Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

INSIASI MENYUSUI DINI (IMD)

DOSEN :
DISUSUN OLEH :

1. AKHSIN MUZADI 11409719006


2. ANITA DEWI 11409719009
3. DWI PUAT SUGEMA 11409719014
4. HAIRUNISA 11409719017
5. MISLIYANTI 11409719023
6. M. NOOR HARDIANSYA 11409719026
7. RANGGA BAYU D 11409719031
8. TAUFIK HIDAYAT 11409719034
9. YOLANDA 11409719039

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM VI/TANJUNGPURA
BANJARMASIN
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
serta kasih sayang dan karunia-Nya yang telah diberikan kepada seluruh
ciptaan-Nya, shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi besar
Muhammad SAW. Alhamdulillah berkat kemudahan yang diberikan Allah
SWT, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “INSIASI MENYUSUI
DINI (IMD)”
Adapun tujuan dari Penyusunan makalah ini adalah sebagai salah satu
tugas mata kuliah Maternitas. Dalam Penyusunan makalah ini. kami
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami pada khususnya,
dan bagi para pembaca pada umumnya, amin . Kami sebagai penyusun
sangat menyadari bahwa dalam Penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang ditujukan untuk membangun.

Banjarmasin, Maret 2021

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Inisiasi menyusui dini (early intitasion) atau permulaan menyusui


dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setalah lahir. Jadi
sebenarnya bayi mempunyai kemampuan untuk menyusu sendiri,
asalkan dibiarkan kontak kulit bayi dengan kulit ibunya, setidaknya
selama satu jam segera setelah lahir. Cara bayi melakukan inisiasi
menyusu dini dinamakan the breast crawl atau merangkak mencari
payudara ( Utami, 2008: 3). Banyak dari ibu yang baru melahirkan
bayinya tidak mau menyusui pada satu jam pertama. Sedangkan inisiasi
menyusu dini besar manfaatnya terhadap keberhasilan menyusui. Inisiasi
menyusu dalam jam pertama paska lahir menurunkan 22% resiko
kematian bayi-bayi usia 0-28 hari, Sebaliknya penundaan inisiasi
meningkatkan resiko kematian, Bahkan inisiasi menyusu yang terlambat
(setelah hari pertama) meningkatkan resiko kematian hingga 2,4 kali
(Nurheti, 2009: 25). Menurut penelitian yang dilakukan Nuryanti, dkk di
Sulawesi Selatan (2013: 86) di Indonesia pelaksanaan IMD masih sangat
rendah. Berdasarkan data Depkes RI (2004), proporsi praktek IMD 30
menit setelah persalinan hanya 8,3%, sedangkan untuk pemberian ASI
satu jam kelahiran hanya sebesar 29,3%. Di Sulawesi Selatan pemberian
ASI <1 jam kelahiran mencapai 30,1%. Hal ini di karenakan persepsi
negative ibu terhadap pentingnya melakukan IMD pada bayi masih tinggi.
Dalam pelaksanaan IMD dibutuhkan persepsi yang positif dari seorang
ibu. Sedangkan persepsi itu sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya faktor internal meliputi umur, pendidikan, dan pekerjaan
(Nursalam dan Parianti, 2005: 15), serta faktor eksternal meliputi
lingkungan, informasi dan pengalaman (Notoatmodjo, 2005: 46). Persepsi
itu sendiri adalah sebagai tanggapan langsung dari suatu persepsi
merupakan proses seorang mengetahui beberapa hal melalui panca indra
(Sugiartono, 2007: 58). Sedangkan persepsi ibu hamil trimester III dalam
pelaksanaan IMD sampai saat ini masih belum jelas.

World Heatlh Organization (WHO) menyebutkan tingkat Inisiasi


Menyusu Dini di dunia pada tahun 2010 hanya sebesar 43% dari angka
kelahiran bayi. Di Asia tingkat Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah sebesar
38%, Khususnya Asia Tenggara sebesar 27%-29% dari bayi yang lahir
(Flavia, 2010). Pada tahun 2009, SDKI menyebutkan bahwa pelaksanaan
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Indonesia hanya sebesar 40,21% dari total
angka kelahiran bayi. Untuk Provinsi Jawa Timur pada tahun 2010
pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) sebesar 21% dari angka
kelahiran bayi, dan khususnya di Kabupaten Ponorogo menunjukkan
angka yang terkecil yakni sebesar 19% (Dinkes ponorogo, 2012).
Dari hasil Studi Pendahuluan dengan wawancara yang dilakukan
di BPM Siti Saudah tanggal 25 – 28 November 2013 pada 10 responden
didapatkan data bahwa dari 10 ibu hamil trimester III terdapat 6 (60%) ibu
hamil yang belum mengetahui tentang inisiasi menyusui dini dikarenakan
kurangnya sosialisasi dan penyuluhan IMD itu sendiri. Sedangkan 4
(40%) ibu hamil sudah mengetahui tentang IMD dari buku dan informasi
dari nakes. Banyak dari mereka yang masih belum mengerti dan manfaat
pada IMD.
Kurangnya persepsi ibu tentang IMD ini disebabkan karena
berbagai hal di antaranya karena program IMD masih tergolong baru di
Indonesia menurut (Utami, 2008:73). Kurangnya pengetahuan ibu untuk
melakukan IMD sehingga penerapan inisiasi menyusu dini belum optimal.
Selain itu dampak jika bayi tidak di beri ASI sejak dini akan berakibat
menurunkan keberhasilan ASI eksklusif, kemungkin kematian bayi akan
meningkat, dan menurunkan daya tahan tubuh bayi. Salah satu manfaat
inisiasi menyusu dini bagi ibu adalah ketika bayi diletakkan di dada
berada tepat di atas rahim, hal itu membantu menekan plasenta dan
mengecilkan rahim ibu dengan begitu mencegah banyaknya pendarahan
saat proses persalinan (Utami, 2008: 23).
Kegiatan pembekalan yang baik tentang IMD dibutuhkan untuk
meningkatkan persepsi ibu hamil terhadap pentingnya IMD (Nuryanti,
2013: 89). Dengan diadakanya kegiatan sosialisasi diharapkan ibu hamil
memiliki persepsi yang baik terhadap IMD sehingga ibu yang baru
melahirkan mau melaksanakan proses IMD dan angka kematian bayi
dapat ditekan serta akan tercapai sumber daya Indonesia yang
berkualitas.
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk
meneliti tentang “Persepsi Ibu Hamil Trimester III terhadap Inisiasi
Menyusu Dini”.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Inisiasi menyusui dini?
2. Apa prinsip Inisiasi menyusui dini?
3. Apa manfaat dari Inisiasi menyusui dini?
4. Apa saja persiapan untuk melakukan Inisiasi menyusui dini?
5. Bagaimana tatalaksana Inisiasi menyusui dini?
6. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan IMD dan
faktor-faktor yang menghambat IMD?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Inisiasi menyusui dini
2. Untuk mengetahui prinsip Inisiasi menyusui dini
3. Untuk mengetahui manfaat dari Inisiasi menyusui dini
4. Untuk mengetahui persiapan untuk melakukan Inisiasi menyusui dini
5. Untuk mengetahui tatalaksana Inisiasi menyusui dini
6. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan IMD
dan faktor-faktor yang menghambat IMD

D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Organisasi Kesehatan Dunia dan pedoman Nasional bayi dan
balita merekomendasikan praktek pemberian ASI eksklusif pada bayi
selama 6 bulan pertama setelah kelahiran mereka. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk memperkirakan prevalensi inisiasi dini dan
ASI eksklusif (Jennifer HG , Muthukumar K. 2012).
2. Manfaat praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan berguna bagi masyarakat


sebagai masukan yang berharga dalam peningkatkan persepsi ibu hamil
terhadap inisiasi menyusu dini. Dan juga menambah wawasan bagi
peneliti mengenai persepsi inisiasi menyusu dini pada ibu hamil dan
bahan kajian untuk kegiatan penelitian selanjutnya. Serta dapat
dijadikan sebagai bahan screenin
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Inisiasi Menyusui Dini( IMD) adalah permulaan kegiatan menyusu


dalam satu jam pertama setelah bayi lahir. Inisiasi dini juga bisa diartikan
sebagai cara bayi menyusu satu jam pertama setelah lahir dengan usaha
sendiri dengan kata lain menyusu bukan disusui. Cara bayi melakukan
inisiasi menyusui dini ini dinamakan The Breast Crawl atau merangkak
mencari payudara (Maryunani, 2012).

Inisiasi Menyusui Dini adalah proses membiarkan bayi dengan


nalurinya sendiri dapat menyusu segera dalam satu jam pertama setelah
lahir, bersamaan dengan kontak kulit antara bayi dengan kulit ibunya,
bayi dibiarkan setidaknya selama satu jam di dada ibu, sampai bayi
menyusu sendiri (Depkes, 2008).

Inisiasi Menyusui Dini dalam istilah asing sering di sebut early


inisiation breastfreeding adalah memberi kesempatan pada bayi baru lahir
untuk menyusu sendiri pada ibu dalam satu jam pertama kelahirannya.
Ketika bayi sehat di letakkan di atas perut atau dada ibu segera
setelah lahir dan terjadi kontak kulit (skin to skin contac) merupakan
pertunjukan yang menakjubkan, bayi akan bereaksi oleh karena
rangsangan sentuhan ibu, dia akan bergerak di atas perut ibu dan
menjangkau payudara. (Roesli, 2008)

Inisiasi Menyusui Dinidisebut sebagai tahap ke empat persalinan


yaitu tepat setelah persalinan sampai satu jam setelah persalinan,
meletakkan bayi baru lahir dengan posisi tengkurap setelah dikeringkan
tubuhnya namun belum dibersihkan, tidak dibungkus di dada ibunya
segera setelah persalinan dan memastikan bayi mendapat kontak kulit
dengan ibunya, menemukan puting susu dan mendapatkan kolostrom
atau ASI yang pertama kali keluar (Roesli, 2008)
Inisiasi Menyusui Dini adalah proses menyusu bukan menyusui
yang merupakan gambaran bahwa inisiasi menyusu dini bukan
program ibu menyusui bayi tetapi bayi yang harus aktif sendiri
menemukan putting susu ibu. Setelah lahir bayi belum menujukkan
kesiapannya untuk menyusu Reflek menghisap bayi timbul setelah 20-30
menit setelah lahir.Bayi menunjukan kesiapan untuk menyusu 30-40
menit setelah lahir (Roesli, 2008).

Kesimpulan dari berbagai pengertian di atas, IMD adalah suatu


rangkaian kegiatan dimana bayi segera setelah lahir yang sudah
terpotong tali pusatnya secara naluri melakukan aktivitas-aktivitas yang
diakhiri dengan menemukan puting susu ibu kemudian menyusu pada
satu jam pertama kelahiran

B. Prinsip Inisiasi Menyusui Dini (IMD)


Inisiasi Menyusui Dini adalah proses membiarkan bayi dengan
nalurinya sendiri dapat menyusu segera dalam satu jam pertama setelah
lahir, bersamaan dengan kontak kulit antara bayi dengan kulit ibu bayi
dibiarkan setidaknya selama satu jam di dada ibu, sampai dia menyusu
sendiri. (Depkes, 2014)
Prinsip dasar IMD adalah tanpa harus dibersihkan dulu, bayi
diletakkan di dada ibunya dengan posisi tengkurap dimana telinga
dan tangan bayi berada dalam satu garis sehingga terjadi kontak
kulit dan secara alami bayi mencari payudara ibu dan mulai menyusu.
(Rosita, 2008) Kesimpulan dari pendapat di atas, prinsip IMD adalah
cukup mengeringkan tubuh bayi yang baru lahir dengan kain atau
handuk tanpa harus memandikan, tidak membungkus (bedong)
kemudian meletakkannya ke dada ibu dalam keadaan tengkurap
sehingga ada kontak kulit dengan ibu, selanjutnya beri kesempatan bayi
untuk menyusu sendiri pada ibu pada satu jam pertama kelahiran.

C. Manfaat Inisiasi Menyusui Dini

Menurut Roesli (2008), menyampaikan bahwa IMD bermanfaat


bagi ibu dan bayi baik secara fisiologis maupun psikologis, yaitu sebagai
berikut:
1. Ibu

Sentuhan dan hisapan payudara ibu mendorong keluarnya


oksitoksin.Oksitoksin menyebabkan kontraksi pada uterus sehingga
membantu keluarnya plasenta dan mencegah perdarahan.Oksitoksin
juga menstimulasi hormon-hormon lain yang menyebabkan ibu
merasa aman dan nyaman, sehingga ASI keluar dengan lancar.

2. Bayi

Bersentuhan dengan ibu memberikan kehangatan, ketenangan


sehingga napas dan denyut jantung bayi menjadi teratur.Bayi
memperoleh kolostrom yang mengandung antibodi dan merupakan
imunisasi pertama. Di samping itu, kolostrom juga mengandung faktor
pertumbuhan yang membantu usus bayi berfungsi secara efektif,
sehingga mikroorganisme dan penyebab alergi lain lebih sulit masuk
ke dalam tubuh bayi.
3. Manfaat secara Psikologis :
a) Adanya Ikatan Emosi (Emotional Bonding) :
 Hubungan ibu-bayi lebih erat dan penuh kasih sayang.
 Ibu merasa lebih bahagia.
 Bayi lebih jarang menangis.
 Ibu berperilaku lebih peka (affectionately).
 Lebih jarang menyiksa bayi (child abused).

b) Perkembangan : anak menunjukkan uji kepintaran


yang lebih baik di kemudian hari.

D. Persiapan Melakukan Inisiasi Menyusui Dini

Roesli( 2008) menjabarkan, berikut ini persiapan yang harus


dilakukan sebelumpelaksanakanIMD di RS :

1. Pertemuan pimpinan Rumah Sakit, dokter kebidanan, dokter anak,


dokter anastesi, bidan, tenaga kesehatan yang bertugas di kamar
bersalin, kamar operasi, kamar perawatan ibu melahirkan untuk
mensosialisasikan Rumah Sakit Sayang Bayi.
2. Melatih tenaga kesehatan terkait yang menolong, mendukung ibu
menyusui, termasuk menolong IMD yang benar.

3. Setidaknya antenatal (ibu hamil), dua kali pertemuan tenaga


kesehatan bersama orang tua, membahas keuntungan ASI dan
menyusui, tatalaksana menyusui yang benar, IMD termasuk inisiasi
dini pada kelahiran dengan obat –obatan atau tindakan.

4. Di Rumah Sakit Sayang Ibu, IMD termasuk langkah ke-4 dari 10


langkah keberhasilan menyusui.

E. TatalaksanaInisiasi Menyusui Dini


Secara umum menurut Maryunani(2012), tatalaksana IMD adalah
sebagai berikut:
1. Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat persalinan.
2. Disarankan untuk tidak atau mengurangi penggunaan obat kimiawi
saat persalinan. Dapat diganti dengan cara non kimiawi misalnya,
pijat,aroma terapi,gerakan atau hypnobirthing.
3. Biarkan ibu menentukan cara melahirkan yang diinginkan misalnya
melahirkan tidak normal di dalam air atau dengan jongkok.
4. Seluruh badan dan kepala bayi dikeringkan secepatnya,kecuali kedua
tangannya. Lemak putih (vernix) yang menyamankan kulit bayi
sebaiknya dibiarkan.
5. Bayi ditengkurapkan didada atau perut ibu. Biarkan kulit bayi melekat
dengan kulit ibu. Posisi kontak kulit dengan kulit ini dipertahankan
minimum satu jam atau setelah menyusuawal selesai. Keduanya
diselimuti jika perlu gunakan topi bayi
6. Bayi dibiarkan mencari putting susu ibu, ibu dapat merangsang bayi
dengan sentuhan lembut, tetapi tidak memaksakan bayi ke puting
susu
7. Ayah didukung agar membantu ibu untuk mengenali tanda-tanda atau
perilaku bayi sebelum menyusu. Hal ini dapat berlangsung beberapa
menit atau satu jam, dukungan ayah akan meningkatkan rasa percaya
diri ibu. Jika bayi belum menemukan puting payudara ibunya dalam
waktu satu jam, biarkan kulit bayi tetap bersentuhan dengan kulit
ibunya sampai berhasil menyusu pertama.
8. Dianjurkan memberikan kesempatan kontak kulit dengan kulit pada
ibu yang melahirkan dengan tindakan
9. Bayi dipisahkan dari ibu untuk ditimbang,diukur dan dicap setelah
satu jam
10. Rawat gabung ibu dan bayi dalam satu kamar selama 24 jam.
Menurut Depkes (2009), dalam buku pedoman
pelaksanaan program rumah sakit sayang ibu dan anak,
tatalaksana IMD yaitu:

1. Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat


persalinan.
2. Disarankan untuk tidak atau mengurangi penggunaan
obat kimiawi saat persalinan. Dapat diganti dengan cara
non kimiawi, misalnya pijat, aroma therapy atau
gerakan.
3. Biarkan ibu menentukan cara melahirkan yang
diinginkan, misalnya melahirkan normal, didalam air atau
dengan jongkok.
4. Keringkan bayi secepatnya, kecuali kedua tangannya.
Pertahankan lemak putih alami (vernix) yang melindungi
kulit barru bayi.
5. Bayi di tengkurapkan didada atau perut ibu. Biarkan kulit
bayi melekat dengan kulit ibu. Posisi kontak kulit dengan
kulit ini dipertahankan minimum satu jam atau setelah
menyusu awal selesai. Keduanya diselimuti, jika perlu
gunakan topi bayi.
6. Biarkan bayi mencari puting susu ibu. Ibu dapat
merangsang bayi dengan sentuhan lembut, tetapi tidak
memaksakan bayi ke puting susu.
7. Ayah didukung agar membantu ibu untuk mengenali
tanda-tanda atau perilaku bayi sebelum menyusu
8. Dianjurkan untuk memberikan kesempatan kontak kulit
pada ibu yang melahirkan dengan tindakan, misalnya
operasi sectio caesarea.
9. Bayi dipisahkan dari ibu untuk ditimbang, diukur dan
dicap setelah satu jam atau menyusu awal selesai.
Prosedur yang invasif misalnya suntikan vitamin K dan
tetesan mata bayi dapat ditunda.
10. Rawat gabung-ibu dan bayi dirawat satu kamar selama
24 jam, bayi tetap tidak dipisahkan dan bayi selalu
dalam jangkauan ibu. Pemberian minuman prelaktal
(cairan yang diberikan sebelum ASI keluar) dihindarkan.
Depkes (2009) juga menjelaskan tatalaksana IMD
pada persalinan sectiocaesarea, yaitu :
1. Tenaga dan pelayanan kesehatan yang suportif.
2. Jika mungkin, diusahakan suhu ruangan 20°-25° C.
Disediakan selimut untuk menutupi punggung bayi untuk
mengurangi hilangnya panas dari kepala bayi.
3. Usahakan pembiusan ibu bukan pembiusan umum tetapi
epidural.
4. Tatalaksana selanjutnya sama dengan tatalaksana
umum diatas.
5. Jika inisiasi dini belum terjadi dikamar bersalin, kamar
operasi, atau bayi harus dipindah sebelum satu jam
maka bayi tetap diletakan didada ibu ketika dipindahkan
ke kamar perawatan atau pemulihan. Menyusu dini
dilanjutkan di kamar perawatan ibu atau kamar pulih.
F. Inisiasi Menyusui Dini yang kurang tepat
Pada umumnya praktik IMD yang kurang tepat menurut Roesli
(2008), adalah sebagai berikut :
1. Begitu lahir, bayi diletakkan di perut ibu yang sudah
dialasi kain kering
2. Bayi segera dikeringkan dengan kain kering, tali pusat
dipotong, lalu diikat
3. Karena takut kedinginan, bayi dibedong dengan selimut
bayi
4. Dalam keadaan dibedong, bayi diletakkan didada ibu
(tidak terjadi kontak dengan kulit ibu). Bayi dibiarkan di
dada ibu (bonding) untuk beberapa lama (10 – 15 menit)
atau sampai tenaga kesehatan selesai menjahit
perineum.
5. Selanjutnya diangkat, dan disusukan pada ibu dengan
cara memasukkan puting susu ibu ke mulut bayi.
6. Setelah itu, bayi dibawa ke kamar transisi atau kamar
pemulihan (recovery room) untuk ditimbang, diukur,
dicap, diazankan oleh ayah, diberi suntikan vitamin K,
dan kadang diberi tetes mata.
G. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan IMD
Roesli (2008) menjelaskan, ada beberapa faktor yang mendukung
pelaksanaan IMD diantaranya:
1. Kesiapan fisik dan psikologis ibu
Fisik dan psikologi ibu harus sudah dipersiapkan dari awal
kehamilannya, konseling dalam pemberian informasi mengenai IMD
bisa diberikan selama pemeriksaan kehamilan. Pemeliharaan puting
payudara dan cara massase payudara juga perlu di ajarkan agar ibu
lebih siap menghadapi persalinan dan dapat langsung memberikan
ASI pada bayinya, rasa cemas, tidak nyaman dan nyeri selama
proses persalinan sangat mempengaruhi ibu untuk menyusui
bayinya untuk itu perlu adanya konseling.
2. Tenaga atau pelayan kesehatan
Untuk keberhasilan pelaksanaan IMD, konsultasi dengan
dokter ahli kandungan di perlukan untuk membantu proses IMD.
Memilih BPS/RS atau fasilitas pelayanan kesehatan yang mendukung
pemberian ASI.
3. Bayi akan kedinginan
Bayi berada dalam suhu yang aman jika melakukan kontak kulit
dengan sang ibu. Suhu payudara ibu akan meningkat 0,5 derajat
dalam dua menit jika bayi diletakkan di dada ibu. Berdasarkan
hasil penelitian Dr. Niels Bergman (2005) ditemukan bahwa suhu
dada ibu yang melahirkan menjadi 1°C lebih panas dari suhu dada ibu
yang tidak melahirkan. Jika bayi yang diletakkan didada ibu ini
kepanasan, suhu dada ibu akan turun 1°C. Jika bayi kedinginan, suhu
dada ibu akan meningkat 2°C untuk menghangatkan bayi. Jadi dada
ibu merupakan tempat yang terbaik bagi bayi yang baru lahir
dibandingkan tempat tidur yang canggih dan mahal.
4. Ibu kelelahan
Memeluk bayinya segera setelah lahir membuat ibu merasa
senang dan keluarnya oksitosin saat kontak kulit ke kulit serta saat
bayi menyusu dini membantu menenangkan ibu.
5. Kurang dukungan suami dan keluarga
Penolongpersalinan dapat melanjutkan tugasnya.Bayi yang
masih di dada ibu dapat menemukan sendiri payudara ibu.Libatkan
ayah atau keluarga terdekat untuk menjaga bayi sambil memberi
dukungan pada ibu.
6. Kamar bersalin atau kamar operasi sibuk.
Ibu dapat dipindahkan ke ruang pulih atau kamar perawatan
dengan bayi masih di dada ibu, berikan kesempatan pada bayi untuk
meneruskan usahanya mencapai payudara dan menyusu dini.
7. Ibu harus di jahit.
Kegiatan merangkak mencari payudara terjadi di area payudara
dan lokasi yang dijahit adalah bagian bawah ibu.
8. Bayi harus segera dibersihkan, dimandikan, ditimbang, dan diukur.
Menunda memandikan bayi berarti menghindarkan hilangnya panas
badan bayi. Selain itu, kesempatan vernix meresap, melunakkan, dan
melindungi kulit bayi lebih besar. Bayi dapat dikeringkan segera
setelah lahir. Penimbangan dan pengukuran dapat ditunda sampai
menyusu awal selesai.
9. Bayi kurang siaga. Pada 1-2 jam pertama kelahirannya, bayi sangat
siaga. Setelah itu, bayi tidur dalam waktu yang lama. Jika bayi
mengantuk akibat obat yang diasup oleh ibu, kontak kulit akan lebih
penting lagi karena bayi memerlukan bantuan lebih untuk bonding.
10. Kolostrom tidak keluar atau jumlah kolostrom tidak memadai
sehingga diperlukan cairan lain. Kolostrom cukup dijadikan makanan
pertama bayi baru lahir. Bayi dilahirkan .dengan membawa bekal air
dan gula yang dapat dipakai pada saat itu.
11. Kolostrom tidak baik, bahkan berbahaya untuk bayi. Kolostrom sangat
diperlukan untuk tumbuh-kembang bayi. Selain sebagai imunisasi
pertama dan mengurangi kuning pada bayi baru lahir, kolostrom
melindungi dan mematangkan dinding usus yang masih muda.
H. Faktor-faktor yang menghambat IMD
Maryunani (2012) menjelaskan, ada faktor-faktor yang dapat
menghambat IMD baik pada persalinan normal maupun pada persalinan
sectio caesarea.
1. Faktor-faktor yang menghambat IMD pada persalinan normal, yaitu :

a) Pada persalinan normal, diharapkan agar setiap ibu


dapat mencapai keberhasilan, mampu
melaksanakan program IMD tidak lebih dari satu jam.

b) Namun pada kenyataannya, ada beberapa ibu yang


mengeluhkan beberapa hal yang dapat menghambat
keberhasilan IMD.

c) Beberapa hal yang dapat menghambat keberhasilan


program IMD pada pasien dengan persalinan normal
tersebut, antara lain :
 Kondisi ibu yang masih lemah (bagi ibu post-
partum normal, dalam kondisi kelemahan ini, ibu
tidak mampu untuk melakukan program IMD).
 Ibu lebih cenderung suka untuk beristirahat saja
dari pada harus kesulitan membantu
membimbing anaknya untuk berhasil melakukan
program IMD.
2. Faktor-faktor yang menghambat IMD pada persalinan sectio
caesarea, yaitu :

a) Rooming-in (Rawat Gabung).

b) Kondisi sayatan di perut ibu. Pada pasien caesar, dimana terdapat


sayatan di perut, ibu cenderung masih mengeluhkan sakit pada
daerah sayatan dan jahitan di perut, sehingga ibu memilih untuk
istirahat, dahulu, dan memulihkan kondisinya yang lemas sebelum
memberikan IMD pada bayinya. Oleh karena itu, maka pada
pasien dengan persalinan caesar, ibu baru bisa berhasil
memberikan ASI pertamanya kepada bayi setelah lebih dari satu
jam pasca melahirkan.

c) Kondisi kelemahan akibat pengaruh anestesi yang diberikan


sebelumnya.
I. Kebijakan The World Alliance for Breastfeeding Action
(WABA) tentang IMD.
Inisiasi Menyusui Dini dalam satu jam setelah
kelahiran merupakan tahap penting untuk mengurangi
kematian bayi dan mengurangi banyak kematian neonatal.
Menyelamatkan 1 juta bayi dimulai dengan satu tindakan,
satu pesan dan satu dukungan yaitu dimulai IMD dalam satu
jam pertama kelahiran.
Word Health Organization (WHO) merekomendasikan
bahwa, IMD dalam satu jam pertama kelahiran, menyusu
secara eksklusif selama 6 bulan diteruskan dengan
makanan pendamping ASI sampai usia 2 tahun. Konferensi
tentang hak anak mengakui bahwa setiap anak berhak
untuk hidup dan bertahan untuk melangsungkan hidup dan
berkembang setelah persalinan.Wanita mempunyai hak
untuk mengetahui dan menerima dukungan yang diperlukan
untuk melakukan IMD yang sesuai.
The World Alliance for Breastfeeding Action (WABA)
mengeluarkan beberapa kebijakan tentang IMD dalam
Pekan ASI sedunia (World Breastfeeding Week) :
1. Menggerakan dunia untuk menyelamatkan 1 juta bayi
dimulai dengan satu tindakan sederhana yaitu beri
kesempatan pada bayi untuk melakukan IMD dalam satu
jam pertama kehidupannya.
2. Menganjurkan segera terjadi kontak kulit antara ibu dan
bayi dan berlanjut dengan menyusui untuk 6 bulan
secara eksklusif.
3. Mendorong Menteri Kesehatan atau orang yang
mempunyai kebijakan untuk menyatukan pendapat
bahwa IMD dalam satu jam pertama adalah indikator
penting untuk pencegahan kesehatan.
4. Memastikan keluarga mengetahui pentingnya satu jam
pertama untuk bayi dan memastikan mereka melakukan
pada bayi mereka kesempatan yang baik ini.
5. Memberikan dukungan perubahan baru dan peningkatan
kembali Rumah Sakit Sayang Bayi dengan memberi
perhatian dalam penggabungan dan perluasan tentang
IMD.
J. Tahapan Perilaku Bayi Dalam IMD
Menurut Roeli (2008) menyampaikan, semua bayi dalam proses
IMD akan melalui lima tahapan perilaku (free- feeding behavior)sebelum
ia berhasil menyusui. Tahapan tersebut adalah sebagai berikut :
1. 30 menit pertama
Dalam 30 menit pertama merupakan stadium istirahat/diam
dalam keadaan siaga (rest/quite alert stage).Bayi diam tidak bergerak
dan sesekali mata terbuka lebar melihatibunya.Masa tenang yang
istimewa ini merupakan penyesuaian peralihan dari keadaan dalam
kandungan ke keadaan di luar kandungan.Bounding( hubungan kasih
sayang) merupakan dasar pertumbuhan bayi dalam suasana aman.
2. 30 –40 menit
Pada masa ini, bayi mengeluarkan suara, gerakan mulut
seperti mau minum, mencium, dan menjilat tangan.Bayi mencium dan
merasakan cairan ketuban yang ada ditangannya. Bau ini sama
dengan bau yang dikeluarkan payudara ibu. Bau dan rasa ini akan
membimbing bayi untuk menemukan payudara dan putting susu ibu.
3. Mengeluarkan air liur
Saat menyadari bahwa ada makanan di sekitarnya, bayi
mulai mengeluarkan air liurnya.
4. Bayi mulai bergerak ke arah payudara
5. Menemukan, menjilat, mengulum putting, membuka mulut lebar dan
melekat dengan baiK
BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati. (2008). Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia.


Arikunto, S. (2005). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Klinik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Bahiyatun. (2009). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta : EGC.
Bangsu, T. (1995). Hubungan Karakteristik Ibu, Status Ekonomi Keluarga dan
Lingkungan Sosial dengan Pemilihan Tenaga Penolong Persalinan. Tesis.
Tidak dipublikasikan.
Bobak, Lowdermik, & Jensen. (2004). Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC.
Dewi, V. L., & Sunarsih, T. (2012). Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas.
Jakarta:Salemba Medika.

Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo. (2012). Dipetik Maret 03, 2016, dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KES_PROV
INSI_2012/28_Profil_Kes.Prov.Gorontalo_2012.pdf

JNPK-KR, D. (2008). Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal. Jakarta,


Indonesia.

K, I. S., & ZH, M. (2013). Kehamilan, Persalinan, dan Nifas. Yogyakarta: Nuha
Medika.

Kompasiana. (2014, November 10). Dipetik Maret 03, 2016, dari


http://www.kompasiana.com/ditaanugrah/angka-kematian-ibu-di- indonesia-
masih-jauh-dari-target-mdgs- 2015_54f940b8a33311ba078b4928

Notoatmodjo. (2012). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.


Notoatmodjo, S. (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Nursalam. (2011). Konsep dan Penerapan Metodolo Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Pilliteri. (2003). Maternal and Child Health Nursing, third edition, Philadelphia:
Lippincott.

Pratiwi, S. (2014). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Percepatan Involusi


Uteri pada Ibu Post Partum Pervaginam di RUang Kebidanan RSUD Toto Kabila
Kab. Bone Bolango, 10. Skripsi.
Prawirohardjo, S. (2002). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

Rahmawati, E. N. (2013). Ilmu Praktis Kebidanan. Jakarta: Victory Inti Cipta.

Anda mungkin juga menyukai