Anda di halaman 1dari 48

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM


TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL MARAH PADA
PASIEN DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN

Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Skripsi Pada Program
Studi Sarjana Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
(STIKes) Indramayu

Oleh :

RAHMAH TANIA BR DAMANIK


NIM R.17.01.054

YAYASAN INDRA HUSADA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
INDRAMAYU
2021
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

“Proposal penelitian ini adalah hasil karya sendiri, dan semua sumber

pustaka yang menjadi rujukan dalam penyusunan proposal penelitian ini telah saya

nyatakan dengan benar. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa proposal

penelitian ini merupakan hasil plagiat/pemalsuan/penyuapan/pertukangan maka

saya siap menerima sanksi yang berlaku di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

(STIKes) Indramayu dengan segala resiko yang harus saya tanggung”.

Nama : Rahmah Tania br Damanik

NIM : R.17.01.054

Tanggal : 10 Mei 2021

Tanda tangan :
Materai
Rp.10.000,-

ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Rahmah Tania br Damanik

Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 21 Juni 1999

Agama : Islam

Alamat : Dsn VII Pekan Prapat Janji. Kec. Buntu Pane.

Kab. Asahan.

Pendidikan:

1. SMA Negeri 1 Buntu Pane : Tahun 2014-2017

2. SMP Negeri 1 Buntu Pane : Tahun 2011-2014

3. SD Negeri Prapat Janji : Tahun 2005-2011

4. TK Permata Bunda : Tahun 2003-2005

Pekerjaan : Mahasiswa

iii
LEMBAR PERSETUJUAN

Nama Mahasiswa : Rahmah Tania br Damanik

NIM : R.17.01.054

Judul : “Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap

Kemampuan Mengontrol Marah Pada Pasien Dengan

Risiko Perilaku Kekerasan”

Proposal ini telah disetujui dan siap untuk diseminarkan

Indramayu, 10 Mei 2021

Oleh :

Pembimbing I

Bambang Eryanto, S.Kep., Ns., M.Kep.


NIK. 043 213 085

Pembimbing II

Eka Juwita Handayani, S.Kep., Ns., M.Kep.


NIK. 043 213 150

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

berkat rahmat dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan proposal

literature review yang berjudul “Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam

Terhadap Kemampuan Mengontrol Marah Pada Pasien Dengan Risiko

Perilaku Kekerasan”. Penyusunan proposal ini dilakukan dalam rangka

memenuhi salah satu syarat untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Skripsi Sarjana

Keperawatan pada Program Studi Sarjana Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Indramayu. Penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari

berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai penyusunan proposal ini, sangatlah

sulit bagi penulis dalam menyelesaikan proposal ini. Oleh karena itu, penulis

mengucapkan terimakasih kepada pihak – pihak yang telah membantu dan

membimbing, diantaranya:

1. Drs. H. Turmin, B.Sc. Ketua Pengurus Yayasan Indra Husada

Indramayu, yang telah menjadi inspirator bagi kami

2. M. Saefulloh, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan (STIKes) Indramayu, yang telah memberikan motivasi kepada kami

3. Wayunah, S.Kp., M.Kep. selaku Ketua Program Studi Sarjana

Keperawatan, yang senantiasa mendidik, mengarahkan dan memotivasi kami

4. Bambang Eryanto, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku pembimbing I yang

senantiasa membimbing, mengarahkan, memotivasi dan memberikan masukan

selama proses penyusunan proposal

v
5. Eka Juwita Handayani, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku pembimbing II yang

senantiasa membimbing, mengarahkan, memotivasi dan memberikan masukan

selama proses penyusunan proposal

6. Alvian Pristy W, S.Kep., Ns., M.Kep. dan Novi Dwi Irmawati, S.Kep.,

Ns. M.Kep. selaku wali kelas Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes

Indramayu angkatan 2017 yang selalu memberikan pengarahan, bimbingan,

semangat dan motivasi kepada kami

7. Seluruh dosen dan staf karyawan Program Studi Sarjana Keperawatan

STIKes Indramayu

8. Kedua orang tua peneliti yang selalu mendukung dan memberikan

semangat baik moril maupun materil, serta senantiasa selalu mendoakan peneliti

untuk sukses

9. Teman-teman seperjuangan di Program Studi Sarjana Keperawatan

STIKes Indramayu angkatan 2017, yang senantiasa saling memberikan motivasi

dan dukungan kepada peneliti

10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang selalu

memberikan dukungan dan motivasi dalam proses penyusunan skripsi ini

Semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi peneliti dan bagi para pembaca

khususnya mahasiswa keperawatan. Kritik dan saran yang bersifat membangun

sangat diperlukan untuk memperbaiki proposal penelitian ini.

Indramayu, 10 Mei 2021

Penulis

vi
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN COVER i
HALAMAN ORISINALITAS ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP iii
LEMBAR PERSETUJUAN iv
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI vii
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR SINGKATAN xi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah....................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian......................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian....................................................................... 5
E. Ruang Lingkup Penelitian........................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Resiko Perilaku Kekerasan.......................................................... 7
B. Relaksasi Nafas Dalam................................................................ 15
C. Hasil Penelitian Yang Relevan.................................................... 19
D. Kerangka Teori............................................................................ 20

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL


A. Kerangka Konsep Penelitian....................................................... 21
B. Definisi Operasional.................................................................... 22

vii
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian.................................................................. 23
B. Sumber Artikel............................................................................ 23
C. Kriteria Inklusi dan Eksklusi....................................................... 24
D. Waktu Pelaksanaan Penelitian..................................................... 25
E. Prosedur Penelitian dan Seleksi Artikel...................................... 26
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

viii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel 22

Tabel 4.1 Kriteria Inklusi dan Ekslusi Penelitian 25

Tabel 4.2 Waktu Pelaksanaan Kegiatan 26

ix
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Rentang Respon Marah 8

Gambar 2.2 Kerangka Teori faktor- faktor penyebab kemarahan 20

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian 21

Gambar 4.1 Skema pencarian jurnal dan seleksi artikel 28

x
DAFTAR SINGKATAN

ART : Anggota Rumah Tangga

BPS : Badan Pusat Statistik

Depkes : Departemen Kesehatan

DI Yogyakarta : Daerah Istimewa Yogyakarta

Kab : Kabupaten

Kec : Kecamatan

Kemenkes : Kementrian Kesehatan

PPDGJ III : Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III

PRISMA : Preferred Reporting Items for Systematic Reviews &Meta-

analyses

NIMH : National Institute Of Mental Healt

RI : Republik Indonesia

Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar

SD : Sekolah Dasar

SMP : Sekolah Menengah Pertama

SMA : Sekolah Menengah Atas

STIKes : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

WHO : World Health Organization

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gangguan kejiwaan adalah suatu keadaan gangguan pada fungsi kejiwaan

seseorang. Fungsi kejiwaan meliputi proses berfikir, emosi, kemauan, dan perilaku

psikomotorik termasuk bicara. (Nasir & muhith 2011). Pedoman penggolongan dan

diagnosis gangguan jiwa (PPDGJ III) lebih lanjut menjelaskan mengenai gangguan

kejiwaan sebagai sindrom pola perilaku seseorang yang secara khas berkaitan

dengan suatu gejala penderitaan (distress) atau hendaya (impairment) di dalam atau

lebih fungsi yang penting dari manusia, yaitu fungsi psikologik, perilaku, biologik,

dan gangguan itu tidak hanya terletak di dalam hubungan antara orang itu tetapi

juga dengan masyarakat (Maramis dalam Yusuf dkk, 2013).

World Health Organization (WHO) pada tahun 2019 terdapat 264 juta

orang mengalami depresi, 45 juta orang menderita gangguan bipolar, 50 juta orang

mengalami demensia dan penderita skizofrenia melebihi 20 juta jiwa di seluruh

dunia. Riskesdas Tahun 2018 menunjukan prevalensi gangguan jiwa skizofrenia

sebanyak 7% per 1000 rumah tangga. Hal ini menunjukan bahwa 70 rumah tangga

dari 1000 rumah tangga di Indonesia mempunyai anggota rumah tangga (ART)

dengan pengidap skizofrenia. Provinsi Bali menduduki peringkat pertama dengan

prevalensi 11,1%, dan DI Yogyakarta dengan prevalensi 10,4% per 1000 rumah

tangga yang memiliki ART dengan pengidap skizofrenia. Selanjutnya diikuti oleh

1
2

provinsi-provinsi lain diantaranya: Provinsi Nusa Tenggara Barat, Sumatera Barat,

Sulawesi Selatan, Aceh, Jawa Tengah, Sulawesi Tengah, Sumatera Selatan,

Kalimantan Barat dan terakhir di tempati oleh Kepulauan Riau dengan presentase

3% (Riskesdas, 2018).

Skizofrenia memiliki tanda dan gejala seperti halnya waham, halusinasi,

perubahan arus pikir (arus pikir terputus, inkoheren, neologisme), perubahan

perilaku (hiperaktif, agitasi, iritabilitas) sedangkan sisi negatifnya seperti sikap

tidak peduli, tiba – tiba berhenti berbicara, menarik diri dari lingkungan,

menurunnya bersosialisasi dengan lingkungan, dan perilaku kekerasan. Perilaku

kekerasan akibat masalah gangguan jiwa perlu mendapatkan penanganan dengan

diagnosa keperawatan yang tepat. Adapun penanganannya yaitu dengan risiko

perilaku kekerasan (RPK). Berdasarkan data Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali pasien

yang mengalami risiko perilaku kekerasan cenderung mengalami peningkatan

setiap tahunnya. Pada tahun 2017 tercatat pasien yang mengalami risiko perilaku

kekerasan sebanyak 687 orang, pada tahun 2018 tercatat pasien yang mengalami

risiko perilaku kekerasan sebanyak 1153 orang, dan pada tahun 2019 tercatat pasien

yang mengalami risiko perilaku kekerasan sebanyak 1265 orang.Data BPS (2015)

menjelaskan prevalensi orang dengan gangguan jiwa di Indonesia mencapai 15,3%

dari 259,9 juta jiwa penduduk Indonesia (keliat, 2015).

Risiko perilaku kekerasan merupakan perilaku seseorang yang menunjukan

bahwa ia dapat membahayakan diri sendiri, orang lain dan lingkungan, baik secara

fisik, emosional, seksual, dan verbal (Sutejo, 2018). Perilaku kekerasan merupakan

STIKes Indramayu
3

suatu keadaan yang mengeskpresikan perasaan marah, takut atau ketidakberdayaan

terhadap situasi.

Tanda dan gejala perilaku kekerasan diantaranya mengancam, mengumpat

dan berkata – kata kasar, suara keras, bicara ketus, menyerang orang lain, melukai

diri sendiri atau orang lain, merusak lingkungan, perilaku agresif atau amuk, mata

melotot atau pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah memerah

dan postur tubuh kaku (PPNI, 2016). Apabila perilaku kekerasan tidak

ditanggulangi akan mempunyai dampak yang sangat buruk, seperti risiko tinggi

mencederai diri sendiri, memukul, melukai orang lain, dan juga merusak

lingkungan. Hal ini dapat terjadi diakibatkan karena ketidakmampuan seseorang

dalam mengendalikan amarah secara konstruktif (Prabowo, 2014).

Penanganan yang digunakan untuk mengurangi risiko perilaku kekerasan

dengan terapi mengontrol perilaku kekerasan secara fisik seperti relaksasi dan

memukul bantal (Keliat, Akemat, Hekena, & Nurhaeni, 2011). Penanganan pada

pasien yang mempunyai riwayat risiko perilaku kekerasan dapat dilakukan dengan

cara medis dan non medis yang bertujuan untuk kemampuan pasien melakukan

relaksasi. Secara medis yaitu antianxiety dan sedative hipnotocs, buspirone obat

antianxiety, antidepressants, lithium, efektif untuk agresif karena panik,

antipsychotic dipergunakan untuk perawatan perilaku kekerasan. Sedangkan

penanganan non medis dapat dilakukan dengan cara edukasi, terapi atau rileksasi

(keliat, 2015). Kemampuan relaksasi yang diberikan pada pasien dengan resiko

perilaku kekerasan bertujuan membantu mengurangi keletihan dan keraguan yang

ada, dengan kemampuan itu memberi keleluasaan untuk memutuskan penanganan

STIKes Indramayu
4

situasi yang membuat stress, sehingga mampu mengurangi kecemasan dan

mengontrol marah pada pasien resiko perilaku kekerasan (Candra, Harini, &

Sumirta,2017).

Penelitian Safitri & Saswati (2019) salah satu cara untuk mengontrol

marah pada pasien skizofrenia dengan risiko perilaku kekerasan di Rumah Sakit

Jiwa Daerah Provinsi Jambi. Dilakukan dengan cara pemberian terapi relaksasi

nafas dalam pada pasien sehingga peneliti tertarik ingin mengetahui lebih dalam

lagi tentang bagaimana pengaruh teknik relaksasi napas dalam terhadap

kemampuan mengontrol marah pada pasien dengan resiko perilaku kekerasan

karena belum adanya yang melakukan literature review.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti sangat tertarik untuk

melakukan penelitian tentang judul pengaruh relaksasi nafas dalam terhadap

kemampuan mengontrolan marah pada pasien dengan perilaku kekerasan.

B. Rumusan masalah

Dari latar belakang yang sudah dijelaskan maka yang menjadi rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada pengaruh teknik relaksasi nafas

dalam terhadap kemampuan mengontrol marah pada pasien dengan Risiko

Perilaku Kekerasan?”

STIKes Indramayu
5

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh teknik

relaksasi nafas dalam terhadap kemampuan mengontrol marah pada pasien dengan

Risiko perilaku kekerasan.

D. Manfaat Penelitian

1. Pelayanan Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan informasi

khususnya bagi perawat tentang pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap

kemampuan mengontrol marah pada pasien dengan Risiko perilaku kekerasan.

2. Manfaat Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pendidikan

kesehatan khususnya STIKes Indramayu umtuk dapat dijadikan sebagai sumber

informasi dan menjadi referensi dalam pengembangan pengetahuan mengenai

pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap kemampuan mengontrol marah

pada pasien dengan Risiko perilaku kekerasan.

3. Manfaat bagi Peneliti Lain

Peneltian ini diharapkan dapat digunakan sebagai data dasar utuk

penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pengaruh teknik relaksasi nafas

dalam terhadap kemampuan mengontrol marah pada pasien dengan Risiko

perilaku kekerasan.

STIKes Indramayu
6

E. Ruang Lingkup Masalah Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode literature review, untuk

mengidentifikasi pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap kemampuan

mengontrol marah pada pasien dengan Risiko perilaku kekerasan. Penelitian ini

menggunakan artikel penelitian dengan pendekatan deskriptif dan desain

penelitian observasional analitik, cross sectional.Penelusuran dilakukan dengan

menggunakan artikel publikasi pada google Schoolar.

STIKes Indramayu
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Resiko Perilaku Kekerasan

1. Pengetian

Perilaku kekerasan atau agresif adalah suatu keadaan

dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat

membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang

lain maupun lingkungan (Keliat,2015). Perilaku kekerasan

adalah suatu kondisi maladatif seseorang dalam berespon

terhadap marah (Dalami,2015).

Tindakan kekerasan atau perilaku kekerasan adalah

suatu keadaan dimana individu melakukan atau menyerang

orang lain atau lingkungan. Tindak kekerasan merupakan suatu

agresif fisik dari seseorang terhadap lainnya (Muhith, 2015).

Kekerasan marah merupakan perasaan jengkel seseorang yang

timbul karena respon terhadap kecemasan terhadap kebutuhan

yang tidak terpenuhi, emosi yang sering muncul dalam diri

sendiri sering diungkapkan seperti sedih, kecewa, marah, benci,

perasaan dendam atau ancaman yang memancing amarah yang

dapat menimbulkan suatu perilaku kekerasan sebagai cara

7
untuk menyerang orang lain yang dirasakan atau dianggap

sebagai ancaman (Abdul,2015).

Yosep (2015), marah merupakan suatu bentuk

komunikasi dalam proses penyampaian pesan dari individu.

Orang yang mengalami kemarahan sebenarnya ingin

menyampaikan pesan bahwa orang tersebut tidak setuju,

tersinggung,merasa tidak dianggap dan merasa diremehkan.

Sehingga seseorang mampul mengetahui

8
8

bahwa seseorang tersebut sedang marah baik

diungkapkan secara verbal atau kata-kata maupun perilaku

yang menunjukan kemarahannya (Berkowith, dalam Fitria,

2015).

Dari beberapa pengertian diatas, penulis dapat menarik

kesimpulan bahwa perilaku kekerasan atau tindak kekerasan

merupakan ungkapan perasaan marah dan bermusuhan yang

mengakibatkan hilangnya kontrol diri dimana individu bisa

berperilaku menyerang atau melakukan suatu tindakan yang

dapat membahayakan diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

2. Rentang Respon Marah

Keliat (2015) menjelaskan Pasien dengan resiko

perilaku kekerasan cenderung dimanifestasikan dengan marah.

Perasaan marah normal bagi tiap individu, namun perilaku

yang dimanifestasikan oleh perasaan marah dapat berfluktuasi

sepanjang rentang respon adaptif dan maladaptif seperti yang

diperlihatkan pada gambar di bawah ini:

Gambar 2.1

Rentang Respon Marah

Sumber : Keliat (2015)

STIKes Indramayu
9

Keterangan :

a. Asertif, yaitu mengungkapkan marah tanpa

menyakiti, melukai perasaan orang lain dan tanpa merendahkan

harga diri seseorang.

b. Frustasi, yaitu respon yang timbul akibat gagal

mencapai tujuan atau keinginan.

c. Pasif, yaitu respon dimana individu tidak mampu

mengungkapkan perasaan yang dialami, sifat tidak berani

mengemukakan keinginan dan pendapat sendiri, tidak ingin

terjadi konflik karena takut akan tidak disukai atau menyakiti

orang lain.

d. Agresif, yaitu sikap membela diri sendiri dengan

cara melanggar hak orang lain. Memperlihatkan permusuhan,

keras, dan menuntut, mendekati orang lain dengan ancaman,

memberi kata-kata ancaman tanpa niat melukai orang lain.

e. Kekerasan, yaitu gaduh gelisah atau amuk. Dapat

disebut juga dengan amuk yaitu perasaan marah dan

bermusuhan yang kuat disertai kehilangan kontrol diri individu

dapat merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

Contohnya membanting barang-barang menyakiti diri

sendiri(bunuh diri).

3. Faktor Penyebab Kemarahan

STIKes Indramayu
10

Riyadi dan Purwanto (2015) faktor-faktor yang

mendukung terjadinya kemarahan pada klien skizofrenia

dengan risiko perilaku kekerasan adalah:

a. Faktor biologis

1) Intinctual drive theory (teori dorongan naluri), teori

ini menyatakan bahwa kemarahan disebabkan oleh suatu

dorongan kebutuhan dasar yang kuat.

2) Psycomatic theory (teori psikomatik), pengalaman

marah adalah akibat dari respon psikologis terhadap stimulus

eksternal, internal maupun lingkungan. Dalam hal ini sistem

limbik berperan sebagai pusat untuk mengekspresikan maupun

menghambat rasa marah.

b. Faktor psikologis

1) Frustasion aggresion theory (teori argesif frustasi),

menurut teori ini kemarahan terjadi sebagai hasil akumulasi

frustasi yang terjadi apabila keinginan individu untuk mencapai

sesuatu gagal atau terhambat. Keadaan tersebut dapat

mendorong individu berperilaku agresif karena perasaan

frustasi akan berkurang melalui kemarahan.

2) Behavioral theory (teori perilaku), menurut teori ini

kemarahan adalah proses belajar, hal ini dapat dicapai apabila

tersedia fasilitas atau situasi yang mendukung reinforcement

yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering

STIKes Indramayu
11

mengobservasi kekerasan di rumah atau di luar rumah. Semua

aspek ini menstimulai individu mengadopsi kemarahan.

3) Existential theory (teori eksistensi), yaitu bertindak

sesuai perilaku adalah kebutuhan yaitu kebutuhan dasar

manusia apabila kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi

melalui perilaku konstruktif maka individu akan memenuhi

kebutuhannya melalui perilaku destruktif.

c. Faktor sosio kultural

1) Social enviroment theory (teori lingkungan),

lingkungan sosial akan mempengaruhi sikap individu dalam

mengekspresikan marah. Budaya tertutup dan membalas secara

diam (pasif agresif) dan kontrol sosial yang tidak pasti terhadap

perilaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah perilaku

kekerasan diterima.

2) Social learning theory (teori belajar sosial),

kemarahan dapat dipelajari secara langsung maupun melalui

proses sosialisasi.

d. Faktor Presipitasi

Stressor yang mencetuskan perilaku kekerasan bagi

setiap individu bersifat buruk. Stressor tersebut dapat

disebabkan dari luar maupun dalam. Contoh stressor yang

berasal dari luar antara lain serangan fisik, kehilangan,

kematian, krisis dan lain-lain. Sedangkan dari dalam adalah

STIKes Indramayu
12

putus hubungan dengan seseorang yang berarti, kehilangan rasa

cinta, ketakutan terhadap penyakit fisik, hilang kontrol,

menurunnya percaya diri dan lain-lain. Selain itu lingkungan

yang terlalu ribut, padat, kritikan yang mengarah pada

penghinaan, tindakan kekerasan dapat memicu perilaku

kekerasan.

4. Mekanisme Koping

Perawat mengidentifikasi mekanisme koping pada

pasien, sehingga dapat membantu pasien untuk

penatalaksanaan stress termasuk upaya untuk menyelesaikan

masalah mengembangkan mekanisme koping yang konstruktif

dalam mengekspresikan kemarahanya. Mekanisme koping

yang umum sering digunakan adalah (Abdul, 2015):

a. Sublimasi, yaitu menerima suatu sasaran pengganti

artinya saat megalami suatu dorongan, penyeluranya kearah

lain.

b. Proyeksi, yaitu menyalahkan orang lain mengenai

kesukaranya atau keinginannya yang tidak baik.

c. Respirasi, yaitu mencagah pikiran yang dapat

menyakitkan atau membahayakan masuk ke alam sadar.

d. Reaksi formasi, yaitu mencegah keinginan yang

berbahaya bila diekspresikan dengan melebih-lebihkan sikap

STIKes Indramayu
13

dan prilaku yang berlawanan dan menggunakanya sebagai

rintangan.

e. Displacement, yaitu melepaskan perasaan seseorang

yang tertekan, melampiaskan pada obyek yang tidak begitu

berbahaya seperti yang pada awalnya untuk membangkitkan

emosi itu.

5. Penanganan pada Klien dengan Risiko Perilaku

Kekerasan

Keliat (2015), penanganan untuk mengontrol marah

pada klien dengan risiko perilaku kekerasan dapat dilakukan

dengan cara medis dan non medis.

a. Medis

Obat-obatan yang biasa diberikan pada pasien dengan

marah atau perilaku kekerasan adalah :

1) Antianxiety dan sedative hipnotics

Obat-obatan ini dapat mengendalikan agitasi yang akut.

Benzodiazepine seperti Lorazepam dan Clonazepam, sering

digunakan dalam kedaruratan psikiatrik untukmenenangkan

perlawanan klien. Tapi obat ini tidak direkomendasikan untuk

penggunaan dalam waktu lama karena dapat menyebabkan

kebingungan dan ketergantungan, juga bisa memperburuk

simptom depresi.

2) Buspirone obat antianxiety

STIKes Indramayu
14

Efektif dalam mengendalikan perilaku kekerasan yang

berkaitan dengan kecemasan dan depresi.

3) Antidepressants, penggunaan obat ini mampu

mengontrol impulsif dan perilaku agresif klien yang berkaitan

dengan perubahan mood. Amitriptyline dan Trazodone,

menghilangkan agresifitas yang berhubungan dengan cedera

kepala dan gangguan mental organik.

4) Lithium efektif untuk agresif karena panik.

5) Antipsychotic dipergunakan untuk perawatan

perilaku kekerasan.

b. Non Medis

Penanganan non medis dapat dilakukan dengan cara:

1) Edukasi

Edukasi merupakan upaya non medis untuk

menenangkan klien dengan memberikan sebuah informasi baik

bermuatan keagamaan atau motivasi sehingga klien menjadi

lebih tenang dan tidak tegang sehingga dapat mengontrol

marah.

2) Terapi atau relaksasi

Teknik relaksasi merupakan tindakan eksternal yang

mempengaruhi tindakan internal individu. Relaksasi adalah

status hilang dari ketegangan otot rangka dimana individu

mencapai melalui teknik yang disengaja (Ikhsan, 2016). Teknik

STIKes Indramayu
15

relaksasi merupakan tindakan eksternal yang mempengaruhi

tindakan internal individu. Relaksasi adalah status hilang dari

ketegangan otot rangka dimana individu mencapai melalui

tenik yang disengaja (Ikhsan, 2016). Teknik relaksasi nafas

dalam mampu merangsang tubuh untuk melepaskan opoid

endogen yaitu endorphin dan enfekalin. Hormon endorphin

yang berfungsi sebagai penghambat transmisi impuls ke otak.

Dilepaskan hormon endhorphin dapat menurunkan agresivitas,

meningkatkan semangat dan kreativitas (Videback, dalam Sari,

2019).

6. Pengukuran Kemampuan Mengontrol Marah

Kemampuan dalam mengontrol kemarahan, sehingga

tidak terjadi perilaku kekerasan terhadap benda/ lingkungan,

perilaku kekerasan terhadap orang lain dan perilaku kekerasan

secara verbal (Keliat,2015). Instrumen pengukuran kemampuan

mengontrol marah ini pertama kali bersumber dari Keliat yang

kemudian dikembangkan oleh Marison dan juga pernah

digunakan dalam penelitian Kadji (2017), beberapa indikator

yang digunakan untuk mengukur kemampuan klien mengontrol

marah yaitu:

a. Perilaku kekerasan verbal: ucapan kasar, bernada

tinggi, hinaan, umpatan dan ancaman mencederai

STIKes Indramayu
16

b. Perilaku kekerasan pada diri sendiri: tindakan

mencederai diri sendiri, seperti membenturkan kepala,

menyayat kulit, menyulut rokok pada diri sendiri.

c. Perilaku kekerasan terhadap benda/ lingkungan:

menghentakan pintu kamar, merusak kursi atau perilaku

pengrusakan terhadap peralatan yang beradadi rumah,

lingkungan atau fasilitas umum.

d. Perilaku kekerasan terhadap orang lain: tindakan

mencederai keluarga, tetangga, teman atau orang lain.

Instrumen ini merupakan instrumen observasi pada

perilaku kekerasan yang juga berkaitan dengan mengontrol

marah dengan jumlah item sebanyak 17 item, yaitu perilaku

kekerasan verbal (terdiri dari 4 perilaku), perilaku kekerasan

terhadap benda/lingkungan (terdiri dari 4 perilaku), perilaku

kekerasan terhadap diri sendiri (terdiri dari 5 perilaku) dan

perilaku kekerasan terhadap orang lain (terdiri dari 4 perilaku).

Penilaian skornya yaitu : nilai 3 jika klien tidak pernah

(T) melakukan perilaku kekerasan, nilai 2 jika klien kadang-

kadang (K) melakukan perilaku kekerasan sebanyak 1-2 kali

sehari, dan nilai 1 jika klien sering (S) melakukan perilaku

kekerasan lebih dari 3 kali per hari. Lembar observasi untuk

mengukur kemampuan mengendalikan marah responden ini,

dilakukan selama 3 hari sehingga didapatkan nilai minimal 51

STIKes Indramayu
17

dan nilai maksimal 153 dengan kategori baik jika >70%, dan

kurang : < 70% (Kadji,2017).

B. Relaksasi Nafas Dalam

1. Pengertian

Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk

asuhan keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan

kepada klien bagaimana cara melakukan nafas dalam, nafas

lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana

menghembuskan nafas secara perlahan, Selain dapat

mengurangi ketegangan otot, teknik relaksasi nafas dalam juga

dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan

oksigenasi darah (Yusuf,2015).

Relaksasi nafas dalam merupakan upaya untuk

mengendurkan ketegangan jiwa. Salah satu cara terapi relaksasi

nafas adalah bersifat respiratoris yaitu dengan mengatur

aktivitas bernafas. Latihan relaksasi pernafasan dilakukan

dengan mengatur mekanisme pernafasan baik tempo atau irama

dan intensitas yang lebih lambat atau dalam. Keteraturan dalam

bernafas, menyebabkan sikap mental badan yang relaks

sehingga menyebabkan otot lentur dan dapat menerima situasi

yang merangsang luapan emosi tanpa membuatnya kaku

(Wiramihardja, 2017).

STIKes Indramayu
18

Teknik relaksasi nafas menurut Handoyo (2015) yaitu

teknik relaksasi dengan mengajarkan kepada klien bagaimana

cara melakukan nafas dalam yang dapat membantu untuk

meningkatkan kemampuan seseorang untuk berkonsentrasi,

kamampuan untuk mengontrol diri, untuk menurunkan tingkat

emosi dan depresi. Berdasarkan pengertian tersebut dapat

disimpulkan bahwa teknik relaksasi nafas dalam merupakan

salah satu teknik relaksasi dengan mengajarkan kepada klien

bagaimana cara melakukan nafas dalam, nafas lambat

(menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana

menghembuskan nafas secara perlahan.

2. Tujuan Teknik Relaksasi Nafas Dalam

Teknik relaksasi nafas dalam dapat digunakan untuk

meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas,

meningkatkan efisiensi batuk, mengurangi stress fisik maupun

emosional yaitu dapat menurunkan intensitas nyeri dan

mengurangi kecemasan (Yusuf, 2015). Lebih lanjut keliat

(2015) menegaskan bahwa relaksasi nafas dalam dapat

menurunkan ketegangan dan memberikan ketenangan.

Relaksasi nafas dalam merangsang tubuh untuk melepaskan

opiod endogen yaitu endorphin dan enkefalin. Dilepaskannya

hormon endorphin dapat memperkuat daya tahan tubuh,

menjaga sel otak tetap muda, melawan penuaan, menurunkan

STIKes Indramayu
19

agresifitas dalam hubungan antar manusia, meningkatkan

semangat, daya tahan tubuh dan mengontrol diri.

3. Prosedur Teknik Relaksasi Nafas Dalam

Persiapan yang diperlukan dalam teknik relaksasi nafas

dalam yaitu (Priharjo, 2015):

a. Persiapan lingkungan: ciptakan lingkungan tenang

dan nyaman

b. Persiapan responden atau klien: klien dalam

keadaan rileks

Adapun tahap pelaksanaan teknik relaksasi nafas dalam

(Priharjo, 2015):

a. Atur posisi klien agar rileks, tanpa beban fisik.

b. Posisi dapat duduk atau jika tidak mampu dapat berbaring di tempat

tidur.

c. Instruksikan klien untuk menarik atau menghirup nafas dalam dari

hidung sehingga rongga paru-paru terisis oleh udara melalui hitungan

1, 2, 3, 4 kemudian ditahan sekitar 3-5 detik.

d. Instruksikan klien untuk menghembuskan nafas, hitung sampai tiga

secara perlahan melalui mulut.

e. Instruksikan klien untuk berkonsentrasi supaya klien merasakan

ketenangan, bisa dengan memejamkan mata.

f. Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga pasien merasakan

ketenangan.

STIKes Indramayu
20

g. Ulangi sampai 10 kali, dengan selingi istirahat singkat setiap 5 kali.

h. Lakukan maksimal 5-10 menit

4. Pengaruhteknik relaksasi nafas dalam untuk

mengontrol marah

Teknik relaksasi merupakan tindakan eksternal yang

mempengaruhi tindakan internal individu. Relaksasi adalah

status hilang dari ketegangan otot rangka dimana individu

mencapai melalui teknik yang disengaja (Ikhsan, 2016).

Kegiatan yang dilakukan dalam kondisi dan situasi yang rileks,

maka hasil dan prosesnya akan optimal. Relaksasi merupakan

upaya untuk mengendurkan ketegangan jiwa. Pelatihan

relaksasi pernafasan dilakukan denga mengatur mekanisme

pernafasan baik tempo atau irama dan intensitas yang lebih

lambat dan dalam. Keteraturan dalam bernafas menyebabkan

otot lentur. Nafas dalam yaitu bentuk bentuk latihan nafas yang

terdiri atas pernafasan abdominal (diagfragma). Teknik

relaksasi nafas dalam sebuah teknik latihan nafas yang dipakai

untuk menciptakan ketenangan menguragi tekanan supaya

pasien nyaman (Zelianti, 2015).

Teknik relaksasi nafas dalam mampu merangsang tubuh

untuk melepaskan opoid endogen yaitu endorphin dan

enfekalin. Hormon endorphin merupakan substansi sejenis

morfin yang berfungsi sebagai penghambat transmisi impuls ke

STIKes Indramayu
21

otak. Dilepaskan hormon endhorphin dapat menurunkan

agresivitas meningkatkan semangat, dan kreativitas (Videback,

dalam Sari, 2019).

Yusuf (2015), relaksasi nafas dalam dapat

meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas,

mencegah atelektasi paru, memberikan perasaan tenang,

mengurangi stress baik stress fisik maupun emosional.

Relaksasi nafas dalam dipercyaa dapat menurunkan ketegangan

dan memberikan ketenangan. Relaksasi nafas dalam

merangang tubuh untuk melepaskan opioid endogen yaitu

endorphin dan enkefalin. Dilepaskannya hormon endorphin

dapat memperkuat daya tahan tubuh, menjaga sel otak tetap

muda, melawan penuaan, menurunkan agresifitas dalam

hubungan antara manusia, meningkatkan semangat, daya tahan

dan kreatifitas.

C. Hasil Penelitian yang Relevan

1. Penelitian yang dilakukan oleh Sutinah (2019)

dengan judul “Teknik Relaksasi Nafas Dalam Berpengaruh

Terhadap Kemampuan Mengontrol Marah” menunjukkan

bahwa kemampuan responden mengontrol marah sebelum

dilakukan relaksasi nafas sebagian besar kurang baik (75%)

dan sesudah dilakukan relaksasi nafas yang kurang baik (20%)

STIKes Indramayu
22

dan ada pengaruh mengontrol marah terhadap kemampuan

mengontrol marah klien dengan nilai sig. 0,000.

2. Hasil penelitian Sumirta (2015) di RS TMC

Tasikmalaya dengan judul relaksasi nafas dalam terhadap

pengendalian marah klien dengan perilaku kekerasan

menunjukkan bahwa sebagian besar kemampuan mengontrol

marah pada responden sebelum relaksasi nafas dalam adalah

kategori buruk (78,5%) dan sesudah relaksasi nafas dalam yang

kategori buruknya mengalami penurunan menjadi 30%. Serta

ada pengaruh yang signifikan terapi relaksasi nafas dalam

terhadap pengendalian marah klien dengan perilaku kekerasan.

3. Penelitian Sari (2019) di RS Jiwa Sukabumi tentang

pengaruh relaksasi nafas dalam terhadap mengontrol marah

pada pasien resiko perilaku kekerasan menunjukkan bahwa

sebesar 60% responden kemampuan menonrol marahnya buruk

sebelum relaksasi nafas dalam dan sesudah relaksasi nafas

dalam yang kategori buruknya menjadi 30%. Ada pengaruh

relaksasi nafas dalam terhadap mengontrol marah pada pasien

resiko perilaku kekerasan (p = 0,002).

D. Kerangka Teori

Kerangka teori pada penelitian ini berdasarkan uraian

sebelumnya dapat dilihat pada diagram berikut:

Faktor penyebab kemarahan:


Penanganan untuk
1. Faktor biologis
mengontrol marah (Keliat,
a. Intinctual drive theory (teori
2015):
dorongan naluri)
1. Medis
b. Psycomatic theory (teori
a. Antianxiety dan
psikomatik)
STIKes Indramayu sedative hipnotics
2. Faktor psikologis
b. Buspirone obat
a. Frustasion aggresion theory
antianxiety
(teori argesif frustasi)
c. Antidepressants
d. Lithium

23

Kemampuanmengontrol
marah pada pasien Resiko
perilaku kekerasan

Gambar 2.2
Kerangka Teori Penelitian
(Sumber : Keliat,2015; Kusumawati dan Hartono,2015)

STIKes Indramayu
BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan

antara konsep satu terhadap konsep lainnya, atau antara variabel yang satu dengan

variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo,2015). Kerangka

konsep dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas (independen) dan variabel

terikat (dependent). Variabel independent dalam penelitian ini adalah teknik

relaksasi nafas dalam sedangkan untuk variabel dependen pada penelitian ini

adalah kemampuan mengontrol marah pada pasien dengan resiko perilaku

kekerasan.

Variabel Independen Variabel Dependen

Teknik relaksasi nafas Kemampuan mengontrol


dalam marah pada pasien dengan
risiko perilaku kekerasan

Gambar 3.1
Kerangka Konsep Penelitian

21
22

B. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati

dari sesuatu yang didefinisikan tersebut. Karakteristik yang dapat diamati (diukur)

itulah yang merupakan kunci definisi operasional. Dapat diamati artinya

memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara

cermat terhadap suatu objek atau fenomena yang kemudian dapat diulangi lagi

oleh orang lain (Nursalam, 2013).Definisi operasional pada penelitian ini

dijelaskan pada tabel dibawah ini:

Tabel 3.1

Definisi Operasional Variabel

Variabel DefinisiOperasional

Variabel Dependen
Kemampuan mengontrol Kemampuan pasien resiko perilaku kekerasan

marah untuk mengendalikan emosi marah, sehingga

tidak menimbulkan terjadinya perilaku kekerasan

Variabel Independen
Teknik relaksasi nafas Cara melakukan nafas dalam pada pasien resiko

dalam perilaku kekerasan yang bertujuan membantu dan

meningkatkan kemampuan mengendalikan

marah / emosi pasien.

(Sumber: diolah oleh peneliti, 2021)

STIKes Indramayu
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalahliterature review, dimana Siregar

& Harahap (2019) menjelaskan literature review yaitu suatu cara untuk mencari,

menemukan artikel atau sumber lain yang relevan pada suatu isu tertentu, lalu

dilakukan tindakan menganalisis, mensistesis, meringkas, membandingkan

berbagai hasil penelitian untuk mendapatkan gambaran yang berkaitan dengan apa

yang sudah pernah dikerjakan orang lain sebelumnya. Jenis metode literature

review pada penelitian ini adalah systematic literature review. Systematic

literature review adalah kajian ilmiah yang mengidentifikasi, memilih, menilai,

dsn merangkum temuan dari sebuah penelitian dengan berfokus pada pertanyaan

spesifik dan menggunakan metode ilmiah yang jelas (Handayani, 2017).

B. Sumber Artikel

Literature review ini disusun melalui penelusuran artikel penelitian yang

sudah terpublikasi. Penelusuran dilakukan dengan menggunakan artikel

padaGoogle scholar,Portal Garuda, dan Sinta Indonesia,dengan memasukan

keyword tiap variabel yang telah dipilih, kemudian dilakukan pencarian dengan

mengklik “ artikel terkait”, jika sudah ditemukan kemudia dibaca dengan cermat

23
24

untuk melihat apakah artikel memenuhi kriteria inklusi penulis untuk dijadikan

sebagai literature dalam penulisan literature review.

Untuk mencari artikel tersebut dibatasi dari tahun 2011 hingga 2021 dan

mengunakan key word dalam topik artikel utama yaitu pengtahuan, perilaku,

merisiko perilaku kekerasan, teknik relaksasi nafas dalam, kemampuan

mengontrol marah. Apabila sudah ditemukan artikel terkait kemudia penulis

membaca dengan cermat apakah artikel tersebut memenuhi kriteria inklusi untuk

dipilih kembali menjadi 10 jurnal terbaik. Berdasarkan hasil yang diperoleh

dianalisis dan dibahas hingga menghasilkan kesimpulan.

C. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

1. Kriteria Inklusi

a. Tahun Penerbit

Artikel yang direview adalah dalam rentang terbitan dari tahun 2011

sampai dengan tahun 2021.

b. Metode

Jenis penelitian yang diambil dalam penelusuran artikel ini adalah

penelitian kuantitatif dengan rancangan cross sectional study, deskriptif korelasi,

analitik korelasi, case control.

2. Responden

Responden penelitian ini yaitu pasien yang mengalami resiko perilaku

kekerasan dengan jumlah sampel minimal 30 responden.

Kriteria inklusi dan eksklusi penelitian dapat dilihat pada tabel berikut:

STIKes Indramayu
25

Tabel 4.1

Kriteria Inklusi dan Eksklusi Penelitian

Kriteria Inklusi

Tema isi judul Pengaruh teknik rileksasi nafas dalam terhadap


kemampuan mengontrol marah pada pasien dengan
risiko perilaku kekerasan.
Jangka waktu Rentang waktu terbitan jurnal maksimal 10 tahun
(2011s.d 2021)
Bahasa Bahasa Indonesia

Subyek Pasien gangguan jiwa dengan RPK

Jenis jurnal Original artikel penelitian (bukanreviewpenelitian)


Dalam bentuk full text
Metode Deskriptif korelasi, cross sectional, analitik korelasi,
penelitian case control
Sumber jurnal Google Scholar, Portal Garuda, Repository dan Sinta
Indonesia

2. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini diantaranya artikel blogspot, artikel

jenis laporan, artikel woodpress, PDF dan artikel yang tidak terpublikasi.

D. Waktu Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini direncanakan pada bulan Mei 2021. Adapun

rincian kegiatan sebagai berikut :

STIKes Indramayu
26

Tabel 4.2

Waktu Pelaksanaan Kegiatan Literature Review

No Kegiatan Mei Juni Juli Agustus


I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
1. Membuat skripsi
literature review
2. Mencari artikel
sesuai dengan
variable
3. Seminar skripsi
literature review
4. Mengolah
danmenganalisis 10
jurnal terpilih
5. Membuat laporan
hasil literature
review
6. Seminar hasil
literature review

E. Prosedur Pencarian dan Seleksi Artikel

1. Penelusuran Artikel

Prosedur dan penyeleksian artikel menggunakan PRISMA, prisma adalah

serangkaian item minimum berbasis bukti untuk pelaporan dalam tinjauan

sistematis dan meta-analisis. Prisma tidak hanya berfokus pada pelaporan riview

yang mengevaluasi uji coba secara acak, namun juga dapat digunakan sebagai

dasar untuk melaporkan tinjauan sistematis terhadap jenis penelitiannya, dan

mengevaluasi sebuah intervensi tertentu. Prisma terdiri dari 4 tahap diagram alir

yang menjelaskan dari proses identification, screaning, eligibility, dan included.

Tahap pertama adalah identification yaitu dalam tahap ini peneliti

melakukan pencarian artikel dari database yang digunakan peneliti yaitu google

scholar, dengan memasukan kata kunci pengetahuan, perilaku, meresiko perilaku

STIKes Indramayu
27

kekerasan, teknik relaksasi nafas dalam, kemampuan mengontrol marah. Peneliti

menetapkan kriteria inklusi dan ekslusi dalam pencarian artikel yaitu rentang

waktu tahun publikasi artikel penelitian maksimal 10 tahun terakhir (2011-2021),

bahasa yang digunakan bahasa indonesia populasi dalam penelitian yaitu pasien

dengan resiko perilaku kekerasan, metode yang digunakan adalah cross sectional.

Tahap kedua adalah screening. Screening adalah menyaring data

gandaatau duplikat. Artikel yang ditemukan dilakukan screening berdasarkan

judul, bahasa yang digunakan dan tahun, metode penelitian , populasi dan sampel.

Tahap ketiga adalah eligibility adalah tahap penentuan kelayakan artikel.

Pada tahap ini peneliti membaca dengan lengkap atau parsial artikel, untuk

menentukan apakah artikel tersebut sesuai dengan kelayakan pada kriteria inklusi

peneliti.

Tahap keempat included adalah hasil dari proses indentification, screening

dan egibility. Pada tahap ini bertujuan untuk mengelolah data yang aka diteliti

lebih lanjut oleh peneliti.Adapun diagram alir PRISMA dapat dilihat pada bagan

sebagai berikut;

STIKes Indramayu
28

Gambar 4.1

Skema Pencarian Jurnal dan Seleksi Artikel


Identification

Pencarian artikel sesuai kata kunci


Pencarian literature dengan menggunakan keywordPerilakuMengontrol
marah, Risiko Perilaku Kekerasan
Databased: Google schola, Science Direct dan Penelusuran daftar referensi
Hasil Pencarian artikel terkait:
Google Scholar (n =)
Screening

Publikasi artikel dari 2011 s.d 2021 dengan sampel minimal sebanyak 30
responden.
*Google Schoolar (n =), Science direct (n = ) dan penelusuran daftar referensi (n
= ).

Artikel disaring Artikel dikeluarkan (n =)


berdasarkan judul dan
abstrak (n =) *Variabel tidak relavan (n =), karena tidak
membahas dua variabel penelitian
Eligibility

Artikel teks lengkap Artikel lengkap dikeluarkan (n = )


dinilai untuk kelayakannya
(n =) dengan alasan
* Hasil penelitian tidak relavan (n = )
Included

Artikel yang dianalisis


(n =)

STIKes Indramayu
29

2. Analisis dan Sintesis Data

Literature Review ini akan dianalisa dan disintetis menggunakan metode

naratif dengan mengelompokan data-data hasil ekstraksi yang sejenis sesuai

dengan hasil yang diukur untuk menjawab tujuan penelitian. Artikel penelitian

yang sesuai dengan kriteria inklusi akan dikumpulkan dan dibuat ringkasan jurnal

meliputi penulis/nama peneliti, tahun terbit artikel jurnal, judul, sumber

artikel/jurnal, tujuan, metode, populasi & sampel, hasil, kesimpulan, ringkasan

jurnal penelitian tersebut dimasukan ke dalam tabel diurutkan sesuai alphabet dan

tahun terbit jurnal.Untuk lebih memperjelas analisis abstrak dan full text jurnal

dibaca dan dicermati. Ringkasan jurnal tersebut kemudian dilakukan analisa

terhadap isi yang terdapatdalam tujuan penelitian dan hasil/temuan penelitian,

kemudian dilakukan koding terhadap isi jurnal yang direview menggunakan

kategori gambaran perilaku merokok pada remaja. Data yang sudah terkumpul

kemudian dianalisa dalam pembahasan dengan menggunakan teknik literature

review yaitu dengan mencari kesamaan (Compare), mencari ketidaksamaan

(Contrast), memberikan pandangan (Criticize), membandingkan (Synthesize),

meringkas (Summarize)sampai dengan ditarik kesimpulan.

STIKes Indramayu
DAFTAR PUSTAKA

Abdul. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.

Andarmoyo, S. (2013). Konsep & Proses Keperawatan Nyei. (R. KR, Ed).
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media

Candra, I. W., Harini, I. G. A., & Sumirta, I. N. (2017). Psikologi Landasan


Keilmuan Praktik Keperawatan Jiwa (I. W. Mustika, Ed.). Yogyakarta:
ANDI(Anggota IKAPI). (Diakses tanggal 21 April 2021, pukul 15.35)

Dalami. 2015. Buku Saku Komunikasi Keperawatan. Jakarta: Trans Info Media.

Damiyati,mukhripah. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa.Bandung: Refika


Aditama;

Fitria, M. 2015. Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset, Teori dan Praktek.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Ghufron & Risnawita. (2011). Teori-Teori Psikologi. Yogyakarta: Ar-Ruzz


Madia.

Ikhsan, N. 2016. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Bandung: PT. Refika Aditma.

Jesson, J.K, Matheson.L, Lacey.M.F. (2011). Doing Your Literature Review.


California : Thousand Oaks Publication. Retrieved from
http://books.google.com/books. (Diakses tanggal 22 April 2021, pukul
16.35 WIB)

Kandar, K., & Iswanti, D. I. (2019). Faktor Predisposisi dan Prestipitasi Pasien
Resiko Perilaku Kekerasan. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, 2(3), 149-
156.http://dx.doi.org/10.32584/jikj.v2i3.226(Diakses pada 24 April 2021,
pukul 13.29 WIB)

Kadji, R. I. (2017). Pengaruh Latihan Asertif (Role Playing) Terhadap


Kemampuan Mengendalikan Marah Pada Klien Skzofrenia dengan Periaku
Kekeraan di Komunitas. Skripsi. Program Studi Pendidikan Ners Fakultas
Keperawatan Universitas Arilangga Surabaya.

Keliat, A. B., Akemat, Hekena, N., & Nurhaeni, H. (2011). Keperawatan


Kesehatan Jiwa Komunitas. (p.417+v). Jakarta: Buku kedokteran EGC.
(Diakses pada 21 April 2021, pukul 15.37 WIB)

Keliat, A. B., (2015). Manajemen Kasus Gangguan Jiwa.Jakarta: EGC


Lusianah, Indaryani, E. D., & Suratun. (2012). Prosedur Keperawatan. Jakarta:
Trans Info Media

Malfasari, E., Febtrina, R., Maulinda, D., & Amimi, R. (2020). Analisis Tanda
dan Gejala Resiko Perilaku Kekerasan pada Pasien Skizofrenia. Jurnal Ilmu
Keperawatan Jiwa, 3(1), 65-74.

Muhith, A. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa (1st ed.; M. Bendetu, ed.).


Yogyakarta: CV Andi Offset.

Nurgiwiati,Endah. (2015). Terapi Alternatif & Komplementer Dalam Bidang


Keperawatan.Bogor:In Media;

Nursalam. (2013). Metodologi penelitian ilmu keperawatan pendidikan praktis


Edisi 3. Jakarta: Selemba Medika.

Notoatmodjo, S. (2015). Metodologi Penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Pardede, J. A. (2020). Standar Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Masalah Risiko


Perilaku Kekerasan. https://doi.org/10.31219/osf.io/we7zm (Diakses pada
tanggal 26 April 2021,pukul 18.00 WIB)

PPNI, T. P. S. D. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia(T. P. S. D.


PPNI, Ed.). Jakarta: DPP Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Prabowo, E. (2014). Konsep & Apliksi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:


Nuha Medika.

Putri, M., Arif, Y., & Renidayati, R. (2020). Pengaruh Metode Student Team
Achivement Division Terhadap Pencegahan Perilaku Kekerasan. Media
Bina Ilmia,14(10), 3317-3326.

Sari, R. D. 2019. Upaya Relaksasi Nafas Dalam Untuk Mengontrol Marah Pada
Pasien Resiko Perilaku Kekerasan di RS Jiwa Sukabumi. Jurnal Publikasi
Ilmu Keperawatan Jiwa No 2 Tahu 2019.

Sutejo. (2018). Keperawatan Jiwa (N. Sutejo, Ed.). Yogyakarta: PT. Pustaka
Baru.

Sumirta, I. N. 2015. Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Pengendalian Marah


Klien dengan Perilaku Kekerasan di RS TMC Tasikmalaya. Jurnal Publikasi
Jurusan Keperawatan No 2 tahun 2015.

Sutinah, S., Safitri, R., & Saswati, N. (2019). Teknik Relaksasi Nafas Dalam
Berpengaruh Terhadap Kemampuan Mengontrol Marah Klien
Skizofrenia. Journal Of Healthcare Technology And Medicine, 5(1), 45-55.

STIKes Indramayu
WHO. (2019). Mental Disorders. Retrieved from https://www.who.int/news-
room/fact-sheets/detail/mental-disorders(Diakses pada Selasa tgl 20 April
2021, pukul 21.47 WIB)

Wigati, I. (2013). Teori kompensasi marah dalam perspektif psikologi


islam. Ta'dib: Jurnal Pendidikan Islam, 18(02), 193-214.

Yusuf, A., PK, R. F., & Nihayati, H. E. (2015). Kesehatan Jiwa.

Yosep, H. I. 2015. Buku Ajar Keperawatan Jiwa dan Advance Mental Health
Nursing. Bandung: Refika Aditama.

Zelianti. (2011). Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Tingkat


Emosi Klien Perilaku Kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Daerah dr.Amino
Gondohutumo. Semarang: Skripsi. Politeknik Kesehatan Denpasar

STIKes Indramayu
LAMPIRAN

Lampiran 1: Format Literature Review

Aspek Identifikasi Literatur Hasil

Penulis

Tahun Penelitian

Judul

Sumber

Tujuan Penelitian

Metode Penelitian

Populasi dan Sampel

Hasil Penelitian

Kesimpulan dan Saran

Anda mungkin juga menyukai