Anda di halaman 1dari 26

PROPOSAL KEWIRAUSAHAAN

KLINIK LAKTASI

Disusun Oleh
Kelompok 4

1. Levi Riani PO.7120120015


2. Rizka Utari PO.7120120016
3. Gina Khairaatun .H. PO.7120120017
4. Viera Santriani PO.7120120018
5. Vina Fadhlia D. PO.7120120019

Tingkat : 3A

Dosen Pembimbing : Dr. Rosnani S.Kep., M.Kep., SP. Mat

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG


JURUSAN D-III KEPERAWATAN
TAHUN 2022/2023
DAFTAR ISI
COVER....................................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
1.2 Tujuan.............................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Deskripsi Usaha/Bisnis.................................................................... 3
2.1.1 Klinik Laktasi....................................................................... 3
2.1.2 Proses Pendekatan dalam Klinik Laktasi............................. 4
2.1.3 Proses Konseling dan Edukasi Klinik Laktasi..................... 4
2.1.4 Hambatan dan Konsultasi dalam Klinik Laktasi.................. 13
2.2 Visi Misi........................................................................................... 14
2.2.1 Visi....................................................................................... 14
2.2.2 Misi...................................................................................... 14
2.2.3 Strukur Organiasasi.............................................................. 15

BAB III PEMASARAN


3.1 Potensi Pemasaran Jasa.................................................................... 16
3.2 Segmentasi Pasar............................................................................. 17
3.3 Strategi Penjualan............................................................................ 17

BAB IV FINANSIAL

4.1 Sumber dan Penggunaan.................................................................. 19


4.2 Laporan Keuangan........................................................................... 20
4.3 Analisa Break Even Point (BEP)..................................................... 21

DAFTAR PUSTAKKA.............................................................................. 23

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang

Pencapaian ASI eksklusif masih belum mencapai target yang ditetapkan.


Beberapa penyebab belum tercapainya ASI eksklusif adalah belum
optimalnya persiapan laktasi pada saat kehamilan. Pengetahuan ibu yang
rendah merupakan faktor risiko ibu tidak mempersiapkan ASI pada saat
kehamilan. Hal ini juga disebabkan karena ibu hamil masih bekerja sehingga
belum mempersiapkan ASI eksklusif ketika hamil secara optimal. Penelitian
Mitra menyatakan bahwa ibu bekerja tidak mempersiapkan ASI eksklusif
selama kehamilan karena tidak mengetahui bagaimana perawatan payudara
pada waktu hamil. Persiapan laktasi merupakan salah satu upaya yang
dilakukan untuk keberhasilan ASI esklusif. Persiapan laktasi dimulai pada
saat kehamilan, setelah ibu melahirkan (masa perinatal) sampai bayi berusia 2
tahun. Persiapan laktasi dimulai pada saat kehamilan dengan memperhatikan
kebutuhan gizi, menghindari stress serta melakukan perawatan payudara.
Persiapan psikologis perlu disiapkan sejak kehamilan dengan memberikan
keyakinan bahwa ibu dapat memberikan ASI esklusif dan produksi ASI
cukup untuk kebutuhan bayi. Selain itu persiapan lainnya adalah ibu
menambah pengetahuan dan wawasan tentang gizi ibu hamil, perawatan
payudara dan cara menyusui yang benar (Vidayanti & Wahyuningsih, 2017).

Pemberian Air Susu Ibu pada bayi terbaik untuk kualitas anak bangsa.
Air Susu Ibu kebutuhan sempurna bagi bayi. Memberikan air susu ibu berarti
memberi zat gizi tertinggi untuk saraf otak, sebagai zat kekebalan dari
penyakit, serta membangun ikatan emosional ibu dan bayi. ASI penting untuk
kebutuhan yang optimal baik fisik maupun kecerdasan. Faktor utama
penyebab kematian bayi di Indonesia adalah kurang gizi. Status gizi ibu pada
saat melahirkan dan bayi itu sendiri merupakan penyebab angka kematian
bayi yang tinggi. Pemenuhan kebutuhan gizi pada ibu dan bayi sangatlah
penting. Air susu ibu pemenuhan gizi yang paling murah dan mudah
didapat.2,3 ASI eksklusif cakupannya rendah disebabkan oleh faktor di

1
antaranya faktor pendidikan, pengetahuan dan pengalaman ibu, dukungan
keluarga, sarana, serta kondisi medis ibu karena penyakit atau pengobatan
tertentu. Kondisi psikologis ibu seperti sikap terhadap proses menyusui,
keyakinan, dan kepercayaan diri serta motivasi (Mitra et al., 2022)

1.2 Tujuan
 Mendukung pemenuhan ASI pada bayi dengan meningkatkan pemahaman
pemberian ASI yang tepat dan benar kepada sang ibu melalui teknik
konseling laktasi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Deskripsi Usaha/Bisnis


2.1.1 Klinik Laktasi

Klinik Laktasi atau Konsultan Laktasi merupakan suatu tempat


yang terdiri dari tenaga profesional keperawatan yang membantu para
ibu baru dalam usahanya menyusui sang buah hati. Tujuan konsultan
laktasi adalah untuk membantu menyelesaikan dan memberikan solusi
bagi para ibu yang memiliki masalah dalam menyusui anaknya serta
melakukan edukasi dalam pemberian ASI secara tepat agar ibu dan
bayi merasa nyaman.

Air Susu Ibu kebutuhan sempurna bagi bayi. Memberikan air


susu ibu berarti memberi zat gizi tertinggi untuk saraf otak, sebagai
zat kekebalan dari penyakit, serta membangun ikatan emosional ibu
dan bayi. ASI penting untuk kebutuhan yang optimal baik fisik
maupun kecerdasan bagi bayi (Vidayanti & Wahyuningsih, 2017).

ASI eksklusif cakupannya rendah disebabkan oleh faktor di


antaranya faktor pendidikan, pengetahuan dan pengalaman ibu,
dukungan keluarga, sarana, serta kondisi medis ibu karena penyakit
atau pengobatan tertentu. Kondisi psikologis ibu seperti sikap
terhadap proses menyusui, keyakinan, dan kepercayaan diri serta
motivasi adalah faktor predisposisi atau faktor pemicu positif
(Vidayanti & Wahyuningsih, 2017).

Teori Mercer “Becoming a mother” menjelaskan tentang


bagaimana seorang wanita akan menjadi seorang ibu. Seorang ibu
yang mempunyai kepercayaan diri yang baik akan dapat melakukan
perannya dalam pengasuhan dan perawatan serta kemampuan dalam
memberian ASI, ibu dapat lebih percaya diri dan dapat meyakinkan
dirinya untuk dapat menyusui bayinya dengan benar, sehingga ibu
3
dapat melakukan pengasuhan pada anaknya secara maksimal
(Vidayanti & Wahyuningsih, 2017).

Masalah yang banyak dialami oleh ibu adalah ketidakmampuan


ibu tentang cara perlekatan yang benar. Masalah yang banyak dialami
oleh ibu-ibu seperti puting lecet, ASI yang keluar hanya sedikit dan
bayi rewel. Seorang ibu harus mempunyai keterampilan menyusui
agar ASI dapat mengalir dari payudara ibu ke bayi secara efektif.
Keterampilan menyusui yang baik meliputi posisi menyusui dan
perlekatan bayi pada payudara yang tepat (Riordan & Wambach,
2018).

Hasil penelitian (Ambarwati, 2017), menunjukkan hasil bahwa


ibu yang mendapatkan konseling laktasi secara intensif menunjukkan
peningkatan pengetahuan untuk menyusui bayinya dan menunjukkan
peningkatan sikap untu mulai menginisiasi pemberian ASI pada
bayinya. Hasil penelitian (Ambarwati, 2017) sejalan dengan hasil
penelitian ini yakni ibu yang mendapatkan konseling laktasi
berpeluang mempunyai kemampuan menyusui yang lebih baik
terhadap bayinya sebesar 3,85 kali bila dibandingkan dengan ibu yang
tidak mendapatkan konseling laktasi

2.1.2 Proses Pendekatan Dalam Klinik Laktasi

Pada saat kontak pertama dengan sang ibu, konselor melakukan


pendekatan pada ibu melalui keterampilan mendengarkan dan
mempelajari permasalahan yang dialami responden, mengajukan
pertanyaan terbuka, bersikap empati, menggunakan respon dan
gerakan tubuh yang menunjukkan perhatian, mendiskusikan dan
mendemonstrasikan posisi menyusui yang benar. Hasil konseling
harus menambah pengetahuan ibu serta sang ibu dapat menerima
konseling dan akhirnya keterampilan ibu dalam memposisikan bayi
saat menyusui dapat dilakukan dengan tepat dan nyaman.

4
Kerjasama dan komunikasi yang baik antara konselor dan ibu
akan meningkatkan kemampuan ibu dalam menyusui bayinya.
Keterampilan konselor menjadi pendengar yang baik mampu
menciptakan suasana yang nyaman bagi ibu sehingga dapat menggali
sejauh mana kemampuan ibu dalam menyusui bayinya. Posisi yang
nyaman untuk menyusui menjadi salah satu faktor penting dalam
keberhasilan pemberian ASI pada bayinya. Permasalahan putting yang
lecet atau inversi puting merupakan kondisi yang mempengaruhi ibu
dalam menyusui bayinya (Roesli, 2019). Penyebab lecet yang paling
umum adalah posisi perlekatan yang tidak tepat pada payudara ibu.
Posisi ibu harus adekuat di atas tempat tidur. Pengamatan yang
dilakukan oleh peneliti kepada ibu pasca bedah sesar menunjukkan
bahwa permasalahan yang banyak dialami ibu saat menyusui bayi
pada kontak awal adalah posisi dan perlekatan yang kurang tepat.

Pada kontak awal sesi konseling, peneliti melakukan pendekatan


untuk mendiskusikan posisi yang paling nyaman bagi ibu untuk
menyusui bayinya dan mendemonstrasikan perlekatan yang tepat.
Perlekatan menyusu yang tepat dapat diidentifikasi dari tanda- tanda
sebagian besar areola masuk ke dalam mulut bayi, mulut bayi terbuka
lebar, bibir bawah bayi tampak terputar keluar, dagu bayi menempel
pada payudara ibu dan pipi bayi tampak menggembung (Perinansia,
2018). Pada sesi konseling kontak kedua, peneliti melakukan
konseling untuk pemantapan ibu dalam menyusui bayinya. Setelah
dilakukan konseling pada kontak kedua, sebagian besar ibu
menunjukkan keterampilan dan kemampuan menyusui yang baik
dengan hasil sebanyak 73,2% ibu yang mendapatkan konseling
mempunyai kemampuan menyusui yang baik. Hasil konseling ini
dapat menjadi alternatif intervensi keperawatan maternitas yang
efektif untuk meningkatkan kemampuan menyusui ibu untuk bayinya.

2.1.3 Proses Konseling dan Edukasi Klinik Laktasi


A. Konsep ASI (Air Susu Ibu)

5
ASI adalah makanan utama bagi bayi yang mengandung
tinggi kalori dan nutrisi, makanan ini sangat dibutuhkan terutama
oleh bayi baru lahir pada masa awal kehidupan untuk tumbuh dan
berkembang hingga usia 6 bulan sampai 2 tahun (WHO, 2011).
Jadi ASI adalah makanan utama yang mengandung nutrisi dan
kalori yang sangat dibutuhkan oleh bayi khsusunya bayi baru
lahir dan tidak dimiliki oleh makanan lain yang bermanfaat untuk
pertumbuhan dan perkembangan serta pertahanan dari berbagai
penyakit. ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi
sejak dilahirkan selama 6 bulan tanpa menambahkan dan atau
mengganti degan makanan atau minuman lain (Kemenkes, 2012).

ASI eksklusif merupakan pemberian ASI (Air Susu Ibu)


sedini mungkin setelah melahirkan, diberikan tanpa jadwal dan
tidak memberikan air putih ataupun makanan lainnya, sampai
bayi berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan, bayi mulai dikenalkan
dengan makanan lain dan tetap diberikan ASI sampai bayi
berumur dua tahun (Vidayanti, 2017).

B. Keuntungan dan Manfaat Pemberian ASI


1) Manfaat ASI bagi bayi (WHO, 2011) :
a) Mencegah terjadinya penyakit infeksi (diare, infeksi
pernafasan, otitis media, infeksi saluran kemih).
b) Meningkatkan imunitas. ASI yang diberikan oleh ibu
didalamnya terkandung sistem imun yang sudah matang
yaitu imunnoglobulin A (IgA) yang merupakakn sistem
imun utama untuk mencegah suatu penyakit, walaupun
bayi sebenarnya sudah mempunyai sistem imun, tetapi
pada bayi sampai usia 2 tahun sistem imun pada bayi
masih belum matur (matang).
c) Untuk tunbuh kembang bayi. Sistem imun yang ada pada
ASI akan memberikan stimulasi sistem imun bayi untuk
lebih berkembang
d) Mencegah terjadinya penyakit kronik
6
e) Melindungi terhadap alergi
f) Meningkatkan kesehatan dan pertahanan hidup bayi
g) Menunjang kecerdasan.
2) Manfaat bagi ibu
Manfaat pemberian ASI bagi ibu ( The Northem Ireland
Breastfeeding Strategy Group, 2012) :
a) Menurunkan berat badan
b) Mengurangi perdarahan setelah melahirkan
c) Mencegah terjadinya kanker ovarium dan payudara
d) Meningkatkan hubungan kasih sayang (psikologis) antara
ibu dan bayi
3) Manfaat bagi keluarga Manfaat ASI bagi keluarga (Blincoe,
2017) :
a) Manfaat secara ekonomi, keluarga tidak perlu memberli
susu untuk biaya bayinya karena ASI yang diberikan pada
bayi langsung tersedia dari ibu
4) Manfaat bagi negara Manfaat ASI bagi negara (WHO, 2011) :
a) Menghemat anggaran negara dalam menyiapkan susu
formula, membeli susu dan perlengkapannya
b) Menghemat baiaya rumah sakit, pembelian obat-obatan
c) Bayi yang mendapatkan ASI akan tumbuh dan
berkembang secara optimal, sehingga diharapkan bayi
yang mendapatkan ASI akan tumbuh menjadi anak
sebagai generasi penerus bangsa
C. Faktor yang mempengaruhi produksi ASI
Menurut (Rini & D, 2017) hal-hal yang mempengaruhi produksi
ASI sebagai berikut :
a) Makanan Produksi ASI dipengaruhi oleh makanan yang
dikonsumsi ibu menyusui. Apabila makanan yang ibu makan
cukup akan gizi dan pola makan yang teratur, maka produksi
ASI akan berjalan dengan lancar.

7
b) Ketenangan jiwa dan pikiran Untuk menghasilkan ASI yang
baik, maka kondisi kejiwaan dan pikiran harus tenang.
Keadaan psikologis ibu yang tertekan, sedih dan tegang akan
menurunkan volume ASI.
c) Penggunaan alat kontrasepsi Agar tidak mengurangi produksi
ASI penggunaan alat kontrasepsi pada ibu menyusui perlu
diperhatikan. Contoh alat kontrasepsi yang bisa digunakan
adalah IUD, kondom, pil khusus menyusui ataupun suntik
hormonal 3 bulanan.
d) Perawatan payudara Hormon prolaktin dan oksitosin
dihasilkan oleh hipofise dengan cara merangsang payudara
melalui perawatan payudara.
e) Anatomi payudara Jumlah lobus pada payudara juga
mempengaruhi produksi ASI. Selain itu, perlu diperhatikan
juga bentuk anatomi papilla mammae atau puting susu ibu.
f) Faktor fisiologi ASI terbentuk oleh karena pengaruh hormon
prolaktin yang menentukan produksi dan mempertahankan
sekresi air susu.
g) Pola istirahat Faktor istirahat mempengaruhi produksi dan
pengeluaran ASI. Apabila kondisi ibu kurang istirahat, terlalu
lelah maka ASI juga berkurang.
h) Faktor isapan anak atau frekuensi penyusuan Semakin sering
bayi disusui oleh ibu melalui payudara, maka produksi dan
pengeluaran ASI akan semakin banyak. Frekuensi pemeberian
ASI pada bayi prematur dan cukup bulan berbeda. Dari hasil
studi mengatakan bahwa produksi ASI bayi prematur akan
maksimal dengan pemompaan ASI lebih dari 5 kali per hari
selama bulan pertama setelah melahirkan. Pemompaan ASI
dilakukan karena bayi prematur belum bisa menyusu langsung
pada ibu. Sedangkan pada bayi yang cukup bulan frekuensi
pemberian ASI 10 ± 3 kali perhari selama 2 minggu pertama
setelah melahirkan berkaitan dengan produksi ASI yang cukup.

8
Sehingga direkomendasikan penyusuan paling sedikit 8 kali pe
hari pada periode awal setelah melahirkan. Frekuensi
penyusuan ini berkaitan dengan kemampuan stimulasi hormon
dalam kelenjar payudara.
i) Berat bayi lahir Bayi yang berat lahir normal (> 2500 gr)
mempunyai kemampuan menghisap ASI yang lebih baik
dibanding Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). Kekuatan
menghisap ASI meliputi frekuensi dan lama pemberian ASI
yang lebih rendah pada bayi premature dibanding pada bayi
berat lahir normal yang akan mempengaruhi stimulasi hormon
prolaktin dan oksitosin dalam menghasilkan ASI.
j) Umur kehamilan saat melahirkan Umur kehamilan dan berat
lahir mempengaruhi produksi ASI. Bayi yang lahir premature
(umur kehamilan kurang dari 34 minggu) sangat lemah dan
tidak mampu menghisap putting ibu secara efektif sehingga
produksi ASI lebih sedikit daripada bayi yang lahir cukup
bulan. Lemahnya kemampuan menghisap pada bayi premature
dapat disebabkan berat badan yang rendah dan belum
sempurnanya fungsi organ.
k) Konsumsi rokok dan alkohol Merokok menyebabkan
tergganggunya hormon prolaktin dan oksitosin sehingga dapat
mengurangi volume ASI yang akan diproduksi. Merokok akan
menstimulasi pelepasan adrenalin dimana adrenalin akan
menghambat pelepasam oksitosin. Minuman beralkohol dosis
rendah dapat menjadikan ibu merasa lebih rileks sehingga
membantu proses pengeluaran ASI, namun etanol yang
terdapat dalam alkohol dapat menghambat produksi oksitosin.
D. Cara Memperbanyak Produksi ASI
Terdapat beberapa cara untuk memperbanyak produksi ASI,
diantaranya (https://vitasi.net/tips-asi-banyak-dan-lancar/):
1) Sering menyusui
2) Bergantian payudara ketika menyusui

9
3) Hindari menggunakan dot susu
4) Memompa ASI setelah menyusui
5) Membersihkan puting dan melakukan pemijatan
6) Menyusui setiap 2-3 jam sekali
7) Memompa ASI 8. Skin to skin contact
8) Kompres payudara
9) 10.Makan banyak sayur (daun katuk, bayam, wortel, dll)
10) 11.Memilih KB yang tepat untuk ibu menyusui
11) 12.Minum air putih minimal 1000ml
E. Teknik Menyusui Yang Benar
1) Mencuci tangan dengan menggunakan sabun
2) Mengoleskan ASI pada areola sebelum menyusui
3) Memposisikan posisi yang nyaman saat menyusui (duduk
tegak, santai, nyaman, tidur)
4) Posisikan bayi:
 Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi terletak
pada lengkung siku ibu dan bokong bayi terletak pada
telapak tangan
 Satu tangan bayi berada di belakang badan ibu, satu
tangan didepan
 Perut bayi menempel pada perut ibu
 Kepala bayi menghadap payudara
 Telinga bayi dan lengan terletak dalam satu garis lurus
5) Sangga payudara dengan 4 jari, ibu jari berada di atas untuk
mengarahkan putting, membentuk huruf C, jangan menekan
puting.
6) Sentuh sudut mulut/pipi bayi dengan puting atau jari
kelingking
7) Dekatkan kepala bayi ke payudara ibu, puting dan sebagian
besar areola masuk ke mulut bayi
8) Menatap bayi dan menyusui bayi dengan penuh kasih sayang

10
9) Jika ingin melepas, cara melepas isapan bayi (jari kelilngking
dimasukkan ke sudut mulut atau menekan dagu)
10) Sendawakan bayi dengan cara bayi digendong tegak dengan
bersandar pada bahu ibu, punggung ditepuk perlahan atau
bayi ditengkurapkan di pangkuan ibu kemudian punggung
ditepuk
11) Ibu menyusui dengan payudara kanan dan kiri secara
bergantian (pindah ketika payudara sebelah sudah kosong dan
menyusui kembali dengan payudara yang terakhir diberikan).

11
F. Pentingnya Dukungan Pada Ibu Menyusui
Keberhasilan menyusui seorang ibu bergantung pada
dukungan dari semua pihak. Selain pemerintah, pemuka agama,
penegak hukum dan tenaga kesehatan, orang-orang terdekat dis
ekitar ibu dan bayi seperti suami, kakek, nenek juga sangat
berperan besar dalam mendukung keberhasilan menyusui. Bentuk
dukungan suami pada ibu menyusui adalah dengan pembagian
tugas atau pekerjaan rumah. Suami yang membantu mengerjakan
pekerjaan rumah istri, akan mengurangi beban istri, sehingga istri
dapat beristirahat dengan maksimal dan tidak kelelahan. Hal ini
dapat membantu memperlancar produksi ASI ibu. Selain itu,
suami juga dapat bertugas membangunkan istri pada malam hari
untuk menyusui bayinya. Tidak hanya sekedar membangunkan
tetapi menemani dan memberikan support merupakan bentuk
dukungan yang dapat dilakukan seorang suami untuk mendukung
ibu dalam memberikan ASI untuk bayinya (Septianingtyas, 2018).

12
2.1.4 Hambatan dan Solusi dalam Klinik Laktasi
Efikasi diri ibu dapat dipengaruhi oleh 4 faktor sesuai dengan
teori yang diadaptasi dari Bandura (Vidayanti & Wahyuningsih,
2017), sebagai berikut :
a. Faktor pertama yakni pencapaian prestasi (performance
accomplishment), sebagai contoh yakni pengalaman keberhasilan
menyusui sendiri. Pengalaman keberhasilan menyusui dapat
meningkatkan rasa percaya diri, keyakinan, serta keinginan yang
kuat pada ibu untuk menyusui bayinya (Badura, 1977 dalam
Dennis, 2018). Ibu yang mendapatkan konseling laktasi akan
bekerjasama dengan konselor untuk mendiskusikan
pengalamannya tentang praktik menyusui bayinya, menggali
perasaan ibu dan mendampingi ibu dalam menyusui bayinya pada
kontak awal dan kontak kedua. ibu yang mendapatkan konseling
akan bersikap lebih terbuka dan mempunyai kepercayaan diri yang
lebih tinggi. Penelitian yang telah dilakukan oleh (Ertem, 2017)
menunjukkan hasil bahwa wanita dengan skor efikasi diri yang
rendah akan menunjukkan kemampuan yang kurang dalam
memberikan ASI pada 2 minggu postpartum. Hasil penelitian
(Buxton, 2017) juga menjelaskan bahwa 27% wanita dengan
tingkat efikasi diri yang rendah pada masa prenatal akan
menghentikan pemberian ASI dalam 1 minggu postpartum.
Kegagalan pemberian ASI terjadi 4-5 kali pada wanita yang kurang
percaya diri dalam pemberian ASI pada bayi baru lahir. Hasil
penelitian tersebut sejalan dengan hasil penelitian ini dimana
prosentase ibu dalam kelompok kontrol yang tidak mendapatkan
konseling laktasi mayoritas memiliki rerata skor efikasi diri yang
lebih rendah.
b. Faktor kedua yang mempengaruhi efikasi diri ibu menyusui adalah
pengalaman orang lain (vicarious experiences), misalnya
mengamati orang lain menyusui. Keyakinan ibu untuk menyusui
bayinya akan meningkat terutama apabila ibu yakin bahwa ibu

13
dapat menyusui bayinya seperti orang lain, teman, dan saudara
yang berhasil menyusui (Badura dalam Spaulding, 2018). Melalui
konseling laktasi, ibu dapat saling berbagi pengalaman dengan
konselor dan pasien yang lain sehingga mampu menerima
informasi secara efektif.
c. Faktor ketiga yang mempengaruhi efikasi diri ibu yaitu persuasi
verbal (verbal persuasion), sebagai contoh yaitu dukungan dari
orang lain yang berpengaruh seperti teman, keluarga, konsultan
laktasi, praktisi kesehatan. Penguatan atau saran yang diberikan
akan menjadi sumber kekuatan bagi ibu untuk menyusui bayinya
(Badura dalam Spaulding, 2018). Konseling laktasi merupakan
bentuk tindakan verbal persuasion yang efektif untuk
mempengaruhi efikasi diri ibu menyusui. Melalui konseling
laktasi, konselor mengamati dan menggali permasalahan ibu serta
menggali potensi yang ada dalam diri ibu sehingga mampu
memberikan penguatan bagi ibu dalam menyusui bayinya.
d. Respon fisiologis (physyological responses) merupakan faktor
keempat yang mempengaruhi efikasi diri ibu menyusui, sebagai
contoh yaitu kecemasan, stres, dan kelelahan ibu pasca melahirkan
(Spaulding, 2018). Seorang ibu menyusui tidak akan lepas dari
respon fisiologis maupun psikologis terhadap hambatan yang
dialami ibu. Ibu akan merasa nyaman, aman, dan yakin dapat
menyusui jika selama menyusui ibu bebas dari tekanan fisik
maupun emosional (Vidayanti & Wahyuningsih, 2017).
2.2 Visi Misi
2.2.1 Visi
Mendukung pemenuhan ASI pada bayi dengan meningkatkan
pemahaman pemberian ASI yang tepat dan benar kepada sang ibu
melalui teknik konseling laktasi.
2.2.2 Misi
a) Meningkatkan pemahaman ibu tentang pemberian ASI yang tepat
dan benar

14
b) Memahami masalah sang ibu dalam proses menyusui dan membantu
memberikan solusi yang tepat
c) Mewujudkan harapan ibu dan keluarga dengan pemberian ASI
eksklusif pada bayi
d) Membantu mengatasi permasalah tentang ASI dengan diskusi
konseling tentang pemenuhan gizi pada bayi
e) Mengatasi ketidaknyamanan ibu selama proses menyusui
f) Menciptakan kenyamanan pada ibu dan bayi selama proses
menyusui
2.3 Struktur Organisasi
Viera Santriani
Konselor

Levi Riani Vina Fadhlia Delfathia


Pengedukasi Pengedukasi

Rizka Utari Gina Khairaatun Hisaan


Penjawab Pertanyaan/Peraga Dokumentasi/Antisipasi Maslah

Klien

15
BAB III

PEMASARAN

3.1 Potensi Pemasaran Jasa


Jasa yang kami tawarkan dalam pelayanan mengenai Laktasi di klinik
Laktasi Palembang kami ditujukan pada ibu menyusui atau ibu yang memiliki
bayi secara luas. Jasa kami merupakan pelayanan dalam bentuk preventif
dimana ibu menyusui akan diberikan edukasi, konsultasi, sehingga
permasalahan tentang ASI dapat diatasi. Selain itu, jasa yang kami tawarkan
pada klinik kami meliputi edukasi mengenai konsep ASI faktor yang
mempengaruhi ASI, keuntungan dan manfaat pemberian ASI, makanan yang
sesuai dengan ibu menyusui serta cara memperbanyak produksi ASI (Azhar,
et all, 2018).
Dengan adanya aktivitas fisik atau teknik menyusui dengan benar,
Teknik menyusui merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produksi
ASI dimana bila teknik menyusui tidak benar dapat menyebabkan puting
lecet dan menjadikan ibu enggan menyusui dan bayi jarang menyusu karena
bayi enggan manyusu akan berakibat kuarang baik, karena isapan bayi sangat
berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya. Edukasi pada masa
ibu menyusui sendiri merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan
karena jika tidak diikuti dengan pemantauan yang rutin maka dapat
berdampak buruk (Azhar, et all, 2018).
ASI (Air Susu Ibu) merupakan nutrisi yang tepat untuk bayi yang
mengandung unsur zat gizi penting untuk memenuhi kebutuhan bayi dan
terdiri dari zat antibodi yang baik untuk meningkatkan sistem kekebalan
tubuh bayi. Tiga tahun pertama kehidupan seorang anak sangat penting
karena nutrisi yang optimal selama periode ini menurunkan angkat mobiditas
serta mortilitas, mendorong perkembangan yang lebih baik dan mengurangi
resiko penyakit kronis (Azhar, et all, 2018).
Kekurangan gizi yang dialami bayi dan anak akan menimbulkan
dampak gangguan pertumbuhan dan perkembangan jika tidak bisa diatasi
dengan baik dan dapat berlangsung hingga anak dewasa nantinya. Berbagai
macam inovasi dalam melancarkan proses ibu menyusui agar ibu menyusui
16
dapat lebih bijak memilih tindakan yang terbukti aman seperti sehati dan
setting ruang ibu menyusui serta memilih kursi pijat oksitosin yang nyaman
dan menarik (Azhar, et all, 2018).

3.2 Segmentasi Pasar


Tujuan dari jasa yang kami tawarkan adalah kepada ibu menyusi yang
berada di sekitar wilayah Klinik Laktasi Palembang yaitu daerah Merdeka
dan sekitarnya dan dikenal luas oleh masyarakat Kota Palembang sampai
seluruh Indonesia. Fokus utama dari jasa kami adalah edukasi dan konsultasi
pada ibu menyusui, Pelayanan ini bertujuan bila bayi tidak disusui secara
eksklusif dapat berdampak buruk bagi kesehatan bayi (Deswani et all, 2017).
Adapun dampak buruk tersebut adalah risiko kematian karena diare 3,94
kali lebih tinggi dibandingkan bayi yang mendapat ASI eksklusif. Dengan
jasa-jasa kami, selain dapat melakukan teknik menyusui dengan benar juga
dapat membantu ibu menyusi melewati masa-masa menyusui dengan lebih
damai dan sehat karena teknik dan pijat yang kami tawarkan (Deswani et all,
2017).
Sebagai seorang perawat yang berfokus pada perawatan ibu menyusi
perlu mengadakan interaksi dengan klien untuk mengkaji masalah kesehatan
dan sumber-sumber yang ada pada klien, keluarga dan masyarakat;
merencanakan dan melaksanakan tindakan untuk mengatasi masalahmaslah
klien, keluarga dan masyarakat; serta memberikan dukungan pada potensi
yang dimiliki klien dengan tindakan keperawatan yang tepat (Deswani et all,
2017).

3.3 Strategi Penjualan


Dalam metode pemasaran dan penyebaran informasi mengenai jasa yang
kami tawarkan akan dilakukan secara internal, interaktif, dan eksternal. Pada
strategi internal yaitu dengan meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM)
atau tenaga kerja pada klinik kami dengan pelatihan khusus dan tersertifikasi
dalam memberikan jasa dan layanan pada pelanggan, sedangkan pada strategi
interaktif yaitu meningkatkan kehandalan dan kedekatan hubungan dengan

17
pasien secara terapeutik. Pada strategi eksternal akan dilakukan secara gencar
dengan memfokuskan pada kegiatan promosi dari jasa kami seperti membuat
leaflet, poster dan brosur untuk dibagikan ke sosial media, serta mengadakan
penyuluhan atau seminar mengenai klinik kami (Alam & Syahrir, 2016).

18
BAB IV
FINANSIAL

4.1 Sumber dan Penggunaan


Sumber dana didapatkan dari biaya pendaftaran member dan modal
pengusaha.
Biaya Pendaftaran member : Rp. 750.000,-/bulan
Modal pengusaha : Rp. 1.000.000,-
Sumber Modal = Iuran Anggota pendiri klinik Rp. 200.000 x 5 = Rp.
1.000.000,00
Kebutuhan Home Care

N Rincian Modal volume Harga Jumlah


o satuan
1 Peralatan kesehatan
1. nursingkit 2 Rp Rp
300.000,- 600.000,-
2. daun katu 2 Rp Rp
2.000,- 4.000,-
2 Peralatan non medis (milik
pribadi)
1. Telepon kantor 1 - -
2. Telepon seluler bagi 2 - -
perawat pelaksana
3. Komputer/laptop 1 - -
4. Stopkontak 1 - -
5. proyektor 1 - -
6. Meja 1 - -
7. Kursi 1 - -
8. Sepeda motor 2 - -
9. blender 1 - -
10. cup plastik 2 Rp Rp
25.000,- 50.000,-
11. sedotan 2 Rp Rp
5.000,- 10.000,-
12. susu 2 Rp Rp
12.000,- 24.000,-
13. gula 1 Rp Rp
12.000,- 12.000,-
3 Biaya perizinan usaha 1 Rp Rp
300.000,- 300.000,-

Total Rp 1.000.000,-
Sumber modal :

19
N Honor tenaga kerja / Bulan Volume Harga Jumlah
o satuan
1 Tenaga medis
1. Perawat penanggung 1 Rp Rp
jawab (pemilik) 500.000,- 500.000,-
Sekaligus administrasi
2. Perawat pelaksana 1 Rp Rp
400.000,- 400.000,,-
2 Biaya operasional
1. Transport perawat 1 Rp Rp
pelaksana 100.000,- 100.000,-
Total Rp 1.000.000,-

No Penjualan jasa Volume Harga Jumlah


satuan
1 Target klien/ bulan
2 klien 30 hari Rp Rp
750.000,- 1.400.000,-
Total Rp 1.400.000,-

Keuntungan
N Rincian Volume Harga Jumlah
o satuan
1 Target penjualan jasa 1 bulan Rp Rp
750.000,- 1.400.000,-
2. Honor tenaga kerja 1 bulan Rp Rp
1.000.000,- 1.000.000,-
Selisih /keuntungan per bulan : Rp 400.000,-

Pengembalian
modal awal
pengembalian modal= x 1bulan
keuntungan per bulan
pengembalianmodal=Rp1.000 .000 ,− ¿ ¿
Rp 400.000 ,−¿ x 1bulan ¿

pengembalian modal = 2,5 bulan

pengembalian modal = 3 bulan

4.2 Laporan Keuangan


Total Pengeluaran : kebutuhan homecare + honor tenaga kerja
= Rp. 1.000.000 + Rp. 1.000.000
= Rp. 2.000.000

20
4.3 Analisa Break Even Point (BEP)
adalah teknik analisa untuk mempelajari hubungan antara volume
penjualan dan profitabilitas. Break Even Point (BEP) merupakan suatu
kondisi perusahaan yang mana dalam operasionalnya tidak mendapat
keuntungan dan juga tidak menderita kerugian. Dengan kata lain, antara
pendapatan dan biaya pada kondisi yang sama, sehingga labanya adalah nol

BEP Unit = 1.000.000 : (1.400.000 – 1.000.000)


= 1.000.000 : 400.000
=3
Jadi, untuk mencapai BEP klinik laktasi harus menargetkan 3 orang
untuk berpartisipasi.

BEP dalam Rupiah = 1.000.000


1 – 3 x 1.000.000
3 x 750
= 1.000.000
1 – 3 x 1.000.000
2.250.000

21
= 1.000.000
1,3
= 770.000
= 770.000
750.000
= Rp. 1

Jadi, titik impas dalam rupiah pada usaha ini adalah Rp. 1

22
DAFTAR PUSTAKA

Alam, S., & Syahrir, S. (2016). Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Teknik
Menyusui Pada Ibu Di Puskesmas Patallang Kabupaten Takalar. Al-Sihah :
Public Health Science Journal, 8(2), 130–138.

Ambarwati, R. (2013). Pengaruh konseling laktasi intensif terhadap pemberian air


susu ibu (ASI) eksklusif sampai 3 bulan. Tesis. Vol. 2, No. 1. Desember
2013: 15-23, Jurnal Gizi Indonesia.

Azhar, F., Vicanty, R., Putri, H. R., & Rahmawati, L. (2018). EKSKLUSIF BAGI
KESEHATAN IBU DAN ANAK DI POSYANDU ANGGREK I CIPUTAT
TIMUR , KOTA TANGERANG SELATAN.

Deswani, D. D., Deswani, D. D., & Mulyanti, Y. M. (2017). Inovasi


Pendampingan Pemberian Asi Pada Ibu Pascasalin Meningkatkan
Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Ibu Menyusui. Jurnal Ilmu Dan
Teknologi Kesehatan, 5(1), 67–78. https://doi.org/10.32668/jitek.v5i1.74

Kemenkes RI, 2013. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun


2012 Tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif. Jakarta: Kemenkes RI

Mitra, M., Nurlisis, N., & Rany, N. (2022). Edukasi Online tentang Persiapan
Laktasi Ketika Hamil untuk Keberhasilan ASI eksklusif dan Pencegahan
Stunting. Empowerment: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 1(4), 475–481.
https://doi.org/10.55983/empjcs.v1i4.183

Perinasia, Perkumpulan Perinatologi Indonesia. (2009). Manajemen Laktasi,


Jakarta.

Riordan, J., Wambach, K. (2010) Breastfeeding and Human Lactation. (4th


edition). Massachusetts: Jones and Bartlett Publishers.

Roesli. U., Yohmi, E. (2009). Manajemen Laktasi. Jakarta: IDAI.

Septianingtyas, M.C.A., Anggorowati and Nurrima, A. (2018). Modul Paket

23
Sukses Menyusui “Manajemen Laktasi dan Positive Self Talk .” Magister
Keperawatan Universitas Diponegoro, 1–44.

Spaulding, D.M.(2007). Breastfeeding Self Efficacy in Women of African


Descent. Proquest Dissertations and Theses.

Vidayanti, V., & Wahyuningsih, M. (2017). Efektifitas Konseling laktasi


Terhadap Efikasi Diri dan Kemampuan Menyusui Ibu pasca Bedah Sesar.
Jurnal Keperawatan …, 4(April), 154–162.
http://nursingjurnal.respati.ac.id/index.php/JKRY/article/view/115%0Ahtt
p://nursingjurnal.respati.ac.id/index.php/JKRY/article/download/115/45

Vidayanti, V., & Wahyuningsih, M. (2017). Efektifitas Konseling laktasi


Terhadap Efikasi Diri dan Kemampuan Menyusui Ibu pasca Bedah Sesar.
Jurnal Keperawatan …, 4(April), 154–162.
http://nursingjurnal.respati.ac.id/index.php/JKRY/article/view/115%0Ahtt
p://nursingjurnal.respati.ac.id/index.php/JKRY/article/download/115/45

World Health Organization, United Nations of Children Foundation. 2011. Modul


40 Jam Pelatihan Konseling Menyusui Standar WHO & UNICEF . Tidak

24

Anda mungkin juga menyukai