KLINIK LAKTASI
Disusun Oleh
Kelompok 4
Tingkat : 3A
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Deskripsi Usaha/Bisnis.................................................................... 3
2.1.1 Klinik Laktasi....................................................................... 3
2.1.2 Proses Pendekatan dalam Klinik Laktasi............................. 4
2.1.3 Proses Konseling dan Edukasi Klinik Laktasi..................... 4
2.1.4 Hambatan dan Konsultasi dalam Klinik Laktasi.................. 13
2.2 Visi Misi........................................................................................... 14
2.2.1 Visi....................................................................................... 14
2.2.2 Misi...................................................................................... 14
2.2.3 Strukur Organiasasi.............................................................. 15
BAB IV FINANSIAL
DAFTAR PUSTAKKA.............................................................................. 23
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pemberian Air Susu Ibu pada bayi terbaik untuk kualitas anak bangsa.
Air Susu Ibu kebutuhan sempurna bagi bayi. Memberikan air susu ibu berarti
memberi zat gizi tertinggi untuk saraf otak, sebagai zat kekebalan dari
penyakit, serta membangun ikatan emosional ibu dan bayi. ASI penting untuk
kebutuhan yang optimal baik fisik maupun kecerdasan. Faktor utama
penyebab kematian bayi di Indonesia adalah kurang gizi. Status gizi ibu pada
saat melahirkan dan bayi itu sendiri merupakan penyebab angka kematian
bayi yang tinggi. Pemenuhan kebutuhan gizi pada ibu dan bayi sangatlah
penting. Air susu ibu pemenuhan gizi yang paling murah dan mudah
didapat.2,3 ASI eksklusif cakupannya rendah disebabkan oleh faktor di
1
antaranya faktor pendidikan, pengetahuan dan pengalaman ibu, dukungan
keluarga, sarana, serta kondisi medis ibu karena penyakit atau pengobatan
tertentu. Kondisi psikologis ibu seperti sikap terhadap proses menyusui,
keyakinan, dan kepercayaan diri serta motivasi (Mitra et al., 2022)
1.2 Tujuan
Mendukung pemenuhan ASI pada bayi dengan meningkatkan pemahaman
pemberian ASI yang tepat dan benar kepada sang ibu melalui teknik
konseling laktasi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
4
Kerjasama dan komunikasi yang baik antara konselor dan ibu
akan meningkatkan kemampuan ibu dalam menyusui bayinya.
Keterampilan konselor menjadi pendengar yang baik mampu
menciptakan suasana yang nyaman bagi ibu sehingga dapat menggali
sejauh mana kemampuan ibu dalam menyusui bayinya. Posisi yang
nyaman untuk menyusui menjadi salah satu faktor penting dalam
keberhasilan pemberian ASI pada bayinya. Permasalahan putting yang
lecet atau inversi puting merupakan kondisi yang mempengaruhi ibu
dalam menyusui bayinya (Roesli, 2019). Penyebab lecet yang paling
umum adalah posisi perlekatan yang tidak tepat pada payudara ibu.
Posisi ibu harus adekuat di atas tempat tidur. Pengamatan yang
dilakukan oleh peneliti kepada ibu pasca bedah sesar menunjukkan
bahwa permasalahan yang banyak dialami ibu saat menyusui bayi
pada kontak awal adalah posisi dan perlekatan yang kurang tepat.
5
ASI adalah makanan utama bagi bayi yang mengandung
tinggi kalori dan nutrisi, makanan ini sangat dibutuhkan terutama
oleh bayi baru lahir pada masa awal kehidupan untuk tumbuh dan
berkembang hingga usia 6 bulan sampai 2 tahun (WHO, 2011).
Jadi ASI adalah makanan utama yang mengandung nutrisi dan
kalori yang sangat dibutuhkan oleh bayi khsusunya bayi baru
lahir dan tidak dimiliki oleh makanan lain yang bermanfaat untuk
pertumbuhan dan perkembangan serta pertahanan dari berbagai
penyakit. ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi
sejak dilahirkan selama 6 bulan tanpa menambahkan dan atau
mengganti degan makanan atau minuman lain (Kemenkes, 2012).
7
b) Ketenangan jiwa dan pikiran Untuk menghasilkan ASI yang
baik, maka kondisi kejiwaan dan pikiran harus tenang.
Keadaan psikologis ibu yang tertekan, sedih dan tegang akan
menurunkan volume ASI.
c) Penggunaan alat kontrasepsi Agar tidak mengurangi produksi
ASI penggunaan alat kontrasepsi pada ibu menyusui perlu
diperhatikan. Contoh alat kontrasepsi yang bisa digunakan
adalah IUD, kondom, pil khusus menyusui ataupun suntik
hormonal 3 bulanan.
d) Perawatan payudara Hormon prolaktin dan oksitosin
dihasilkan oleh hipofise dengan cara merangsang payudara
melalui perawatan payudara.
e) Anatomi payudara Jumlah lobus pada payudara juga
mempengaruhi produksi ASI. Selain itu, perlu diperhatikan
juga bentuk anatomi papilla mammae atau puting susu ibu.
f) Faktor fisiologi ASI terbentuk oleh karena pengaruh hormon
prolaktin yang menentukan produksi dan mempertahankan
sekresi air susu.
g) Pola istirahat Faktor istirahat mempengaruhi produksi dan
pengeluaran ASI. Apabila kondisi ibu kurang istirahat, terlalu
lelah maka ASI juga berkurang.
h) Faktor isapan anak atau frekuensi penyusuan Semakin sering
bayi disusui oleh ibu melalui payudara, maka produksi dan
pengeluaran ASI akan semakin banyak. Frekuensi pemeberian
ASI pada bayi prematur dan cukup bulan berbeda. Dari hasil
studi mengatakan bahwa produksi ASI bayi prematur akan
maksimal dengan pemompaan ASI lebih dari 5 kali per hari
selama bulan pertama setelah melahirkan. Pemompaan ASI
dilakukan karena bayi prematur belum bisa menyusu langsung
pada ibu. Sedangkan pada bayi yang cukup bulan frekuensi
pemberian ASI 10 ± 3 kali perhari selama 2 minggu pertama
setelah melahirkan berkaitan dengan produksi ASI yang cukup.
8
Sehingga direkomendasikan penyusuan paling sedikit 8 kali pe
hari pada periode awal setelah melahirkan. Frekuensi
penyusuan ini berkaitan dengan kemampuan stimulasi hormon
dalam kelenjar payudara.
i) Berat bayi lahir Bayi yang berat lahir normal (> 2500 gr)
mempunyai kemampuan menghisap ASI yang lebih baik
dibanding Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). Kekuatan
menghisap ASI meliputi frekuensi dan lama pemberian ASI
yang lebih rendah pada bayi premature dibanding pada bayi
berat lahir normal yang akan mempengaruhi stimulasi hormon
prolaktin dan oksitosin dalam menghasilkan ASI.
j) Umur kehamilan saat melahirkan Umur kehamilan dan berat
lahir mempengaruhi produksi ASI. Bayi yang lahir premature
(umur kehamilan kurang dari 34 minggu) sangat lemah dan
tidak mampu menghisap putting ibu secara efektif sehingga
produksi ASI lebih sedikit daripada bayi yang lahir cukup
bulan. Lemahnya kemampuan menghisap pada bayi premature
dapat disebabkan berat badan yang rendah dan belum
sempurnanya fungsi organ.
k) Konsumsi rokok dan alkohol Merokok menyebabkan
tergganggunya hormon prolaktin dan oksitosin sehingga dapat
mengurangi volume ASI yang akan diproduksi. Merokok akan
menstimulasi pelepasan adrenalin dimana adrenalin akan
menghambat pelepasam oksitosin. Minuman beralkohol dosis
rendah dapat menjadikan ibu merasa lebih rileks sehingga
membantu proses pengeluaran ASI, namun etanol yang
terdapat dalam alkohol dapat menghambat produksi oksitosin.
D. Cara Memperbanyak Produksi ASI
Terdapat beberapa cara untuk memperbanyak produksi ASI,
diantaranya (https://vitasi.net/tips-asi-banyak-dan-lancar/):
1) Sering menyusui
2) Bergantian payudara ketika menyusui
9
3) Hindari menggunakan dot susu
4) Memompa ASI setelah menyusui
5) Membersihkan puting dan melakukan pemijatan
6) Menyusui setiap 2-3 jam sekali
7) Memompa ASI 8. Skin to skin contact
8) Kompres payudara
9) 10.Makan banyak sayur (daun katuk, bayam, wortel, dll)
10) 11.Memilih KB yang tepat untuk ibu menyusui
11) 12.Minum air putih minimal 1000ml
E. Teknik Menyusui Yang Benar
1) Mencuci tangan dengan menggunakan sabun
2) Mengoleskan ASI pada areola sebelum menyusui
3) Memposisikan posisi yang nyaman saat menyusui (duduk
tegak, santai, nyaman, tidur)
4) Posisikan bayi:
Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi terletak
pada lengkung siku ibu dan bokong bayi terletak pada
telapak tangan
Satu tangan bayi berada di belakang badan ibu, satu
tangan didepan
Perut bayi menempel pada perut ibu
Kepala bayi menghadap payudara
Telinga bayi dan lengan terletak dalam satu garis lurus
5) Sangga payudara dengan 4 jari, ibu jari berada di atas untuk
mengarahkan putting, membentuk huruf C, jangan menekan
puting.
6) Sentuh sudut mulut/pipi bayi dengan puting atau jari
kelingking
7) Dekatkan kepala bayi ke payudara ibu, puting dan sebagian
besar areola masuk ke mulut bayi
8) Menatap bayi dan menyusui bayi dengan penuh kasih sayang
10
9) Jika ingin melepas, cara melepas isapan bayi (jari kelilngking
dimasukkan ke sudut mulut atau menekan dagu)
10) Sendawakan bayi dengan cara bayi digendong tegak dengan
bersandar pada bahu ibu, punggung ditepuk perlahan atau
bayi ditengkurapkan di pangkuan ibu kemudian punggung
ditepuk
11) Ibu menyusui dengan payudara kanan dan kiri secara
bergantian (pindah ketika payudara sebelah sudah kosong dan
menyusui kembali dengan payudara yang terakhir diberikan).
11
F. Pentingnya Dukungan Pada Ibu Menyusui
Keberhasilan menyusui seorang ibu bergantung pada
dukungan dari semua pihak. Selain pemerintah, pemuka agama,
penegak hukum dan tenaga kesehatan, orang-orang terdekat dis
ekitar ibu dan bayi seperti suami, kakek, nenek juga sangat
berperan besar dalam mendukung keberhasilan menyusui. Bentuk
dukungan suami pada ibu menyusui adalah dengan pembagian
tugas atau pekerjaan rumah. Suami yang membantu mengerjakan
pekerjaan rumah istri, akan mengurangi beban istri, sehingga istri
dapat beristirahat dengan maksimal dan tidak kelelahan. Hal ini
dapat membantu memperlancar produksi ASI ibu. Selain itu,
suami juga dapat bertugas membangunkan istri pada malam hari
untuk menyusui bayinya. Tidak hanya sekedar membangunkan
tetapi menemani dan memberikan support merupakan bentuk
dukungan yang dapat dilakukan seorang suami untuk mendukung
ibu dalam memberikan ASI untuk bayinya (Septianingtyas, 2018).
12
2.1.4 Hambatan dan Solusi dalam Klinik Laktasi
Efikasi diri ibu dapat dipengaruhi oleh 4 faktor sesuai dengan
teori yang diadaptasi dari Bandura (Vidayanti & Wahyuningsih,
2017), sebagai berikut :
a. Faktor pertama yakni pencapaian prestasi (performance
accomplishment), sebagai contoh yakni pengalaman keberhasilan
menyusui sendiri. Pengalaman keberhasilan menyusui dapat
meningkatkan rasa percaya diri, keyakinan, serta keinginan yang
kuat pada ibu untuk menyusui bayinya (Badura, 1977 dalam
Dennis, 2018). Ibu yang mendapatkan konseling laktasi akan
bekerjasama dengan konselor untuk mendiskusikan
pengalamannya tentang praktik menyusui bayinya, menggali
perasaan ibu dan mendampingi ibu dalam menyusui bayinya pada
kontak awal dan kontak kedua. ibu yang mendapatkan konseling
akan bersikap lebih terbuka dan mempunyai kepercayaan diri yang
lebih tinggi. Penelitian yang telah dilakukan oleh (Ertem, 2017)
menunjukkan hasil bahwa wanita dengan skor efikasi diri yang
rendah akan menunjukkan kemampuan yang kurang dalam
memberikan ASI pada 2 minggu postpartum. Hasil penelitian
(Buxton, 2017) juga menjelaskan bahwa 27% wanita dengan
tingkat efikasi diri yang rendah pada masa prenatal akan
menghentikan pemberian ASI dalam 1 minggu postpartum.
Kegagalan pemberian ASI terjadi 4-5 kali pada wanita yang kurang
percaya diri dalam pemberian ASI pada bayi baru lahir. Hasil
penelitian tersebut sejalan dengan hasil penelitian ini dimana
prosentase ibu dalam kelompok kontrol yang tidak mendapatkan
konseling laktasi mayoritas memiliki rerata skor efikasi diri yang
lebih rendah.
b. Faktor kedua yang mempengaruhi efikasi diri ibu menyusui adalah
pengalaman orang lain (vicarious experiences), misalnya
mengamati orang lain menyusui. Keyakinan ibu untuk menyusui
bayinya akan meningkat terutama apabila ibu yakin bahwa ibu
13
dapat menyusui bayinya seperti orang lain, teman, dan saudara
yang berhasil menyusui (Badura dalam Spaulding, 2018). Melalui
konseling laktasi, ibu dapat saling berbagi pengalaman dengan
konselor dan pasien yang lain sehingga mampu menerima
informasi secara efektif.
c. Faktor ketiga yang mempengaruhi efikasi diri ibu yaitu persuasi
verbal (verbal persuasion), sebagai contoh yaitu dukungan dari
orang lain yang berpengaruh seperti teman, keluarga, konsultan
laktasi, praktisi kesehatan. Penguatan atau saran yang diberikan
akan menjadi sumber kekuatan bagi ibu untuk menyusui bayinya
(Badura dalam Spaulding, 2018). Konseling laktasi merupakan
bentuk tindakan verbal persuasion yang efektif untuk
mempengaruhi efikasi diri ibu menyusui. Melalui konseling
laktasi, konselor mengamati dan menggali permasalahan ibu serta
menggali potensi yang ada dalam diri ibu sehingga mampu
memberikan penguatan bagi ibu dalam menyusui bayinya.
d. Respon fisiologis (physyological responses) merupakan faktor
keempat yang mempengaruhi efikasi diri ibu menyusui, sebagai
contoh yaitu kecemasan, stres, dan kelelahan ibu pasca melahirkan
(Spaulding, 2018). Seorang ibu menyusui tidak akan lepas dari
respon fisiologis maupun psikologis terhadap hambatan yang
dialami ibu. Ibu akan merasa nyaman, aman, dan yakin dapat
menyusui jika selama menyusui ibu bebas dari tekanan fisik
maupun emosional (Vidayanti & Wahyuningsih, 2017).
2.2 Visi Misi
2.2.1 Visi
Mendukung pemenuhan ASI pada bayi dengan meningkatkan
pemahaman pemberian ASI yang tepat dan benar kepada sang ibu
melalui teknik konseling laktasi.
2.2.2 Misi
a) Meningkatkan pemahaman ibu tentang pemberian ASI yang tepat
dan benar
14
b) Memahami masalah sang ibu dalam proses menyusui dan membantu
memberikan solusi yang tepat
c) Mewujudkan harapan ibu dan keluarga dengan pemberian ASI
eksklusif pada bayi
d) Membantu mengatasi permasalah tentang ASI dengan diskusi
konseling tentang pemenuhan gizi pada bayi
e) Mengatasi ketidaknyamanan ibu selama proses menyusui
f) Menciptakan kenyamanan pada ibu dan bayi selama proses
menyusui
2.3 Struktur Organisasi
Viera Santriani
Konselor
Klien
15
BAB III
PEMASARAN
17
pasien secara terapeutik. Pada strategi eksternal akan dilakukan secara gencar
dengan memfokuskan pada kegiatan promosi dari jasa kami seperti membuat
leaflet, poster dan brosur untuk dibagikan ke sosial media, serta mengadakan
penyuluhan atau seminar mengenai klinik kami (Alam & Syahrir, 2016).
18
BAB IV
FINANSIAL
Total Rp 1.000.000,-
Sumber modal :
19
N Honor tenaga kerja / Bulan Volume Harga Jumlah
o satuan
1 Tenaga medis
1. Perawat penanggung 1 Rp Rp
jawab (pemilik) 500.000,- 500.000,-
Sekaligus administrasi
2. Perawat pelaksana 1 Rp Rp
400.000,- 400.000,,-
2 Biaya operasional
1. Transport perawat 1 Rp Rp
pelaksana 100.000,- 100.000,-
Total Rp 1.000.000,-
Keuntungan
N Rincian Volume Harga Jumlah
o satuan
1 Target penjualan jasa 1 bulan Rp Rp
750.000,- 1.400.000,-
2. Honor tenaga kerja 1 bulan Rp Rp
1.000.000,- 1.000.000,-
Selisih /keuntungan per bulan : Rp 400.000,-
Pengembalian
modal awal
pengembalian modal= x 1bulan
keuntungan per bulan
pengembalianmodal=Rp1.000 .000 ,− ¿ ¿
Rp 400.000 ,−¿ x 1bulan ¿
20
4.3 Analisa Break Even Point (BEP)
adalah teknik analisa untuk mempelajari hubungan antara volume
penjualan dan profitabilitas. Break Even Point (BEP) merupakan suatu
kondisi perusahaan yang mana dalam operasionalnya tidak mendapat
keuntungan dan juga tidak menderita kerugian. Dengan kata lain, antara
pendapatan dan biaya pada kondisi yang sama, sehingga labanya adalah nol
21
= 1.000.000
1,3
= 770.000
= 770.000
750.000
= Rp. 1
Jadi, titik impas dalam rupiah pada usaha ini adalah Rp. 1
22
DAFTAR PUSTAKA
Alam, S., & Syahrir, S. (2016). Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Teknik
Menyusui Pada Ibu Di Puskesmas Patallang Kabupaten Takalar. Al-Sihah :
Public Health Science Journal, 8(2), 130–138.
Azhar, F., Vicanty, R., Putri, H. R., & Rahmawati, L. (2018). EKSKLUSIF BAGI
KESEHATAN IBU DAN ANAK DI POSYANDU ANGGREK I CIPUTAT
TIMUR , KOTA TANGERANG SELATAN.
Mitra, M., Nurlisis, N., & Rany, N. (2022). Edukasi Online tentang Persiapan
Laktasi Ketika Hamil untuk Keberhasilan ASI eksklusif dan Pencegahan
Stunting. Empowerment: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 1(4), 475–481.
https://doi.org/10.55983/empjcs.v1i4.183
23
Sukses Menyusui “Manajemen Laktasi dan Positive Self Talk .” Magister
Keperawatan Universitas Diponegoro, 1–44.
24