FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
DENPASAR
i
2020
USULAN PENELITIAN
“HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN DISMINORE
PADA REMAJA PUTRI DI SMAN 4 DENPASAR”
FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
DENPASAR
2020
ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Proposal penelitian dengan judul “Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Disminore Pada
Remaja Putri Di SMAN 4 Denpasar” telah mendapatkan persetujuan pembimbing untuk
diajukan dalam ujian proposal penelitian.
Pembimbing I Pembimbing II
iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PELAKSANAAN PENELITIAN
Proposal penelitian dengan judul “Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Disminore Pada
Remaja Putri Di SMAN 4 Denpasar” telah mendapatkan persetujuan pembimbing dan Rektor
ITEKES Bali untuk dilaksanakan sesuai dengan rencana penelitian yang tertuang dalam proposal
penelitian.
Pembimbing I Pembimbing II
Menyetujui
Institut Teknologi dan Kesehatan (ITEKES) Bali
Rektor
NIDN. 0823067802
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal yang berjudul “Hubungan Pola Makan Dengan
Kejadian Disminore Pada Remaja Putri Di SMAN 4 Denpasar”.
Dalam penyusunan proposal ini, penulis banyak mendapat bimbingan, pengarahan, dan
bantuan dari semua pihak sehingga proposal ini bisa diselesaikan tepat pada waktunya. Untuk itu
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :
1. Bapak I Gede Putu Darma Suyasa, S.Kp.,M.Ng.,Ph.D selaku Rektor Institut Teknologi Dan
Kesehatan Bali yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada penulis dalam
menyelesaikan proposal ini.
2. Bapak Ns. I Kadek Nuryanto, S.Kep., MNS selaku Dekan Fakultas kesehatan yang
memberikan dukungan kepada penulis.
3. Ibu A.A Ayu Yuliati Darmini, S.Kep.,Ns.,MNS selaku Ketua Program Studi Sarjana
Keperawatan yang telah memberikan dukungan moral kepada penulis.
4. Bapak Ns. I Kadek Nuryanto, S.Kep., MNS selaku pembimbing I yang telah banyak
memberikan bimbingan seoptimal mungkin kepada penulis dalam menyelesaikan proposal
ini.
5. Ibu Ns. Sri Dewi Megayanti, S.Kep.,M.Kep., Sp.KMB selaku pembimbing II yang telah
banyak memberikan bimbingan dalam menyelesaikan proposal ini.
6. Ibu Ida Ayu Manik Damayanti, S.Si.,M.Si selaku Wali Kelas C Prodi Sarjana Keperawatan
Tingkat IV yang memberikan dukungan moral dan perhatian kepada penulis dalam
menyelesaikan proposal ini.
7. Seluruh keluarga terutama Ibu, Bapak dan Adik yang banyak memberikan dukungan serta
dorongan moral dan materiil hingga selesainya proposal ini.
8. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu
penyusunan proposal ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan proposal ini masih belum sempurna, untuk itu dengan
hati terbuka, penulis menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk proposal ini.
v
Denpasar, Januari 2021
Penulis
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL................................................................................................................................i
HALAMAN DEPAN..................................................................................................................................ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING..................................................................................iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PELAKSANAAN PENELITIAN.......................................................iv
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................v
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN...............................................................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................................................1
A. Rumusan Masalah..........................................................................................................................4
B. Tujuan............................................................................................................................................4
C. Manfaat..........................................................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................................7
A. Konsep Menstruasi..........................................................................................................................7
B. Konsep Disminore...........................................................................................................................9
C. Konsep Pola Makan.......................................................................................................................16
D. Konsep remaja...............................................................................................................................18
BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, VARIABEL PENELITIAN, DAN DEFINISI
OPERASIONAL.......................................................................................................................................22
A. Kerangka Konsep...........................................................................................................................22
B. Variabel Penelitian.........................................................................................................................23
C. Hipotesis........................................................................................................................................24
D. Definisi Operasional......................................................................................................................24
BAB IV METODE PENELITIAN............................................................................................................27
A. Desain Penelitian...........................................................................................................................27
B. Tempat dan Waktu Penelitian........................................................................................................27
C. Populasi, Sampel dan Sampling.....................................................................................................28
D. Pengumpulan Data.........................................................................................................................30
E. Rencana Analisa Data....................................................................................................................34
F. Etika Penelitian..............................................................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................40
vii
LAMPIRAN
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1 Kerangka Konsep....................................................Error: Reference source not found
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Definisi Operasional......................................................................................................24
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Remaja adalah mereka yang sedang mengalami masa transisi dari masa kanak
menuju masa dewasa, yang memerlukan perlindungan dan perhatian, yang berusia
sekitar 10 hingga 14 tahun (remaja muda atau young adolescent) (UNICEF, 2016).
Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10 hingga 19 tahun.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 25 tahun 2014, remaja adalah
penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun. Sementara itu, menurut Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), rentang usia remaja
adalah 10-24 tahun dan belum menikah. Perbedaan definisi tersebut menunjukkan
bahwa tidak ada kesepakatan universal mengenai batasan kelompok usia remaja
(WHO, 2015). Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju
dewasa, pada fase ini terjadi perubahan biologis, kognitif, maupun psikologis.
Perubahan biologis yang dialami adalah pubertas yang ditandai dengan adanya
menstruasi (Dewi&Runiari, 2019). Pada saat remaja putri mengalami menstruasi
sering muncul keluhan yang dapat mengganggu kesehatan reproduksi dan dapat
menggangu produktivitas prempuan. Gangguan menstruasi yang sering dialami
perempuan seperti mentruasi yang tidak teratur, nyeri pinggang, lemas, mual, muntah,
cemas dan disminorea (Kemenkes RI, 2015).
Menstruasi merupakan suatu proses alamiah yang terjadi pada setiap wanita,
dimana terjadinya peristiwa pengeluaran darah yang menandakan bahwa organ dalam
kandungan setiap wanita telah berfungsi dengan matang (Kusmiran, 2014). Wanita
yang sudah mengalami menstruasi biasanya akan merasakan keluhan yang
mengganggu, salah satunya adalah dismenore. Dismenore dapat didefinisikan sebagai
rasa kram yang hebat di daerah uterus atau secara superfisialnya bisa dirasakan pada
perut bagian bawah, selama menstruasi dan termasuk penyebab nyeri pinggang dan
penyebab gangguan menstruasi rasa nyeri ini timbul akibat ketidak seimbangan
hormon progesterone sehingga menyebabkan kram perut bagian bawah (Nurwana,
2
Sabilu, & Fachlev 2016). Dismenore merupakan jenis keluhan yang paling
banyak dirasakan oleh wanita khususnya remaja ketika menstruasi. Dismenore adalah
keluhan yang sering dialami wanita pada bagian bawah perut dan beberapa remaja
perempuan sering merasakan nyeri ini juga terdapat bagian punggung bagian bawah,
pinggang, panggul, otot paha,hingga betis (Widagdo, 2017).
Data World Health Organization (WHO) tahun 2013 menyatakan angka
kejadian disminore sebesar 1.769.425 jiwa hampir (90%) wanita yang mengalami
disminore. Didunia kejadian disminore sangat besar, rata-rata disetiap Negara
perempuan mengalami disminore. Pravelensi kejadian disminore di Amerika Serikat
diperkirakan sekitar 45-90 % (Nurwana, 2017). Hasil penelitian yang dilakukan di
Amerika Serikat pada tahun 2012 untuk mengetahui kejadian dismenore primer pada
wanita umur 12- 17 tahun adalah 59,7% dengan derajat kesakitan 49% dismenore
ringan, 37% dismenore sedang, dan 12% dismenore berat (Utari, 2016).
Di Indonesia belum ada angka pasti untuk kejadian dismenore, tetapi telah ada
penelitian yang dilakukan untuk mengetahui hal tersebut. Prevalensi kejadian
dismenore masih tinggi, dimana angka kejadian dismenore di dunia mencapai 90%
(Holder, 2014). Penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat menunjukkan bahwa
hampir 95% wanita mengalami dismenore (Calis, 2015). Hasil penelitian dari
Nurwana dkk.(2016) di Indonesia angka kejadian disminorea adalah 54,89%.
Disminorea terjadi pada remaja putri dengan pravalensi 43 % sampai 93%, dimana
sekitar 74-80% remaja mengalami disminorea ringan. Di Indonesia angka kejadian
dismenore primer sekitar 54,89% sedangkan sisanya adalah tipe sekunder. Banyaknya
remaja putri yang sering tidak hadir di sekolah dan tidak menjalani kegiatan sehari-
hari sekitar 14% disebabkan oleh dismenore (Utari, 2016).
Angka kejadian disminorea belum dilaporan secara resmi di Provinsi Bali
namun terdapat beberapa penelitian yang memaparkan angka kejadian disminorea di
Bali tinggi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Andrini (2014) di SMAN 1
Denpasar mengatakan bahwa dari 81 responden yaitu 46 remaja putri mengatakan
nyeri saat menstruasi. Kota Denpasar menjadi tempat penelitian dikarenakan jumlah
remaja putri yang ada di Kota Denpasar menduduki jumlah tertinggi sebanyak 41.998
3
remaja usia 15-19 tahun kemudian disusul oleh Kabupaten Buleleng sebanyak 26.379
dan Kabupaten Badung sebanyak 26.066 remaja putri (Badan Pusat Statistik, 2020).
Remaja sering mengalami dismenore dikarenakan beberapa faktor resiko.
Salah satu faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya dismenore yaitu pola
makan. Beberapa penelitian menyebutkan adanya hubungan antara pola makan
dengan kejadian disminore (Indahwati, 2017; Masluroh, 2018) dan ada juga
penelitian yang menyatakan tidak ada hubungan pola makan dengan kejadian
disminore (Mariatus, 2019). Pola makan yang sering menimbulkan dismenore adalah
pola makan konsumsi makanan cepat saji atau fast food. Perbedaan antara sekolah
dengan kuliah akan menyebabkan berubahnya gaya hidup. Pola makan akan
terganggu dan sering mengonsumsi makanan cepat saji karena dinilai lebih praktis
apalagi untuk yang tidak tinggal dengan orang tua (Anisa, 2015).
Fast food mengandung asam lemak trans yang merupakan salah satu radikal
bebas. Salah satu efek dari radikal bebas kerusakan membrane sel. Membran sel
memiliki beberapa komponen, salah satunya adalah fosfolipid. Salah satu fungsi
fosfolipid adalah sebagai penyedia asam arakidonat yang akan disintesis menjadi
prostaglandin. Prostaglandin berfungsi membantu rahim berkontraksi dan
mengeluarkan lapisan rahim selama periode menstruasi. Jadi, pada wanita yang
mengalami nyeri haid atau dismenore ada penumpukan prostaglandin dalam jumlah
yang terlalu banyak, sehingga menyebabkan terjadinya dismenore (Satyanarayana,
2014).. Makanan cepat saji (Junkfood) merupakan salah satu faktor penyebab
dismenore primer, karena makanan cepat saji memiliki kandungan gizi yang tidak
seimbang yaitu kalori tinggi, tinggi lemak, tinggi gula, dan rendah serat. Kandungan
asam lemak didalam makanan cepat saji mengganggu metabolisme progesterone pada
fase luteal dari siklus menstruasi. Akibatnya terjadi peningkatan kadar prostaglandin
yang akan menyebabkan rasa nyeri pada dismenore (Zalni, Harahap, & Desfita,
2017).
Pada penelitian Indahwati, dkk (2017) dengan judul Hubungan Mengonsumsi
Makanan Cepat Saji (Fast Food) dengan Kejadian Dismenore Pada Remaja Putri di
SMP N 1 Ponorogo didapatkan bahwa dari seluruh subjek penelitian hampir
setengahnya (42.9%) atau sejumlah 27 responden sering mengonsumsi fast food dan
4
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pola makan
dengan kejadian disminore pada remaja putri di SMAN 4 Denpasar.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini yaitu :
a. Mengidentifikasi kejadian dismenore pada remaja putri di SMAN 4 Denpasar.
b. Mengidentifikasi pola makan pada remaja putri di SMAN 4 Denpasar.
c. Menganalisa hubungan pola makan dengan kejadian disminore pada remaja
putri di SMAN 4 Denpasar.
C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharakan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan dapat
dijadikan sumber atau acuan bagi peneliti selanjutnya berkaitan dengan
disminore.
2. Manfaat Praktis
1. Bagi masyarakat
Penelitian ini diharapkan, khususnya masyarakat wanita dapat mengetahui
gambaran mengenai disminore dan mencegah timbulnya disminore dengan
cara menjaga pola makan yang baik dan tidak mengkonsumsi makanan cepat
saji (fast food) secara berlebihan.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi institusi pendidikan
dan pihak institusi pendidikan dapat mengetahui tentang hubungan pola
makan dengan kejadian Disminore pada remaja putri.
3. Bagi Petugas Kesehatan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada petugas
kesehatan untuk melakukan sosialisasi dan penyuluhan mengenai disminore
pada remaja yang sudah mengalami menstruasi dan pola makan yang baik
bagi remaja putri,
4. Bagi peneliti
6
A. Konsep Menstruasi
1. Pengertian
Menstruasi merupakan suatu proses alamiah yang terjadi pada setiap wanita,
dimana terjadinya peristiwa pengeluaran darah yang menandakan bahwa organ dalam
kandungan setiap wanita telah berfungsi dengan matang (Kusmiran, 2014).
Menstruasi adalah pengeluaran darah yang terjadi akibat perubahan hormone
yang terus menerus dan mengarah pada pembentukan endometrium, ovulasi sehingga
terjadi peluruhan dinding rahim jika kehamilan tidak terjadi (Verawaty, 2012).
Menstruasi terjadi secara siklik setiap bulan dimulai ketika remaja mendapatkan
menstruasi untuk pertama kalinya pada usia 12-13 tahun. Ada sebagian kecil yang
mengalami lebih awal, yaitu usia 8 tahun lebih lambat yaitu 18 tahun. Menstruasi akan
berhenti dengan sendirinya pada saat wanita sudah berusia 40-50 tahun, yang dikenal
dengan istilah menopause (Sukarni dan Margareth, 2012).
2. Siklus Menstruasi
Siklus menstruasi yang terjadi di nilai dari tiga hal pertama yaitu siklus
menstruasi yang berkisar antara 28 hari, kedua lama menstruasi yaitu 3-6 hari, ketiga
yaitu jumlah darah yang keluar selama siklus menstruasi 20-80 ml. Peroses ini diawali
dengan terangsangnya hipotalamus yang akan di teruskan ke hipofisis anterior, sehingga
dapat muncul hormon gonadotropik/ GnRH (gonadotropin releasing hormon) yang akan
merangsang FSH (Follicle Stimullating Hormone) dan kemudian akan diteruskan oleh
folikel primordial (folikel perimer yang merangsang hormon estrogen sehingga akan di
tandai dengan munculnya seks sekunder). Ketika hormon estrogen meningkat, akan
menekan FSH dan merangsang hormon GnRH dan mengeluarkan LH (Leutenizing
Hoemone) kemudian akan merangsang folikel de graff guna melepas sel telur. Telur yang
7
8
dilepas kemudian di tangkap oleh rumbai tuba fallopi dan setelah itu, telur di
bungkus oleh korona radiata dan mendapatkan nutrisi selama 48 jam. Kemudian telur
akan berubah menjadi rubrum (merah) yang di sebabkan karena perdarahan. Folikel yang
pecah kemudian akan menutup kembali dan membentuk korpus luteum (kuning). Korpus
luteum akan mengeluarkan hormon progesteron. Hormon ini yang mempersiapkan uterus
agar siap di tempati oleh embrio. Jika sperma telah memfertilisasi sel telur (proses
pembuahan), maka telur yang dibuahi akan melewati tuba fallopi kemudian turun ke
uterus untuk melakukan proses implantasi. Pada tahap ini seorang perempuan sudah di
anggap hamil. Tetapi jika pembuahan tidak terjadi, sel telur akan melewati uterus,
mengering dan meninggalkan tubuh sekitar 2 minggu kemudian melalui vagina. Oleh
karena dinding uterus tidak dibutuhkan untuk menopang kehamilan maka lapisan akan
rusak dan luruh. Darah dan jaringa dari dinding uterus (endometrium) bergabung untuk
membentuk menstruasi yang umumnya berlangsung selama 3-7 hari (Verrawaty, 2012 ;
Anwar, 2011; Wahyu, 2013; Perry, 2010; Chandranita, 2009).
Beberapa fase yang terjadi selama siklus enstruasi berlangsung menurut (Verrawaty,
2012; Perry, 2010):
1) fase menstruasi
merupakan fase pertama yaitu luruhnya sel ovum matang yang tidak dibuahi
bersamaan dengan dinding endometrium yang robek. Dapat diakibatkan juga oleh
berhentinya sekresi hormone estrogen dan progresteron sehingga produksi hormon
hormone estrogen dan progresteron menurun.
2) fase ploriferasi
ditandai dengan menurunnya hormone progresteron sehingga memacu kelenjar
hipofisis untuk mensekresikan FSH dan merangsang follikel dalam ovarium, serta
dapat membuat hormone estrogen diproduksi kembali. Sel follikel berkembang
menjadi follikel de graaf yang masak dan menghasilkan hormone estrogen yang
merangsang keluarnya LH dari hipofisis.
9
3) fase luteal/sekresi
Ditandai dengan sekresi LH yang memacu matangnya sel ovum pada hari ke 14
sesudah menstruasi pertama. Sel ovum yang matang akan meninggalkan follikel dan
follikel akan mengkerut dan berubah menjadi corpus luteum. Dimana corpus luteum
berfungsi menghasilkan hormone progresteron yang berfungsi untuk mempertebal
dinding endometrium yang kaya akan pembuluh darah.
4) fase iskemik
Ditandai dengan corpus luteum yang mengecil dan rigit dan berubah menjadi
corpus albican yang berfungsi untuk menghambat sekresi hormone estrogen dan
progesteron sehingga hipofisis aktif mensekresi FSH dan LH. Dengan berhentinya
sekresi progresteron maka penebalan dinding endometrium akan berhenti sehingga
menyebabkan endometrium mengering dan robek. Sehingga terjadilah fase
perdaharan/ menstruasi kembali.
B. Konsep Disminore
1. Pengertian
Salah satu keluhan yang muncul saat menstruasi adalah rasa nyeri. Sifat dan
tingkat rasa nyeri bervariasi, mulai dari yang ringan hingga yang berat. Kondisi tersebut
dinamakan dismenore, yaitu keadaan nyeri yang hebat dan dapat mengganggu aktivitas
sehari-hari (Kusmiran, 2013). Dismenore adalah keluhan yang sering dialami wanita pada
bagian bawah perut dan beberapa remaja perempuan sering merasakan nyeri ini juga,
nyeri ini terdapat pada bagian punggung bagian bawah, pinggang, panggul, otot paha,
hingga betis (Widagdo, 2017). Sedangkan menurut Kusmiyati (2016), Disminore adalah
kekakuan atau kejang di bagian bawah perut yang terjadi pada waktu menjelang atau
selama menstruasi, yang memaksa wanita untuk beristirahat atau berakibat pada
menurunnya kinerja dan berkurangnya aktivitas sehari-hari. Dismenore dapat
didefinisikan sebagai rasa kram yang hebat di daerah uterus atau secara superfisialnya
bisa dirasakan pada perut bagian bawah, selama menstruasi dan termasuk penyebab nyeri
pinggang dan penyebab gangguan menstruasi, rasa nyeri ini timbul akibat ketidak
seimbangan hormon progesterone sehingga menyebabkan kram perut bagian bawah
(Nurwana, Sabilu, & Andi Faizal Fachlevy, 2017).
10
2. Klasifikasi Disminore
Dismenore dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu Primary Dysmenorhea dan
Secondary Dysmenorhea.
a. Dismenore primer yaitu nyeri haid yang tidak disertai dengan kelainan pelvis secara
makroskopi atau terjadi tanpa ada kelainan pelvis. Dismenore primer sering terjadi
pada wanita, kemungkinan lebih dari 50 persen wanita mengalaminya dan 15 persen
diantaranya mengalami nyeri pada saat menstruasi yang hebat. Biasanya dismenore
primer timbul pada masa remaja, yaitu sekitar satu sampai dua tahun setelah
menstruasi pertama. Nyeri pada dismenore primer diduga berasal dari kontraksi rahim
yang dirangsang oleh prostaglandin. Nyeri dirasakan semakin hebat ketika bekuan
atau potongan jaringan dari lapisan rahim melewati serviks (leher rahim), terutama
jika saluran serviksnya sempit (Widagdo, 2017).
b. Secondary dysmenorrhea atau dismenore sekunder yaitu nyeri haid karena akibat dari
pelvis mengalami kelainan secara anatomic atau makroskopik, termasuk
endometriosis dan benda asing seperti IUD. Dismenore sekunder lebih jarang
ditemukan dan terjadi pada 25 persen wanita yang mengalami dismenore. Dismenore
sekunder seringkali mulai timbul pada usia 20 tahun (Widagdo, 2017).
2). Terdapat beberapa faktor penyulit atau resiko yang dapat menyebabkan terjadinya
dismenore primer, diantaranya :
a. Merokok Rokok adalah stimulant yang tidak hanya menyebabkan ketegangan
dalam system saraf, tetapi juga mendistorsi produksi hormone menyebabkan
produksi prostaglandin yang berlebihan. Oleh karena itu, wanita perokok lebih
cenderung mengalami nyeri haid.
12
b. Diet yang tidak sehat seperti konsumsi fast food Fast food memiliki
karakteristik mengandung asam lemak jenuh yang tinggi, terlalu banyak
kandungan garam, dan terlalu banyak gula yang dimurnikan (Myles, 2014).
Kandungan asam lemak yang terdapat di dalam makanan cepat saji dapat
mengganggu metabolisme progesteron pada fase luteal dari siklus menstruasi.
15 Akibatnya terjadi peningkatan kadar prostaglandin yang akan menyebabkan
rasa nyeri pada saat dismenore.
c. Stress, stress psikologis dan fisiologis terhadap peristiwa yang mengganggu
keseimbangan pribadi kita dalam beberapa cara yang menyebabkan
ketidakseimbangan kimia dalam otak yang mengakibatkan haid tidak teratur
atau kram menstruasi.
d. Status gizi Wanita yang kelebihan berat badan memiliki resiko dua kali lebih
kuat mengalami nyeri haid daripada wanita yang tidak. Sedangkan status gizi
yang kurang akan dapat memperparah keadaan dismenore tersebut.
e. Usia menarche, Menarche pada usia lebih awal (< 12 tahun) menyebabkan
alat-alat reproduksi belum berfungsi secara optimal dan belum siap mengalami
perubahanperubahan sehingga timbul nyeri ketika menstruasi.
f. Kebiasaan olahraga, Kurang atau tidak pernah olahraga akan meningkatkan
kemungkinan terjadinya dismenore primer. Kurang atau tidak pernah olahraga
dapat menyebabkan sirkulasi darah dan oksigen menurun. Dampak pada uterus
adalah aliran darah dan sirkulasi oksigen pun berkurang dan menyebabkan
nyeri (Rahimian, 2006).
4. Derajat Disminore
Menurut Karim, (2009) ditinjau dari berat ringannya rasa nyeri, dismenore dibagi
menjadi :
1) Dismenore ringan, yaitu dismenore dengan nyeri yang berlangsung beberapa saat
sehingga perlu istirahat sejenak untuk menghilangkan nyeri, tanpa disertai pemakaian
obat.
2) Dismenore sedang, yaitu dismenore yang memerlukan obat untuk menghilangkan rasa
nyeri, tanpa perlu meninggalkan aktifitas sehari – hari.
13
3) Dismenore berat, yaitu dismenore yang memerlukan istirahat sedemikian lama dengan
akibat meninggalkan aktifitas sehari – hari selama satu hari atau lebih.
5. Dampak disminore
Dismenore adalah sakit saat menstruasi yang dapat mengganggu aktivitas sehari-
hari (Laila, 2011). Dismenore sangat berdampak pada remaja putri, hal ini menyebabkan
terganggunya aktivitas sehari-hari. Remaja yang mengalami dismenore pada saat
menstruasi membatasi aktivitas harian mereka khususnya aktivitas belajar di sekolah.
Aktivitas belajar merupakan prinsip atau azas yang sangat penting di dalam interaksi
belajar yang bukan hanya melibatkan aktivitas fisik tetapi juga mental (Dimyati, 2002).
Jika seorang siswi mengalami dismenore, aktivitas belajar mereka di sekolah terganggu
dan tidak jarang hal ini membuat mereka tidak masuk sekolah. Selain itu, kualitas hidup
menurun, sebagai contohnya seorang siswi yang mengalami dismenore tidak dapat
berkonsentrasi belajar dan motivasi belajar akan menurun karena dismenore yang
dirasakan pada saat proses belajar mengajar (Ningsih, 2011).
Menurut Rohmat (2013) aktivitas belajar adalah keterlibatan seseorang dalam
bentuk sikap, pikiran dan perhatian dalam kegiatan belajar sebagai penunjang
keberhasilan proses belajar mengajar sehingga diperoleh manfaat dari kegiatan tersebut9 .
Remaja putri yang sedang mengalami nyeri haid (dismenore) sekaligus mengikuti
kegiatan pembelajaran, dapat menyebabkan aktivitas pembelajaran menjadi terganggu,
tidak bersemangat, konsentrasi menjadi menurun bahkan sulit berkonsentrasi sehingga
materi yang disampaikan selama pembelajaran tidak dapat diterima dengan baik bahkan
sampai ada yang tidak masuk sekolah .
Penelitian terdahulu oleh Putri (2017) menunjukkan bahwa siswi yang mengalami
gangguan dalam aktivitas belajar diakibatkan karena nyeri haid yang dirasakan dalam
proses pembelajaran. Hal ini menyebabkan siswi sulit untuk berkonsentrasi karena
ketidaknyamanan yang dirasakan ketika mengalami nyeri haid. Siswi yang mengalami
nyeri haid (disemenore) pada saat jam pelajaran berlangsung juga ada yang sampai
meminta izin untuk pulang dan terkadang ada yang meminta izin untuk diberikan
dispensasi beristirahat di ruangan UKS.
14
7. Penanganan Disminore
Menurut Anurogo (2011:85-96) penatalaksanaan dismenore primer meliputi
penatalaksanaan farmakologi dan non farmakologi, yaitu :
1. Terapi Farmakologi
Penanganan dismenore yang dialami oleh individu dapat melalui intervensi
farmakologi. Terapi farmakologi, penanganan dismenore meliputi beberapa upaya.
Upaya farmakologi pertama yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan obat
analgetik yang berfungsi sebagai penghilang rasa sakit. Obat- 20 obatan paten yang
beredar dipasaran antara lain novalgin, ponstan, acetaminophen dan sebagainya.
Upaya farmakologi kedua yang dapat dilakukan adalah dengan pemberian terapi
hormonal. Tujuan terapi hormonal adalah menekan ovulasi, bersifat sementara untuk
membuktikan bahwa gangguan yang terjadi benar-benar dismenore primer. Tujuan ini
dapat dicapai dengan memberikan salah satu jenis pil kombinasi kontrasepsi.
15
d. Relaksasi Sama seperti pengobatan herbal, saat ini relaksasi merupakan cara yang
banyak dipilih untuk digunakan. Relaksasi cukup mudah untuk dilakukan kapan
saja dan dimana saja. Relaksasi merupakan teknik pengendoran atau pelepasan
ketegangan. Teknik relaksasi yang sederhana terdiri atas nafas abdomen dengan
frekuensi lambat, berirama, teknik relaksasi nafas dalam (contoh: bernafas dalam-
dalam dan pelan). Berbagai cara untuk relaksasi diantaranya adalah dengan
meditasi, yoga, mendengarkan musik, dan hipnotherapy. Relaksasi juga dapat
dilakukan untuk mengontrol sistem saraf (Anurogo, 2011:111).
usus halus. Lama makanan dalam lambung tergantung sifat dan jenis makanan, jika
rata-rata lambung kosong antara 3-4 jam, jadwal makanpun menyesuaikan dengan
kosongnya lambung (Okviani, 2011).
c. Jumlah Makan
Jumlah makan adalah banyaknya makanan yang dimakan setiap orang atau setiap
individu dalam kelompok. Jumlah dan jenis makanan sehari-hari merupakan cara
makan seorang individu atau sekelompok orang dengan mengkonsumsi makanan
mengandung 8 karbohidrat, protein, sayuran dan buah. Frekuensi tiga kali sehari
dengan makan selingan pagi dan siang mencapai gizi tubuh yang cukup, pola makan
yang berlebihan dapat mengakibatkan kegemukan atau obesitas pada tubuh (Willy,
2011).
3. Pola makan remaja putri
Dibandingkan dengan usia lain, diet yang tidak adekuat adalah masalah yang
paling umum dialami remaja putri. Gizi tidak adekuat akan menimbulkan masalah
kesehatan yang akan mengikuti sepanjang kehidupan. Kekurangan gizi dalam masa
remaja dapat disebabkan oleh berbagai faktor termasuk emosi yang tidak stabil,
keinginan untuk menjadi kurus yang tidak tepat, dan ketidakstabilan dalam gaya hidup
dan lingkungan sosial secara umum. Beberapa perilaku spesifik yang umumnya
dipercaya menyebabkan masalah gizi pada ramaja putri adalah:
(1). Kurang didampingi ketika mengkonsumsi makanan tertentu,
(2). Kurangnya perhatian dalam memilih makanan di luar rumah,
(3). Kurangnya waktu untuk mengkonsumsi makan secara teratur,
(4). Melewatkan waktu makan satu kali atau lebih setiap hari,
(5). Mulai mengkonsumsi alcohol,
(6). Pemilihan makanan selingan yang kurang tepat,
(7). Perhatian terhadap makanan tertentu yang menyebabkan jerawat,
(8). Takut mengalami obesitas,
(9). Tidak mau minum susu (Irianto, 2014).
Selain itu remaja juga memiliki kebiasaan makan cemilan diluar jam makan. Gaya
hidup duduk lama sambil ngemil makanan tinggi kalori dan lemak dan rendah gizi serta
nutrisi memicu kelebihan berat badan pada remaja (Hasdianah, 2014).
18
D. Konsep remaja
1. Pengertian remaja
Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Pada
masa remaja terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik secara fisik,
psikologis, maupun intelektual. Remaja adalah mereka yang sedang mengalami masa
transisi dari masa kanak menuju masa dewasa, yang memerlukan perlindungan dan
19
perhatian, yang berusia sekitar 10 hingga 14 tahun (remaja muda atau young adolescent)
(UNICEF, 2016).
Remaja dalam ilmu psikologi diperkenalkan dengan istilah, seperti pubertied,
adolescence, dan youth. Remaja atau adolescence (Inggris), berasal dari bahasa Latin
“adolescere“ yang berarti tumbuh kearah kematangan. Kematangan yang dimaksud
adalah bukan kematangan fisik saja tetapi juga kematangan sosial dan psikologis
(Kumalasari, 2013).
2. Batasan usia remaja
Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10 hingga 19 tahun.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 25 tahun 2014, remaja adalah penduduk
dalam rentang usia 10-18 tahun. Sementara itu, menurut Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan
belum menikah. Perbedaan definisi tersebut menunjukkan bahwa dak ada kesepakatan
universal mengenai batasan kelompok usia remaja. Namun begitu, masa remaja itu
diasosiasikan dengan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa. Masa ini merupakan
periode persiapan menuju masa dewasa yang akan melewa beberapa tahapan
perkembangan pen ng dalam hidup. Selain kematangan fisik dan seksual, remaja juga
mengalami tahapan menuju kemandirian sosial dan ekonomi, membangun iden tas,
akuisisi kemampuan (skill) untuk kehidupan masa dewasa serta kemampuan bernegosiasi
(abstract reasoning) (WHO, 2015).
E. Penelitian terkait
1. Penelitian yang dilakukan oleh Indahwati (2017) dengan judul hubungan mengonsumsi
makanan cepat saji (fast food) dengan kejadian dismenore di SMPN 1 Ponorogo. Penelitian
menggunakan desain cross sectional yang dilakukan di SMPN 1 Ponorogo dengan jumlah
sample 62 siswi. Alat pengumpulan data adalah kuisioner MSQ (Menstrual Symptom
Questionnaire) untuk mengentahui dismenore dan FFQ (Food Frequency Questionnaire)
untuk frekuensi makan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
mengonsumsi makanan cepat saji (fast food) dengan kejadian dismenore di SMPN 1
Ponorogo. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa dari seluruh subjek penelitian hampir
setengahnya (42.9%) atau sejumlah 27 responden sering mengonsumsi fast food dan
20
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yang dilakukan di Fakultas Kesehatan
21
Masyarakat Universitas Airlangga Kota Surabaya dengan jumlah sample 108 responden.
Alat pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner. Tujuan dari penelitian ini
adalah Untuk mengetahui Hubungan antara Aktivitas Olahraga, Riwayat Keluarga dan
Konsumsi Fast Food dengan Kejadian Dismenore . Hasil dari penelitian ini didaptkan
bahwa tidak ada hubungan antara konsumsi fast food dengan dismenore (p = 0,53). Hal ini
dikarenakan sebagian besar responden memiliki kebiasaan yang sama yaitu jarang
mengkonsumsi fast food. Responden sudah paham bahwa fast food bukanlah makanan
yang baik dan akan berpengaruh pada kesehatan. Salah satu dampak mengkonsumsi fast
food adalah wanita akan mengalami nyeri atau dismenore saat haid (Halpern, Schor, &
Kopelman, 2016).
BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, VARIABEL PENELITIAN, DAN
DEFINISI OPERASIONAL
Pada bab ini akan dijelaskan tentang kerangka konsep penelitian, hipótesis, dan
definisi operasional dari variabel yang terdiri dari definisi konseptual dan definisi
operasional.
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep digunakan pada semua tahapan dari research project, sebuah penelitian
yang mutlak memerlukan kerangka konsep, dimana kerangka konsep (conceptual
framework) ialah model pendahuluan dari sebuah penelitian, serta merupakan refleksi
dari hubungan variable-variable yang diteliti (Shi, 2008 dalam Swarjana, 2015).
Pola makan :
1. Frekuensi Disminore
2. Jenis
3. Jumlah
Dampak disminore :
22
23
Keterangan :
B. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah bagian terpenting dalam penelitian (Swarjana, 2015). Menurut
Nursalam (2013) mendefinisikan variabel adalah perilaku atau karakteristik yang
memberikan nilai beda terhadap sesuatu, misalnya pada benda, manusia dan lain-lain.
Variabel penelitian ini adalah variabel bebas atau variabel pengaruh yaitu pola makan dan
variabel terikat atau variabel terpengaruh yaitu disminore.
24
C. Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
H0 : Tidak terdapat hubungan antara pola makan dengan kejadian disminore pada
remaja putri di Denpasar.
Ha : Terdapat hubungan antara pola makan dengan kejadian disminore pada remaja
putri di Denpasar.
D. Definisi Operasional
Pada bab ini diuraikan mengenai desain penelitian, waktu dan tempat penelitian, populasi,
sampel dan sampling, pengumpulan data, pengolahan data dan analisa data serta etika
penelitian.
A. Desain Penelitian
Desain penelitian memberikan kerangka kerja untuk penelitian dan analisis data,
pemilihan desain penelitian dapat digunakan untuk merefleksikan tetang prioritas yang
akan memberikan berbagai dimensi dalam proses penelitian, termasuk menggambarkan
hubungan sebab akibat diantara variable-variabel penelitian (Swarjana, 2015). Desain
penelitian ini menggunakan desain analitik korelasi dengan menggunakan metode
pendekatan cross sectional research yaitu penelitian yang mendesain pengumpulan
dilakukan pada satu titik waktu (at one point in time) dimana fenomena yang diteliti
selama satu periode pengumpulan data (Swarjana, 2015). Pada penelitian ini, peneliti
tidak melakukan intervensi, melainkan hanya menjelaskan hubungan pola makan dengan
kejadian disminore pada remaja putri.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di SMA N 4 Denpasar dengan pertimbangan remaja
putri SMA/SMK terbanyak berada di Kecamatan Denpasar Barat yang mana
Denpasar Barat terdapat dua Sekolah Menengah Atas yang mana SMAN 4 Denpasar
memiliki jumlah siswi lebih banyak dibandingkan dengan SMA PGRI 2 Denpasar.
2. Waktu penelitian
Pengumpulan data penelitian akan dilaksanakan pada bulan Januari-Februari 2021.
Penyusunan hasil penelitian akan dilaksankana lansung setelah selesai pengolahan
data dilakukan. Keseluruhan proses penelitian akan terlampir pada POA terlampir.
27
28
a. Data demografis
Kuesioner dan lembar kuesioner penelitian berisikan identitas responden yaitu,
nama (inisial), jenis kelamin, dan usia
b. Kuesioner Pola Makan
Kuesioner pola makan ini didapatkan dari penelitian yang dilakukan oleh
Alvionita (2016) dan kuesioner ini sudah dilakukan uji validitas dengan nilai
Cronbach alpa 0,873. Kuesioner pola makan tediri dari 15 pernyataan positif
dengan menggunakan skala Likert dimana setiap pernyataan jawaban selalu
bernilai (4), sering bernilai (3), jarang bernilai (2), dan tidak pernah bernilai (1).
Penilaian dengan memberikan skor tertinggi 60 dan terendah 15. Hasil kuesioner
dibagi menjadi tiga yaitu :
1. Baik : 45-60
2. Cukup : 30-44
3. Kurang : 15-29
4. Kuesioner Disminore
Kuesioner disminore menggunakan NRS (Numeric Rating Scales) untuk
mengukur skala nyeri disminore yang telah dilakukan uji validitas dan reliabititas
sebelumnya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Li, Liu & Herr dalam
Swarihadiyanti (2014), penelitian ini membandingkan empat skala nyeri yaitu
NRS, Face Pain Scale Revised (FPS-R), VRS pada klien pasca bedah menunjukan
bahwa keempat skala nyeri menunjukan validitas dan reabilitas yang baik. Pada
validitasnya skala nyeri NRS menunjukan r=0,90. Sedangkan Angka uji
reliabilitas NRS berdasarkan penelitian yang dilakukan Li, Liu & Herr dalam
Swarihadiyanti (2014), bahwa skala nyeri NRS menunjukan reliabilitas lebih dari
0,95.
Untuk pengukuran dengan skala numeric NRS, responden diminta untuk
memilih angka 0-10 sesuai tingkat keparahan nyeri yang dirasakan. Tidak
disminore jika skor (0), Disminore ringan jika skor (1-3), Disminore sedang jika
skor (4-6), Disminore berat jika skor (7-10).
32
5). Peneliti akan mendapatkan izin dari Kepala Dinas Penanaman Modal dan
Perizinan Provinsi Bali.
6). Peneliti akan menyerahkan surat rekomendasi dari Kepala Dinas
Penanaman Modal dan Perizinan Provinsi Bali ke Badan Kesatuan Bangsa
dan Politik Kota Denpasar.
7). Peneliti akan mendapat surat izin dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik
Kota Denpasar.
8). Peneliti akan membawa surat reskomendasi dari Badan Kesatuan Bangsa
dan Politik Kota Denpasar kemudian ke Kepala Dinas Kesehatan Kota
Denpasar.
9). Peneliti akan mendapat surat izin dari Kepala Dinas Kesehatan Kota
Denpasar keluar, kemudian peneliti menyerahkan surat izin penelitian
kepada Kepala SMA N 4 Denpasar.
10). Setelah peneneliti mendapat izin dari Kepala SMA N 4 Denpasar, peneliti
mempersiapkan lembar permohonan menjadi responden.
11). Peneliti akan mempersiapkan lembar persetujuan menjadi responden
(informed consent).
12). Peneliti akan mempersiapkan alat-alat yang digunakan dalam penelitian,
yaitu lembar kuisioner yang sudah di uji validitas dan dinyatakan valid.
13). Peneliti akan mempersiapkan link kuesioner yang akan disebarakan
kepada responden melalui online.
b. Tahap Pelaksanaan
1) Peneliti akan menentukan sampel penenelitian sesuai kriteria inklusi
dan eksklusi di SMAN 4 Denpasar yaitu berjumlah 161 responden.
2) Peneliti akan menghubungi wali kelas XI yang ada di SMA N 4
Denpasar untuk bekerjasama dalam menyebarkan kuesioner online,
sebelumnya peneliti akan menyamakan persepsi dengan wali kelas
untuk menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang akan dilakukan
kepada calon responden
34
(Swarjana, 2015). . Analisa data penelitian ini akan dilakukan dengan bantuan
software komputer yaitu program SPSS 20 for windows.
Interpretasi hasil uji hipotesis yang dibuat berdasarkan kekuatan
korelasi, nilai signifikan dan arah korelasi. Dari uji statistik tersebut hasil
yang bisa didapatkan yaitu:
1) Nilai signifikansi hipotesis
Nilai signifikansi hipotesis menurut Swarjana (2016), yaitu:
a) Jika nilai signifikansi (sig) <α (0,05), maka Ho ditolak dan Ha
diterima merupakan hipotesis yang menyatakan adanya perbedaan
atau hubungan diantara dua variabel.
b) Jika nilai signifikansi (sig) >α (0,05), maka Ho diterima dan Ha
ditolak merupakan hipotesis yang menyatakan tidak adanya
hubungan antara perbedaan atau hubungan diantara dua variabel.
2) Koefisien korelasi
Untuk menentukan nilai kekuatan korelasi arah korelasi dapat
dikelompokan sebagai berikut :
3) Arah korelasi
a) Sifat hubungan posotif (+) berarti jika variabel X mengalami
kenaikan maka vaiabel Y juga akan mengalami kenaikan atau
sebaliknya jika variabel X mengalami penurunan maka variabel Y
juga akan mengalami penurunan.
b) Sifat hubungan negatif (-) berarti jika variabel X mengalami kenaikan
maka variabel Y mengalami penurunan atau sebaliknya jika variabel
X mengalami penurunan maka variabel Y mengalami kenaikan.
38
F. Etika Penelitian
Dalam suatu penelitian banyak hal yang harus dipertimbangkan, tidak hanya metode,
desain, dan aspek lainnya, tetapi ada hal sangat penting dan serius yang harus
diperhatikan oleh peneliti, yaitu ethical principles atau etika penelitian (Swarjana,2015).
Adapun prinsip-prinsip etika dalam penelitian sebagai berikut :
1. Informed consent (lembar persetujuan)
Informed consent merupakan lembar yang berisikan tentang persetujuan
calon responden bahwa bersedia untuk menjadi responden pada penelitian ini
dengan menyetujui lembar Informed consent yang akan dibuat oleh peneliti
sebagai persiapan penelitian. Subjek harus mendapatkan informasi secara lengkap
tentang tujuan penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas
berpartisipasi atau menolak menjadi responden. Pada informed consent juga perlu
dicantumkan bahwa data yang diperoleh hanya akan dipergunakan untuk
pengembangan ilmu. (Polit and Back, 2003 dalam Swarjana, 2015).
2. Anonymity (tanpa nama)
Anonymity yaitu tidak mencantumkan nama responden pada lembar
kuesioner atau alat ukur yang digunakan, namun hanya menuliskan inisialnya saja
sehingga kerahasiaannya terjaga. Pada saat penelitian peneliti akan menjelaskan
kepada responden bahwa peneliti tidak mencantumkan nama pada kuesioner.
Peneliti menjelaskan pada saat pengisian kuesioner respondne hanya mengisi
nama dengan inisial saja.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Kerahasiaan merupakan masalah etika yang memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian baik informasi maupun masalah-masalah yang lain.
Semua informasi yang akan dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti,
hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.
4. Protection from discomfort (perlindungan dan ketidaknyamanan)
Melindungi responden dari ketidaknyamanan, baik fisik maupun
psikologi. Peneliti dalam penelitian ini akan mendapatkan izin untuk melakukan
penelitian seperti yang dijelaskan ditahap persiapan.
5. Beneficence
39
Anisa, Vivi Magista. (2015). Hubungan status gizi, menarche dini, dan perilaku
mengonsumsi makanan cepat saji (fast food) dengan kejadian dismenore primer
pada siswi SMAN 13 Bandar Lampung. Bandar Lampung: Universitas
Lampung.
Anurogo,D. & Wulandari, A. (2011). Cara Jitu Mengatasi Nyeri Haid.Yogyakarta: ANDI
Yogyakarta.
Anwar, Mochamad. (2011). Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo.
Ayu Nur, Indahwati. (2017). Hubungan Mengonsumsi Makanan Cepat Saji (Fast Food)
Dengan Kejadian Dismenore Pada Remaja Putri Di SMP N 1 Ponorogo.
Indonesian Journal of Health Sciences Sci., vol.1, no.2, pp. 7-13
Calis, Karim Anton. (2015). Dysmenorrhea.
Depkes RI. (2009). Profil Kesehatan. Jakarta: Direktorat Gizi Masyarakat.
Depkes RI. (2014). Profil Kesehatan. Jakarta: Direktorat Gizi Masyarakat.
Dewa Agung Gina Andrini, Dedi Silakarma , Adiartha Griadhi. (2014). Hubungan
Antara Kebugaran Fisik dengan Dismenore Primer Pada Remaja Putri di SMA
Negeri 1 Denpasar.
Dimyati. (2002). Belajar dan Pembelajaran. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan :
Jakarta.
Fauridah, Fendin. (2010). Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Disminore pada
Siswi Kelas VIII SMP Muhammadiyah 1 Yogyakarta Tahun 2010.
Holder, Andre. (2014). Dysmenorrhea in Emergency Medicine Clinical. Tersedia dari:
http://emedicine.medscape.com/article/795677- clinical. Diakses tanggal 8
September 2020.
Ida Ayu Chandranita Manuaba. (2009). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita Ed. 2.
Jakarta: EGC
Ismalia N. (2017). Hubungan Gaya Hidup dengan Dismenore Primer pada Mahasiswi
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung Angkatan 2015. [skripsi]. lampung:
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung; 2017.
Kemenkes RI. (2015). Profil Kesehatan Indonesia. Kesehatan. doi: 10.1111/evo.12990.
Kusmiran, E. (2014). Kesehatan reproduksi remaja dan wanita. Jakarta: Salemba
Medika.
Laila, Nur Najmi. (2011). Buku Pintar Menstruasi. Buku Biru : Yogyakarta.
Masluroh. (2018). Hubungan Menarche dan Konsumsi Makanan Cepat Saji dengan
Kejadian Dismenore Primer. Jurnal Antara Kebidanan. Vol. 1.
Ningsih, Ratna. (2011). Efektifitas Paket Pereda Intensitas Nyeri Pada Remaja Dengan
Dismenore di SMAN Kecamatan Curup. Lontar.ui.ac.id/file?file/Digital/202
82111- T%20%Ratna%20Ningsih%20.Pdf
Nurwana, dkk. (2017). Analisis Faktor Yang Berhubungan dengan Kejadian Disminore
Pada Remaja Putri di SMA Negeri 8 Kendari tahun 2017. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Kesehatan Masyarakat,2.
Okviani. (2011). Hubungan Pola Makan Dengan Gastritis Pada Mahasiswa S1
Keperawartan Program FIKKES UPN “Veteran” Jakarta. Retrived Desember 5,
2011. From
http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/3keperawatanpdf/207312041/abstrak.pdf.
Potter, Perry. (2010). Fundamental Of Nursing: Consep, Proses and Practice. Edisi 7.
Vol. 3. Jakarta : EGC
Purwaningsih, W. and Fatmawati, S. (2010). Asuhan Keperawatan Maternitas.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Putri, Salsabila Alifah. (2017). Hubungan Antara Nyeri Haid (Dismenore) Terhadap
Aktivitas Belajar Pada Siswi Kelas XI SMA Negeri 52 Jakarta (Skripsi).
Malang : Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri malang
Rohmat. (2013). Aktivitas Belajar, Hasil Belajar, Metode Diskusi Dan Pendidikan
Kewarganegaraan. (Online). (http://eprints.walisongo.ac.id/9
84/3/083911045_Bab2.pdf),
Satyanarayana. (2014). Hubungan Malnutrisi dengan Kejadian Dismenorea Pada remaja
Putri di SMAN 1 Kampar. pp. 11–19.
Sukarni, I dan Margareth, Z.H. (2013). Kehamilan, Persalinan dan Nifas, Yogyakarta:
Nuha Medika
Sukarni, I dan Wahyu, P. (2013). Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Yogyakarta: Nuha
Medika
Sulistyoningsih. (2011). Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu.
United Nations International Children’s Emergency Fund. (2016). Laporan Tahunan
Indonesia 2016. Diakses dari https://www.unicef.org/indonesia/id/-
media_25217-.html
Utari, N. (2016). HubunganAntara Status Gizi Dengan Kejadian Dismenore
PadaMahasiswi yang sedang mengerjakan Skripsi di Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Universitas Muhammadiyah
Verawaty, SN dan Liswidyawati, R. (2012). Merawat dan Menjaga Kesehatan Seksual
Wanita. PT Grafindo Media Pratama. Bandung.
WHO. (2013). Dismenorrhoe Department Of Sustainable Development and Healthy
Environments.
Widagdo. (2017). Masalah dan tatalaksana penyakit anak dengan nyeri perut. Jakarta:
Universitas Trisakti.
Willy. (2011). Pola asuh makan. Jakarta:EGC.
Zalni, R. I., Harahap, H., & Desfita, S. (2017). Usia Menarche Berhubungan Dengan
Status Gizi, Konsumsi Makanan Dan Aktivitas Fisik. Jurnal Kesehatan
Reproduksi, 8(2), 153–161. https://doi.org/10.22435/kespro.v812.6918.153-161
Lampiran 1
o Kegiatan Waktu
Okt202 Nov2020 Des2020 Jan2021 Feb2021 Maret2021 April2021 Mei2021 Juni2021
0
II I I I II I I I II I I I II I I I II I I I II I I I II I I I II I I I II IV
I V I I V I I V I I V I I V I I V I I V I I V I I
1 Bimbingan
proposal
2 ACC proposal
3 Penyebaran
proposal
4 Ujian proposal
5 Ujian ulang
proposal
6 Pengumpulan
data
7 Penyusunan
hasil
penelitian
8 Penyebaran
Skripsi
9 Ujian Skripsi
10 Ujian ulang
skripsi
11 Perbaikan dan
pengumpulan
Lampiran 2
Kuesioner Penelitian
Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Disminore Pada Remaja Putri Di SMAN 4
Denpasar
A. Petunjuk
1. Perhatikan dan bacalah pernyataan-pernyataan dibawah ini dengan cermat dan
seksama
2. Berikan tanda (√) pada jawaban yang sesuai dengan pilihan anda
3. Jawaban yang anda berikan dijamin kerahasiaannya dan tidak mempengaruhi nilai
akademik anda
B. Karakteristik Responden
Nama (inisial) :
Umur :
Kelas :
Jenis kelamin :
Perempuan
Laki-laki
Petunjuk : Berilah tanda centang (√) sesuai dengan jawaban yang dipilih.
Petunjuk : Pada skala ini diisi oleh peneliti setelah responden menunjukkan angka berapa nyeri
yang dirasakan dengan menggunakan skala nyeri Numerik Rating Scale (0-10) yaitu:
1. Tidak nyeri (0)
2. Nyeri ringan (1-3)
3. Nyeri sedang (4-6)
4. Nyeri berat (7-10)
Tanyakan kepada responden pada angka berapa nyeri yang dirasakannya dengan menunjukkan
posisi garis yang sesuai untuk menggambarkan nyeri yang dirasakan oleh responden dengan
membuat tanda ( X ) pada skala yang telah disediakan.
Lampiran 3
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Ni Luh Putu Ika Wiyastini
NIM : 17C10193
Pekerjaan : Mahasiswa semester VIII Program Studi Ilmu
Keperawatan, ITEKES Bali
Alamat : Jalan Tukad Balian No. 180 Renon, Denpasar-Bali
Bersama ini saya mengajukan permohohan kepada Saudara untuk bersedia menjadi
responden dalam penelitian saya yang berjudul “Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian
Disminore Pada Remaja Putri di SMAN 4 Denpasar”, yang pengumpulan datanya akan
dilaksanakan pada tanggal …… s.d……... Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui bagaimana hubungan pola makan dengan kejadian disminore pada remaja putri di
SMAN 4 Denpasar. Saya akan tetap menjaga segala kerahasiaan data maupun informasi yang
diberikan.
Demikian surat permohonan ini disampikan, atas perhatian, kerjasama dari kesediannya
saya mengucapkan terimakasih.
Nama :
Jenis kelamin :
Umur :
Alamat :
Setelah membaca Lembar Permohonan Menjadi Responden yang diajukan oleh saudara, Ni Luh
Putu Ika Wiyastini, Mahasiswa Tingkat IV/semester VIII Program Studi Sarjana Keperawatan
ITEKES Bali, yang penelitiannya berjudul “hubungan pola makan dengan kejadian disminore
pada remaja putri di SMAN 4 Denpasar” maka dengan ini saya menyatakan bersedia menjadi
responden dalam penelitian tersebut, secara sukarela dan tanpa ada unsur paksaan dari siapapun.
Demikian surat persetujuan ini saya berikan agar dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Denpasar, ………………..,20…
Responden
(……………………………..)