Disusun Oleh :
1. Aan Milayanti R. 17. 01. 064
2. Kholisiyah Maftuhatul J. R. 17. 01. 037
3. Putri cahyani R. 17 .01. 053
4. Rahmah Tania br damanik R. 17. 01. 054
5. Resti Wahyuni wulandari R. 17. 01. 057
6. Rindi yani R. 17. 01. 060
7. Riski Ramadita R. 17. 01. 061
8. Safitri R. 17. 01. 062
9. Sekar dwiyanti R. 17. 01. 064
10. Syarief hidayah tullah R. 17. 01. 069
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul Asuhan
Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Perkemihan “Ketuban Pecah Dini
(KTD)”. Makalah ini berisikan tentang informasi Pengertian KTD,diharapkan
Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang asuhan
keperawatan keluarga pada pasien dengan baik.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal
sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Kelompok
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................3
C. Tujuan Penulisan........................................................................................... 4
D. Manfaat ..........................................................................................................5
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pengertian .....................................................................................................6
B. Etiologi ..........................................................................................................6
C. Patofisiologi....................................................................................................8
D. Komplikasi ...................................................................................................11
E. Manifestasi Klinis.......................................................................................11
F. Penatalaksanaan Medis.................................................................................13
G. Pengkajian ...................................................................................................13
H. Pemeriksaan Penunjang................................................................................16
I. Informasi Tambahan.....................................................................................15
J. Analisa Data.................................................................................................17
K. Diagnosa Keperawatan Menurut Prioritas....................................................20
L. Intervensi .....................................................................................................20
A. Kasus .............................................................................................................30
B. Riwayat Keseatan ..........................................................................................31
C. Pola Kesehatan Fungsional............................................................................32
D. Analisa Data...................................................................................................43
E. Diagnosa Prioritas..........................................................................................46
F. Intervensi Keperawatan..................................................................................47
ii
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pembahasan Kasus.........................................................................................50
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan..........................................................................................................56
5.2 Saran.....................................................................................................................56
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ketuban pecah dini merupakan salah satu kelainan dalam kehamilan. Ketuban
pecah dini merupakan masalah penting dalam ilmu obstetri, karena berkaitan dengan penyulit
yang berdampak buruk terhadap kesehatan dan kesejahteraan maternal maupun terhadap
pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterin, sehingga hal ini dapat meningkatkan
masalah kesehatan di Indonesia (Soewarto, 2010). Ketuban pecah dini adalah keadaan
pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan. Bila ketuban pecah dini terjadi sebelum usia
kehamilan 37 minggu disebut ketuban pecah dini pada kehamilan premature. Dalam keadaan
normal 8 – 10 % perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban pecah dini. Ketuban pecah
dini dalam persalinan secara umum disebabkan oleh kontraksi uterus dan peregangan
berulang. Selaput ketuban pecah Karena pada daerah tertentu terjadi perubahan biokimia
yang menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh, bukan seluruh selaput ketuban rapuh
585.000 ibu meninggal tiap tahun saat hamil atau bersalin. Di Indonesia menurut Survei
Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2003/2004 Angka Kematian Ibu (AKI) masih
cukup tinggi, yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup. Menurut data yang diperoleh dari
Medical Record Rumah Sakit Umum Daerah ,pada tahun 2014 dan 2015 kejadian ketuban
1
pecah dini merupakan komplikasi yang dominan. Pada tahun 2014, dari 1488 orang pasien
ibu hamil yang dirawat inap, terdapat 231 pasien dengan diagnosis ketuban pecah dini.
Sedangkan pada tahun 2015 terdapat peningkatan kasus, yaitu dari 1498 orang pasien ibu
hamil yang dirawat inap terdapat 266 orang pasien yang didiagnosis ketuban pecah dini
pada kehamilan preterm insidensinya 2 % dari semua kehamilan (Sualman, 2009). Kejadian
ketuban pecah dini di Amerika Serikat terjadi pada 120.000 kehamilan per tahun dan
berkaitan dengan resiko tinggi terhadap kesehatan dan keselamatan ibu, janin dan neonatal
(Mercer, 2003). Sebagian besar ketuban pecah dini pada kehamilan preterm akan lahir
sebelum aterm atau persalinan akan terjadi dalam satu minggu setelah selaput ketuban pecah.
Sekitar 85% morbiditas dan mortalitas perinatal disebabkan oleh prematusitas. Ketuban
pecah dini merupakan salah satu penyebab prematuritas dengan insidensi 30 % sampai
dengan 40 % (Sualman,2009).
Ketuban pecah dini belum diketahui penyebab pastinya, namun terdapat beberapa
kondisi internal ataupun eksternal yang diduga terkait dengan ketuban pecah dini. Yang
termasuk dalam faktor internal diantaranya usia ibu, paritas, polihidramnion, inkompetensi
serviks dan presentasi janin. Sedangkan yang termasuk dalam faktor eksternal adalah infeksi
dan status gizi. Beberapa penelitian yang menunjukkan adanya keterkaitan dengan infeksi
pada ibu. Infeksi dapat mengakibatkan ketuban pecah dini karena agen penyebab infeksi
tersebut akan melepaskan mediator inflamasi yang menyebabkan kontraksi uterus. Hal ini
2
dapat menyebabkan perubahan dan pembukaan serviks, serta pecahnya selaput ketuban
(Sualman, 2009).
Komplikasi yang dapat timbul oleh polihidramnion salah satunya adalah ketuban
pecah dini. Hal ini terjadi karena terjadinya peregangan berlebihan pada selaput ketuban
(Taber, 2012). Ketuban pecah dini juga mungkin terjadi akibat kondisi serviks yang
menonjol keluar dari serviks dan dapat ruptur. Selanjutnya, faktor presentasi dan letak janin
juga diduga berperan dalam terjadinya ketuban pecah dini, hal ini terjadi karena tekanan
terhadap selaput ketuban menjadi tidak merata jika janin tidak dalam presentasi kepala
(Maryunani,2013).
kondisi yang mempengaruhi keselamatan dan kesehatan kehamilan dapat dipahami oleh
masyarakat, terutama ibu hamil. Dengan demikian diharapkan dapat menjadi pegangan dalam
usaha pencegahan atau preventif dalam rangka menurunkan angka ketuban pecah dini,
sehingga komplikasi yang tidak diinginkan pada ibu dan janin dapat dihindari. Hal ini dalam
rangka meningkatkan keselamatan dan kesehatan, khususnya maternal dan perinatal, serta
B. Rumusan Masalah
Ketuban pecah dini adalah keadaan dimana ketuban pecah diwaktu yang tidak tepat.
Adapun keluarnya rembesan sebelum janin keluar adalah gejala yang dialami oleh ibu pada
ketuban pecah dini. Efek samping dari Ketuban Pecah Dini pada bayi berupa kelahiran
prematur, sindroma gangguan pernapasan, sepsis (infeksi darah) dan kematian. Sedangkan
3
pada Ibu menimbulkan resiko infeksi, dan abrupsio plasenta (plasenta terlepas dari dinding
rahim).
“Bagaimana Proses Asuhan Keperawatan Pada Ny.S Dengan Masalah Ketuban Pecah Dini
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui Proses Asuhan Keperawatan Pada Ny.S Dengan Ketuban Pecah
2. Tujuan khusus
disusun pada pada Ny. S dengan Ketuban Pecah Dini di Ruang Flamboyan RSUD Y
pada pada Ny. S dengan Ketuban Pecah Dini di Ruang Flamboyan RSUD Y.
4
D. Manfaat
1) Manfaat Akademik
penyusunan asuhan keperawatan dengan masalah ketuban pecah dini pada sistem
Diharapkan hasil ini dapat menjadi tolak ukur dalam memberikan tindakan
pada masalah ketuban pecah dini pada sistem reproduksi khususnya dalam bidang
keperawatan.
tentang ketuban pecah dini (KPD) pada ibu hamil, sehingga dapat mengurangi angka
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya/rupturnya selaput amnion
sebelum dimulainya persalinan yang sebenarnya atau pecahnya selaput amnion
sebelum usia kehamilannya mencapai 37 minggu dengan atau tanpa kontraksi.
(mitayani,2011.buku keperawatan maternitas,hal:74)
Ketuban pecah dini didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktu
nya melahirkan,hal ini dapat terjadi pada akhirnya kehamilan maupun jauh sebelum
waktunya melahirkan,(sujiyati,2009,asuhan patologi kebidanan,hal:13)
Ketuban pecah dini (KPD) merupakan pecahnya selaput janin sebelum
proses persalinan dimulai,pada usia kurang dari 37 minggu.(errol norwiz,dan
john,obstetric dan ginekologi,2007,hal:56)
Kesimpulan Ketuban pecah dini adalah pecah/rupturnya selaput amnion
sebelum dimulainya persalinan,dan sebelum usia kehamilan mencapai 37
minggu,dengan kontraksi atau tanpa kontraksi.
B. Etiologi
Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan
membran atau meningkatnya tekanan intrauterin atau oleh kedua faktor tersebut.
Berkurangnya kekuatan membran disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal
dari vagina dan serviks. Selain itu ketuban pecah dini merupakan masalah kontroversi
obstetri. Penyebab lainnya adalah sebagai berikut :
a. Inkompetensi serviks (leher rahim)
Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada otot-otot
leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah, sehingga sedikit
membuka ditengah-tengah kehamilan karena tidak mampu menahan desakan janin
yang semakin besar. Adalah serviks dengan suatu kelainan anatomi yang nyata,
6
disebabkanlaserasi sebelumnya melalui ostium uteri atau merupakan suatu kelainan
congenital pada serviks yang memungkinkan terjadinya dilatasi berlebihantanpa
perasaan nyeri dan mules dalam masa kehamilan trimester kedua atau awal trimester
ketiga yang diikuti dengan penonjolan dan robekan selaput janin serta keluarnya hasil
konsepsi (Manuaba, 2002).
7
Hidramnion akut, volume tersebut meningkat tiba-tiba dan uterus akan mengalami
distensi nyata dalam waktu beberapa hari saja
c. Kelainan letak janin dan rahim : letak sungsang, letak lintang.
d. Kemungkinan kesempitan panggul : bagian terendah belum masuk
PAP (sepalo pelvic disproporsi).
e. Korioamnionitis Adalah infeksi selaput ketuban. Biasanya
disebabkan oleh penyebaranorganism vagina ke atas. Dua factor predisposisi
terpenting adalah pecahnyaselaput ketuban > 24 jam dan persalinan lama.
f. Penyakit Infeksi Adalah penyakit yang disebabkan oleh sejumlah
mikroorganisme yangmeyebabkan infeksi selaput ketuban. Infeksi yang terjadi
menyebabkanterjadinya proses biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk
proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah.
g. Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan
genetik)
h. Riwayat KPD sebelumya
i. Kelainan atau kerusakan selaput ketuban
j. Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23
minggu
C. Patofisiologi
8
akan mengalah sel-sel desidua untuk manufaktur sitokin dan kemudian prostaglandin
yang dimulainya persalinan.
9
PATHWAY
KALA 1 PERSALINAN
E. Komplikasi
1. Infeksi intrauterine
2. Menumbung Tali pusat
3. Prematuritas
4. Distosia
11
F. Penatalaksaan medis
A. Pencegahan
1. Obati infeksi gonokokus, klamidi, dan vaginosis bakterial
2. Diskusikan pengaruh merokok selama kehamilan dan dukung untuk
mngurangi atau berhenti.
3. Motivasi untuk menambah berat badan yang cukup selama hamil
4. Anjurkan pasangan agar menghentikan koitus pada trisemester akhir
bila ada faktor predisposisi.
B. Panduan mengantisipasi : jelaskan pasien yang memiliki riwayat
berikut ini saat prenatal bahwa mereka harus segera melapor bila ketuban peccah.
1. Kondisi yang menyebabkan ketuban pecah dapat mengakibatkan
prolaps tali pusat
a. Letak kepala selain verteks
b. Polihdramnion
2. Herpes aktif
3. Riwayat infeksi streptokus beta hemolitiukus sebelumnya
C. Bila ketuban telah pecah
1. Anjurkan pengkajian secara saksama. Upayakan mengetahui waktu
terjadinya pecahnya ketuban
2. Bila robekan ketuban tampak kasar :
a. Saat pasien berbaring terlentang , tekan fundus untuk melihat adanya
semburan cairan dari vagina.
b. Basahai kapas asupan dengan cairan dan lakukan pulasan pada slide
untuk mengkaji ferning dibawah mikroskop.
c. Sebagian cairan diusapkan kekertas Nitrazene. Bila positif,
pertimbangkan uji diagnostik bila pasien sebelumnya tidak melakukan hubungan
seksual tidak ada perdarahan dan tidak dilakukan pemeriksaan pervagina
menggunakan jeli K-Y.
12
3. Bila pecah ketuban dan / atau tanda kemungkinan infeksi tidak jelas,
lakukan pemeriksaan pekulum steril.
a. aKaji nilai bishop serviks (lihat Nilai Bishop, tabel 5-2).
b. Lakukan kultur serviks hanya bila ada tanda infeksi.
c. Dapatkan spesimen cairan lain dengan lidi kapas steril yang
dipulaskan pada slide untuk mengkaji ferning dubawah mikroskop.
4. Bila usia gestasi kurang dari 37 minggu atau pasien terjangkit herpes
Tipe 2, rujuk ke dokter.
D. Penatalaksanaan konservatif
a. Kebanyakan persalinan dimulai dalam 24-72 jam setelah ketuban
pecah.
b. Kemungkinan infeksi berkurang bila tidak ada alat yang dimasukan
kevagina , kecuali spekulum steril ; jangan melakukan pemeriksaan vagina.
c. Saat menunggu , tetap pantau pasien dengan ketat.
1. Ukur suhu tubuh empat kali sehari ; bila suhu meningkatkan secara
signifikan, dan / atau mencapai 380 C , berikan macam antibiotik dan pelahiran
harus diselesaikankan.
2. Observasi rabas vagina : bau menyengat menyengat, purulen atau
tampak kekuningan menunjukan adanya infeksi.
3. Catat bila ada nyeri tekan dan iritabilitas uterus serta laporkan
perubahan apa pun
E. Penatalaksaan agresif
a. Jel prostaglandin atau misoprostol (meskipun tidak disetujui
penggunaannya) dapat diberikan setelah konsultasi dengan dokter
b. Mungkin dibutuhkan rangkaian induksi pitocin bila serviks tidak
berespons
c. Beberapa ahli menunggu 12 jam untuk terjadinya persalinan. Bila
tidak ada tanda, mulai pemberian pitocin
d. Berikan cairan per IV , pantau janin
13
e. Peningkatan resiko seksio sesaria bila induksi tidak efektif.
f. Bila pengambilan keputusan bergantung pada kelayakan serviks untuk
di indikasi, kaji nilai bishop (lihat label 5-2) setelah pemeriksaan spekulum. Bila
diputuskan untuk menunggu persalinan, tidak ada lagi pemeriksaan yang dilakukan,
baik manipulasi dengan tangan maupun spekulum, sampai persalinan dimulai atau
induksi dimulai
g. Periksa hitung darah lengka bila ketuban pecah. Ulangi pemeriksaan
pada hari berikutnya sampai pelahiran atau lebih sering bila ada tanda infeksi
h. Lakukan NST setelah ketuban pecah ; waspada adanya takikardia
janin yang merupakan salah satu tanda infeksi
i. Mulai induksi setelah konsultasi dengan dokter bila :
1. Suhu tubuh ibu meningkat signifikan
2. takikardia janin
3. Lokia tampak keruh
4. Iritabilitas atau nyeri tekan uterus yang signifikan
5. Kultur vagina menunjukan strepkus beta hemolitikus
6. Hitung darah lengkap menunjukan kenaikan sel darah putih
F. Penatalaksanaan persalinan lebih dari 24 jam setelah ketuban pecah
a. Pesalinan spontas
1 Ukur ssuhu tubuh pasien setiap 2 jam, berikan antibiotik bila ada
demam
2 Anjurkan pemantauan janin internal
3 Beritahu dokter spesialis obstetri dan spesialis anak atau praktisi
perawat neonatus
4 Lakukan kultur sesuai panduan
b. Indikasi persalinan
1) Lakukan secara rutin setelah konsultasi dengan dokter
2) Ukur suhu tubuh setiap 2 jam
14
3) Antibiotik : pemberian antibiotik memiliki beragam panduan , banyak
yang memberikan 1-2 g ampisilin per IV atau 1-2 g Mefoxin per IV ssetiap 6 jam
sebagai profilakis . Beberapa panduan lainnya menyarankan untuk mengukur suhu
tubuh ibu dan DJJ untuk menentuan kapan aantibiotik mungkin diperlukan.(buku
obstetric dan ginekologi,2009,geri morgan)
G. Pengkajian
a) Identitas ibu
b) Riwayat penyakit
a. Riwayat kesehatan sekarang ;ibu dating dengan pecahnya ketuban
sebelum usia kehamilan mencapai 37 minggu dengan atau tanpa komplikasi
b. Riwayat kesehatan dahulu
1. Adanya trauma sebelumnya akibat efek pemeriksaan amnion
2. Sintesi ,pemeriksaan pelvis dan hubungan seksual
3. Infeksi vagiana /serviks oleh kuman sterptokokus
4. Selaput amnion yang lemah/tipis
5. Posisi fetus tidak normal
6. Kelainan pada otot serviks atau genital seperti panjang serviks yang
pendek
7. Multiparitas dan peningkatan usia ibu serta defisiensi nutrisi.
c) Pemeriksaan fisik
a. Kepala dan leher
1. Mata perlu diperiksa dibagian skelra,konjungtiva
2. Hidung ,ada atau tidaknya pembebngkakan konka nasalis .Ada
/tidaknya hipersekresi mukosa
3. Mulut :gigi karies/tidak ,mukosa mulut kering dan warna mukosa gigi,
4. Leher berupa pemeriksaan JVP,KGB Dan tiroid
b. Dada
1. Troraks
15
Inspeksi kesimetrisan dada,jenis oernapasan torakaabdominal,dan tidak
ada retraksi dinding dada.Frekuensi pernapasan normal.
Palpasi :payudara tidak ada pembengkakan
Auskultasi:terdengar Bj 1 dan II di IC kiri/kanan,Bunyi napas normal
vesikuler
2. Abdomen
Inspeksi :ada a/tidak bekas operasi ,striae dan linea
Palpasi:TFU kontraksi ada/tidak ,Posisi ,kansung kemih penuh/tidak
Auskultasi: DJJ ada/tidak.
c. Genitalia
1. Inspeksi :kebersihan ada/tidaknya tanda-tanda
REEDA(Red,Edema,discharge,approxiamately); pengeluaran air ketuban
(jumlah ,warna,bau 0dan lender merah mda kecoklatan .
2. Palpas :pembukaan serviks(0-4)
3. Ekstrimitas :edema ,varises ad/tidak.
d. Pemeriksaan diagnostic
1. Hitung darah lengkap untuk menentukan adanya anemia,infeksi
2. Golongan darah dan faktor Rh
3. Rasio lestin terhadap spingomielin (rasio US):menentukan maturitas
janin
4. Tes ferning dan kertas nitrazine:memastikan pecah ketuban
5. Ultrasonografi ;menentukan usia gestasi ,ukuran janin ,gerakan
jantung janinmdan lokasi plasenta.
6. Pelvimetri ;identifikasi posisi janin
H. Pemeriksaan Penunjang.
1) Pemeriksaan laboratorium
Cairan yang bkeluar dari vagina perlu di periksa warna konsentrasi,baud
an PH nya.Cairan yang keluar dari vagina kecuali air ketuban mungkin juga urine atu
16
secret vagina,Sekret vagina ibu hamil pH :4,5 dengan kertas nitrazin tidak berubah
warna ,tetap kuning .1.a tes lakmus (tes nitrazin),jika kertas lakmus merah berubah
menjadi biru menunjukkan adanya air ketuban (alkalis).Ph air ketuban 7-7,5 darah
dan infeksi vagina dapat menghaslkan tes yang positif palsu .1b. mikroskop (tes
pakis ),dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan dibiarkan
kering.Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran daun psikis
2) Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam
kavum uteri pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit .Namun
sering terjadi kesalahan pada penderita oligohidroamion.Walaupun pendekatan
diagnosis KPD cukup banyak macam dan caranya ,namun pada umunya KPD sudah
bisa terdiagnosis dengan anamnesa dan pemeriksaan sederhana.(buku asuhan
patologi kebidanan,sujiyatini,2009,hal:16-17)
J. ANALISA DATA
Ds : Nyeri Akut
- Mengeluh nyeri
Do :
- Tampak meringis
- Bersikap protektif (waspada,
posisi menghindar nyeri)
- Gelisah
- Frekuensi nadi meningkat
- Sulit tidur
- Tekanan Darah meningkat
- Nafsu makan berubah
- Proses berfikir terganggu
- Menarik diri
- Berfokus pada diri sendiri
- Diaphoresis
17
Ds : Gangguan Rasa
Nyaman
- Mengeluh tidak nyaman
- Mengeluh sulit tidur
- Tidak mampu rileks
- Mengeluh
kedinginan/kepanasan
- Merasa gatal
- Mengeluh mual
Do :
- Gelisah
- Menunjukkan gejala distress
- Tampak merintih/menangis
- Pola eliminasi berubah
- Postur tubuh berubah
- Iritabilitas
Ds : Ansietas
- Merasa bingung
- Merasa khawatir dengan akibat
dari kondisi yang dihadapi
- Sulit berkonsetrasi
- Mengeluh pusing
- Anoreksia
- Palpitasi
- Merasa tidak berdaya
Do :
- Tampak gelisah
- Tampak tegang
- Sulit tidur
- Frekuensi napas meningkat
- Frekuensi nadi meningkat
- Tekanan darah meningkat
- Diaphoresis
- Tremor
- Muka tampak pucat
- Suara bergetar
- Kontak mata buruk
- Sering berkemih
- Berorientasi pada masa lalu
18
Ds : Defisit
Pengetahuan
- Menanyakan masalah yang
dihadapi
Do :
1. Penyakit kronis
2. Efek prosedur invasif
3. Malnutrisi
4. Peningkatan paparan organisme
pathogen lingkungan
5. Ketidakadekuatan pertahanan
tubuh primer :
- Gangguan peristaltik
- Kerusakan integritas
kulit
- Perubahan sekresi pH
- Penurunan kerja siliaris
- Ketuban pecah dini
- Merokok
- Statis cairan tubuh
6. Ketidakadekuatan pertahanan
tubuh sekunder
- Penurunan hemoglobin
- Imununosupresi
- Leukopenia
- Supresi respon inflamasi
- Vaksinasi tidak adekuat
19
K. DIAGNOSA KEPERAWATAN MENURUT PRIORITAS
1. Nyeri akut b.d agen pecedera fisiologis d.d Mengeluh nyeri, tampak meringis,
bersikap protektif (waspada, posisi menghindar nyeri), gelisah, frekuensi nadi
meningkat, sulit tidur, tekanan darah meningkat, nafsu makan berubah, proses
berfikir terganggu, menarik diri, berfokus pada diri sendiri, diaphoresis.
2. Gangguan rasa nyaman b.d gangguan adaptasi kehamilan d.d Mengeluh tidak
nyaman , mengeluh sulit tidur, tidak mampu rileks, mengeluh
kedinginan/kepanasan, merasa gatal, mengeluh mual, gelisah, menunjukkan
gejala distress, tampak merintih/menangis, pola eliminasi berubah, postur
tubuh berubah, iritabilitas.
3. Ansietas b.d ancaman terhadap kematian d.d Merasa bingung, merasa
khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi, sulit berkonsetrasi,
mengeluh pusing, anoreksia, palpitasi, merasa tidak berdaya, tampak gelisah,
tampak tegang, sulit tidur, frekuensi napas meningkat, frekuensi nadi
meningkat, tekanan darah meningkat, diaphoresis, tremor, muka tampak
pucat, suara bergetar, kontak mata buruk, sering berkemih, berorientasi pada
masa lalu.
4. Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi d.d Menanyakan masalah
yang dihadapi, menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran, menunjukkan
persepsi yang keliru terhadap masalah, menjalani pemeriksaan yang tidak
tepat, enunjukkan perilaku berlebihan
(mis.apatis,bermusuhan,agitasi,hysteria).
5. Resiko Infeksi b.d.
No. Perencanaan
Dx Keperawatan
Ke
p
20
1 Setelah dilakukan Manajemen nyeri
tindakan keperawatan
selama 3x24 jam Observasi :
masalah nyeri akut 1. Identifikasi 1. Mengetahui
teratasi dengan kriteria lokasi, lokasi,
hasil : karakteristik, karakteristik,
durasi, durasi, frekuensi,
Indikat Sd Menur frekuensi, kualitas,
or g un kualitas, intensitas, skala
intensitas, nyeri, respons non
Keluh 3 5 skala nyeri, verbal dan faktor
an respons non yang memperberat
verbal dan dan memperingan
nyeri
factor yang nyeri untuk
Merin 3 5 memperberat dilakuka
dan perawatan
gis
memperingan 2. Merilekskan tubuh
Sikap 3 5 nyeri agar nyeri
Teraupetik : berkuran
protekt 3. Mengistirahatkan
if 2. Berikan teknik tubuh pasien
nonfarmakolog 4. Mengatasi nyeri
Gelisa 3 5 yang dirasakan
is untuk
h mengurangi pasien
rasa nyeri 5. Pasien dapat
Kesuli 3 5 3. Fasilitasi mengetahui
tan istirahat dan penyebab, periode
tidur tidur dan pemicu nyeri
4. Pertimbangkan 6. Jika pasien nyeri
Sd Memb jenis dan pasien dapat
g aik sumber nyeri melakukan
dalam tindakan yang
Frekue 3 5 pemilihan dapat mengurangi
nsi strategi nyeri tandap
nadi meredakan dibantu perawat
nyeri 7. Pasien dapat
Edukasi : mengontrol nyeri
yang dirasakan
5. Jelaskan 8. Meredakan nyeri
penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri
21
6. Jelaskan
strategi
meredakan
nyeri
7. Anjurkan
memonitor
nyeri secara
mandiri
Kolaborasi :
8. Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu
2 Setelah dilakukan Manajemen nyeri 1. Mengetahui
tindakan keperawatan lokasi,
selama 3x24 jam Observasi : karakteristik,
durasi, frekuensi,
masalah gangguan rasa 1. Identifikasi kualitas,
nyaman teratasi lokasi intensitas, skala
dengan kriteria hasil : karakteristik, nyeri, respons non
durasi, verbal dan faktor
Indika Sd Menur frekuensi, yang memperberat
tor g un kualitas, dan memperingan
intensitas, nyeri untuk
Keluh 3 5 skala nyeri, dilakuka
an respons non perawatan
tidak verbal dan 2. Merilekskan tubuh
nyama factor yang agar nyeri
memperberat berkuran
n
dan 3. Mengistirahatkan
memperingan tubuh pasien
Gelisa 3 5
nyeri 4. Mengatasi nyeri
h Teraupetik : yang dirasakan
Keluh 3 5 pasien
2. Berikan teknik 5. Pasien dapat
an nonfarmakolog mengetahui
sulit is untuk penyebab, periode
tidur mengurangi dan pemicu nyeri
rasa nyeri 6. Jika pasien nyeri
Gatal 3 5 3. Fasilitasi pasien dapat
istirahat dan melakukan
tidur tindakan yang
22
4. Pertimbangkan dapat mengurangi
jenis dan nyeri tandap
sumber nyeri dibantu perawat
dalam 7. Pasien dapat
pemilihan mengontrol nyeri
strategi yang dirasakan
meredakan 8. Meredakan nyeri
nyeri
Edukasi :
5. Jelaskan
penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri
6. Jelaskan
strategi
meredakan
nyeri
7. Anjurkan
memonitor
nyeri secara
mandiri
Kolaborasi :
8. Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu
3 Setelah dilakukan Reduksi ansietas
tindakan keperawatan
selama 3x24 jam Observasi :
masalah ansietas 1. Identifikasi 1. Mengetahui kapan
teratasi dengan kriteria saat tingkat ansietas dirasakan
hasil : ansietas oleh pasien agar
berubah kita sebagai
Indikat S Menu (mis.kondisi, perawat mudah
or d run waktu, dalam menangani
g stressor) dan masalah ansietas
kemampuan 2. Mengetahui tanda
Verbali 3 5 mengambil – tanda ansietas
keputusan secara verbal dan
sasi
2. Monitor tanda non verbal
23
kebingu – tanda 3. Menumbuhkan
ngan ansietas kepercayaan
(verbal dan kepada pasien
Verbali 3 5 non verbal) agar pasien
sasi Terapeutik : merasa nyaman
khawati kepada perawat
3. Ciptakan 4. Melakukan
r akibat suasana pendekatan
kondisi terapeutik dengan cara
yang untuk komunikasi
dihadap menumbuhkan terpeutik yang
i kepercayaan baik
4. Gunakan 5. Memotivasi
Perilak 3 5 pendekatan pasien untuk
u yang tenang mengontrol
dan kecemasan yang
gelisah
meyakinkan dialami
Perilak 3 5 5. Motivasi 6. Memberikan
mengidentifika penjelasan tentang
u
si situasi yang diagnosis,
tegang memicu pengobatan dan
kecemasan prognosis dengan
S Mem Edukasi : bahasa yang
d baik mudah dipahami
g 6. Informasikan agar pasien tidak
secara faktual cemas
Konsen 3 5 mengenai 7. Mendengarkan
trasi diagnosis, apa yang
pengobatan, dirasakan oleh
Pola 3 5 dan prognosis pasien
tidur 7. Anjurkan 8. Mengurangi rasa
mengungkapka ansietas yang
n perasaan dan dialami pasien
persepsi
Kolaborasi :
8. Kolaborasi
pemberian
obat
antiansietas,jik
a perlu
4 Setelah dilakukan Edukasi kesehatan
tindakan keperawatan
24
selama 3x24 jam Observasi :
masalah defisit
1. Identifikasi 1. Agar pada saat
pengetahuan teratasi
kesiapan, perawat
dengan kriteria hasil : kemampuan menjelaskan
menerima mengenai pasien
Indikato S Men mampu menyimak
informasi dan
r dg urun faktor – faktor 2. Agar pasien
yang dapat memahami
Pertany 3 5 penyakit yang
meningkatkan
aan dan dialaminya
tentang menurunkan 3. Menjadwalkan
masalah motivasi dilakukan edukasi
yang perilaku hidup untuk menjelaskan
dihadap bersih dan tentang penyakit
sehat yang di alami
i
Terapeutik : 4. Agar pasien
memahami
Persepsi 3 5
2. Sediakan tentang penyakit
yang materi dan yang dialami
keliru media 5. Agar pasien dapat
terhada pendidikan menghindari/menc
p kesehatan egah faktor yang
masalah 3. Jadwalkan mempengaruhi
pendidikan kesehatannya
Manjala 3 5 kesehatan 6. Agar pasien dapat
ni sesuai memahami apa
pemerik kesepakatan yang menjadi
4. Berikan penyebab
saan kesempatan terjadinya suatu
yang untuk bertanya penyakit dan dapat
tidak Edukasi : menjaga
tepat kebersihannya
5. Jelaskan faktor agar tidak terkena
risiko yang penyakit
dapat
mempengaruhi
kesehatan
6. Ajarkan
strategi yang
dapat
digunakan
untuk
25
meningkatkan
perilaku hidup
bersih dan
sehat
5 Setelah dilakukan Pencegahan infeksi
tindakan keperawatan
selama 3x24 jam Observasi :
masalah resiko infeksi 1. Monitor tanda 1. Pasien
teratasi dengan kriteria dan gejala mengetahui
hasil : infeksi local tanda dan
dan sistemik gejala penebab
Indikat Sd Menu Terapeutik : resiko, pasien
or g run dapat
2. Batasi jumlah mencegah dan
Demam 3 5 pengunjung menghindari
3. Berikan terjadinya
Kemera 3 5 perawatan infeksi
han kulit pada area 2. Semakin
edema banyak
Nyeri 3 5 4. Cuci tangan pengunjung
sebelum dan maka
Bengka 3 5 sesudah kemungkinan
k kontak dengan tinggi pula
pasien dan terjadinya
lingkungan infeksi
pasien 3. Lakukan
5. Pertahankan perawatan
teknik aseptic kulit apabila
pada pasien ada luka
berisiko tinggi lakukan
Edukasi : perawatan
luka yang
6. Jelaskan tanda teratur agar
dan gejala tidak terjadi
infeksi infeksi
Kolaborasi : 4. Mencegah
terjadinya
7. Kolaborasi penyebaran
pemberian bakteri dan
imunisasi,jika virus
perlu 5. Mencegah
terjadinya
26
penyebaran
virus dan
bakteri
6. Agar pasien
dapat
mengetahui
tanda dan
gejala infeksi
7. Untuk
mencegah
adanya
perkembangbi
akan virus atau
bakteri dalam
tubuh
27
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
KASUS 2
Pengkajian dilakukan pada tanggal 27 Mei 2020 di ruang Flamboyan
RSUD Y dengan data-data sebagai berikut: Identitas Pasien: bernama: Ny. S
usia: 28 tahun, berjenis kelamin: perempuan, dengan alamat: Desa Sentosa
mempunyai status perkawinan: belum menikah secara agama, beragama:
Islamprotestan, suku/bangsa, Sunda; Indonesia, pendidikan terakhir: sarjana,
pekerjaan: guru honorer, diagnosa medik: G1P0A0 dengan ketuban pecah
dini (KPD), nomor rekam medik: 123456,
tanggal masuk rumah sakit (MRS): 25 Mei 2020, tanggal pengkajian: 27 Mei
2020. Penanggung jawab: bernama : Tn. B. Usia: 34 tahun, jenis kelamin:
laki-laki, pendidikan terakhir: sarjana, pekerjaan: wiraswasta, dengan alamat :
Desa Sentosa, hubungan dengan klien: sebagai suami.
Kondisi saat dikaji: (PQRST), P: Provocative/penyebab: penyebabnya
sering membawa motor sendiri selama beaktivitas, Q: Quantity/kualitas:
dirasakan merembes seperti buang air kecil, R: Region/daerah/lokasinya:
keluar melalui jalan 23 lahir, T: Time/waktu: lamanya berlangsung 1 menit
dengan interval hilang muncul 1 menit. Ibu mengatakan indikasi keluar
cairan dari jalan lahir jernih dan tidak berbau sejak pada tanggal 27 Mei 2020
sejak jam 14.00 dan pasien meras cemas. Riwayat menstruasi: Ny. S
mengatakan haid pertama umur 15 tahun dengan siklus haid: 27-28 hari, dan
lamanya: 4-5 hari, banyaknya: 2-3 kali ganti pembalut/hari, teratur, sifat
darah: encer, dan ibu mengatakan tidak ada nyeri saat haid. Riwayat
perkawinan: Status perkawinan belum syah, kawin pertama dengan usia 27
tahun, dengan calon suami umur 34 tahun, sudah berjalan 2 tahun.
28
Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu: tidak ada. Riwayat
kehamilan sekarang: Ny. S mengatakan HPHT tanggal 28 Oktober 2020 ;
HPL: 4 Agustus 2020, umur kehamilan: 29-30 minggu; keluhan-keluhan
pada trimester I : Ibu mengatakan tidak ada keluhan, trimester II: Ibu
mengatakan tidak ada keluhan, trimester III: Ibu mengatakan keluar cairan
melalui jalan lahir sejak tangga 23 mei 2019,
ANC: sebanyak 4 kali di bidan secara teratur; trimester I : 2 kali, trimester II:
1 kali, trimester III: 1 kali. Penyuluhan yang pernah didapat:ibu mengatakan
pernah mendapat penyuluhan tentang gizi ibu hamil, imunisasi TT: ibu
mengatakan pernah mendapat imunisasi TT sebanyak 2 kali saat usia
kehamilan 4 dan 5 bulan.
Riwayat keluarga berencana (KB): ibu mengatakan belum pernah
menggunakan alat kontrasepsi apapun.
Riwayat penyakit:
a) Riwayat penyakit sekarang ibu mengatakan keluar cairan dari jalan lahir
yang berwarna jernih dan tidak berbau sejak tanggal 23 Mei 2020 jam 14.00
WIT.
b) Riwayat penyakit sistemik jantung: ibu mengatakan tidak pernah merasa
nyeri dada, tidak merasa nyeri tekan baik dada maupun perut, pinggang tidak
terasa sakit, tidak pernah merasa sesak tidak pernah menderita penyakit
kuning, mata dan ujung kuku tidak kuning. tidak pernah menderita penyakit
gula dengan gejala sering makan banyak dan minum di malam 24 hari dan
sering buang air kecil, waktu kunjung ke puskesmas mendapat pemeriksaan
tekanan darah 100/90 mmHg, demikian juga dengan riwayat operasi belum
pernah mengalami.
29
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. S
DENGAN DIAGNOSA MEDIS G1P0A0 DENGAN KETUBAN PECAH DINI
(KPD) DI RUANG KEBIDANAN RS A
I. Identitas Klien
A. Identitas Diri Klien
Nama : Ny. S
Tempat/Tgl Lahir :
Umur : 28 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan : Guru honor
Alamat : Desa sentosa
30
Alamat : Desa sentosa
Hubungan dg Klien : Suami
4. Timbulnya keluhan :
Bertahap
Mendadak
5. Faktor yang memperberat :
6. Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya :
Sendiri :
31
banyak dan minum di malam 24 hari dan sering buang air kecil, waktu
kunjung ke puskesmas mendapat pemeriksaan tekanan darah 100/90
mmHg, demikian juga dengan riwayat operasi belum pernah mengalami
- - -
- - -
32
usia kehamilan 4 dan 5
bulan
(diisi trimester I :
apabila Ibu
pasien mengatakan
masih tidak ada
dalam keluhan,
periode trimester II:
33
antenatal) Ibu
mengatakan
tidak ada
keluhan,
trimester III:
Ibu
mengatakan
keluar
cairan
melalui
jalan lahir
sejak tangga
23 mei
2019,
34
A.Persepsi kesehatan
A. Pola nutrisi
1. Sebelum sakit
Makan : 3 kali/hari
Minum : 7-8 kali/hari
Pantangan : Tidak ada
2. Setelah sakit
Makan : 1 kali
Minum : 2 gelas sehari
Pantangan : Tidak ada
B. Pola Eleminasi
1. Sebelum sakit
a. BAB
- Frekuensi : BAB 1 kali/ hari
- Warna : Kuning keoklatan
- Konsistensi: Cair
- Penggunaan pencahar : Tidak
b. BAK
- Frekuensi : 5-6 kali/ hari
- Warna : Kuning jernih
- Bau : Khas urin
2. Setelah sakit
a. BAB
- Frekuensi : BAB 1 kali
- Warna : warna kuning
- Konsistensi: padat
- Penggunaan pencahar : Tidak
35
b. BAK
- Frekuensi : 3 kali dengan menggunakan pispot
- Warna : Kuning jernih
- Bau : Khas urin
C. Pola Aktivitas
1. Perawatan Diri
0 1 2 3 4
Makan/minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Mobilitas di TT
Berpindah
Ambulasi/ROM
Keterangan:
0 : mandiri, 1: alat bantu, 2 : dibantu orang lain, 3 : dibantu orang lain dan
alat,
4 : tergantung total
2. Olah raga
Jenis : tidak ada
Frekuensi : tidak ada
3. Kegiatan di waktu luang : ibu mengatakan mengerjakan pekerjaan rumah
di bantu suami dan memasuki persalinan ibu mengatakan tidak
melakukan aktivitas apapun.
36
4. Pola kerja
Jenis pekerjaan : Tidak ada
Jumlah jam kerja : Tidak ada
Jadwal kerja : Tidak ada
Lain-lain : Tidak ada
37
G. Pola Peran dan Hubungan
ibu mengatakan suami dan seluruh anggota keluarga sangat mendukung.
I. Pola Koping
1. Pengambilan keputusan
Sendiri Dibantu orang lain
J. Keyakinan / Nilai
Psien mengatakaan kehamilan ini direncanakan dengan harapan jenis
kelamin laki-laki atau perempuan sama saja asal sehat dan selamat
C. Head to toe
1. Kepala/leher
38
a. Kepala: rambut: hitam panjang, lurus, tidak mudah dicabut, tidak ada
ketombe, muka: tidak pucat, tidak oedema, tidak ada cloasma
gravidarum
b. Mata : tidak ada oedema, conjungtiva: merah muda, sklera: putih.
c. Hidung: bersih, tidak ada pembesaran polip.
2. Thoraks
a. Dada: dada: normal, simetris
b. Payudara: membesar: normal, tumor: tidak ada, simetris: simetris
kanan dan kiri, areola: hiperpigmentasi, puting susu: menonjol,
kolostrum: belum keluar.
c. Paru – paru
Inspeksi :-
Palpas i :-
Perkusi :-
Auskultasi :-
d. Jantung
Inspeksi :-
Palpasi :-
Perkusi :-
Auskultasi :-
39
3. Abdomen
Inspeksi : pembesaran perut: sesuai dengan tuanya kehamilan,
bentuk perut: memanjang, linea alba/nigra: ada linea nigra, strie
albican/livide: tidak ada,kelainan: tidak ada, pergerakan janin: ada
Auskultasi : DJJ: punctum maximum: kuadran kiri bawah pusat,
frekuensi: 150kali/ menit, teratur/ tidak: teratur.
Palpasi : pergerakan janin dalam 24 jam baik: Leopold I: TFU
2 jari di atas pusat, teraba bulat, lunak, tidak melenting (bokong),
Leopold II: teraba memanjang dan keras, kanan: teraba bagian-bagian
kecil janin (ekstremitas), Leopold III: teraba bulat, keras, melenting
(kepala), Leopold IV: bagian terendah janin belum masuk panggul
(konvergen)
Perkusi :-
Untuk Pasien Antenatal
TFU :....................cm kontraksi : ya
Leopold I : di fundus terdapat bokong
Leopold II : kanan : bagian kecil
Leopold III : presentasi bawah kepala
Leopold IV : Konvergen
Denyut Jantung Janin : 150kali/ menit
Pigmentasi : ada
Linea nigra : ada
Striae : Tidak ada
4. Ekstremitas
a. Nyeri : Tidak
b. Kekakuak gerak : Tidak
c. Refleks : Tidak
d. Edema : Tidak
40
e. Varises : Tidak
5. Kulit
a. Warna :-
b. Integritas :-
c. Turgor :-
6. Genitalia
a. Edema vulva : Tidak
b. Varises : Tidak
c. Keputihan : Tidak
d. Kebersihan :-
e. Condiloma :-
f. Pembesaran kelenjar Bartolini : Tidak
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan USG dilakukan pada tanggal 25 Mei 2020 hasilnya antara lain:
2. Pemeriksaan darah lengkap
a. Hemoglobin (HB): 11 g/dL,
b. jumlah eritrosit: 3,59 10˄ 6/uL.
c. jumlah leukosit: 12.32 10˄ 3/uL.
d. jumlah neutrofil: 10.04 10˄ 3/uL.
VI. TERAPI
Tanggal Jenis terapi dan dosis Indikasi
- - -
41
Senam hamil
Kesiapan mental ibu dan keluarga
Pengetahuan ibu tentang tanda-tanda melahirkan, cara menangani nyeri,
proses persalinan
Perawatan payudara
Perawatan bayi
Perawatan nifas
Menyusui
Dll………………..
( ds dan do)
42
DO:
-jumlah leukosit:
12.32 10˄ 3/uL. Resiko infeksi
-jumlah neutrofil:
10.04 10˄ 3/uL.
-Ttv
TD : 100/ 70
mmHg S : 36,70
C
43
sudah merembes keluar
keluar
DO:
Kecemasan ibu
- tampak cemas terhadap
keselamatan janin
- trimester III: Ibu
dan di rinya
mengatakan keluar
cairan melalui jalan
lahir ansietas
- Ttv
TD : 100/ 70
mmHg S : 36,70
C
44
motor sendiri selama penyebab dan
beraktivitas. akibat kpd
DO:
45
keperawatan selama berubah tingkat
3x24 jam diharapkan ansietas
-monitor tanda tanda
tingkat ansietas
ansietas 2. untuk
menurun
mengetahui
N: pahami situasi
-Khawatir akibat apa sajah
yang membuat
kondisi yang di yang
ansietas
hadapi 3-5 meyebabkan
-motivasi ansietas
-prilaku gelisah3-5
mengidentifikasi
3. untuk
-konsentrasi 3-5 situasi yang memicu
menguraingi
kecemasan
faktor yang
E: jelaskan prosedur, menyebabka
termasuk sensaisi n cemas
yang mungkin dialami
4. untuk
-latih tehnik relaksasi mengetahui
tingkat cemas
K: kolaborasi
pasien
pemberian obat
bromazetpam 18mg 5. untuk
mengurangi
tingkat cemas
pasien
46
keperawatan selama menerima informasi apakah
3x24 jam diharapkan pasien siap
N: sediakan materi
tingkat pengetahuan dan
dan pendidikan
pasien meningkat. menerima
kesehatan
materi yang
Verbalisasi minat
-jadwalkan akan di
dalam belajar 3-5
pendidikan berikan
Kemampuan kesehatan sesuai
2. untuk di
menjelaskan kesepakatan
berikan
pengetahuan
E: jelaskan faktor kepada
tentang suatu topik
resiko yang pasien
3-5
mempengaruhi
3. untuk
kesehatan
mengatur
-ajarkan perilaku waktu pasien
hidup bersih dan belajar
sehat apakah
pasien
bersedia
4. untuk
menghimbau
kepada
pasien faktor
yang
mempngaruh
i kesehatan
47
5. agar pasien
tidak rentang
terkena virus
BAB IV
PEMBAHASAN
48
Berdasarkan hasil kasus asuhan keperawatan yang dilakukan pada Ny. S
dengan diagnosa ketuban pecah dini (KPD) di ruang Flamboyan RSUD Y, maka
dalam bab ini penulis akan membahas kesenjangan teori dan juga akan membahas
kesulitan yang ditemukan dalam memberikan asuhan terhadap Ny. S, dalam
penyusunan asuhan keperawatan kami merencanakan keperawatan yang meliputi
pengkajian perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dengan uraian sebagai berikut:
A. Diagnosa Keperawatan
Tanda-tanda yang dikenali pada awal proses diagnostik dapat dipahami
hanya jika ada penjelasan yang masuk akal untuk tanda –tanda tersebut dengan
konteks suatu situasi, ini adalah proses berfikir aktif ketika perawat mengeksplorasi
pengetahuan dalam memorinya untuk mendapatkan kemungkinan penjelasan data
(PPNI SLKI& SIKI, 2019).
Diagnosa Keperawatan merupakan penilaian klinis terhadap pengalaman atau
respon individu, keluarga, atau komunitas pada masalah kesehatan, pada resiko
masalah kesehatan atau pada proses kehidupan. Diagnosa keperawatan merupakan
bagian vital dalam menentukan asuhan keperawatan yang sesuai untuk membantu
klien mencapai kesehatan yang optimal (SDKI, 2016).
49
Penyebab KPD masih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan secara
pasti. Beberapa laporan menyebutkan faktor-faktor yang berhubungan erat dengan
KPD antara lain:
d. Kehamilan kembar.
e. Trauma.
50
3. Faktor lain yaitu:
a. Golongan darah, akibat golongan darah ibu dan anak yang tidak
sesuai dapat menimbulkan kelemahan bawaan termasuk kelemahan jaringan kulit
ketuban.
Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu: tidak ada. Riwayat
kehamilan sekarang: Ny. S mengatakan HPHT tanggal 28 Oktober 2020 ; HPL: 4
Agustus 2020, umur kehamilan: 29-30 minggu.
51
Diagnosis keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respons
manusia (status kesehatan atau risiko perubahan pola) dari individu atau kelompok.
Perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi
secara pasti untuk menjaga status kesehatan, menurunkan, membatasi, mencegah dan
merubah (Carpenito, 2000).
Diagnosa keperawatan yang muncul berdasarkan teori adalah ansietas,
kesiapan persalinan, kesiapan peningkatan menjadi orangtua, risiko infeksi.
Berdasarkan hasil pengkajian yang didapat, penulis menegakkan 4 (Empat)
diagnosa keperawatan sebagai berikut :
1. Ansietas B. d ancaman terhadap kematian D.d Merasa bingung,
merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi (D.0080)
Ansietas adalah kondisi emosi dan pengalaman subjektif individu terhadap
objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan
individu melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman (SDKI PPNI, 2016)
Penulis menegakan diagnosa ansietas karena saat pengkajian penulis
mendapatkan hasil pasien merasa cemas dengan proses persalinan ini karena
ketubannya sudah merembes keluar.
Diagnosa tersebut kelompok kami prioritaskan karena menjadi keluhan yang
paling dirasakan oleh pasien pada saat itu dan jika apabila masalah tersebut tidak
segera ditangani akan menimbulkan ketidaknyamanan bagi pasien.
52
3. Risiko Infeksi B.d Tidak adanya pelindung bagi rahim (D.0142)
Risiko Infeksi adalah berisiko mengalami peningkatan terserang organisme
patogenik (SDKI PPNI, 2016).
Penulis menegakan diagnosa Risiko Infeksi karena saat pengkajian penulis
mendapatkan hasil pasien keluar cairan dari jalan lahir yang berwarna jernih dan
tidak berbau.
53
jelaskan faktor resiko yang mempengaruhi kesehatan. Hal ini karena untuk
menghimbau kepada pasien faktor yang mempngaruhi kesehatan. Dan tindakan yang
terakhir adalah ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat. Hal ini karena agar pasien
tidak rentang terkena virus.
Pada diagnosa Risiko infeksi yang dilakukan pada pasien Ny. S dengan KPD
diantaranya monitor danda gejala infeksi lokal dan sinistra. Hal ini karena untuk
mengetahui danda infeksi. Tindakan selanjutnya adalah batasi jumlah pengunjung.
Hal ini karena untuk menghindari pasien terkena kuman yang menyebabkan infeksi.
Tindakan selanjutnya adalah jelaskan tanda dan gejala infeksi. Hal ini karen untuk
memberitahu pasien gejala infeksi .Tindakan yang terakhir adalah ajarkan cara
memeriksa luka. Hal ini karena untuk menghindai terinfeksi.
54
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda
persalinan, dan setelah ditunggu satu jam, belum ada tanda persalinan.Waktu sejak
pecah ketuban sampai terjadi kontraksi rahim disebut “kejadianketuban pecah dini”
(periode laten).Kantung ketuban adalah sebuah kantung berdinding tipis, halus,
licin,danberkilau yang berisi cairan ketuban dan janin selama masa kehamilan.
Dindingkantung ini terdiri dari dua bagian. Bagian pertama disebut amnion, terdapat
disebelah dalam. Sedangkan, bagian kedua, yang terdapat di sebelah luar
disebutchorion.
B. Saran
Ibu hamil yang mengalami ketuban pecah dini agar istirahat total,tidak
bersetubuh dan mencatat suhu rektal setiap 6 jam dan datang ke rumah sakit bila
terdapat tanda-tanda amniotinis.
55