POSTNATAL
Disusun Oleh:
RAHMAH TANIA BR DAMANIK
20220305013
A. Post Partum
Post partum merupakan masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa
nifas (puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk
pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya empat sampai dengan enam
minggu (Ingram, Johnson, Copeland, Churchill, & Taylor, 2015).
a. Adaptasi Fisiologis
Periode Post Partum merupakan jangka waktu antara lahirya bayi dengan
kembalinya organ reproduksi ke keadaan normal seperti sebelum hamil.
Terdapat 3 periode post partum, yaitu Immediate post partum periode
merupakan 24 jam pertama setelah post partum, Early post partum periode
merupakan minggu pertama setelah post partum, dan A late periode
merupakan 6 minggu terakhir setelah post partum (Lowdermik, 2013).
Sistem Organ yang berpengaruh pada periode post partum adalah Sistem
Reproduksi, Sistem Endokrin, Sistem Urinarius, Sistem Gastrointestinal,
Sistem Kardiovaskuler, Sistem Neurologi, Sistem Muskuloskeletal, Sistem
Integumen, Sistem Imun, Payudara dan Abdomen.
Menurut Kriebs JM, 2010 Lokia adalah cairan uterus yang berasal dari
pelepasan desidua uterus. Lokia berisi serum dan darah serta lanugo,
verniks kaseosa juga berbagai debris dari hasil produksi konsepsi.
Secara Mikroskopik lokia terdiri dari eritrosit, serpihan desidua, sel-sel
epitel dan bakteri. Mikroorganime ditemukan pada lokia yang
menumpuk di vagina dan pada sebagian besar kasus juga ditemukan
bahkan jika keluaran /dischargediambil pada pada rongga uterus.
(Cunningham FG, et al, 2009) Jumlah total pengeluaran seluruh
periode lokia rata-rata 240-270ml. Menurut Muchtar A, dkk, 2014
Lokia bagi menjadi 4 klasifikasi karena terus terjadi perubahan hingga
minggu ke 4-8 pasca persalinan yaitu Lokia Rubra (merah): hari
pertama sampai hari ketiga /keempat mengandung cukup banyak darah.
Lokia Sanguinalenta (merah kecoklatan): hari 4-7 postpartum,
berwarna merah kecoklatan dan berlendir. Lokia Serosa (pink): hari 8-
14, mengandung serum, lekosit dan robekan/laserasi plasenta. Lokia
Alba (putih): hari 14 – minggu ke 6/8 postpartum, berwarna putih
karena banyak mengandung sel darah putih dan berkurangnya
kandungan cairan.
Selain senam nifas atau berbagai latihan dan tindakan fisioterapi yang
diberikan untuk mengoreksi DRA. Michalsa et al (2018)
menginformaskan Teknik seperti a cruch exercise pada posis supine,
tranversus abdominis training dan Nobel technique dilaporkan dapat
memperbaiki kondisi DRA. Sesuai dengan budaya di Indonesia, ibu
dapat dianjurkan menggunakan stagen, namun demikian exercise lebih
signifikan pengaruhnya terhadap pemulihan DRA.
Pada 2-4 jam pertama hingga beberapa hari postpartum, akan terjadi
diuresis secara cepat karena pengaruh rendahnya estrogen (estrogen
bersifat resistensi cairan) yang menyebabkan volume plasma
mengalami penurunan. Keadaan ini akan kembali normal pada minggu
kedua postpartum.
b. Adaptasi Psikologis
Menurut Maryunani (2009) Adaptasi psikologis secara normal dapat dialami
oleh ibu jika memiliki pengalaman yang baik terhadap persalinan, adanya
tanggung jawab sebagai ibu, adanya anggota keluarga baru (bayi), dan peran
baru sebagai ibu bagi bayinya. Ibu yang baru melahirkan membutuhkan
mekanisme penanggulangan (coping) untuk mengatasi perubahan fisik
karena proses kehamilan, persalinan dan nifas, bagaimana mengembalikan
postur tubuhnya seperti sebelum hamil, serta perubahan yang terjadai dalam
keluarga.Terdapat 3 periode post partum dalam adaptasi Psikologis yaitu
Taking In Phase, Talking Hold, dan Letting Go.
1) Indikasi Medis
Menurut Dewi Y (2011), Ada 3 faktor penentu dalam proses persalinan
yaitu Power merupakan memungkinkan dilakukan operasi caesar,
misalnya daya mengejan lemah, ibu berpenyakit jantung atau penyakit
menahun lain yang mempengaruhi tenaga. Passanger merupakan anak
terlalu besar, anak “mahal” dengan kelainan letak lintang, primi gravida
diatas 35 tahun dengan letak sungsang, anak tertekan terlalu lama pada
pintu atas panggul, dan anak menderita fetal distress syndrome (denyut
jantung janin kacau dan melemah). Dan Passage merupakan Kelainan ini
merupakan panggul sempit, trauma persalinan serius pada jalan lahir atau
pada anak, adanya infeksi pada jalan lahir yang diduga bisa menular ke
anak, umpamanya herpes kelamin (herpes genitalis), condyloma lota
(kondiloma sifilitik yang lebar dan pipih), condyloma acuminata
(penyakit infeksi yang menimbulkan massa mirip kembang kol di kulit
luar kelamin wanita), hepatitis B dan hepatitis C.
2) Indikasi Ibu
Menurut Kasdu (2013) mengatakan bahwa indikasi ibu pada pasien Sectio
Caesaria yaitu Usia Ibu yang melahirkan untuk pertama kali pada usia
sekitar 35 tahun, memiliki resiko melahirkan dengan operasi. Apalagi pada
wanita dengan usia 40 tahun ke atas. Tulang Panggul yaitu Cephalopelvic
diproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan
ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak melahirkan
secara alami. Persalinan Sebelumnya dengan sectio caesarea, persalinan
melalui bedah caesar tidak mempengaruhi persalinan selanjutnya harus
berlangsung secara operasi atau tidak. Apabila memang ada indikasi yang
mengharuskan dilakukanya tindakan pembedahan, seperti bayi terlalu
besar, panggul terlalu sempit, atau jalan lahir yang tidak mau membuka,
operasi bisa saja dilakukan. Faktor Hambatan Jalan Lahir yang kaku
sehingga tidak memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan
kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek, dan ibu sulit bernafas.
Kelainan Kontraksi Rahim lemah dan tidak terkoordinasi (inkordinate
uterine action) atau tidak elastisnya leher rahim sehingga tidak dapat
melebar pada proses persalinan, menyebabkan kepala bayi tidak terdorong,
tidak dapat melewati jalan lahir dengan lancar. Ketuban Pecah Dini yaitu
Robeknya kantung ketuban sebelum waktunya dapat menyebabkan bayi
harus segera dilahirkan. Kondisi ini membuat air ketuban merembes ke
luar sehingga tinggal sedikit atau habis. Air ketuban (amnion) adalah
cairan yang mengelilingi janin dalam rahim (Kasdu, 2013).
3) Indikasi Janin
Menurut (Fleeson et al., 2017) mengatakan bahwa indikasi janin pada
pasien Sectio Caesaria yaitu Ancaman Gawat Janin (fetal distress) yaitu
Detak jantung janin melambat, normalnya detak jantung janin berkisar
120- 160. Namun dengan CTG (cardiotography) detak jantung janin
melemah, lakukan segera sectio caesarea segara untuk menyelematkan
janin. Dan Letak Sungsang merupakan Letak yang demikian dapat
menyebabkan poros janin tidak sesuai dengan arah jalan lahir. Pada
keadaan ini, letak kepala pada posisi yang satu dan bokong pada posisi
yang lain.
4) Indikasi Faktor Plasenta
Menurut Kasdu, (2013) Adapun factor plasenta yang menyebabkan
indikasi Sectio Caesaria yaitu Plasenta previa merupakan Posisi plasenta
terletak dibawah rahim dan menutupi sebagian atau selruh jalan lahir.
Plasenta lepas (Solution placenta) merupakan Kondisi ini merupakan
keadaan plasenta yang lepas lebih cepat dari dinding rahim sebelum
waktunya. Plasenta accrete Merupakan keadaan menempelnya plasenta di
otot rahim. Pada umumnya dialami ibu yang mengalami persalinan yang
berulang kali, ibu berusia rawan untuk hamil (di atas 35 tahun), dan ibu
yang pernah operasi (operasinya meninggalkan bekas yang menyebabkan
menempelnya plasenta. Prolapsus tali pusat (tali pusat menumbung)
keadaan penyembulan sebagian atau seluruh tali pusat. Pada keadaan ini,
tali pusat berada di depan atau di samping atau tali pusat sudah berada di
jalan lahir sebelum bayi. Terlilit tali pusat Lilitan tali pusat ke tubuh janin
tidak selalu berbahaya. Selama tali pusat tidak terjepit atau terpelintir
maka aliran oksigen dan nutrisi dari plasenta ke tubuh janin tetap aman.
(Kasdu, 2013)
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN POST PARTUM
A. Pengkajian Pengkajian pada ibu post partum menurut Ilma (2017) yaitu :
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan?
a) Bagaimana keadaan ibu saat ini?
b) Bagaimana perasaan ibu pasca persalinan?
b. Pola nutrisi dan metabolik
a) Apakah ibu merasa haus pasca persalinan?
b) Apakah klien merasa lapar setelah melahirkan?
c) Apakah ibu tidak nafsu makan dan merasa mual muntah?
d) Apakah terjadi penurunan berat badan?
c. Pola aktivitas
a) Apakah klien merasa lelah setelah melahirkan?
b) Apakah klien toleransi terhadap aktivitas ringan atau sedang?
c) Apakah klien terlihat mengantuk?
d. Pola eliminasi
a) Apakah ada deuresis pasca persalinan?
b) Apakah klien perlu bantuan saat BAK atau BAB?
e. Pola istirahat dan tidur
a) Apakah ada ketidaknyamanan yang menggangu istirahat?
b) Seberapa lamanya klien saat tidur?
f. Pola persepsi dan konsep diri
a) Bagaimana pandangan klien terhadap dirinya saat ini?
b) Apakah ada permasalahan perubahan penampilan tubuhnya yang dialami saat
ini?
B. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
a) Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital
b) Pengkajian edema
c) Pemeriksaan reflek
d) Kaji adanya varises
e) Kaji Cortical Vertebra Area Tenderness (CVAT)
b. Payudara
a) Pengkajian area areola ( pecah, pendek, rata)
b) Kaji adanya abses
c) Kaji adanya nyeri tekan
d) Observasi adanya pembengkakan atau ASI terhenti
e) Kaji pengeluaran ASI
c. Uterus
a) Observasi posisi uterus atau TFU
b) Kaji adanya kontraksi uterus
c) Observasi ukuran kandung kemih
d. Uterus
a) Observasi posisi uterus atau TFU
b) Kaji adanya kontraksi uterus
c) Observasi ukuran kandung kemih
C. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri Akut
2. Resiko Infeksi Berhubungan Dengan Trauma Jaringan
3. Gangguan Mobilitas Fisik
D. Intervensi
Diagnosa Keperawatan NOC NIC
No.
Kode Diagnosis Kode Kriteria Hasil Kode INTERVENSI
1. 00132 Nyeri Akut 1605 Kontrol Nyeri 1400 Manajemen Nyeri
Lakukan
Definisi Setelah dilakukan asuhan pengkajian nyeri
Pengalaman sensorik dan keperawatan 3x24 komperehensif
emosional tidak jam, pasien dapat yang meliputi
menyenangkan mengontrol nyeri lokasi,
berkaitan dengan dengan kriteria hasil : karakteristik,
kerusakan jaringan Mengenali kapan frekuensi dan
aktual atau potensial, nyeri terjadi kualitas,
atau digambarkan Menggambarkan intensitas serta
sebagai suatu faktor penyebab apa yang
kerusakan Menggunakan mengurangi nyeri
(International tindakan dan faktor
Association for the pencegahan pemicu.
Study of Pain); awitan Menggunakan Berikan
yang tiba-tiba atau tidakan informasi
lambat dengan pengurangan mengenai nyeri,
intensitas ringan (nyeri) tanpa seperti penyebab
hingga berat, dengan analgesik nyeri, berapa
berakhirnya dapat Menggunakan lama nyeri akan
diantisipasi atau analgesik yang dirasakan, dan
diprediksi dengan direkomendasikan antisipasi dari
durasi dari 3 bulan. Melaporkan ketidaknyamanan
perubahan terhadap akibat prosedur.
Batasan Karakteristik : gejala nyeri pada Ajarkan prinsip-
Perubahan selera professional prinsip
makan kesehatan manajemen nyeri
Perubahan pada Melaporkan gejala Dorong pasien
parameter yang tidak untuk memonitor
fisiologis terkontrol pada nyeri dan
Diaphoresis professional menangani
Perilaku distraksi kesehatan nyerinya dengan
Bunyi nyeri Mengenali apa tepat.
dengan yang terkait dengan Dorong pasien
menggunaka gejala nyeri untuk
standar daftar Melaporkan nyeri menggunakan
periksa nyeri yang terkontrol obat-obatan
untuk pasien yang penurun nyeri
tidak dapat yang adekuat.
mengungkapkanny Tingkat Nyeri Dukung
a 2102 istirahat/tidur
Nyeri yang
Perilaku ekspresif dilaporkan yang adekuat
Ekspresi wajah Mengerang dan untuk membantu
nyeri menangis penurunan nyeri.
Sikap tubuh Ekspresi nyeri
melindungi area wajah 6040 Terapi Relaksasi
nyeri Tidak bisa Gambarkan
Putus asa beristirahat rasionalisasi dan
Focus pada diri Agitasi manfaat relaksasi
sendiri Iritabilitas serta jenis
Keluhan tentang Berkeringat relaksasi yang
intensitas berlebihan tersedia
menggunakan Kehilangan nafsu (misalnya music,
standar skala nyeri makan meditasi,
kimiawi memungkinkan.
Perawatan Luka
3660 Monitor
karakteristik luka,
termasuk
drainase, warna,
ukuran dan bau
Pertahankan
teknik balutan
luka steril ketika
melakukan
perawatan luka,
dengan tepat
Periksa luka
setiap kali
perubahan
balutan
Bandingkan dan
catat setiap
perubahan luka
Anjurkan pasien
dan keluarga
pada prosedur
perawatan luka
Anjurkan pasien
dan keluarga
mengenai tanda
dan gejala infeksi
Dokumentasikan
lokasi luka,
ukuran dan
tampilan
3. 00085 Gangguan mobilitas
1105 - Penurunan 0221 - Beri pasien
fisik motoric halus. pakaian yang
- Ganguan sikap tidak
berjalan. mengekang.
- Penurunan - Bantu pasien
ketrampilan untuk duduk di
motoric kasar. sisi tempat tidur
- Penurunan rentang di temoat yang
gerak. mudah
- Kesulitan dijangkau.
membolak-balik - Terapkan/
posisi. sediakan alat
- Ketidaknyamanan bantu (tongkat,
melakukan walker, atau
aktivitas lain kursi roda) untuk
sebagai pengganti ambulasi, jika
pergerakan. pasien tidak
- Berjalan dengan stabil.
pelan. - Bantu pasien
- Berjalan dengan dengan ambulasi
kecepatan sedang. awal.
- Berjalan menuruni - Instruksikan
tangga pasien mengenai
- Berjalan dalam pemindahan dan
jarak yang jauh teknik ambulasi
Gangguan sikap yang aman.
berjalan. - Monitor
penggunaan kruk
pasien atau alat
bantu berjalan
lainnya.
Bantu pasien untuk
berdiri dan
ambulasi dengan
jarak tertentu.
E. Implementasi
Implementasi merupakan salah satu bagian dalam proses
keperawatan dengan melakukan tindakan keperawatan yang dilakukan dan
disesuaikan dengan intervensi atau perencanaan dan perwujudan dari tahap
perencanaan yang telah dibuat tujuannya untuk mencapai tujuan ataupun
kriteria hasil yang telah ditentukan (Sri Wahyuni, 2016). Implementasi yang
dilakukan dalam studi kasus ini seperti mengobservasi status kesehatan anak
dan imunisasi anak, memberikan pendidikan kesehatan untuk
mengembangkan keterampilan pengasuhan, mengajarkan orangtua untuk
menanggapi isyarat bayi. Penulis juga melakukan implementasi dari
intervensi pendukung seperti : mengajarkan ibu cara menyusui,
menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya setiap 2 jam, mengajarkan
orangtua cara memandikan bayi dengan memperhatikan suhu, mengajarkan
orangtua cara perawatan tali pusat, menganjurkan mengganti popok segera
jika basah, dan menganjurkan orangtua untuk menyendawakan bayi setelah
disusui.
F. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan tahap yang paling akhir dalam
proses keperawatan, dimana perawat melakukan penilaian apakah tujuan
ataupun kriteria hasil yang telah ditentukan tercapai atau tidak. Pengisian
format yang dipakai adalah SOAP (Sri Wahyuni, 2016). Capaian yang
diharapkan pada evaluasi ini adalah tingkat pengetahuan ibu primipara
dengan masalah pencapaian peran menjadi orangtua akan meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Aprilianti, A. (2019). Asuhan Keperawatan Keluarga Ibu Post Partum Pada Ny. F Dan
Ny. S Dengan Masalah Keperawatan Kesiapan Meningkatkan Pemberian ASI Di
Wilayah Kerja Puskesmas Rogotrunan Kabupaten Lumajang
Tri, A. M., & Niken, S. (2019). Teknik Relaksasi Nafas Dalam Untuk Menurunkan
Skala Nyeri Pada Pasien Post Operasi Sectio Caesarea. 3(2),
19–25.https://doi.org/10.33655/mak.v3i2.70
Womakal, S. S. (2018). Karya Tulis Ilmiah Studi Kasus Pada Ny.M.T Dengan Post
Partum Normal Di Ruang Flamboyan RSUD. Prof. DR.W.Z. Johannes Kupang