Anda di halaman 1dari 7

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN ASMA

A. KONSEP MEDIS ASMA BRONKHIAL


2. Pengertian Asma Bronkhial
Asma adalah kondisi berulang dimana rangsangan tertentu mencetuskan
saluran pernafasan menyempit untuk sementara waktu sehingga membuat kesulitan
bernafas. Meskipun asma dapat terjadi pada semua usia, namun lebih sering terjadi
pada anak-anak, terutama sekali pada anak mulai usia 5 tahun. Beberapa anak
menderita asma sampai mereka usia dewasa; namun dapat disembuhkan.
Kebanyakan anak-anak pernah menderita asma. Para Dokter tidak yakin akan hal
ini, meskipun hal itu adalah teori. Lebih dari 6 % anak-anak terdiagnosa menderita
asma, 75 % meningkat pada akhir-akhir ini. Meningkat tajam sampai 40 % di antara
populasi anak di kota.
Beberapa orang ilmuan memberikan definisi tentang asma , antara lain :
Asma adalah suatu gangguan yang komplek dari bronkial yang dikarakteristikan oleh
periode bronkospasme (kontraksi spasme yang lama pada jalan nafas). (Polaski :
1996).

3. Etiologi
Asma adalah suatu obstruktif jalan nafas yang reversibel yang disebabkan oleh :
a. Kontraksi otot di sekitar bronkus sehingga terjadi penyempitan jalan nafas.
b. Pembengkakan membran bronkus.
c. Terisinya bronkus oleh mukus yang kental
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya
serangan asthma bronkhial.
a. Faktor predisposisi (genetik)
b. Faktor Presipitasi (Pencetus )

4. Patofisiologi
Asma ialah penyakit paru dengan cirri khas yakni saluran napas sangat mudah
bereaksi terhadap barbagai ransangan atau pencetus dengan manifestasi berupa
serangan asma. Kelainan yang didapatkan adalah: Otot bronkus akan mengkerut
( terjadi penyempitan) Selaput lendir bronkus udema Produksi lendir makin banyak,
lengket dan kental, sehingga ketiga hal tersebut menyebabkan saluran lubang
bronkus menjadi sempit dan anak akan batuk bahkan dapat sampai sesak napas.
Serangan tersebut dapat hilang sendiri atau hilang dengan pertolongan obat. Pada
stadium permulaan serangan terlihat mukosa pucat, terdapat edema dan sekresi
bertambah. Lumen bronkus menyempit akibat spasme. Terlihat kongesti embuluh
darah, infiltrasi sel eosinofil dalam secret didlam lumen saluran napas. Jika serangan
sering terjadi dan lama atau menahun akan terlihat deskuamasi (mengelupas) epitel,
penebalan membran hialin bosal, hyperplasia serat elastin, juga hyperplasia dan
hipertrofi otot bronkus. Pada serangan yang berat atau pada asma yang menahun
terdapat penyumbatan bronkus oleh mucus yang kental.
Pada asma yang timbul akibat reaksi imunologik, reaksi antigen – antibody
menyebabkan lepasnya mediator kimia yang dapat menimbulkan kelainan patologi
tadi.
5. Manifestasi klinis
Manifestasi Klinik pada pasien asthma adalah batuk, dyspne, dari wheezing. Dan
pada sebagian penderita disertai dengan rasa nyeri dada pada penderita yang
sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis, sedangkan waktu serangan
tampak penderita bernafas cepat, dalam, gelisah, duduk dengan tangan
menyanggah ke depan serta tampak otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan
keras. Ada beberapa tingkatan penderita asma yaitu :
a. Tingkat I :
Secara klinis normal tanpa kelainan pemeriksaan fisik dan fungsi paru. Timbul
bila ada faktor pencetus baik di dapat alamiah maupun dengan test provokasi
bronkial di laboratorium.
b. Tingkat II :
Tanpa keluhan dan kelainan pemeriksaan fisik tapi fungsi paru menunjukkan
adanya tanda-tanda obstruksi jalan nafas. Banyak dijumpai pada klien setelah
sembuh serangan.
c. Tingkat III :
Tanpa keluhan.Pemeriksaan fisik dan fungsi paru menunjukkan adanya obstruksi
jalan nafas.Penderita sudah sembuh dan bila obat tidak diteruskan mudah
diserang kembali.
d. Tingkat IV :
Klien mengeluh batuk, sesak nafas dan nafas berbunyi wheezing. Pemeriksaan
fisik dan fungsi paru didapat tanda-tanda obstruksi jalan nafas.
e. Tingkat V :
Status asmatikus yaitu suatu keadaan darurat medis berupa serangan asma akut
yang berat bersifat refrator sementara terhadap pengobatan yang lazim dipakai.
Asma pada dasarnya merupakan penyakit obstruksi jalan nafas yang reversibel.

6. Penatalaksanaan medis
Prinsip umum dalam pengobatan pada asma bronhiale :
a. Menghilangkan obstruksi jalan nafas
b. Mengenal dan menghindari faktor yang dapat menimbulkan serangan asma.
c. Memberi penerangan kepada penderita atau keluarga dalam cara pengobatan
maupun penjelasan penyakit.
Penatalaksanaan asma dapat dibagi atas :
a. Pengobatan dengan obat-obatan
Seperti :
1) Beta agonist (beta adrenergik agent)
2) Methylxanlines (enphy bronkodilator)
3) Anti kolinergik (bronkodilator)
4) Kortikosteroid
5) Mast cell inhibitor (lewat inhalasi)
b. Tindakan yang spesifik tergantung dari penyakitnya, misalnya :
1) Oksigen 4-6 liter/menit.
2) Agonis B2 (salbutamol 5 mg atau veneteror 2,5 mg atau terbutalin 10 mg)
inhalasi nabulezer dan pemberiannya dapat di ulang setiap 30 menit-1 jam.
Pemberian agonis B2 mg atau terbutalin 0,25 mg dalam larutan dextrose 5%
diberikan perlahan.
3) Aminofilin bolus IV 5-6 mg/kg BB, jika sudah menggunakan obat ini dalam 12
jam.
4) Kortikosteroid hidrokortison 100-200 mg itu jika tidak ada respon segera atau
klien sedang menggunakan steroid oral atau dalam serangan sangat berat.

7. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan asma adalah mengancam pada
gangguan keseimbanga asam basa dan gagal nafas, pneumonia, bronkhiolitis,
chronic persistent bronchitis, emphysema.

8. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan radiologi
2) Pemeriksaan tes kulit
3) Scanning paru
4) Spirometer

1. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian Sekunder Asma
a.     Anamnesis
Anamnesis pada penderita asma sangat penting, berguna untuk mengumpulkan
berbagai informasi yang diperlukan untuk menyusun strategi pengobatan. Gejala
asma sangat bervariasi baik antar individu maupun pada diri individu itu sendiri
(pada saat berbeda), dari tidak ada gejala sama sekali sampai kepada sesak
yang hebat yang disertai gangguan kesadaran.
Keluhan dan gejala tergantung berat ringannya pada waktu serangan. Pada
serangan asma bronkial yang ringan dan tanpa adanya komplikasi, keluhan dan
gejala tak ada yang khas. Keluhan yang paling umum ialah : Napas berbunyi,
Sesak, Batuk, yang timbul secara tiba-tiba dan dapat hilang segera dengan
spontan atau dengan pengobatan, meskipun ada yang berlangsung terus untuk
waktu yang lama.
b.     Pemeriksaan Fisik
Berguna selain untuk menemukan tanda-tanda fisik yang mendukung diagnosis
asma dan menyingkirkan kemungkinan penyakit lain, juga berguna untuk
mengetahui penyakit yang mungkin menyertai asma, meliputi pemeriksaan :
1)    Status kesehatan umum.
2)    Integumen
3)     Thorak
c.     Sistem pernafasan
d.     Sistem kardiovaskuler
No Diagnosa Kepetawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi

1. Ketidakefektifan pola nafas b.d Setelah dilakukan asuhan


keletihan otot pernafasan dan keperawatan selama 3x24 1.Penghisapan lendir
deformitas dinding dada jam diharapkan pasien dapat pada jalan nafas
Definisi : inspirasi dan/ atau ekspirasi bernafas dengan normal dgn 2.Pengurangan kecemasan
yang memberi ventilasi adekuat Kriteria Hasil: dengan Health Education
Batasan karakteristik : 1. Mendemontrasikan batuk 3. Manajemen bantuan
1.Perubahankedalaman pernafasan efektif dan suara nafas yang dengan pemasangan alat
2. Penurunan tekanan ekspirasi bersih, tidak ada sianosis dan jalan nafas buatan
3. Penurunan ventilasi semenit dyspneu (mampu 4. Terapi oksigen
4. Penurunan kapasitas vital mengeluarkan sputum, 5. Monitoring pernafasan
5. Pernafasan cuping hidung mampu bernafas dengan 6. Monitoring tanda-tanda
mudah, tidak ada pursed lips) vital
Faktor yang berhu-bungan : 2. Menunjukkan jalan nafas 7. Manajemen batuk
1. Ansietas yang paten (klien tidak 8.Manajemen adanya
2. Posisi tubuh merasa tercekik, irama nafas, nyeri dada
3. Keletihan frekuensi pernafasan dalam 9.Kolaborasi bronkodilator
4. Hiperventilasi rentang normal, tidak ada
5. Obesitas suara nafas abnormal)
3. Tanda-tanda vital dalam
rentang normal (tekanan
darah, nadi, pernafasan)
DAFTAR PUSTAKA

Almazini, P. 2012. Bronchial Thermoplasty Pilihan Terapi Baru untuk Asma Berat. Jakrta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi 6. Jakarta:
EGC

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.

GINA (Global Initiative for Asthma) 2006.; Pocket Guide for Asthma Management and
Prevension In Children. www. Dimuat dalam www.Ginaasthma.org

Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River

Linda Jual Carpenito, 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 . Jakarta: EGC

Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius

Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition.
New Jersey: Upper Saddle River

Purnomo. 2008. Faktor Faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Asma Bronkial
Pada Anak. Semarang: Universitas Diponegoro

Anda mungkin juga menyukai