MODUL
KONSEP
ASKEB
KEBIDANAN
NEONATUS,
BAYI DAN
BALITA
HALAMAN PENGESAHAN
1.Mata Kuliah : Askeb Neonatus, Bayi dan Balita
2.Judul Modul : Kunjungan Neonatus (KN1, KN2, KN3)
3.Penyusun Modul : Kelompok 10
1. Alianna Sari Harahap
2. Safira Ayuni
3. Sep
4.Institusi :
5.nomor pustaka :
Mengetahui,
VISI:
MENJADI INSTITUSI YANG UNGGUL DAN KOMPETITIF, DALAM MENYEDIAKAN TENAGA KESEHATAN DI
TINGKAT NASIONAL, DAN SIAP BERSAING DI TINGKAT INTERNASIONAL TAHUN 2024
MISI:
Puji syukur Kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga Kami dapat menyelesaikan modul yang berjudul “Kunjungan
Neonatus (KN1, KN2, KN3)” yang merupakan salah satu tugas dari Mata Kuliah Askeb
Neonatus, Bayi dan Balita.
Penyusunan bahan ajar ini dapat terselesaikan atas bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu Kami ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada
ibu Eva Mahayani Nasution,SST,M.Kes yang telah membimbing Kami dalam
menyelesaikan Makalah. Kami merasa bahwa makalah ini masih banyak kekurangan
dalam penyusunannya. Sehingga penulis merasa perlu adanya saran dan masukan yang
membangun dalam usaha memperbaiki lebih lanjut.
Penulis
DAFTAR ISI
MODUL 1
I. TOPIK
1) Latar Belakang
Pada tahun 2020 kematian bayi adalah salah satu masalah prioritas nasional dibidang
kesehatan ibu dan anak yang belum terselesaikan. Bidang kesehatan ibu dan anak terdiri dari
beberapa periode dalam kehidupannya seiring perkembangan usia. Seperti halnya 1000 HPK
(Hari Pertama Kehidupan), pada awal perpindahan dari kehidupan intrauterine ke kehidupan
ekstrauterine disebut pada masa neonatal. Periode bayi neonatal merupakan masa yang paling
kritis dalam fase pertumbuhan dan perkembangan bayi, baik fisik maupun psikologi. Secara
fisik periode ini berbahaya karena sulitnya mengadakan penyesuaian diri secara radikal yang
terpenting pada lingkungan yang sangat baru dan sangat berbeda.
Masa neonatal bayi yang lahir atau neonatal merupakan masa sejak lahir sampai dengan 4
minggu atau 28 hari sesudah kelahiran. Neonatal yaitu bayi baru lahir atau beumur 0 sampai
dengan 1 bulan sesudah lahir. Masa neonatal terdiri dari neonates dini yaitu berusia 0-7 hari,
dan neonatal lanjut yaitu bayi berusia 7-28 hari. Sedangkan menurut Kamus Dorland pada
penelitian Zuraida, neonatal adalah cabang bayi baru lahir hingga berumur 4 minggu.
Pada masa neonatal ini terjadi pematangan organ organ pada semua sistem. Berbagai masalah
kesehatan dapat muncul pada masa ini dan memiliki risiko paling tinggi apabila tidak diberikan
penanganan segera bahkan bisa berakibat fatal. Oleh karena itu, adanya program pemerintah
yaitu perlunya dilakukan kunjungan neonatal lengkap oleh tenaga kesehatan khususnya bidan
meliputi KN1, KN2, dan KN3, yang dilakukan pada saat bayi berumur 6-48 jam, 3-7 hari, dan 8-
28 hari. Menurut standar asuhan kebidanan semua bayi yang lahir sehat harus mendapatkan
asuhan yang komprehensif sampai usia satu bulan. Maka dari itu, penelitian ini berfokus pada
kunjungan neonatal lengkap.
Tujuan dari kunjungan neonatus, yaitu melakukan pemeriksaan ulang pada bayi baru lahir,
meninjau penyuluhan dan pedoman antisipasi bersama orang tua, mengidentifikasi gejala
penyakit, serta mendidik dan mendukung orang tua. Tujuan kunjungan neonatal adalah untuk
meningkatkan akses neonatus terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini
mungkin bila terdapat kelainan pada bayi atau mengalami masalah.
Salah satu indikator penting untuk menggambarkan derajat kesehatan masyarakat adalah
Angka Kematian Bayi (AKB). Usaha dalam menurunkan angka kematian ibu dan bayi tercantum
pada target SDGs yang harus dicapai pada 2030 dan menjadi prioritas pembangunan kesehatan
sebagaimana tercantum dalam Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2020-2024.
Kurangnya akses ke pelayanan kesehatan selama masa neonatal disebabkan oleh beberapa
faktor yaitu salah satunya adalah dukungan suami. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
menurut penelitian Darmawan, FH dan Juliati, MD (2011) ada hubungan dukungan suami
dengan Kunjungan Neonatal 1 di wilayah kerja Puskesmas Pasirlangu Kabupaten Bandung
Barat (p=0,0001). Hasil penelitian Trisnawati, et al (2012) bahwa suami yang mendukung ibu
nifas untuk melakukan nifas sebesar 51,5%, suami yang kurang mendukung ibu untuk
melakukan nifas sebesar sebesar (44,9%). Begitu juga dengan hasil penelitian Hasanah, et al
(2013) bahwa sebagian besar responden mendapatkan dukungan suami terhadap kunjungan
nifas sebesar 31 responden (70,5%). Dorongan keluarga sangat berpengaruh pada ibu nifas
untuk melakukan kunjungan neonatal karena termotivasi dari pihak suami, orang tua, dan
keluarga yang lain.
Berbeda halnya dengan penelitian Prawira (2014) bahwa tidak ada hubungan antara dukungan
suami dengan perilaku ibu dalam pemberian vaksin imunisasi hepatitis B usia 0-7 hari di
wilayah kerja Puskesmas Teriak (pvalue=0,274).17 Meskipun dukungan suami sudah baik,
namun sebagian responden menyatakan bahwa suami tidak terlalu memahami tanda-tanda
bahaya kesehatan pada neonatus. Suami hanya mengetahui jika bayi demam atau rewel
berarti bayi harus diperiksakan, selebihnya suami kurang mengerti.
Tujuannya, resiko terbesar kematian neonatus terjadi pada 24 jam pertama kehidupannya . sehingga
jika bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat di anjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas kesehatan
tersebut selama 24 jam setelah kelahirannya.
Kunjungan neonatal :Pelaksanaan pelayanan ksehatan neonatal/bayi baru lahir sedikitnya 3 kali yaitu:
a. Kunjungan Neonatal ke-1(KN 1) dilakukan pada kurun waktu 6-48 jam setelah lahir.
b. Kunjungan Neonatal ke-2(KN 2) dilakukan pada kurun waktu hari ke 3 sampai dengan hari ke 7
setelah lahir
c. Kunjungan neonatal ke-3(KN 3) dilakukan pada kurun waktu hari ke 8 sampai dengan hari ke 28
setelah lahir.
2) Tujuan Kunjungan Neonatal(KN)
Kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses neonatus terhadappelayanan kesehatan dasar,
mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan pada bayi ataumengalami masalah. Pelayanan kesehatan
neonatal dasar menggunakan pendekatankomprehensif, Manajemen Terpadu Bayi Muda untuk bidan/perawat,
yang meliputi:
Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan infeksi bakteri, ikterus, diare, dan berat badan
rendah.
Perawatan tali pusat.
Pemberian vitamin K1 bila belum diberikan pada hari lahir.
Imunisasi Hepatitis B 0 bila belum diberikan pada saat lahir.
Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan asli eksklusif, pencegahan
hipotermi dan melaksanakan perawatan bayi baru lahir di rumah dengan menggunakan
buku KIA.
6. Penanganan dan rujukan kasus
Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan asli eksklusif, pencegahan hipotermi
dan melaksanakan perawatan bayi baru lahir di rumah dengan menggunakan buku KIA.
Penanganan dan rujukan kasus.
Setelah selesai proses IMD bayi ditimbang, diukur, dicap/diberi tanda identitas, diberi salep mata dan
penyuntikan vitamin K1 pada paha kiri. Satu jam kemudian diberikan imunisasi Hepatitis B (HB 0)
pada paha kanan.
a) Pelaksanaan penimbangan, penyuntikan vitamin K1, salep mata dan imunisasi Hepatitis B (HB
0).
b) Pemberian layanan kesehatan tersebut dilaksanakan pada periode setelah IMD sampai 2-3
jam setelah lahir, dan dilaksanakan di kamar bersalin oleh dokter, bidan atau perawat.
c) Semua BBL harus diberi penyuntikan vitamin K1 (Phytomenadione) 1 mg intramuskuler di paha
kiri, untuk mencegah perdarahan BBL akibat defisiensi vitamin K yang dapat dialami oleh
sebagian BBL.
d) Salep atau tetes mata diberikan untuk pencegahan infeksi mata (Oxytetrasiklin 1%).
e) Imunisasi Hepatitis B diberikan 1-2 jam di paha kanan setelah penyuntikan Vitamin K1 yang
bertujuan untuk mencegah penularan Hepatitis B melalui jalur ibu ke bayi yang dapat
menimbulkan kerusakan hati.
b. Pemeriksaan Bayi Baru Lahir
Pemeriksaan BBL bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin kelainan pada bayi.
Risiko terbesar kematian BBL terjadi pada 24 jam pertama kehidupan, sehingga jika bayi
lahir di fasilitas kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas kesehatan
selama 24 jam
pertama.
Pemeriksaan bayi baru lahir dilaksanakan di ruangan yang sama dengan ibunya,
oleh dokter/ bidan/ perawat. Jika pemeriksaan dilakukan di rumah, ibu atau keluarga dapat
mendampingi tenaga kesehatan yang memeriksa.
c. Pencegahan infeksi
Pemotongan tali pusat pada BBL normal dilakukan sekitar 2 menit setelah bayi baru
lahir atau setelah penyuntikan oksitosin 10 IU intramuskular kepada ibu
Hindari pembungkusan tali pusat atau jika di bungkus tutupi dengan kassa steril dalam
keadaan longgar, agar tetap terkena udara dan akan lebih mudah kering.
d. Pencegahan hilangnya panas tubuh bayi
Pastikan bayi selalu dalam keadaan hangat dan hindari bayi terpapar langsung
dengan suhu lingkungan
V. DAFTAR PUSTAKA