Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN KEGIATAN

F1. UPAYA PROMOSI KESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

INISIASI MENYUSUI DINI

Disusun Oleh:

dr.

Pembimbing:

dr.

PROGRAM DOKTER INTERNSIP UPTD UNIT PUSKESMAS LAU MAROS KABUPATEN


MAROS
2022
BAB I

LATAR BELAKANG

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah proses meletakkan bayi baru lahir pada dada atau
perut ibu agar bayi secara alami dapat mencari sendiri sumber air susu ibu atau ASI dan mulai
menyusu. Bayi akan mendapatkan kekebalan tubuh. IMD bermanfaat bagi ibu karena dapat
membantu mempercepat proses pemulihan pasca persalinan. Dalam 1 jam kehidupan pertama
bayi dilahirkan ke dunia, bayi dipastikan untuk mendapatkan kesempatan melakukan IMD
(Kemenkes RI, 2017). Berdasarkan penelitian Ikatan Dokter Anak Indonesia tahun 2011,
ditemukan sebagian besar ibu sudah meletakkan bayi di dadanya segera setelah kelahiran.
Namun 87% bayi hanya diletakkan dengan durasi kurang dari 30 menit, padahal IMD yang tepat
harus dilakukan minimal 1 jam atau sampai bayi mulai menyusu (IDAI, 2016).
Inisiasi Menyusui Dini dalam istilah asing sering di sebut early inisiation breastfreeding
adalah memberi kesempatan pada bayi baru lahir untuk menyusu sendiri pada ibu dalam satu jam
pertama kelahirannya. Ketika bayi sehat di letakkan di atas perut atau dada ibu segera
setelah lahir dan terjadi kontak kulit (skin to skin contac) merupakan pertunjukan yang
menakjubkan, bayi akan bereaksi oleh karena rangsangan sentuhan ibu, dia akan bergerak di atas
perut ibu dan menjangkau payudara. (Roesli, 2008)
Inisiasi Menyusui Dini disebut sebagai tahap ke empat persalinan yaitu tepat setelah
persalinan sampai satu jam setelah persalinan, meletakkan bayi baru lahir dengan posisi
tengkurap setelah dikeringkan tubuhnya namun belum dibersihkan, tidak dibungkus di dada
ibunya segera setelah persalinan dan memastikan bayi mendapat kontak kulit dengan ibunya,
menemukan puting susu dan mendapatkan kolostrom atau ASI yang pertama kali keluar (Roesli,
2008)
Inisiasi Menyusui Dini adalah proses menyusu bukan menyusui yang merupakan
gambaran bahwa inisiasi menyusu dini bukan program ibu menyusui bayi tetapi bayi yang
harus aktif sendiri menemukan putting susu ibu. Setelah lahir bayi belum menujukkan
kesiapannya untuk menyusu Reflek menghisap bayi timbul setelah 20-30 menit setelah
lahir.Bayi menunjukan kesiapan untuk menyusu 30-40 menit setelah lahir (Roesli, 2008).
Kesimpulan dari berbagai pengertian di atas, IMD adalah suatu rangkaian kegiatan
dimana bayi segera setelah lahir yang sudah terpotong tali pusatnya secara naluri melakukan
aktivitas-aktivitas yang diakhiri dengan menemukan puting susu ibu kemudian menyusu pada
satu jam pertama kelahiran.

BAB II

PERMASALAHAN DI MASYARAKAT

Permasalaha yang menyebabkan IMD tidak bisa dilakukan sedini mungkin pada ibu post
partum adalah faktor kurangnya pengetahuan tentang pentingnya IMD untuk kesehatan bayi baru
lahir. Banyak factor yang mempengaruhi pengetahuan ibu post partum untuk tidak melakukan
IMD karena kurangnya pengetahuan ibu itu sendiri maupun tenaga kesehatan kurang
memberikan pengerrtian terhadap pentingnya IMD. Sering kali para ibu memiliki pemahaman
yang tidak benar , misalnya tidak perlu meneteki bayi karena ASI belum keluar atau karena air
susu yang keluar pertama kali dan berwarna kuning adalah kotoran dan basi. Hal lainya yang
membuat pemberian ASI tertunda misalnya ibu merasa haus dan perlu istirahat dulu karena lelah,
masih merasa sakit, atau menganggap bayi perlu dimandikan terlebih dahulu. Dimana alasan
tersebut tidak seharusnya menyebabkan penundaan pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini yang
penting bagi bayi dan ibu.

BAB III

PEMILIHAN INTERVENSI

Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan tentang pentingnya Inisiasi Menyusui Dini kepada masyarakat
terlebih kepada ibu post partum.

Tujuan Khusus

1. Memberi tambahan informasi kepada ibu post partum tentang definisi Inisiasi Menyusui
Dini
2. Memberi informasi kepada masyarakat tentang Inisiasi Menyusui Dini
3. Memberi informasi kepada keluarga mengenai pentingnya Inisiasi Menyusui Dini pada
kelahiran bayi
4. Mengevalusi peran tenaga kesehatan dalam memberikan pengertian atau mengajak ibu
post partum untuk melakukan IMD
5. Meningkatkan pemberian ASI pada bayi baru lahir
6. Menurunkan angka mortalitas dan morbiditas pada bayi baru lahir dengan adanya IMD.

BAB IV
PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan mengenai Inisiasi Menyusui Dini dan dalam upaya
meningkatkan dilakukannya IMD tersebut, maka kami memilih “memberikan sosialisasi kepada
ibu post partum ” dalam perencanaan dan pemilihan intervensi. Termasuk di dalamnya informasi
tentang kepada keluarga mengenai pentingnya IMD terhadap bayi baru lahir. Kegiatan ini
dilakukan oleh dokter internship dari Puskesmas Lau pada hari Senin, 09 Mei 2022.

BAB V

MONITORING DAN EVALUASI

Monitoring

1. Ibu post partum dan Keluarga dapat mengerti mengenai pentingnya Inisiasi Menyusui
Dini pada bayi baru lahir.
2. Keluarga memberikan dukungan kepada ibu post partum untuk melakukan Inisiasi
Menyusui Dini pada ibu post partum
3. Masyarakat dapat mengerti tentang Inisiasi Menyusui Dini dan pentingnya dilakukan
pada bayi baru lahir.
4. Meningkatnya pemberian ASI pada bayi baru lahir.
5. Mengevaluasi angka morbiditas dan mortalitas pada bayi baru lahir dengan diberikan
IMD
Evaluasi
Ibu post partum dan keluarga pasien dapat memahami mengenai pentingnya Inisiasi Menyusui
Dini pada kelahiran bayi. Sebagian besar ibu post partum sudah melakukan Inisiasi Menyusui
dini pada bayi baru lahir. Secara keseluruhan kegiatan sosialisasi ini berjalan dengan lancar.

Lampiran

Daftar Pasien IMD


UPT PUSKESMAS KECAMATAN LAU
09 Mei 2022

Nama Usia Diagnosis


1 Ny. E 25 tahun Post Partum
2 Ny. R 23 Tahun Post Partum

Anda mungkin juga menyukai