Oleh kelompok 6
Nama : 1. Surya Tirta Samudra
2. Maharani
3. Widya Ningsih Cahyani
4. Fadhilla Elsa Khairani
5. Berlen Octaviani
6. Ema Meryantika
7. Serlin Trias Mika
8. Aura Eka Putri
9. Ana Wahya Septiana
10.Shely Permata Sari
11.Shakira Carita
12. M. Fauzan Febrian
Ruang : Maternitas
Penyusun
ASUHAN KEPERAWATAN
NIM : PO7120120006
Hari : Kamis
Mengetahui
Tanggal Tanda
Topik Komentar Pembimbing
Bimbingan Tangan
Senin, 18 Juli Kasus yang diangkat menjadi Judul yang diangkat untuk kasusu
2022 tugas kelompok kelompok 6 “ASUHAN
KEPERAWATAN
PADA NY. D DENGAN POST
SECTIO CAESAREA (SC)
DI RUANG ANYELIR
(MATERNITAS)
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KOTA PRABUMULIH”
• Implementasi keperawatan
disesuakan dengan yang
dilakukan diruangan
Persalinan dapat berlangsung secara fisiologis dan patologis. Salah satu dari persalinan
paotologis yaitu sectio caesarea. Operasi Sectio Caesaria merupakan tindakan
melahirkan janin yang sudah mampu hidup beserta plasenta dan selaput ketuban secara
transabdominal melalui insisi uterus. Di Indonesia, persentase Sectio Caesarea cukup
besar. Di rumah sakit pemerintah pada tahun 2008 rata-rata persalinan dengan Sectio
Caesarea sebesar 11%, sementara di Rumah Sakit Swasta bisa lebih dari 30%. Dan
tercatat dari 17.665 angka kelahiran terdapat 35,7% - 55,3% ibu melahirkan dengan
proses sectio caesarea (Cahyono, 2014).
Suatu proses pembedahan setelah operasi atau post operasi akan menimbulkan respon
nyeri. Nyeri yang dirasakan ibu post partum dengan sectio caesarea berasal dari luka
yang terdapat dari perut. Tingkat dan keparahan nyeri pasca operatif tergantung pada
fisiologisdan psikologis individu dan toleransi yang ditimbulkan nyeri (Yuliana dkk,
2015).
Nyeri adalah sensasi yang tidak menyenangkan dan sangat idiviual yang tidak dapat
dibagi kepada orang lain. Nyeri dapat memenuhi seluruh pikiran seseorang, mengatur
aktivitasnya, dan mengubah kehidupan orang tersebut (Berman & Kozier 2009).
Stimulus nyeri dapat berupa stimulus yang bersifat fisik dan atau mental, sedangkan
kerusakan dapat terjadi pada jaringan aktual atau pada fungsi ego individu (Yuliana
dkk, 2015).
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk menyusun laporan kasus mengenai
sectio caesarea dengan fokus studi nyeri akut dengan judul “Asuhan Keperawatan Post
Sectio Caesarea dengan Fokus Studi Nyeri Akut”.
B. Rumusan Masalah
• Bagaimana penatalaksanaan ibu Post Sectio Caesarea
C. Tujuan
a) Umum
• Memahami dan melaksanakan asuhan keperawatan asuhan keperawatan pada
post section caesarea
b) Khusus
• Mampu mengatahui konsep teori ibu post sectio caesare
• Mengetahui atau memahami pengkajian , Analisa data, diagnose kepearwatan,
intervensi, implementasi dan catatan perkembanagan
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. KONSEP DASAR MATERI
a) Pengertian Post Partum
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas
(puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali
alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6 minggu sejak bayi
lahir sampai organ-organ reproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil
(Bobak, 2010). Masa nifas atau puerperium adalah dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya
plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Hadijono, 2008:356).
• Puerperium dini yaitu keputihan dimana ibu setelah diperbolehkan berdiri dan
berjalan.
• Puerperium Intermedial yaitu keputihan menyeluruh di alat-alat genetalia yang
lamanya mencapai 6-8 minggu.
• Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan rehat
sempurna terutama bila selama hamil / waktu persalinan mempunyai
komplikasi ( Dian S, 2020).
Nyeri ini disebabkan oleh kontraksi dan relaksasi uterus yang berurutan yang
terjadi secara terus-menerus. Nyeri ini lebih umum terjadi pada paritas tinggi dan pada
wanita menyusui. Alasan nyeri yang lebih berat, pada wanita dengan paritas tinggi
adalah penurunan tonus otot uterus secara bersamaan, menyebabkan reaksinya
intermiten berbeda pada wanita primipara yang tonus ototnya masih kuat dan uterus
tetap berkontraksi tanpa relaksasi intermiten pada wanita menyusui isapan bayi
menstimulasi produksi oksitosin oleh hipofise posterior. Delapan oksitosin tidak hanya
memicu refleks daun atau pengeluaran ASI pada payudara tetapi juga menyebabkan
kontraksi uterus.
• Keringat berlebihan
• Pembesaran payudara
• Nyeri perineum
Rasa takut dapat menghambat fungsi bowel, jika wanita takut maka hal itu dapat
merobek jahitan atau nyeri. Konstipasi lebih lanjut mungkin diperberat dengan
longgarnya abdomen dan oleh ketidaknyamanan jahitan robekan perineum derajat 3
atau 4.
• Hemoroiid
d) Sectio Caesarea
Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui
suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam
keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 2009). Sedangkan menurut
(Gulardi & Wiknjosastro, 2006) Sectio caesarea adalah tindakan untuk melahirkan
janin dengan berat badan di atas 500 gram melalui sayatan pada dinding uterus yang
utuh, dan menurut (Mansjoer,2002) Sectio caesarea ialah pembedahan untuk
melahirkan janin dengan membuka dinding parut dan dinding rahim.
Pada Sectio caesarea korporal / klasik ini di buat kepada korpus uteri, pembedahan ini
yang agak mudah dilakukan, hanya di selenggarakan apabila ada halangan untuk
melakukan sectio caesarea transperitonealis profunda. Insisi memanjang pada segmen
uterus.
Sectio ceasarea ekstra peritoneal dahulu dilakukan untuk mengurangi bahaya injeksi
peroral akan tetapi dengan kemajuan pengobatan tehadap injeksi pembedahan ini
sekarang tidak banyak lagi dilakukan. Rongga peritoneum tak dibuka, dilakukan pada
pasien infeksi uteri berat.
- Atonia uteri
- Plasenta accrete
- Myoma uteri
berikut :
2. Etiologi
Menurut Manuaba (2002) indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah ruptur
uteri iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi dari
janin adalah fetal distres dan janin besar melebihi 4.000 gram> Dari beberapa faktor
sectio caesarea diatas dapat diuraikan beberapa penyebab sectio sebagai berikut :
a) CPD (Chepalo Pelvik Dispropotion) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak
sesuai dengan ukuran kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat
melahirkan secara normal.
c) KDP ( Ketuban Pecah Dini ) adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda
persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartus. Sebagian besar ketuban
pecah dini adalah hamil aterm di atas 37 minggu.
d) Bayi kembar, kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih
tinggi daripada kelahiran satu bayi.
e) Faktor hambatan jalan lahir, adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan
lahir yang tidak memungkinkan adanya pembukaan.
3. Patofisiologi
Sectio caesarea merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas 500
gram dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasi dilakukan tindakan sc yaitu
distorsi kepala panggul, disfungsi uterus, distorsia jaringan lunak, placenta previa dll, untuk
ibu. Sedangkan untuk janin adalah gawat janin. Janin besar dan janin lintang setelah dilakukan
SC ibu akan mengalami adaptasi post partum baik aspek kognitif berupa kurang pengetahuan.
Akibat kurang informasi dari aspek fisiologis yaitu produk oxitosin yang tidak adekuat akan
mengakibatkan ASI yang keluar hanya sedikit, luka dari insisi akan menjadi post de entris bagi
kuman. Oleh karena itu perlu diberikan antibiotik dan perawatan luka dengan prinsip steril.
Nyeri adalah salah satu utama karena insisi yang mengakibatkan gangguan rasa nyaman.
Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa bersifat regional dan umum.
Namun anestesi umum lebih banyak pengaruhnya terhadap janin maupun ibu anestesi janin
sehingga kadang-kadang bayi lahir dalam keadaan upnou yang tidak dapat diatasi dengan
mudah. Akibatnya janin bisa mati, sedangkan pengaruhnya anestesi bagi ibu sendiri yaitu
terhadap tonus uteri berupa atonia uteri sehingga darah banyak yang keluar. Untuk pengaruh
terhadap nafas yaitualan nafas yang tidak efektif akibat sekret yang berlebihan karena kerja
otot nafas silia yang menutup. Anastesi ini juga mempengaruhi saluran pencarnaan dengan
menurunkan mobilitas usus.
Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung akan terjadi proses
penghancur dengan bantuan peristaltik usus. Kemudian diserap untuk metabolisme sehingga
tubuh memperoleh energi. Akibat dari mortilitas yang menurun maka peristaltik juga menurun.
Makanan yang ada di lambung akan menumpung dan karena reflek untuk batuk juga menurun.
Maka pasien sengat motilitas yang menurun juga berakibat pada perubahan pola eliminasi yaitu
konstipasi (Saifuddin, Mansjoer & Prawirohardjo, 2002)
4. Manifestasi Klinis
` Menurut Saifuddin (2002), manifestasi klinis terbagi atas 4 bagian yaitu :
• Pusing
• Mual muntah
• Nyeri sekitar luka operasi
• Peristaltic usus menurun
5. Pemeriksaan Penunjang
• Elektroensefalogram (EEG)
Untuk membantu menetapkan jenis dan fokus dari kejang.
• Pemindaian CT
Untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.
• Magneti Resonance Imaging (MRI)
Menghasilkan bayangan dengan menggunakan lapangan magnetik dan gelombang
radio, berguna untuk memperlihatkan daerah-daerah otak yang tidak jelas terlihat bila
menggunakan pemindaian CT)
• Uji laboratorium
Panel elektrolit
• Infeksi puerperial : kenaikan suhu selama beberapa hari dalam masa nifas dibagi atas :
• Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari.
• Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan perut sedikit
kembung.
• Berat, peritonealis, sepsisi dan usus paralitik.
• Perdarahan : perdarahan banyak bisa terjadi jika pada saat pembedahan cabang-cabang
arteri ikut terbuka atau karena atonia uteri.
• Komplikasi-komplikasi lainnya antara lain luka kandung kencing, embolisme paru
yang sangat jarang terjadi.
• Kurang kuatnya perut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa
terjadi ruptur. Yang sering terjadi pada bayi : Kematian perinatal
1. Keperawatan
Perawatan awal
1) Periksa kondisi pasien, cek tanda vital tiap 15 menit selama 1 jam pertama, kemudian
tiap 30 menit jam berikutnya. Periksa tingkat kesadaran tiap 15 menit sampai sadar.
2) Yakinkan jalan nafas bersih dan cukup ventilasi.
3) Transfusi darah jika perlu
4) Jika tanda vital dan hematikrit turun walau diberikan transfusi, segera kembalikan ke
kamar bedah kemungkinanan terjadi perdarahan pasca bedah.
5) Diet
Pemberian cairan per infus biasanya dihentikan setelah penderita flatus lalu di mulailah
pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian minuman dengan jumlah yang
sedikit sudah bleh dilakukan pada 6-10 jam pasca operasi, berupa air putih dan air teh.
6) Mobilisasi
Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6-10 jam setelah operasi
Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang sedini mungkin
setelah sadar.
Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukan selama 5 menit dan diminta untuk
bernafas dalam lalu menghembuskannya.
Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah duduk
(semifowler).
Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan belajar duduk
selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan sendiri pada hari ke-3 smapai
hari ke-5 pasca operasi.
7) Fungsi gastrointestinal
• Jika tindakan tidak berat beri pasien diit cair
• Jika ada tanda infeksi, tunggu bising usus timbul
• Jika pasien bisa flatus mulai berikan makanan padat
• Pemberian infis diteruskan sampai pasien bisa minum dengan baik.
8) Perawatan funsi kandung kemih
Jika urine jernih, kateter dilepas 8 jam setelah pembedahan atau sesudah semalam.
Jika urine tidak jernih biarkan kateter terpasang sampai urine jernih.
Jika terjadi perlukaan pada kandung kemih biarkan kateter terpasang sampai minimum
7 hari atau urine jernih.
Jika sudah tidak memekai antibiotik berikan nirofurantoin 100 mg per oral per hari
smapai kateter dilepas.
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada penderita,
menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan. Kateter biasanya terpasang
24 – 48 jam / lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan keadaan penderita.
9) Pembalutan dan perawatan luka
Jika pada pembalut luka terjadi perdarahan atau keluar cairan tidak terlalu banyak
jangan mengganti pembalut.
Jika pembalut luka agak kendor, jangan ganti pembalut, tapi beri plester untuk
mengencangkannya.
Ganti pembalut dengan cara steril
Luka harus dijaga agar tetap kering dan bersih
Jahitan fasia adalah utama dalam bedah abdomen, angka jahitan kulit dilakukan pada
hari ke-5 pada SC.
2. Medis
1) Cairan IV sesuai indikasi
2) Anestesi regional atau general
3) Perjanjian dari orang terdekat untuk tujuan sectio caesarea.
4) Tes laboratorium sesuai indikasi
5) Pemberian oksitosin sesuai indikasi
6) Tanda vital per protokol ruang pemulihan
7) Persiapan kulit pembedahan abdomen
8) Persetujuan ditandatangani
9) Pemasangan kateter fole
10) Penatalaksanaan Laktasi
Laktasi merupakan teknik menyusui mulai dari ASI dibuat sampai pada keadaan bayi
menghisap dan menelan ASI. Laktasi merupakan bagian kelengkapan dari siklus reproduksi
mamalia termasuk manusia. Masa laktasi berguna untuk menambah pemberian ASI dan
meneruskan pemberian ASI sampai anak berumur 2 tahun dengan baik dan benar serta anak
memperoleh kekebalan tubuh secara alami. Adapun beberapa komposisi ASI menurut
(Purwanti, 2004) adalah sebagai berikut :
• Karbohidrat
Laktosa (gula susu) merupakan bentuk utama karbohidarat dalam ASI dimana keberadaannya
secara proporsional lebih besar jumlahnya dari pada susu sapi. Laktosa membantu
mempermudah bermetabolisme menjadi dua gula biasa (galaktoda dan glukosa) dan menyerap
kalsium yang diperlukan bagi pertumbuhan otak yang cepat yang terjadi pada masa bayi.
• Protein
Protein utama dalam ASI adalah air dadih. Mudah dicerna, air dadih menjadi kerak lembut
dimana bahan-bahan gizi siap diserap ke dalam aliran darah bayi. Sebaliknya, kasein
merupakan protein utama dalam susu sapi. Ketika susu sapi atau susu formula dari sapi
diberikan kepada bayi, kasein membentuk kerak karet yang tiak mudah dicerna, kadang-kadang
memberikan kontribusi terjadinya konstipasi. Beberapa komponen protein dalam ASI
memainkan peranan penting dalam melindungi bayi dari penykit dan infeksi.
• Lemak
Lemak mengandung separuh dari kalori ASI. Salah satu dari lemak tersebut, kolestrol
diperlukan bagi perkembangan normal sytem saraf bayi, yang meliputi otak. Kolestrol
meningkatkan pertumbuhan lapisan khusus pada syaraf selama berkembang dan menjadi
sempurna. Asam lemak yang cukup kaya keberadaanya dalam ASI, juga memberikan
kontribusi bagi pertumbuhan otak dan syaraf yang sehat.
• Vitamin A
ASI mengandung betakaroten dan vitamin A yang cukup tinggi. Selain berfungsi untuk
kesehatan mata, vitamin A juga berfungsi mendukung pembelahan sel, kekebalan
tubuh dan pertumbuhan. Inilah alasan bahwa bayi yang mendapat ASI mempunayi tumbuh
kembang dan daya tahan tubuh yang baik.
• Vitamin D
ASI hanya sedikit mengandung vitamin D. Sehingga dengan pemberian ASI eksklusif
ditambah dengan membiarkan bayi terpapar sinar matahari pagi, hal ini mencegah bayi dari
penyakit tulang karena kekurangan vitamin D.
• Vitamin E
Salah satu keuntungan ASI adalah mengandung vitamin E yang cukup tinggi, terutama pada
kolostrum dan ASI transisi awal. Fungsi penting vitamin E dalam tubuh digunakan untuk
ketahanan dinding sel darah merah.
• Vitamin K
Vitamin K yang terkandung dalam ASI jumlahnya sangat sedikit sehingga perlu tambahan
vitamin K yang biasanya diberikan dalam bentuk suntikan. Vitamin K ini berfungsi sebagai
faktor pembekuan darah
Skala nyeri deskriptif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang
objektif. Skala ini juga disebut sebagai skala pendeskripsian verbal /Verbal
Descriptor Scale (VDS) merupakan garis yang terdiri tiga sampai lima kata
pendeskripsian yang tersusun dengan jarak yang sama disepanjang garis.
Pendeskripsian ini mulai dari “tidak terasa nyeri” sampai “nyeri tak
tertahankan”, dan pasien diminta untuk menunjukkan keadaan yang sesuai
dengan keadaan nyeri saat ini (Mubarak et al., 2015).
▪ Numerical Rating Scale (NRS) (Skala numerik angka)
Pasien disuruh melihat skala gambar wajah.Gambar pertama tidak nyeri (anak
tenang) kedua sedikit nyeri dan selanjutnya lebih nyeri dan gambar paling akhir,
adalah orang dengan ekpresi nyeri yang sangat berat.Setelah itu, pasien disuruh
menunjuk gambar yang cocok dengan nyerinya.Metode ini digunakan untuk
pediatri, tetapi juga dapat digunakan pada geriatri dengan gangguan kognitif
(Mubarak et al., 2015).
▪ Secara umum , pengkajian nyeri meliputi beberapa aspek, antara lain :
a) Faktor pencetus (P : provocative/palliative), yaitu faktor yang
mempengaruhi ggawat atau ringannya nyeri
b) Kualitas (Q : Quality/Quantity), yaitu nyeri seperti apakah rasa tajam,
tumpul, atau tersayat
c) Lokasi (R : Region/Radiation) yaitu perjalanan nyeri
d) Keparahan (S : Scale/Severity) yaitu keparahan atau intesitas nyeri
e) Waktu (T : Time), yaitu lama/waktu serangan atau frekuensi nyerii
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
• Identitas Pasien
Nama : Ny. D
Umur : 23 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : Sma Sederajat
Pekerjaaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Desa Lubuk Raman,Lubuk Raman,Rambang Dangku
Tanggal masuk RS : 13 - 07 -2022
Tanggal pengkajian : 13 -07-2022
No.Rm. : 087323
• Identitas Penanggung Jawab
Nama suami : Tn. S
Umur : 25 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : Sma Sederajat
Pekerjaan : Dekor
Alamat : Desa Lubuk Raman,Lubuk Raman,Rambang Dangku
Suku/Bangsa : Prabumulih
• Riwayat Kesehatan
Keluhan utama
- Saat masuk Rumah sakit : Ingin Melahirkan
- Saat pengkajian : Nyeri pada perut daerah luka operasi sc
• Riwayat Kehamilan dan Persalinan
- HPHT : 21 November 2021
- Taksiran Partus : 28 agustus 2022
- ANC.
Frekuensi : 2 kali
Tempat : Bidan
Keluhan-keluhan : mual dan muntah
- Riwayat persalinan
Ibu
- Tanggal persalinan : 14 Juli 2022
- Tempat persalinan : Rumah sakit
- Ditolong oleh : Kebidanan
- Jenis persalinan : sectio caesarea
- Perdarahan : ada
- Plasenta : ada lengkap
- Ketuban : ada
- Laporan persalinan
• Kala I : tidak dikaji
• Kala II : tidak dikaji
• Kala III : tidak dikaji
• Kala IV : tidak dikaji
Bayi
- Jenis kelamin : Perempuan
- BB lahir : 1400 gram
- PB lahir : 45 cm
- APGAR SCORE : 6/7/8
- Anus : ada
- Masa gestasi : 33 s/d 34 minggu
- Cacat bawaan : tidak ada
• Aktivitas Sehari – hari
- Nutrisi
Pola makan : 3 × sehari
Komposisi : Lauk,sayur,sambal
Makanan : nasi
Perubahan makanan : baik
- Eliminasi
Pola eliminasi BAB : baik
Karakteristik : Warna kuning kecoklatan dan lembek
Pola eliminasi BAK : baik
Karakteristik : kuning khas amoniak
Pola istirahat/tidur : tidak ada gangguan pola tidur
- Kontrasepsi
Rencana kontrasepsi : Belum Ada
• Pemeriksaaan Fisik
Tanda-tanda vital
• Tekanan darah : 110/70 mmHg
• Denyut nadi : 80 x/m
• Pernapasan : 20 x/m
• BB sebelum hamil : 40 kg
• LILA :
• TB : 153 cm
• Suhu : 36 C
• BB sekarang : 44 kg
Wajah
• Bentuk : simetris
• Oedema : tidak ada
• Cloasma : tidak ada
• Gravidarum : tidak ada
Hidung
• Bentuk : simetris
• Perdarahan : tidak ada
• Polip : tidak ada
• Sinusitis : tidak ada
Mata
• Bentuk : simetris
• Oedema : tidak ada
• Conjungtiva : pucat
• Sclera : putih
Mulut
• Bentuk : simetris
• Warna : pucat
• Kelembapan : lembab
• Hipersaliva : tidak ada
• Gigi:caries : bersih
Leher
Payudara
Aksila
Skala Nyeri : 6
ANALISA DATA
NO Data Etiologi Problem
1. Data Subjektif: Post partum SC Nyeri akut ( D.007 hal.172
• Klien mengatakan )
nyeri pada perut
setelah operasi SC
• Klien mengatakan
nyeri saat bergerak Jaringan terputus
yang dirasakan
seperti berdenyut
dan terkadang
nyeri hilang timbul
Data Objektif :
• P : nyeri setelah Merangsang Area sensori
operasi SC
• Q : dirasakan
berdenyut dan
hilang timbul
• R : dirasakan pada Nyeri Akut
bagian perut bawah
bekas operasi SC
• S : skala nyeri 6
• T : nyeri dirasakan
saat bergerak
• TTV
TD : 110/70 mmHg.
N : 80x/menit.
RR : 20x/menit
S: 36 C
2. Data Subjektif: Luka post SC Risiko Infeksi (D.0142)
-
Data Objektif :
Tampak ada luka post SC
Skala nyeri 6
Jaringan terbuka
Leukosit 20.3
Suhu : 36 derajat
Poteksi kurang
Invasi bakteri
Resiko infeksi
Proklatin meningkat
Ejeksi ASI
Tidak adekuat
DIAGNOSA KEPERAWATAN
- Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (prosedur operasi sc) ( D.007
hal.172 )
- Resiko infeksi dibuktikan dengan efek prosedur invasif (D.0142)
- Menyusui tidak efektif berhubungan dengan tidak rawat gabung ( D.0029 hal 75 )
INTERVENSI KEPERRAWATAN
No Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi
1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan MANAJEMEN NYERI
dengan agen pencedera tindakan keperawatan Observasi
fisik akibat prosedur 3x24 jam tingkat nyeri -lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi,
operasi (D.0077) menurun dengan kriteria
- kualitas, intensitas nyeri
hasil: - Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respon nyeri
- Keluhan nyeri berkurang
non verbal
dengan skala nyeri - Identifikasi faktor yang
memperberat dan
- Ekspresi wajah tenang
- memperingan nyeri
- Tekanan darah menjadi - Identifikasi pengetahuan
dan keyakinan tentang
normal 120/80-130/85
nyeri
mmHg - Identifikasi pengaruh
budaya terhadap respon
- Nadi menjadi normal
nyeri
60- 100x/menit - Identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas hidup
- Pernapasan menjadi
- Monitor keberhasilan
normal 12-22x/menit terapi komplementer
- yang sudah diberikan.
- Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik
- Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
- mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi 16usic,
biofeedback, terapi pijat,
aroma terapi, teknik
imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
- Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan
tidur
- Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyri
secara mandiri
- Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
Resiko infeksi Setelah dilakukan PENCEGAHAN INFEKSI
tindakan keperawatan (I.14539)
selama 3x24 jam Observasi
diharapkan Glukosa - Identifikasi riwayat
derajat infeksi menurun kesehatan dan riwayat
dengan KH: alergi
Demam menururun - Identifikasi kontraindikasi
Kemerahan menurun pemberian imunisasi
Nyeri menurun - Identifikasi status
Bengkak menurun imunisasi setiap
Kadar sel darah putih kunjungan ke pelayanan
kesehatan
membaik
Terapeutik
- Berikan suntikan pada
pada bayi dibagian paha
anterolateral
- Dokumentasikan
informasi vaksinasi
- Jadwalkan imunisasi pada
interval waktu yang tepat
Edukasi
- Jelaskan tujuan, manfaat,
resiko yang terjadi, jadwal
dan efek samping
- Informasikan imunisasi
yang diwajibkan
pemerintah
- Informasikan imunisasi
yang melindungiterhadap
penyakit namun saat ini
tidak diwajibkan
pemerintah
- Informasikan vaksinasi
untuk kejadian khusus
- Informasikan penundaan
pemberian imunisasi tidak
berarti mengulang jadwal
imunisasi kembali
- Informasikan penyedia
layanan pekan imunisasi
nasional yang
menyediakan vaksin gratis
12.00
O:
- Klien tidak ada alergi saat Skin test
P: Intervensi dilanjutkan
P: Intervensi dilanjutkan
14.00 1 -Mengobservasi Tanda-tanda vital S: Surya
TD : 120/70 mmHg -Klien mengatakan nyeri pada perut
N : 86x/menit setelah operasi SC
Rr : 18x/menit -Klien mengatakan nyeri saat bergerak
S : 36 C yang dirasakan seperti berdenyut dan
terkadang nyeri hilang timbul
KU: Sakit sedang
KS: Composmetis O:
GCS : E4V5M6 P : Nyeri setelah operasi SC
Q : Dirasakan berdenyut dan hilang timbul
-Mengobservasi lokasi, an R : Dirasakan pada bagian perut bawah
14.30 karakteristik nyeri, durasi, bekas operasi SC
frekuensi kualitas, intensitas nyeri S : Skala nyeri 4
-Mengidentifikasi skala nyeri T : Nyeri dirasakan saat bergerak
-Memberikan teknik
15.00 nonfarmakologis untuk mengurangi TD : 120/70 mmHg
rasa nyeri (imajinasi terbimbing) N : 86x/menit
-Kolaborasi dalam pemberian Rr : 18x/menit
16.00 analgesic S : 36 C
A: Masalah belum teratasi
17.30 O:
-Klien tampak
P: Intervensi dilanjutkan
P: Intervensi dilanjutkan
P: Intervensi dilanjutkan
23.30 2 - - Mengidentifikasi nyeri (riwayat S: Fadhila
kesehatan) - Klien mengatakan nyeri masih ada
- - Melakukan perawatan luka dan - Klien sudah mulai memahami resiko
edukasi resiko infeksi infeksi
06.30
O:
-Klien tampak lemah
P: Intervensi dilanjutkan
P: Intervensi dilanjutkan
12.00
P: Intervensi dilanjutkan
P: Intervensi dilanjutkan
P: Intervensi dilanjutkan
17.00 2 - - Mengidentifikasi nyeri (riwayat S: Shely
kesehatan) - - Klien mengatakan siap untuk menerima
- - Melakukan edukasi perawatan luka edukasi lebih jauh untuk perawatan luka
dan edukasi resiko infeksi
- Klien mengatakan masih ada nyeri
17.30 bagian post SC
O:
-Klien tampak mampu menerima perkataan
perawat
P: Intervensi dilanjutkan
P: Intervensi dilanjutkan
P: Intervensi dilanjutkan
23.30 2 - - Mengidentifikasi nyeri (riwayat S: Ema
kesehatan) - Klien mengatakan masih nyeri.
- - Melakukan perawatan luka dan
edukasi resiko infeksi O:
06.30 - -Klien tampak paham mengenai
perawatan luka mandiri
A: Masalah teratasi
sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
07.00 3 -Mengobservasi kesiapan dan S: Berlen
kemampuan menerima informasi -Klien mengatakan ingin memberikan Asi
- Mengedukasi manfaat menyusui tapi belum bisa menyusui, karena kondisi
07.30 bagi ibu dan bayi bayi kurang baik (BBLR)
- Mengudukasi 4(empat) posisi
meyusui dan perlekatan (lacth on) O:
08.00 dengan benar -Tidak rawat gabung
- Payudara bersih
- Bentuk payudara simetris
- Payudara masih kosong
P: Intervensi dilanjutkan
O:
-Klien tampak mampu membersihkan
luka post SC mandiri
P: Intervensi dilanjutkan
P: Intervensi dilanjutkan
P: Intervensi dihentikan
17.00 2 - - Mengidentifikasi nyeri (riwayat S: Fadhila
kesehatan) - Klien mengatakan masih ragu untuk
- - Melakukan perawatan luka dan perawatan luka post SC secara
edukasi resiko infeksi mandiri
17.30
O:
-Klien tampak ragu
P: Intervensi dilanjutkan
P: Intervensi dilanjutkan
P: Intervensi dihentikan
23.30 2 - - Mengidentifikasi nyeri (riwayat S: Serlin
kesehatan) - Klien mengatakan nyeri sudah
- - Melakukan perawatan luka dan berkurang
edukasi tujuan perawatan luka, - Keluarga klien mengatakan
manfaat perawatan luka dan resiko
06.30 paham mengenai perawatan luka
infeksi yang mungkin terjadi
O:
- - Keluarga klien tampak paham
mengenai perawatan luka pasien
P: Intervensi dilanjutkan
07.00 3 -Mengobservasi kesiapan dan S: Aura
kemampuan menerima informasi -Klien mengatakan ingin memberikan
- Mengedukasi manfaat Asi tapi belum bisa menyusui, karena
07.30 menyusui bagi ibu dan bayi kondisi bayi kurang baik (BBLR)
- Mengudukasi 4(empat) posisi
meyusui dan perlekatan (lacth O:
08.00 on) dengan benar -Tidak rawat gabung
- Payudara bersih
- Bentuk payudara simetris
- Payudara masih kosong
P: Intervensi dilanjutkan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pelaksanaan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada Ny. D dengan Post
Seksio Sesarea ( SC ) Di Ruang Maternitas Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Prabumulih tahun 2022 dapat disimpulkan :
• Pengkajuan
Pengkajian asuhan keperawatan pada klien dengan post seksio sesarea dapat dilakukan
dengan baik dan tidak ada mengalami kesulitan dalam mengumpulkan data
• Diagnosa
Pada diagnosa asuhan keparawatan klien SC diagnosa ditinjauan kasus, yaitu
• Perencanaan asuhan keperawatan
Pada perencanaan asuhan keperawatan pasien keperawatan yang telah dilakukan pada
Ny. D dengan Post Seksio Sesarea ( SC ) Di Ruang Maternitas Rumah Sakit Umum
Daerah Kota Prabumulih tahun 2022 semua perencanaan dapat diterapkan pada
tinjauan kasus. Tujuan yang diharapkan dari asuhan keperawatan dengan SC yaitu agar
klien membaik
• Implementasi
Pada implementasi asuhan keperawatan pasien keperawatan yang telah dilakukan pada
Ny. D dengan Post Seksio Sesarea ( SC ) Di Ruang Maternitas Rumah Sakit Umum
Daerah Kota Prabumulih tahun 2022 hsmpir semua dapat dilakukan, namun ada
beberapa rencana tindakan yang penulis tidak lakukan tetapi dilakukan oleh perawat
ruangan tersebut
• Evaluasi
Pada pasien keperawatan yang telah dilakukan pada Ny. D dengan Post Seksio Sesarea
( SC ) Di Ruang Maternitas Rumah Sakit Umum Daerah Kota Prabumulih tahun 2022
dapat dilakukan dengan baik
B. Saran
• Bagi mahasiswa
Supaya bisa menjadi reverensi dalam membuat karya tulis ilmiah diharapkan bagi
mahasiswa agar dapat mencari informasi dan memperluas wawasan mengenai pasien
SC,
• Bagi institusi Pendidikan
Peningkatan kualitas dan pengembangan ilmu mahasiswa melalui studi kasus dapat
menerapkan asuhan keperawatn pada pasien dengan SC
• Bagi rumah sakit
Dapat memberikan pelayanan dan mempertahankan hubungan kerja yang baik antara
tim kesehatan dan pasien yang ditunjukkan untuk meningkatkan mutu asuhan
keperawatan yang optimal
DAFTAR PUSTAKA
Erin, Fadhilla. 2019. Asuhan keperawatan ibu post partum dengan post operasi sectio
caesarea
http://repo.stikesperintis.ac.id/852/1/30%20FHADILLA%20ERIN%20SAGITA.pd
f. 06-07-2011
Tim Pokja DPP PPNI SIKI . 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi
danTindakan Keperawatan Edisi 1. Jakarta
Tim Pokja DPP PPNI SLKI . 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi
danKriteria Hasil Edisi 1. Jakarta
Bambang Widjanarko, 2010. Buku Sistem Reproduksi Wanita. EGC : Jakarta
Cunningham, 2006. Penatalaksanaan Post SC
Depkes, 2010. Buku Ilmu Kebidanan. Jakarta
Doengoes, M E, 2000. Rencana Askep Pedoman untuk Perencanaan Perawatan Pasien.
Jakarta : EGC
Fadhillah Harif, 2018. SDKI ( Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia ). Jakarta.
Hutabalian, 2011. Buku Sectio Caesarea. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Lewis, SL.,Dirksen, SR., Heitkemper.,MM, and Bucher, L.(2014). Medical
SurgicalNursing.Mosby : ELSIVER
Sholihah Dwi.2019. Konsep Sectio Caesarea. Universitas Muhammadiyah
Ponorogo
Nugroho T.(2010). Buku Ajar Obstetri. Yogyakarta : Nuha Medika
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA NY. I DENGAN POST SECTIO CAESAREA (SC)
DI RUANG ANYELIR (MATERNITAS)
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA PRABUMULIH
DISUSUN OLEH :
RIZKA UATRI
PO.71.20.1.20.016
Menurut Manuaba (2002) indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah ruptur
uteri iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi
dari janin adalah fetal distres dan janin besar melebihi 4.000 gram> Dari
beberapa faktor sectio caesarea diatas dapat diuraikan beberapa penyebab sectio
sebagai berikut :
e. Faktor hambatan jalan lahir, adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya
jalan lahir yang tidak memungkinkan adanya pembukaan.
5. Patofisiologi
Akibat kurang informasi dari aspek fisiologis yaitu produk oxitosin yang
tidak adekuat akan mengakibatkan ASI yang keluar hanya sedikit, luka dari
insisi akan menjadi post de entris bagi kuman. Oleh karena itu perlu diberikan
antibiotik dan perawatan luka dengan prinsip steril. Nyeri adalah salah satu
utama karena insisi yang mengakibatkan gangguan rasa nyaman. Sebelum
dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa bersifat regional dan
umum.
Untuk pengaruh terhadap nafas yaitualan nafas yang tidak efektif akibat
sekret yang berlebihan karena kerja otot nafas silia yang menutup. Anastesi ini
juga mempengaruhi saluran pencarnaan dengan menurunkan mobilitas usus.
Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung akan terjadi
proses penghancur dengan bantuan peristaltik usus. Kemudian diserap untuk
metabolisme sehingga tubuh memperoleh energi. Akibat dari mortilitas yang
menurun maka peristaltik juga menurun. Makanan yang ada di lambung akan
menumpung dan karena reflek untuk batuk juga menurun. Maka pasien sengat
motilitas yang menurun juga berakibat pada perubahan pola eliminasi yaitu
konstipasi (Saifuddin, Mansjoer & Prawirohardjo, 2002)
6. Manifestasi Klinis
Pusing
Mual muntah
Elektroensefalogram (EEG)
Pemindaian CT
Uji laboratorium
AGD
Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan perut
sedikitkembung.
Berat, peritonealis, sepsisi dan usus paralitik.
a) Keperawatan
Perawatan awal
Periksa kondisi pasien, cek tanda vital tiap 15 menit selama 1 jam
pertama, kemudian tiap 30 menit jam berikutnya. Periksa tingkat
kesadaran tiap 15 menit sampai sadar.
Yakinkan jalan nafas bersih dan cukup ventilasi.
Jika tanda vital dan hematikrit turun walau diberikan transfusi, segera
kembalikan ke kamar bedah kemungkinanan terjadi perdarahan pasca
bedah.
Diet . Pemberian cairan per infus biasanya dihentikan setelah penderita
flatus lalu di mulailah pemberian minuman dan makanan peroral.
Pemberian minuman dengan jumlah yang sedikit sudah bleh dilakukan
pada 6-10 jam pasca operasi, berupa air putih dan air teh.
Mobilisasi. Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6-10 jam setelah
operasi. Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur
telentang sedini mungkin setelah sadar.
Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukan selama 5 menit dan
diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya. Kemudian
posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah duduk
(semifowler).
Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan
belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan
sendiri pada hari ke-3 smapai hari ke-5 pasca operasi.
Fungsi gastrointestinal
- Jika tindakan tidak berat beri pasien diit cair
- Jika ada tanda infeksi, tunggu bising usus timbul
- Jika pasien bisa flatus mulai berikan makanan padat
- Pemberian infis diteruskan sampai pasien bisa minum dengan baik.
- Perawatan funsi kandung kemih
Jika urine jernih, kateter dilepas 8 jam setelah pembedahan atau sesudah
semalam.Jika urine tidak jernih biarkan kateter terpasang sampai urine
jernih.
Jika terjadi perlukaan pada kandung kemih biarkan kateter terpasang
sampai minimum7 hari atau urine jernih.
Jika sudah tidak memekai antibiotik berikan nirofurantoin 100 mg
per oral per harismapai kateter dilepas.
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak
pada penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan
perdarahan. Kateter biasanya terpasang 24 – 48 jam / lebih lama lagi
tergantung jenis operasi dan keadaan penderita.
Pembalutan dan perawatan luka
Jika pada pembalut luka terjadi perdarahan atau keluar cairan tidak
terlalu banyak jangan mengganti pembalut. Jika pembalut luka agak
kendor, jangan ganti pembalut, tapi beri plester untuk
mengencangkannya. Ganti pembalut dengan cara steril. Luka harus
dijaga agar tetap kering dan bersih. Jahitan fasia adalah utama dalam
bedah abdomen, angka jahitan kulit dilakukan padahari ke-5 pada SC.
b) Medis
Cairan IV sesuai indikasi
Anestesi regional atau general
Perjanjian dari orang terdekat untuk tujuan sectio caesarea.
Tes laboratorium sesuai indikasi
Pemberian oksitosin sesuai indikasi
Tanda vital per protokol ruang pemulihan
Persiapan kulit pembedahan abdomen
Persetujuan ditandatangani
Pemasangan kateter fole
Penatalaksanaan Laktasi
Pengkajian
Mata
Adanya polip atau tidak dan apabila pada post partum kadangkadang
ditemukanpernapasan cuping hidung.
Mulut dan gigi
Jantung
P : Redup / tympani
P : Redup
A : Bising usus
Genetalia
Apabila terjadi perdarahan pada post partum tekana darah turun, nadi cepat,
pernafasanmeningkat, suhu tubuh turun.
Pengkajian Skala Nyeri
- Posisikan semi-Fowler
atau Fowler
- Lakukan penghisapan
lendir kurang dari 1 detik
- Lakukan hiperoksigenasi
sebelum
- Penghisapan endotrakeal
- Keluarkan sumbatan
benda padat dengan forsep
Mc Gill
- Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
jika perlu.
2. Nyeri Akut (D.0077) Setelah dilakukan MANAJEMEN NYERI (I.
tindakan Keperawatan 08238)
selama 3x24 jam Observasi
diharapkan tingkat nyeri
- Identifikasi lokasi,
menurun dengan KH :
karakteristik, durasi,
- Keluhan nyeri menurun frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
- Meringis menurun
- Identifikasi skala nyeri
- Sikap protektif menuru
- Identifikasi respon nyeri
- Gelisah menurun
non verbal
- Kesulitan tidur
- Identifikasi faktor yang
menurun
memperberat dan
- Frekuensi nadi
memperingan nyeri
membaik
- Identifikasi pengetahuan
dan keyakinan tentang
nyeri
- Identifikasi pengaruh
budaya terhadap respon
nyeri
- Identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas hidup
- Monitor keberhasilan
terapi komplementer yang
sudah diberikan
- Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat,
aroma terapi, teknik
imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
- Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
3. Gangguan Mobilitas Setelah dilakukan tindakan DUKUNGAN AMBULASI
Fisik (D.0054) keperawatan selama 3x24 (1.06171)
jam diharapkan mobilitas Observasi
fisik meningkat dengan
- Identifikasi adanya nyeri
KH :
atau keluhan fisik lainnya
Meningkat
- Identifikasi toleransi fisik
Pergerakan ekstremitas
melakukan ambulasi
meningkat
Kekuatan otot meningkat - Monitor frekuensi jantung
Rentang gerak (ROM) dan tekanan darah
meningkat sebelum memulai
Menurun ambulasi
Nyeri menurun
- Monitor kondisi umum
Kecemasan menurun
selama melakukan
(L. 05042) Hal. 65
ambulasi
Terapeutik
- Fasilitasi aktivitas
ambulasi dengan alat
bantu (mis. Tongkat, kruk)
- Fasilitasi melakukan
mobilisasi fisik, jika perlu
- Anjurkan melakukan
ambulasi dini
- Ajarkan ambulasi
sederhana yang harus
dilakukan (mis. Berjalan
dari tempat tidur ke kursi
roda, berjalan dari tempat
tidur ke kamar mandi,
berjalan sesuai toleransi)
4. Resiko Infeksi (D.0142) Setelah dilakukan PENCEGAHAN INFEKSI
tindakan keperawatan (I.14539)
selama 3x24 jam Observasi
diharapkan Glukosa
- Identifikasi riwayat
derajat infeksi menurun
kesehatan dan riwayat
dengan KH:
alergi
- Demam menururun
- Identifikasi kontraindikasi
- Kemerahan menurun Nyeri menurun Bengkak
menurun Kadar sel darah
- Nyeri menurun
putih membaik pemberian
- Bengkak menurun
imunisasi
- Kadar sel darah putih
- Identifikasi status
membaik imunisasi setiap
kunjungan ke pelayanan
kesehatan
Terapeutik
- Dokumentasikan
informasi vaksinasi
- Informasikan imunisasi
yang diwajibkan
pemerintah
- Informasikan imunisasi
yang melindungi terhadap
penyakit namun saat ini
tidak diwajibkan
pemerintah
- Informasikan vaksinasi
untuk kejadian khusus
- Informasikan penundaan
pemberian imunisasi tidak
berarti mengulang jadwal
imunisasi kembali
- Informasikan penyedia
layanan pekan imunisasi
nasional yang
menyediakan vaksin gratis
5. Defisit Perawatan Diri Setelah dilakukan Dukungan perawatan
(D.0109) tindakan keperawatan Diri (i.11348)
selama 3x24 jam Observasi
diharapkan perawatan
- Identifikasi kebiasaan
diri meningkat dengan
KH : aktivitas perawatan diri
sesuai usia
- Kemampuan mandi
meningkat - Monitor tingkat
kemandirian
- Kemampuan
mengenakan pakaian - Identifikasi kebutuhan alat
meningkat bantu kebersihan diri,
berpakaian, berhias, dan
- Verbalisasi keinginan
makan
melakukan perawatan
Terapeutik
diri meningkat
- Sediakan lingkungan yang
- Mempertahankan
terapeutik (mis. Suasana
kebersihan diri
hangat, rileks, privasi)
meningkat
- Siapkan keperluan pribadi
- Mempertahankan
(mis. Parfum, sikat gigi,
kebersihan mulut
dan sabun mandi)
meningkat
- Dampingi dalam
melakukan perawatan diri
sampai mandiri
- Fasilitasi kemandirian,
bantu jika tidak mampu
melakukan perawatan diri
- Jadwalkan rutinitas
perawatan diri
Edukasi
- Anjurkan melakukan
perawatan diri secara
konsisten sesuai
kemampuan
6. Menyusui Tidak Efektif Setelah dilakukan Edukasi Menyusui I.12393
(D.0029) intervensi selama Observasi:
3x24jam, diharapkan
- Identifikasi kesiapan dan
status menyusui
kemampuan menerima
membaik dengan kriteria
informasi
hasil:
- Identifikasi tujuan atau
- Miksi bayi meningkat
keinginan menyusui
lebih dari 8 kali/24 jam
Terapeutik
- Berat badan bayi naik
- Sediakan materi dan
- Tetesan/pancaran ASI media pedidikan
meningkat kesehatan
- Berikan konseling
menyusui
- Jelaskan manfaat
menyusui bagi ibu dan
Bayi
- Ajarkan 4(empat)posisi
menyusui dan perlekatan
(lacth on) dengan benar
- Ajarkan perawatan
payudara antepartum
dengan mengkompres
dengan kapas yang telah
diberikan minyak kelapa
- Ajarkan perawatan
payudara post partum
(mis. Pijat payudara, pijat
oksitoksin)
LAPORAN KASUS
DENGAN POST SECTIO CAESAREA (SC)
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Identitas Pasien
Nama : Ny. I
Umur : 22 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Desa Lubuk Raman,Lubuk Raman,Rambang Dangku
Tanggal masuk RS : 13 – 07 -2022
Tanggal pengkajian : 13 -07-2022
No.Rm. : 087323
Riwayat Kesehatan
Keluhan utama
- Saat masuk Rumah sakit : Ingin Melahirkan
- Saat pengkajian : Nyeri pada perut daerah luka operasi sc
- ANC.
- Riwayat persalinan
Frekuensi : 2 kali
Ibu
DAFTAR PUSTAKA
Erin, Fadhilla. 2019. Asuhan keperawatan ibu post partum dengan post operasi sectio
Caesarea
http://repo.stikesperintis.ac.id/852/1/30%20FHADILLA%20ERIN%20SAGITA.p
df.06-07-2011
Sholihah Dwi.2019. Konsep Sectio Caesarea. Universitas Muhammadiyah Ponorogo
Tim Pokja DPP PPNI SDKI . 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi
dan Indokator Diagnostik Edisi 1. Jakarta
Tim Pokja DPP PPNI SIKI . 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi
dan Tindakan Keperawatan Edisi 1. Jakarta
Tim Pokja DPP PPNI SLKI . 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan
Kriteria Hasil Edisi 1. Jakarta