbulkan gejala hipermetabolisme (morbus
basedowi), dengan tanda-tanda meningkatnya detak jantung
sehingga muncul gugup, napas cepat dan tidak teratur, mulut
menganga, dan mata melebar. Sementara itu, apabila
seseorang sebelum dewasa kekurangan hormon tiroid
(hipotiroid), tubuhnya dapat mengalami kretinisme (kerdil).
Kretenisme ditandai dengan fisik dan mental penderita yang
tumbuh tidak normal.
Pada orang dewasa, kondisi hipotiroid dapat
menyebabkan miksedema. Gejala penyakit ini, adalah laju
metabolisme rendah, berat badan bertambah, bentuk badan
menjadi besar, kulit kasar, dan rambutmudah rontok. Selain
penyakit-penyakit tersebut, seseorang juga dapat mengalami
pembengkakan kelenjar tiroid karena kekurangan makanan
yang mengandung yodium. Penyakit pembengkakan demikian
dinamakan gondok.
Beberapa penyakit tiroid akan mendapatkan terapi
pengganti T3 dan T4. Pada pesien dengan terapi pengganti
hormone thiorid, perawat perlu menganjurkan untuk
menghindari makanan yang menghambat sekresi sekresi
thyroid, yaitu strawberry, pear, kobis, bayam, kembang kol dan
kacang polong.
Tabel 2.2
Pengganti Hormon Tiroid dan Obat Anti tiroid.
Obat Dosis Pertimbangan dan Pemakaian
Hipotiroid
L-thyroxine Dewasa : awal apapun. Supresi kadar TSH pd
Na 0,05-1 mg/hari. penyakit gondok.
Dosis harian Kontra indikasi : Hipersensitif
ditingkatkan tiap terhadap tiroksin, Tiritoksikosis
11

2 minggu 0,025- Efek Samping :


0,05 mg s/d Takikardi,cemas, tremor,sakit
hasil yg kepala, kemerahan
diinginkan muka,banyak
tercapai berkeringat,penurunan BB
Levothyroxine Awal 25-50mcg, Digunakan pada hipotiroid.
ditingkatkan 25- Efek : Tremor pada jari
50 mcg pd tangan,palpitasi,
interval 2-4 aritmia,berkeringat secara
minggu berlebihan,diare, penurunan
BB,gangguan tidur, gelisah.
Antitiroid / Hipertiroidisme
Carbimazole- Dewasa : awal Digunakan pada
Neo 20-80 mg/hr. Hipertiroidisme. Kontra indikasi
Kasus ringan 5- pada Laktasi. Efek samping
10mg/hr, kasus yang dapat terjadi : mual dan
Sedang muntah.
30mg/hr, kasus
berat 40-
60mg/hr.
Diberikan dalam
beberapa dosis
terbagi.
Pemeliharaan 5-
15 mg/hr.
Thiamazole Dewasa terapi Terapi konservatif hipertiroid
Thyrozol konservatif Utk menghambat produksi
(Merck) hipertiroid : utk hormon tiroid scr komplit,
menghambat persiapan operasi utk segala
produksi hormon jenis hipertiroid
tiroid scr komplit Kontra indikasi pada penderita
25-40mg/hr Granulositopenia.
dosis harian
maks: 40mg dlm
maks 20mg
dosis tunggal.
Metimazol Oral, Dosis Mula Untuk hipertiroid.
: 15-60 mg Dapat menghambat sintesa
dalam dosis hormone tiroid.
terbagi.
Rumatan : 5 mg
3-4
kali sehari.
Iodin Oral :2-6 tetes, 3 Untuk diabetes Insipidus.
Larutan Iodin kali sehari. Untuk mengurangi ukuran dan
kuat vaskularisasi
kelenjar tiroid
3. Hormon Paratiroid
Kelenjar Paratiroid mensekresi hormone paratiroid (HPT)
yang berfungsi mengatur kadar kalsium dalam darah.
12

Penurunan kalsium dalam serum merangsang pelepasan PTH.


PTH mengobati hipoparatiroid dan kalsitonin mengobati
hiperparatiroid. Hipokalsemia dapat disebabkan oleh defisiensi
PTH, defisiensi vit D, gangguan ginjal atau terapi diuretik.
Pengganti PTH dapat membantu untuk memperbaiki
kekurangan kalsium. Hiperparatiroidisme juga dapat
disebabkan keganasan kelenjar paratiroid atau sekeresi
hormone PTH ektopik dari kanker paru-paru, hipertiroidisme
atau tidak bergerak dalam jangka waktu lama, dimana kalsium
hilang dari tulang.
Tabel 2.3
Obat untuk Hipoparatiroid dan Hiperaratiroid.
Obat Dosis Pertimbangan dan Pemakaian
Hipoparatiroidisme dan Hipokalsemia
Analog Vitamin D
Kalsifediol Oral : 50-100 Untuk penyakit tulang akibat
μg/hari GGK dan
Dialisa Ginjal.
Pantau kadar kalsium serum
Pantau tanda hiperkalsemia.
Ergokalsiferol Oral 0,25 Untuk Hipoparatiroid dan rikets.
μg/hari Pantau kadar kalsium serum.
Hiperparatiroidisme dan Hiperkalsemia
Kalsitonin SC, dosis mula Untuk penyakit paget.
manusia 0,5 mg / hari,
Rumatan : 0,25
mg/ setiap 2-3
minggu
Kalsitonin SC/IM , dosis Untuk penyakit paget,
Salmon mula 100 IU / hiperparatiroidisme,
hari, Rumatan : hiperkalsemia..
50-100 IU/
setiap hari atau
setiap 2 hari.

4. Adrenal
Kelenjar adrenal terdiri dari medulla dan korteks. Korteks
adrenal memproduksi dua jenis hormone atau kortikosteroid.
Kortikosteroid adalah suatu kelompok hormon steroid yang
dihasilkan di kulit kelenjar adrenal. Hormon ini berperan pada
banyak sistem fisiologis pada tubuh, misalnya tanggapan
13

terhadap stres, tanggapan sistem kekebalan tubuh, dan


pengaturan inflamasi, metabolisme karbohidrat, pemecahan
protein, kadar elektrolit darah, serta tingkah laku.
Kortikosteroid dibagi menjadi 2 kelompok, yakni
glukokortikoid (contohnya kortisol) yang berperan
mengendalikan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein,
juga bersifat anti inflamasi dengan cara menghambat
pelepasan fosfolipid, serta dapat pula menurunkan kinerja
eosinofil. Kelompok lain dari kortikosteroid adalah
mineralokortikoid (contohnya aldosteron), yang berfungsi
mengatur kadar elektrolit dan air, dengan cara penahanan
garam di ginjal.
Pemberian kortikosteroid dosis tinggi dapat menyebabkan
sindrom Cushing dengan gejala-gejala moon face, berat badan
naik, otot lemah terutama bahu dan pinggul dll, striae dan acne
yang dapat pulih (reversibel) bila terapi dihentikan, tetapi cara
menghentikan terapi harus dengan menurunkan dosis secara
bertahap (tappering-off) untuk menghindari terjadinya
insufisiensi adrenal akut. Pada anak, penggunaan
kortikosteroid dapat menghambat pertumbuhan dan dapat
mempengaruhi perkembangan pubertas. Oleh karena itu
penting untuk menggunakan dosis efektif terrendah, pemberian
secara berselang sehari dapat membatasi efek penurunan
perkembangan anak.
a) Glukokortikoid
Glukokortikoid mempengaruhi metabolism
karbohidrat, protein dan lemak serta aktivitas sel darah
dan otot. Kortisol, glukokortikoid utama, memiliki efek
antiinflamasi, antialegi dan anti stress. Glukokortikoid
dipakai untuk mengobati banyak penyakit dan masalah
kesehatan. Efek samping glukokortikoid antara lain
diabetes dan osteoporosis, yang berbahaya, terutama
14

pada lanjut usia, dapat terjadi fraktur osteoporotik pada


tulang pinggul dan tulang belakang. Selain itu, pemberian
dosis tinggi dapat mengakibatkan nekrosis avaskular pada
kepala femur. Beberapa obat glukokortikoid akan disajikan
pada table dibawah ini.
Tabel 2.4
Obat –Obat Glukokortikoid
Obat Dosis Pertimbangan dan Pemakaian
Prednisone Dewasa : oral : Antiinflamasi atau
5-60 mg/hari imunosupresif. Glukokortikoid
dalam dosis oral, merupakan obat pilihan.
terbagi. Anak : Perhatian khusus pada kondisi :
Oral : 0,1-0,15 Tukak lambung, hipertensi aktif,,
mg/kgBB/hari gangguan neurologic, gangguan
dalam dosis hati & ginjal, DM.
terbagi 2-4
Dexametha- Dewasa : oral : antiinflamasi yang kuat. Untuk
sone 0, 25-4 mg, 2-4 gangguan alergi akut, serangan
kali sehari . IV : asma, udema serebral, shock
1-6 mg/kg BB dan chusing syndrome. Efek
Aerosol : 3 puff, samping : Retensi cairan &
2-4 kali elektrolit, meningkatkan
sehari kemungkinan infeksi.
Metilpredni- Dewasa : Oral : Antiinflamasi atau
solon 4-48 mg/ hari imunosupresif.
dalam dosis
terbagi 4, IM/IV :
10-250 mg
setiap 4- 6 jam.
Triamsinolon Dewasa : sehari Untuk diabetes Insipidus. Untuk
4-48 mg sehari mengurangi ukuran dan
dalam dosis vaskularisasi kelenjar tiroid
terbagi 2-4.
Inhalasi: 2 puff.

b) Glukokortikoid
Mineralokortikoid merupakan type kedua
kortikosteroid, mensekresi aldosteron. Hormon ini
mempertahankan keseimbangan cairan dengan
meningkatkan penyerapan natrium dari tubulus ginjal.
Natrium menarik air , menyebabkan retensi air. Jika terjadi
hipovolemia, sekresi aldosteron akan ditingkatkan.
Dengan reabsorbsi natrium, kalium akan dikeluarkan dan
15

mengakibatkan terjadinya hipokalemia. Defisiensi


minerallo kortikoid biasanya terjadi dengan defisiensi
glukokortikoid, seringkali disebut defisiensi kortikosteroid.
Fludokortison merupakan suatu minerallokortikoid
oral yang dapat diberikan bersamaan dengan
glukokortikoid. Obat ini dapat menyebabkan suatu
keseimbangan negative nitrogen, sehingga biasanya
diperlukan diet tinggi protein. Karena pemakaian minerallo
dan glukokortikoid terjadi ekskresi kalium, maka kadar
kalium harus dipantau.
5. Hormon Insulin
Diabetes melitus adalah suatu kelainan metabolisme
kronis yang terjadi karena berbagai penyebab, ditandai oleh
konsentrasi glukosa darah melebihi normal disertai dengan
gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang
diakibatkan oleh kelainan sekresi hormon insulin, kelainan kerja
insulin, atau kedua. Ada 2 type Diabetes Melitus yaitu Diabetes
Melitus type I atau diabetes melitus tergantung insulin (Insulin
Dependent Diabetes Melitus/IDDM) dan type II, diabetes
melitus tidak tergantung insulin (Non Insulin Dependent
Diabetes Melitus/NIDDM). Perbedaan utama antara DM type I
dan DM typeII adalah, pada DM tipe 1, orang tidak bisa lagi
memproduksi insulin, sementara itu pada DM type II, tubuh, sel
tubuh tidak dapat mereaksi insulin secara normal lagi. sehingga
glukosa tetap dalam aliran darah dan tidak dapat masuk ke
dalam sel sehingga hal tersebut menyebabkan kadar gula
darah menjadi tinggi.
Insulin dilepaskan dari sel-sel beta pulau Langerhans
dalam responnya terhadap peningkatan glukosa darah..
Pankreas secara normal mensekresikan 40-60 unit insulin
setiap harinya. Insulin meningkatkan ambilan glukosa, asam
amino, dan asam lemak dan mengubahnya menjadi bahan-
16

bahan yang disimpan dalam sel-sel tubuh. Glukosa diubah


menjadi glikogen untuk keperluan glukosa di masa mendatang
dalam hepar dan otot, sehingga menurunkan kadar glukosa
dalam darah. Nilai glukosa darah normal adalah 60-100 mg/Dl
dan glukosa serum, 70-110 mg/Dl.
a) Insulin
Insulin suntikan diperoleh dari pankreas babi dan
sapi ketika hewan-hewan ini disembelih. Insulin tidak
dapat diberikan per oral karena sekresi gastrointestinal
merusak susunan insulin. Insulin diberikan secara
subkutan, dengan sudut suntikan 45 sampai 90°, 15
sampai 30 menit sebelum makan. Insulin harus disimpan
pada tempat yang sejuk atau di dalam lemari es.
Konsentrasi insulin 40 atu 100 U/Ml (U40/Ml, U100/Ml)
dan insulin dikemas dalam vial berisi 10 ml. Spuit insulin
ditandai dalam unit sampai maksimum 100 U per 1 mL.
Ada tiga tipe insulin :
1) Insulin kerja singkat/ insulin regular (kristalin),
merupakan larutan bening tanpa tambahan bahan
untuk memperpanjang kerja insulin. Onset kerjanya
adalah 0,5 -1 jam, puncak kerja timbul dalam 2
sampai 4 jam, dan lama kerja 6-8 jam.
2) Insulin kerja sedang, awitan insulin kerja sedang
adalah 1-2 jam, puncak 6-12 jam, dan lama kerja 18-
24 jam.
3) Insulin kerja panjang, bekerja dalam 4-8 jam, puncak
14-20 jam, dan berakhir sampai 24-36 jam.
Tabel 2.5
Insulin dan Kerjanya
Puncak Lama
Insulin Deskripsi Mula Kerja
Kerja Kerja
Insulin Kerja Singkat
Regular Jernih, SC atau 0.5-1 jam 2-4 jam 6-8 jam
(Cristalin) IV
17

Humulin R Sama seperti


insulin Reguler
Semilante Keruh, Zinc 30-45 menit 4-6 jam 12-16 jam
dalam jumlah
sedikit, SC
Insulin Kerja Sedang
Lente Keruh, Zinc, SC, 1-2 jam 8-12 jam 18-28 jam
30% semilente,
70% ultralente
Humulin L Sama dengan
Lente
NPH Keruh, SC, 1-2 jam 6-12 jam 18-24 jam
Protamin
Humulin N Sama dengan
NPH
Insulin Kerja Panjang
PZI Keruh, SC, 4-8 jam 14-20 jam 24-36 jam
Protamin, Zinc
Ultralente Keruh, SC, 5-8 jam 14-20 jam 30-36 jam
Insulin Zinc tang
diberi tambahan

b) Obat Anti Diabetik Oral


1) Sulfonilurea
Kerja utama sulfonilurea adalah meningkatkan
sekresi insulin sehingga efektif hanya jika masih ada
aktivitas sel beta pankreas Sulfonilurea digunakan untuk
pasien yang tidak kelebihan berat badan, atau yang tidak
dapat menggunakan metformin. Sulfonilurea dapat
menyebabkan gangguan fungsi hati, yang mungkin
menyebabkan jaundice kolestatik, hepatitis dan kegagalan
fungsi hati meski jarang. Dapat terjadi reaksi
hipersensitifitas, biasanya pada minggu ke 6-8 terapi,
reaksi yang terjadi berupa alergi kulit yang jarang
berkembang menjadi eritema multiforme dan dermatitis
eksfoliatif, demam dan jaundice. Berikut ini adalah kriteria
pemakaian obat hioglikemia oral :
(a) Awitan DM pada usia 40 tahun
(b) Diagnosa DM kurang dari 5 tahun
(c) Berat badan normal atau kelebihan berat badan
18

(d) Gula darah puasa sama atau kurang dari 200 mg/dL
(e) Memerlukan insulin kurang daro 40 U / hari
(f) Fungsi ginjal dan hepar baik
Tabel 2.6
Obat Anti Diabetik Oral
Obat Lama Pertimbangan
Dosis
Kerja Penggunaan
Sulfonilurea generasi pertama
Kerja Singkat
Tolbutamid 0,5 - 1,5 mg / hari 6-12 jam Digunakan pada
dalam dosis diabetes melitus tipe 2.
terbagi 2- Diabsorbsi cepat melalui
3(maksimal 2 g) saluran
GI.
Kerja Sedang
Asetoheksa Oral : 0,25-1,5 10-24 jam Diabsorbsi cepat melalui
- mg/ hari dalam saluran GI.
mid dosis tunggal
atau terbagi 2
Tolazamid Oral 100-250 mg/ 12-24 jam Diabsorbsi lambat
hari tidak melalui
melebihi 1 gr saluran GI
Kerja Panjang
Klorpropami Oral , dosis awal sampai 60 Diabsorbsi baik melalui
d 100-250 mg/hr; jam saluran GI .
Rumatan : 100- Efek ADH kuat sehingga
500 mg /hari mengakibatkan retensi
dalam dosis air dan
tunggal atau elektrolit
terbagi 2. Dosis
Maksimal 750
mg/hari
Sulfonilurea generasi Kedua
Glibenklam- dosis awal 2,5 – 5 10-24 jam Diabsorbsi baik melalui
ida mg tiap hari, bila saluran GI. Mampu
perlu dinaikkan menstimuli insulin setiap
setiap minggu, pemasukan glukosa
sampai maksimal (makan). Resiko
setiap 2 hari 10 hipoglikemi lebih besar
mg.
Glipizid dosis awal 2,5 – 5 12-24 jam Diabsorbsi baik melalui
mg, 4 kali sehari saluran GI
atau 2 kali sehari
Rumatan : 5-25
mg / hari;,
maksimal 40
mg/hari
19

2) Biguanida
Metformin Hidrochlorida, satu-satunya golongan
biguanid yang tersedia, mempunyai mekanisme kerja
yang berbeda dengan sulfonilurea, keduanya tidak dapat
dipertukarkan. Efek utamanya adalah menurunkan
glukoneogenesis dan meningkatkan penggunaan glukosa
di jaringan. Karena kerjanya hanya bila ada insulin
endogen, maka hanya efektif bila masih ada fungsi
sebagian sel islet pankreas.
Metformin digunakan pada penderita diabetes
melitus tipe 2, terutama untuk pasien dengan berat badan
berlebih (overweight), apabila pengaturan diet dan
olahraga saja tidak dapat mengendalikan kadar gula
darah. Metformin dapat digunakan sebagai monoterapi
atau dalam kombinasi dengan obat antidiabetik lain atau
insulin (pasien dewasa), atau dengan insulin (pasien
remaja dan anak >10 tahun). Sedangkan kontraindikasi
nya adalah gangguan fungsi ginjal, ketoasidosis, hentikan
bila terjadi kondisi seperti hipoksia jaringan wanita hamil
dan menyusui.
Efek Samping dapat berupa anoreksia, mual,
muntah, diare (umumnya sementara), nyeri perut, rasa
logam, asidosis laktat (jarang, bila terjadi hentikan terapi),
penurunan penyerapan vitamin B12, eritema, pruritus,
urtikaria dan hepatitis. Dosis ditentukan secara individu
berdasarkan manfaat dan tolerabilitas. Dewasa & anak >
10 tahun: dosis awal 500 mg setelah sarapan untuk
sekurang-kurangnya 1 minggu, kemudian 500 mg setelah
sarapan dan makan malam untuk sekurang-kurangnya 1
minggu, kemudian 500 mg setelah sarapan, setelah
makan siang dan setelah makan malam. Dosis maksimum
2 g sehari dalam dosis terbagi.
20

3) Acarbose
Acarbose merupakan suatu penghambat enzim alfa
glukosidase yang terletak pada dinding usus. Enszim alfa
glukosidase adalah maltaseeeee. isomaltase,
glukomaltase dan sukrose, berfungsi untuk hidrolisis
oligosakarida, trisakarida dan disakarida pada dinding
usus halus.
Obat golongan ini bekerja di usus, menghambat
enzim di saluran cerna, sehingga pemecahan karbohidrat
menjadi glukosa atau pencernaan karbohidrat di usus
menjadi berkurang. Dengan demikian kadar glukosa darah
setelah makan tidak meningkat tajam. Sisa karbohidrat
yang tidak tercerna akan dimanfaatkan oleh bakteri di
usus besar, dan ini menyebabkan perut menjadi kembung,
sering buang angin, diare, dan sakit perut.Pemakaian obat
ini bisa dikombinasi dengan obat golongan sulfonilurea
atau insulin, tetapi bila terjadi efek hipoglikemia hanya
dapat diatasi dengan gula murni yaitu glukosa atau
dextrose. Gula pasir tidak bermanfaat.
Acarbose hanya mempengaruhi kadar gula darah
sewaktu makan dan tidak mempengaruhi setelah itu. Obat
ini tidak diberikan pada penderita dengan usia kurang dan
18 tahun, karena efek samping gangguan pencernaan
kronis, maupun wanita hamil dan menyusui. Acarbose
efektif pada pasien yang banyak makan karbohidrat dan
kadar gula darah puasa lebih dari 180 mg/dl.
4) Obat Hiperglikemia
Glukagon adalah senyawa hormone hiperglikemia
yang diseskresikan oleh sel alfa pulau Langerhans di
pancreas. Glukagon meningkatkan kadar gula darah
dengan merangsang glikogenolisis (pemecahan glikogen )
di hepar. Glukagon tersedia dalam bentuk suntikan (SC,
21

IM dan IV). Obat ini digunakan untuk mmengobati


hipoglikemia. Penderita DM yang cenderung mengalami
hipoglikemia harus menyimpan glucagon
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Farmakoterapi adalah cabang ilmu yang berhubungan dengan
penggunaan obat dalam pencegahan dan pengobatan penyakit.
Dalam farmakoterapi ini dipelajari aspek farmakokinetik dan
farmakodinamik suatu obat yang dimanfaatkan untuk mengobati
penyakit tertentu.
Sistem Endokrin adalah sistem yang terdiri dari kelenjar
endokrin buntu atau tanpa saluran yang tersebar pada bagian tubuh.
Kelenjar endokrin ini melaksanakan fungisnya dari dalam tubuh
dengan cara memproduksi hormon yang hasil sekresinya langsung
ke dalam darah tanpa melalui saluran. Sementara hormon
merupakan zat kimia hasil dari sekresi oleh suatu sel yang
mempengaruhi sel lainya. Hormon hasil sekresi dari kelenjar
endokrin ini pada umumnya berfungsi sebagai homeostasis atau
menyeimbangkan fungsi dari dalam tubuh. Banyak sekali yang
dipengaruhi oleh hormon hasil sekresi dari kelenjar endokrin , antara
lain adalah pertumbuhan dan perkembangan, reproduksi, fungsi
seksual, mood, ketahanan tubuh, pernafasan, suhu tubuh, detak
jantung dan metabolisme.
Farmakoterapi Pada Ganguan Sistem Endokrin, sebagai
pengganti hormone dan untuk menghambat sekresi hormone dari
kelenjar pituitary, Hormon Tiroid dan Anti tiroid, Hormon Paratiroid ,
Adrenal, Hormon Insulin, memiliki berbagai jenis Farmakoterapi/obat-
obatan, sehingga membutuhkan keahlian dan pengetahuan yang
mendalam tentang obat-obatan yang akan digunakan untuk
menghindari kejadian yang tidak diharapkan dalam pemberian obat-
obatan kepada penderita/pasien.

22
23

3.2 Saran
Mahasiswa/Mahasiswi perlu membaca dan mempelajari
kembali anatomi dan fisiologi endokrin. Pengetahuan tentang
hormone endokrin dan fungsinya untuk mempermudah mempelajari
obat-obat yang bekerja terhadap kelenjar endokrin.
24

DAFTAR PUSTAKA

Didin Wahyu Utomo, Suprapto, Nurul Hidayat (2017), Pemodelan Sistem


Pakar Diagnosis Penyakit pada Sistem Endokrin Manusia dengan
Metode Dempster-Shafer, Universitas Brawijaya.
Siti Lestari, MN (2016), Modul bahan ajar cetak keperawatan, Farmakologi
Dalam Keperawatan,Kementrian Kesehatan republik Indonesia, Pusat
Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan, Badan Pengembangan
dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai