Anda di halaman 1dari 97

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA NY. D DENGAN POST SECTIO CAESAREA (SC)


DI RUANG ANYELIR (MATERNITAS)
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA PRABUMULIH

Oleh kelompok 6
Nama : 1. Surya Tirta Samudra
2. Maharani
3. Widya Ningsih Cahyani
4. Fadhilla Elsa Khairani
5. Berlen Octaviani
6. Ema Meryantika
7. Serlin Trias Mika
8. Aura Eka Putri
9. Ana Wahya Septiana
10.Shely Permata Sari
11.Shakira Carita
12. M. Fauzan Febrian
Ruang : Maternitas

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG


PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
JURUSAN KEPERAWATAN PALEMBANG
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga Laporan ini dapat
tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari
pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materinya.
Kami berharap semoga Laporan ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
untuk para pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar Laporan ini bisa pembaca
praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan Laporan ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Palembang, 20 Juli 2022

Penyusun
ASUHAN KEPERAWATAN

PADA NY. D DENGAN POST SECTIO CAESAREA (SC)

DI RUANG ANYELIR (MATERNITAS)

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA PRABUMULIH

Nama Ketua Kelompok : Surya Tirta Samudra

NIM : PO7120120006

Program Studi : D-III Keperawatan Palembamg

Asal Instansi : Poltekkes Kemenkes Palembang

Asuhan Keperawatan ini telah disetujui dan disahkan pada ;

Hari : Kamis

Tanggal : 21 Juli 2022

Mengetahui

Ketua Kelompok Prabumulih

( Surya Tirta Samudra ) ( Ns. Indriyanti, S.Kep )


LEMBAR KONSULTASI
Kelompok 6
Asal Instansi : Poltekkes Kemenkes Palembang
Program Studi : D-III Keperawatan Palembang
Pembimbing :
Judul : Asuhan Keperawatan Pada Ny. D Dengan Post Sectio Caesarea ( SC ) Di
Ruang : Maternitas Rumah Sakit Umum Daerah Kota Prabumulih

Tanggal Tanda
Topik Komentar Pembimbing
Bimbingan Tangan
Senin, 18 Juli Kasus yang diangkat menjadi Judul yang diangkat untuk kasusu
2022 tugas kelompok kelompok 6 “ASUHAN
KEPERAWATAN
PADA NY. D DENGAN POST
SECTIO CAESAREA (SC)
DI RUANG ANYELIR
(MATERNITAS)
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KOTA PRABUMULIH”

Kamis, 21 Juli Konsultasi BAB I


• Tambahkan tujuan umum dan
2022 (Pendahuluan), BAB III khusus
Tinjauan Kasus
• Manfaat dihapusakan

• Masalah keperawatan disesuaikan


dnegan sdki

• Diagnose keperawatan gangguan


mobilitas fisik diganti dengan
risiko infeksi

• Implementasi keperawatan
disesuakan dengan yang
dilakukan diruangan

• Data pada Analisa data harus


sinkorn dengan pengkajian

• Pengkajian skala nyeri dimaskkan


dlama pengkajian
Prabumulih,
Kepala Lapangan

( Ns. Indriyanti, S.Kep )


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 2
LEMBAR KONSULTASI ......................................................................................................... 4
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 7
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 7
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 8
C. Tujuan ............................................................................................................................. 8
BAB II TINJAUAN TEORITIS ................................................................................................ 9
A. KONSEP DASAR MATERI .......................................................................................... 9
a) Pengertian Post Partum ................................................................................................... 9
b) Tujuan Perawatan Post Partum ....................................................................................... 9
c) Keluhan yang mungkin terjadi ...................................................................................... 10
d) Sectio Caesarea ............................................................................................................. 11
e) Jenis – Jenis Sectio Caesarea ........................................................................................ 11
f) Anatomi sistem reproduksi ............................................................................................... 12
g) Fisiologi sistem reproduksi Wanita ................................................................................. 14
2. Etiologi .......................................................................................................................... 15
3. Patofisiologi ..................................................................................................................... 15
4. Manifestasi Klinis ........................................................................................................... 16
5. Pemeriksaan Penunjang ................................................................................................... 16
6. Pathway ............................................................................................................................ 18
7. Komplikasi ....................................................................................................................... 19
8. Penatalaksanaan Post Section Caesarea ........................................................................... 19
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN .......................................................... 22
3. Intervensi Keperawatan ................................................................................................... 33
BAB III TINJAUAN KASUS ................................................................................................. 48
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN .............................................................................. 48
ANALISA DATA .................................................................................................................... 53
DIAGNOSA KEPERAWATAN ............................................................................................. 56
INTERVENSI KEPERRAWATAN ........................................................................................ 56
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI ..................................................................................... 60
BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 69
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 71
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka kesakitan dan kematian ibu merupakan indikator kesehatan umum dan
kesejahteraan masyarakat. Persalinan adalah proses membuka dan menutupnya servik
uteri disertai turunnya janin dan plasenta ke dalam jalan lahir sampai keluar secara
lengkap (berikut selaput-selaputnya). (Wagiyo, Putrono, 2016).

Persalinan dapat berlangsung secara fisiologis dan patologis. Salah satu dari persalinan
paotologis yaitu sectio caesarea. Operasi Sectio Caesaria merupakan tindakan
melahirkan janin yang sudah mampu hidup beserta plasenta dan selaput ketuban secara
transabdominal melalui insisi uterus. Di Indonesia, persentase Sectio Caesarea cukup
besar. Di rumah sakit pemerintah pada tahun 2008 rata-rata persalinan dengan Sectio
Caesarea sebesar 11%, sementara di Rumah Sakit Swasta bisa lebih dari 30%. Dan
tercatat dari 17.665 angka kelahiran terdapat 35,7% - 55,3% ibu melahirkan dengan
proses sectio caesarea (Cahyono, 2014).

Suatu proses pembedahan setelah operasi atau post operasi akan menimbulkan respon
nyeri. Nyeri yang dirasakan ibu post partum dengan sectio caesarea berasal dari luka
yang terdapat dari perut. Tingkat dan keparahan nyeri pasca operatif tergantung pada
fisiologisdan psikologis individu dan toleransi yang ditimbulkan nyeri (Yuliana dkk,
2015).

Nyeri adalah sensasi yang tidak menyenangkan dan sangat idiviual yang tidak dapat
dibagi kepada orang lain. Nyeri dapat memenuhi seluruh pikiran seseorang, mengatur
aktivitasnya, dan mengubah kehidupan orang tersebut (Berman & Kozier 2009).
Stimulus nyeri dapat berupa stimulus yang bersifat fisik dan atau mental, sedangkan
kerusakan dapat terjadi pada jaringan aktual atau pada fungsi ego individu (Yuliana
dkk, 2015).

Strategi penatalaksanaan nyeri mencakup pendekatan farmakologis dan non


farmakologis, semuPa intervensi akan berhasil jika dilakukan sebelum nyeri menjadi
lebih parah dan keberhasilan sering dicapai jika beberapa intervensi diterapkan secara
simultan (Suzanne & Soliigter, 2010).

Data rekam medis di RSUD Prabumulih menunjukkan bahwa jumlah prevalensi


keseluruhan kasus maternitas dalam kurun waktu 11-17 Juli 2022 terdapat 32 Pasien
dengan kasus post sectio caesarea secara keseluruhan. Data tersebut menunjukkan
angka kejadian sectio caesarea yang masih tinggi.

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk menyusun laporan kasus mengenai
sectio caesarea dengan fokus studi nyeri akut dengan judul “Asuhan Keperawatan Post
Sectio Caesarea dengan Fokus Studi Nyeri Akut”.

B. Rumusan Masalah
• Bagaimana penatalaksanaan ibu Post Sectio Caesarea
C. Tujuan
a) Umum
• Memahami dan melaksanakan asuhan keperawatan asuhan keperawatan pada
post section caesarea
b) Khusus
• Mampu mengatahui konsep teori ibu post sectio caesare
• Mengetahui atau memahami pengkajian , Analisa data, diagnose kepearwatan,
intervensi, implementasi dan catatan perkembanagan
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. KONSEP DASAR MATERI
a) Pengertian Post Partum
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas
(puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali
alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6 minggu sejak bayi
lahir sampai organ-organ reproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil
(Bobak, 2010). Masa nifas atau puerperium adalah dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya
plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Hadijono, 2008:356).

Post Partum merupakan periode waktu atau masa dimana organ-organ


reproduksi kembali kepada keadaan tidak hamil membutuhkan waktu sekitar 6 minggu.
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas (puerperium)
yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan
yang lamanya 6 minggu.

Post partum adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampaiorgan-organ


reproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Kirana, 2015). Post
partum / masa nifas dibagi dalam 3 periode :

• Puerperium dini yaitu keputihan dimana ibu setelah diperbolehkan berdiri dan
berjalan.
• Puerperium Intermedial yaitu keputihan menyeluruh di alat-alat genetalia yang
lamanya mencapai 6-8 minggu.
• Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan rehat
sempurna terutama bila selama hamil / waktu persalinan mempunyai
komplikasi ( Dian S, 2020).

b) Tujuan Perawatan Post Partum


Dalam masa nifas ini pasien memerlukan perawatan dan pengawasan yang
dilakukan selama ibu tinggal dirumah sakit maupun setelah nanti keluar dari rumah
sakit. Adapun tujuan dari perawatan masa nifas adalah :

• Menjaga kesehatan Ibu dan bayi, baik fisik maupun psikologi.


• Melaksanakan skrining yang komprehensif mendekati masalah, mengobati, bila
terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.
• Memberikan Pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi,
keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi pada bayi dan perawatan
bayi sehat.
• Untuk mendapatkan kesehatan emosi

c) Keluhan yang mungkin terjadi


• Nyeri setelah melahirkan

Nyeri ini disebabkan oleh kontraksi dan relaksasi uterus yang berurutan yang
terjadi secara terus-menerus. Nyeri ini lebih umum terjadi pada paritas tinggi dan pada
wanita menyusui. Alasan nyeri yang lebih berat, pada wanita dengan paritas tinggi
adalah penurunan tonus otot uterus secara bersamaan, menyebabkan reaksinya
intermiten berbeda pada wanita primipara yang tonus ototnya masih kuat dan uterus
tetap berkontraksi tanpa relaksasi intermiten pada wanita menyusui isapan bayi
menstimulasi produksi oksitosin oleh hipofise posterior. Delapan oksitosin tidak hanya
memicu refleks daun atau pengeluaran ASI pada payudara tetapi juga menyebabkan
kontraksi uterus.

• Keringat berlebihan

Ibu post partum mengeluarkan keringat berlebihan karena tubuh menggunakan


rute ini di divresis untuk mengeluarkan cairan intestinal yang disebabkan oleh
peningkatan normal cairan intraseluler selama kehamilan.

• Pembesaran payudara

Diperkirakan bahwa pembesaran payudara disebabkan oleh kombinasi


akumulasi dan stasis air susu serta peningkatan vaskularitas dan kongesti. Kombinasi
ini menyebabkan kongesti lebih lanjut karena status limfatik dan vena.

• Nyeri perineum

Beberapa tindakan dapat mengurangi ketidaknyamanan atau nyeri akibat


laserati atau luka episiotomi dan jahitan laserasi atau episiotomi tersebut. Sebelum
tindakan dilakukan penting untuk memeriksa perineum untuk menyingkirkan
komplikasi seperti hematoma.
• Konstipasi

Rasa takut dapat menghambat fungsi bowel, jika wanita takut maka hal itu dapat
merobek jahitan atau nyeri. Konstipasi lebih lanjut mungkin diperberat dengan
longgarnya abdomen dan oleh ketidaknyamanan jahitan robekan perineum derajat 3
atau 4.

• Hemoroiid

Jika wanita mengalami hemoroid mungkin mereka sangat merasakan nyeri


selama beberapa hari. Hemoroid yang terjadi selama kehamilan dapat menimbulkan
trauma menjadi edema selama kala 2 persalinan.

d) Sectio Caesarea

Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui
suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam
keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 2009). Sedangkan menurut
(Gulardi & Wiknjosastro, 2006) Sectio caesarea adalah tindakan untuk melahirkan
janin dengan berat badan di atas 500 gram melalui sayatan pada dinding uterus yang
utuh, dan menurut (Mansjoer,2002) Sectio caesarea ialah pembedahan untuk
melahirkan janin dengan membuka dinding parut dan dinding rahim.

e) Jenis – Jenis Sectio Caesarea


• Sectio caeasarea transperitonealis profunda

Sectio caeasarea transperitonealis profunda dengan insisi di segmen bawah


uterus. Insisi pada bawah rahim, bisa dengan teknik melintang atau memanjang.
Keunggulan pembedahan ini :

- Perdarahan luka insisi tidak seberapa banyak

- Bahaya peritonitis tidak besar


- Perut uterus umumnya kuat sehingga bahaya ruptur uteri dikemudian hari tidak
besar karena pada nifas segmen bawah uterus tidak seberapa banyak mengalami
kontraksi seperti korpus uteri sehingga luka dapat sembuh lebih sempurna.

• Sectio caesarea korporal / klasik

Pada Sectio caesarea korporal / klasik ini di buat kepada korpus uteri, pembedahan ini
yang agak mudah dilakukan, hanya di selenggarakan apabila ada halangan untuk
melakukan sectio caesarea transperitonealis profunda. Insisi memanjang pada segmen
uterus.

• Sectio caesarea ekstra peritoneal

Sectio ceasarea ekstra peritoneal dahulu dilakukan untuk mengurangi bahaya injeksi
peroral akan tetapi dengan kemajuan pengobatan tehadap injeksi pembedahan ini
sekarang tidak banyak lagi dilakukan. Rongga peritoneum tak dibuka, dilakukan pada
pasien infeksi uteri berat.

• Sectio caesarea hysteroctomi

Setelah sectio caesarea, dilakukan hysteroktomy dengan indikasi :

- Atonia uteri

- Plasenta accrete

- Myoma uteri

- Infeksi intra uteri berat

f) Anatomi sistem reproduksi


Organ reproduksi wanita terbagi atas 2 bagian yaitu organ reproduksi eksterna ( organ
Bagian luar ) dan organ reproduksi interne ( organ bagian dalam ).

• Organ Reproduksi Eksterna Wanita


1) Vulva atau pudenda, meliputi seluruh stuktur eksternal yang dapat dilihat mulai
Dari pubis sampai pirenium, yaitu mons veneris, labia mayora dan labia minora,
Klitoris, selaput darah / hymen, vestibulum, maura uretra, berbagai kelenjer dan
Struktur vaskular.
2) Mons veneris atau mons pubis adalah bagian yang menonjol di atas simfisis dan
Pada perempuan setelah pubertas ditutup oleh rambut kemaluan. Pada
perempuan Umunnya batas rambut melintang sampai pinggir atas simfisis,
sedangakn ke Bawah samapai ke sekitar anus dan paha.
3) Labia mayora / bibir-bibir besar terdiri atas bagian kiri dan kanan, lonjong
Mengecil ke bawah, terisi oleh jaringan lemak yang serupa dengan yang ada di
Mons veneris.
4) Labia minora / bibir-bibir kecil / nymphae adalah suatu lipatan tipis dan kulit
Sebelah dalam bibir besar. Kulit yang meliputi bibir kecil mengandung banyak
Glandula sebasea / kelenjar-kelenjar lemak dan juga ujung-ujung saraf yang
Menyebabkan bibir kecil sangat sensitif. Jaringan ikatnya mengandung banyak
Pembuluh darah dan beberapa otot polos yang menyebabkan bibir kecil ini
dapat Mengembang.
5) Klitoris kira-kira sebesar biji kacang ijo, tertutup oleh preputium klitoris dan
terdiri Dari glans klitoris, korpus klitoris, dan dua krura yang menggantungkan
klitoris ke Os pubis. Glans klitoris terdiri atas jaringan yang dapat mengambang,
penuh Dengan urat saraf sehingga sangat sensitif.
6) Vestibulum berbentuk lonjong dengan ukuran panjang dari depan ke belakang
dan Dibatasi di depan oleh klitoris, kanan dan kiri oleh ke dua bibir kecil dan di
Belakang oleh perineum.
7) Bulbus vestibuli sinitra et dekstra merupakan pengumpulan vena terletak di
bawah Selaput lendir vestibulum, dekat namus ossis pubis. Panjangnya 3-4 cm,
lebarnya 1-2 cm dan tebalnya 0,5-1 cm. Bulbus vestibuli mengandung banyak
pembuluh darah, sebagian tertutup oleh muskulus iskio kavernosus dan
muskulus kontriktor vagina
8) Introitus Vagina mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda-beda. Pada
seorang Virgo selalu dilindungi oleh labia minora yang baru dapat dilihat jika
bibir kecil ini dibuka. Introtus vagina ditutupi oleh selaput dara / himen. Himen
ini mempunyai bentuk berbeda-beda, dan yang semilunar (bulan sabit) sampai
yang berlubang-lubang atau yang bersekat (septum).
9) Perineum terletak di antara vulva dan anus, panjangnya rata-rata 4 cm. Jaringan
yang mendukung perineum terutama ialah diagfragma pelvis dan diagfragma
urogenitalis (Prawirohardjo, 2009).
• Organ Reproduksi Interna Wanita
1) Vagina / Liang kemaluan, setelah melewati introtus vagina terdapat liang
Kemaluan (vagina) yang merupakan suatu penghubung antara introtus vagina
Dengan uterus. Dinding depan dan belakang vagina berdekatan satu sama lain,
Masing-masing panjangnyan antara 6-7 cm dan 7-10 cm. Bentuk vangina
sebelah Dalam yang berlipat-lipat disebut rugae.
2) Uterus berbentuk sepertu buah avokado atau bauah pir yang sedikit gepeng ke
arah Depan belakang. Ukurannya sebesar telur ayam dan mempunyai
rongga.Ukuran Panjang uterus 7-7,5 cm, lebar di atas 5,25 cm dan tebal 2,5 cm
dan tebal dinding 1,25 cm. Letak uterus keadaan fifioligis adalah
anteversiofleksio / serviks ke depan dan membentuk sudut dengan vagina,
sedangkan korpus uteri ke depan dan membentuk sudut dengan vagina,
sedangkan korpus uteri ke depan membentuk sudut dengan serviks uteri.
3) Tuba falloppi terdiri atas :
▪ Pars irterstisialis, yaitu bagian yang terdapat di dinding uterus.
▪ Pars ismika merupakan bagian medial tuba yang sempit seluruhnya.
▪ Pars ampullaris, yaitu bagian yang berbentuk sebagian saluran agak lebar,
tempat konsepsi terjadi.
▪ Infundibulum, yaitu bagian ujung tuba yang terbuka ke arah abdomen dan
mempunyai fimbriae. Fimbriae penting artinya bagi tuba untuk mengakap
telur dan selanjutnya menyalurkan ke dalam tuba. Bentuk infundibulum
seperti anemon / sejenis binatang laut.
4) Ovarium, perempuan pada umumnya mempunyai dua indung telut kanan dan
kiri. Mesovarium menggantung ovarium di bagian belakang ligamentum latum
di kiri dan kanan. Ovarium berukuran kurang lebih sebesar ibu jari tangan
dengan ukuran panjang 4 cm, lebar dan tebal 1,5 cm ( Prawirohardjo, 2019)
g) Fisiologi sistem reproduksi Wanita
Secara garis besar berfungsi sebagai sistem reproduksi dapat digolongkan sebagai

berikut :

• Genetalia eksterna fungsinya adalah dikhususkan untuk kopulasi (koitus).


• Genetalia interna
• Vagina berfungsi sebagai saluran keluar untuk mengeluarkan darah haid dan
Secret lain dari rahim, alat untuk bersenggama, jalan lahir pada waktu
persalinan.
• Uterus setiap bulan berfungsi dalam siklus haid, tempat janin tumbuh dan
Berkembang, berkontraksi terutama sewaktu bersalin.
• Tuba fallopi berfungsi untuk menyalurkan telur atau hasil konsepsi kearah
kavum Uteri dengan arus yang ditimbulkan oleh getaran rambut getar tersebut.
• Ovarium berfungsi sebagai saluran telur, menangkap dan membawa ovum yang
• Dilepaskan oleh indung telur. Tempat terjadinya pembuahan (Prawihardjo,
2009).

2. Etiologi
Menurut Manuaba (2002) indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah ruptur
uteri iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi dari
janin adalah fetal distres dan janin besar melebihi 4.000 gram> Dari beberapa faktor
sectio caesarea diatas dapat diuraikan beberapa penyebab sectio sebagai berikut :

a) CPD (Chepalo Pelvik Dispropotion) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak
sesuai dengan ukuran kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat
melahirkan secara normal.

b) PEB (Pre-Eklamasi Berat) adalah kesatuan penyakit yang langsung disebabkan


oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas.

c) KDP ( Ketuban Pecah Dini ) adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda
persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartus. Sebagian besar ketuban
pecah dini adalah hamil aterm di atas 37 minggu.

d) Bayi kembar, kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih
tinggi daripada kelahiran satu bayi.

e) Faktor hambatan jalan lahir, adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan
lahir yang tidak memungkinkan adanya pembukaan.

3. Patofisiologi
Sectio caesarea merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas 500
gram dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasi dilakukan tindakan sc yaitu
distorsi kepala panggul, disfungsi uterus, distorsia jaringan lunak, placenta previa dll, untuk
ibu. Sedangkan untuk janin adalah gawat janin. Janin besar dan janin lintang setelah dilakukan
SC ibu akan mengalami adaptasi post partum baik aspek kognitif berupa kurang pengetahuan.
Akibat kurang informasi dari aspek fisiologis yaitu produk oxitosin yang tidak adekuat akan
mengakibatkan ASI yang keluar hanya sedikit, luka dari insisi akan menjadi post de entris bagi
kuman. Oleh karena itu perlu diberikan antibiotik dan perawatan luka dengan prinsip steril.
Nyeri adalah salah satu utama karena insisi yang mengakibatkan gangguan rasa nyaman.
Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa bersifat regional dan umum.
Namun anestesi umum lebih banyak pengaruhnya terhadap janin maupun ibu anestesi janin
sehingga kadang-kadang bayi lahir dalam keadaan upnou yang tidak dapat diatasi dengan
mudah. Akibatnya janin bisa mati, sedangkan pengaruhnya anestesi bagi ibu sendiri yaitu
terhadap tonus uteri berupa atonia uteri sehingga darah banyak yang keluar. Untuk pengaruh
terhadap nafas yaitualan nafas yang tidak efektif akibat sekret yang berlebihan karena kerja
otot nafas silia yang menutup. Anastesi ini juga mempengaruhi saluran pencarnaan dengan
menurunkan mobilitas usus.

Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung akan terjadi proses
penghancur dengan bantuan peristaltik usus. Kemudian diserap untuk metabolisme sehingga
tubuh memperoleh energi. Akibat dari mortilitas yang menurun maka peristaltik juga menurun.
Makanan yang ada di lambung akan menumpung dan karena reflek untuk batuk juga menurun.
Maka pasien sengat motilitas yang menurun juga berakibat pada perubahan pola eliminasi yaitu
konstipasi (Saifuddin, Mansjoer & Prawirohardjo, 2002)

4. Manifestasi Klinis
` Menurut Saifuddin (2002), manifestasi klinis terbagi atas 4 bagian yaitu :

• Pusing
• Mual muntah
• Nyeri sekitar luka operasi
• Peristaltic usus menurun

5. Pemeriksaan Penunjang
• Elektroensefalogram (EEG)
Untuk membantu menetapkan jenis dan fokus dari kejang.
• Pemindaian CT
Untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.
• Magneti Resonance Imaging (MRI)
Menghasilkan bayangan dengan menggunakan lapangan magnetik dan gelombang
radio, berguna untuk memperlihatkan daerah-daerah otak yang tidak jelas terlihat bila
menggunakan pemindaian CT)
• Uji laboratorium

Fungsi lumbal : menganalisis cairan serebrovaskuler

Hitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit dan hematokrit

Panel elektrolit

• Skrining toksik dari serum dan urin


• AGD
• Kadar kalsium darah
• Kadar natrium darah
• Kadar magnesium darah
6. Pathway
7. Komplikasi
Menurut Cunningham (2006) yang sering terjadi pada ibu SC :

• Infeksi puerperial : kenaikan suhu selama beberapa hari dalam masa nifas dibagi atas :
• Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari.
• Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan perut sedikit
kembung.
• Berat, peritonealis, sepsisi dan usus paralitik.
• Perdarahan : perdarahan banyak bisa terjadi jika pada saat pembedahan cabang-cabang
arteri ikut terbuka atau karena atonia uteri.
• Komplikasi-komplikasi lainnya antara lain luka kandung kencing, embolisme paru
yang sangat jarang terjadi.
• Kurang kuatnya perut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa
terjadi ruptur. Yang sering terjadi pada bayi : Kematian perinatal

8. Penatalaksanaan Post Section Caesarea


Menurut Cunningham (2006) penatalaksanaan klien post Sectio Caesarea ialah :

1. Keperawatan
Perawatan awal
1) Periksa kondisi pasien, cek tanda vital tiap 15 menit selama 1 jam pertama, kemudian
tiap 30 menit jam berikutnya. Periksa tingkat kesadaran tiap 15 menit sampai sadar.
2) Yakinkan jalan nafas bersih dan cukup ventilasi.
3) Transfusi darah jika perlu
4) Jika tanda vital dan hematikrit turun walau diberikan transfusi, segera kembalikan ke
kamar bedah kemungkinanan terjadi perdarahan pasca bedah.
5) Diet
Pemberian cairan per infus biasanya dihentikan setelah penderita flatus lalu di mulailah
pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian minuman dengan jumlah yang
sedikit sudah bleh dilakukan pada 6-10 jam pasca operasi, berupa air putih dan air teh.
6) Mobilisasi
Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6-10 jam setelah operasi
Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang sedini mungkin
setelah sadar.
Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukan selama 5 menit dan diminta untuk
bernafas dalam lalu menghembuskannya.
Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah duduk
(semifowler).
Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan belajar duduk
selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan sendiri pada hari ke-3 smapai
hari ke-5 pasca operasi.
7) Fungsi gastrointestinal
• Jika tindakan tidak berat beri pasien diit cair
• Jika ada tanda infeksi, tunggu bising usus timbul
• Jika pasien bisa flatus mulai berikan makanan padat
• Pemberian infis diteruskan sampai pasien bisa minum dengan baik.
8) Perawatan funsi kandung kemih
Jika urine jernih, kateter dilepas 8 jam setelah pembedahan atau sesudah semalam.
Jika urine tidak jernih biarkan kateter terpasang sampai urine jernih.
Jika terjadi perlukaan pada kandung kemih biarkan kateter terpasang sampai minimum
7 hari atau urine jernih.
Jika sudah tidak memekai antibiotik berikan nirofurantoin 100 mg per oral per hari
smapai kateter dilepas.
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada penderita,
menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan. Kateter biasanya terpasang
24 – 48 jam / lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan keadaan penderita.
9) Pembalutan dan perawatan luka
Jika pada pembalut luka terjadi perdarahan atau keluar cairan tidak terlalu banyak
jangan mengganti pembalut.
Jika pembalut luka agak kendor, jangan ganti pembalut, tapi beri plester untuk
mengencangkannya.
Ganti pembalut dengan cara steril
Luka harus dijaga agar tetap kering dan bersih
Jahitan fasia adalah utama dalam bedah abdomen, angka jahitan kulit dilakukan pada
hari ke-5 pada SC.
2. Medis
1) Cairan IV sesuai indikasi
2) Anestesi regional atau general
3) Perjanjian dari orang terdekat untuk tujuan sectio caesarea.
4) Tes laboratorium sesuai indikasi
5) Pemberian oksitosin sesuai indikasi
6) Tanda vital per protokol ruang pemulihan
7) Persiapan kulit pembedahan abdomen
8) Persetujuan ditandatangani
9) Pemasangan kateter fole
10) Penatalaksanaan Laktasi

Laktasi merupakan teknik menyusui mulai dari ASI dibuat sampai pada keadaan bayi
menghisap dan menelan ASI. Laktasi merupakan bagian kelengkapan dari siklus reproduksi
mamalia termasuk manusia. Masa laktasi berguna untuk menambah pemberian ASI dan
meneruskan pemberian ASI sampai anak berumur 2 tahun dengan baik dan benar serta anak
memperoleh kekebalan tubuh secara alami. Adapun beberapa komposisi ASI menurut
(Purwanti, 2004) adalah sebagai berikut :

• Karbohidrat

Laktosa (gula susu) merupakan bentuk utama karbohidarat dalam ASI dimana keberadaannya
secara proporsional lebih besar jumlahnya dari pada susu sapi. Laktosa membantu
mempermudah bermetabolisme menjadi dua gula biasa (galaktoda dan glukosa) dan menyerap
kalsium yang diperlukan bagi pertumbuhan otak yang cepat yang terjadi pada masa bayi.

• Protein

Protein utama dalam ASI adalah air dadih. Mudah dicerna, air dadih menjadi kerak lembut
dimana bahan-bahan gizi siap diserap ke dalam aliran darah bayi. Sebaliknya, kasein
merupakan protein utama dalam susu sapi. Ketika susu sapi atau susu formula dari sapi
diberikan kepada bayi, kasein membentuk kerak karet yang tiak mudah dicerna, kadang-kadang
memberikan kontribusi terjadinya konstipasi. Beberapa komponen protein dalam ASI
memainkan peranan penting dalam melindungi bayi dari penykit dan infeksi.

• Lemak

Lemak mengandung separuh dari kalori ASI. Salah satu dari lemak tersebut, kolestrol
diperlukan bagi perkembangan normal sytem saraf bayi, yang meliputi otak. Kolestrol
meningkatkan pertumbuhan lapisan khusus pada syaraf selama berkembang dan menjadi
sempurna. Asam lemak yang cukup kaya keberadaanya dalam ASI, juga memberikan
kontribusi bagi pertumbuhan otak dan syaraf yang sehat.

• Vitamin A

ASI mengandung betakaroten dan vitamin A yang cukup tinggi. Selain berfungsi untuk
kesehatan mata, vitamin A juga berfungsi mendukung pembelahan sel, kekebalan

tubuh dan pertumbuhan. Inilah alasan bahwa bayi yang mendapat ASI mempunayi tumbuh
kembang dan daya tahan tubuh yang baik.

• Vitamin D

ASI hanya sedikit mengandung vitamin D. Sehingga dengan pemberian ASI eksklusif
ditambah dengan membiarkan bayi terpapar sinar matahari pagi, hal ini mencegah bayi dari
penyakit tulang karena kekurangan vitamin D.

• Vitamin E

Salah satu keuntungan ASI adalah mengandung vitamin E yang cukup tinggi, terutama pada
kolostrum dan ASI transisi awal. Fungsi penting vitamin E dalam tubuh digunakan untuk
ketahanan dinding sel darah merah.

• Vitamin K

Vitamin K yang terkandung dalam ASI jumlahnya sangat sedikit sehingga perlu tambahan
vitamin K yang biasanya diberikan dalam bentuk suntikan. Vitamin K ini berfungsi sebagai
faktor pembekuan darah

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


• Pengkajian
Identitas atau biodata klien
Meliputi : nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, pekerjaan,
pendidikan, tanggal masuk rumah sakit, nomor registrasi, dan diagnosa medis.
• Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan klien pada saat ini dikumpulkan untuk menentukan prioritas
intervensi keperawatan, keluhan utama pada post operasi SC biasanya adalah nyeri
dibagian abdomen, pusing dan sakit pinggang.
• Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat pada saat sebelum inpartus di dapatkan cairan yang keluar pervaginan secara
spontan kemudian tidak di ikuti tanda-tanda persalinan.
Riwayat kesehatan dahulu
Didapatkan data klien pernah riwayat SC sebelumnya, panggul sempit, serta letak bayi
sungsang. Meliputi penyakit yang lain dapat juga mempengaruhi penyakit sekarang.
Riwayat kesehatan keluarga
Adakah penyakit turunan dalam keluarga seperti jantung, HT, TBC, DM, penyakit
kelamin, abortus yang mungkin penyakit tersebut diturunkan kepada klien.
• Pemeriksaan fisik
Kepala
Rambut
Bagaimana bentuk kepala, warna rambut, kebersihan rambut, dan apakah ada benjolan.
Mata
Terkadang adanya pembengkakan pada kelopak mata, konjungtiva, dan kadang-kadang
keadaan selaput mata pucat (anemia) karena proses persalinan yang mengalami
perdarahan,sclera kuning.
Telinga
Biasanya bentuk telinga simetris atau tidak, bagaimana kebersihannya, adakah cairan
yang keluar dari telinga.
Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada post partum kadangkadang ditemukan
pernapasan cuping hidung.
• Mulut dan gigi
Mulut bersih / kotor, mukosa bibir kering / lembab.
• Leher
Saat dipalpasi ditemukan ada / tidak pembesaran kelenjar tiroid, karna adanya proses
penerangan yang salah.
• Thorak
Payudara
Simetris kiri dan kanan, tidak ada kelainan pada payudara, areola hitam kecoklatan,
putting susu menonjol, air susu lancer dan banyak keluar.
• Paru-paru
I : Simetris / tidak kiri dan kanan, ada / tidak terlihat pembengkakan. P : Ada / tidak
nyeri tekan, ada / tidak teraba massa
P : Redup / sonor
A : Suara nafas Vesikuler / ronkhi / wheezing
• Jantung
I : Ictus cordis teraba / tidak P : Ictus cordis teraba / tidak P : Redup / tympani
A : Bunyi jantung lup dup
• Abdomen
I : Terdapat luka jahitan post op ditutupi verban, adanya strie gravidarum P : Nyeri
tekan pada luka,konsistensi uterus lembek / keras
P : Redup
A : Bising usus
• Genetalia
Pengeluaran darah bercampur lender, pengeluaran air ketuban, bila terdapat
pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak dalam kandungan menandakan
adanya kelainan letak anak.
• Eksremitas
Pemeriksaan odema untuk melihat kelainan-kelainan karena membesarkan uterus,
karena pre eklamsia atau karena penyakit jantung atau ginjal.
• Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada post partum tekana darah turun, nadi cepat, pernafasan
meningkat, suhu tubuh turun.
• Pengkajian Skala Nyeri
Penilaian nyeri merupakan elemen yang penting untuk menentukan terapi nyeri
yang efektif.Skala penilaian nyeri dan keteranagan pasien digunakan untuk menilai
derajat nyeri.Intensitas nyeri harus dinilai sedini mungkin selama pasien dapat
berkomunikasi dan menunjukkan ekspresi nyeri yang dirasakan.Penilaian terhadap
intensitas nyeri dapat menggunakan beberapa skala yaitu (Mubarak et al., 2015)

▪ Skala Nyeri Deskriptif

Skala nyeri deskriptif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang
objektif. Skala ini juga disebut sebagai skala pendeskripsian verbal /Verbal
Descriptor Scale (VDS) merupakan garis yang terdiri tiga sampai lima kata
pendeskripsian yang tersusun dengan jarak yang sama disepanjang garis.
Pendeskripsian ini mulai dari “tidak terasa nyeri” sampai “nyeri tak
tertahankan”, dan pasien diminta untuk menunjukkan keadaan yang sesuai
dengan keadaan nyeri saat ini (Mubarak et al., 2015).
▪ Numerical Rating Scale (NRS) (Skala numerik angka)

Pasien menyebutkan intensitas nyeri berdasarkan angka 0 – 10.Titik 0 berarti


tidak nyeri, 5 nyeri sedang, dan 10 adalah nyeri berat yang tidak
tertahankan.NRS digunakan jika ingin menentukan berbagai perubahan pada
skala nyeri, dan juga menilai respon turunnya nyeri pasien terhadap terapi yang
diberikan(Mubarak et al., 2015).
▪ Faces Scale (Skala Wajah)

Pasien disuruh melihat skala gambar wajah.Gambar pertama tidak nyeri (anak
tenang) kedua sedikit nyeri dan selanjutnya lebih nyeri dan gambar paling akhir,
adalah orang dengan ekpresi nyeri yang sangat berat.Setelah itu, pasien disuruh
menunjuk gambar yang cocok dengan nyerinya.Metode ini digunakan untuk
pediatri, tetapi juga dapat digunakan pada geriatri dengan gangguan kognitif
(Mubarak et al., 2015).
▪ Secara umum , pengkajian nyeri meliputi beberapa aspek, antara lain :
a) Faktor pencetus (P : provocative/palliative), yaitu faktor yang
mempengaruhi ggawat atau ringannya nyeri
b) Kualitas (Q : Quality/Quantity), yaitu nyeri seperti apakah rasa tajam,
tumpul, atau tersayat
c) Lokasi (R : Region/Radiation) yaitu perjalanan nyeri
d) Keparahan (S : Scale/Severity) yaitu keparahan atau intesitas nyeri
e) Waktu (T : Time), yaitu lama/waktu serangan atau frekuensi nyerii

2. Diagnosa Keperawatan Yang Muncul

• Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif (D.0001)


Definisi : ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan nafas untuk
mempertahankan jalan nafas tetap paten.
Penyebab :
Fisiologis :
Spasme jalan napas.
Hipersekresi jalan napas.
Disfungsi neuromuskuler.
Benda asing dalam jalan napas.
Adanya jalan napas buatan.
Sekresi yang tertahan.
Hiperplasia dinding jalan napas.
Proses infeksi .
Respon alergi.
• Efek agen farmakologis (mis. Anastesi).
Situasional :
Merokok aktif.
Merokok pasif.
Terpajan polutan.
Gejala dan tanda mayor :
Subjektif : tidak tersedia.
Objektif :
batuk tidak efektif
tidak mampu batuk.
sputum berlebih.
Mengi, wheezing dan / atau ronkhi kering.
Mekonium di jalan nafas pada Neonatus.
Gejala dan Tanda Minor.
Subjektif :
Dispnea.
Sulit bicara.
Ortopnea
Objektif :
Gelisah
Sianosis.
Bunyi napas menurun.
Frekuensi napas berubah.
Pola napas berubah.
Kondisi Klinis Terkait
Gullian barre syndrome.
Sklerosis multipel.
Myasthenia gravis.
Prosedur diagnostik (mis. Bronkoskopi, transesophageal echocardiography [TEE] ).
Depresi sistem saraf pusat.
Cedera Kepala
Stroke
Kuadriplegia
Sindron aspirasi meconium
Infeksi saluran Napas.
• Nyeri Akut (D.0077)
Definisi : Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lamat dan berintensitas
ringan hingga berat yang berlangsung kurang 3 bulan.
Penyebab
Agen pencedera fisiologis (mis. Infarmasi, lakemia, neoplasma)
Agen pencedera kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia iritan)
Agen pencedera fisik (mis.abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat berat,
prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif : (tidak tersedia)
Objektif
Tampak meringis
Bersikap protektif (mis. Waspada, posisi menghindari nyeri)
Gelisah
Frekuensi nadi meningkat
Sulit tidur
Gejala dan Minor
Subjektif : (tidak tersedia)
Objektif
Tekanan darah meningkat
Pola napas berubah
Nafsu makan berubah
Proses berpikir terganggu
Menarik diri
Berfokus pada diri sendiri
Diaforesis
Kondisi Klinis Terkait
Kondisi pembedahan
Cedera traumatis
Infeksi
Sindrom koroner akut
Glaukoma
• Gangguan Mobilitas Fisik (D.0054)
Definisi :Keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstremitas secara
mandiri
Penyebab:
Kerusakan integritas struktur tulang
Perubahan metabolism
Ketidakbugaran fisik
Penurunan kendali otot
Penurunan massa otot
Penurunan kekuatan otot
Keterlambatan perkembangan
Kekakuan sendi
Kontraktur
Malnutrisi
Gangguan musculoskeletal
Gangguan neuromuscular
Indeks masa tubuh diatas persentil ke-75 sesuai usia
Efek agen farmakologis
Program pembatasan gerak
Nyeri
Kurang terpapar informasi tentang aktivitas fisik
Kecemasan
Gangguan kognitif
Keengganan melakukan pergerakan
Gangguan sensoripersepsi
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif: Mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas
Objektif :
Kekuatan otot menurun
Rentang gerak (ROM) menurun
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif :
Nyeri saat bergerak
Enggan melakukan pergerakan
Merasa cemas saat bergerak
Objektif :
Sendi kaku
Gerakan tidak terkoordinasi
Gerakan terbatas
• Resiko Infeksi (D.0142)
Definisi : Berisiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik.
Faktor Risiko
Penyakit kronis (mis. Diabetes. Melitus).
Efek prosedur invasi.
Malnutrisi.
Peningkatan paparan organisme patogen lingkungan.
Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer :
Gangguan peristaltik,
Kerusakan integritas kulit,
Perubahan sekresi pH,
Penurunan kerja siliaris,
Ketuban pecah lama,
Ketuban pecah sebelum waktunya,
Merokok,
Statis cairan tubuh.
Kondisi Klinis Terkait :
Ketidakdekuatan pertahanan tubuh sekunder :
Penurunan homolobin,
Imununosupresi,
Leukopenia,
Supresi respon inflamasi,
Vaksinasi tidak adekuat.
AIDS.
Luka bakar.
Penyakit paru obstruktif.
Diabetes melitus.
Tindakan invasive
Kondisi penggunaan terapi steroid.
Penyalahgunaan obat.
Ketuban Pecah Sebelum Waktunya (KPSW).
kanker.
Gagal ginjal.
Imunosupresi.
Lymphedema.
Leukositopedia.
Gangguan fungsi hati.
• Defisit Perawatan Diri (D.0109)
Definisi : Tidak mampu melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri
Penyebab :
Gangguan musculoskeletal
Gangguan neuromuskuler
Kelemahan
Gamgguan psikologis dan/atau psikotik
Penurunan motivasi/minat
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
Menolak melakukan perawatan diri
Objektif
Tidak mampu mandi/mengenakan pakaian/makan/ke toilet/berhias secara mandiri
Minat melakukan perawatan diri kurang
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif : (tidak tersedia)
Objektif : (tidak tersedia)
Kondisi Klinis Terkait
Stroke
Cedera medula spinalis
Depresi
Arthritis rheumatoid
Retardasi mental
Delirium
Demensia
Gangguan amnestic
Skizofrenia dan gangguan psikotik lain
Fungsi penilaian terganggu
Keterangan
Diagnosis ini dispesifikasikan menjadi salah satu atau lebih dari :
Mandi
Berpakaian
Makan
• Menyusui Tidak Efektif (D.0029)
Definisi : Kondisi dimana ibu dan bayi mengalami ketidakpuasan atau kesukaran pada
proses menyusui.
Penyebab :
Fisiologis
Ketidakadekuatan suplai ASI
Hambatan pada neonatus (mis. Prematuritas, sumbing)
Anomali payudara ibu (mis. Puting yang masuk ke dalam)
Ketidakadekuatan refleks oksitosin
Ketidakadekuatan refleks menhispa bayi
Payudara bengkak
Riwayat operasi payudara
Kelahiran kembar
Situasional
Tidak rawat gabung
Kurang terpapar informasi tentang pentinya menyusui dan/atau metode menyusui
Kurangnya dukungan keluarga
Faktor budaya
Gejala dan Tanda mayor
Subjektif :
Kelelahan maternal
Kecemasan maternal
Objektif
Bayi tidak mampu melekat pada payudara ibu
ASI tidak menetas/memancar
BAK bayi kurang dari 8 kali dalam 24 jam
Nyeri dan/atau lecet terus menerus setelah minggu kedua
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif : (tidak tersediaa)
Objektif
Intake bayi tidak adekuat
Bayi menghisap tidak terus menerus
Bayi menangis saat disusui
Bayi rewel dan menangis terus dalam jam-jam pertama setelah menyusui
Menolak untuk mengisap
Kondisi Klinis Terkait;
Abses payudara
Masititis
Carpal tunnel syndrome
Keterangan
*) Carpal tunner syndrome merupakan salah satu masalah dalam menyususi dimana
tangan ibu terasa nyeri dan tidak nyaman. Ibu mengalami kesulitan dalam
memposisikan bayinya untuk menyusui.
3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Inrervensi Keperawatan


Keperawatan Hasil SIKI
SDKI SLKI
1. Bersihan Jalan Setelah dilakukan Latihan Batuk Efektif
Nafas Tidak intervensi, maka (I.01006)
diharapkan bersihan jalan
Efektif (D.0001) napas (L.01001) Observasi
meningkat. Dengan - Identifikasi kemampuan
kriteria hasil :
batuk
a) Batuk efektif
b) Produksi sputum - Monitor adanya retensi
menurun sputum
c) Mengi menurun
d) Wheezing - Monitor tanda dan
menurun gejala infeksi saluran
e) Dispnea menurun
napas
f) Ortopnea
menurun - Monitor input dan
g) Gelisah menurun output cairan ( mis.
h) Frekuensi napas
membaik jumlah dan
i) Pola napas karakteristik)
membaik
Terapeutik
- Atur posisi semi-Fowler
atau Fowler
- Pasang perlak dan
bengkok di pangkuan
pasien
- Buang sekret pada
tempat sputum
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan
prosedur batuk efektif
- Anjurkan tarik napas
dalam melalui hidung
selama 4 detik, ditahan
selama 2 detik,
kemudian keluarkan
dari mulut dengan bibir
mencucu (dibulatkan)
selama 8 detik
- Anjurkan mengulangi
tarik napas dalam
hingga 3 kali
- Anjurkan batuk dengan
kuat langsung setelah
tarik napas dalam yang
ke-3
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
mukolitik atau
ekspektoran, jika perlu

Manajemen Jalan Nafas (I.


01011)
Observasi
- Monitor pola napas
(frekuensi, kedalaman,
usaha napas)
- Monitor bunyi napas
tambahan (mis.
Gurgling, mengi,
weezing, ronkhi kering)
- Monitor sputum
(jumlah, warna, aroma)
Terapeutik
- Pertahankan kepatenan
jalan napas dengan
head-tilt dan chin-lift
(jaw-thrust jika curiga
trauma cervical)
- Posisikan semi-Fowler
atau Fowler
- Berikan minum hangat
- Lakukan fisioterapi
dada, jika perlu
- Lakukan penghisapan
lendir kurang dari 15
detik
- Lakukan
hiperoksigenasi
sebelum
- Penghisapan
endotrakeal
- Keluarkan sumbatan
benda padat dengan
forsepMcGill
- Berikan oksigen, jika
perlu
Edukasi
- Anjurkan asupan cairan
2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi.
- Ajarkan teknik batuk
efektif
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
jika perlu.
Pemantauan Respirasi
(I.01014)
Observasi
- Monitor frekuensi,
irama, kedalaman, dan
upaya napas
- Monitor pola napas
(seperti bradipnea,
takipnea, hiperventilasi,
Kussmaul, Cheyne-
Stokes, Biot, ataksik)
- Monitor kemampuan
batuk efektif
- Monitor adanya
produksi sputum
- Monitor adanya
sumbatan jalan napas
- Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru
- Auskultasi bunyi napas
- Monitor saturasi
oksigen
- Monitor nilai AGD
- Monitor hasil x-ray
toraks
Terapeutik
- Atur interval waktu
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
- Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
2 Nyeri Akut Setelah dilakukan A. MANAJEMEN NYERI (I.
(D.0072) tindakan Keperawatan 08238)
selama 3x24 jam Observasi
diharapkan tingkat nyeri - lokasi, karakteristik,
menurun dengan KH : durasi, frekuensi,
Meningkat kualitas, intensitas nyeri
Kemampuan - Identifikasi skala nyeri
menuntaskan aktivitas - Identifikasi respon nyeri
Menurun non verbal
Keluhan nyeri menurun - Identifikasi faktor yang
Meringis menurun memperberat dan
Gelisah menurun memperingan nyeri
- Identifikasi
pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
- Identifikasi pengaruh
budaya terhadap respon
nyeri
- Identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas
hidup
- Monitor keberhasilan
terapi komplementer
yang sudah diberikan
- Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik
- Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi
pijat, aroma terapi,
teknik imajinasi
terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi
bermain)
- Control lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan
tidur
- Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor
nyri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
- Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
PEMBERIAN ANALGETIK
(I.08243)
Observasi
- Identifikasi
karakteristik nyeri (mis.
Pencetus, pereda,
kualitas, lokasi,
intensitas, frekuensi,
durasi)
- Identifikasi riwayat
alergi obat
- Identifikasi kesesuaian
jenis analgesik (mis.
Narkotika, non-
narkotika, atau NSAID)
dengan tingkat
keparahan nyeri
- Monitor tanda-tanda
vital sebelum dan
sesudah pemberian
analgesik
- Monitor efektifitas
analgesik
Terapeutik
- Diskusikan jenis
analgesik yang disukai
untuk mencapai
analgesia optimal, jika
perlu
- Pertimbangkan
penggunaan infus
kontinu, atau bolus
opioid untuk
mempertahankan
kadar dalam serum
- Tetapkan target
efektifitas analgesic
untuk mengoptimalkan
respon pasien
- Dokumentasikan respon
terhadap efek analgesic
dan efek yang tidak
diinginkan
Edukasi
- Jelaskan efek terapi dan
efek samping obat
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
dosis dan jenis
analgesik, sesuai
indikasi
3. Gangguan Setelah dilakukan DUKUNGAN AMBULASI
Mobilitas Fisik tindakan keperawatan (1.06171)
(D.0054) selama 3x24 jam Observasi
diharapkan mobilitas - Identifikasi adanya
fisik meningkat dengan nyeri atau keluhan fisik
KH : lainnya
Meningkat - Identifikasi toleransi
Pergerakan ekstremitas fisik melakukan
meningkat Kekuatan otot ambulasi
meningkat - Monitor frekuensi
Rentang gerak (ROM) jantung dan tekanan
meningkat darah sebelum memulai
Menurun ambulasi
Nyeri menurun - Monitor kondisi umum
Kecemasan menurun selama melakukan
(L. 05042) Hal. 65 ambulasi
Terapeutik
- Fasilitasi aktivitas
ambulasi dengan alat
bantu (mis. tongkat,
kruk)
- Fasilitasi melakukan
mobilisasi fisik, jika
perlu
- Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan ambulasi
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan
prosedur ambulasi
- Anjurkan melakukan
ambulasi dini
- Ajarkan ambulasi
sederhana yang harus
dilakukan (mis. berjalan
dari tempat tidur ke
kursi roda, berjalan dari
tempat tidur ke kamar
mandi, berjalan sesuai
toleransi)
4. Resiko Infeksi Setelah dilakukan PENCEGAHAN INFEKSI
(D.0142) tindakan keperawatan (I.14539)
selama 3x24 jam Observasi
diharapkan Glukosa - Identifikasi riwayat
derajat infeksi menurun kesehatan dan riwayat
dengan KH: alergi
Demam menururun - Identifikasi
Kemerahan menurun kontraindikasi
Nyeri menurun pemberian imunisasi
Bengkak menurun - Identifikasi status
Kadar sel darah putih imunisasi setiap
membaik kunjungan ke pelayanan
kesehatan
Terapeutik
- Berikan suntikan pada
pada bayi dibagian paha
anterolateral
- Dokumentasikan
informasi vaksinasi
- Jadwalkan imunisasi
pada interval waktu
yang tepat
Edukasi
- Jelaskan tujuan,
manfaat, resiko yang
terjadi, jadwal dan efek
samping
- Informasikan imunisasi
yang diwajibkan
pemerintah
- Informasikan imunisasi
yang
melindungiterhadap
penyakit namun saat ini
tidak diwajibkan
pemerintah
- Informasikan vaksinasi
untuk kejadian khusus
- Informasikan
penundaan pemberian
imunisasi tidak berarti
mengulang jadwal
imunisasi kembali
- Informasikan penyedia
layanan pekan
imunisasi nasional yang
menyediakan vaksin
gratis
MANAJEMEN IMUNISASI/
VAKSIN (I. 14508)
Observasi
- Identifikasi riwayat
kesehatan dan riwayat
alergi
- Identifikasi
kontraindikasi
pemberian imunisasi
- Identifikasi status
imunisasi setiap
kunjungan ke pelayanan
kesehatan
Terapeutik
- Berikan suntikan pada
pada bayi dibagian paha
anterolateral
- Dokumentasikan
informasi vaksinasi
- Jadwalkan imunisasi
pada interval waktu
yang tepat
Edukasi
- Jelaskan tujuan,
manfaat, resiko yang
terjadi, jadwal dan efek
samping
- Informasikan imunisasi
yang diwajibkan
pemerintah
- Informasikan imunisasi
yang
melindungiterhadap
penyakit namun saat ini
tidak diwajibkan
pemerintah
- Informasikan vaksinasi
untuk kejadian khusus
- Informasikan
penundaan pemberian
imunisasi tidak berarti
mengulang jadwal
imunisasi kembali
- Informasikan penyedia
layanan pekan
imunisasi nasional yang
menyediakan vaksin
gratis
5. Defisit Setelah dilakukan DUKUNGAN PERAWATAN
Perawatan Diri tindakan keperawatan DIRI (I.11348)
selama 3x24 jam Observasi
diharapkan perawatan - Identifikasi kebiasaan
aktivitas perawatan diri
diri meningkat dengan sesuai usia
KH : - Monitor tingkat
kemandirian
Meningkat
Identifikasi kebutuhan
Kemampuan mandi alat bantu kebersihan
meningkat Kemampuan diri, berpakaian,
berhias, dan makan
mengenakan pakaian Terapeutik
meningkat - Sediakan lingkungan
yang terapeutik (mis.
Verbalisasi keinginan suasana hangat, rileks,
melakukan perawatan privasi) - Siapkan
keperluan pribadi (mis.
diri meningkat parfum, sikat gigi, dan
Mempertahankan sabun mandi)
- Dampingi dalam
kebersihan diri
melakukan perawatan
meningkat diri sampai mandiri
Mempertahankan - Fasilitasi untuk
menerima keadaan
kebersihan mulut ketergantungan
meningkat - Fasilitasi kemandirian,
bantu jika tidak mampu
melakukan perawatan
diri
- Jadwalkan rutinitas
perawatan diri
Edukasi
- Anjurkan melakukan
perawatan diri secara
konsisten sesuai
kemampuan
6. Menyusui Tidak Setelah dilakukan Edukasi Menyusui
Efektif intervensi selama Observasi:
3x24jam, diharapkan - Identifikasi kesiapan
status menyusui dan kemampuan
membaik dengan kriteria menerima informasi
hasil: - Identifikasi tujuan atau
a. Miksi bayi meningkat keinginan menyusui
lebih dari 8 kali/24 jam Terapeutik
b. Berat badan bayi naik - Sediakan materi dan
c. Tetesan/pancaran ASI media pedidikan
meningkat kesehatan
d. Suplai ASI adekuat - Jadwalkan penidikan
meningkat kesehatan sesuai
e. Bayi tidur setelah kesepakatan
menyusui meningkat - Berikan kesempatan
f. Intake bayi meningkat untuk bertanya
g. Frekuensi miksi bayi - Dukung ibu
membaik meningkatkan
h. Bayi rewel menurun kepercayaan diri dalam
menyusui
- Libatkan system
pendukung: suami,
- keluarga, tenaga
kesehatan dan
masyarakat
Edukasi
- Berikan konseling
menyusui
- Jelaskan manfaat
menyusui bagi ibu dan
bayi
- Ajarkan 4(empat)posisi
menyusui dan
perlekatan (lacth on)
dengan benar
- Ajarkan perawatan
payudara antepartum
dengan mengkompres
dengan kapas yang
telah diberikan minyak
kelapa
- Ajarkan perawatan
payudara post partum
(mis. Pijat payudara,
pijat oksitoksin)
Terapi relaksasi : Pijat
Oksitosin
Observasi
- Identifikasi kesiapan
dan kemampuan
menerima informasi
- Identifikasi
pengetahuan ibu tentang
perawatan payudara
(pijat oksitokin)
Terapeutik
- Sediakan materi dan
media Pendidikan
Kesehatan (Pijat
oksitoksin)
- Jadwalkan Pendidikan
Kesehatan sesuai
- kesepakatan
- Beri kesempatan untuk
bertanya
- Edukasi Nutrisi bayi
Observasi
- Identifikasi kesiapan
dan kemampuan ibu
- atau pengasuh
menerima informasi
- Identifikasi kemampuan
ibu atau pengasuh
menyediakan nutrisi
BAB III
TINJAUAN KASUS

PENGKAJIAN KEPERAWATAN
• Identitas Pasien
Nama : Ny. D
Umur : 23 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : Sma Sederajat
Pekerjaaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Desa Lubuk Raman,Lubuk Raman,Rambang Dangku
Tanggal masuk RS : 13 - 07 -2022
Tanggal pengkajian : 13 -07-2022
No.Rm. : 087323
• Identitas Penanggung Jawab
Nama suami : Tn. S
Umur : 25 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : Sma Sederajat
Pekerjaan : Dekor
Alamat : Desa Lubuk Raman,Lubuk Raman,Rambang Dangku
Suku/Bangsa : Prabumulih
• Riwayat Kesehatan
Keluhan utama
- Saat masuk Rumah sakit : Ingin Melahirkan
- Saat pengkajian : Nyeri pada perut daerah luka operasi sc
• Riwayat Kehamilan dan Persalinan
- HPHT : 21 November 2021
- Taksiran Partus : 28 agustus 2022
- ANC.
Frekuensi : 2 kali
Tempat : Bidan
Keluhan-keluhan : mual dan muntah
- Riwayat persalinan
Ibu
- Tanggal persalinan : 14 Juli 2022
- Tempat persalinan : Rumah sakit
- Ditolong oleh : Kebidanan
- Jenis persalinan : sectio caesarea
- Perdarahan : ada
- Plasenta : ada lengkap
- Ketuban : ada
- Laporan persalinan
• Kala I : tidak dikaji
• Kala II : tidak dikaji
• Kala III : tidak dikaji
• Kala IV : tidak dikaji
Bayi
- Jenis kelamin : Perempuan
- BB lahir : 1400 gram
- PB lahir : 45 cm
- APGAR SCORE : 6/7/8
- Anus : ada
- Masa gestasi : 33 s/d 34 minggu
- Cacat bawaan : tidak ada
• Aktivitas Sehari – hari
- Nutrisi
Pola makan : 3 × sehari
Komposisi : Lauk,sayur,sambal
Makanan : nasi
Perubahan makanan : baik
- Eliminasi
Pola eliminasi BAB : baik
Karakteristik : Warna kuning kecoklatan dan lembek
Pola eliminasi BAK : baik
Karakteristik : kuning khas amoniak
Pola istirahat/tidur : tidak ada gangguan pola tidur
- Kontrasepsi
Rencana kontrasepsi : Belum Ada
• Pemeriksaaan Fisik
Tanda-tanda vital
• Tekanan darah : 110/70 mmHg
• Denyut nadi : 80 x/m
• Pernapasan : 20 x/m
• BB sebelum hamil : 40 kg
• LILA :
• TB : 153 cm
• Suhu : 36 C
• BB sekarang : 44 kg
Wajah

• Bentuk : simetris
• Oedema : tidak ada
• Cloasma : tidak ada
• Gravidarum : tidak ada
Hidung

• Bentuk : simetris
• Perdarahan : tidak ada
• Polip : tidak ada
• Sinusitis : tidak ada
Mata

• Bentuk : simetris
• Oedema : tidak ada
• Conjungtiva : pucat
• Sclera : putih
Mulut

• Bentuk : simetris
• Warna : pucat
• Kelembapan : lembab
• Hipersaliva : tidak ada
• Gigi:caries : bersih
Leher

• Pembesaran kelenjar tyroid : tidak ada


• Peningkatan JVP : tidak ada
Dada

Payudara

• Bentuk payudara : Simetris


• Puting susu : Menonjol
• Hiperpigmentasi : Tidak ada
• Kebersihan : Bersih
• Kolostrum : Normal
• Kelainan : Tidak ada
Paru-paru

• Inspeksi (inspirasi/ekspirasi) : simetris kiri kanan, ictus cardis tidak teraba


• Palpasi : tidak ada nyeri tekan
• Perkusi : sonor di kedua lapang baru
• Aulkultasi : tidak ada
Jantung

• Palpasi : tidak ada nyeri tekan


• Perkusi : redup
• Aulkultasi : suara irama jantung teratur
Abdomen

• Luka operasi : ada luka bekas sectio caesarae


• Striae : tidak ada
• Tinggi fundus uterus : dua jari dibawah pusat posisi: tengah
• Kontraksi uterus : baik
• Bising usus : normal
Genitalia

Vulva Dan Vagina


• Varises : tidak ada
• Luka : tidak ada
• Kemerahan : tidak ada
• Nyeri : skala 6 pada bagian operasi
• Kebersihan : bersih
Perineum

• Luka parut : tidak ada


• Lain-lain : tidak ada
Lochea

• Jenis lochea : rubra


• Jumlah : 2-4 kali mengganti pembalut
• Warna : Merah
• Bau : Amis khas darah
• Sifat pengeluaran : sedikit demi sedikit
Ekstremitas

Aksila

• Pembesaran kelenjar : tidak ada


Ekstremitas atas

• Oedema tangan/jari : Tidak ada


• Kekuatan otot : Normal
Ektremitas bawah

• Oedema kaki : Tidak ada


• Varises : Tidak ada
• Kekuatan otot : Lemah
Tromboplebitis : Tidak ada
• Pengkajian Psikososial
Konsep diri : klien merasa tenang sudah melahirkan
Behavior : baik
Peran : sebagai istri dan seorang ibu
Support sistem. : suami dan keluarga
• Pemeriksaan Diagnostik
Hb : 11.3 g/Dl
Eritrosit : 2.90 (10^6/uL)
Leukosit : 20.3 (10^3/uL)
Thrombosit : 247 (10^3/uL)
• Pengkajian Skala Nyeri
Pengkajian Nyeri : Terdapat nyeri pada anus, intensitas : 6, jenis : akut.

Skala Nyeri : 6

ANALISA DATA
NO Data Etiologi Problem
1. Data Subjektif: Post partum SC Nyeri akut ( D.007 hal.172
• Klien mengatakan )
nyeri pada perut
setelah operasi SC
• Klien mengatakan
nyeri saat bergerak Jaringan terputus
yang dirasakan
seperti berdenyut
dan terkadang
nyeri hilang timbul

Data Objektif :
• P : nyeri setelah Merangsang Area sensori
operasi SC
• Q : dirasakan
berdenyut dan
hilang timbul
• R : dirasakan pada Nyeri Akut
bagian perut bawah
bekas operasi SC
• S : skala nyeri 6
• T : nyeri dirasakan
saat bergerak
• TTV
TD : 110/70 mmHg.
N : 80x/menit.
RR : 20x/menit
S: 36 C
2. Data Subjektif: Luka post SC Risiko Infeksi (D.0142)
-

Data Objektif :
Tampak ada luka post SC
Skala nyeri 6
Jaringan terbuka
Leukosit 20.3
Suhu : 36 derajat

Poteksi kurang

Invasi bakteri
Resiko infeksi

3. Data Subjektif: Post Partum SC Menyusui tidak efektif (


• Klien mengatakan D.0029 hal 75 )
ingin memberikan
ASI tapi bayi
belum bisa
menyusu, karena
Nifas
kondisi bayi
kurang baik
(BBLR)

Data Objektif : Laktasi


• Tidak rawat
gabung
• Payudara bersih
• Bentuk payudara Progesteron dan esterogen
simetris menurun
• Payudara masih
kosong

Proklatin meningkat

Isapan bayi oksitosin


meningkat

Ejeksi ASI

Tidak adekuat

ASI tidak keluar


Menyusui Tidak efektif

DIAGNOSA KEPERAWATAN
- Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (prosedur operasi sc) ( D.007
hal.172 )
- Resiko infeksi dibuktikan dengan efek prosedur invasif (D.0142)
- Menyusui tidak efektif berhubungan dengan tidak rawat gabung ( D.0029 hal 75 )

INTERVENSI KEPERRAWATAN
No Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi
1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan MANAJEMEN NYERI
dengan agen pencedera tindakan keperawatan Observasi
fisik akibat prosedur 3x24 jam tingkat nyeri -lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi,
operasi (D.0077) menurun dengan kriteria
- kualitas, intensitas nyeri
hasil: - Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respon nyeri
- Keluhan nyeri berkurang
non verbal
dengan skala nyeri - Identifikasi faktor yang
memperberat dan
- Ekspresi wajah tenang
- memperingan nyeri
- Tekanan darah menjadi - Identifikasi pengetahuan
dan keyakinan tentang
normal 120/80-130/85
nyeri
mmHg - Identifikasi pengaruh
budaya terhadap respon
- Nadi menjadi normal
nyeri
60- 100x/menit - Identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas hidup
- Pernapasan menjadi
- Monitor keberhasilan
normal 12-22x/menit terapi komplementer
- yang sudah diberikan.
- Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik
- Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
- mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi 16usic,
biofeedback, terapi pijat,
aroma terapi, teknik
imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
- Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan
tidur
- Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyri
secara mandiri
- Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
Resiko infeksi Setelah dilakukan PENCEGAHAN INFEKSI
tindakan keperawatan (I.14539)
selama 3x24 jam Observasi
diharapkan Glukosa - Identifikasi riwayat
derajat infeksi menurun kesehatan dan riwayat
dengan KH: alergi
Demam menururun - Identifikasi kontraindikasi
Kemerahan menurun pemberian imunisasi
Nyeri menurun - Identifikasi status
Bengkak menurun imunisasi setiap
Kadar sel darah putih kunjungan ke pelayanan
kesehatan
membaik
Terapeutik
- Berikan suntikan pada
pada bayi dibagian paha
anterolateral
- Dokumentasikan
informasi vaksinasi
- Jadwalkan imunisasi pada
interval waktu yang tepat
Edukasi
- Jelaskan tujuan, manfaat,
resiko yang terjadi, jadwal
dan efek samping
- Informasikan imunisasi
yang diwajibkan
pemerintah
- Informasikan imunisasi
yang melindungiterhadap
penyakit namun saat ini
tidak diwajibkan
pemerintah
- Informasikan vaksinasi
untuk kejadian khusus
- Informasikan penundaan
pemberian imunisasi tidak
berarti mengulang jadwal
imunisasi kembali
- Informasikan penyedia
layanan pekan imunisasi
nasional yang
menyediakan vaksin gratis

3. Menyusui tidak efektif Setelah dilakukan Edukasi Menyusui


berhubungan dengan intervensi selama Observasi
ketidakadekuatan suplai 3x24jam, diharapkan - Identifikasi kesiapan dan
ASI (D.0029) status menyusui kemampuan menerima
membaik dengan kriteria informasi
hasil: - Identifikasi tujuan atau
- Miksi bayi meningkat keinginan menyusui
lebih dari 8 kali/24 jam Terapeutik
- Berat badan bayi naik - Sediakan materi dan
- Tetesan/pancaran ASI media pedidikan
meningkat kesehatan
- Suplai ASI adekuat
meningkat
- Bayi tidur setelah - Jadwalkan penidikan
menyusui meningkat kesehatan sesuai
- Intake bayi meningkat kesepakatan
- Frekuensi miksi bayi - Berikan kesempatan untuk
membaik bertanya
- Bayi rewel menurun - Dukung ibu meningkatkan
kepercayaan diri dalam
menyusui
- Libatkan system
pendukung: suami,
keluarga, tenaga
kesehatan dan masyarakat
Edukasi
- Berikan konseling
menyusui
- Jelaskan manfaat
menyusui bagi ibu dan
bayi
- Ajarkan 4(empat)posisi
menyusui dan perlekatan
(lacth on) dengan benar
- Ajarkan perawatan
payudara antepartum
dengan mengkompres
dengan kapas yang telah
diberikan minyak kelapa
- Ajarkan perawatan
payudara post partum
(mis. Pijat payudara, pijat
oksitoksin)
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Tanggal & Dx Implementasi Evaluasi Paraf
Jam
Selasa,13 Juli 1 -Mengobservasi Tanda-tanda vital S: Berlen,Ema
2022 TD : 110/70 mmHg -Klien mengatakan nyeri pada perut
09.00 N : 80x/menit setelah operasi SC
Rr : 20x/menit -Klien mengatakan nyeri saat bergerak
S : 36 C yang dirasakan seperti berdenyut dan
terkadang nyeri hilang timbul
KU: Sakit sedang
KS: Composmetis O:
GCS : E4V5M6 P : Nyeri setelah operasi SC
Q : Dirasakan berdenyut dan hilang timbul
-Mengobservasi lokasi, an R : Dirasakan pada bagian perut bawah
09.10 karakteristik nyeri, durasi, bekas operasi SC
frekuensi kualitas, intensitas nyeri S : Skala nyeri 4
-Mengidentifikasi skala nyeri T : Nyeri dirasakan saat bergerak
-Mengidentifikasi respon nyeri non
verbal TD : 110/70 mmHg
-Memberikan tekni N : 80x/menit
nonfarmakologis untuk mengurangi Rr : 20x/menit
rasa nyeri teknik imajinasi S : 36 C
09.16 terbimbing
-Kolaborasi dalam pemberian A: Masalah belum teratasi
analgesic
P: Intervensi dilanjutkan

12.00

12.10 2 -Mengidentifikasi riwayat alergi dan S: Serlin


riwayat kesehatan - Klien mengatakan tidak ada alergi
-Mengedukasi pasien tentang - Klien mengatakan sudah paham
perawatan luka, tujuan dan resiko tentang perawatan luka, tujuan dan
12.30 yang mungkin terjadi resiko yang mungkin terjadi

O:
- Klien tidak ada alergi saat Skin test

A: Masalah belum teratasi

P: Intervensi dilanjutkan

12.40 3 -Mengobservasi kesiapan dan S: Aura


kemampuan menerima informasi -Klien mengatakan ingin memberikan Asi
- Menyediakan materi dan media tapi belum bisa menyusui, karena kondisi
pendidikan bayi kurang baik (BBLR)
- Mengedukasi konseling menyusui
- Mengedukasi manfaat menyusui O:
13.00 bagi ibu dan bayi -Tidak rawat gabung
- Mengudukasi 4(empat) posisi - Payudara bersih
meyusui dan perlekatan (lacth on) - Bentuk payudara simetris
13.30 dengan benar - Payudara masih kosong

A: Masalah belum teratasi

P: Intervensi dilanjutkan
14.00 1 -Mengobservasi Tanda-tanda vital S: Surya
TD : 120/70 mmHg -Klien mengatakan nyeri pada perut
N : 86x/menit setelah operasi SC
Rr : 18x/menit -Klien mengatakan nyeri saat bergerak
S : 36 C yang dirasakan seperti berdenyut dan
terkadang nyeri hilang timbul
KU: Sakit sedang
KS: Composmetis O:
GCS : E4V5M6 P : Nyeri setelah operasi SC
Q : Dirasakan berdenyut dan hilang timbul
-Mengobservasi lokasi, an R : Dirasakan pada bagian perut bawah
14.30 karakteristik nyeri, durasi, bekas operasi SC
frekuensi kualitas, intensitas nyeri S : Skala nyeri 4
-Mengidentifikasi skala nyeri T : Nyeri dirasakan saat bergerak
-Memberikan teknik
15.00 nonfarmakologis untuk mengurangi TD : 120/70 mmHg
rasa nyeri (imajinasi terbimbing) N : 86x/menit
-Kolaborasi dalam pemberian Rr : 18x/menit
16.00 analgesic S : 36 C
A: Masalah belum teratasi

16.30 P: Intervensi dilanjutkan

17.00 2 - -Mengedukasi pasien tentang S: Shakira


perawatan luka SC, manfaat dan - Klien mengatakan paham mengenai
resiko yang mungkin terjadi. manfaat dan resiko yang mungkin terjadi

17.30 O:
-Klien tampak

A: Masalah belum teratasi

P: Intervensi dilanjutkan

18.00 3 -Mengobservasi kesiapan dan S: Maharani


kemampuan menerima informasi -Klien mengatakan ingin memberikan Asi
- Mengedukasi manfaat menyusui tapi belum bisa menyusui, karena kondisi
19.00 bagi ibu dan bayi bayi kurang baik (BBLR)
- Mengudukasi 4(empat) posisi
meyusui dan perlekatan (lacth on) O:
19.30 dengan benar -Tidak rawat gabung
- Payudara bersih
- Bentuk payudara simetris
- Payudara masih kosong

A: Masalah belum teratasi

P: Intervensi dilanjutkan

20.30 1 -Mengobservasi Tanda-tanda vital S: Widya


TD : 110/80 mmHg -Klien mengatakan nyeri pada perut
N : 82x/menit setelah operasi SC
Rr : 20x/menit
S : 36 C -Klien mengatakan nyeri saat bergerak
yang dirasakan seperti berdenyut dan
KU: Sakit sedang terkadang nyeri hilang timbul
KS: Composmetis
GCS : E4V5M6 O:
P : Nyeri setelah operasi SC
-Mengobservasi lokasi, an Q : Dirasakan berdenyut dan hilang timbul
karakteristik nyeri, durasi, R : Dirasakan pada bagian perut bawah
21.00 frekuensi kualitas, intensitas nyeri bekas operasi SC
S : Skala nyeri 4
-Mengidentifikasi skala nyeri T : Nyeri dirasakan saat bergerak

21.30 -Kolaborasi dalam pemberian TD : 110/80 mmHg


analgesic ketorolac 1amp/3cc N : 82x/menit
Rr : 20x/menit
22.30 S : 36 C
A: Masalah belum teratasi

P: Intervensi dilanjutkan
23.30 2 - - Mengidentifikasi nyeri (riwayat S: Fadhila
kesehatan) - Klien mengatakan nyeri masih ada
- - Melakukan perawatan luka dan - Klien sudah mulai memahami resiko
edukasi resiko infeksi infeksi
06.30
O:
-Klien tampak lemah

A: Masalah belum teratasi

P: Intervensi dilanjutkan

07.00 3 -Mengobservasi kesiapan dan S: Widya


kemampuan menerima informasi -Klien mengatakan ingin memberikan Asi
- Mengedukasi manfaat menyusui tapi belum bisa menyusui, karena kondisi
07.30 bagi ibu dan bayi bayi kurang baik (BBLR)
- Mengudukasi 4(empat) posisi
meyusui dan perlekatan (lacth on) O:
08.00 dengan benar -Tidak rawat gabung
- Payudara bersih
- Bentuk payudara simetris
- Payudara masih kosong

A: Masalah belum teratasi

P: Intervensi dilanjutkan

Tanggal & Dx Implementasi Evaluasi Paraf


Jam
Rabu,14 Juli 1 -Mengobservasi Tanda-tanda vital S: Serlin,Aura
2022 TD : 120/80 mmHg -Klien mengatakan nyeri pada perut
09.00 N : 76x/menit setelah operasi SC sedikit berkurang
Rr : 20x/menit
S : 36 C -Klien mengatakan nyeri saat bergerak
yang dirasakan seperti berdenyut dan
KU: Sakit sedang terkadang nyeri hilang timbul
KS: Composmetis
GCS : E4V5M6 O:
P : Nyeri setelah operasi SC berkurang
-Mengobservasi lokasi, an Q : Dirasakan berdenyut dan hilang timbul
09.10 karakteristik nyeri, durasi, R : Dirasakan pada bagian perut bawah
frekuensi kualitas, intensitas nyeri bekas operasi SC
-Mengidentifikasi skala nyeri S : Skala nyeri 3
T : Nyeri dirasakan saat bergerak
-Mengidentifikasi respon nyeri non
verbal TD : 120/80 mmHg
N : 76x/menit
-Memberikan tekni Rr : 20x/menit
09.16 nonfarmakologis untuk mengurangi S : 36 C
rasa nyeri (imajinasi terbimbing)
A: Masalah teratasi sebagian
-Kolaborasi dalam pemberian
analgesic ketorolac 1 amp/3cc P: Intervensi dilanjutkan

12.00

12.10 2 -Mengobservasi adanya nyeri S: Maharani


- Klien mengatakan paham mengenai
- Mengedukasi tentang tujuan dan tujuan dan manfaat perawatan luka
manfaat perawatan luka
12.30 O:
-Klien tampak nyeri

A: Masalah belum teratasi

P: Intervensi dilanjutkan

12.40 3 -Mengobservasi kesiapan dan S: Surya


kemampuan menerima informasi -Klien mengatakan ingin memberikan Asi
- Menyediakan materi dan media tapi belum bisa menyusui, karena kondisi
pendidikan bayi kurang baik (BBLR)
- Mengedukasi konseling menyusui
- Mengedukasi manfaat menyusui O:
13.00 bagi ibu dan bayi -Tidak rawat gabung
- Mengudukasi 4(empat) posisi - Payudara bersih
meyusui dan perlekatan (lacth on) - Bentuk payudara simetris
13.30 dengan benar - Payudara masih kosong

A: Masalah belum teratasi

P: Intervensi dilanjutkan

14.00 1 -Mengobservasi Tanda-tanda vital S: Ana


TD : 111/70 mmHg -Klien mengatakan nyeri pada perut
N : 86x/menit setelah operasi SC berkurang
Rr : 18x/menit
S : 36 C -Klien mengatakan nyeri saat bergerak
yang dirasakan seperti berdenyut dan
KU: Sakit sedang terkadang nyeri hilang timbul berkurang
KS: Composmetis
GCS : E4V5M6 O:
P : Nyeri setelah operasi SC berkurang
-Mengobservasi lokasi, an Q : Dirasakan berdenyut dan hilang timbul
14.30 karakteristik nyeri, durasi, berkurang
frekuensi kualitas, intensitas nyeri R : Dirasakan pada bagian perut bawah
-Mengidentifikasi skala nyeri bekas operasi SC
-Memberikan teknik S : Skala nyeri 2
15.00 nonfarmakologis untuk mengurangi T : Nyeri dirasakan saat bergerak
rasa nyeri (imajinasi terbimbing)
-Kolaborasi dalam pemberian TD : 110/70 mmHg
16.00 analgesic N : 86x/menit
Rr : 18x/menit
S : 36 C
16.30 A: Masalah teratasi Sebagian

P: Intervensi dilanjutkan
17.00 2 - - Mengidentifikasi nyeri (riwayat S: Shely
kesehatan) - - Klien mengatakan siap untuk menerima
- - Melakukan edukasi perawatan luka edukasi lebih jauh untuk perawatan luka
dan edukasi resiko infeksi
- Klien mengatakan masih ada nyeri
17.30 bagian post SC

O:
-Klien tampak mampu menerima perkataan
perawat

A: Masalah teratasi sebagian

P: Intervensi dilanjutkan

18.00 3 -Mengobservasi kesiapan dan S: Shakira


kemampuan menerima informasi -Klien mengatakan ingin memberikan Asi
- Mengedukasi manfaat menyusui tapi belum bisa menyusui, karena kondisi
19.00 bagi ibu dan bayi bayi kurang baik (BBLR)
- Mengudukasi 4(empat) posisi
meyusui dan perlekatan (lacth on) O:
19.30 dengan benar -Tidak rawat gabung
- Payudara bersih
- Bentuk payudara simetris
- Payudara masih kosong

A: Masalah belum teratasi

P: Intervensi dilanjutkan

20.30 1 -Mengobservasi Tanda-tanda vital S: Berlen


TD : 110/80 mmHg -Klien mengatakan nyeri pada perut
N : 82x/menit setelah operasi SC berkurang
Rr : 20x/menit
S : 36 C -Klien mengatakan nyeri saat bergerak
yang dirasakan seperti berdenyut dan
KU: Sakit sedang terkadang nyeri hilang timbul berkurang
KS: Composmetis
GCS : E4V5M6 O:
P : Nyeri setelah operasi SC berkurang
-Mengobservasi lokasi, an Q : Dirasakan berdenyut dan hilang timbul
karakteristik nyeri, durasi, R : Dirasakan pada bagian perut bawah
21.00 frekuensi kualitas, intensitas nyeri bekas operasi SC
S : Skala nyeri 1
-Mengidentifikasi skala nyeri T : Nyeri dirasakan saat bergerak

21.30 -Kolaborasi dalam pemberian TD : 110/80 mmHg


analgesic N : 82x/menit
Rr : 20x/menit
22.30 S : 36 C
A: Masalah teratasi sebagian

P: Intervensi dilanjutkan
23.30 2 - - Mengidentifikasi nyeri (riwayat S: Ema
kesehatan) - Klien mengatakan masih nyeri.
- - Melakukan perawatan luka dan
edukasi resiko infeksi O:
06.30 - -Klien tampak paham mengenai
perawatan luka mandiri

A: Masalah teratasi

sebagian

P: Intervensi dilanjutkan
07.00 3 -Mengobservasi kesiapan dan S: Berlen
kemampuan menerima informasi -Klien mengatakan ingin memberikan Asi
- Mengedukasi manfaat menyusui tapi belum bisa menyusui, karena kondisi
07.30 bagi ibu dan bayi bayi kurang baik (BBLR)
- Mengudukasi 4(empat) posisi
meyusui dan perlekatan (lacth on) O:
08.00 dengan benar -Tidak rawat gabung
- Payudara bersih
- Bentuk payudara simetris
- Payudara masih kosong

A: Masalah belum teratasi

P: Intervensi dilanjutkan

Tanggal & Dx Implementasi Evaluasi Paraf


Jam
Kamis,15 Juli 1 -Mengobservasi Tanda-tanda S: Shakira
2022 vital -Klien mengatakan nyeri pada perut
09.00 TD : 120/80 mmHg setelah operasi SC berkurang
N : 76x/menit
Rr : 20x/menit -Klien mengatakan nyeri saat bergerak
S : 36 C yang dirasakan seperti berdenyut dan
terkadang nyeri hilang timbul berkurang
KU: Sakit sedang
KS: Composmetis O:
GCS : E4V5M6 P : Nyeri setelah operasi SC berkurang
Q : Dirasakan berdenyut dan hilang
09.10 -Mengobservasi lokasi, an timbul
karakteristik nyeri, durasi, R : Dirasakan pada bagian perut bawah
frekuensi kualitas, intensitas bekas operasi SC
nyeri S : Skala nyeri 2
-Mengidentifikasi skala nyeri T : Nyeri dirasakan saat bergerak
-Mengidentifikasi respon nyeri TD : 120/80 mmHg
non verbal N : 76x/menit
09.16 Rr : 20x/menit
-Memberikan tekni S : 36 C
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (Imajinasi A: Masalah teratasi
Terbimbing)
P: Intervensi dihentikan
-Kolaborasi dalam pemberian
12.00 analgesic ketorolac 1 amp/3cc

12.10 2 - - Mengidentifikasi nyeri (riwayat S: Shely


kesehatan) - Klien mengatakan nyeri berkurang
- - Melakukan perawatan luka dan - Klien mengatakan mampu
edukasi resiko infeksi membersihkan luka post SC secara
12.30 mandiri

O:
-Klien tampak mampu membersihkan
luka post SC mandiri

A: Masalah teratasi Sebagian

P: Intervensi dilanjutkan

12.40 3 -Mengobservasi kesiapan dan S: Surya


kemampuan menerima informasi -Klien mengatakan ingin memberikan
- Menyediakan materi dan media Asi tapi belum bisa menyusui, karena
pendidikan kondisi bayi kurang baik (BBLR)
- Mengedukasi konseling
menyusui O:
13.00 - Mengedukasi manfaat -Tidak rawat gabung
menyusui bagi ibu dan bayi - Payudara bersih
- Mengudukasi 4(empat) posisi - Bentuk payudara simetris
13.30 meyusui dan perlekatan (lacth - Payudara masih kosong
on) dengan benar
A: Masalah belum teratasi

P: Intervensi dilanjutkan

14.00 1 -Mengobservasi Tanda-tanda S: Widya


vital -Klien mengatakan nyeri pada perut
TD : 111/70 mmHg setelah operasi SC berkurang
N : 86x/menit
Rr : 18x/menit -Klien mengatakan nyeri saat bergerak
S : 36 C yang dirasakan seperti berdenyut dan
terkadang nyeri hilang timbul berkurang
KU: Sakit sedang
KS: Composmetis O:
GCS : E4V5M6 P : Nyeri setelah operasi SC berkurang
Q : Dirasakan berdenyut dan hilang
14.30 -Mengobservasi lokasi, an timbul berkurang
karakteristik nyeri, durasi, R : Dirasakan pada bagian perut bawah
frekuensi kualitas, intensitas bekas operasi SC
nyeri S : Skala nyeri 2
15.00 -Mengidentifikasi skala nyeri T : Nyeri dirasakan saat bergerak
-Memberikan teknik
nonfarmakologis untuk TD : 110/70 mmHg
16.00 mengurangi rasa nyeri (kompres N : 86x/menit
hangat) Rr : 18x/menit
-Kolaborasi dalam pemberian S : 36 C
16.30 analgesic A: Masalah teratasi

P: Intervensi dihentikan
17.00 2 - - Mengidentifikasi nyeri (riwayat S: Fadhila
kesehatan) - Klien mengatakan masih ragu untuk
- - Melakukan perawatan luka dan perawatan luka post SC secara
edukasi resiko infeksi mandiri
17.30
O:
-Klien tampak ragu

A: Masalah teratasi sebagian

P: Intervensi dilanjutkan

18.00 3 -Mengobservasi kesiapan dan S: Ana


kemampuan menerima informasi -Klien mengatakan ingin memberikan
- Mengedukasi manfaat Asi tapi belum bisa menyusui, karena
19.00 menyusui bagi ibu dan bayi kondisi bayi kurang baik (BBLR)
- Mengudukasi 4(empat) posisi
meyusui dan perlekatan (lacth O:
19.30 on) dengan benar -Tidak rawat gabung
- Payudara bersih
- Bentuk payudara simetris
- Payudara masih kosong

A: Masalah belum teratasi

P: Intervensi dilanjutkan

20.30 1 -Mengobservasi Tanda-tanda S: Aura


vital -Klien mengatakan nyeri pada perut
TD : 120/80 mmHg setelah operasi SC berkurang
N : 82x/menit
Rr : 20x/menit -Klien mengatakan nyeri saat bergerak
S : 36 C yang dirasakan seperti berdenyut dan
terkadang nyeri hilang timbul berkurang
KU: Sakit sedang
KS: Composmetis O:
GCS : E4V5M6 P : Nyeri setelah operasi SC berkurang
Q : Dirasakan berdenyut dan hilang
-Mengobservasi lokasi, an timbul berkurang
21.00 karakteristik nyeri, durasi, R : Dirasakan pada bagian perut bawah
frekuensi kualitas, intensitas bekas operasi SC
nyeri S : Skala nyeri 1
T : Nyeri dirasakan saat bergerak
21.30 -Mengidentifikasi skala nyeri
TD : 120/80 mmHg
-Kolaborasi dalam pemberian N : 82x/menit
22.30 analgesic Rr : 20x/menit
S : 36 C
A: Masalah teratasi

P: Intervensi dihentikan
23.30 2 - - Mengidentifikasi nyeri (riwayat S: Serlin
kesehatan) - Klien mengatakan nyeri sudah
- - Melakukan perawatan luka dan berkurang
edukasi tujuan perawatan luka, - Keluarga klien mengatakan
manfaat perawatan luka dan resiko
06.30 paham mengenai perawatan luka
infeksi yang mungkin terjadi
O:
- - Keluarga klien tampak paham
mengenai perawatan luka pasien

A: Masalah teratasi sebagian

P: Intervensi dilanjutkan
07.00 3 -Mengobservasi kesiapan dan S: Aura
kemampuan menerima informasi -Klien mengatakan ingin memberikan
- Mengedukasi manfaat Asi tapi belum bisa menyusui, karena
07.30 menyusui bagi ibu dan bayi kondisi bayi kurang baik (BBLR)
- Mengudukasi 4(empat) posisi
meyusui dan perlekatan (lacth O:
08.00 on) dengan benar -Tidak rawat gabung
- Payudara bersih
- Bentuk payudara simetris
- Payudara masih kosong

A: Masalah belum teratasi

P: Intervensi dilanjutkan
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pelaksanaan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada Ny. D dengan Post
Seksio Sesarea ( SC ) Di Ruang Maternitas Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Prabumulih tahun 2022 dapat disimpulkan :
• Pengkajuan
Pengkajian asuhan keperawatan pada klien dengan post seksio sesarea dapat dilakukan
dengan baik dan tidak ada mengalami kesulitan dalam mengumpulkan data
• Diagnosa
Pada diagnosa asuhan keparawatan klien SC diagnosa ditinjauan kasus, yaitu
• Perencanaan asuhan keperawatan
Pada perencanaan asuhan keperawatan pasien keperawatan yang telah dilakukan pada
Ny. D dengan Post Seksio Sesarea ( SC ) Di Ruang Maternitas Rumah Sakit Umum
Daerah Kota Prabumulih tahun 2022 semua perencanaan dapat diterapkan pada
tinjauan kasus. Tujuan yang diharapkan dari asuhan keperawatan dengan SC yaitu agar
klien membaik
• Implementasi
Pada implementasi asuhan keperawatan pasien keperawatan yang telah dilakukan pada
Ny. D dengan Post Seksio Sesarea ( SC ) Di Ruang Maternitas Rumah Sakit Umum
Daerah Kota Prabumulih tahun 2022 hsmpir semua dapat dilakukan, namun ada
beberapa rencana tindakan yang penulis tidak lakukan tetapi dilakukan oleh perawat
ruangan tersebut
• Evaluasi
Pada pasien keperawatan yang telah dilakukan pada Ny. D dengan Post Seksio Sesarea
( SC ) Di Ruang Maternitas Rumah Sakit Umum Daerah Kota Prabumulih tahun 2022
dapat dilakukan dengan baik
B. Saran
• Bagi mahasiswa
Supaya bisa menjadi reverensi dalam membuat karya tulis ilmiah diharapkan bagi
mahasiswa agar dapat mencari informasi dan memperluas wawasan mengenai pasien
SC,
• Bagi institusi Pendidikan
Peningkatan kualitas dan pengembangan ilmu mahasiswa melalui studi kasus dapat
menerapkan asuhan keperawatn pada pasien dengan SC
• Bagi rumah sakit
Dapat memberikan pelayanan dan mempertahankan hubungan kerja yang baik antara
tim kesehatan dan pasien yang ditunjukkan untuk meningkatkan mutu asuhan
keperawatan yang optimal
DAFTAR PUSTAKA
Erin, Fadhilla. 2019. Asuhan keperawatan ibu post partum dengan post operasi sectio
caesarea
http://repo.stikesperintis.ac.id/852/1/30%20FHADILLA%20ERIN%20SAGITA.pd
f. 06-07-2011

Purwanti. 2004. Tinjauan Teori Konsep Dasar Laktasi.


http://repository.unimus.ac.id/3375/4/BAB%20II.pdf. 07-07-2022
Tim Pokja DPP PPNI SDKI . 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi
danIndokator Diagnostik Edisi 1. Jakarta

Tim Pokja DPP PPNI SIKI . 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi
danTindakan Keperawatan Edisi 1. Jakarta

Tim Pokja DPP PPNI SLKI . 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi
danKriteria Hasil Edisi 1. Jakarta
Bambang Widjanarko, 2010. Buku Sistem Reproduksi Wanita. EGC : Jakarta
Cunningham, 2006. Penatalaksanaan Post SC
Depkes, 2010. Buku Ilmu Kebidanan. Jakarta
Doengoes, M E, 2000. Rencana Askep Pedoman untuk Perencanaan Perawatan Pasien.
Jakarta : EGC
Fadhillah Harif, 2018. SDKI ( Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia ). Jakarta.
Hutabalian, 2011. Buku Sectio Caesarea. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Lewis, SL.,Dirksen, SR., Heitkemper.,MM, and Bucher, L.(2014). Medical
SurgicalNursing.Mosby : ELSIVER
Sholihah Dwi.2019. Konsep Sectio Caesarea. Universitas Muhammadiyah
Ponorogo
Nugroho T.(2010). Buku Ajar Obstetri. Yogyakarta : Nuha Medika
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA NY. I DENGAN POST SECTIO CAESAREA (SC)
DI RUANG ANYELIR (MATERNITAS)
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA PRABUMULIH

DISUSUN OLEH :

RIZKA UATRI

PO.71.20.1.20.016

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG

TAHUN AJARAN 2022/202


LAPORAN PENDAHULUAN
POST SECTIO CAESAREA (SC)

A. Konsep Teori Risiko Infeksi Pada Post Sectio Caesarea


1. Definisi Sectio Caesarea(SC)
Sectio Caesarea (SC) adalah suatu cara untuk melahirkan janin dengan
membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut. (Erin dan
Fadhilla, 2019).
Sectio Caesarea (SC) adalah proses persalinan dengan melalui
pembedahan dimana irisan dilakukan di perut untuk mengeluarkan seorang bayi
(Sholihah Dwi, 2019).

2. Klasifikasi Sectio Caesarea (SC)


a. Sectio Caesarea (SC) abdomen
SC transperitonealis
b. Sectio Caesarea (SC) vaginalis
Menurut arah sayatan pada rahim, SC dapat dilakukan sebagai berikut:
1) Sayatan yang memanjang
2) Sayatan yang melintang
3) Sayatan yang berbentuk huruf T
c. Sectio Caesarea (SC) klasik
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira –
kira sepanjang 10 cm. Tetapi saat ini teknik ini jarang dilakukan karena
memiliki banyak kekurangan namun pada kasus seperti operasi berulang
yang memiliki banyak perlengketan organ cara ini dapat dipertimbangkan.
d. Sectio Caesarea (SC) ismika
Dilakukan dengan membuat sayatan melintang konkaf pada segmen bawah
rahim kira – kira sepanjang 10 cm (Nurarif & Kusuma, 2015)

3. Jenis – Jenis Sectio Caesarea


 Sectio caeasarea transperitonealis profunda
Sectio caeasarea transperitonealis profunda dengan insisi di segmen bawah
uterus. Insisi pada bawah rahim, bisa dengan teknik melintang atau
memanjang.Keunggulan pembedahan ini :
- Perdarahan luka insisi tidak seberapa banyak
- Bahaya peritonitis tidak besar
- Perut uterus umumnya kuat sehingga bahaya ruptur uteri dikemudian
hari tidak besar karena pada nifas segmen bawah uterus tidak seberapa
banyak mengalami kontraksi seperti korpus uteri sehingga luka dapat
sembuh lebih sempurna.
 Sectio caesarea korporal / klasik
Pada Sectio caesarea korporal / klasik ini di buat kepada korpus uteri,
pembedahan ini yang agak mudah dilakukan, hanya di selenggarakan apabila
ada halangan untuk melakukan sectio caesarea transperitonealis profunda.
Insisi memanjang pada segmen uterus.
 Sectio caesarea ekstra peritoneal
Sectio ceasarea ekstra peritoneal dahulu dilakukan untuk mengurangi
bahaya injeksi peroral akan tetapi dengan kemajuan pengobatan tehadap
injeksi pembedahan ini sekarang tidak banyak lagi dilakukan. Rongga
peritoneum tak dibuka, dilakukan pada pasien infeksi uteri berat
 Sectio caesarea hysteroctomi
Setelah sectio caesarea, dilakukan hysteroktomy dengan indikasi :
- Atonia uteri
- Plasenta accrete
- Myoma uteri
- Infeksi intra uteri berat
4. Etiologi

Menurut Manuaba (2002) indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah ruptur
uteri iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi
dari janin adalah fetal distres dan janin besar melebihi 4.000 gram> Dari
beberapa faktor sectio caesarea diatas dapat diuraikan beberapa penyebab sectio
sebagai berikut :

a. CPD (Chepalo Pelvik Dispropotion) adalah ukuran lingkar panggul ibu


tidak sesuai dengan ukuran kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak
dapat melahirkan secara normal.

b. PEB (Pre-Eklamasi Berat) adalah kesatuan penyakit yang langsung


disebabkanoleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas.

c. KDP ( Ketuban Pecah Dini ) adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat


tanda persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartus. Sebagian
besar ketuban pecah dini adalah hamil aterm di atas 37 minggu.

d. Bayi kembar, kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang


lebih tinggi daripada kelahiran satu bayi.

e. Faktor hambatan jalan lahir, adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya
jalan lahir yang tidak memungkinkan adanya pembukaan.

5. Patofisiologi

Sectio caesarea merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di


atas 500 gram dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasi
dilakukan tindakan sc yaitu distorsi kepala panggul, disfungsi uterus, distorsia
jaringan lunak, placenta previa dll, untuk ibu. Sedangkan untuk janin adalah
gawat janin. Janin besar dan janin lintang setelah dilakukan SC ibu akan
mengalami adaptasi post partum baik aspek kognitif berupa kurang
pengetahuan.

Akibat kurang informasi dari aspek fisiologis yaitu produk oxitosin yang
tidak adekuat akan mengakibatkan ASI yang keluar hanya sedikit, luka dari
insisi akan menjadi post de entris bagi kuman. Oleh karena itu perlu diberikan
antibiotik dan perawatan luka dengan prinsip steril. Nyeri adalah salah satu
utama karena insisi yang mengakibatkan gangguan rasa nyaman. Sebelum
dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa bersifat regional dan
umum.

Namun anestesi umum lebih banyak pengaruhnya terhadap janin maupun


ibu anestesi janin sehingga kadang-kadang bayi lahir dalam keadaan upnou
yang tidak dapat diatasi dengan mudah. Akibatnya janin bisa mati, sedangkan
pengaruhnya anestesi bagi ibu sendiri yaitu terhadap tonus uteri berupa atonia
uteri sehingga darah banyak yang keluar.

Untuk pengaruh terhadap nafas yaitualan nafas yang tidak efektif akibat
sekret yang berlebihan karena kerja otot nafas silia yang menutup. Anastesi ini
juga mempengaruhi saluran pencarnaan dengan menurunkan mobilitas usus.

Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung akan terjadi
proses penghancur dengan bantuan peristaltik usus. Kemudian diserap untuk
metabolisme sehingga tubuh memperoleh energi. Akibat dari mortilitas yang
menurun maka peristaltik juga menurun. Makanan yang ada di lambung akan
menumpung dan karena reflek untuk batuk juga menurun. Maka pasien sengat
motilitas yang menurun juga berakibat pada perubahan pola eliminasi yaitu
konstipasi (Saifuddin, Mansjoer & Prawirohardjo, 2002)

6. Manifestasi Klinis

Menurut Saifuddin (2002), manifestasi klinis terbagi atas 4 bagian yaitu :

 Pusing

 Mual muntah

 Nyeri sekitar luka operasi

 Peristaltic usus menurun


7. Pemeriksaan Penunjang

 Elektroensefalogram (EEG)

Untuk membantu menetapkan jenis dan fokus dari kejang.

 Pemindaian CT

Untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.

 Magneti Resonance Imaging (MRI)

Menghasilkan bayangan dengan menggunakan lapangan magnetik dan


gelombang radio, berguna untuk memperlihatkan daerah-daerah otak yang
tidak jelas terlihat bila menggunakan pemindaian CT)

 Uji laboratorium

Fungsi lumbal : menganalisis cairan serebrovaskuler

Hitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit dan hematokrit Panel


elektrolit
 Skrining toksik dari serum dan urin

 AGD

 Kadar kalsium darah

 Kadar natrium darah

 Kadar magnesium darah


8. Pathway
9. Komplikasi

Menurut Cunningham (2006) yang sering terjadi pada ibu SC :


 Infeksi puerperial : kenaikan suhu selama beberapa hari dalam masa nifas
dibagi atas :

 Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari.

 Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan perut
sedikitkembung.
 Berat, peritonealis, sepsisi dan usus paralitik.

 Perdarahan : perdarahan banyak bisa terjadi jika pada saat pembedahan


cabang-cabangarteri ikut terbuka atau karena atonia uteri.
 Komplikasi-komplikasi lainnya antara lain luka kandung kencing,
embolisme paruyang sangat jarang terjadi.
 Kurang kuatnya perut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan
berikutnya bisa terjadi ruptur. Yang sering terjadi pada bayi : Kematian
perinatal

10. Penatalaksanaan Post Section Caesarea

Menurut Cunningham (2006) penatalaksanaan klien post Sectio Caesarea ialah :

a) Keperawatan

Perawatan awal

 Periksa kondisi pasien, cek tanda vital tiap 15 menit selama 1 jam
pertama, kemudian tiap 30 menit jam berikutnya. Periksa tingkat
kesadaran tiap 15 menit sampai sadar.
 Yakinkan jalan nafas bersih dan cukup ventilasi.

 Transfusi darah jika perlu

 Jika tanda vital dan hematikrit turun walau diberikan transfusi, segera
kembalikan ke kamar bedah kemungkinanan terjadi perdarahan pasca
bedah.
 Diet . Pemberian cairan per infus biasanya dihentikan setelah penderita
flatus lalu di mulailah pemberian minuman dan makanan peroral.
Pemberian minuman dengan jumlah yang sedikit sudah bleh dilakukan
pada 6-10 jam pasca operasi, berupa air putih dan air teh.
 Mobilisasi. Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6-10 jam setelah
operasi. Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur
telentang sedini mungkin setelah sadar.
Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukan selama 5 menit dan
diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya. Kemudian
posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah duduk
(semifowler).
Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan
belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan
sendiri pada hari ke-3 smapai hari ke-5 pasca operasi.
 Fungsi gastrointestinal
- Jika tindakan tidak berat beri pasien diit cair
- Jika ada tanda infeksi, tunggu bising usus timbul
- Jika pasien bisa flatus mulai berikan makanan padat
- Pemberian infis diteruskan sampai pasien bisa minum dengan baik.
- Perawatan funsi kandung kemih

Jika urine jernih, kateter dilepas 8 jam setelah pembedahan atau sesudah
semalam.Jika urine tidak jernih biarkan kateter terpasang sampai urine
jernih.
Jika terjadi perlukaan pada kandung kemih biarkan kateter terpasang
sampai minimum7 hari atau urine jernih.
Jika sudah tidak memekai antibiotik berikan nirofurantoin 100 mg
per oral per harismapai kateter dilepas.
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak
pada penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan
perdarahan. Kateter biasanya terpasang 24 – 48 jam / lebih lama lagi
tergantung jenis operasi dan keadaan penderita.
 Pembalutan dan perawatan luka
Jika pada pembalut luka terjadi perdarahan atau keluar cairan tidak
terlalu banyak jangan mengganti pembalut. Jika pembalut luka agak
kendor, jangan ganti pembalut, tapi beri plester untuk
mengencangkannya. Ganti pembalut dengan cara steril. Luka harus
dijaga agar tetap kering dan bersih. Jahitan fasia adalah utama dalam
bedah abdomen, angka jahitan kulit dilakukan padahari ke-5 pada SC.
b) Medis
 Cairan IV sesuai indikasi
 Anestesi regional atau general
 Perjanjian dari orang terdekat untuk tujuan sectio caesarea.
 Tes laboratorium sesuai indikasi
 Pemberian oksitosin sesuai indikasi
 Tanda vital per protokol ruang pemulihan
 Persiapan kulit pembedahan abdomen
 Persetujuan ditandatangani
 Pemasangan kateter fole
 Penatalaksanaan Laktasi

11. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

 Pengkajian

Identitas atau biodata klien

Meliputi : nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa,


pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit, nomor registrasi, dan
diagnosa medis.
 Keluhan utama

Keluhan yang dirasakan klien pada saat ini dikumpulkan untuk


menentukan prioritas intervensi keperawatan, keluhan utama pada post
operasi SC biasanya adalah nyeri dibagian abdomen, pusing dan sakit
pinggang.
 Riwayat Kesehatan

Riwayat kesehatan sekarang

Riwayat pada saat sebelum inpartus di dapatkan cairan yang keluar


pervaginan secaraspontan kemudian tidak di ikuti tanda-tanda persalinan.
Riwayat kesehatan dahulu

Didapatkan data klien pernah riwayat SC sebelumnya, panggul sempit,


serta letak bayi sungsang. Meliputi penyakit yang lain dapat juga
mempengaruhi penyakit sekarang.
Riwayat kesehatan keluarga

Adakah penyakit turunan dalam keluarga seperti jantung, HT, TBC,


DM, penyakitkelamin, abortus yang mungkin penyakit tersebut diturunkan
kepada klien.
 Pemeriksaan fisikKepala
Rambut

Bagaimana bentuk kepala, warna rambut, kebersihan rambut, dan apakah


ada benjolan.

Mata

Terkadang adanya pembengkakan pada kelopak mata, konjungtiva, dan


kadang-kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena proses
persalinan yang mengalami perdarahan,sclera kuning.
Telinga

Biasanya bentuk telinga simetris atau tidak, bagaimana kebersihannya,


adakah cairan yang keluar dari telinga.
Hidung

Adanya polip atau tidak dan apabila pada post partum kadangkadang
ditemukanpernapasan cuping hidung.
 Mulut dan gigi

Mulut bersih / kotor, mukosa bibir kering / lembab.


 Leher

Saat dipalpasi ditemukan ada / tidak pembesaran kelenjar tiroid, karna


adanya prosespenerangan yang salah.
 Thorak Payudara
Simetris kiri dan kanan, tidak ada kelainan pada payudara, areola hitam
kecoklatan,putting susu menonjol, air susu lancer dan banyak keluar.
 Paru-paru
I : Simetris / tidak kiri dan kanan, ada / tidak terlihat pembengkakan.
P : Ada / tidaknyeri tekan, ada / tidak teraba massa
P : Redup / sonor
A : Suara nafas Vesikuler / ronkhi / wheezing

 Jantung

I : Ictus cordis teraba / tidak

P : Ictus cordis teraba / tidak

P : Redup / tympani

A : Bunyi jantung lup dup


 Abdomen

I : Terdapat luka jahitan post op ditutupi verban, adanya strie


gravidarum

P : Nyeritekan pada luka,konsistensi uterus lembek / keras

P : Redup

A : Bising usus

 Genetalia

Pengeluaran darah bercampur lender, pengeluaran air ketuban, bila


terdapat pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak dalam
kandungan menandakanadanya kelainan letak anak.
 Eksremitas

Pemeriksaan odema untuk melihat kelainan-kelainan karena membesarkan


uterus,karena pre eklamsia atau karena penyakit jantung atau ginjal.
 Tanda-tanda vital

Apabila terjadi perdarahan pada post partum tekana darah turun, nadi cepat,
pernafasanmeningkat, suhu tubuh turun.
 Pengkajian Skala Nyeri

Penilaian nyeri merupakan elemen yang penting untuk menentukan


terapi nyeri yang efektif.Skala penilaian nyeri dan keteranagan pasien
digunakan untuk menilai derajat nyeri.Intensitas nyeri harus dinilai sedini
mungkin selama pasien dapat berkomunikasi dan menunjukkan ekspresi
nyeri yang dirasakan.Penilaian terhadap intensitas nyeri dapat
menggunakan beberapa skala yaitu (Mubarak et al., 2015)

 Skala Nyeri Deskriptif

Skala nyeri deskriptif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri


yang objektif. Skala ini juga disebut sebagai skala pendeskripsian verbal
/Verbal Descriptor Scale (VDS) merupakan garis yang terdiri tiga
sampai lima kata
pendeskripsian yang tersusun dengan jarak yang sama disepanjang garis.
Pendeskripsian ini mulai dari “tidak terasa nyeri” sampai “nyeri tak
tertahankan”, dan pasien diminta untuk menunjukkan keadaan yang sesuai
dengan keadaan nyeri saat ini (Mubarak et al., 2015).
 Numerical Rating Scale (NRS) (Skala numerik angka)
Pasien menyebutkan intensitas nyeri berdasarkan angka 0 – 10.Titik 0
berarti tidak nyeri, 5 nyeri sedang, dan 10 adalah nyeri berat yang tidak
tertahankan.NRS digunakan jika ingin menentukan berbagai perubahan
pada skala nyeri, dan juga menilai respon

12. Diagnosa Keperawatan


 Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif (D.0001)
 Nyeri Akut (D.0077)
 Gangguan Mobilitas Fisik (D.0054)
 Resiko Infeksi (D.0142)
 Defisit Perawatan Diri (D.0109)
 Menyusui Tidak Efektif (D.0029)

13. Intervensi Keperawatan

No Diagnos Keperawatan Tujuan Intrvensi


1. Bersihan Jalan Nafas Setelah dilakukan Manajemen Jalan Nafas (I.
Tidak Efektif (D.0001) intervensi, maka 01011)
diharapkan bersihan jalan Observasi
napas (L.01001)
- Monitor pola napas
meningkat. Dengan
(frekuensi, kedalaman,
kriteria hasil :
usaha napas)
- Produksi sputum
- Monitor bunyi napas
menurun
tambahan (mis.Gurgling,
- Mengi menurun mengi, weezing, ronkhi
kering)
- Wheezing menurun
- Monitor sputum (jumlah,
- Dispnea menurun
warna, aroma)
- Ortopnea menurun
Terapeutik
- Gelisah menurun
- Pertahankan kepatenan
- Frekuensi napas jalan napas dengan head-
membaik tilt dan chin-lift (jaw-
thrust jika curiga trauma
- Pola napas membaik
cervical)

- Posisikan semi-Fowler
atau Fowler

- Berikan minum hangat

- Lakukan fisioterapi dada,


jika perlu

- Lakukan penghisapan
lendir kurang dari 1 detik

- Lakukan hiperoksigenasi
sebelum

- Penghisapan endotrakeal

- Keluarkan sumbatan
benda padat dengan forsep
Mc Gill

- Berikan oksigen, jika


perlu
Edukasi

- Anjurkan asupan cairan


2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi.

- Ajarkan teknik batuk


efektif
Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
jika perlu.
2. Nyeri Akut (D.0077) Setelah dilakukan MANAJEMEN NYERI (I.
tindakan Keperawatan 08238)
selama 3x24 jam Observasi
diharapkan tingkat nyeri
- Identifikasi lokasi,
menurun dengan KH :
karakteristik, durasi,
- Keluhan nyeri menurun frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
- Meringis menurun
- Identifikasi skala nyeri
- Sikap protektif menuru
- Identifikasi respon nyeri
- Gelisah menurun
non verbal
- Kesulitan tidur
- Identifikasi faktor yang
menurun
memperberat dan
- Frekuensi nadi
memperingan nyeri
membaik
- Identifikasi pengetahuan
dan keyakinan tentang
nyeri

- Identifikasi pengaruh
budaya terhadap respon
nyeri

- Identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas hidup

- Monitor keberhasilan
terapi komplementer yang
sudah diberikan

- Monitor efek samping


penggunaan analgetik
Terapeutik

- Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat,
aroma terapi, teknik
imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin,
terapi bermain)

- Control lingkungan yang


memperberat rasa nyeri
(mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)

- Fasilitasi istirahat dan


tidur

- Pertimbangkan jenis dan


sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri Edukasi

- Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri

- Jelaskan strategi
meredakan nyeri

- Anjurkan memonitor nyri


secara mandiri

- Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat

- Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
3. Gangguan Mobilitas Setelah dilakukan tindakan DUKUNGAN AMBULASI
Fisik (D.0054) keperawatan selama 3x24 (1.06171)
jam diharapkan mobilitas Observasi
fisik meningkat dengan
- Identifikasi adanya nyeri
KH :
atau keluhan fisik lainnya
Meningkat
- Identifikasi toleransi fisik
Pergerakan ekstremitas
melakukan ambulasi
meningkat
Kekuatan otot meningkat - Monitor frekuensi jantung
Rentang gerak (ROM) dan tekanan darah
meningkat sebelum memulai
Menurun ambulasi
Nyeri menurun
- Monitor kondisi umum
Kecemasan menurun
selama melakukan
(L. 05042) Hal. 65
ambulasi
Terapeutik

- Fasilitasi aktivitas
ambulasi dengan alat
bantu (mis. Tongkat, kruk)

- Fasilitasi melakukan
mobilisasi fisik, jika perlu

- Libatkan keluarga untuk


membantu pasien dalam
meningkatkan ambulasi
Edukasi

- Jelaskan tujuan dan


prosedur ambulasi

- Anjurkan melakukan
ambulasi dini

- Ajarkan ambulasi
sederhana yang harus
dilakukan (mis. Berjalan
dari tempat tidur ke kursi
roda, berjalan dari tempat
tidur ke kamar mandi,
berjalan sesuai toleransi)
4. Resiko Infeksi (D.0142) Setelah dilakukan PENCEGAHAN INFEKSI
tindakan keperawatan (I.14539)
selama 3x24 jam Observasi
diharapkan Glukosa
- Identifikasi riwayat
derajat infeksi menurun
kesehatan dan riwayat
dengan KH:
alergi
- Demam menururun
- Identifikasi kontraindikasi
- Kemerahan menurun Nyeri menurun Bengkak
menurun Kadar sel darah
- Nyeri menurun
putih membaik pemberian
- Bengkak menurun
imunisasi
- Kadar sel darah putih
- Identifikasi status
membaik imunisasi setiap
kunjungan ke pelayanan
kesehatan
Terapeutik

- Berikan suntikan pada


pada bayi dibagian paha
anterolateral

- Dokumentasikan
informasi vaksinasi

- Jadwalkan imunisasi pada


interval waktu yang tepat
Edukasi

- Jelaskan tujuan, manfaat,


resiko yang terjadi, jadwal
dan efek samping

- Informasikan imunisasi
yang diwajibkan
pemerintah

- Informasikan imunisasi
yang melindungi terhadap
penyakit namun saat ini
tidak diwajibkan
pemerintah

- Informasikan vaksinasi
untuk kejadian khusus

- Informasikan penundaan
pemberian imunisasi tidak
berarti mengulang jadwal
imunisasi kembali

- Informasikan penyedia
layanan pekan imunisasi
nasional yang
menyediakan vaksin gratis
5. Defisit Perawatan Diri Setelah dilakukan Dukungan perawatan
(D.0109) tindakan keperawatan Diri (i.11348)
selama 3x24 jam Observasi
diharapkan perawatan
- Identifikasi kebiasaan
diri meningkat dengan
KH : aktivitas perawatan diri
sesuai usia
- Kemampuan mandi
meningkat - Monitor tingkat
kemandirian
- Kemampuan
mengenakan pakaian - Identifikasi kebutuhan alat
meningkat bantu kebersihan diri,
berpakaian, berhias, dan
- Verbalisasi keinginan
makan
melakukan perawatan
Terapeutik
diri meningkat
- Sediakan lingkungan yang
- Mempertahankan
terapeutik (mis. Suasana
kebersihan diri
hangat, rileks, privasi)
meningkat
- Siapkan keperluan pribadi
- Mempertahankan
(mis. Parfum, sikat gigi,
kebersihan mulut
dan sabun mandi)
meningkat
- Dampingi dalam
melakukan perawatan diri
sampai mandiri

- Fasilitasi untuk menerima


keadaan ketergantungan

- Fasilitasi kemandirian,
bantu jika tidak mampu
melakukan perawatan diri

- Jadwalkan rutinitas
perawatan diri
Edukasi

- Anjurkan melakukan
perawatan diri secara
konsisten sesuai
kemampuan
6. Menyusui Tidak Efektif Setelah dilakukan Edukasi Menyusui I.12393
(D.0029) intervensi selama Observasi:
3x24jam, diharapkan
- Identifikasi kesiapan dan
status menyusui
kemampuan menerima
membaik dengan kriteria
informasi
hasil:
- Identifikasi tujuan atau
- Miksi bayi meningkat
keinginan menyusui
lebih dari 8 kali/24 jam
Terapeutik
- Berat badan bayi naik
- Sediakan materi dan
- Tetesan/pancaran ASI media pedidikan
meningkat kesehatan

- Suplai ASI adekuat - Jadwalkan penidikan


meningkat kesehatan sesuai
kesepakatan
- Bayi tidur setelah
menyusui meningkat - Berikan kesempatan untuk
bertanya
- Intake bayi meningkat
- Dukung ibu membaik
- Frekuensi miksi bayi
kepercayaan diri dalam
membaik
menyusui
- Bayi rewel menurun
- Libatkan system
pendukung: suami,
keluarga, tenaga kesehatan
dan masyarakat
Edukasi

- Berikan konseling
menyusui

- Jelaskan manfaat
menyusui bagi ibu dan
Bayi

- Ajarkan 4(empat)posisi
menyusui dan perlekatan
(lacth on) dengan benar

- Ajarkan perawatan
payudara antepartum
dengan mengkompres
dengan kapas yang telah
diberikan minyak kelapa

- Ajarkan perawatan
payudara post partum
(mis. Pijat payudara, pijat
oksitoksin)
LAPORAN KASUS
DENGAN POST SECTIO CAESAREA (SC)

PENGKAJIAN KEPERAWATAN

 Identitas Pasien
Nama : Ny. I
Umur : 22 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Desa Lubuk Raman,Lubuk Raman,Rambang Dangku
Tanggal masuk RS : 13 – 07 -2022
Tanggal pengkajian : 13 -07-2022
No.Rm. : 087323

• Identitas Penanggung Jawab


Nama suami : Tn. R
Umur : 25 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Dekor
Alamat : Desa Lubuk Raman,Lubuk Raman,Rambang Dangku
Suku/Bangsa : Prabumulih

 Riwayat Kesehatan
Keluhan utama
- Saat masuk Rumah sakit : Ingin Melahirkan
- Saat pengkajian : Nyeri pada perut daerah luka operasi sc

 Riwayat Kehamilan dan Persalinan


- HPHT : 21 November 2021 Tempat : Bidan

- Taksiran Partus : 28 agustus 2022 Keluhan-keluhan : mual dan muntah

- ANC.
- Riwayat persalinan
Frekuensi : 2 kali
Ibu
DAFTAR PUSTAKA
Erin, Fadhilla. 2019. Asuhan keperawatan ibu post partum dengan post operasi sectio
Caesarea
http://repo.stikesperintis.ac.id/852/1/30%20FHADILLA%20ERIN%20SAGITA.p
df.06-07-2011
Sholihah Dwi.2019. Konsep Sectio Caesarea. Universitas Muhammadiyah Ponorogo
Tim Pokja DPP PPNI SDKI . 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi
dan Indokator Diagnostik Edisi 1. Jakarta
Tim Pokja DPP PPNI SIKI . 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi
dan Tindakan Keperawatan Edisi 1. Jakarta
Tim Pokja DPP PPNI SLKI . 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan
Kriteria Hasil Edisi 1. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai