Anda di halaman 1dari 62

GANGGUAN KEBUTUHAN OKSIGEN AKIBAT PATOLOGIS SISTEM

PERNAPASAN DAN KARDIOVASKULER (ANEMIA)

Disusun Oleh :
Kelompok 6

Nama : 1. Namira Gustiany Putri PO.71.20.1.20.027


2. Dea Agustini PO.71.20.1.20.028
3. Nissa Amalia Putri PO.71.20.1.20.029
4. Siti Fatimah Azzahra PO.71.20.1.20.030
5. Pebrianti Tiara Putri PO.71.20.1.20.031
6. Riani PO.71.20.1.20.032

Kelas : 2A

Dosen Pengampu : Ns. Aguscik, S.Kep, M.Kes

Mata Kuliah : KMB

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG


PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga Kami dapat menyelesaikan tugas asuhan keperawatan yang
berjudul “Gangguan Kebutuhan Oksigen Akibat Patologis Sistem
Pernapasan dan Kardiovaskuler (Anemia)” ini tepat pada waktunya. Adapun
tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bapak Ns.
Aguscik, S.Kep, M.Kes pada Mata Kuliah Keperawatan Medikal Medah (KMB).
Selain itu, asuhan keperawatan ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang Keperawatan Medikal Bedah bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Namun, kami menyadari bahwa asuhan keperawatan ini masih jauh dari
kesempurnaan yang disebabkan keterbatasan kemampuan yang kami miliki.
Untuk itu, kami mengharapakan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
agar makalah ini dapat lebih ter konsep dengan baik.

Waalaikum salam warahmatullahi wabarakatuh.

Palembang, 10 September 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................3
PEMBAHASAN.....................................................................................................3
2.1 Konsep Dasar Anemia...............................................................................3
A. Pengertian Anemia.................................................................................3
B. Anatomi dan Fisiologi...........................................................................4
C. Etiologi..................................................................................................9
D. Patofisiologi.........................................................................................12
E. Manifestasi Klinis................................................................................15
F. Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik....................................................17
G. Penatalaksanaan..................................................................................19
H. Komplikasi...........................................................................................22
I. Pengkajian Teoritis..............................................................................23
J. Pemeriksaan Fisik................................................................................24
K. Pemeriksaan Penunjang......................................................................27
L. Kemungkinan Diagnosa Yang Muncul...............................................29
M. Intervensi.............................................................................................29
2.2 Asuhan Keperawatan Anemia.................................................................35
A. Pengkajian............................................................................................35
B. Analisa Data.........................................................................................47
C. Diagnosa Keperawatan........................................................................49
D. Intervensi Keperawatan.......................................................................50
E. Implementasi Keperawatan.................................................................54
F. Evaluasi Keperawatan.........................................................................56
BAB III..................................................................................................................59
PENUTUP.............................................................................................................59
3.1 Kesimpulan..............................................................................................59
3.2 Saran........................................................................................................59
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................60

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan merupakan hak fundamental setiap individu yang
dinyatakan secara global dalam konstitusi WHO, pada decade terakhir telah
disepakati komitmen global Millenium Development Goals ( MDGs ) yang
menyatakan pembangunan kesehatan adalah pangkal kecerdasan, produktifitas
dan kesejahteraan manusiaserta Kementerian Kesehatan telah menetap kanvisi
“ Masyarakat Sehat Yang Mandiri Dan Berkeadilan “ ( KementrianKesehatan
2011 ).
Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan di seluruh dunia
terutama negara berkembang yang diperkirakan 30% penduduk dunia
menderita anemia.Anemia banyak terjadi pada masyarakat terutama pada
remaja dan ibu hamil.Anemia pada remaja putri sampai saat ini masih cukup
tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia
dunia berkisar 40-88%. Jumlah penduduk usia remaja (10-19 tahun) di
Indonesia sebesar 26,2% yang terdiri dari 50,9% laki-laki dan 49,1%
perempuan (Kemenkes RI, 2013).
Anemia merupakan salah satu factor penyebab tidak langsung
kematian ibu hamil.Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah derajat
tertinggi bila dibandingkan dengan Negara ASEAN lainnya.Perempuan yang
meninggal Karena komplikasi selama kehamilan dan persalinan mengalami
penurunan pada tahun 2013 sebesar 289.000 orang.Target penurunan angka
kematian ibu sebesar 75% antara tahun 1990 dan 2015 (WHO, 2015). Jika
perempuan mengalami anemia akan sangat berbahaya pada waktu hamil dan
melahirkan. Perempuan yang menderita anemia akan berpotensi melahirkan
bayi dengan berat badan rendah (kurangdari 2,5 kg). Selainitu, anemia dapat
mengakibatkan kematian baik pada ibu maupun bayi pada waktu proses
persalinan (Rajab, 2009).
Menurut data hasil Riskesdas tahun 2013, prevalensi anemia di
Indonesia yaitu 21,7% dengan penderita anemia berumur 5-14 tahun sebesar

1
26,4% dan 18,4% penderita berumur 15-24 tahun (Kemenkes RI, 2014). Data
Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2012 menyatakan bahwa
prevalensi anemia pada balita sebesar 40,5%, ibu hamil sebesar 50,5%, ibu
nifas sebesar 45,1%, remaj aputri usia 10-18 tahun sebesar 57,1% dan usia 19-
45 tahun sebesar 39,5%. Wanita mempunyai resiko terkenan anemia paling
tinggi terutama pada remajaputri (Kemenkes RI, 2013).
Indonesia merupakan salahsatu dari 45besar negara dengan jumlah
penderita Anemiaterbanyak.Pada tahun 2014, Negara yang tergolong tengah
berkembang ini baru menempati peringkat ke30, dengan jumlah penduduk
yang pernah menderita Anemiasebanyak 3,2juta jiwa. Peringkat ini diprediksi
akan naik duatingkat (menjadiperingkatke-28) pada tahun 2025. Sumatera
Barat yang mengalami anemia sebesar 72%.Dari hasil laporan Dinas
Kesehatantahun 2013kejadian anemia adalah 18,7%, tahun 2014 sebanyak
11,2% (Dinas KesehatanSumbar, 2013).
Dari data yang di dapat di Ruang Rawat Inap Ambun Suri Lantai
IIIRSUD Dr.Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2018 dari bulan Januari
sampai dengan bulan Juni ditemukan sebanyak 41 orang yang mengalami
penyakit Anemia.
Peran seorang perawat dalam kasus ini adalah memberikan informasi
ataupun pendidikan kesehatan kepada pasien mengenai factor penyebab,
penanggulangan dan pencegahan dari Anemia tersebut.Lingkungan tempat
pasien dirawat juga harus dipelihara senyaman dan seoptimal mungkin
disamping itu juga sangat diperlukan juga perhatian perawat dalam cara
penanganan pasien dengan Anemia.Keberhasilan program penyembuhan pada
pasien dengan Anemia sangat dipengaruhi oleh motivasi perawat dalam
memberikan Asuhan Keperawatan yang profesional.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa konsep dasar dari penyakit anemia ?
2. Bagaimana asuhan keperawatan anemia ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa saja konsep dasar dari penyakit anemia
2. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan anemia

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Anemia


A. Pengertian Anemia
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb (hemoglobin)
darah atau hitung eritrosit lebih rendah dari harga normal. Dikatakan
sebagai anemia bila Hb < 14 gldl dan Ht < 41% pada pria. Hb < 12 g/dl
dan Ht <37% pada wanita (Mansioer, 2001)
Anemia adalah kekurangansel darah merah yang dapat disebabkan
oleh kehilangan darah vang terlalu cepat atau karena terlalu lambatnya
produksi sel darah merah (Guyton, 1997).
Anemiaadalah penurunan kuantitas sel-sel darah merah dalam
sirkulasi, abnormalitas kandungan hemoglobin sel darah merah atau
keduanya (Corwin, 2009).
Anemia secara fungsional dapat didefinisikan sebagai penurunan
jumlah massa eritrosit (red cell mass) sehingga tidak dapat memenuhi
fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan
perifer (penurunan oxygen carrying capacity) (Sudovo, 2006).
Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa anemia
adalah suatu keadaan dimana kadar Hb dalam tubuh di bawah batas
normal karena dipengaruhi oleh berbagai hal yang mengakibatkan
penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah

3
B. Anatomi dan Fisiologi
 Anatomi Darah

Bagian-bagian darah menurut Syaifuddin (1997) meliputi :


a. Air : 91%
b. Protein : 3% (albumin, globulin, protombin, dan fibrinogen)
c. Mineral : 0,9% (natrium klorida,natrium bikarbonat, fosfat,
magnesium, kalsium dan zat besi)
d. Bahan organik : 0,1% (glukosa. lemak. urat. Kreatinin, kolestrol,
dan asam amino)

4
Darah terdiri dari 2 bagian yaitu :
a. Sel-sel darah ada 3 macam, yaitu
1) Eritrosit (sel darah merah)
Eritrosit berbentuk cakram bikonkav tanpa inti sel. Berdiameter
8 mikron, tebalnya 2 mikron dan ditengah tebalnya 1 mikron
Eritrosit mengandung hemoglobin. yang memberinya warna
merah.
2) Leukosit (sel darah putih) Leukosit dibagi menja di 2, yaitu :
a) Granulosit adalah leukosit yang didalam sitoplasmanya
memiliki butir-butir kasar (granula). Jenisnya a dalah eosino
fil, basofil, dan netrofil.
b) Agranulosit adalah leukosit yang sitoplasmanya tidak
memiliki granula, jenisnya adalah limfosit (sel T dan sel B)
dan monosit.
c) Trombosit/platelet (sel pembeku darah)
b. Plasma darah
Terdiri dari air dan protein darah yaitu albumin, globulin, dan
fibrinogen. Cairan yang tidak mengandung unsur, fibrinogen
disebut serum darah
 Fisiologi darah
Darah manusia adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya
adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel diseluruh
tubuh. Darah juga menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi,
mengangkut zat-zat sisa metabolisme dan mengandung berbagai bahan
penyusun sistem imun yang bertujuan mempertahankan tubuh dari
berbagai penyakit. Hormon- hormon dari sistem endokrin juga
diedarkan melalui darah.
Darah manusia berwarna merah, antara merah terang apabila kaya
oksigen sampai merah tua apabila kekurangan oksigen. Warna merah
pada darah disebabkan oleh hemoglobin, protein pernapasan
(respiratory protein) yang mengandung besi dalam bentuk heme, yang
merupakan tempat terikatnya molekul-molekul oksigen. Manusia

5
memiliki sistem peredaran darah tertutup yang berarti darah mengalir
dalam pembuluh darah dan disirkulasikan oleh jantung. Darah
dipompa oleh jantung menuju paru-paru untuk melepaskan sisa
metabolisme berupa karbondioksida dan menyerap oksigen melalui
pembuluh darah aorta. Darah mengedarkan oksigen melalui pembuluh
darah pulmonalis, lalu dibawa lagi ke jantung melalui vena
pulmonalis. Darah juga mengangkut bahan - bahan sisa metabolism
obat – obatan dan bahan kimia asing ke hati untuk dibuang sebagai
urine.

Komponen darah manusia terdiri dari 2 komponen :


1. Korpuskular adalah unsur padat darah yaitu sel-sel darah eritrosit,
leukosit, dan trombosit.
a) Eritrosit (sel darah merah)
Sel ini berbentuk cakram bikonkav, tanpa inti sel,
berdiameter 7-8 mikrometer. Eritrosit mengandung
hemoglobin, yang memberinya warna merah. Hemoglobin (Hb)
adalah protein kompleks terdiri atas protein, globin, dan
pigmen hem (besi). Jadi besi penting untuk Hb. Besi ditimbun
di jaringan sebagai ferritin dan hemosiderin. Eritrosit dibentuk
di sumsum tulang merah, dari proeritroblas, kemudian
normoblas. Keduanya masih memiliki inti. Normoblas
kehilangan intinya dan masuk peredaran darah sebagai eritrosit
dewasa (Tambayong, 2001).
Fungsi utama sel darah merah adalah untuk mentransfer
hemoglobin, yang selanjutnya membawa oksigen dari paru-
paru ke jaringan. Sel darah merah merupakan cakram biconkav
yang mempunyai garis tengah rata-rata sekitar 8 mikron,
tebalnya 2 mikron dan di tengahnya mempunyai tebal 1 mikron
atau kurang, bentuk sel normal adalah suatu ”kantong” yang
dapat berubah menjadi hampir semua bentuk karena sel normal
mempunyai membran, dan akibatnya tidak merobek sel seperti

6
yang akan terjadi pada sel-sel lainnya. Pada laki-laki normal,
jumlah rata-rata Sel darah merah permili liter kubik adalah
5.200.000 dan pada wanita normal 4.700.000. Jumlah
hemoglobin dalam sel dan transforoksigen, bila hematokrit
(prosentase darah yang berupa sel darah merah norma) darah
mengandung rata-rata 15 gram hemoglobin. Tiap gram
hemoglobin mampu mengikat kira-kira .39 ml oksigen. Oleh
karena itu, pada orang normal lebih dari 20 ml oksigen dapat
diangkut dalam ikatan dengan hemoglobin dalam tiap-tiap 100
ml darah. Faktor utama yang dapat merangsang produksi sel-sel
darah merah adalah hormon di dalam sirkulasi yang disebut
sebagai eritropoetin, yang merupakan suatu glikoprotein. Pada
orang normal 90 sampai 95 persen dari seluruh eritropoietin di
bentuk di dalam ginjal. Namun sampai sekarang belum pasti di
bagian ginjal yang mana. Jumlah yang dapat diekstraksikan
dari bagian korteks ginjal ternyata jauh lebih banyak dari pada
yang bagian medula (Guyton, 1997)
b) Leukosit (sel darah putih)
Jumlah sel pada orang dewasa berkisar antara 6000 – 9000
sel/cc darah. Fungsi utama dari sel tersebut adalah untuk
fagosit (pemakan) bibit penyakit/benda asing yang masuk
tubuh. Peningkatan jumlah leukosit merupakan petunjuk
adanya infeksi misalnya radang paru-paru. Leukopenia
berkurangnya jumlah leukosit sampai dibawah 6000 sel/cc
darah. Leukositosis bertambahnya jumlah leukosit melebihi
normal (di atas 9000 sel/cc darah).
Faktor fagosit sel darah tersebut terkadang harus mencapai
benda asing atau kuman jauh diluar pembuluh darah.
Kemampuan leukosit untuk menembus dinding pembuluh
darah (kapiler) untuk mencapai daerah tertentu disebut
diapedesis. Gerakan leukosit mirip dengan amoeba disebut
gerak amuboid.

7
Granulosit adalah leukosit yang didalam sitoplasmanya
memiliki butir-butir kasar (granula). Jenisnya adalah eosinofil,
basofil, dan netrofil.
Agranulosit adalah leukosit yang sitoplasmanya tidak
memiliki granula, jenisnya adalah limfosit dan monosit.
- Eosinofil mengandung granula berwarna merah (warna
eosin) disebut juga asidofil berfungsi pada reaksi alergi
(terutama infeksi cacing).
- Basofil mengandung granula berwarna biru (warna basa)
berfungsi pada reaksi alergi.
- Netrofil ada 2 jenis sel yaitu netrofil batang dan netrofil
segmen disebut juga sebagai sel-sel PMN (Poly Morpho
Nuclear) berfungsi sebagai fagosit.
- Limfosit (ada dua jenis sel yaitu sel T dan sel B) keduanya
berfungsi untuk menyelenggarakan imunitas (kekebalan
tubuh). Sel T adalah imunitas seluler dan sel B adalah
imunitas humoral.
- Monosit merupakan leukosit dengan ukuran paling besar.
c) Trombosit (keping darah)
Disebut juga sel darah pembeku, jumlah sel pada orang
dewasa sekitar 200.000 – 500.000 sel/cc. Didalam trombosit
terdapat banyak sekali faktor pembeku (hemostatis) antara lain
adalah faktor VIII (anti haemophilic factor), jika seseorang
secara genetis trombositnya tidak mengandung faktor tersebut,
maka orang tersebut menderita hemofili.
Proses pembekuan darah yaitu jika trombosit menyentuh
permukaan yang kasar akan pecah dan mengeluarkan enzim
trombokinase (tromboplastin).
Pada masa embrio sel-sel darah dibuat di limpa dan hati
(extra medullarry haemopoesis) setelah embrio sudah cukup
usia , fungsi itu diambil alih oleh sumsung tulang.
d) Plasma darah

8
Terdiri dari air dan protein darah yaitu albumin, globulin,
dan fibrinogen, cairan yang tidak mengandung unsur fibrinogen
disebut serum darah. Protein dalam serum inilah yang berfungsi
sebagai antibodi terhadap adanya benda asing (antigen).
Zat antibodi adalah senyawa gama yang disebut globulin.
Tiap antibodi bersifat spesifik terhadap antigen dan reaksimya
bermacam-macam.
- Antibodi yang dapat menggumpalkan antigen disebut
presipitin. Antibodi yang dapat menguraikan antigen adalah
lisin.
- Antibodi yang dapat menawarkan racun adalah antitoksin.

C. Etiologi
1. Anemia mikrositik hipokrom
a. Anemia defisiensi besi
Adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya mineral Fe
sebagai bahan yang diperlukan untuk pematangan eritrosit.
Disebabkan karena :
- Diet yang tidak mencukupi
- Absorbsi yang menurun
- Kebutuhan yang meningkat pada kehamilan/lantasi
- Perdarahan pada saluran cerna, menstruasi, dan donor darah
- Hemoglobinuaria
- Penyimpanan besi yang kurang seperti pada hemosiderosis
paru
b. Anemia penyakit kronik
Adalah anemia yang disebabkan oleh berbagai panyakit infeksi-
infeksi kronik (seperti abses, empisema dan lain-lain) dan
neoplasma (seperti limfoma, nekrosis jaringan)
2. Anemia makrositik
a. Defisiensi vitamin B12/pernisiosa
- Absorbsi vit B12 menurun

9
b. Defisiensi asam folat
- Gangguan metabolisme asam folat
3. Anemia karena pendarahan
Karena adanya pengeluaran darah yang sedikit – sedikit/cukup banyak
yang baik diketahui/tidak.
4. Anemia hemolitik
a) Intrinsik
- Kelainan membran seperti sferositosis hereditis,
hemoglobinuria makturnal pamosimal.
- Kelainan glikolisis
- Kelainan enzim, seperti defisiensi glukosa -6 fosfat
dehidrogenase (GEDP)
b) Ektrinsik
- Gangguan sistem imun
- Infeksi
- Luka bakar
5. Animia aplastik
Penyebabnya bisa kongenital (jarang), idiopatik (kemungkinan
autoimun) LES, kemoterapi, radioterapi, toksin seperti berzen, foluen,
insektisid. Obat-obatan seperti kloramfenikol, sulfenomid analgesik,
anti epileptik (hidantoin), pasca hepatisis (Masjoer, 2001).

Pembagian anemia menurut Mansjoer (2001), antara lain :


1. Anemia mikrositik
a) Anemia defisiensi besi
Anemia yang disebabkan oleh kekurangan intake zat besi/absorbsi
zat besi yang menurun yang dibutuhkan untuk diproduksi
hemoglobin dalam sel darah merah.
b) Anemia penyakit kronik
Anemia yang disebabkan karena penyakit kronik/penyakit infeksi.
Anemia ini dikenal dengan nama sidereponik anemia endothelial
siderosis.

10
2. Anemia makrositik/megaloblastik
Anemia ini adalah sekelompok anemia yang ditandai oleh adanya
eritroblas yang besar terjadi akibat gangguan maturasi inti sel tersebut,
sel tersebut dinamakan megaloblas (Sarwono, 2001).
Anemia ini dibagi menjadi 2, yaitu :
a) Defisiensi vitamin B12/pernisiosa
Adalah kekurangan vitamin B12 yang bisa disebabkan oleh faktor
intrinsik.
b) Defisiensi asam folat
Adalah anemia kekurangan asam folat terutama terdapat dalam
daging, susu dan daun-daunan yang hijau.
3. Anemia karena pendarahan, terbagi atas :
a) Pendarahan akut
Timbul renjatan bila pengeluaran darah cukup banyak, terjadinya
penurunan kadar HB baru terjadi beberapa hari kemudian.
b) Perdarahan kronik
Perdarahan yang timbul sedikit-sedikit sehingga tidak diketahui
pasien.
4. Anemia Hemolitik
Terjadi karena penurunan sel darah merah (normal 120 hari) baik
sementera atau terus menerus. Salah satu jenis anemia ini adalah
anemia hemolitik autoimun (Auto Imun Hemolitik Anemia/ALHA)
dimana auto antibodi IgG dibentuk terkait pada membran sel darah
merah (SDM).
5. Anemia Aplastik
Terjadi karena ketidakseimbangan sumsum tulang untuk membentuk
sel-sel darah

11
D. Patofisiologi
Sel darah merah (eritrosit) tidak memiliki inti sel, mitokondria,
atau ribosom. Sel darah merah tidak dapat bereproduksi atau melakukan
fosforilasi oksidatif sel atau sintesis protein. Sel darah merah mengandung
protein hemoglobin, yang mengangkut sebagian besar oksigen dari paru ke
sel-sel diseluruh tubuh. Hemoglobin menempati sebagian besar ruang
intrasel eritrosit. Sel darah merah diproduksi didalam sumsum tulang
belakang yang berespon terhadap faktor pertumbuhan hemopoietik,
terutama eritropoietin, dan memerlukan zat besi, asam folat serta vitamin
B12 untuk melakukan sintesis. Pada saat sel darah merah hampir matang,
sel akan dilepas keluar dari sumsung tulang, dan mencapai fase matang di
dalam aliran darah, dengan masa hidup sekitar 120 hari. Selanjutnya, sel
ini akan mengalami disintegrasi dan mati. Sel-sel darah merah yang mati
diganti sel-sel yang baru yang dihasilkan dari sumsum tulang. Jika sel
darah merah yang mati dalam jumlah berlebih, sel darah merah yang
belum matang akan dilepas dalam jumlah yang lebih banyak dari normal,
akibatnya meningkatkan kadar retikulosit yang bersirkulasi yang dikenali
sebagai salah satu jenis anemia. Anemia akibat gangguan pembentukan sel
darah merah terjadi jika jumlah besi tidak adekuat atau tidak dapat diakses,
atau kekurangan asam folat, vitamin B12, atau globulin. Produksi sel
darah merah juga dapat tidak mencukupi jika mengalami penyakit sumsum
tulang lainya. Defisiensi eritropoetin, yang dapat terjadi pada gagal ginjal,
juga dapat menyebabkan penurunan produksi sel darah merah. Anemia
akibat gangguan pembentukan sel darah merah berukuran terlalu kecil
(mikrositik) atau terlalu besar (makrositik), dan kandungan hemoglobin
yang secara abnormal rendah (hipokromik) (Corwin, 2009).
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum
(misal berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi,
pajanan toksik, invasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak
diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui pendarahan atau
hemolysis (destruksi). Pada kasus yang disebut terakhir, masalahnya dapat

12
akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah
merah normal atau akibat beberapa faktor di luar sel darah merah yang
menyebabkan destruksi sel darah merah. Lisis sel darah merah (disolusi)
terjadi terutama dalam sel fagostik atau dalam sistem retikuloendotelial,
terutama terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini,
bilirubin yang terbentuk dalam fagosit, akan memasuki aliran darah.
Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direflesikan
dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau
kurang, kadar di atas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sklera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, seperti
yang terjadi pada berbagai kelainan hemolitik, maka hemoglobin akan
muncul pada plasma (hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya
melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk
hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya (misal apabila jumlahnya
lebih dari sekitar 100mg/dl), hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus
ginjal dan kedalam urine (hemoglobinuria). Jadi ada atau tidak adanya
hemoglobinemia dan hemoglobinuria dapat memberikan informasi
mengenai lokasi penghancuran sel darah merah abnormal pada pasien
dengan hemolisis dan dapat merupakan petunjuk untuk mengetahui sifat
proses hemolitik tersebut. Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia
pada pasien tertentu disebabkan oleh penghancuran sel darah merah atau
produksi sel darah yang tidak mencukupi, biasanya dapat diperoleh dengan
dasar hitung retikulosit dalam sirkulasi darah, derajat poliferasi sel darah
merah muda dalam sumsum tulang dan cara pematanganya, seperti terlihat
pada biopsi, dan ada atau tidaknya hiperbilirubinemia dan
hemoglobinemia (Smeltzer, 2002).
Anemia yang terkait dengan kehilangan darah dapat menjadi akut
dan kronis, anemia akut adalah mempunyai peredaran RBC dalam jumlah
besar. Pada orang dewasa dapat kehilangan darah sebanyak 500 ml (di luar
jumlah yang 6000 ml) tanpa berakibat yang seluas, tetapi bila kehilangan
sebanyak 1000 ml atau lebih maka dapat menyebabkan konsentrasi akut.
Macam gejalanya tergantung pada hilangnya darah dan pada tingkat akibat

13
hypoxiannya (kurangnya oksigen pada jaringan), bila jumlah RBC-nya
menurun maka sedikit oksigen yang bisa dikirim ke jaringan. Kehilangan
volume darah sebanyak 30% atau lebih akan menimbulkan gejala seperti
diaphoresis, gelisah, tacycardia, tersengal-sengal dan shock.
Respon kompensasi tubuh terhadap hypoxia antara lain :
1. Tingkat out cardial dan pernafasan akan memperbanyak jumlah
oksigen yang dikirim ke jaringan.
2. Tingkatkan pelepasan oksigen oleh hemoglobin
3. Tambahkan volum plasma dengan cara pengeluaran cairan dari
jaringan
4. Distribusi ulang darah ke organ –organ vital.
Vasokontriksi pengganti darah pada organ-organ vital adalah
bergantung yang bertanggung jawab terhadap beberapa tanda gejala
anemia, misalnya kepulatan/kedinginan atau lembab berlebihan. Cerebral
hypoxia menimbulkan gejala gangguan mental mengantuk, sakit kepala,
dan finitus (telinga berdengung). Penyebab paling umum anemia
kekurangan zat besi terhadap kehilangan darah adalah merupakan anemia
kronis ke dua, tubuh memiliki daya adaptasi yang luar biasa dan dapat
mengatur dengan sangat baik terhadap pengurangan RBC dan Hb, dengan
membentuk kondisi secara perlahan. Seseorang bisa saja tidak
menampakan gejala walaupun jumlah total RBC-nya telah turun. Hampir
separuh dari tingkat normal atau tingkat Hb-nya di bawah 7 gram/ml, bila
jumlah kehilangannya darah berlanjut secara perlahan maka sumsum
kurang tidak dapat mengimbangi dengan cara meningkatkan produksi
RBC-nya. Bila penyebab kehilangan darah kronis tidak diketahui dan tidak
segera ditanggulangi, maka lambat laun sumsum tulang tidak dapat
mengimbangi kehilangan tersebut, dan gejala anemia pun akan segera
muncul, akibat dari hipoksia chronis dapat juga terjadi gejala
gastrointestinal (anorexia, nausea, contipasi, atau diarhea, dan stomatitis)
(Long, 1996).

14
E. Manifestasi Klinis
Menurut Mansjoer (2001) manifestasi klinis anemia sebagai berikut :
1. Anemia mikrositik hipokrom
a) Anemia defisiensi besi
- Perubahan kulit
- Mukosa yang progresif
- Lidah yang halus
b) Anemia penyakit kronik
- Penurunan lematokrit
- Penurunan kadar besi
2. Anemia makrositik
a) Defisiensi vit B12/penisiosa
- Anoreksia, diare, dispepsia, lidah yang licin, pucat dan agak
ikterik
b) Defisiensi asam folat
- Neurologi
- Hilangnya daya ingat
- Gangguan kepribadian
3. Anemia karena perdarahan
a) Perdarahan akut
- Timbul renjatan bila pengeluaran darah cukup banyak
- Penurunan kadar Hb baru terjadi beberapa hari kemudian
b) Perdarahan kronik
- Kadar Hb menurun
4. Anemia aplastik
- Tampak pucat
- Lemah
- Demam
- Purpura
- Perdarahan
5. Anemia hemolitik
- Hemolisis

15
- Ikterus
- Splenomegali

Berdasarkan manifestasi klinis di atas dapat ditarik kesimpulan tanda dan


gejala anemia secara umum.
a) Tanda-tanda
- Pucat
- Takikardia
- Tekanan nadi yang melebar dengan pulsasi kapiler
- Murhoemik, tanda-tanda jantung kongestif
- Perdarahan
- Penonjolan retina
- Demam ringan
- Gangguan fungsi ginjal ringan
b) Gejala
- Lesu, mudah lelah, dispnea
- Palpitasi, angina
- Sakit kepala, vertigo, kepala terasa ringan
- Gangguan penglihatan, perasaan mengantuk
- Anoreksia nausea, gangguan pencernaan
- Hilangnya lipidos

Menurut Sudoyo (2006) tanda dan gejala umum anemia, yaitu :


a) Gejala umum anemia ada rasa lemah, lesu, cepat lelah, telinga
mendenging (tinitus), mata berkunang-kunang, kaki terasa dingin,
sesak nafas dan dispepsia, serta konjungtiva anemis.
b) Gejala khas masing-masing anemia, meliputi :
1. Anemia defisiensi besi : disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis
angularis, dan kuku sendok (koilonychia).
2. Anemia megaloblastik : glositis, gangguan neurologik pada
defisiensi vitamin B12.
3. Anemia hemolitik : ikterus, splenomegali, dan hepatomegali.

16
4. Anemia aplastik : perdarahan dan tanda-tanda infeksi.

Menurut Mansjoer (2001) masing-masing jenis anemia memiliki


manifestasi klinik yang berbeda, yaitu sebagai berikut :
a) Anemia defisiensi besi
Perubahan kulit dan mukosa yang progresif, seperti lidah yang halus,
keilesis dan didapatkan tanda-tanda malnutrisi.
b) Anemia pada penyakit kronik
Yang sangat karakteristik adalah berkurangnya sideroblas dalam
sumsum tulang, sedangkan deposit besi dalam sistem retikulo
endotelial (Res) normal/bertambah, berat ringannya anemia
berbanding lurus dengan aktifitas penyakitnya.
c) Anemia pernisiosa dan anemia asam folat
Di dapatkan adanya anoreksia, diare, dispnea, lidah licin, pucat, dan
agak ikterik. Terjadi gangguan neurologis, biasanya dimulai dengan
parastesia, lalu gangguan keseimbangan dan pada kasus yang berat
terjadi perubahan fungsi cerebral, dimensia dan perubahan
neuropsikatrik lainnya.
d) Anemis hemolitik
Paster tampak pucat, lemah, mungkin timbul demam, purpura dan
pendarahan.

F. Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik
Menurut Doengoes (2000) pemeriksaan diagnostik untuk diagnosa
anemia antara lain :
1. Jumlah darah lengkap (JDL) : Hemoglobin dan hematokrit menurun
2. Jumlah eritrosit : Menurun (A /aplastik), menurun berat, MCV (mean
corpuskuler volum) dan MCH (mean corpuskuler hemoglobin)
menurun dan mikrositik dengan eritrosit hipokromik (DB/ defisiensi
besi), peningkatan (AP) pansitopenia (aplastik).
3. Jumlah retikulosit : Bervariasi misal menurun (AP) meningkat (respon
sumsum tulang terkadang kehilangan darah (hemolisis).

17
4. Pewarnaan SDM : Mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat
mengidentifikasi tipe khusus anemia).
5. LED : Peningkatan kerusakan SDM atau penyakit malignasi.
6. Masa hidup SDM : Berguna dalam membedakan diagnosa anemia,
misal : pada tipe anemia tertentu, SDM mempunyai waktu hidup lebih
pendek,
7. Tes perapuhan eritrosit : Menurun DB
8. SDP : Jumlah sel total sama dengan SDM (diferensial) mungkin
meningkat (hemolitik) atau menurun (aplistik)
9. Jumlah trombosit : Menurun (aplastik), meningkat (DB) normal atau
tinggi (hemolitik)
10. Hemoglobin elektroforesis : Mengidentifikasi tipe struktur Hb.
11. Bilirubin serum (tak terkonjugasi) : Meningkat (AP Hemolitik)
12. Folat serum dan vitamin B12 : Membantu mendiagnosa anemia
sehubungan dengan diferensi masukan/absorbsi.
13. Besi serum : Tak ada (DB), tinggi (hemolitik).
14. TIBC serum : Meningkat (DB).
15. Feritin serum : Menurun (DB).
16. Masa perdarahan : Memanjang (aplastik).
17. LDH serum : Mungkin meningkat (AP).
18. Tes schilling : Penurunan ekskresi vitamin B12 urine (AP).
19. Gualak : Mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster,
menunjukan perdarahan akut/kronis (DB).
20. Analisa gaster : Penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak
adanya asam hidroklorik bebas (AP)
21. Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan biopsi : Sel mungkin tampak
berubah dalam jumlah ukuran dan bentuk membentuk membedakan
tipe anemia, misalnya : peningkatan megaloblas (AP) lemak sumsum
dengan penurunan sel darah (Aplastik).
22. Pemeriksaan endoskopik dan radiografik : Memeriksa sisi pendarahan
(pendarahan GI)

18
Sedangkan pemeriksaan penunjang menurut Soeparman (2001) di
dasarkan pada jenis anemia, yaitu :
a. Anemia aplastik
Pemeriksaan laboratorium :
1) Sel darah merah
2) Laju endapan darah
3) Sumsum tulang
b. Anemia hemolitik
Pemeriksaan laboratorium :
1) Peningkatan jumlah retikulasi
2) Peningkatan kerapuhan sel darah merah
3) Pemendekan masa hidup eritrosit
4) Peningkatan bilirubin
c. Anemia megaloblastik
1) Anemia absorbsi vitamin B12
2) Endoscopi
d. Anemia defisiensi zat besi
1) Morfologi sel darah merah
2) Jumlah besi dalam serum dan ferritin dalam serum berkurang

G. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
a. Anemia Mikrositik Hipokrom
1) Anemia Defisiensi Besi
Mengatasi penyebab pendarahan kronik, misalnya pada
ankilostomiasis diberikan antelmintik yang sesuai.
Pemberian preparat Fe :
a) Fero sulfat 3 x 3,25 mg secara oral dalam keadaan perut
kosong, dapat dimulai dengan dosis yang rendah dan
dinaikkan bertahap pada pasien yang tidak kuat dapat
diberikan bersama makanan.

19
b) Fero Glukonat 3 x 200 mg secara oral sehabis makan. Bila
terdapat intoleransi terhadap pemberian preparat Fe oral
atau gangguan pencernaan sehingga tidak dapat diberikan
oral, dapat diberikan secara parenteral dengan dosis 250 mg
Fe (3 mg/kg BB). Untuk tiap gram % penurun kadar Hb di
bawah normal.
c) Iron Dextran mengandung Fe 50 mg/l, diberikan secara intra
muskular mula-mula 50 mg, kemudian 100-250 mg tiap 1-2
hari sampai dosis total sesuai perhitungan dapat pula
diberikan intravena, mula-mula 0,5 ml sebagai dosis
percobaan. Bila dalam 3-5 menit menimbulkan reaksi boleh
diberikan 250-500 mg.
2) Anemia Penyakit Kronik
Terapi terutama ditunjukkan pada penyakit dasarnya. Pada
anemia yang mengancam nyawa, dapat diberikan transfusi
darah merah seperlunya. Pengobatan dengan suplementasi besi
tidak diindikasikan kecuali untuk mengatasi anemia pada
artritis rheumatoid. Pemberian kobalt dan eritropoetin
dikatakan dapat memperbaiki anemia pada penyakit kronik.
b. Anemia Makrositik
1) Defisiensi Vitamin B12/Pernisiosa
2) Pemberian Vitamin B12 1000 mg/hari IM selama 5-7 hari 1
x/bulan.
3) Defisiensi asam folat
Meliputi pengobatan terhadap penyebabnya dan dapat
dilakukan pula dengan pemberian/suplementasi asam folat oral
1 mg/hari.
c. Anemia karena Perdarahan
1) Perdarahan Akut
a) Mengatasi perdarahan
b) Mengatasi renjatan dengan transfusi darah atau pemberian
cairan perinfus

20
2) Perdarahan Kronik
a) Mengobati sebab perdarahan
b) Pemberian preparat Fe
d. Anemia Hemolitik
Penatalaksanaan anemia hemolitik disesuaikan dengan
penyebabnya. Bila karena reaksi toksik imunologik yang dapat
diberikan adalah kortikosteroid (prednison, prednisolon), kalau
perlu dilakukan splenektomi apabila keduanya tidak berhasil dapat
diberikan obat-obat glostatik, seperti klorobusil dan
siklophosfamit.
e. Anemia Aplastik
Tujuan utama terapi adalah pengobatan yang disesuaikan dengan
etiologi dari anemianya.

Berbagai teknik pengobatan dapat dilakukan seperti :


1) Transfusi darah, sebaiknya diberikan packed red cell. Bila diperlukan
trombosit, berikan darah segar/platelet concencrate.
2) Atasi komplikasi (infeksi) dengan antibiotik, dan higiene yang baik
perlu untuk mencegah timbulnya infeksi.
3) Kortikosteroid dosis rendah mungkin bermanfaat pada perdarahan
akibat trombositopenia berat.
4) Androgen, seperti pluokrimesteron, testosteron, metandrostenolon dan
nondrolon. Efek samping yang mungkin terjadi virilisasi, retensi air
dan garam, perubahan hati dan amenore.
5) Imunosupresif, seperti siklosporin, globulin antitimosit. Champlin dkk
menyarankan penggunaannya pada pasien lebih dari 40 tahun yang
tidak dapat menjalani transplantasi sumsum tulang dan pada pasien
yang telah mendapat transfusi berulang.
6) Transplantasi sumsum tulang.

21
H. Komplikasi
Komplikasi : (Betz dan Sowden, 2009)
1. Perkembangan otot buruk
2. Kemampuan memperoleh informasi yang didengar menurun
3. Interaksi sosial menurun
4. Daya konsentrasi menurun
Infeksi sering terjadi dan dapat berlangsung fatal pada masa anak-anak
kematian mendadak dapat terjadi karena krisis sekuestrasi dimana terjadi
pooling sel darah merah ke RES dan kompartemen vaskular sehingga
hematokrit mendadak menurun.Pada orang dewasa menurunnya faal paru
dan ginjal dapat berlangsung progresif. Komplikasi lain berupa infark
tulang, nekrosis aseptik kaput femoralis, serangan-serangan priapismus
dan dapat berakhir dengan impotensi karena kemampuan ereksi. Kelainan
ginjal berupa nekrosis papilla karena sickling dan infaris menyebabkan
hematuria yang sering berulang-ulang sehingga akhirnya ginjal tidak dapat
mengkonsentrasi urine.Kasus-kasus Hemoglobin Strait juga dapat
mengalami hematuria. (Noer Sjaifullah H.M, 2007)
a) Jantung : Menyebabkan gagal jantung kongestif
b) Paru : Menyebabkan infark paru, pneumonia, pneumonia, pneomokek
c) SSP : Menyebabkan trombosis serebral
d) Genito urinaria : Menyebabkan disfungsi ginjal,pria pismus
e) Gastro Intestinal : Menyebabkan kolesisfitis,fibrosis hati dan abses hati
f) Ocular : Menyebabkan ablasia retina,penyakit pembuluh darah perifer,
pendarahan
g) Skeletal : Menyebabkan nekrosis aseptic kaput femoris dan kaput
humeri, daktilitis (biasanya pada anak kecil)
h) Kulit : Menyebabkan ulkus tungkai kronis.

22
I. Pengkajian Teoritis
a) Identitas pasien, meliputi :
Nama, Umur : biasa nya yang terserang anemia umumnya adalah
dewasa, Jenis Kelamin : biasa nya yang dominan terkena Anemia
adalah perempuan, Agama, Status perkawinan, Pendidikan, Pekerjaan,
Tanggal Masuk, No. Register, Diagnosa medis Penanggung jawab,
meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
hubungan dengan pasien
b) Alasan Masuk
Klien mengeluh pusing,lemah,mual dan muntah,badan terasa
letih,pucat,akral dingin
c) Riwayat Kesehatan
 Riwayat Kesehatan Sekarang
o Keletihan, kelemahan, malaise umum
o Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.
o Klien mengatakan bahwa ia depresi
o Sakit kepala
o Nyeri mulut & lidah
o Kesulitan menelan
o Dyspepsia, anoreksia
o Klien mengatakan BB menurun
o Nyeri kepala,berdenyut, sulit berkonsentrasi
o Penurunan penglihatan
o Kemampuan untuk beraktifitas menurun
 Riwayat kesehatan dahulu
Pengkajian riwayat dahulu yang mendukung dengan melakukan
serangkaian pertanyaan, meliputi :
o Apakah sebelumnya klien pernah menderita anemia.
o Apakah meminum suatu obat tertentu dalam jangka lama.
o Apakah pernah menderita penyakit malaria.
o Apakah pernah mengalami pembesaran limfe.

23
o Apakah pernah mengalami penyakit keganasan yang tersebar
seperti kanker payudara, leukimia, dan multipel mieloma
o Apakah pernah kontak dengan zat kimia toksik dan penyinaran
dengan radiasi.
o Apakah pernah menderita penyakit menahun yang melibatkan
ginjal dan hati.
o Apakah pernah menderita penyakit infeksi dan defisiensi
endoktrin.
o Apakah pernah mengalami kekurangan vitamin penting, seperti
vitamin B12 asam folat, vitamin C dan besi.
 Riwayat Kesehatan Keluarga
o Kecendrungan keluarga untuk anemia.
o Adanya anggota keluarga yang mendapat penyakit anemia
congenital.
o Keluarga adalah vegetarian berat.
o Social ekonomi keluarga yang rendah.

J. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : Composmentis
GCS : 15 ( E:4 V:5 M:6) \
TTV : TD :Biasanya menurun
N :Biasana meningkat
P :Biasanya cepat
S :Biasanya meningkat
1. Kepala
Bagaimana kesimetrisan,warna rambut,kebersihan kepala,rambut
kering, mudah putus, menipis, ada uban atau tidak, sakit kepala,
pusing,
2. Mata
Sclera tidak ikterik,konjungtiva anemis,pupil isokor.
3. Telinga
Kesimetrisan telinga, fungsi pendengaran, kebersihan telinga.

24
4. Hidung
Kesimetrisan,fungsi penciuman, kebersihan, apakah ada perdarahan
pada hidung atau tidak.
5. Mulut
Keadaan mukosa mulut, kebersihan mulut, keadaan gigi, kebersihan
gigi, stomatitis (sariawan lidah dan mulut)
6. Leher
Kesimetrisan, adanya pembesaran kelenjar tyroid / tidak, adanya
pembesaran kelenjar getah bening.
7. Thorax
 Paru-paru :
I :Pergerakan dinding dada, takipnea,orthopnea, dispnea (kesulitan
bernapas), napas pendek, dan cepat lelah saat melakukan aktivitas
jasmani merupakan menifestasi berkurangnya pengiriman oksigen.
P :Taktil premitus simetris
P :Sonor
A :Bunyi nafas vesikuler, bunyi nafas tambahan lainnya.
 Jantung
I :jantung berdebar-debar, Takikardia dan bising jantung
menggambarkan beban jantung dan curah jantung meningkat
P :Tidak teraba adanya massa
P :pekak
A :Bunyi jantung murmur sistolik
8. Abdomen
I : Kesimetrisan,diare,muntah,melena / hematemesis.
A : Suara bising usus
P : Terdapat bunyi timpani,
P : Terabanya pembesaran hepar / tidak, adanya nyeri tekan / tidak.
9. Genitalia
Normal / abnormal
10. Integumen
Mukosa pucat,kering dan Kulit kering

25
11. Ekstermitas
Pucat pada kulit, dasar kuku, dan membrane mukosa, Kuku mudah
patah dan berbentuk seperti sendok, kelemahan dalam melakukan
aktifitas.
12. Punggung
Kesimetrisan punggung,warna kulit, dan keberishan.
13. Persyarafan
 Nervus I (Olfaktorius) :
Suruh klien menutup mata dan menutuo salah satu lubang hidung,
mengidentifikasi dengan benar bau yang berbeda (misalnya jeruk
nipis dan kapas alkohol)
 Nervus II (Optikus) :
Persepsi terhadap cahaya dan warna, periksa diskus optikus,
penglihatan perifer.
 Nervus III (Okulomotorius) :
Kelopak mata terhadap posisi jika terbuka, suruh klien mengikuti
cahaya
 Nervus IV (Troklearis) :
Suruh klien menggerakan mata kearah bawah dan kearah dalam.
 Nervus V (Trigeminus) :
Lakukan palpasi pada pelipis dan rahang ketika klien merapatkan
giginya dengan kuat, kaji terhadap kesimetrisan dan kekuatan,
tentukan apakan klien dapat merasakan sentuhan diatas pipi (bayi
muda menoleh bila area dekat pipi disentuh) dekati dari samping,
sentuh bagiang mata yang berwarna dengan lembut dengan
sepotong kapas untuk menguji refleks berkedip dan refleks kornea.
 Nervus VI (Abdusen) :
Kaji kemampuan klien untuk menggerakan mata secara lateral.
 Nervus VII (Fasialis) :
Uji kemampuan klien untuk mengidentifikasi larutan manis (gula),
asam (lemon). Kaji fungsi motorik dengan cara tersenyumdan
menglihatkan giginya.

26
 Nervus VIII (Vestibulocochlearis) :
Uji pendengaran.
 Nervus IX (Glosofaringeus) :
Uji kemampuan klien untuk mengidentifikasi rasa pada lidah.
 Nervus X (Vagus) :
Kaji klien refleks menelan, sentuhkan tong spatel pada lidah ke
posterior faring untuk menentukan refleks muntah, jangan
menstimulasi jika ada kecurigaan epiglotitis.
 Nervus XI (Asesorius) :
Suruh klien memutar kepala kesamping dengan melawan tahanan,
minta klien untuk mengangkat bahunya kemudian kita tahan
apakah klien mampu untuk melawannya.
 Nervus XII (Hipoglasus) :
Minta klien untuk mengeluarkan lidahnya,periksa deviasi garis
tengah, dengarkan kemampuan anak untuk mengucapkan ‘R’.

K. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium untuk diagnosis anemia terdiri dari :
pengobatan (Bakta, 2006).
1. pemeriksaan penyaring (terdiri dari pengukuran kadar Hb, indeks
eritrosit, dan apusandarah tepi).
2. pemeriksaan darah seri anemia (meliputi hitung leukosit, trombosit,
retikulosit, dan lajuendap darah).
3. pemeriksaan sumsum tulang, dan pemeriksaan khusus sesuai jenis
anemia. Selain itu, diperlukan pulaa pemeriksaan non-hematologik
tertentu seperti pemeriksaan faal hati, faal ginjal, atau faal tiroid.
Tahap diagnosis anemia terdiri dari :
1. menentukan adanya anemia
2. menentukan jenis anemia,
3. menentukan etiologi anemia, dan
4. menentukan ada tidaknya penyakit penyerta yang akan mempengaruhi
hasil pengobatan (Bakta, 2006).

27
Anemia defisiensi besi perlu dibedakan dengan anemia hipokromik
lainnya perti anemia akibat penyakit kronik, thalassemia, dan anemia
sideroblastik. Perbedaan yang ditemukan diantaranya seperti derajat
anemia, (Bakta, 2006)
a) Jumlah darah lengkap(JDL) : Hemoglobin& Hematokrit menurun
b) Jumlah eritrosit : menurun , menurun berat (aplastik), mikrositik
dengan eritosit hipokromik, peningkatan, pansiitopenia (aplastik)
c) Jumlah retikulosit bervariasi :menurun, meningkat (hemolisis)
d) Pewarnaan Sel darah merah: mendeteksi perubahan warna & bentuk
(dapat mengindikasikan tipe khusus anemia)
e) Laju endap darah : peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi
f) Massa hidup Sel darah merah : untuk membedakan diagnosa anemia
g) Tes kerapuhan eritrosit : Menurun
h) Sel darah putih : jumlah sel total sama dengan Sel darah merah
(diferensial) mungkin meningkat (hemolitik) atau menurun (aplastik)
i) Jumlah trombosit : menurun (aplastik), meningkat, normal/tinggi
(hemolitik)
j) Hemoglobinelektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur Hb
k) Bilirubin Serum (tidak terkonjugasi) : meningkat (hemolitik)
l) Folat serum dan vitamin B12 : membantu mendiagnosa anemia
m) Besi serum : tak ada, tinggi (hemolitik
n) Masa perdarahan : memenjang (aplastik)
o) Tes Schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urin
p) Guaiiac : mungkin positif untuk darah pada urin, feses, dan isi gaster,
menunjukkan perdarahan akut/kronis.
q) Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatann pH dan tak
adanya asam hidrokolorik bebas.
r) Aspirasi sum-sum tulang/pemeriksaan biopsy : sel mungkin tampak
berubah dalam jumlah, ukuran, bentuk, membedakan tipe anemia
s) Pemeriksaan endoskopoi dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan,
perdaraha Gastro Intestina

28
L. Kemungkinan Diagnosa Yang Muncul
1) Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen
pengangkut O2.
2) Intoleransi Akatifitas berhubungan dengan ketidakseimbagan suplai &
kebutuhan O2.
3) Ketidak seimbangan Nutisi Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan memasukkan atau mencerna nutrisi oleh
karena faktor biologis psikologis atau ekonimi.
4) Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurang
informasi.
5) Defisit perawatan diri b/d Kelemahan.

M. Intervensi
No Diagnosa NOC NIC
1. Gangguan perfusi Tujuan 1. Observasi status hidrasi
jaringan b.d  Circulation (kelembaban membran
penurunan status mukosa).
komponen  Electrolite and 2. Observasi reaksi
pengangkut O2. Acid tranfusi
 Base Balance 3. KaJi TTV

 Fluid Balance 4. Monitor BUN, Creat,

 Hidration HMT danelektrolit


5. Timbang BB sebelum
 Tissue Prefusion
dan sesudahprosedur
: renal
6. Kaji status mental
 Urinari
elimination
Setelah dilakukan
asuhan ketidakefektifan
perfusi jaringan renal
teratasi dengan kriteria
hasil:
 Tekanan systole

29
dan diastole
dalam batas
normal
 Tidak ada
gangguan
mental, orientasi
kognitifdan
kekuatan otot
 Intake out put
seimbang
 Tidakada oedem
perifer danasites
 Tidak ada rasa
haus yang
abnormal
 Membran
mukosa lembab
2. Intoleransi Energy consevation 1. Kolaborasikan dengan
Akatifitas Airway tolerance tenaga rehabilitas
b.d.ketidakseimb KH : Medicdalam
angan suplai &  Berpartisipasi merencanakanprogram
kebutuhan O2 dalam aktifitas terapi yang tepat.
fisik tanpa 2. Bantu klien untuk
disertai mengindentifikasi aktivitas
peningkatan yang mampu dilakukan.
tekanan darah, 3. Bantu untuk memilih
nadi dan RR aktivitas konsisten yang
 Mampu sesuai dengan kemampuan
melakukan fisik, psikologi dan soclai.
aktifitas sehari 4. Bantu
(ADLs) secara untukmengindentifikasi
mandiri dan mendapatkan sumber

30
 Tanda tanda yangdiperlukan untuk
vital normal aktivitas yang diinginkan.
 Energy 5. Bantu
psikomotor untukmendapatkan alat
 Level bantuan aktivitas seperti
kelemahan kursi roda, krek.

 Mampu 6. Bantu untuk

berpindah : mengidentifikasi kan

dengan atau aktivitas yang sesuai.

tanpa bantuan 7. Bantu klien untuk

alat membuat jadwal latihan

 Status diwaktu luang.

kardiopulmunari 8. Bantu pasien/keluarga

adekuat untuk mengidentifikasi

 Sirkulasi status kekurangan dalam

baik beraktivitas.
9. Sediakan penguatan
 Status respirasi:
positif bagi yang aktif
pertukaran gas
beraktivitas.
dan ventilasi
10. Bantu pasien untuk
adekuat
mengembangkan motivasi
diri dan penguatan.
11. Monitor
responfisik,emosi,social
danspiritual.
3. Ketidak Tujuan : 1. Kaji adanya alergi
seimbangan a)Nutrutional status makanan.
Nutisi Kurang Adequacy of nutrient 2. Kolaborasi dengan ahli
dari kebutuhan b)Nutrutional status : gizi untuk menentukan
tubuh b.d food and fluid intake jumlah kalori dan nutrisi
ketidakmampuan c)Weight Control yang di butuhkan pasien.
memasukkan atau kriteria hasil: 3. Anjurkan pasien untuk

31
mencerna nutrisi  Adanya meningkatkan intake.
oleh karena peningkatan 4. Yakinkan diet yang
faktor berat badan dimakan mengandung
biologis,psikologi sesuai dengan tinggi serat untuk
s atau ekonomi tujuan. mencegah konstipasi.
 Berat badan 5. Berikan makanan yang
ideal dengan terpilih ( sudah di
tinggi badan. konsultasikan dengan ahli
 Mampu gizi ).
mengidentifikasi 6. Ajarkan pasien
kebutuhan bagaimana membuat
nutrisi. catatan makanan harian.

 Tidak ada tanda- badan yang berarti.

tanda malnutrisi. 7. Monitor jumlah nutrisi

 Menunjukan dan kandungan kalori.

peningkatan 8. Berikan informasi

fungsi tentang kebutuhan nutrisi.

pengecapan dari 9. Kaji kemampuan pasien

menelan. untuk mendapatkan

 Tidak terjadi nutrisi yang dibutuhkan.

penurunan berat
badan yang
berarti.
4. Kurang Tujuan : 1. Kaji tingkat
pengetahuan  Kowlwdge : pengetahuan pasien
tentang penyakit diseaseprocess dankeluarga
b.d kurang  Kowlwdge : 2. Jelaskan patofisiologi
informasi healthBehavior dari penyakit dan
kriteria hasil: bagaimana hal ini
 Pasien dan berhubungan dengan
keluarga anatomi dan fisiologi,
menyatakan dengan cara yangtepat.

32
pemahaman 3. Gambarkan tanda dan
tentang gejala yang biasamuncul
penyakit, pada penyakit, dengan
kondisi, carayang tepat
prognosis dan 4. Gambarkan
program prosespenyakit,
pengobatan dengancara yang tepat
 Pasien dan 5. Identifikasi
keluargamampu kemungkinan
melaksanakan penyebab,dengan cara
prosedur yang yang tepat
dijelaskan secara 6. Sediakan informasi
benar pada pasien tentang
 Pasien dan kondisi, dengan cara yang
keluarga mampu tepat
menjelaskan 7. Sediakan bagi keluarga
kembali apa informasi tentang
yang dijelaskan kemajuan pasien dengan
perawat/tim carayang tepat
kesehatan 8. Diskusikan pilihan
lainnya terapi atau penanganan
9. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan
10. Eksplorasi
kemungkinan sumber atau
dukungan,
dengan cara yang tepat
5. Defisit perawatan Tujuan 1. Monitor kemampuan
diri  Activity klien untuk perawatan diri

33
b.dkelemahan. Intolerance yang mandiri.
 Mobility: 2. Monitor kebutuhan
physical klien untuk alat-alat bantu
Impaired untuk kebersihan diri,
 Self Care Deficit berpakaian, berhias,
Hygiene toileting danmakan.
Kriteria hasil : 3. Sediakan bantuan
 Klien terbebas sampai klien mampu
dari bau badan secarautuh untuk

 Menyatakan melakukan self-care.

kenyamanan 4. Dorong untuk

terhadap melakukan secara mandiri,

kemampuan tapi beri bantuan ketika

untuk klien tidak mampu

melakukan melakukannya.

aktifitas 5. Ajarkan klien/ keluarga

 Dapat untuk mendorong

melakukan kemandirian, untuk

aktifitas dengan memberikan bantuan

bantuan hanya jika pasien tidak


mampu untuk
melakukannya.

34
2.2 Asuhan Keperawatan Anemia
A. Pengkajian
 Identitas Pasien
Nama : Ny. Y
Umur : 77 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status perkawinan : Menikah
Golongan Darah :O
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SD
Alamat : Ampang Gadang
No. MR : 499124
Tanggal masuk : 03juni 2018
Tgl Pengkajian : 06-062018
Sumber informasi : Klien dan Anak
Diagnosa Medis : ANEMIA
 Identitas Penaanggung Jawab
Nama : Tn. M
Umur : 40 Tahun
Jenis kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Wirasuasta
Hub.keluarga : Anak
Tgl / jam MRS : 03-06-2018 / 08.00 WIB
 Alasan Masuk
Klien datang ke RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi melalui IGD
pada tanggal 03Juni 2018 Jam 11:30 dengan keluhan badan terasa pucat,
lemas kurang lebih 5 hari yang lalu.
 Riwayat Kesehatan Sekarang
Pengkajian tanggal 06 Juni 2018 pada pukul 08.00WIB, Klien mengatakan
muka dan telapak tangan pucat,badanmasih terasa lemas dan hanya

35
berbaring di tempat tidur,kepala terasa pusing,tidak nafsu makan hanya
bisa habis ½ porsi, mata berkunang-kunang, Klien tidak mampu untuk
kekamar mandi,badan terasa berbau,belum ada mandi,dan klien dibantu
untuk mobilisasi dan hanya dapat berbaring di tempat tidur,mual tidak ada,
muntah tidak ada, BAB hitam tidak ada,gusi berdarah tidak ada,nyeri
tekan tidak ada dan klien sudah melakukan transfusi darah 1 kolf.
 Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengatakan belum pernah di rawat sebelumnya dengan penyakit
serupa yang di alami klien saat ini di rumah sakit.
 Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan tidak ada keluarga yang memiliki penyakit yang sama
dengan yang klien derita saat ini,dan penyakit keturunan seperti Diabetes
Mellitus, Hipertensi dan Asma.
 Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : Composmentis Coperatif (CM)
GCS:15 ( E:4 V:5 M:6)
Tanda-tanda vital
TD : 103/56 mmHg
N : 78x/i
T : 36,2˚C
P : 21 x/i
 Kepala
a. Rambut
I :Hitam dan Beruban,berketombe.
P:Tidak ada udem,memar dan nyeri tekan di kepala.
b. Mata
I :Mata simetris kiri dan kanan, kunjungtiva anemis,sklera tidak
ikterik, pupil isokor.
c. Telinga
I :Simetris kiri dan kanan,tidak ada perdarahan disekitar telinga.
P :Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran disekitar telinga,
tidak ada oedema.

36
d. Hidung
I :Simetris kiri dan kanan,tidak ada secret dan polip,tidak ada
lecetan di daerah hidung, lubang hidung tampak bersih tidak ada
secret, penciuman masih bagus dan normal.
e. Mulut dan gigi
I :Mokusa bibir kering dan pucat,lidah tampak kotor, dan gigi tidak
lengkap.
 Leher
I :Tidak ada pembembesaran kelenjer tiroid,lymphe dan tidak ada
kekakuan pada Kuduk.
P :Vena jugularis teraba,tidak ada pembesaran vena jugularis.
 Thorax
a. Paru-paru
I :Simetris kiri dan kanan,pergerakan dinding dada sama.
P :Tidak ada nyeri tekan,fremitus taktil kiri dan kanan sama.
P :Terdapat bunyi redup saat dilakukan perkusi
A :Bunyi nafas klien Vesikuler (normal)dan tidak ada suara nafas
tambahan. Frekuensi 21x/i
b. Jantung
I :ictus cordis tidak terlihat
P : ictus cordis teraba spatium ictus cordis V digaris mid klavikularis
sinistra, nadi 78x/i
P : redup pada
Atas:Spatium Intercostal (SIC) II kiri di lenea parasternalis kiri
(pinggang)
Bawah:Spatium Intercostal (SIC) V kiri agak ke medial
midklavikularis kiri (tempat ictus).
A :Bunyi jantung normal (LUB-DUP).
 Abdomen
I : simetris kiri dan kanan,Tidak ada lesi,warna kulit disekitar
abdomen normal, tidak ada bekas jahitan.
A : bising usus normal 12x/I di quadran kiri bawah. P :tidak terdapat

37
nyeri tekan dan nyeri lepas.
P : Tympani 5.Punggung
I :Tidak ada lesi,lecet dan tanda dekubitus pada klien.
P:Tidak ada pembengkakan.
 Genetalia : Tidak diperiksa, terpasang kateter. 7.Ekstemitas
a. Ekstemitas atas : terpasang infuse sebelah
kananTriofusi:NaCL 3%(2-1), 20 tetes/i.
b. Ekstremitas bawah :klien terpasang kateter,tidak terdapat udema
di ekstermitas atas maupun bawah.
 integument : Turgor kulit jelek,kulit tidak elastis,kulit pucat.
 Persyarafan
NO NERFUS FUNGSI HASIL Keterangan
PEMERIKSAAN
1. Nerfus Saraf Tidak terdapat Normal
Olfaktorius sensorik kelainan pada
untuk penciuman klien,
penciuman. karna klien masih
dapat membedakan
antara bau teh dan
kopi ataupun
bau lain nya.
2. Nerfus Opticus Saraf Penglihatan harus Normal
sensorik pakai kaca mata.
untuk
penglihatan.
3. Nerfus Saraf motorik Klien dapat Normal
Okulomotorius untuk
mengangkat kelopak
mengangkat
mata keatas dan pupil
kelopak mata
klien dapat mengikuti
keatas,kontri
arah perintah yang di
ksi pupil dan
berikan.
gerakan

38
ekstrukuler.
4. Trochlearis Saraf Klien dapat Normal
motorik, mengerakan pupil
gerakan mata kearah atas dan bawah.
kebawah
dan keatas.

5. Trigeminus Saraf Klien dapat Normal


motorik,gera mengunyah makanan
kan dengan baik dan bisa
mengunyah,s merasakan ransangan
ensa si nyeri pada daerah pipi
wajah,lidah dengan benda tumpul.
dan
gigi,reflek
kornea dan
reflek kedip.
6. Abdusen Saraf motorik Klien dapat Normal
deviasi mata menggerakan mata ke
ke leteral. arah kanan dan kiri
dengan mengikuti
arah
telunjuk perawat.

7. Fasialis Saraf motorik Klien dapat tersenyum Normal


Untuk dan tertawa.
ekspresi
wajah.

39
8. Vestibulokoklea s Saraf Klien tidak dapat Normal
sensorik berdiri dan hanya dapat
untuk berbaring di tempat
keseimbanga tidur,pendengaran klien
n dan saat diberi
ransangan ransangan
suara. suara sudah berkurang.
9. Glosofaringeus Saraf Klin dapat menelan Normal
sensorik dengan baik dan klien
Dan motorik dapat membedakan
untuk sesasi rasa asin atau pahit di
rasa. 1/3
lidah klien.

10. Vagus Saraf Fungsi menelan klien Normal


sensorik baik dank lien dapat
Dan motorik menelan saliva dan
Untuk sensasi pada di instruksikan
menelam. mengatakan ’’aaa’’
uvula terangkat
den
tetap berada di median.
11. Asesorius Saraf motorik Klien dapat Normal
untuk mengerakan bahu nya
mengerakan dagean diberi tahanan.
bahu.

40
 Aktivitas Sehari-hari

NO AKTIVITAS SEHAT SAKIT


1 Makan dan Minum
Makan  Nasi  ML TKTP
 Menu  Padat 1 Piring yang habis ½
 Porsi  Ikan porsi diet per
 Makan Kesukaan  Tidak ada hari

 Pantangan Minuman  5 Gelas sehari air putih  Ikan


 Jumlah  Tidak ada  Tidak ada

 Minuman Pantanan  3Gelas sehari


Air putih
 Tidak ada
2 Eliminasi
BAB
 Frekuensi  1x  Tidak ada
 Warna  Kuning BAB
 Bau  Khas
 Konsistensi  Padat
 Kesulitan  Tidak ada

BAK
 Kurang lebih 6x/hari  900 cc/hari
 Frekuensi
 Pesing  Pesing
 Bau
 Kuning muda  Kuning muda
 Warna
 Cair  Cair
 Konsitensi
 Tidak ada  Terpasang
 Kesulitan
kateter
3 Istirahat dan Tidur
 Waktu tidur  20:00 WIB  21:00 WIB
 Lama tidur  8 Jam  8 Jam
 Waktubangun  Subuh  Pagi

41
4 Personal Hygine
 Mandi  2x Sehari  1x Sehari
 Cuci Rambut  1x Sehari  1x Sehari
 Gosok Gigi  2x Sehari  1x Sehari
 Potong Kuku  1x seminggu  Tidak ada
5 Rakreasi
 Hobby  Tidak ada  Tidak ada
 Minat khusus  Tidak ada  Tidak ada
 Pengguaan waktu  Mengaji  Tidak ada
Senggang
6 Ketergantungan
 Merokok  Tidak ada  Tidak ada
 Minum obat  Tidak ada  Tidak ada
 Obat-Obatan  Tidak ada  Tidak ada

 Riwayat Alergi
Klien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi makanan obat maupun
minuman.
 Data Psikologis
a. Perilaku non verbal
Klien dibantu dalam melakukan aktifitas.
b. Perilaku verbal
Cara menjawab :Klien dapat menjawab pertanyaan yang di beri kan
walaupun jawaban nya kurang jelas.
Cara member informasi :Dengan cara Tanya jawab.
c. Emosi
Klien tampak tenang waktu interaksi dengan perawat
d. Persepsi penyalit
Klien beranggapan penyakit ini adalah datangnya dari ALLAH dan
sebagai cobaan untuk lebih dekat lagi dengan nya.
e. Konsep diri

42
Klien sebagai wanita dan berperan sebagai ibu rumah tangga.
f. Adaptasi
Klien dapat beradaptasi dan mengenali bahwa klin sekarang lagi
berada dirumah sakit.
g. Mekanisme pertahanan diri
Klien selalu berusaha ingin cepat sembuh dan cepat pulang.
 Data Social
a. Pola komunikasi
Komunikasi klien dengan perawat baik.
b. Orang yang dapat memberi rasa nyaman
Anak adalah orang yang dapat membuat kline merasa nyaman.
c. Orang yang paling berharga bagi pasien
Orang yang paling berharga bagi klien adalah anak nya.
d. Hubungan dengan keluarga dan masyarakat
Hubungan klien dengan keluarga dan masyarakat baik.
 Data Spritual
a. Keyakinan
Klien beragama islam
b. Ketaatan beribadah
Klien slalu mengerjakan sholat 5 waktu sehari
c. Keyakinan terhadap penyembuhan
Klien yakin bahwa penyakitnya dapat disembuhkan dan selalu berdoa
kepada ALLAH untuk di angkatkan penyakitnya
 Data Penunjang
a. Data Laboratorium
Keterangan : Dari hasil labor yang di dapat bahwa klien memang
mengalami penurunan HB dimana dinyatakan di dalam hasil
pemeriksaan labor klien pada tanggal 03-06-2018 yaitu 8.1* [g/dL]
dan pada tanggal 08-06-2018 HB klien mengalami peninggkatan
yaitu 11.8* [g/dL].
b. Rongen
Tanggal 17 Desember 2016 : Dari hasil EKG menunjukkan hasil

43
EKG Sinus Rhythm
 Pengobatan
NO NAMA DOSIS WAKTU INDIKASI KONTRA KE GUNAA
OBAT INDIKASI N
1 Ranitidine 25 mg/2 2x1 tukak lambung Riwayatalerg Untuk
ml (06:00/ dan tukak i terhadap mengobati
18:00) duodenum, ranitidin; maag dan
refluks Ibu yang asam
esofagitis, sedang lambung
dispepsia menyusui;
episodik kronis, Pemberian
tukak akibat ranitidin juga
AINS,tukak perlu diawasi
duodenum pada kondisi
karena H.pylori, gagal ginjal.
sindrom
Zollinger-
Ellison, kondisi
lain dimana
pengurangan
asam lambung
akan bermanfaat
2 Nacl 0,9 % 500 ml/ 20 Pengganti Hipernatremi Pengganti
12 jam tetes/m cairan plasma a, asidosis, cairan
enit isotonik yang hipokalemia. plasma
hilang. isotonik
Pengganti yang
cairan pada hilang.
kondisi
alkalosis
hipokloremia.
3 KSR 600 mg 2x1 Pengobatan dan Gangguan seseorang

44
pencegahan ginjal,blok memiliki kadar
AV,hipersen kalium yang
hipokalemia.
sitivitas,kons rendah dalam
entrasi plasma darah(hip
kalium okalemia).
4 Sukralfat si 500 mg 3x1(06 Sebagai Tidak boleh Digunaka
:00,13: n untuk
profilaksis atau untuk pasien
00,18: memiliki mengobati
pencegahan
00) tukak usus
riwayat
tukak usus halus
hipersensitif
duabelas duodenum
terhadap
jari(duodenum), ,tukak
sukralfat,tida
tukak lambung.
k dianjurkam
lambung,mengu digunakan
rangi resiko pada anak
ventilator- usia <
associated 15
pneumonia(VA tahun,jangan
P). gunakan obat
ini pada
pasien gagal
ginjal kronis
mengingat
resiko
nefropati
yang di
indikasi oleh
aliminium.
5 Triofusin 500 ml/ Memenuhi Gagal ginjal Untuk
24 jam tanpa memperol
kebutuhan
eh energi
energi total dan dialisis,
yang di
hipersensitif,
parsial, butuhkan
gangguan
serta dengan
hati berat,
elektrolit secara nutrisi
gangguan
parenteral

45
parenteral. metabolisme total dan
protein, persial.

asidosis
metabolik,
hiperkalema,
dan
hipernitrema.

 Data Fokus
a. Data Subjektif
1. Klien mengatakan muka dan telapak tangan pucat.
2. Klien mengatakan badan terasa lemas dan hanya berbaring di
tempat tidur.
3. Klien mengatakan kepala terasa pusing.
4. Klien mengatakan tidak nafsu makan hanya bisa habis ½ porsi.
5. Klen mengatakan mata terasa berkunang-kunang.
6. Klien mengatakan tidak mampu untuk kekamar mandi
7. Klien mengatakan badan terasa bau.
8. Klien mengatakan belum ada mandi.
b. Data Objektif
1. Klien tampak lesu dan lemas.
2. Klien terlihat tidak menghabiskan makanan nya (1/2 piring).
3. Klien terlihat di bantu perawat maupun keluarga dalam
pemenuhan kebutuhan nya.
4. Klien tampak berbaring saja di tempat tidur.
5. Pakaiaan klen tampak kotor.
6. Klien terlihat kurang bersih dan klien agak berbau.
7. Mukosa bibir klien tampak kering dan mulut kotor.
8. Tangan klien tampak pucat.
9. HGBklien :8.1* [g/dL] BB :46 KG
10. TTV TD : 103/56 mmHg T : 36,2˚C
N: 78x/I P : 21x/i

46
B. Analisa Data
NO DATA PROBLEM ETIOLOGI

1. DS : Perfusi perifer tidak Penurunan


1. Klien mengatakan badan efektif konsentrasi
terasa lemas danhanya Hb
berbaring di tempat tidur.
2. Klien mengtakan kepala
terasa pusing.
3. Klen mengatakan mata terasa
berkunang-kunang.
4. Klien mengatakan muka dan
telapak tangan pucat.
DO:
 Klien tampak lesu dan
lemas.
 Telapak tangan klien
tampak pucat.
 Muka tampak pucat
HGB klien :8.1* [g/dL]
TD : 103/56 mmHg
2. DS : Ketidak seimbangan faktor
1. Klien mengatakan tidak nafsu nutrisi kurang dari biologis
makan hanya bisa habis ½ kebutuhan tubuh
porsi.
2. Klien mengatakan badan
terasa lemas dan hanya
berbaring di tempat tidur.
DO :
 Klien tampak tidak
menghabiskan makanan nya
yang habis dalam satu porsi

47
½ porsi rumah sakit.
 Mukosa bibir klien tampak
kering dan mulut kotor.
 Klien tampak lesu dan lemas.
HGB klien :8.1* [g/dL] BB :
46 KG
3. DS: Defisit perawatan kelemahan
1. Klien mengatakan badan diri
terasa bau.
2. Klien mengatakan belum ada
mandi.
3. Klien mengatakan tidak
mampu untuk kekamar
mandi.

DO:
1. Klien terlihat kurang bersih
dan sedikit berbau
2. Pakaiaan klen tampak kotor.
3. Klien terlihat di bantu
perawatmaupun keluarga
dalam pemenuhan
kebutuhan nya.
4. Klien tampak berbaring saja
di tempat tidur.
HGB klien :8.1* [g/dL]

C. Diagnosa Keperawatan
Daftar Prioritas Diagnosa Keperawatan
1. Perfusi perifer tidak efektifb/d penurunan konsentrasi Hb.
2. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d faktor
biologis.

48
3. Defisit perawatan diri b/d Kelemahan

D. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa NOC NIC

1 Perfusi perifer Tujuan 1. Observasi


tidak efektif b/d 1. Circulation status status
penurunan 2. Electrolite hidrasi(kelemb
konsentrasi Hb. and Acid aban membran
Base mukosa).
Balance 2. Kaji
3. Fluid Balance TTVPasien.
4. Hidration 3. Observasi reaksi
5. Tissue Prefusion : renal tranfusi
6. Urinari
elimination
Setelah
dilakukan
asuhan Ketidak
efektifan perfusi
jaringan teratasi

49
dengan kriteria hasil:
1. Tekanan systole
dan diastoledalam batas
normal
2. Tidak ada
gangguan
mental,orientasi kognitif
dan kekuatan otot
3. Intakeoutput seimbang
4. Tidakada oedem
perifer danasites
5. Tdakada rasa
yangabnormal
Membran mukosa lembab
2 Ketidak Tujuan 1. Kaji adanya
seimbangan 1. Nutritional Status : alergi
nutrisi kurang dari 2. Nutritional Status : food makanan.
kebutuhan tubuh and Fluid Intake 2. Anjurkan
b/d faktor biologis 3. Nutritional Status: pasien untuk
nutrient Intake meningkatkan
4. Weight control intake.
3. Yakinkan diet
Kreteria hasil;
yang dimakan
1. Adanya peningkatan
mngandung
berat badan sesuai
tinggi serat
dengan tujuan
untuk
2. Berat badan ideal sesuai
mncegah
dengan tinggi badan
konstipasi.
3. Mampu
4. Berikan
mengidentifikasi
makanan yang
kebutuhan nutrisi
terpilih ( suah
4. Tidak ada
di
tanda-tanda malnutrisi

50
konsultasikan
5. Menunjukkan dengan ahli
peningkatan fungsi gizi ).
pengecapan dan 5. Berikan
menelan informasi
tentang

6. Tidak terjadi penurunan kebutuhan

berat badan yang berarti nutrisi.


6. Kaji
kemampuan
pasien untuk
mendapatkan
nutrisi yang
dibutuhkan
3 Defisit Tujuan 1. Monitor
kelemahan 1. Activity Intolerance kemampuan
perawatan diri 2. Mobility: physical klien untuk
b/d kelemahan Impaired perawatan diri
3. Self Care Deficit yang mandiri.
Hygiene 2. Monitor
kebutuhan
Kriteria hasil :
klien untuk
1. Klien terbebas dari bau
alat- alat bantu
badan
untuk
2. Menyatakan
kebersihan diri,
kenyamanan terhadap
berpakaian,
kemampuan untuk
berhias,
melakukan aktifitas
toileting dan
3. Dapat melakukan
makan.
aktifitas dengan bantuan
3. Sediakan
bantuan
sampai klien

51
mampu secara
utuh untuk
melakukan
self-care.
4. Dorong untuk
melakukan
secara mandiri,
tapi beri
bantuan ketika
klien tidak
mampu
melakukannya.
5. Ajarkan klien/
keluarga untuk
mendorong
kemandirian,
untuk
memberikan
bantuan hanya
jika
pasien tidak
mampu untuk
melakukannya.

52
E. Implementasi Keperawatan

No Hari/Tanggal No Jam Implementasi


DX
1. Rabu 1 09:00 1. Mengobservasi
06/6/2018 stahidrasi(kelembaban memb
mukosa).
2. Mengkaji TTVPasien
3. Mengobservasi reaksi transfusi
kolf.
2 Rabu 2 09.30 1. Mengkaji adanya alergi makanan
06/6/2018 2. menganjurkan kepada pasien
untuk meningkatkan intake.
3. Meyakinkan diet yang dimak
mngandung tinggi serat unt
mncegah konstipasi.
4. Memberikan makanan yang terpi
(sudah di konsul tasikan deng
ahli gizi ).
5. Memberikan informasi tenta
kebutuhan nutrisi.
6. Kaji kemampuan pasien unt
mendapatkan nutrisi ya
dibutuhkan

53
3 Rabu 3 10.00 1. Memonitor kemampuan kl
06/6/2018 untuk perawatan diri yang
mandi
2. Memonitor kebutuhan klien unt
alat-alat bantu untuk kebersih
diri, berpakaian, berhias, toileti
dan makan.
3. Menyediakan bantuan sampai kl
mampu secara utuh unt
melakukan self-care.
4. Mendorong untuk melakuk
secara mandiri, tapi beri bantu
ketika klien tidak mam
melakukannya.
5. Mengajarkan klien/ keluarga
untuk mendorong kemandirian,
untuk memberikan bantuan
hanya jika pasien tidak mampu
untuk melakukannya.

54
F. Evaluasi Keperawatan

NO HARI EVALUASI PARAF


TANGGAL
1. Rabu S:
06/06/2018 1. Klien mengatakan badanterasa lemas
danhanyaberbaring di tempat tidur.
2. Klen mengatakan
mata terasa berkunang-kunang.
3. Klien mengatakan muka dan telapak
tangan pucat.
O:
1. Klien tampak lesu
danlemas,tanganklien tampak pucat.
HGB klien :8.1* [g/dL] TD : 103/56 mmHg
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
1. Observasi status
hidrasi(kelembaban membran mukosa).
2. Kaji TTV Pasien.
observasi reaksi tranfusi.

2. Rabu S:
06/06/2018 1. Klien mengatakan tidak
nafsu makan hanya bisa habis ½ porsi..
2. Klien mengatakan badan terasa lemas
dan hanya berbaring di tempat tidur
O : Klien tampak tidak menghabiskan
makanannya (1/2 pirin yang dapat klien
habiskan)
A : Masalah teratasi
P: Intervensi dilanjutkan

55
3. Rabu S:
06.06/2018 1. Klien mengatakan badan terasa bau.
2. Klien mengatakan belum ada mandi.
3. Klien mengatakan tidak mampu untuk
kekamar mandi.
O:
1. Klien terlihat kurang bersihdan sedikit
berbau.
2. Pakaiaan klen tampak kotor.
3. Klien terlihat di bantu perawatmaupun
keluarga dalam pemenuhan kebutuhan
nya.
Klien tampak berbaring saja di tempat tidur.
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi di lanjutkan
4. Kamis, S : Klien mengatakan badan masih terasa
07.06.2018 lemas dan hanya berbaring di tempat tidur.
O:
1. Klien tampak lesu dan lemas,tangan klien
tampak pucat.
2. HGB klien :9.4* [g/dL] TD : 94/53
mmHg
N: 66x/i
A : Masalah sebagian teratasi
P : Intervensi di lanjutkan
5. Kamis, S : Klien mengatakan nafsu makan nya sudah
07.06.2018 ada walau sedikit.
O :klien tampak tidak menghabiskan makanan
nya(dalam 1 porsi tinggal 1/3 porsi yang klien
habiskan)
A : Masalah sebagian teratasi
P : Intervensi di lanjutkan

56
6. Kamis, S :Klien mengatakan badan terasa segar
07.06.2018 setelah di mandikan perawat.
O :Klien tampak rapi dan bersih setelah di
mandikan dan bau badan klien sudah
berkurang.
A : Masalah sebagian teratasi
P : Intervensi di lanjutkan
7. Jumat, S : Klien mengatakan lemas dibadannya sudah
08/06/ 2018 berkurang dan klien hanya dapat berbaring
di tempat tidur saja.
O :Klien sudah mulai tampak lebih
segar dari yang sebelum nya.
HGB klien :11.8* [g/dL] TD :
98/53 mmHg
A :Maslah teratasi sebagian
P:Intervensi dipertahankan
8. Jumat, S :Klien mengatakan Sudah dapat
08/06/ 2018 menghabiskan makanan nya
O :Klien dapat menghabiskan makanannya
dalam satu porsi yang diberikan.
A:Masalah teratasi.
P :Intervensi di hentikan.
9 Jumat, S :Klien mengatakan badan terasa segar dan
08/06/ 2018 bau badan sudah berkurang.
O :Klien tampak rapi den lebih segar dari
sebelum nya bau badan sudah tidak ada.
A :Masalah teratasi sebagian
P:Intervensi di pertahankan

57
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb (hemoglobin) darah
atau hitung eritrosit lebih rendah dari harga normal. Sel darah merah
mengandung hemoglobin, yang memungkinkan mereka mengangkut oksigen
dari paru-paru dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh.
Ada banyak penyebab anemia yaitu :
1. anemia karena defisiensi besi
2. penyakit kronik
3. defisiensi vitamin B
4. defisiensi asam folat
5. pendarahan
6. hemolik
7. aplastik
Pembagian anemia menurut Mansjoer (2001), antara lain :
1. Anemia mikrositik
2. Anemia makrositik/megaloblastik
3. Anemia Hemolitik
4. Anemia Hemolitik
Tanda dan gejala dari anemia adalah : pucat,penonjolan retina,demam
ringan,tekanan nadi melebar dengan pulsasi kapiler,lesu,mudah
lelah,dyspnea,sakit kepala,palpitas,angina,vertigo,dan lain-lainnya
.
3.2 Saran
Demikian asuhan keperawatan yang kami susun, semoga dapat
memberikan manfaat bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Penyusun menyadari bahwa asuhan keperawatan ini jauh dari kesempurnaan,
maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan makalah kami. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

58
DAFTAR PUSTAKA

Betz & sowden, 2009.Buku saku keperawatan Edisi 3 Alih Bahasa dr. Jan
Tamboyang. EGC: Jakarta
Carpenito & M0yet, 2012. Handbook Of Nursing Diagnosis. Ed USA : Lippincot
Williams & Wilkins Inc.
Fraser Diane & Cooper Margaret .2009. Rencana Asuhan Keperawatan Medical
Bedah. Jakarta.EGC
Karsinah. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Anemia. Jakarta.: Universitas
Muhammadiyah Jakarta.
Potter & Perry 2012, Rencana Asuhan keperawatan dan dokumentasi
keperawatan, Diagnosis Keperawatan dan Masalah Kolaboratif, ed. 2.
EGC : Jakarta
Saputra Andi, 2018, Asuhan Keperawatan Pada Ny. Y Dengan Anemia, Padang :
Bukit tinggi

59

Anda mungkin juga menyukai