Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

“DETEKSI DINI PENYAKIT KOMPLIKASI : DISTOSIA KELAINAN TENAGA


(HIS) DAN DISTOSIA KELAINAN ALAT KANDUNGAN”

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Persalinan

Dosen Pengampu: Ibu Ana Kurniati, S.ST., M.Keb

Disusun Oleh:

Oli Viya Aprilita (P07124221002)

Quinny Sofwa Gunalisha (P07124221004)

Naura Putri Editi (P07124221022)

Najwa Nursyabillah (P07124221023)

Neriza Ega Salsadela (P07124221027)

Rani Rahmawati (P07124221041)

Jurusan Kebidanan

Tahun Ajaran 2023/2024

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Allah SWT atau Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat-Nya dan perlindungan-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Ilmu Kesehatan
Anak ini tepat pada waktunya.

Terima kasih kami ucapkan kepada Ibu Ana Kurniati, S.ST., M.Keb dan teman-teman
kelompok yang telah berkerja sama dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa
disusun dengan sebaiknya.

Kami sadari, bahwa dalam makalah ini masih mengandung banyak kesalahan dan
kekurangan yang perlu diperbaiki. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat kami harapkan dari pembaca demi kesempurnaannya makalah ini sehingga sesuai
dengan apa yang diharapkan.

Pada akhir kata, kami meminta maaf atas banyaknya kesalahan yang kami perbuat.
Besar harapan kami semoga makalah ini mampu memberikan manfaat bagi para pembaca.

Yogyakarta, 31 Januari 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 2
1.3 Tujuan ........................................................................................................ 3

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 4

2.1 Distosia Tenaga Kelainan (HIS)............................................................... 4


A. Pengertian .................................................................................................. 4
B. Macam-Macam........................................................................................... 4
C. Etiologi....................................................................................................... 6
D. Komplikasi ................................................................................................. 6
2.2 Distosia Kelainan Alat Kandungan.......................................................... 7
A. Pengertian .................................................................................................. 7
B. Macam-Macam........................................................................................... 7

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 20

A. Kesimpulan ................................................................................................ 20
B. Saran .......................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 21

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keluarga yang sehat dan sejahtera dengan kualitas hidup yang baik, dapat dilihat dari
segi kesehatan ibu karena dalam siklus kehidupan setiap wanita hampir semua mengalami
suatu proses yang dinamakan kehamilan, persalinan, nifas dan memiliki anak atau bayi baru
lahir yang akan menjadi suatu tonggak utama dalam sebuah keluarga. Setiap tahunnya
sekitar 160 juta wanita Indonesia mengalami kehamilan. Setiap wanita yang memiliki
organ reproduksi sehat, yang telah mengalami menstruasi dan melakukan hubungan
seksual dengan seseorang pria yang organ reproduksinya sehat sangat besar kemungkinan
akan mengalami kehamilan (Mandriwati, 2012). Kehamilan itu sendiri merupakan proses
yang diawali dengan keluarnya sel telur matang pada saluran telur yang kemudian bertemu
dengan sperma, lalu keduanya menyatu membentuk sel yang akan tumbuh (BKKBN,
2010).

Namun, dalam prosesnya terdapat kemungkinan terjadinya komplikasi yang dapat


mengancam jiwa ibu dan janin bahkan kemungkinan terburuk dapat menyebabkan
kematian. Walaupun disebutkan kehamilan akan berlangsung dengan normal, tidak
menutup kemungkinan kehamilan akan berkembang dengan adanya penyulit bahkan
komplikasi dan menjadi kehamilan patologis, dan berdampak pada persalinan serta masa
nifasnya. Kehamilan patologis itu sendiri tidak terjadi secara mendadak karena kehamilan
dan efeknya terhadap organ tubuh berlangsung secara bertahap dan berangsur-angsur
seperti nyeri pada epigastrium disertai dengan sakit kepala hebat, gerakan janin tidak
dirasakan, perdarahan pada kehamilan, hipertensi dalam kehamilan, preeklampsia, nyeri
hebat di daerah abdomen, plasenta previa, solusio plasenta (Prawiroharjo, 2014). Kendati
demikian, tidak bisa dipungkiri bahwa komplikasi-komplikasi tersebut tidak hanya berhenti
pada saat kehamilan, namun juga berdampak meningkatnya risiko pada persalinan, nifas,
bayi yang dilahirkan, dan tidak menutup kemungkinan akan berpengaruh pada pemilihan
alat kontrasepsi yang akan dipakai ibu kelak.

Upaya penurunan AKI harus difokuskan pada penyebab langsung kematian ibu yang
terjadi 90% pada saat persalinan dan segera setelah persalinan. Hal ini berdasarkan

1
kenyataan bahwa lebih dari 90% kematian ibu disebabkan komplikasi obstetri, yang sering
tidak dapat diramalkan pada saat kehamilan. Kebanyakan komplikasi itu terjadi pada saat
atau sekitar persalinan (Saifuddin, 2009).

Ketidaktahuan akan faktor resiko pada masa kehamilan dan kurangnya deteksi dini
akan sangat mempengaruhi proses selanjutnya dan dapat menimbulkan komplikasi. Hal
inilah yang membuat masih tingginya angka kematian ibu dan bayi meskipun secara
kumulatif sudah menurun dari tahun ke tahun. Selain itu komplikasi yang di alami saat
hamil dan bersalin akan sangat berdampak pada saat nifas dan akan berpengaruh dalam
mengambil keputusan untuk memilih metode kontrasepsi.

Dalam upaya menurunkan AKI dan AKB oleh United Nations General Assembly yaitu
Sustainable Development Goals (SDG’s) 2030 adalah dengan memberikan pelayanan
kesehatan yang berkualitas dan berkesinambungan (Continuity Of Care) mulai dari hamil,
bersalin, nifas, neonates, dan pemilihan alat kontrasepsi (Pratami,2014).

Program pemerintah yang sudah berjalan untuk mengatasi masalah-masalah yang terjadi
untuk menurunkan angka kematian pada ibu dan bayi diantaranya Making Pregnancy Safer
(MPS), Safe Motherhood, Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi
(P4K), dan kunjungan kehamilan terpadu minimal 4 kali untuk mendeteksi secara dini
mengenai komplikasi yang akan terjadi pada ibu dan untuk memberikan penanganan
komplikasi sehingga dapat merencanakan persiapan persalinan dengan matang sehingga
dapat menghindari kesakitan ataupun kematian ibu dan bayi dengan melaksanakan minimal
10 T.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang disebut Distosia Kelainan Tenaga (HIS)?
2. Apa macam – macam Distosia Kelainan Tenaga (HIS)?
1. Apa yang disebut dengan Distosia Kelainan Alat Kandungan?
2. Apa macam – macam Distosia Kelainan Alat Kandungan?

2
1.3 Tujuan
Pengkajian subyektif objektif

3. Untuk mengetahui yang disebut Distosia Kelainan Tenaga (HIS)


4. Untuk mengetahui macam – macam Distosia Kelainan Tenaga (HIS)
5. Untuk mengetahui yang disebut Distosia Kelainan Alat Kandungan
6. Untuk mengetahui macam – macam Distosia Kelainan Alat Kandungan

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Distosia Kelainan Tenaga (HIS)


A. Pengertian
Distosia adalah kesulitan dalam jalannya persalinan. Distosia dapat disebabkan
karena kelainan HIS (HIS hipotonik dan hipertonik), karena kelainanmbesar anak,
bentuk anak (Hidrocefalus, kembar siam, prolaps tali pusat), letakanak (letak sungsang
dan lintang), serta karena kelainan jalan lahir.
B. Macam - macam
Distosia karena kelainan HIS antara lain berupa:
1. Inersia Uteri (Hypotonicuterinecontraction)\
Inersia Uteri adalah kelainan his dengan kekuatan yang lemah / tidak adekuat
untukmelakukan pembukaan serviks atau mendorong anak keluar. Di sini kekuatan
hislemah dan frekuensinya jarang. Sering dijumpai pada penderita dengan
keadaanumum kurang baik seperti anemia, uterus yang terlalu teregang misalnya
akibathidramnion atau kehamilan kembar atau makrosomia, grandemultipara
atau primipara, serta pada penderita dengan keadaan emosi kurang
baik. Dapat terjadi pada kala pembukaan serviks, fase laten atau fase aktif, maupun pa
da kala pengeluaran.Inersia uteri hipotonik terbagi dua, yaitu :
a) Inersia uteri primer
Terjadi pada permulaan fase laten. Sejak awal telah terjadi his yang tidak
adekuat( kelemahan his yang timbul sejak dari permulaan persalinan ), sehingga
seringsulit untuk memastikan apakah penderita telah memasuki keadaan inpartu
atau belum.
b) Inersia uteri sekunder
Terjadi pada fase aktif kala I atau kala II. Permulaan his baik, kemudian
padakeadaan selanjutnya terdapat gangguan / kelainan.
Penanganan :
a) Keadaan umum penderita harus diperbaiki. Gizi selama kehamilan harus
diperhatikan.

4
b) Penderita dipersiapkan menghadapi persalinan, dan dijelaskan
tentang,kemungkinan yang ada.
c) Teliti keadaan serviks, presentasi dan posisi, penurunan kepala / bokong bila sudah
masuk PAP pasien disuruh jalan, bila his timbul adekuatdapat dilakukan
persalinan spontan, tetapi bila tidak berhasil maka akandilakukan sectio cesaria.
d) Berikan oksitosin drips 5-10 satuan dalam 500 cc dektrosa 5% ,dimulai dengan12
tetes permenit,dinaikkan setiap 10-15 tetes permenit sampai 40-50 tetes permenit.
e) Pemberian oksitosin tidak perlu terus menerus, sebab bila tidak memperkuatHIS
setelah pemberian beberapa lama,hentikan dulu dan ibu disuruh istirahat.Pada
malam hari berikan obat penenang misalnya valium10 mg dan esoknyadapat
diulangi lagi pemberian oksitosin drips.
f) Bila inersia disertai dengan disproporsi sefalopelvis, maka sebaiknya
dilakukanSecsio Sesareag)
g) Bila semula HIS kuat kemudian terjadi inersia uteri sekunder, ibu lemah dan partus
berlangsung lebih dari 24 jam pada primi dan 18 jam pada multi, tidak adagunanya
memberikan oksitosin drips, sebaiknya partus segera diselesaikan sesuaidengan
hasil pemeriksaan dan indikasi obstetrik lainnya (ekstraksi vakum atauforcep, atau
secsio sesarea)
2. Tetania Uteri (Hypertonic uterine contraction )
Tetania Uteri dalah HIS yang terlampau kuat dan terlalu sering sehingga tidak
ada relaksasirahim. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya partus presipitatus yang
dapatmenyebabkan persalinan diatas kendaraan, kamar mandi, dan tidak
sempatdilakukan pertolongan. Pasien merasa kesakitan karena his yang kuat dan
berlangsung hampir terus-menerus. Akibatnya terjadilah luka-luka jalan lahiryang luas
pada serviks, vagina dan perineum, dan pada bayi dapat terjadi perdarahan
intrakranial,dan hipoksia janin karena gangguan sirkulasiuteroplasenter.Bila ada
kesempitan panggul dapat terjadi ruptur uteri mengancam, dan bila tidaksegera
ditangani akan berlanjut menjadi ruptura uteri. Faktor yang dapatmenyebabkan
kelainan ini antara lain adalah rangsangan pada uterus, misalnya pemberian oksitosin
yang berlebihan, ketuban pecah lama dengan disertai infeksi,dan sebagainya.
Penanganan:
a) Berikan obat seperti morfin, luminal, dan sebagainya asal janin tidak akan
lahirdalam waktu dekat (4-6 jam).

5
b) Bila ada tanda-tanda obstruksi, persalinan harus segera diselesaikan dengansecsio
sesaria.
c) Pada partus presipitatus tidak banyak yang dapat dilakukan karena janin lahirtiba-
tiba dan cepat.
3. Aksi Uterus Inkoordinasi (incoordinate uterine action)
Sifat his yang berubah-ubah, tidak ada koordinasi dan singkronisasi
antarakontraksi dan bagian-bagiannya. Jadi kontraksi tidak efisien dalam mengadakan
pembukaan, apalagi dalam pengeluaran janin. Pada bagian atas dapat terjadikontraksi
tetapi bagian tengah tidak, sehingga dapat menyebabkan terjadinyalingkaran
kekejangan yang mengakibatkan persalinan tidak maju.
Penanganan:
a) Untuk mengurangi rasa takut, cemas dan tonus otot, berikan obat-obat anti sakitdan
penenang (sedativa dan analgetika) seperti morfin, petidin, dan valium.
b) Apabila persalinan sudah berlangsung lama dan berlarut-larut selesaikanlah partus
menggunakan hasil pemriksaan dan evaluasi, dengan ekstraksi vakum,forseps atau
seksio sesaria.
C. Etiologi
Distosia karena kelainan HIS dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain:
1. Primigravida, multigravida dan grandemultipara.
2. Herediter, emosi dan ketakutan memegang peranan penting.
3. Salah pimpinan persalinan, atau salah dalam pemberian obat-obatan.
4. Bagian terbawah janin tidak berhubungan rapat dengan segmen bawah rahim.Ini
dijumpai pada kelainan letak janin dan disproporsi sefalopelvik.
5. Kelainan uterus, misalnya uterus bikornis unikolis.
6. Kehamilan postmatur.

D. Kmplikasi
Kelainan his (insersia uteri) dapat menimbulkan kesulitan, yaitu :
1. Kematian atau jejas kelahiran
2. Bertambahnya resiko infeksi
3. Kelelahan dan dehidrasi dengan tanda-tanda : nadi dan suhu meningkat, pernapasan
cepat, turgor berkurang, meteorismus dan asetonuria.

6
E. PENATALAKSANAAN
Kelainan his dapat diatasi dengan :
1. Pemberian infus pada persalinan lebih 18 jam untuk mencegah timbulnyagejala-
gejala atau penyulit diatas.
2. Insersia uteri hipotoni : jika ketuban masih ada maka dilakukan amniotomidan
memberikan tetesan oksitosin (kecuali pada panggul sempit, penanganannya di-
seksio sesarea)
2.2 Distosia Kelainan Alat Kandungan
A. Pengertian
Secara harfiah distosia berarti persalinan yang sulit dan ditandai dengan
kemajuan persalinan yang lambat. Keadaan ini diakibatkan empat abnormalitas
berbeda, yangdapat terjadi satu demi satu atau dalam kombinasi :
1. Abnormalitas kekuatan mendorong. Kontraksi uterus yang tidak cukup kuatatau
koordinasi yang tidak tepat untuk penipisan dan dilatasi serviks-disfungsi uterus.
Mungkin juga usaha otot volunter ibu yang tidak kuatselama persalinan kala II.
2. Abnormalitas presentasi, posisi atau perkembangan janin.
3. Abnormalitas tulang panggul ibu yaitu kontraksi pelvis.
4. Abnormalitas jaringan lunak saluran reproduksi yang menjadi hambatanuntuk
penurunan janin.Yang lebih sederhana, abnormalitas ini dapat diringkas
berdasarkan mekanismenyamenjadi tiga kategori yang meliputi abnormalitas dari
: powers-kontraktilitas uterus danusaha mendorong ibu, passenger-janin dan
passage-pelvis. (Cunningham : 484).
B. Macam – Macam
1. Distosia Kelainan Vulva
Kelainan yang bisa menyebabkan distosia ialah oedema vulva, kelainan
bawaan,varises, hematoma, peradangan, kondiloma akuminata, fistula dan vulvitis
diabetika.
1. Oedema Vulva.
a. Pengertian
Edema (oedema) vulva adalah meningkatnya volume cairan ekstraseluler
danekstravaskuler (cairan interstitium) yang disertai dengan penimbunan
cairanabnormal dalam sela-sela jaringan dan rongga serosa (jaringan ikat
longgardan rongga-rongga badan) pada vulva.

7
b. Penyebab
Edema bisa timbul pada waktu kehamilan. Biasanya sebagai gejala pre eklamsiakan
tetapi dapat pula timbul karena sebab lain misalnya gangguan gizi ataumalnutrisi
atau pada persalinan yang lama. Edema dapat juga terjadi pada persalinan dengan
dispoporsi sefalopelvik atau wanita mengejan terlampaulama (terus menerus),
sedangkan kepala belum cukup turun. Hal itumempersulit pemeriksaan dalam dan
menghambat kemajuan persalinan yangakhirnya dapat menimbulkan kerusakan
luas pada jalan lahir.
c. Diagnosa
Diagnosa Subjektif
Ibu mengatakan terjadi pembengkakan pada alat kelaminnya (vulva),sehingga
timbul ketidaknyamanan pada ibu,bengkak tidak hilang setelah beristirahat,
bengkakdisertai dengan keluhan fisiklainnya, seperti: sakitkepala yang hebat,
pandangan mata kabur
Diagnosa Objectif
Diagnosa dapat ditegakkan dengan menginspeksi adanya pembengkakan
padadaerah vulva
d. Penatalaksanaana.
1. Istirahatcukup
2. Mengatur diet, yaitu meningkatkan konsumsi makananyang mengandung
proteindan mengurangimakananyang mengandungkarbohidratsertalemak.
3. Kalau keadaan memburuk,kemungkinan dokter akan mempertimbangkanuntuk
segera melahirkan bayidemi keselamatan ibu dan bayi
2. Kelainan Bawaan (Stenosis Vulva)
a. Pengertian
Stenosis vulva merupakan kelainan congenital pada vulva yang menutup
samasekali, atau dapat pula terjadi hanya orifisium uretra eksternum saja
yangnampak/ penyempitan vulva/vagina atau akibat perlengketan dan parut karena
peradangan atau perlukaan pada persalinan yang lalu.
b. Penyebab
Biasanya terjadi sebagai akibat perlukaan dan radang yang menyebabkanulkus-
ulkus yang sembuh dengan parut-parut yang dapat menimbulkankesulitan.
c. Diagnosa

8
Diagnosa Subjectif
Nyeri pada daerah vulva
Diagnosa Objectif
Inspeksi : Adanya penutupan pada daerah vulva,ataupun hanya terlihat
bagianorifisium uretra eksternum saja
d. Penatalaksanaan
Walaupun umumnya dapat diatasi dengan mengadakan episiotomi yang cukupluas
namun penanganan dengan sayatan median secukupnya untuk melahirkankepala
juga dapat dilakukan.Dan biasa tindakan persalinan dengan operasimerupakan
pilihan utama.
3. Varises
a. Pengertian
Pelebaran pembuluh darah vena yang terjadi pada vulva. Selain kelihatan kurang
baik pelebaran pembuluh darah ini dapat merupakan sumber perdarahan potensial
padawaktu hamil maupun persalinan. Kejadian varises ini makin meningkat
padakehamilan makin tinggi dan segera akan menghilang atau berkurang setelah
persalinan.
b. Penyebab
 Hal ini karena reaksi system vena pembuluh darah, seperti otot-otot ditempat
lain melemah akibat hormone estrogen. Penyebab utama varises adalah
lemah/rusaknya katup pembuluh vena. Pada pembuluh venater dapat katup-
katup yang berfungsi untuk menahan agar darah tidakturun/bergerak mundur.
Dengan adanya katup pada pembuluh venamenyebabkan darah akan terus
mengalir ke arah jantung. Katup yangrusak atau lemah akan membuat darah
bergerak mundur yangmengakibatkan darah berkumpul di dalam dan
menyebabkan gumpalanyang mengganggu aliran darah yang disebut sebagai
varises.
 Karena factor heriditer
Bahaya dalam kehamilan dan persalinan adalah :
 Bila pecah akan terjadi perdarahan sedikit/banyak
 Bila pecah dapat pula terjadi emboli udara dan bisa berakibat fatal
c. Diagnosa
Diagnosa Subjectif

9
Wanita hamil sering mengeluh melebarnya pembuluh darah di tungkai,
vagina,vulva dan terjadi wasir.
Diagnosa Objectif
Inspeksi : Pembuluh darah vena akan menonjol di permukaan kulit yang berwarna
ungu atau biru gelap biasa tampak seperti tali sepatu, Jika varises sudah kronik
maka akan tampak pembuluh darah vena yang menyerupai jarring laba-laba (spider
navy).
d. Penatalaksanaan
 Kurangi konsumsi garam dan makan yang mengandung kolesteroltinggi.
 Perbanyak konsumsi sayuran dan buah berserat tinggi dan makanan yangdapat
merangsang sirkulasi darah, seperti bawang merah, bawang putih, bawang
bombay, jahe dan cabai merah. Juga makanan yang kaya denganvitamin B
kompleks, vit C, vit E, vit B6, magnesium, asam folat,kalsium dan zinc seperti
gandum dan kacang kedelai (susu kedelai).
 Perbanyak makanan dan minuman yang mengandung antioksidan tinggiseperti
sayur-sayuran hijau, buah apel, wortel dan jeruk. Dianjurkan minum susu
kedelai karena mengandung tinggi flavonoid yangmengandung antioksidan,
vitamin B kompleks, vit C, vit E, vit B6,magnesium, asam folat, kalsium dan
zinc yang sangat bermanfaat untukmencegah dan membantu pemulihan
pembuluh darah vena.
 Jangan berdiri atau duduk terlalu lama. Jika pekerjaan anda dituntutuntuk
berdiri lama maka usahakan tidak diam namun sekali-sekali anda berjalan agar
otot anda tidak statis (diam) dan sekali-kali anda dudukistirahat.
 Pada saat tidur, tinggikan kaki anda, lebih tinggi dari posisi pinggul atau
jantung anda. Posisi kaki yang lebih tinggi dari jantung akanmemudahkan
aliran darah vena kembali ke jantung.
 Jangan memakai ikat pinggang terlampau kencang (ketat)
 Jalan-jalan dan senam hamil untuk memperlancar peredaran darah
 Dapat diberikan obat-obatan : Venosan,Glyvenol,Venoruton,danVaremoid.
 Dengan beberapa pertimbangan pada kasus dengan varises vulvamaupun
vagina yang besar dapat dianjurkan persalinan dengan seksiosesarea.
 Dan untuk wanita hamil dengan keluhan wasir untuk sementara dapatdiatasi
dengan pengobatan sampai persalinan berlangsung.Setelah persalinan

10
berakhir,keluhan wasir berkurang sampai menghilang dantidak memerlukan
tindakan lain.
4. Hematoma
a. Pengertian
Pecahnya pembuluh darah vena yang menyebabkan perdarahan, yang dapatterjadi
saat kehamilan berlangsung atau yang lebih sering pada persalinan.Hematoma
vulva dan vagina dapat besar, disertai bekuan darah bahkan perdarahan yang masih
aktif.
b. Penyebab
 Hematoma vulva disebabkan oleh kebocoran pembuluh darah yangmengalami
nekrosis akibat tekanan yang lama.
 Kumpulan darah diluar pembuluh darah terjadi karena dinding pembuluhdarah,
arteri, vena atau kapiler, telah dirusak dan darah telah bocorkedalam jaringan-
jaringan dimana tidak pada tempatnya.Pembuluh darah yang pecah
menyebabkan hematoma dijaringan ikatmenjadi renggang, di sekitar vulva atau
ligamentum latum.
 Hematoma vulva dapat juga terjadi karena trauma(diluar persalinan)misalnya
jatuh terduduk pada tempat yang keras atau koitus kasar.
c. Diagnosa
Diagnosa Subyektif
 Hematoma vulva mudah didiagnosis dengan adanya rasa nyeri perineumyang
hebat dan tumbuh infeksi yang menyeluruh dengan ukuran yang bervariasi
 Adanya keputihan yang berlangsung lama dan perdarahan uterus yangtidak
teratur atau berlebihan yang disebabkan oleh jaringan yang melapisigumpalan
hematoma dapat menghilang karena mengalami nekrosis akibat
penekanan,sehingga terjadi perdarahan yang banyak.
Diagnosa Obyektif
Inspeksi : pada kehamilan uterus akan teraba lebih besarPalpasi : pada kehamilan
uterus lebih lunak daripada keadaannormalnya
d. Penatalaksaan
1. Hematoma yang besar harus dilakukan eksisi untuk mengeluarkan bekuandarah
dan mengikat pembuluh darah yang pecah
2. Bila hematoma kecil resorbsi sendiri,

11
3. Hematoma yang terjadi pada pertolongan persalinan saat ini sudah jarangterjadi
apalagi kehamilan grandemultipara sangat kurang.Bidan yangdalam
pertolongan persalinan menghadapi hematoma sebaiknyamengirimkan
penderita ke tempat yang dapat memberikan pertolonganyang adekuat.
5. Peradangan
a. Pengertian
Peradangan pada vulva biasa disebut dengan vulvitis
b. Penyebab
 Peradangan vulva sering bersamaan dengan peradangan vagina
 Dapat terjadi akibat infeksi spesifik, seperti sifilis, gonorea, trikomoniasis.
 Dapat terjadi akibat infeksi non spesifik seperti : eksema, pruritus
vulvae,skabie, pedikulus pubis, bartholinitis.
c. Diagnosa
Diagnosa subjectif
 Mengeluh adanya keputihan (four albus)
 Demam
 Pada sifilis stadium II di jumpai kondiloma lata
Diagnosa Objectif
Inpeksi : adanya keputihan dan infeksi pada vulva
d. Penatalaksanaan
1. Pada kehamilan, peradangan tersebut harus diobati. Obat yang diberikanharus
dipikirkan apakah mempunyai efek buruk terhadap anak terutamadalam proses
pertumbuhan organogenensis.
2. Dalam pertolongan persalinan menghadapi peradangan sebaiknyamengirimkan
penderita ke tempat yang dapat memberikan pertolonganyang adekuat.
6. Kondiloma Akuminata
a. Pengertian
Merupakan pertumbuhan pada kulit selaput lendir yang menyerupai
jenggerayam jago. Berlainan dengan kondiloma latum: permukaan kasar
papiler,tonjolan lebih tinggi, warnaya lebih gelap. Kondiloma akuminata
berbentukseperti kembang kumis atau cauliflower dengan ditengahnya jaringan
ikatdan ditutup terutama bagian atas oleh epitel dengan hyperkeratosis.
Penyakitterdapat dalam bentuk kecil dan besar, sendirian atau dalam suatu

12
kelompok.Lokasinya ialah pada berbagai bagian vulva, pada perineum, pada daerah
perianal, pada vagina dan serviks uteri. Dalam hal-hal yang terakhir initerdapat
leukorea.
b. Penyebab
Kondiloma Akuminata disebabkan oleh suatu jenis virus yang banyak
persamaanya dengan penyebab veruka vulgaris. Adanya leukorea oleh sebablain
mempermudah tumbuhnya virus dan kondiloma akuminata. Kelainan ini juga lebih
sering ditemukan pada kehamilan karena lebih banyakvaskularisasi dan cairan pada
jaringan.
c. Diagnosa
Diagnosa Subjectif
Mengeluh mengalami keputihan
Diagnose Objectif
Umumnya diagnosis Kondiloma Akuminata tidak sukar dibuat dan dapatdibedakan
dari kondilomata lata, satu manifestasi dari sifilis.
d. Penatalaksanaan
1. Kondiloma Akuminata yang kecil dapat disembuhkan dengan larutan 10% podofili
dalam gliseril atau dalam alcohol. Pada waktu pengobatan daerahsekitarnya harus
dilindungi dengan vaselin, dan setelah beberapa jamtempat pengobatan harus dicuci
dengan air dan sabun.
2. Pada Kondiloma Akuminata yang luas, terapinya terdiri atas pengangkatandengan
pembedahan atau kauterisasi. Untuk mencegah timbulnya residif,harus diusahakan
kebersihan pada tempat bekas Kondiloma Akuminata, danleukoria harus diobati.
Sebaiknya diobati sebelum bersalin, banyak penulismenganjurkan insisi dengan
elektrocavter atau dengan tingtura podofilin.
7. Fistula
a. Pengertian
Kejadian fistula ini sudah jarang dijumpai karena persalinan kasep yang makin
jarang terjadi. Fistula vesikovaginal atau fistula rectovaginal biasanya terjadi pada
waktu bersalin baik sebagai tindakan operatif maupun akibat nekrosistekanan.
b. Penyebab
Akibat tekanan langsung jaringan lunak antara kepala janin yang telah beradadi
dasar panggul dengan jalan lahir tulang. Tekanan lama antara kepala dantulang
panggul, menyebabkan gangguan sirkulasi sehingga terjadi kematian jaringan local

13
dalam 5-10 hari lepas dan terjadi lubang. Akibatnya terjadiinkotenensia alvi. Oleh
karena itu, setelah melakukan pertolongan persalinankasep perlu dilakukan
eksplorasi untuk mencari kemungkinan robekan jalanlahir yang dapat menjadi
fistula.
c. Penatalaksaan
1. Fistula kecil yang tidak disertai infeksi dapat sembuh dengan sendirinya.Fistula
yang sudah tertutup merupakan kontra indikasi per vaginam.
2. Untuk menghindari terjadinya fistula postpartum,selalu di pasang daurekateter
sehingga vaskularisasi jaringan yang tertekan membaik danterhindar dari
nekrosis dan fistula.
3. Operasi rekonstruksi fistula sulit dan keberhasilannya belum memuaskan.
4. Untuk mengurangi kejadian fistula maka persalinan harus telah dirujuk pada saat
mencapai garis waspada,sehinggan dapat dilakukan tindakantepat dan cepat
untuk dapat menurunkan morbilitas dan mortalitas.
2. Distosia Kelainan Vagina
Kelainan yang dapat menyebabkan distosia adalah :
1. Kelainan Vagina (Aplasia vagina)
a. Pengertian
Pada aplasia vagina, diintroitus vagina terdapat cekungan yang agak dangkal
atau yang agak dalam.
b. Penyebab
Kelainan congenital, atau pertumbuhan atau pembentukan organ janin
yangtidak sempurna di dalam kandungan pada masa kehamilan
c. Penatalaksanaan
Terapi terdiri atas pembuatan vagina baru, beberapa metode
sudahdikembangkan untuk keperluan itu, operasi ini sebaiknya pada saat wanita
bersangkutan akan menikah. Dengan demikian vagina dapat digunakan
dandapat dicegah bahwa vagina buatan dapat menyempit.
2. Stenosis Vagina Kongenital
a. Pengertian
Jarang terdapat , lebih sering ditemukan septum vagina yang
memisahkanvagina secara lengkap atau tidak lengkap pada bagian kanan atau
bagian kiri.Septum lengkap biasanya tidak menimbulkan distosia karena bagian
vaginayang satu umumnya cukup lebar, baik untuk koitus maupun lahirnya

14
janin.Septum tidak lengkap kadang-kadang menahan turunnya kepala janin
pada persalinan dan harus dipotong dahulu.
b. Penyebab
Stenosis dapat terjadi karena parut-parut akibat perlukaan dan radang.
Padastenosis vagina yang tetap kaku dalam kehamilan dan merupakan
halanganuntuk lahirnya janin perlu ditimbangkan seksio ceaserea
3. Tumor Vagina
Dapat merupakan rintangan bagi lahirnya janin per vaginam, adanya tumorvagina
bisa pula menyebabkan persalinan per vaginam dianggap mengandungterlampau
banyak resiko. Tergantung dari jenis dan besarnya tumor perludipertimbangkan
apakah persalinan dapat berlangsung secara per vaginam ataudiselesaikan dengan
seksio sesar.
4. Kista Vagina
a. Penyebab
Kista vagina berasal dari duktus gartner atau duktus muller, letak lateraldalam
vagina bagian proximal, ditengah, distal di bawah orifisium urethraeksterna.
Bisa berukuran kecil dan besar sehingga bukan saja mengganggu pertumbuhan
namun dapat pula menyukarkan persalinan.
b. Penatalaksanaan
 Kehamilan muda : diekstirpasi setelah kehamilan 3-4 bulan
 Dalam persalinan : jika kecil maka tidak menghalangi turunnyakepala, tidak
mengganggu persalinan. Bila besar dan menghalangiturunnya kepala untuk
mengecilkannya dilakukan aspirasi cairan tumor.
3. Distosia Kelainan Uterus
1. Retroflexio Uteri
a. Pengertian
Adalah uterus hamil yang semakin lama semakin besar terkurung dalamrongga
panggul, tidak dapat keluar memasuki rongga perut. Kehamilan padaretrofleksi
uteri tidak banyak dijumpai karena kemampuan mobilisasi uterusselama hamil
dan melepaskan diri dari ruangan pelvis minor. Jarang sekalikehamilan pada
uterus dalam retroflexio mencapai umur cukup
b. Penyebab

15
Terkurung uterus,mungkin uterus retrofleksi,tertahan karena adanya
perlekatan-perlekatan atau oleh sebab lain yang tidak diketahui
(fiksata).Terdapat kemungkinan dari nasib kehamilannya :
1) Koreksi spontan : dimana pada kehamilan 3 bulan korpus dan fundusnaik
masuk kedalam rongga perut.
2) Abortus : hasil konsepsi terhenti berkembang dan keluar, karenasirkulasi
terganggu.
3) Koreksi tidak sempurna : dimana bagian yang melekat tetap
tertinggalsedangkan bagian uterus yang hamil naik masuk ke dalam rongga
perut disebut retrofleksia uteri gravidi partialis. Nasib kehamilan
selanjutnya bisa abortus, partus prematurus, terjadi kesalahan letak dan
bersalin biasa.
c. Diagnos
Diagnosa Subjectif
Adanya gangguan miksi, defekasi rasa sakit dan penuh di dalam rongga
panggul. Keluhan muncul pada UK di atas 16 minggu,dimana uterus
mengisirongga panggul.
d. Penatalaksanaan
1) Salah satu penanganan yang masih dianjurkan adalah melakukan
tidurdengan kedudukan dada-kaki beberapa waktu dengan harapan
agarretrofleksi uteri gravidi dapat lepas dari ruangan pelvis minor.
Disampingitu dapat pula dilepaskan dengan kedudukan tidur dada-kaki
danmendorong uterus gravidus keluar dari ruangan pelvis minor.
2) Bila tidak terjadi perlekatan dapat dilakukan :
a. Reposisi digital jika perlu dalam narkosa
b. Koreksi dengan posisi genu-pektoral selama 3 x 15 perhari
ataulangsung dikoreksi melalui vagina dengan 2 jari mendorong
korpusuteri kearah atas keluar rongga panggul.
c. Posisi trendelenberg dan istirahat
d. Reposisi operatif.
2. Prolapsus Uteri
a. Pengertian
Prolapsus uteri atau turunnya uterus dapat dibagi menjadi 3 tingkat :
 Tingkat I : Uterus turun dengan serviks uteri sampai introitusvagina
16
 Tingkat II : Sebagian uterus keluar dari vagina
 Tingkat III : Uterus keluar seluruhnya dari vagina dengan
inversionvaginae.Biasanya prolapsus uteri yang inkomplit berkurang karena
setelah bulan ke IVuterus naik dan keluar dari rongga panggul kecil. Tetapi ada
kalanya portio inimenjadi oedemateus. Kadang-kadang disertai pula dengan
sistokel danrektokel.
b. Penyebab
 Terjadi karena kelemahan ligament endopelvik terutama ligamentumtranversal
dapat dilihat pada nullipara dimana terjadi elangosiopolidisertai prolapsus uteri
tanpa sistokel tetapi ada enterokele. Pada keadaanini fasia pelvis kurang baik
pertumbuhannya dan kurangkerenggangannya
 Faktor penyebab lain yang sering adalah melahirkan dan menopause.
 Persalinan lama dan sulit:
1. Meneran sebelum pembukaan lengkap
2. Laserasi dinding vagina bawah pada kala
3. Penatalaksaan pengeluaran plasentad.
4. Reparasi otot-otot dasar panggul yang tidak baik
5. Pada menopause
6. Karena hormon estrogen telah berkurang sehingga otot dasar
panggulmenjadi melemah.
c. Diagnosa
Diagnosa Subjektif
 Pasien biasanya merasa adanya suatu benda yang mengganjal ataumenonjol di
genetalia eksterna
 Rasa sakit dipanggul dan pinggang(backache).Biasanya jika penderita
berbaring keluhan menjadi berkurang.
 Sistokel dapat menyebabkan gejala-gejala:
1. Kencing sering dan sedikit-sedikit ,mula-mula pada siang harikemudian bila
lebih berat pada malam hari.
2. Perasaan seperti kandung kencing tidak dapat dikosongkansepenuhnya.
3. Stress incontinence yaitu tidak dapat menahan kencing ketika
batuk,mengejan.
 Rektokel dapat menjadi gangguan pada defekasi:

17
a. Obstipasi karena feses berkumpul dalam rongga rektokel
b. Baru dapat defekasi setelah diadakan tekanan pada rektokel darivagina
c. Prolapsus uteri dapat menyebabkan gejala sebagai berikut :
1. Pengeluaran serviks uteri dari vulva mengganggu penderita waktu berjalan
dan bekerja.Gesekan porsio uteri oleh celanamenimbulkan lecet sampai luka
dan dekubitus pada porsio uteri.
2. Leukhorea karean kongesti pembuluh darah didaerah serviks dankarena
infeksi serta luka pada porsio uteri.
 Enterokel dapat menyebabkan perasaan berat di rongga panggul danrasa penuh
di vagina.
Diagnosa Objectif
 Penderita dalam posisi jongkok disuruh mengejan dan ditentukandengan
pemeriksaan dengan jari.Apakah porsio uteri pada posisinormal tau porsio
sampai introitus vagina atau apakah serviks uterisudah keluar dari
vagina.Selanjutnya penderita diminta berbaringdengan posisi litotomi
ditentukan pula panjangnya servik uteri.Servikuteri yang lebih panjang dari
biasa dinamakan elongasio kolli.
 Pada sistokel dijumpai didinding vagina depan benjolan kistik lembekdan tidak
nyeri tekan.Benjolan ini bertambah besar jika penderitamengejan.Jika
dimasukkan kedalam kandung kencing kateter logam,kateter itu diarahkan
kedalam sistokel dapat diraba katetertersebut dekat sekali pada dinding vagina.
 Menegakkan diagnose rektokel mudah yaitu menonjolnya rectumkelumen
vagina sepertiga bagian bawah.Penonjolan ini berbentuklonjong,memanjang
dari proksimal ke distal ,kistik dan tidaknyeri.Untuk memastikan diagnosis jari
dimasukkan kedalam rectumdan selanjutnya dapat diraba dinding rektokel
yang menonjol kelumen vagina.
d. Penatalaksaan
Indikasi melakukan operasi pada prolapsus uteri tergantung dari beberapa factor
seperti umur penderita,keinginannya untuk mendapatkan anak atauuntuk
mempertahankan uterus,tingkat prolapsus dan adanya keluhan.
3. Kelainan Bawaan Uterus
a. Pengertian

18
Secara embriologis uterus, vagina, servik dibentuk dari kedua duktus mulleryang
dalam pertumbuhan mudigah mengalami proses penyatuan.
b. Penyebab
Kelainan bawaan dapat terjadi akibat gangguan dalam penyatuan, dalam
berkembangnya kedua saluran muller dan dalam kanalisasi. Uterus didelfisatau
uterus duplek terjadi apabila kedua saluran muller berkembang sendiri-sendiri
tanpa penyatuan sedikitpun sehingga terdapat 2 saluran telur, 2 serviks,dan 2
vagina. Uterus subseptus terdiri atas 1 korpus uteri dengan septum yang tidak
lengkap, 1 serviks, 1 vagina, cavum uteri kanan dan kiri terpisah secaratidak
lengkap. Uterus arkuatus hanya mempunyai cekungan di fundus uteri.Kelainan
ini paling ringan dan sering dijumpai. Uterus birkornis unilateral.Radi mentarius
terdiri atas 1 uterus dan disampingnya terdapat handuk lain.Uterus unikornis
terdiri atas 1 uterus, 1 serviks yang berkembang dari satusaluran kanan dan kiri.
Kelainan ini dapat menyebabkan abortus, kehamilanektopik dan kelainan letak
janin.
c. Penatalaksanaan
Tindakan operatif.
4. Distosia Kelainan Serviks
Kelainan yang penting berhubungan dengan persalinan ialah
1. Distosia Servikalis
a. Penyebab
Karena dysfunctional uterine action atau karena parut pada serviks uteri. KalaI
serviks uteri menipis akan tetapi pembukaan tidak terjadi, sehinggamerupakan
lembaran kertas dibawah kepala janin.
b. Diagnosis
Diagnosa Objectif
Dibuat dengan menemukan lubang kecil yakni ostium uteri eksternumditengah-
tengah lapisan tipis atau disebut dengan konglutinasio orifisiieksterni bila ujung
dimasukkan ke orifisium,ini biasanya serviks yang kaku pada primi tua sebagai
akibat infeksi atau operasi.
c. Penatalaksanaan
Merujuk untuk dilakukan tindakan operatif

19
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Distosia adalah kesulitan dalam jalannya persalinan. Distosia (dystocia) dapat


menimbulkan komplikasi pada ibu maupun bayi di dalam kandungan bila tidak
ditangani dengan baik. Dampak bagi ibu di antaranya berisiko terjadi perdarahan
postpartum, trauma atau cedera jalan lahir, serta infeksi. Distosia dapat disebabkan
karena kelainan HIS (HIS hipotonik dan hipertonik), karena kelainan besar anak,
bentuk anak (Hidrocefalus, kembar siam, prolaps tali pusat), letak anak (letak sungsang
dan lintang), serta karena kelainan jalan lahir. Distosia karena kelainan HIS (Distosia
Kelaiann Tenaga) berupa inersia uteri, Tetania Uteri, dan aksi uteri inkoordinasi.
Sedangjan distosia kelainan alat kandungan berupa kelaianan vulva, kelainan vagina,
kelainan uterus, dan kelainan serviks. Lalu cara untuk mengatasi distosia sendiri bisa
dilakukan berdasarkan faktor risikonya.

3.2 Saran
Distosia bahu adalah penyulit dalam persalinan. Ibu hamil diharapkan mampu untuk
menjaga berat bada agar tetap ideal sebelum hamil, Menjaga kenaikan berat badan yang
normal ketika hamil, Menjalani pemeriksaan ke dokter dengan segera jika belum
melahirkan setelah lewat tanggal perkiraan persalinan, Melakukan kontrol kehamilan
secara rutin. Hal ini diharapkan dapat membantu mendiagnosa lebih awal terkait
masalah yang dialami ibu selama hamil dan persalinan dalam hal ini adalah distosia.

20
DAFTAR PUSTAKA

Indah, G. (n.d.). DISTOSIA KARENA KELAINAN POWER (HIS). Retrieved from


https://www.academia.edu/36226945/DISTOSIA_KARENA_KELAINAN_POWER_
HIS
Pittara, d. (2022). Distosia Bahu. Alodokter.
Pradipta, D. (n.d.). Kelainan/distosia alat kandungan. Retrieved from
https://www.academia.edu/9154868/kelainan_distosia_alat_kandungan

21

Anda mungkin juga menyukai