Anda di halaman 1dari 23

MODUL

KONSEP
KEBIDANAN

OLEH:
Tim Pengajar
Konsep
MK
kebidanan POLITEKNIK KESEHATAN MEDAN
PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN MEDAN
HALAMAN PENGESAHAN
1.Mata Kuliah : Asuhan Kebidanan Pasca Persalinan dan Menyusui
2.Judul Modul : Faktor eksternal yang mempengaruhi masa nifas dan menyusui
3.Penyusun Modul : Kelompok 5A

Medan, 01 Oktober 2022

Mengetahui,

Direktur Poltekkes Kemenkes Medan Ketua Jurusan Kebidanan Medan

Dra.Ida Nurhayati,M,Kes Betty Mangkuji,SST,M.Keb


NIP:1966091019940320001 NIP:1967711101993032002

VISI DAN MISI

Prodi D- Kebidanan Medan Page 2


PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN MEDAN

VISI:

“Menghasilkan Ahli Madya Kebidanan yang Bermartabat dan Unggul dalam Memberikan
Asuhan yang Komprehensif dan Holistik dengan Pendekatan Hypnosis Midwifery.”

MISI:

1. Melaksanakan Proses Belajar Mengajar sesuai dengan standar pendidikan nasional


untuk menghasilkan lulusan yang bermartabat dan unggul dalam melakukan asuhan
kebidanan yang komprehensif dan holistik dengan Pendekatan Hypnosis Midwifery.
2. Melaksanakan penelitian berbasis teknologi keilmuan kebidanan pada siklus
kehidupan perempuan khususnya asuhan kebidanan holistik
3. Melaksanakan pengabdian kepada masyarakat melalui pendekatan holistik untuk
pemberdayaan perempuan
4. Menjalin kemitraan dengan stake holder, pemerintah, swasta dan organisasi dalam
rangka meningkatkan kualitas pendidikan dan pengembangan asuhan kebidanan
yang komprehensif dan holistik

PENGANTAR

Prodi D- Kebidanan Medan Page 3


Rasa syukur yang mendalam kami haturkan ke hadirat Allah, Tuhan Yang Maha
Besar. Atas bimbingan-Nya, akhirnya kami bisa mendapat kemudahan serta kelancaran
dalam mengerjakan modul ini hingga selesai. Kami telah berusaha untuk bisa menghadirkan
ulasan terbaik dalam modul ini, sehingga hasilnya dapat sesuai harapan. Di dalam modul ini,
kami berusaha untuk bisa menguraikan tentang “Asuhan Kebidanan Pasca Persalinan dan
Menyusui”

Jika dalam modul ini terdapat kekurangan dan kesalahan, kami mohon maaf yang
sebesar-besarnya. Kami terbuka atas segala kritik dan saran yang disampaikan demi
perbaikan modul ini. Jika ada kebaikan dan kelebihannya, itu datangnya dari Tuhan Yang
Maha Esa. Terima kasih atas dukungan semua pihak yang terlibat dan semoga modul ini bisa
bermanfaat sebesar-besarnya bagi pembaca.

Kelompok 5A

DAFTAR ISI

Prodi D- Kebidanan Medan Page 4


Halaman Pengesahan........................................................................................................2
Visi Misi.............................................................................................................................. 3
Kata Pengantar.................................................................................................................. 4
Daftar Isi............................................................................................................................. 5
Uraian Materi...................................................................................................................... 6
1. Bounding Attachment............................................................................................6
2. Respon ayah dan keluarga....................................................................................9
3. Sibling rivalry........................................................................................................ 13
Ringkasan Materi.............................................................................................................. 18
Tes Formatif...................................................................................................................... 20
Kunci Jawaban................................................................................................................. 21
Daftar Pustaka.................................................................................................................. 23

URAIAN MATERI

Prodi D- Kebidanan Medan Page 5


1. Bounding Anttachment.

Pengertian Bounding Anttacchment.

Bounding adalah proses pembentukan sedangkan attachment (membangun ikatan) jadi


bounding attachment adalah sebuah peningkatan hubungan kasih sayang dengan
keterikatan batin antara orangtua dan bayi. Hal ini merupakan proses dimana sebagai hasil
dari suatu interaksi terus-menerus antara bayi dan orang tua yang bersifat saling mencintai
memberikan keduanya pemenuhan emosional dan saling membutuhkan.
Bonding attachment terjadi pada kala IV, dimana diadakan kontak antara ibu-ayah-anak dan
berada dalam ikatan kasih.
Menurut Brazelton (1978), bonding merupakan suatu ketertarikan mutual pertama antar
individu, misalnya antara orang tua don anak, saat pertama kali mereka bertemu.
Attachment adalah suatu perasaan menyayangi atau loyalitas yang mengikat individu
dengan individu lain.
Sedangkan menurut Nelson & May (1996). Attachment merupakan ikatan antara individu
meliputi pencurahan perhatian serta adanya hubungan emosi dan fisik yang akrab.
Menurut Klaus, Kenell (1992). Bonding attachment bersifat unik, spesifik, dan bertahan
lama. Mereka juga menambahkan bahwa ikatan orang tua terhadap anaknya dapat terus
berlanjut bahkan selamanya walau dipisah oleh jarak dan waktu dan tanda-tanda
keberadaan secara fisik tidak terlihat.
Menurut Saxton adn Pelikan, 1995 :
1. Bounding adalah suatu langkah untuk mengungkapkan perasaan afeksi (kasih
sayang) oleh ibu kepada bayinya segera setelah lahir.
2. Attachment adalah interaksi antara ibu dan bayi secara spesifik sepanjang waktu.
3. Maternal Neonatal Health : 
Bounding attachment adalah kontak dini secara langsung antara ibu dan bayi setelah
proses persalinan, dimulai pada kala III sampai dengan post partum.
4. Prakondisi yang mempengaruhi ikatan (Mercer, 1996), yaitu :  
a. Kesehatan emosional orang tua.
b. Sistem dukungan sosial yang meliputi pasangan hidup, teman, dan keluarga.
c. Suatu tingkat keterampilan dalam berkomunikasi dan dala memberi asuhan yang
kompeten.
d. Kedekatan orang tua dengan bayi. Kecocokan orang tua-bayi (termasuk
keadaan, temperamen, dan jenis kelamin).

Tahap-tahap bounding attachment


Menurut Klaus, Kenell tahun : 1982, bagian penting dari ikatan ialah perkenalan.
a) Perkenalan (acquaintance), dengan melakukan kontak mata, menyentuh, berbicara,
dan mengeksplorasi segera setelah mengenal bayinya.
b) Bounding (keterikatan)

Prodi D- Kebidanan Medan Page 6


c) Attachment, perasaan kasih sayang yang mengikat individu dengan individu lain

Mempraktikkan Bounding Attachment

Cara untuk melakukan bounding ada bermacam-macam antara lain :

a) Pemberian ASI ekslusif


Dengan dilakukannya pemberian ASI secara ekslusif segera setelah lahir, secara langsung
bayi akan mengalami kontak kulit dengan ibunya yang menjadikan ibu merasa bangga dan
diperlukan , rasa yang dibutuhkan oleh semua manusia.
b) Rawat gabung
Rawat gabung merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan agar antara ibu dan bayi
terjalin proses lekat (early infant mother bounding) akibat sentuhan badan antara ibu dan
bayinya. Hal ini sangat mempengaruhi perkembangan psikologis bayi selanjutnya, karena
kehangatan tubuh ibu merupakan stimulasi mental yang mutlak dibutuhkan oleh bayi. Bayi
yang merasa aman dan terlindung, merupakan dasar terbentuknya rasa percaya diri
dikemudian hari. Dengan memberikan ASI ekslusif, ibu merasakan kepuasan dapat
memenuhi kebutuhan nutrisi bayinya, dan tidak dapat digantikan oleh orang lain. Keadaan
ini juga memperlancar produksi ASI, karena refleks let-down bersifat psikosomatis. Ibu akan
merasa bangga karena dapat menyusui dan merawat bayinya sendiri dan bila ayah bayi
berkunjung akan terasa adanya suatu kesatuan keluarga.
c) Kontak mata
Beberapa ibu berkata begitu bayinya bisa memandang mereka, mereka merasa lebih dekat
dengan bayinya. Orang tua dan bayi akan menggunakan lebih banyak waktu untuk saling
memandang. Seringkali dalam posisi bertatapan. Bayi baru lahir dapat diletakkan lebih dekat
untuk dapat melihat pada orang tuanya.
d) Suara
Mendengar dan merenspon suara antara orang tua dan bayinya sangat penting. orang tua
menunggu tangisan pertama bayi mereka dengan tegang. Suara tersebut membuat mereka
yakin bahwa bayinya dalam keadaan sehat. Tangis tersebut membuat mereka melakukan
tindakan menghibur. Sewaktu orang tua berbicara dengan nada suara tinggi, bayi akan
menjadi tenang dan berpaling kearah mereka.
e) Aroma
Setiap anak memiliki aroma yang unik dan bayi belajar dengan cepat untuk mengenali
aroma susu ibunya.
f) Entrainment

Prodi D- Kebidanan Medan Page 7


Bayi mengembangkan irama akibat kebiasaan. Bayi baru lahir bergerak-gerak sesuai
dengan struktur pembicaraan orang dewasa. Mereka menggoyangkan tangan, mengangkat
kepala, menendang-nendangkan kaki. Entrainment terjadi pada saat anak mulai bicara.
g) Bioritme
Salah satu tugas bayi baru lahir adalah membentuk ritme personal (bioritme). Orang tua
dapat membantu proses ini dengan memberi kasih sayang yang konsisten dan dengan
memanfaatkan waktu saat bayi mengembangkan perilaku yang responsif.
h) Inisiasi Dini
Setelah bayi lahir, dengan segera bayi ditempatkan diatas ibu. Ia akan merangkak dan
mencari puting susu ibunya. Dengan demikian, bayi dapat melakukan reflek suckling dengan
segera.
Berhasil atau tidaknya proses bounding attachment ini sangat dipengaruhi oleh kondisi-
kondisi sebagai berikut :
I. Kesehatan emosional orang tua
Orang tua yang mengharapkan kehadiran si anak dalam kehidupannya tentu akan
memberikan respon emosi yang berbeda dengan orang tua yang tidak menginginkan
kelahiran bayi tersebut. Respon emosi yang positif dapat membantu tercapainya proses
bounding attachment ini.
II. Tingkat kemampuan, komunikasi dan ketrampilan untuk merawat anak
Dalam berkomunikasi dan ketrampilan dalam merawat anak, orang tua satu dengan yang
lain tentu tidak sama tergantung pada kemampuan yang dimiliki masing-masing. Semakin
cakap orang tua dalam merawat bayinya maka akan semakin mudah pula bounding
attachment terwujud.
III. Dukungan sosial seperti keluarga, teman dan pasangan
Dukungan dari keluarga, teman, terutama pasangan merupakan faktor yang juga penting
untuk diperhatikan karena dengan adanya dukungan dari orang-orang terdekat akan
memberikan suatu semangat / dorongan positif yang kuat bagi ibu untuk memberikan kasih
sayang yang penuh kepada bayinya.
IV. Kedekatan orang tua ke anak
Dengan metode rooming in kedekatan antara orang tua dan anak dapat terjalin secara
langsung dan menjadikan cepatnya ikatan batin terwujud diantara keduanya.
V. Kesesuaian antara orang tua dan anak (keadaan anak, jenis kelamin)
Anak akan lebih mudah diterima oleh anggota keluarga yang lain ketika keadaan anak
sehat/normal dan jenis kelamin sesuai dengan yang diharapkan.

Prodi D- Kebidanan Medan Page 8


Pada awal kehidupan, hubungan ibu dan bayi lebih dekat dibanding dengan anggota
keluarga yang lain karena setelah melewati sembilan bulan bersama, dan melewati saat-
saat kritis dalam proses kelahiran membuat keduanya memiliki hubungan yang unik.

Prinsip-prinsip dan Upaya Meningkatkan Bounding Attachment

1. Menit pertama jam pertama.


2. Sentuhan orang tua pertama kali.
3. Adanya ikatan yang baik dan sistematis.
4. Terlibat proses persalinan.
5. Persiapan PNC sebelumnya.
6. Adaptasi.
7. Kontak sedini mungkin sehingga dapat membantu dalam memberi kehangatan pada
bayi, menurunkan rasa sakit ibu, serta memberi rasa nyaman.
8. Fasilitas untuk kontak lebih lama.
9. Penekanan pada hal-hal positif.
10. Perawat maternitas khusus (bidan).
11. Libatkan anggota keluarga lainnya.
12. Infromasi bertahap mengenai bounding attachment.

Dampak positif yang dapat diperoleh dari bounding attachment : 


1. Bayi merasa dicintai, diperhatikan, mempercayai, menumbuhkan sikap sosial.
2. Bayi merasa aman, berani mengadakan eksplorasi.

Hambatan Bounding Attachment


1. Kurangnya support system.
2. Ibu dengan resiko.
3. Bayi dengan resiko.
4. Kehadiran bayi yang tidak diinginkan.

2. Respon Ayah Dan Keluarga

Jika ibu sudah mengandung bayi selama sembilan bulan, ayah benar-benar merasakan
kebersamaan dengan bayi saat lahir. Perkenalan ayah dengan bayi dimulai saat
mereka saling bertatapan. Seperti halnya ikatan ibu dengan bayi, kedekatan ayah
dengan bayi penting bagi tumbuh kembang bayi. Hasil penelitian Robert A. Veneziano

Prodi D- Kebidanan Medan Page 9


dalam The Importance of Father Love menyebutkkan kedekatan ayah dan bayi sangat
membantu mengembangkan kemampuan sosial, kecerdasan emosi, dan
perkembangan kognitif bayi.

Ayah mungkin menjadi anggota keluarga yang terlupakan, terutama bila hal ini
merupakan anak yang pertama. Sebelum bayi tiba di rumah, ia merupakan bagian
terbesar dari keluarganya yang terdiri atas dua orang. Aktivitas siang hari di mana
mudah disesuaikan dengan pasangannya malam hari tanpa gangguan. Kini rumah
menjadi tidak terkendali, makan menjadi tidak terjadwal, tidur mengalami gangguan,
dan hubungan seksual untuk sementara ditangguhkan. Ayah harus dilibatkan dalam
perawatan anak dan pemeliharaan aktivitas rumah. Dengan berbagai tanggung jawab
seperti ini, mereka menjadi bagian dari pengalaman mengasuh anak.

Sebagai ayah baru, peran ayah tidak kurang rumitnya dibandingkan peran istri. Sang
ayah tidak mengandung si bayi selama 9 bulan, tetapi harus membuat penyesuainan
secara fisik dan emosi ketika waktu persalinan semakin dekat dan persiapan untuk bayi
menjadi penting sekali. Di satu pihak sang ayah mungkin merasa seolah-olah tidak ada
hubungan dengan persalinan, tetapi pada sisi lain, ini adalah bayinya juga. Ketika bayi
akhirnya lahir, sang ayah mungkin merasa sangat lega dan juga gembira, serta gugup.
Sewaktu menyaksikan kelahiran bayi, perasaan komitmen dan cinta membanjir ke
permukaan menghilangkan kekhawatiran bahwa sang ayah tidak akan pernah
mempunyai keterikatan dengan bayinya.

Sang ayah juga merasakan penghargaan yang besar dan cinta kepada istri lebih
daripada sebelumnya. Pada waktu yang sama, merenungkan tanggung jawab untuk
merawat bayi ini selama 20 tahun ke depan dapat membuat sang ayah lemah.
Pendekatan terbaik adalah menjadi ayah yang seaktif mungkin. Misalnya saat istrinya
melahirkan di rumah sakit, ayah mungkin ditempatkan de dalam ruang rawat gabung
sampai waktunya membawa pulang bayi ke rumah. Keadaan ini akan membantu ayah
merasa tidak seperti penonton, tetapi lebih sebagai peserta aktif. Ayah akan mengenal
bayinya dari permulaan dan memungkinkan ayah berbagi pengalaman emosional
dengan istrinya.

Begitu seluruh keluarga berada di rumah, sang ayah harus dapat membantu
memakaikan popok, memandikan, dan membuat bayi tenang dan nyaman. Tidak ada
alas an bagi seorang ayah yang tidak mampu melaksanakan pekerjaan sehari-hari
menugurus rumah dan anak sebaik ibu. Umumnya ayah yang bersedia mengurus
rumah tangga hanya untuk menyenangkan istrinya saja. Alangkah baiknya jika
pekerjaan ini dikerjakan dengan perasaan bahwa sudah selayaknya menerima

Prodi D- Kebidanan Medan Page 10


tanggung jawab di dalam rumah yaitu merawat anak dan rumah tangga sehari-hari. Ada
ayah yang cepat mendapatkan ikatan kuat dengan bayinya, ada pula yang
membutuhkan waktu agak lama. Ada beberapa faktor yang ikut mempengaruhi
terciptanya bonding. Salah satunya keterlibatan ayah saat bayi dalam kandungan.
Semakin terlibat ayah, semakin mudah ikatan terbentuk.

Hasil penelitian menunjukkan 62% ayah mengalami depresi pasca lahir atau baby
blues. Perasaan cemas, khawatir, dan takut dapat muncul saat seorang pria menyadari
dirinya kini memiliki peran baru yaitu sebagai ayah Perasaan cemburu inipun dapat
timbul terhadap sang ayah. Kadang-kadang para ayah menjadi cemburu terhadap
hubungan antara ibu/ istrinya dengan anak-anak mereka sendiri, bayi adalah produk
dari hubungan mereka dan semestinya memperkaya hubungan itu. Meskipun demikian
kadang para ayah merasa ditinggalkan terutama bila ibu dan bayi adalah pusat
perhatian dalam keluarga, sehingga muncullah perasaan “disingkirkan” pada diri sang
ayah.

Untuk mencegah kecemburuan sang ayah ini agar diupayakan keterlibatan ayah dalam
merawat bayi karena merawat dan mengasuh bayi dewasa ini bukan hanya tugas
seorang ibu, ayah diupayakan sebanyak mungkin terlibat dalam proses mengasuh bayi
seperti memberi makan, mengganti popok, menidurkan bayi dll

Respons keluarga seperti kakek atau nenek akan merasakan kepuasan besar karena
melihat satu generasi baru dalam keluarganya dan bahagia karena cucunya akan
mengetahui warisan dan tradisi mereka. Dengan adanya anggota keluarga lain seperti
kakek, nenek, dan para sepupu akan memberikan kesempatan yang ideal bagi bayi
untuk membentuk lebih dari satu ikatan dan masing-masing ikatan akan mempunyai
nilai sendiri. Perilaku orang tua yang dapat mempengaruhi ikatan kasih sayang :

1) Perilaku memfasilitasi

a. Memandangi anak, serta mencari ciri khas anak

b. Kontak mata

c. Memberikan sebuah perhatian terhadap kebutuhan anak

d. Menganggap anak sebagai individu yang unik

e. Menganggap anak sebagai anggota keluarga

f. Memberikan senyuman

Prodi D- Kebidanan Medan Page 11


g. Berbicara atau berinteraksi dengan anak

h. Menunjukkan kegembiraan dan kebanggaan terhadap anak

i. Mengajak anak pada acara keluarga

j. Memahami prilaku anak serta memenuhi kebutuhan anak

k. Bereaksi positif terhadap prilaku anak.

2) Perilaku menghambat

a. Menjauh dari anak, tidak memperdulikan kehadirannya, serta menghindar dan


menolak untuk menyentuh anak.

b. Tidak menganggap anak sebagai anggota keluarga, tidak memperdulikan


keberadannya, tidak memberikan nama pada anak.

c. Membenci anak, menganggap sesuai yang tidak menyenangkan

d. Tidak mau menyentuh anaknya.

e. Tidak mau menyusuinya

f. Kecewa dengan anak, dan tidak memperdulikannya

dengan tidak memenuhi kebutuhannya.

Perilaku orang tua serta keluarga terhadap bayi baru lahir sebagian dipengaruhi oleh
factor eksternal dan internal.

Faktor Internal

1. Bagaimana mereka diurus oleh orang tua mereka. Bila si ayah atau individu lain pada
waktu kecil dididik orang tua dengan keras atau sering diberikan hukuman apabila ada
kesalahan sedikit, maka kemungkinan kedekatan antara ayah dan bayi akan sulit
terbentuk dan cara ini akan diterapkan untuk mendidik anaknya kelak

2. Kebudayaan yang diinternalisasikan dalam diri mereka. Sebagaian besar masyarakat


masih terdapat kepercayaan bahwa ibu dan bayi yang baru lahir tidaklah bersih, dan
harus diisolasi dari ayahnya selama periode yang ditetapkan. Hal ini tentu saja
menyulitkan terbentuknya ikatan batin bayi dengan sang ayah

3. Nilai-nilai kehidupan, kepercayaan dan nilai-nilai dalam kehidupan memengaruhi


perilaku dan respons seseorang. Dalam agama islam, bayi yang baru lahir sesegera

Prodi D- Kebidanan Medan Page 12


mungkin di adzankan oleh sang ayah, keadaan ini memberikan kesempatan ayah untuk
mencobamenggendong bayi pertama kalinya dan bayi

mendengarkan suara sang ayah

4. Hubungan antar sesama akan menciptakan suatu

pengalaman, seperti bila sang ayah melihat atau mendengar cerita dari temannya
bagaimana temannya bersikap terhadap anak pertamanya. Bila sang ayah mempunyai
hubungan dalam lingkungannya harmonis, mudah bersosialisasi, maka akan
menciptakan respons yang positif terhadap bayinya

5. Riwayat kehamilan sebelumnya. Apabila pada kehamilan terdahulu ibu mengalami


komplikasi dalam kehamilan seperti abortus, plasenta previa, dan lain-lain, akan
membuat ayah/ibu maupun keluarga sangat menjaga dan melindungi bayi dengan
sebaiknya

Factor Eksternal

1. Keinginan menjadi orang tua yang telah diimpikan. Pasangan suami istri yang sangat
menginginkan anak tentu saja akan merespons kelahiran bayi dengan bangga dan
bahagia. Perhatian yang diterima selama kehamilan, persalinan, dan postpartum;
perhatian dari suami dan keluarga akan menciptakan perasaan kebahagiaan dan
bangga akan perannya sebagai seorang ibu setelah persalinan

2. Sikap dan perilaku pengunjung. Pengunjung memberikan pujian dan ucapan selamat,
serta memperlihatkan perasaan bangga terhadap si bayi, hal ini akan menumbuhkan
perasaan bahagia akan kehadiran bayi

3. Sibling rivalry
 Pengertian

Sibling rivalry atau persaingan antar saudara kandung adalah suatu persaingan atau
kompetisi berupa perasaan permusuhan, kecemburuan, kemarahan, dan kebencian
antara saudara kandung, kakak atau adik, dalam memperebutkan kasih sayang dan
perhatian orang tua. Sibling rivalry terjadi pada semua orang tua yang mempunyai dua
anak atau lebih yang dirasakan sejak anak usia tiga tahun.
Sibling rivalry merupakan rasa cemburu antara anak dalam satu keluarga, yang terjadi
pada tiga tahun pertama kehidupan mereka. Permusuhan dan kecemburuan antara
saudara kandung yang menimbulkan ketegangan di antara mereka dan bila tidak

Prodi D- Kebidanan Medan Page 13


diintervensi hal ini akan berakibat fatal bahkan dapat berlanjut meski keduanya mulai
beranjak dewasa.
Sibling rivalry biasanya muncul ketika selisih usia saudara kandung terlalu dekat,
karena kehadiran adik dianggap menyita waktu dan perhatian orang tua. Ciri khas yang
sering muncul pada sibling rivalry, yaitu: egois, suka berkelahi, memiliki kedekatan yang
khusus dengan salah satu orang tua, mengalami gangguan tidur, kebiasaan menggigit
kuku, hiperaktif, suka merusak, dan menuntut perhatian lebih banyak.
Berikut definisi dan pengertian sibling rivalry atau persaingan saudara kandung dari
beberapa sumber buku: 
 Menurut Cholid (2004), sibling rivalry adalah perasaan permusuhan,
kecemburuan, dan kemarahan antar saudara kandung, kakak atau adik bukan
sebagai teman berbagi tapi sebagai saingan.
 Menurut Chaplin (2001), sibling rivalry adalah suatu kompetisi antara saudara
kandung adik dan kakak laki-laki, adik dan kakak perempuan dengan kakak laki-
laki atau sebaliknya. 
 Menurut Lusa (2010), sibling rivalry adalah kecemburuan, persaingan dan
pertengkaran antara saudara laki-laki dan saudara perempuan, hal ini terjadi
pada semua orang tua yang mempunyai dua anak atau lebih. 
 Menurut Sadarjoen (2005), sibling rivalry adalah persaingan antar saudara
kandung dalam memperebutkan kasih sayang dan perhatian orang tua yang
telah dirasakan anak sejak usia 3 tahun. 
 Menurut Shaffer (2007), sibling rivalry adalah suatu kompetisi, kecemburuan dan
kebencian antara saudara kandung, yang sering kali muncul saat hadirnya
saudara yang lebih muda.

 Aspek-aspek Sibling Rivalry 


Menurut Papilia, dkk (2008), sibling rivalry atau persaingan saudara kandung terdiri dari
beberapa aspek, yaitu sebagai berikut:
a. Konflik 
Konflik adalah peristiwa sosial yang melibatkan oposisi dan adanya perbedaan pendapat.
Perilaku tersebut seperti melawan, menolak dan memprotes. Konflik terjadi apabila dua
atau lebih individu berhubungan dalam perilaku yang berlawanan.
b. Cemburu 
Cemburu pada saudara kandung muncul ketika terjadi ketidak-puasan pada salah satu
anak kepada orang tuanya yang memperlakukan anak-anaknya berbeda satu sama lain.
Karena anak-anak sangat tergantung pada orang tua dalam hal kasih sayang, perhatian
dan pemenuhan kebutuhan-kebutuhannya sehingga anak-anak tidak suka bila harus
membagi kasih sayang orang tuanya dengan siapapun. Perilaku tersebut seperti iri hati
dan dengki.
c. Kekesalan 
Terkadang perasaan kesal seperti sebal dan marah pada orang tua dilampiaskan kepada
saudaranya (adik/kakak). Hal tersebut terjadi karena ketidak-berdayaan melawan orang
tuanya. Jika hal tersebut berkenaan dengan perlakuan orang tua yang menurutnya
memberikan posisi spesial pada saudaranya. Dilain hal, kekesalan dapat tertumpah pada

Prodi D- Kebidanan Medan Page 14


saudaranya apabila ia mendapat dirinya sebagai pihak yang tidak memiliki hal yang sama
dengan saudaranya.

 Ciri-ciri Sibling Rivalry 


Menurut Shaffer (2007), terdapat beberapa ciri khas yang terjadi pada sibling rivalry atau
persaingan saudara kandung, yaitu sebagai berikut:
1. Berperilaku agresif atau resentment (kekesalan, kemarahan, atau kebencian).
Perasaan kesal dan marah akibat perlakuan yang berbeda dari orang tua
dilampiaskan kepada saudaranya (adik/kakak). Kecemburuan terhadap saudara
kandung dapat ditunjukkan melalui perilaku agresif tersebut seperti memukul,
mencakar, melukai, dan berusaha mengalahkan saingannya (saudaranya),
melempar barang, menyerang orang tua dan sebagainya. 
2. Kompetisi atau semangat untuk bersaing (tidak suka mengalah). Persaingan saudara
ini mengakibatkan salah satu atau antar saudara kandung berusaha menang dari
saudaranya atau tidak suka mengalah dari saudaranya. Anak-anak bersaing dan
menganggap kelebihan mereka sebagai cara untuk mendapatkan perhatian. 
3. Perasaan iri dengan mencari perhatian. Biasanya ditunjukkan dengan mencari
perhatian secara berlebihan seperti salah satu anak menyakiti dirinya sendiri saat
melihat orang tua memuji saudaranya agar orang tua mengalihkan perhatian
kepadanya. Anak juga menunjukkan dengan sikap sebaliknya yaitu anak menjadi
penurut dan patuh hal ini dilakukan untuk memperebutkan perhatian orang tua.

 Faktor Penyebab Sibling Rivalry 


Menurut Sains (2009), secara umum terdapat dua faktor penyebab terjadinya sibling
rivalry atau persaingan saudara kandung, yaitu: 
 Faktor internal. Faktor internal adalah faktor yang tumbuh dan berkembang dalam
diri anak itu sendiri seperti temperamen, sikap masing-masing anak mencari
perhatian orang tua, perbedaan usia atau jenis kelamin, dan ambisi anak untuk
mengalahkan anak yang lain. 
 Faktor eksternal. Faktor yang disebabkan karena orang tua yang salah dalam
mendidik anaknya, seperti sikap membanding-bandingkan, dan adanya anak
emas di antara anak yang lain.
Sedangkan menurut Lusa (2010), beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perilaku
sibling rivalry atau persaingan saudara kandung, adalah sebagai berikut:
 Masing-masing anak bersaing untuk menentukan pribadi mereka, sehingga ingin
menunjukkan pada saudara mereka.
 Anak merasa kurang mendapatkan perhatian, disiplin dan mau mendengarkan dari
orang tua mereka. 
 Anak-anak merasa hubungan dengan orang tua mereka terancam oleh kedatangan
anggota keluarga baru/bayi.
 Tahap perkembangan anak baik fisik maupun emosi yang dapat mempengaruhi
proses kedewasaan dan perhatian terhadap satu sama lain.
 Anak frustrasi karena merasa lapar, bosan atau letih sehingga memulai
pertengkaran. 
 Kemungkinan, anak tidak tahu cara untuk mendapatkan perhatian atau memulai
permainan dengan saudara mereka. 

Prodi D- Kebidanan Medan Page 15


 Dinamika keluarga dalam memainkan peran. 
 Pemikiran orang tua tentang agresi dan pertengkaran anak yang berlebihan dalam
keluarga adalah normal.
 Tidak memiliki waktu untuk berbagi, berkumpul bersama dengan anggota keluarga.
 Orang tua mengalami stres dalam menjalani kehidupannya. 
 Anak-anak mengalami stres dalam kehidupannya. 
 Cara orang tua memperlakukan anak dan menangani konflik yang terjadi pada
mereka.

 Cara Mengatasi Sibling Rivalry 


Menurut Priatna dan Yulia (2006), terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan oleh
orang tua untuk mengatasi perilaku sibling rivalry atau persaingan saudara kandung,
yaitu sebagai berikut:
a. Doronglah anak untuk saling mengungkapkan rasa sayang dan menanamkan rasa
saling memiliki
Anak tidak bisa hanya disuruh menyayangi tapi mereka harus diajarkan dan
dikondisikan bagaimana cara menyayangi. Selain itu tanamkan rasa saling memiliki.
Misalnya kakak membantu adik membereskan mainan atau adik membantu kakak
mencuci sepeda, dan lain sebagainya. Sehingga menimbulkan rasa saling memiliki
antara kakak dan adik, bukannya rasa persaingan. Ingatkan bahwa saudara kandung
adalah teman yang mereka miliki selamanya. Hal tersebut juga dapat menimbulkan rasa
aman dan rasa diterima dalam diri mereka sehingga hal tersebu juga dapat
menumbuhkan rasa persaudaraan di antara mereka.
b. Jangan membanding-bandingkan namun hargai keunikan anak 
Minimalkan perbedaan antara anak, jangan dibandingkan kelebihan atau kekurangan
anak yang satu dengan yang lainnya. Sering kali orang tua melakukan hal ini tanpa
sadar. Tiap anak mempunyai kelebihan, kekurangan dan keunikannya masing-masing.
Hargailah perbedaan itu dan jangan membanding-bandingkannya. Selain itu, tiap anak
memiliki keunikan tersendiri. Mereka mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-
masing oleh karena itu tidak suka dibandingkan dengan anak yang lain.
c. Pupuklah harga diri anak 
Tingkatkan terus harga diri anak dengan bakat atau kelebihan masing-masing. Anak-
anak bisa menjadi iri jika kakak atau adiknya lebih berhasil atau disukai orang lain.
Untuk menaikkan harga diri anak, yang dapat dilakukan adalah menggali potensi atau
kelebihan masing-masing anak sehingga tidak ada anak yang iri dan berkecil hati
karena tidak merasa memiliki suatu kelebihan yang patut dipuji-puji orang lain.
d. Kenali temperamen anak 
Tidak semua anak mudah ditangani. Ada anak sangat penurut dan mudah diatur, dilain
pihak ada anak yang cenderung memberontak. Oleh karena itu orang tua perlu
menggali temperamen masing-masing anak.
e. Ajarkan anak untuk mengatasi konflik 
Konflik bukan ditiadakan, namun sebagai sarana berdamai kembali, saling memaafkan,
dan menyelesaikan masalah. Anak-anak harus diajarkan untuk mengatasi konflik tidak
harus saling bertengkar.

Prodi D- Kebidanan Medan Page 16


f. Buatlah peraturan yang jelas untuk ditaati 
Anak harus mengetahui dan mematuhi peraturan yang berlaku dalam keluarga.
Misalnya: 
1) Tidak boleh saling memukul saat bertengkar. 
2) Tidak boleh saling mengejek atau mengeluarkan kata-kata kasar. 
3) Jika meminjam barang milik orang lain harus seizin si empunya dan
mengembalikan ke tempat semula setelah selesi meminjam.
g. Bersikap adil terhadap setiap anak 
Usahakan supaya orang tua bersikap adil terhadap masing-masing anak karena rasa
cemburu atau iri sangat mudah dipicu dari rasa diperlakukan tidak adil oleh orang tua.
Jika memang orang tua merasa harus membedakan perlakuan kepada anak yang
berkebutuhan khusus misalnya maka orang tua harus memberikan penjelasan yang
masuk akal kepada anak bahwa dia tidak dibedakan. Yang perlu diingat di sini adalah
bahwa adil tidak selalu harus sama banyak, tapi harus sesuai kebutuhan.

Prodi D- Kebidanan Medan Page 17


RINGKASAN MATERI

Masa nifas atau purperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai
dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Pelayanan pasca persalinan harus terselenggara
pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi, yang meliputi upaya pencegahan,
deteksi dini dan pengobatan komplikasi dan penyakit yang mungkin terjadi, serta
penyediaan pelayanan pemberian ASI, cara menjarangkan kehamilan, imunisasi, dan nutrisi
bagi ibu. 
Secara psikologi, pascapersalinan ibu akan merasakan gejala-gejala psikiatrik.
Meskipun demikian, adapula ibu yang tidak mengalami hal ini. Agar perubahan psikologi yag
dialami tidak berlebihan, ibu perlu mengetahui tentang hal tentang hal yang lebih lanjut.
Wanita banyak mengalami perubahan emosi selama masa nifas sementara ia
menyesuaikan diri menjadi seorang ibu. Penting sekali sebagian bidan untuk mengetahui
tentang penyesuaian psikologis yang normal sehingga ia dapat menilai apakah seorang ibu
memerlukan asuhan khusus dalam masa nifas ini, untuk suatu variasi atau penyimpangan
dari penyesuaian yang normal yang   umum terjadi.
Beberapa penulis berpendapat dalam minggu pertama setelah melahirkan, banyak
wanita yang menunjukan gejala-gejala psikiatrik, terutama gejala depresi diri ringan sampai
berat serta gejala-gejala neonatus traumatic, antara lain rasa takut yang berlebihan dalam
masa hamil struktur perorangan yang tidak normal sebelumnya, riwayat psikiatrik abnormal,
riwayat perkawinan abnormal, riwayat obstetrik (kandungan) abnormal, riwayat kelahiran
mati atau kelahiran cacat, dan riwayat penyakit lainya.
Biasanya penderita akan sembuh kembali tanpa ada atau dengan pengobatan.
Meskipun demikian, kadang diperlukan terapi oleh ahli penyakit jiwa. Sering pula kelainan-
kelainan psikiatrik ini berulang setelah persalinan berikutnya. Hal yang perlu diperhatikan
yaitu adaptasi psikososial pada masa pasca persalinan. Bagi keluarga muda, pasca
persalinan adalah “awal keluarga baru” sehingga keluarga perlu beradaptasi dengan peran
barunya.
Tanggung jawab keluarga bertambah dengan hadirnya bayi yang baru lahir.
Dorongan serta perhatian anggota keluarga lainya merupakan dukungan positif bagi
ibu.
Munyusui adalah suatu proses belajar. Bayi belajar menghisap keluar air susu dari payudara
dengan seefisien mungkindan ibu belajar cara menyusui dengan senyaman mungkin. Faktor
fisik, psikologi, budaya, soaial, ekonomi dan lingkungan ternyata sangat berpengaruh
terhadap ibu nifas dengan adanya masa transisi. Jadi, perlu dukungan dari keluarga
disekitarnya. Di Indonesia, kebudayaan tersebut tidak dapat dihilangkan, salah satu alasan
yang kuat dikarenakan pembuktian terhadap beberapa mitos hingga kepercayaan ibu nifas
benar adanya. Namun, ada juga yang sama sekali tidak membawa dampak positif.

Prodi D- Kebidanan Medan Page 18


Masih banyak kebudayaan di tengah-tengah masyarakat. Perlu dilakukan pengawasan
khusus agar kebudayaan tersebut memberikan dampak positif. Dan berikan dukungan yang
penuh untuk ibu nifas agar dapat membantu memulihkan kepercayaan diri terhadap
kemampuannya.

Prodi D- Kebidanan Medan Page 19


TES FORMATIF

1. Apa upaya agar sang ayah tidak merasakan rasa cemburu terhadap bayinya?
2. Sibling rivalry umur berapa?
3. Mengapa bisa terjadi sibling rivalry?
4. Apa penyebab sibling rivalry pada anak toddler?
5. Apa yang terjadi bila sibling rivalry dibiarkan sampai dewasa?
6. Apakah istilah yang digunakan untuk menyatakan adanya ikatan batin antara
orangtua dan bayi?
7. Apa yang menjadi hambatan bounding attachment?
8. Kapan dilakukan bounding attachment?
9. Apa manfaat bounding attachment bagi ibu dan anak?
10. Bagaimana upaya meningkatkan bounding attachment?

Kunci Jawaban

Prodi D- Kebidanan Medan Page 20


1. Diupayakan keterlibatan ayah dalam merawat bayi karena merawat dan mengasuh bayi
dewasa ini bukan hanya tugas seorang ibu, ayah diupayakan sebanyak mungkin terlibat
dalam proses mengasuh bayi seperti memberi makan, mengganti popok, menidurkan
bayi dll.
2. Sibling rivalry biasanya lebih lazim terjadi ketika jarak usia anak antara 1-3 tahun.
Sibling rivalry akan terlihat lagi ketika umur mereka 3-5 tahun dan berlanjut pada umur
8-12 tahun pada usia sekolah, sibling rivalry lebih sering terjadi pada anak yang berjenis
kelamin yang sama, khususnya perempuan.
3. Masing-masing anak bersaing untuk menentukan pribadi mereka, sehingga ingin
menunjukkan pada saudara mereka. b. Anak merasa kurang mendapatkan perhatian,
disiplin dan mau mendengarkan dari orang tua mereka.
4. Sibling rivalry terjadi dikarenakan oleh rasa cemburu yang sering kali berasal dari rasa
takut yang dikombinasikan dengan rasa marah. Reaksi tersebut terjadi karena adanya
ancaman terhadap harga diri seseorang dan terhadap hubungan itu sendiri.
5. Bila sibling rivalry tetap keterusan sampai dewasa, maka banyak pelajaran positif yang
terlewatkan dan akan memengaruhi pembentukan kepribadian serta fungsi diri dalam
menjalankan keseharian.
6. Klause dan Kennel dalam Riordan (2009), bonding attachment adalah interaksi orang
tua dan bayi secara nyata, baik fisik, emosi, maupun sensori pada beberapa menit dan
jam pertama segera sesudah bayi lahir.
7. 1. Fasilitas IMD
2. Kurangnya support sistem.
3. Ibu dengan resiko (ibu sakit).
4. Bayi dengan resiko (bayi prematur, bayi sakit, bayi dengan cacat fisik).
5. Kehadiran bayi yang tidak diinginkan.
8. Bounding Attachment adalah sentuhan awal atau kontak kulit antara ibu dan bayi pada
menit-menit pertama sampai beberapa jam setelah kelahiran bayi.
9. Bounding Attachment adalah sebuah peningkatan hubungan kasih sayang dengan
keterikatan batin antara orang tua dan bayi. Dengan adanya Bounding Attachment bayi
akan merasa dicintai, diperhatikan, mempercayai, menumbuhkan sikap social, bayi
merasa aman.
10. 1. Dilakukan segera (menit pertama jam pertama).
2. Sentuhan orang tua pertama kali.
3. Adanya ikatan yang baik dan sistematis berupa kedekatan orang tua ke anak.

Prodi D- Kebidanan Medan Page 21


4. Kesehatan emosional orang tua.

DAFTAR PUSTAKA

Prodi D- Kebidanan Medan Page 22


 Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia.
 Bahiyatun. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC.
 Suherni, 2007. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya.
 Dahlah, A.Kasrida. 2014. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Malang : Selaksa Media
 Nugroho, Taufan. 2014. Asuhan Kebidanan 3 Nifas. Yogyakarta : Nuha Medika
 Sofian, Amru. 2011. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC
 Cholid, N.S. 2004. Mengenali Stress Anak & Reaksinya. Jakarta: Buku Populer
Nirmala.
 Chaplin, J.P. 2001. Kamus lengkap Psikologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
 Lusa. 2010. Sibling Rivalry. Online: www.lusa.web.id.
 Sadarjoen, S.S. 2005. Konflik Marital: Pemahaman Konseptual dan Alternatif
Solusinya. Bandung: Refika Aditama.
 Shaffer, D.R., & Kipp. K. 2007. Development Psychology: Childhood And
Adolescence. Canada: Cengange Learning.
 Papalia, D.E., Old, S.W., & Feldman, R.D. 2008. Human Development (Psikologi
Perkembangan). Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.
 Priatna, C dan Yulia, A. 2006. Mengatasi Persaingan Saudara Kandung pada Anak-
Anak. Jakarta: Elex Media Koputindo.

Prodi D- Kebidanan Medan Page 23

Anda mungkin juga menyukai