Anda di halaman 1dari 61

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN IBU DENGAN KESIAPAN

DALAM MENGHADAPI MENOPAUSE DIWILAYAH KERJA


PUSKESMAS RAWAT INAP SEDINGINAN
KECAMATAN TANAH PUTIH

PROPOSAL

RISKA YANI
NIM: 19312051

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES PAYUNG NEGERI
PEKANBARU
2021
HALAMAN PESETUJUAN

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN IBU DENGAN KESIAPAN


DALAM MENGHADAPI MENOPAUSE DIWILAYAH KERJA
PUSKESMAS RAWAT INAP SEDINGINAN
KECAMATAN TANAH PUTIH

PROPOSAL

RISKA YANI
NIM: 19312051

Proposal ini Telah Disetujui


Tanggal Maret 2021
Pembimbing

Veni Dayu Putri,M.Si


NIDN. 0027088305

Mengetahui
Ketua Program Studi S1 Keperawatan
STIKes Payung Negeri Pekanbaru

Ns. Sri Yanti, M.Kep,Sp.Kep.MB


NIDN. 1001058102

i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini

Nama : RISKA YANI

NIM : 19312051

Program Studi : S1 Keperawatan STIKes Payung Negeri Pekanbaru

Judul proposal :Hubungan Tingkat Kecemasan Ibu Dengan Kesiapan


Dalam Menghadapi Menopause Diwilayah Kerja
Puskesmas Rawat Inap Sedinginan Kecamatan Tanah
Putih

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa proposal yang saya tulis ini


benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan alihan
tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya
sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa proposal ini adalah
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya
tersebut.

Pekanbaru, Maret 2021


Yang membuat pernyataan,

RISKA YANI
NIM. 19312051
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat


yang telah dilimpahkannya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan
proposal ini, yang diajukan guna melengkapi dan memenuhi salah satu syarat
menyelesaikan pendidikan sarjana keperawatan STIKes Payung Negeri dengan
judul “Hubungan Tingkat Kecemasan Ibu Dengan Kesiapan Dalam
Menghadapi Menopause Diwilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Sedinginan
Kecamatan Tanah Putih”.
Dalam penyelesaian menyelesaikan proposal ini penulis banyak
mendapatkan bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak. Pada kesempatan
ini perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Ibu Dr. Ns. Hj. Deswinda, S.Kep, M.Kes selaku ketua STIKes Payung
Negeri Pekanbaru.
2. Ibu Ns. Sri Yanti, M.Kep, Sp. Kep. MB, selaku ketua Prodi S1
Keperawatan STIKes Payung Negeri Pekanbaru.
3. Ibu Veni Dayu Putri,M,Si selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing penulis.
4. Bapak dan ibu dosen serta staf tata usaha STIKes Payung Negeri
Pekanbaru.
5. Afriyal,S.Pd selaku suami yang selalu mendampingi, memberikan doa,
dukungan dan semangat pada penulis dalam menyusun proposal ini.
6. Teristimewa ucapan terimakasih kepada kedua orang tua tercinta
Ayahanda dan Ibunda karena selalu memberikan dukungan, motivasi dan
doa yang tiada henti.
7. Teman-teman seperjuangan yang telah menjadi rekan selama di STIKes
Payung Negeri, khususnya teman-teman kelas serta sahabat- sahabat
saya yang selalu menghiasi perjalanan penulis setiap langkah.

Semoga Allah SWT selalu memberikan berkah dan karunianya kepada


semua pihak yang telah memberikan bimbingan dan dukungan kepada
penulis, Amin ya rabbal ‘alamin. Harapan penulis semoga pembaca dapat
memberikan kritikan yang sifatnya membangun guna lebih sempurnanya
proposal ini.
Akhir kata semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi perkembangan
ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang ilmu keperawatan.

Pekanbaru, Maret 2021


penulis

Riska Yani
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN...............................................................................i

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN.........................................ii

KATA PENGANTAR............................................................................................iii

DAFTAR ISI...........................................................................................................v

BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang...................................................................................................1

B. Rumusan Masalah..............................................................................................4

C. Tujuan Penelitian................................................................................................5

D. Manfaat Penelitian.............................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................8

A. TINJAUAN TEORITIS...................................................................................8

1. Konsep Menopause..........................................................................................8

a. Pengertian Menopause.................................................................................8

b. Fase Menopause..........................................................................................8

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi usia menopause....................................11

d. Tanda dan gejala menopause.......................................................................13

2. Kesiapan Menghadapi Menopause..................................................................17

3. Tingkat Kecemasan .........................................................................................21

B. Penelitian Terkait.............................................................................................23

C. Kerangka Konsep.............................................................................................24

D. Hipotesis............................................................................................................25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN..............................................................26


A. Jenis dan desain penelitian.................................................................................24

B. Lokasi dan Waktu Penelitian..............................................................................24

C. Populasi dan Sampel..........................................................................................25

D. Instrumen penelitian...........................................................................................27

E. Defenisi Operasional..........................................................................................27

F. Prosedur Pengumpulan Data...............................................................................28

G. Etika Penelitian..................................................................................................31

H. Analisa Data.......................................................................................................34

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................

LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULAUAN

A. Latar Belakang
Menopause adalah perdarahan surut fisiologik yang terakhir dalam
seumur hidup wanita, yang menunjukkan berakhirnya kemampuan
bereproduksi dan berhenti haid atau menstruasi. Wanita dapat dikatakan sudah
mencapai menopause jika sudah tidak mendapatkan menstruasi selama 12
bulan secara berurutan atau tidak dan disertai dengan tanda gejala. Proses
menopause ini dimulai dari fase premenopause (usia 40 – 48 tahun),
menopause (usia 49 – 51 tahun) dan pascamenopause (usia 52 – 55 tahun),
(Lennywatiy, 2013). Badan Kesehatan Dunia, WHO (World Health
Organization) memperkirakan usia harapan hidup orang Indonesia adalah 75
tahun pada tahun 2025. Hal ini berarti wanita memiliki kesempatan untuk
hidup rata-rata 25 tahun lagi sejak awal menopause. Data dari WHO, 2016
tahun 2013 jumlah wanita di dunia yang memasuki fase menopause
diperkirakan mencapai 1,42 milyar orang. Jumlah wanita menopause di
Indonesia tahun 2013 sebanyak 15,5 (1,2%) juta orang bahkan pada tahun
2025 diperkirakan akan ada 60 (4,2%) juta wanita mengalami menopause.
Meningkatnya jumlah penduduk wanita tersebut berpengaruh terhadap jumlah
dan proporsi penduduk perempuan yang memasuki usia menopause (Baziad,
2013)
Klimakterik merupakan periode peralihan dari fase reproduksi menuju
fase usia tua. Fase klimakterium pertama yang dialami wanita sebelum
menopause yaitu premenopause. Wanita yang mengalami fase premenopause
mengalami beberapa perubahan fisik dan psikologis. Menurut (Renidayati,
2017), Keluhan fisik yang sering dirasakan dan paling sering dijumpai yaitu
ketidakteraturan siklus haid, adanya semburan panas (hot flushes) dari dada
keatas yang sering disusul dengan keringat banyak dan berlangsung selama

1
bebrapa detik sampai 1 jam, dada berdebardebar, vertigo, nafsu seks (libido)
menurun, susah tidur (insomnia), hipertensi, cepat lelah, nyeri tulang
belakang, adanya pengeroposan tulang, gangguan sirkulasi darah, berat badan
meningkat karena terjadi adipositas (penimbunan lemak). Keluhan psikis yang
dirasakan yaitu merasa cemas, adanya ketakutan, lebih cepat marah, emosi
kurang terkontrol, mudah tersinggung, sulit berkonsentrasi, gugup, rasa
kekurangan, rasa kesunyian, tidak sabar, rasa lelah, merasa tidak berguna,
stres, dan bahkan hingga mengalami depresi. Keadaan ini berlangsung dengan
kurun waktu 4 - 5 tahun sebelum menopause. (Lennywatiy, 2013), terdapat 3
Dampak perubahan pada fase klimakterium pada wanita yaitu wanita
merasakan banyak keluhan, tetapi antara wanita yang satu dengan yang lainya
berbeda karena efek biologis dan reaksi individual akibat rendahnya estrogen
sehingga menyebabkan gejala yang berbeda. Dampak yang ditimbulkan yaitu
wanita menjadi kurang percaya diri karena mengalami atau adanya
penerimaan yang kurang atas perubahan fisik dan psikis yang dialami
(Lennywatiy, 2013).
Kecemasan adalah suatu keadaan emosional yang tidak menyenangkan
yang ditandai oleh rasa ketakutan serta gejala fisik yang menegangkan serta
tidak diinginkan Beberapa penelitian menunjukkan bahwa 75% wanita
menopause merasakan menopause sebagai masalah atau gangguan, sedangkan
25% lainnya tidak mempermasalahkannya. Dalam penelitiannya Damayanti
(2012) juga mendapatkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat
pengetahuan dan kecemasan ibu dalam mengahadapi menopause, yaitu
semakin kurang tingkat pengetahuan maka semakin meningkat kecemasan ibu
dalam menghadapi menopause. Kecemasan dan ketakutan yang berlebihan ini
dapat mempengaruhi tingkat kesiapan sehingga wanita memerlukan
pengetahuan dan kesiapan yang baik terkait perubahan fisik maupun psikologi
yang akan dihadapi. Menurut Rasyid, (2014), Tingkat kesiapan wanita

2
premenopause dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor meliputi pengetahuan,
pendidikan, sosial ekonomi, budaya lingkungan, riwayat kesehatan, dan usia.
Faktor pengetahuan dapat menurunkan angka depresi dan kecemasan yang
berlebihan sehingga dapat meningkatkan kesiapan secara fisik, psikis dan
spiritual. Kesiapan seorang wanita dalam memasuki usia menopause meliputi
kesiapan baik secara fisik seperti menerima proses menopause dengan
memperhatikan gaya hidup meliputi berolahraga secara teratur,
mengkonsumsi makanan sehat dan bergizi, menghindari rokok dan alkohol
dan berkonsultasi dengan dokter, kesiapan psikis meliputi berpikiran positif
melalui penerimaan yang baik dan menghindari stress, dan spiritual dengan
lebih mendekatkan diri, memperkuat ibadah sehingga menimbulkan
penerimaan yang positif. Gejala yang ditimbulkan dari kecemasan wanita
menghadapi masa menopause seperti berkeringat, mudah lelah, susah tidur,
mudah marah, perasaan berupa rasa takut, tegang, depresi. Hal ini di
pengaruhi oleh faktor usia, aktifitas, serta latar belakang pendidikan dan
ekonomi. Penelitian Desti tahun 2014 tentang gambaran tingkat kesiapan yang
dilakukan di Nagari Sungai Beringin Wilayah Kerja Puskesmas Koto Baru
Simalanggang lebih dari responden (88,1%) mempunyai ketidaksiapan dalam
menghadapi datangnya menopause. Pada tahun 2020 jumlah ibu
premenopouse di wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Sedinginan
Kecamatan Tanah Putih berjumla 43 orang.
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 24 Desember 2020
di Puskesmas Sedinginan Kecamatan Tanah Putih terhadap 10 orang ibu usia
40- 50 tahun pre menopause Tingkat kesiapan ibu memasuki usia
premenopause didapatkan hasil yaitu 6 orang (60%) ibu mengatakan secara
fisik jarang berolah raga karena sibuk bekerja maupun dirumah, menurut
mereka menopause sudah menjadi kodrat wanita dan harus dijalani, siap tidak
siap harus siap karena jika sudah waktunya menopause hanya bisa menjalani

3
dengan ikhlas, 4 orang (40%) ibu mengatakan takut karena mengganggap
memasuki menopause ibu menjadi semakin tua dan kurang percaya diri..
Melihat pemaparan diatas penulis merasa tertarik untuk meneliti ”
Hubungan Tingkat Kecemasan Ibu Dengan Kesiapan Dalam
Menghadapi Menopause Diwilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap
Sedinginan Kecamatan Tanah Putih”.

B. Rumusan Masalah
Menopause adalah perdarahan surut fisiologik yang terakhir dalam
seumur hidup wanita, yang menunjukkan berakhirnya kemampuan
bereproduksi dan berhenti haid atau menstruasi. Perubahan fisik dan psikis
pada wanita menopause akan berdampak pada kehidupan sehari-hari sehingga
mempengaruhi kualitas hidup. Salah satu faktor yang mempengaruhi adanya
keluhan pada perubahan fisik dan psikis yang secara tidak langsung dapat
mempengaruhi tingkat kesiapan dan kecemasan ibu pre menopause.
Berdasarkan hasil wawancara di Puskesmas Sedinginan Kecamatan Tanah
Putih terhadap 10 orang ibu usia 40- 50 tahun pre menopause Tingkat
kesiapan ibu memasuki usia premenopause didapatkan hasil yaitu 6 orang
(60%) ibu mengatakan secara fisik jarang berolah raga karena sibuk bekerja
maupun dirumah, menurut mereka menopause sudah menjadi kodrat wanita
dan harus dijalani, siap tidak siap harus siap karena jika sudah waktunya
menopause hanya bisa menjalani dengan ikhlas, 4 orang (40%) ibu
mengatakan takut karena mengganggap memasuki menopause ibu menjadi
semakin tua dan kurang percaya diri.

Berdasarkan latar belakang diatas penulis ingin mengetahui Adakah


Hubungan Tingkat Kecemasan Ibu Dengan Kesiapan Dalam
Menghadapi Menopause Diwilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap
Sedinginan Kecamatan Tanah Putih.

4
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk Mengetahui Hubungan Tingkat Kecemasan Ibu Dengan Kesiapan
Dalam Menghadapi Menopause Diwilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap
Sedinginan Kecamatan Tanah Putih.

2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui Tingkat Kecemasan Ibu Dalam Menghadapi
Menopause Diwilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Sedinginan
Kecamatan Tanah Putih
b. Untuk mengetahui Kesiapan Dalam Menghadapi Menopause
Diwilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Sedinginan Kecamatan
Tanah Putih.
c. Untuk mengetahui Hubungan Tingkat Kecemasan Ibu Dengan
Kesiapan Dalam Menghadapi Menopause Diwilayah Kerja
Puskesmas Rawat Inap Sedinginan Kecamatan Tanah Putih
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi institusi pendidikan
Diharapkan penilitian ini dapat digunakan sebagai referensi dalam
penelitian yang akan datang serta dapat menambah wawasan dalam bidang
ilmu keperawatan Gerontik.

2. Bagi Mahasiswa Keperawatan


Hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan referensi bagi mahasiswa
tentang Hubungan Tingkat Kecemasan Ibu Dengan Kesiapan Dalam
Menghadapi Menopause.

3. Bagi Penelitian selanjutnya


Diharapkan hasil penelitian ini dapat untuk mengembangkan
penelitian lebih lanju dengan variabel dan teknik sampling yang berbeda.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis
1. Konsep Menopause
a.Pengertian Menopause
Klimakterik merupakan periode peralihan dari fase reproduksi menuju fase
usia tua yang terjadi akibat menurunnya fungsi generatif ataupun
endokrinologik dari ovarium dan merupakan suatu fase peralihan yang
normal ,berlangsung sebelum dan beberapa tahun sesudah menopause dan
dikenal sebagai masa klimakterium. Klimakterium yang terjadi pada wanita
umur kurang dari 40 tahun disebut dengan klimakterium prekok yang dapat
disebabkan oleh bebrapa faktor diantaranya pengangkatan kedua ovarium
karena alasan tertentu, penyinaran ovarium, akibat kemoterapi, dan
penggunaan obat obatan secara tidak benar. Menopause merupakan
perdarahan haid yang terakhir dan berhentinya siklus menstruasi. Menurut
WHO menopause merupakan penghentian secara permanen akibat
hilangnya aktifitas folikular ovarium dan 12 bulan amenorea secara
berturut-turut.Sekitar 10% wanita berhenti menstruasi pada usia 40 tahun
dan 5% tidak berhenti menstruasi sampai usia 60 tahun. Bagian
klimakterium menopause dimulai denganfase pramenopause dan sesudah
menopause disebut dengan fase pascamenopause (WHO, 2016).

b. Fase Menopause
1) Pre-menopause
Premenopause merupakan peristiwa yang di alami oleh setiap wanita
rentang usia 40 tahun dan memasuki fase klimakterik. Klimakterium
terdiri dari beberapa fase, pada fase pra-Menopause biasanya terjadi pada
umur 35-45 tahun (Dita Andira,2010) . Fase ini ditandai dengan siklus

6
haid yang tidak teratur, dengan perdarahan haid yang memanjang dan
jumlah darah haid yang relative banyak.Perubahan endrokrinologik yang
terjadi adalah berupa fase folikuler yang memendek, kadar esterogen dan
dan sekitar 3-4 tahun sebelum premenopause kadar FSH mulai meningkat
dan produksi esterogen, inhibin dan progesteron ovarium menurun
setelah usia 40 tahun (Hefner, 2016). Dampak dari perubahan tersebut
dapat menimbulkan meunculnya gejala yang sering dikeluhkan wanita
premenopause. Sekitar 80% - 90% wanita pra-menopause merasakan
adanya masalah, 10-30 % diantaranya mempunyai keluhan dan masalah
yang berat dapat mengganggu aktifitas sehari-hari sehingga
membutuhkan pertolongan medis serta perawatan (Baziad, 2013). Pada
fase ini seorang wanita akan mengalami perubahan psikologis/kejiwaan,
terjadi perubahan fisik berlangsung selama antara 4-5 tahun, akibat
penurunan hormon estrogen, hampir 80% wanita merasakan keluhan
kesehatan berupa gejala panas berkeringat, berdebar-debar, sakit kepala,
insomnia, perubahan bentuk tubuh, perubahan hubungan seksual, dan
masalah psikologi yang perlu mendapat perhatian (Baziad, 2013). Selain
itu fertilitas juga menurun secara drastis pada wanita saat memasuki usia
35 tahun dan lebih cepat lagi setelah usia 40 tahun. Steroid seks sangat
berperan terhadap fungsi susunan saraf pusat yang berpengaruh terhadap
perilaku, suasana hati fungsi kognitif dan sensorik seseorang dengan
demikian timbul perubahan psikis yang berat (Brown pam, 2016).
2) Perimenopause
Perimenopause merupakan fase peralihan antara pramenopause dan
pascamenopause. Fase ini ditandai dengan siklus haid pada wanita > 38
hari dan < 18 hari. Sebanyak 40% wanita mengalami siklus haid
anovulatorik yaitu siklus haid yang terjadi tanpa adanya proses ovulasi
(pelepasan sel telur dari kandung telur). Masa subur mulai dihitung sejak

7
terjadinya ovulasi (pelepasan sel telur dari kandung telur) yang umumnya
terjadi pada hari ke-14 setelah haid hari pertama. Pada siklus haid
anovulatorik, ovulasi tidak terjadi, sehingga masa subur akan sangat sulit
atau bahkan tidak dapat ditentukan. Meskipun terjadi ovulasi kadar
progesterone tetap rendah, kadar FSH, LH dan esterogen yang
bervariasi(Baziad, 2013).
3) Menopause
Dalam pandangan medis,menopause didefinisikan sebagai masa
pengehntian haid untuk selamanya, biasanya menopause terjadi pada
wanita mulai dari usia 45-55 tahun,masa menopause ini tidak bisa serta
merata di ketahui, tetapi biasanyaakan diketahui setelah setahun berlalu
(Dita Andira,2010) Jumlah folikel yang mengalami atresia semakin
meningkat, sehingga tidak tersedia lagi folikel yang cukup. Produksi
esterogen juga berkurang dan tidak terjadi haid lagi yang berakhir dengan
terjadinya menopause. Oleh karena itu menopause dapat disebut haid
terakhir yang alami, dan hal ini tidak terjadi pada wanita yang
menggunakan kontrasepsi hormonal pada fase perimonopause. Diagnosa
menopause merupakan diagnose retrospektif, apabila wanita tidak
mengalami haid selama 12 bulan, dan dijumpai kadar FSH dalam darah >
40 mIU/ml dan kadar estradiol < 30 pg/ml, telah dapat dikatakan wanita
telah mengalami menopause. Untuk menentukan diagnosa ini perlu
dilakukan penghentian pil kontrasepsi dan satu bulan kemudian
dilakukan pemeriksaan FSH dan estradiol (Baziad, 2013).
4) Pasca Menopause
Pada fase ini ovarium tidak berfungsi sama sekali, kadar estradiol berada
antara 20-30 pg/ml dan kadar gonadotropin yang meningkat. Peningkatan
hormon gonadotropin ini disebabkan oleh terhentinya produksi Inhibin
akibat tidak tersedianya folikel dalam jumlah yang cukup. Akibat

8
rendahnya kadar estradiol endometrium menjadi atropik dan tidak
mungkin muncul haid lagi. Namun pada wanita gemuk masih ditemui
kadar estron yang tinggi dan akan diubah menjadi estradiol (Baziad,
2013).
c.Faktor- faktor yang mempengaruhi usia menopause (Baziad,2013)
1) Usia saat haid pertama kali (menarche)
Beberapa penelitian menemukan adanya hubungan antara usia pertama
kali mendapat haid dengan usia seorang wanita memasuki menopause.
Semakin muda seseorang mengalami haid pertama kalinya, semakin tua
atau lama ia memasuki masa menopause (Senolinggi, 2015).
2) Faktor psikis
Keadaan seorang wanita yang tidak menikah dan bekerja dapat
mempengaruhi perkembangan psikis seorang wanita.Wanita akan
mengalami masa menopause lebih muda, dibandingkan mereka yang
menikah dan tidak bekerja/bekerja atau tidak menikah dan tidak bekerja
(Herawati, 2010).
3) Jumlah anak
Beberapa penelitian menemukan bahwa semakin sering seorang wanita
melahirkan maka semakin tua atau lama mereka memasuki masa
menopause.Pengaruh jumlah paritas dengan nusia menopause disebabkan
oleh peningkatan kadar progesteron pada saat akhir kehamilan dan dan
sesudah melahirkan sehingga akan memperlambat usia menopause
(Gorga, 2015).
4) Usia melahirkan
Semakin tua seseorang melahirkan anak, semakin tua ia mulai memasuki
usia menopause. Wanita yang masih melahirkan di atas usia 40 tahun
akan mengalami usia menopause yang lebih tua. Hal ini terjadi karena
kehamilan dan persalinan akan memperlambat sistem kerja organ

9
reproduksi, bahkan akan memperlambat proses penuaan tubuh (Herawati,
2010).
5) Pemakaian kontrasepsi
Pemakaian kontrasepsi jenis hormonal memiliki pengaruh dalam usia
menopause. Hal ini bisa terjadi karena cara kerja kontrasepsi yang
menekan fungsi indung telur sehingga tidak memproduksi sel telur.
Wanita yang menggunakan kontrasepsi ini akan lebih lama atau tua
memasuki usia menopause (Ismiyati, 2010).
6) Merokok
Wanita perokok akan lebih cepat memasuki masa menopause.
Berdasarkan beberapa penelitian didapatkan hasil bahwa merokok
mempengaruhi usia wanita menopause. Wanita yang mengkonsumsi
rokok lebih banyak (16 batang perhari) akan mempercepat usia
menopause. Hal ini disebabkan merokok mempengaruhi cara tubuh
memproduksi dan membuang hormone esterogen. Banyaknya rokok
yang dihisap tiap harinya berpengaruh terhadap ovarium yang
disebabkan efek toksik asap rokok. Efek nikotin terhadap regulasi dan
metabolism hormone seks menimbulkan menopause 2 tahun lebih awal
(Herawati, 2010).
7) Social ekonomi
Usia menopause seorang wanita juga dipengaruhi faktor social ekonomi.
Beberapa penelitian menunjukkan beberapa hal yang mempengaruhi
persepsi seorang perempuan antara lain faktor sosial ekonomi. Tingkat
ekonomi akan berhubungan dengan pengetahuan, apabila tingkat
ekonomi rendah akibatnya pengetahuan yang didapat juga rendah atau
tidak tahu sama sekali mengenai premenopause yang sedang dialami.
Berdasarkan ketidaktahuan ini banyak wanita banyak mengamai keluhan
yang dirasakan sebagai tanda gejala menopause(Sintania, 2014).

10
8) Beban kerja
Berdasarkan penelitian Sintania tahun 2014 tentang faktor faktor yang
berhubungan dengan kejadian menopause dinibeban kerja dengan usia
menopause didapatkan bahwa semakin berat beban kerja seorang wanita
maka akan lebih cepat mengalami menopause, karena berpengaruh ke
perkembangan psikis seorang wanita (Sintania, 2014).

d. Tanda dan Gejala yang Terjadi pada Wanita Menopause


Menjelang menopause atau ketika memasuki fase premenopause wanita
banyak mengalami tanda-gejala yang menimbulkan perubahan baik perubhan
fisik maupun psikologi yang akan dialami (Baziad, 2013).
1 Gejala fisik
a. Ketidak Teraturan Siklus Haid
Ketidakteraturan siklus haid merupakan tanda gejala utama dan umum
yaitu terjadi fluktuasi dalam siklus haid, kadang kala menstruasi muncul
tepat waktu, tetapi tidak pada siklus berikutnya. Ketidakteraturan ini
sering disertai dengan jumlah darah yang sangat banyak, tidak seperti
volume pendarahan haid yang normal.
b. Rasa Panas (Hot Flushes)
Rasa panas terjadi sekitar 75% pada wanita premenopause. Semburan
panas ini bisa berlangsung selama beberapa detik sampai 1 jam dan
merupakan gejala yang paling sering dijumpai. Sebagian besar wanita
merasakan sensasi tekanan pada kepala yang diikuti rasa panas atau
terbakar. Sensasi ini dimulai daerah kepala, leher, dan meluas ke seluruh
tubuh disertai dengan keringat banyak. Hot flushes nokturnal sering
membangunkan wanita dari tidurnya dan dapat menyebabkan gangguan
tidur berat atau insomnia. Munculnya keluhan ini dapat diperberat

11
dengan adanya strees, alkohol, konsumsi kopi, dan makanan – minuman
yang panas.
c.Sakit Kepala
Sakit kepala terjadi sekitar 70% pada wanita premenopause dapat
dipengaruhi oleh gangguan tidur dan gangguan fisik lain yang
mengganggu pikiran sehingga menurunkan kenyamanan.
d. Berat Badan Bertambah
Naiknya berat badan terjadi sekitar 60% pada wanita premenopause
Banyak wanita menjadi gemuk dalam menopause. Rasa letih yang
dialami pada masa menopause, diperburuk dengan 11 perilaku makan
yang sembarangan. Banyak wanita yang bertambah berat badannya pada
masa menopause, hal ini disebabkan oleh faktor makanan dan kurang
olahraga.
e.Gangguan Tidur
Gangguan tidur terjadi sekitar 50 % pada wanita premenopause
dipengaruhi oleh perubahan fisik yang terjadi dan menjadi tanda gejala
pasti wanita premenopause. Insomnia (sulit tidur terjadi pada waktu
menopause, hal ini berkaitan dengan rasa tegang akibat berkeringat
malam hari.
f. Nyeri Tulang Dan Otot
Keadaan ini terjadi sekitar 50% pada wanita premenopause. Hilangnya
masa tulang pada wanita dimulai pada usia 30 tahun dan keadaan ini
terjadi lebih cepat saat menopause. Kehilangan masa tulang paling cepat
terjadi dalam 3-4 tahun menopause dan terjadi lebih cepat pada wanita
menopause perokok serta memicu terjadinya osteoporosis. Osteoporosis
yang disebabkan oleh defisiensi esterogen berkepanjangan meliputi
penurunan kuantitas tulang tanpa perubahan pada komposisi kimianya.

g. Jantung Berdebar-Debar
12
Keadaan ini terjadi sekitar 40% pada wanita premenopause yang
disebabkan oleh perubahan hormon dan diperberat dengan adanya stress,
alkohol dan konsumsi kopi yang berlebihan.
h. Gangguan Libido
Keadaan ini terjadi sekitar 30% pada wanita premenopause, menurunnya
gairah seks ini adalah hal yang umum dan sering disebabkan oleh
kondisi sementara seperti kelelahan. Menurunnya gairah seks pada
wanita premenopause disebabkan oleh menurunnya tingkat esterogen,
faktor strees, dan depresi.
i. Kekeringan Vagina
Keadaan ini terjadi karena leher rahim sedikit sekali mensekresikan
lendir. Penyebabnya adalah kekurangan estrogen yang menyebabkan
liang vagina menjadi lebih tipis, lebih kering, dan kurang elastis. Alat
kelamin mulai mengerut, keputihan, dan rasa sakit pada saat kencing.
2 Gejala Psikologi Yang Ditimbulkan Diantaranya :
a) Sulit berkonsentrasi dan sering lupa
Kurangnya alirah darah ke otak menyebabkan susah berkonsentrasi,
yaitu keadaan pikiran yang tidak menentu seperti khawatir, pikiran
kosong, membesar-besarkan ancaman, memandang diri sebagai sangat
sensitif, merasa tidak berdaya.
b) Sikap mudah tersinggung
Keadaan ini disebabkan oleh menurunnya hormone esterogen sehingga
wanita akan lebih mudah marah dan tertekan.
c) Kecemasan yang berlebihan
Kecemasan yang timbul sering dihubungkan dengan adanya
kekawatiran pada wanita menjelang menopause yang bersifat relatif,
artinya ada orang yang kembali cemas dan dapat kembali tenang,
setelah mendapat semangat atau dukungan dari orang sekitarnya. Akan

13
tetapi banyak juga wanita mengalami menopause namun tidak
mengalami perubahan yang tidak berarti dalam kehidupannya.
d) Suasana hati
Keadaan ini yang menunjukkan ketidak tenangan pikiran seperti mudah
marah dan tidak dapat mengontrol emosi.
e) Perilaku gelisah
Keadaan diri yang tidak terkendali, seperti gugup, kewaspadaan yang
berlebihan, sangat sensitif dan agitasi. Reaksi-reaksi biologi yang tidak
terkendali.
f) Stress
Ketegangan perasaanyang dapat terjadi dalam lingkungan pekerjaan,
pergaulan sosial, kehidupan rumah tangga sehingga dapat
menyebabkan gangguan tidur.
g) Depresi
Wanita yang mengalami depresi sering mengalamikesedihan, karena
beranggapan kehilangan kemampuan untuk bereproduksi, merasa tua,
kehilangan daya tarik, merasa tertekan karena kehilangan seluruh
perannya sebagai wanita, rasa kesepian, dan harus menghadapi masa
tuanya yang menyebabkan ketakutan yang berlebihan.
e. Upaya menghadapi menopause
Upaya-upaya yang dilakukan untuk menghadapi menopause yaitu (Baziad,
2013) :
1) Menjaga pola makan yang teratur dengan gizi yang seimbang. Asupan
vitamin dan mineral yang cukup, sangat baik untuk mencegah
osteoporosis dan kulit keriput, yang dapat mempengaruhi aktivitas sehari-
hari.
2) Olahraga teratur sesuai kemampuan fisik.

14
3) Menghentikan kebiasaan buruk seperti merokok atau mengkonsumsi
alkohol.
4) Berpikir positif
5) Berkonsultasi dengan dokter apabila menderita penyakit tertentu, supaya
mendapat pengobatan yang tepat dan aman.
2 Kesiapan Mengahadapi Menopause
a. Definisi
Kesiapan adalah tingkat perkembangan dari kematangan atau kedewasaan
yang menguntungkan dalam mempraktikkan sesuatu,dapat juga diartikan
sebagai keadaan siap siaga untuk mereaksikan atau menanggapi sesuatu.
Kesiapan disini diartikan sebagai suatu keadaan ibu untuk mempersiapkan
dirinya dalam menghadapi menopause, baik secara fisik, psikismaupun
spiritual. Sindrom menopuase merupakan gejala normal yang dialami oleh
wanita menopause (Chaplin, 2015). Gejala Menopause timbul akibat
terjadinya perubahan fisik dan psikis yang dialami wanita. Namun gejala
yang timbul bersifat individual yang berarti tidak semua wanita mengalami
gejala yang sama dan mengalami perubahan ketika memasuki usia
menopause, dan bergantung pada kondisi kesehatan, daya tahan terhadap
stres, asupan makanan dan aktivitas fisik (Purwoastuti, 2018). Menopause
merupakan hal yang normal, sedangkan penerimaannya bisa berbeda-beda di
antara para wanita (Desti, 2014). Resiko timbulnya keluhan bisa menurun
jika mempersiapkan diri secara fisik maupun psikis sejak jauh-jauh hari
sebelumnya, apabila keluhan tetap ada dengan persiapan diri yang lebih baik
lagi, artinya segala perubahan yang akan dialami dapat lebih diterima dengan
baik (Rosyada, 2016).
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan
1) Pengetahuan

15
Pengetahuan yang cukup akan membantu wanita memahami dan
mempersiapkan dirinya menghadapi masa menopause dengan lebih baik.
Diperlukan persiapan dan pengetahuan yang memadai dalam
mengahadapinya. Pemahaman wanita tentang menopause diharapkan
wanita dapat melakukan upaya pencegahan sedini mungkin untuk siap
memasuki umur menopause tanpa harus mengalami keluhan yang berat.
Berdasarkan penelitian (Ismiyati, 2010) tentang hubungan tingkat
pengetahuan tentang menopause dengan tingkat kesiapan, dalam
penelitiannnya menyatakan bahwa pengetahuan diperoleh dari informasi
baik secara lisan ataupun tertulis dari pengalaman seseorang, fakta atau
kenyataan dengan mendengar radio, melihat televisi, serta dapat diperoleh
dari pengalaman berdasarkan pemikiran kritis didapatkan bahwa
pengetahuan sangat mempengaruhi kesiapan seseorang dalam menghadapi
menopause, semakin baik dan luas pengetahuan yang di miliki seorang
wanita tentang pengertian menopause, patofisiologi, gejala, dampak, dan
upaya yang dapat dilakukan, maka akan semakin siap pula wanita tersebut
dalam menghadapi masa menopause. Begitu juga sebaliknya, semakin
kurang pengetahuan yang di miliki seorang wanita tentang menopause,
maka akan semakin tidak siap pula wanita tersebut dalam menghadapi
masa menopause (Ismiyati, 2010). Berdasarkan hasil penelitian Estiani
tahun 2015 tentang hubungan pendidikan dan pengetahuan wanita
premenopause terhadap sikap menghadapi menopause, responden yang
memiliki pengetahuan baik, lebih banyak bersikap positif dalam
menghadapi masa menopause, sikap positif wanita pramenopause yang
memiliki pengetahuan baik dapat mengantarkan wanita pramenopause
untuk lebih siap dan menerima adanya perubahan fisik maupun psikologis
dan tidak menganggap bahwa proses penuaan merupakan hal yang harus
dihindari (Estiani, 2015). Menurut penelitian Fitriani tahun 2012 tentang

16
hubungan tingkat pengetahuan dan upaya penanganan ibu dengan
kecemasan dalam menghadapi menopause, kurangnya pengetahuan atau
informasi tentang menopause dapat menyebabkan suatu kecemasan dalam
menghadapi menopause, karena informasi sangat penting bagi ibu untuk
mengetahui tentang perubahan saat menopause maupun tanda-tanda
menjelang (Fitriani, 2012).
2) Pendidikan
Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
pengetahuan, selain itu informasi dan faktor pengalaman akan menambah
pengetahuan tentang sesuatu yang bersifat nonformal. Wanita yang
berpendidikan akan mempunyai pengetahuan kesehatan yang lebih baik.
Berdasarkan hasil penelitian Ismiyati tahun 2010 tentang hubungan
tingkat pengetahuan tentang menopause dengan kesiapan,menunjukkan
bahwa wanita yang berpendidikan lebih tinggi akan lebih mudah
menyerap informasi, mengembangkan, serta menerapkan dalam
kehidupannya. Seiring dengan peningkatan pengetahuan tentang
menopause, maka akan meningkatkan kesiapan ibu menghadapi masa
menopause (Ismiyati, 2010).
3) Sosial ekonomi
keadaan sosial ekonomi mempengaruhi faktor fisik, kesehatan, dan
pendidikan. Wanita yang berasal dari golongan ekonomi rendah
cenderung pasrah dan mampu beradaptasi dengan baik saat mengalami
menopause. Keadaan ekonomi yang baik memungkinkan wanita lebih
mudah mendapat sarana dan fasilitas penunjang, seperti majalah, koran,
buku kesehatan, dan lain sebagainya untuk memperoleh informasi
kesehatan dan pengetahuan tentang menopause (Lennywatiy, 2013).
Keadaan ekonomi yang baik memungkinkan wanita lebih mudah
mendapat sarana dan fasilitas penunjang, seperti majalah, koran, buku

17
kesehatan, dan lain sebagainya untuk memperoleh informasi dan
pengetahuan tentang menopause (Nurvita, 2015). Selain itu, kondisi
kesehatan seseorang juga dapat mempengaruhi kondisi psikologis,
misalnya pada penderita penyakit kronis. Kondisi tersebut dapat
mempengaruhi kesiapan seorang wanita menjelang menopause, karena di
sana terjadi masa peralihan atau perubahan-perubahan. Hal ini sesuai
dengan pendapat yang dikutip dari sebuah buku, dimana keadaan sosial
ekonomi mempengaruhi faktor fisik, kesehatan, dan pendidikan
(Notoadmodjo, 2012).
4) Budaya dan lingkungan
Budaya berpengaruh sangat besar terhadap cara wanita menanggapi proses
berhentinya haid. Wanita Indonesia yang mayoritas adalah muslim,
umumnya dapat menerima menopause dengan baik. Masalah yang
dihadapi oleh wanita premenopause adalah dimana tanggapan masyarakat
tentang menopause semakin meningkat baik positif maupun negative
(Prawirohardjo., 2015).
5) Riwayat kesehatan
Kondisi kesehatan seseorang dapat mempengaruhi kondisi psikologis,
misalnya pada penderita penyakit kronis. Hal itu dapat terjadi pada wanita
menjelang menopause, karena di sana terjadi masa peralihan atau
perubahan fisik dan dapat mempengaruhi tingkat kesiapan.
6) Umur
Semakin bertambahnya umur seseorang, pengalamannya akan bertambah
sehingga akan lebih siap dalam menghadapi menopause. Menurut
penelitian Nurvita tahun 2015 tentang hubungan kesiapan menghadapi
menopause dengan tingkat kecemasan, menyatakan bahwa umur
seseorang berkaitan dengan bertambahnya pengalaman, dimana

18
pengalaman tersebut akan meningkatkan pengetahuan dan kematangan
seseorang dalam menghadapi masalah yang terjadi dalam kehidupan.
c. Kategori Kesiapan
Kesiapan Perempuan menghadapi menopause digolongkan dalam kesiapan
siap dan tidak siap. Kesiapan ini meliputi kesiapan fisik, kesiapan psikis dan
kesiapan spiritual.
1) Kesiapan fisik
Kesiapan fisik meliputi gaya hidup, olahraga teratur, pola konsumsi
alcohol pola makan dan minum serta pekerjaan sehari-hari yang dapat
berdampak besar bagi kesehatan tubuh.
2) Kesiapan psikologi
Kesiapan psikologi ini meliputi keadaan yang membebani pikiran yang
pada akhirnya dapat berdampak pada kesehatan tubuh seperti gelisah,
kecemasan, dan ketakutan, dalam hal ini dapat dilakukan upaya relaksasi,
menjaga pola makan sehat dan dukungan keluarga maupun orang terdekat.
3) Kesiapan Spiritual
Keadaan spiritual ini meliputi peningkatan ibadah sesuai kepercayaaan,
rutin mengikuti bimbingan agama, dan mengikuti acara agama yang dapat
meningkatkan kepercayaan diri yang dilakukan untuk mempersiapkan diri
3. Tingkat kecemasan
Kecemasan adalah kondisi tidak menyenangkan bersifat emosional
dan sangat terasa kekuatannnya, disertai sebuah sensasi fisik yang
memperingatkan seseorang terhadap bahaya
yang sedang mendekat atau akan terjadi (Muis, 2013). Kecemasan
adalah bentuk perasaan khawatir, gelisah dan perasaan-perasaan lain yang
kurang menyenangkan (Wartonah dan Tarwoto, 2010). Kecemasan adalah
perasaan yang tidak mnyenangkan atau ketakutan yang tidak jelas dan hebat
terhadap sesuatu yang dialami oleh seseoang (Nugroho, 2014). Kecemasan

19
adalah respon emosional terhadap penelitian individu yang subjektif yang
mana keadaannya dipengaruhi alam bawah sadar dan belum diketahui pasti
penyebabnya (Pieter dan Lubis, 2010). Kecemasan merupakan kekhawatiran
yang tidak jelas dan menyebar ,yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti
dan tidak pasti dan tidak berdaya .keadaan emosi ini tidak memiliki objek
yang spesifik.
1) Menurut Ann Isaacs 2011, tingkat kecemasan ada :
a. Cemas ringan:
Berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan seharihari.
Pada tingkat ini lahan persepsi melebar dan perlu berhati-hati dan waspada.
individu terdorong untuk belajar, menghasilkan pertumbuhan dan
kreativitas. Respon cemas seperti bernafas pendek, nadi dan tekanan darah
naik, sakit ringan pada lambung, muka berkerut dan bibir bergetar,
konsentrasi pada masalah, menyelesaikan masalah secara efektif,
tidakdapat duduk dengan tenang, dan tremor halus pada tangan.
b. Cemas sedang :
Pada tingkat ini lahan persepsi terhadap masalah menurun. Individu lebih
berfokus pada hal-hal penting saat itu dan mengesampingkan hal lain.
Respon cemas sedang seperti sering nafas pendek, nadi dan tekanan darah
meningkat, mulut kering, anoreksia, gelisah, lapang pandang menyempit,
rangsangan luar tidak mampuditerima, bicara banyak dan lebih cepat, susah
tidur, dan perasaan tidak enak.
c. Cemas berat :
Pada cemas berat lahan presepsi sangat sempit. Seseorang cenderung hanya
memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal yang penting.
Seseorang tidak mampu berfikir berat lagi dan membutuhkan lebih banyak
pengarahan atau tuntunan. Respon kecemasan berarti seperti sesak nafas
pendek,nadi dan tekanan darah meningkat, berkeringat dan sakit kepala,
penglihatan kabur, ketegangan, lapang persepsi sangat sempit, tidak
20
mampu menyelesaikan masalah, verbalitas cepat, dan perasaan ancaman
meningkat.
d. Panik :
Panik dicirikan dengan serangan panic yang terjadi pada waktu yang tidak
terduga di sertai kecemasan, ketakutan dan terror yang kuat.pada lahan
panic persepsi terhadap masalah sangat sempit, seseorang akan mengalami
ketidakmampuan total untuk berfokus menginteregasi kemampuan koping :
gejala fisiologik, dan respon.
2) Hamilton Anxiety Rating Scale (HAM-A)
Tingkat kecemasan dapat diukur dengan pengukuran berdasarkan
Hamilton Anxiety Rating Scale (HAM-A). HAM-A ditemukan oleh Professor
Max Hamilton pada tahun 1959 dan digunakan untuk menentukan keparahan
gejala kecemasan dan perubahan respon setelah mendapat terapi (Maust et
al,2012). Tujuannya adalah penilaian klinis dari keparahan gejala kecemasan,
dirancang untuk digunakan dengan pasien yang sudah didiagnosis dengan
kecemasan neurosis (McDowel,2006). Deskripsi Terdapat 14 pokok bahasan
termasuk gejala psikologis dan somatik dari kecemasan dan dapat diselesaikan
dalam 10 hingga 20 menit. Pokok bahasan yang termasuk dalam HAM-A
adalah:
a. Perasaan cemas meliputi cemas, firasat buruk, takut akan pikiran sendiri,
mudah tersinggung
b. Ketegangan meliputi merasa tegang, lesu, mudah terkejut, tidak dapat
istirahat dengan tenang, mudah menangis, gemetar, gelisah.
c. Ketakutan seperti takut pada kegelapan, pada orang asing, ditinggal sendiri,
pada binatang besar, pada kerumunan banyak orang.
d. Gangguan tidur meliputi sukar memulai tidur, terbangun malam hari, tidak
pulas, bangun dengan lesu, mimpi buruk, mimpi yang menakutkan

21
e. Gangguan kecerdasan seperti penurunan daya ingat, mudah lupa dan sulit
konsentrasi.
f. Perasaan depresi seperti kehilangan minat, sedih, berkurangnya kesukaan
pada hobi, perasaan berubah-ubah.
g. Gejala somatik-muskular seperti nyeri otot, kaku, kedutan otot, gigi
gemertak, suara tak stabil.
h. Gejala somatik-sensori meliputi telinga berdengung, penglihatan kabur,
muka merah dan pucat, merasa lemah, perasaan ditusuk-tusuk
i. Gejala kardiovaskular seperti takikardi, berdebar, nyeri di dada, denyut
nadi mengeras, rasa lemas seperti mau pingsan dan detak jantung hilang
sekejap
j. Gejala respirasi seperti rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, sering
menarik napas panjang dan merasa napas pendek
k. Gejala gastrointestinal seperti sulit menelan, dispepsia, mual dan muntah,
nyeri lambung sebelum dan sesudah makan, perasaan terbakar di perut,
kehilangan berat badan, konstipasi
l. Gejala urogenital seperti sering kencing, tidak dapat menahan kencing,
amenorrhea, menorrhagia, menjadi dingin (frigid), ejakulasi prekoks, ereksi
hilang, impotensi
m.Gejala otonom seperti mulut kering, mudah berkeringat, muka merah, bulu
roma berdiri, pusing atau sakit kepala
n. Perilaku (sewaktu wawancara) seperti gelisah, jari gemetar, mengkerutkan
dahi atau kening, tidak tenang, muka tegang.
Setiap pokok bahasan yang dinilai berdasarkan keparahan (0= tidak
merasakan, 1=ringan, 2=sedang, 3=berat, 4=sangat berat) dengan kisaran nilai
total 0-56 (Maust et al,2012), dimana kurang dari 14 menunjukkan tidak ada
kecemasan, 14-20 tingkat kecemasan ringan, 21-27 tingkat kecemasan sedang,
28- 41 tingkat kecemasan berat, dan 42-56 menunjukkan tingkat kecemasan
berat sekali (Setiawati,2006).
22
Sensitivitas, Spesifisitas, dan Validitas Hamilton Anxiety Rating Scale
(HAM-A) memiliki sensitivitas 74% untuk mendeteksi gangguan kecemasan,
dan 87% untuk gangguan afektif pada umumnya, sedangkan spesifisitas
adalah 100%. Skala HAM-A merupakan skala yang dinilai internasional
paling sering digunakan dalam kecemasan klinis karena telah dikembangkan
lebih dari tiga dekade lalu. Dalam analisis isi untuk kecemasan klinis,
penelitian de Bonis menyimpulkan bahwa HAM-A memiliki pokok bahasan
klinis yang paling representatif bagi negara-negara dengan kecemasan umum.
Hal ini dapat dipertimbangkan sebagai salah satu cara untuk menunjukkan
validitas klinis dari HAM-A (McDowel,2006).
3) Aspek-aspek dalam Kecemasan
Gail W. Stuart (dalam Annisa & Ifdil, 2016) membagi kecemasan
(anxiety) dalam respon perilaku, kognitif, dan afektif, diantaranya.
a. Perilaku,
b. berupa gelisah, tremor, berbicara cepat, kurang koordinasi, menghindar,
lari dari masalah, waspada, ketegangan fisik, dll.
c. Kognitif,
d. berupa konsentrasi terganggu, kurang perhatian, mudah lupa, kreativitas
menurun, produktivitas menurun, bingung, sangat waspada, takut
kehilangan kendali, mengalami mumpi buruk, dll.
e. Afektif,
f. berupa tidak sabar, tegang, gelisah, tidak nyaman, gugup, waspada,
ketakutan, waspada, kekhawatiran, mati rasa, merassa bersalah, malu, dll.
Menurut Vye (dalam Purnamarini, Setiawan, & Hidayat, 2016)
mengungkapkan bahwa gejala kecemasan dapat diidentifikasikan melalui
dalam tiga komponen yaitu:
a) Komponen koginitif:
b) Cara individu memandang keadaan yaitu mereka berfikir bahwa
terdapat kemungkinan-kemungkinan buruk yang siap
23
mengintainya sehingga menimbulan rasa ragu, khawatir dan
ketakutan yang berlebih ketika hal tersebut terjadi. Mereka juga
menganggap dirinya tidak mampu, sehingga mereka tidak percaya
diri dan menganggap situasi tersebut sebagai suatu ancaman yang
sulit dan kurangmampu untuk diatasi.
c) Komponen Fisik:
d) Pada komponen fisik berupa gejala yang dapat dirasakan langsung
oleh fisik atau biasa disebut dengan sensasi fisioligis. Gejala yang
dapat terjadu seperti sesak napas, detak jantung yang lebih cepat,
sakit kepada, sakit perut dan ketegangan otot. Gejala ini
merupakan respon alami yang terjadi pada tubuh saat individu
merasa terancam atau mengalami situasi yang berbahaya.
Terkadang juga menimbulkan rasa takut pada saat sensasi fisologis
tersebut terjadi.
e) Komponen Perilaku: Pada komponen perilaku melibatkan perilaku
atau tindakan seseorang yang overcontrolling. Greenberger dan
Padesky (dalam Fenn & Byrne, 2013) menjabarkan bahwa ada
empat aspek kecemasan yaitu:
1) Physical symptoms atau reaksi fisik yang terjadi pada orang
yang cemas, seperti telapak tangan yang berkeringat, otot
tegang, jantung berdebar, sulit bernafas, pusing ketika
individu menghadapi kecemasan.
2) Thought, yaitu pemikiran negatif dan irasional individu
berupa perasaan tidak mampu, tidak siap, dan merasa tidak
memiliki keahlian, seperti tidak siap dalam menghadapi
wawancara kerja, tidak yakin dengan kemampuannya sendiri.
Pemikiran ini cenderung akan menetap pada individu, jika
individu tidak merubah pemikiran menjadi sesuatu yang lebih
positif.
24
3) Behavior, individu dengan kecemasan akan cenderung
menghindari situasi penyebab kecemasan tersebut
dikarenakan individu merasa dirinya terganggu dan tidak
nyaman seperti keringat dingin, mual, sakit kepala, leher
kaku, dan juga gangguan tidur saat memikirkan dunia kerja
kelak. Perilaku yang muncul seperti kesulitan tidur saat
memikirkan pekerjaan.
4) Feelings, yaitu susana hati individu dengan kecemasan
cenderung meliputi perasaan marah, panik, gugup yang dapat
memunculkan kesulitan untuk memutuskan sesuatu seperti
perasaan gugup saat ada perbincangan dunia kerja. Jadi aspek-
aspek dari kecemasan yaitu respon reaksi fisik, pemikiran,
perilaku dan suasana hati.
4) Ciri-ciri Kecemasan
Menurut Jeffrey S. Nevid, dkk kecemasan mempunyai ciri-ciri
tersendiri, diantaranya:
a. Ciri fisik dari kecemasan meliputi kegelisahan, kegugupan, tangan atau
anggota tubuh lain yang bergetar atau gemetar, sensasi dari pita ketat yang
mengikat disekitar dahi, banyak berkeringat, pening atau pingsan, sulit
berbicara, sulit bernapas, jari-jari atau anggota tubuh lain jadi dingin, panas
dingin, dll
b. Ciri behavioral dari kecemasan meliputi perilaku menghindar, perilaku
melekat dan dependen dan perilaku terguncang.
c. Ciri kognitif dari kecemasan meliputi khawatir tentang sesuatu, perasaan
terganggu akan ketakutan atau apprehensi terhadap sesuatu yang terjadi di
masa depan, keyakinan bahwa sesuatu yang mengerikan akan terjadi tanpa
ada penjelasan yang jelas, merasa terancam oleh orang ayau peristiwa yang
normalnya haya sedikit atau tidak mendapat perhatian, ketakutan akan
ketidakmampuan untuk mengatasi masalah.
25
5) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan
Blacburn & Davidson (dalam Annisa dan Ifdil, 2016) menyebutkan
beberapa faktor yang mempengaruhi kecemasan, seperti pengetahuan yang
dimiliki dalam menyikapi suatu situasi yang mengancam serta mampu
mengetahui kemampuan mengendalikan diri dalam menghadapi kecemasan
tersebut. Kemudian Adler dan Rodman (dalam Annisa & Ifdil, 2016)
menyatakan terdapat dua faktor yang dapat menimbulkan kecemasan, yaitu:
a. Pengalaman negatif pada masa lalu Penyebab utama munculnya
kecemasan yaitu adanya pengalaman traumatis yang terjadi pada masa
kanak-kanak. Peristiwa tersebut mempunyai pengaruh pada masa yang
akan datang. Ketika individu menghadapi peristiwa yang sama, maka ia
akan merasakan ketegangan sehingga menimbulkan ketidaknyamanan.
Sebagai contoh yaitu ketika individu pernah gagal dalam menghadapi
suatu tes, maka pada tes berikutnya ia akan merasa tidak nyaman
sehingga muncul rasa cemas pada dirinya.
b. Pikiran yang tidak rasional Pikiran yang tidak rasional terbagi dalam
empat bentuk, yaitu: Kegagalan ketastropik, Kesempurnaan, Persetujuan
dan Generalisasi yang tidak tepat
B. Penelitian Terkait

1. Penelitian Wigati dan Kulsum (2016) dengan judul “Kecemasan Wanita Pada
Masa Menopause Berdasarkan Tingkat Ekonomi” Tehnik pengambilan
sample yang digunakan adalah purposive sampling, didapatkan sample
sebanyak 37 responden. Tehnik pengumpulan data menggunakan kuesioner.
Analisa hasil penelitian menggunakan uji Kendall’s tau, didapatkan hasil
bahwa terdapat korelasi tingkat ekonomi dengan kecemasan ibu dalam
menghadapi menopause di Desa Mindahan Kecamatan Batealit Kabupaten
Jepara Tahun 2017. Diharapkan dapat dilakukan penelitian terkait kecemasan
pada ibu menopause dengan determinan yang berbeda dan wanita pada usia

26
menopause agar lebih menambah wawasan tentang menopause dan
penanganannya sehingga dapat mengurangi kecemasan ibu dan tidak
tergantung pada keadaan ekonomi.
2. Penelitian Damasari (2015) dengan judul “Tingkat Kecemasan Ibu
Pramenopause Dalam Menghadapi Menopause Di Dusun Grujugan Kelurahan
Bantul Kecamatan Bantul Kabupaten Bantul. teknik pengambilan sampe
dengan menggunakan non probability sampling, dengan metode Quota
Sampling dan analisa data yang digunakan adalah univariate dan bivariate ”
Hasil dari hasil penelitian terdapat 33 responden tidak merasakan kecemasan
(23,4%), 55 responden mengalami kecemasan ringan (39,0%), 40 responden
mengalami kecemasan sedang (28,4%), 12 responden mengalami kecemasan
berat (8,5%), dan 1 responden mengalami panik (0,7%). Kesimpulan
berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar responden
mengalami kcemasan ringan yaitu sebanyak 55 responden (39,0%).
3. Penelitian Syahmudin, dkk (2018) dengan judul, “Tingkat Kecemasan Ibu
Dalam Mengahadapi Masa Menopause Di Kampung Naha 1 Kecamatan
Tabukan Utara. Teknik Sampling yang digunakan dalam peneitian ini ialah
total sampling dengan Kriteria Inklusi dan Ekslusi, dengan menggunakan
analisa data univariate dan bivariate” Hasil penelitian di Kampung Naha 1
Kecamatan Tabukan Utara tentang Tingkat Kecemasan Ibu dalam
menghadapi Masa Menopause dengan jumlah 25 responden diperoleh Tingkat
Kecemasan yang paling banyak ialah tingkat Kecemasan dengan kategori
Panik sebanyak 13 responden (44%).Kesimpulan dari peneitian ini adalah
Tingkat Kecemasan Ibu dalam menghadapi Masa Menopause memilki
Tingkat Kecemasan yang Panik. Oleh sebab itu, bagi pemerintah Kampung
Naha 1 agar dapat melakukan menjelasan mengenai Masa Menopause kepada
ibu-ibu lainnya di suatu organisasi, agar semua ibu-ibu dapat mengetahui apa
itu Menopause.
C. Kerangka Konsep
27
Konsep adalah abstraksi yang dibentuk dengan menggeneralisasikan suatu
perngertian. Oleh sebab itu konsep tidak dapat diukur dan diamati secara
langsung, agar dapat diukur dan diamati, maka konsep tersebut harus
dijabarkan kedalam variable-variabel. Dari variable itulah konsep dapat
diamati (Notoadmodjo, 2012).
Kerangka konsep adalah penjelasan tentang konsep-konsep yang
terkandung didalam asumsi teoritis yang digunakan untuk mengabstraksiakan
unsur-unsur yang terkandung dalam fenomena yang akan diteliti dan
menggambarkan bagaimana hubungan antar konsep-konsep tersebut. Secara
operasional kerangka konsep dalam penelitian didefenisikan sebagai
penjelasan tentang variable-variabel apa saja yang akan diteliti yang
diturunkan dari konsep-konsep terpilih, bagaimana hubungan antara variable-
variabel tersebut dan hal yang merupakan indiktor untuk mengukur variable-
variabel tersebut (Darmojo, 2010).

Skema 2.1
Kerangka konsep
Hubungan Tingkat Kecemasan Ibu Dengan Kesiapan Dalam
Menghadapi Menopause

Variabel independent/bebas variabel dependent/terikat

Tingkat Kecenasan
Kesiapan
28
- Tidak Cemas - Siap
- Ringan
- Tidak siap
- Sedang
- Berat
D. Hipotesis

Hipotesis adalah pernyataan awal peneliti mengenai hubungan antar variable


yang merupakan jawaban peneliti tentang kemungkinan hasil penelitian. Didalam
pernyataan hipotesis terkandung variable yang akan diteliti dan hubungan antara
variable-variabel tersebut. Pernyataan hipotesis mengarahkan peneliti
untukmenetukan desain penelitian, tekknik pemilihan sampel, pengumpulan dan
metode analisa data (Darma K.K, 2015).

Ho: Tidak ada hubungan Hubungan Tingkat Kecemasan Ibu Dengan


Kesiapan Dalam Menghadapi Menopause

Ha: Ada hubungan Hubungan Tingkat Kecemasan Ibu Dengan Kesiapan


Dalam Menghadapi Menopause

BAB III
METODELOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian


Jenis deasain penelitian ini yang digunakan adalah penelitian
kuantitatif dengan metode deskriptif korelatif yaitu penelitian yang
diarahkan untuk mendeskripsikan atau menguraikan suatu keadaan di dalam
suatu komunitas atau masyarakat dan bertujuan untuk menggambarkan ada

29
tidaknya hubungan antar variabel yang diteliti, dengan menggunakan
pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian yang variabel independen
dan variabel dependen di kumpulkan dalam waktu yang bersamaan
(Notoadmodjo, 2012). Dalam penelitian ini akan dihubungkan hubungan
Tingkat Kecemasan Dengan Kesiapan Dalam Menghadapi Menopause
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian akan dilakukan di wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap
Sedinginan Kecamatan Tanah Putih
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2020 sampai April 2021,
seperti yang dijabarkan pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.1
Jadwal Kegiatan Penelitian

Tahun 2020/2021
No Uraian Kegiatan Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun

Persiapan
1 (Pengajuan Judul
Skripsi)
Pembuatan
2
Proposal

30
3 Seminar Proposal
Pelaksanaan,
4 Pengumpulan dan
Pengolahan Data
Penyusunan
5
Laporan skripsi
Presentasi/Seminar
6
hasil skripsi

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan jumlah yang terdiri dari objek atau
subjek yang mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk diteliti dan kemudian di tarik
kesimpulanny (Nursalam, 2011). Berdasarkan data tahun 2020 Populasi
ibu premenopouse di wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Sedinginan
Kecamatan Tanah Putih berjumla 43 orang.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari keseluruhan objek yang diteliti
dan dianggap mewakili seluruh populasi. Penelitian dapat menggunakan
seluruh objek atau hanya mengambil sebagian dari keseluruhan
populasi. Sampel yang baik adalah sampel yang representatife/ mewakili
populasi (Setiadi, 2013).
Besar sampel yang diperoleh dengan menggunakan rumus
Lemeshow
2
z 1 −a ¿ 2 p ( 1− p) N
n=
d 2 ( N −1)+ z 2 1−a /2
p( 1− p )

Keterangan :
n = Besar sampel

31
2¿
z / 2¿ ¿ = Nilai Z pada derajad kemaknaan (biasanya 95%=1,96)
P = proporsi suatu kasus tertentu terhadap populasi, bila tidak
diketahui proporsinya ditetapkan 50%(0,5)
d = derajat penyimpangan terhadapa populasi yang dinginkan
adalah 5% (0,05%)
N = Besar Populasi

1,96.0,5(0,5).43
n=
0,05² (43-1)+1,96.05 (1-0,5)
n= 1,96.0,5(0,5).43
0,05² (43-1)+1,96.05 (1-0,5)
1,96.0,25.43
n=
0,0025 (42) + 0,98.05
0,49.43
n=
0,105 + 0,49
21,07
n=
0,595
n= 35,4 (35)

3. Teknik pengambilan sampel


Teknik pengambilan sampel, dilakukan dengan teknik Non Random
(Non Probability) sampling, yaitu pengambilan sampel tidak berdasarkan
acak atau tidak didasarkan atas kemungkinan yang dapat diperhitungkan,
tetapi berdasakan segi kepraktisan secara purposive sampling yaitu
pengambilan sampel yang digunakan berdasarkan atas suatu

32
pertimbangan tertentu seperti sifat-sifat, populasi ataupun ciri-ciri yang
sudah diketahui sebelumnya (Notoadmodjo, 2012).
4. Kriteria Inklusi dan Ekslusi
Agar karakteristik sampel tidak menyimpang dari populasinya,
maka sebelum dilakukan pengambilan sampel perlu ditentukan kriteria
inklusi, maupun kriteria ekslusi. Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri
yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai
sampel, sedangkan kriteria ekslusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang
tidak dapat diambil sebagai sampel (Notoadmodjo, 2012).
a. Kriteria Inklusi
1) Wanita memasuki masa pre-menopause (35-45 tahun) dan bersedia
menjadi responden
2) Mampu menjawab pertanyaan dengan baik.
3) Mampu mengingat dan mengikuti arahan dengan baik
b. Kriteria Ekslusi
1) Wanita yang memasuki masa pre-menopause ( 35-45 tahun) yang
sudah memasuki masa menopause.
2) Semua Responden yang mengundurkan diri.
D. Instrumen Penelitian
Menurut (Darma K.K, 2015) instrumen dalam penelitian merupakan alat
bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya
mengumpulkan data. Instrumen ini terdiri dari dua bagian yaitu kuesioner data
Kuisioner tentang data demografi meliputi nomor kode,inisial, usia, agama,
suku, tingkat pendidikan terakhir, pekerjaan. Untuk variabel tingkat
Kecemasan Ibu menggunkan instrument penelitian Hamilton Rating Scale For
Anxiety (HARS) Terdapat 14 pokok bahasan Setiap pokok bahasan yang
dinilai berdasarkan keparahan (0= tidak merasakan, 1=ringan, 2=sedang,
3=berat, 4=sangat berat) dengan kisaran nilai total 0-56 (Maust et al,2012),

33
dimana kurang dari 14 menunjukkan tidak ada kecemasan, 14-20 tingkat
kecemasan ringan, 21-27 tingkat kecemasan sedang, 28- 41 tingkat kecemasan
berat, dan 42-56 menunjukkan tingkat kecemasan berat sekali.
Dan untuk variabel Kesiapan Ibu menggunakan instrument penelitian
berupa kuesioner. Yang di ambil dari penelitian Muafira (2018), yang telah
dilakukan uji validitas dan realibilitas. Uji reliabilitas ini menggunkan thenik
kuder dan Richardson 21 (K-R21). Menurut Siregar (2012), kriteria
pengujian,jika nilai reliabilitas instrument >0,7 maka instrument penelitian
dinyatakan reliabel. Hasil uji reliabilitas diperoleh nilai koefisien sebesar 0,71
maka dapat disimpulkan bahwa kuesioner reliabel. Kuesioner berisi 20
pernyataan mengenai kesiapan ibu menghadapi menopause diantaranya 10
pernyataan kesiapan fisik dan 10 pernyataan kesiapan psikologis. Kuesioner
ini berupa check list atau daftar cek dengan skala guttman, berupa pernyataan
yang akan diamati dan responden memberikan jawaban dengan memberikan
cek (√) sesuai dengan hasil yang diinginkan peneliti. Pernyataan pada
kuesioner semuanya mencakup pernyataan positif untuk jawaban ya diberi
skor 1 dan tidak diberi skor 0. Jadi total skor terendah kesiapan menopause,
skor terendah adalah 0 dan tertinggi adalah 20. Kesiapan fisik dan psikologis
adalah 0 dan skor tertinggi adalah 10. Maka kategori tingkat kesiapan yaitu:
pertama kesiapan menopause dikatakan siap jika skor (11-20) dan tidak siap
skornya (0-10).

E. Definisi Operasional
Defenisi operasional menurut (Notoadmodjo, 2012) dibuat untuk
memudahkan pengumpulan data dan menghindarkan perbedaan interpretasi
serta membatasi ruang lingkup variabel. Variabel yang dimasukkan dalam
definisi operasional adalah variabel kunci atau penting yang dapat diukur serta
operasional dan dapat dipertanggung jawabkan. Dengan definisi operasional,

34
maka dapat ditentukan cara yang dipakai untuk mengukur variabel, tidak
terdapat arti dan istilah-istilah ganda apabila tidak dibatasi akan menimbulkan
tafsiran yang berbeda. Definisi operasional hendaknya memuat batasan
tentang Variabel bebas dan variable terikat.
Tabel 3.2
Definisi Operasional

Var Definisi Skala


NO Alat Ukur Hasil Ukur
iabel Operasional Ukur
1. Variabel Kecemasan adalah Hamilton Ordinal Tidak Cemas :
independe kondisi tidak Rating 0-14
nt : menyenangkan bersifat Scale For Ringan :14-20
Tingkat emosional dan sangat Anxiety Sedang :21-27
Kecemasa Berat : 28-41
terasa kekuatannnya, (HARS)
n ibu Sangat berat :
disertai sebuah sensasi 42-56
fisik yang
memperingatkan
seseorang terhadap
bahaya yang sedang
mendekat atau akan
terjadi
2. Variabel Kesiapan disini kuesioner Ordinal Siap : 11-20
dependent diartikan sebagai suatu Tidak siap :1-
: Kesiapan keadaan ibu untuk 10
Ibu mempersiapkan dirinya
dalam menghadapi
menopause, baik secara
fisik, psikismaupun
spiritual. Sindrom
menopuase merupakan
gejala normal yang
dialami oleh wanita
menopause

F. Prosedur Pengumpulan Data


Prosedur atau pun langkah-langkah dalam penelitian perlu disusun
sedemikian rupa agar penelitian dapat berjalan dengan mudah dan mencapai

35
tujuan yang diinginkan. Adapun prosedur yang dijalani peneliti dalam
melakukan penelitian ini antara lain:
1. Tahap persiapan
a. Peneliti meminta surat izin penelitian dari Program Studi Ilmu
Keperawatan STIKes Payung Negeri setelah proposal penelitian
disetujui pembimbing dan koordinator skripsi.
b. Surat izin penelitian pertama, dari STIKes Payung Negeri diberikan
kepada Kepala Puskesmas Rawat Inap Sedinginan Kecamatan Tanah
Putih, .
c. Setelah penelitian disetujui, peneliti akan mempersiapkan informed
consent, dan instrument penelitian.
2. Tahap pelaksanaan
a. Tahap pelaksanaan ini dimulai setelah penulis menyelesaikan urusan
administrasi dan melakukan ujian proposal. Dalam pengumpulan data,
penulis akan berhadapan secara langsung dengan responden.
b. Selanjutnya peneliti mendatangi lokasi penelitian yaitu Puskesmas
Rawat Inap Sedinginan Kecamatan Tanah Putih. Setelah sampai
dilokasi penelitian kemudian penulis akan melakukan pengecekan
kriteria inklusi pada calon responden.
c. Penulis kemudian menjelaskan tujuan penelitian serta dampak yang
diperoleh responden. Responden yang bersedia dalam penelitian
menandatangani surat persetujuan tindakan (informed consent) sebagai
bentuk kesediaan berpartisipasi dalam kegiatan penelitian.
d. Selanjutnya peneliti memberikan instrumen penelitian dan
mendampingi dalam proses pengisian instrument tersebut.
3. Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan suatu proses untuk mengubah data
yang diperoleh secara langsung (data mentah), yang belum memberikan

36
informasi dan belum siap untuk disajikan menjadi sebuah ringkasan
sehingga menghasilkan informasi yang diperlukan (Setiadi, 2013)
a. Editing
Editing kegiatan untuk melakukan pengecekan isian lembar
observasi. Jika isian belum lengkap responden diminta untuk
melengkapi lembar observasi seperti inisial, data umur, jenis kelamin,
dan riwayat jatuh.

b. Coding
Coding merupakan kegiatan mengubah data berbentuk huruf
menjadi data berbentuk angka untuk memudahkan analisis dan
mempercepat kegiatan memasukkan data (Hastono, 2007). Peneliti
memberikan kode pada lembar observasi tingkat kecemasa Ya (1) dan
tidak Tidak (0). pada pertanyaan favourable dan Ya (0) dan Tidak (1)
pada pertanyaan unfavourable, sedangkan pada lembar observasi
pengbaian pada lansia positif (1) dan negatif (0).

c. Memasukkan Data (Data Entry)


Setelah data dikumpulkan kemudian data dimasukan untuk
selanjutnya diolah kedalam analisis data.

d. Pembersihan Data (Cleaning)


Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di
entry apakah ada kesalahan atau tidak.

e. Processing
Setelah semua lembar observasi terisi penuh dan benar, serta
sudah melewati pengkodean, maka langkah selanjutnya adalah
memproses data agar data yang sudah dientry dapat dianali
G. Etika Penelitian

37
Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat
penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan
langsung dengan manusia, maka etika penelitian harus di perhatikan.
Masalah etika penelitian yang harus diperhatikan menurut (Hidayat,
2010) adalah sebagai berikut :
1. Lembar Persetujuan menjadi lembar responden (Informed Consent)
Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan
responden penelitian dan memberikan lembar persetujuan. Informed
Consent diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan
lembar persetujuan untuk menjadi responden, agar subjek mengerti
maksud dan tujuan penelitian serta mengetahui dampaknya.
2. Tanpa Nama (Anomity)
Masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian
dengan tidak memberikan atau mencantum nama responden pada lembar
alat ukur atau hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data
atau hasil penelitian yang disajikan
3. Tidak membahayakan (Non Maleficence)
Non Maleficence adalah prinsip dimana peneliti tidak akan melakukan
tindakan yang menyebabkan bahaya pada responden baik yang bersifat
resiko maupun aktual
4. Kerahasiaan (Confidentiality)
Masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian
baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang
telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok
data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.
H. Analisis Data

38
Analisa data berguna untuk menyederhanakan sehingga mudah di
tafsirkan (Notoadmodjo, 2012). Untuk analisa data di gunakan. Analisa data
univariat dan bivariate adalah sebagai berikut :
1. Analisis Univariat
analisis univariat digunakan untuk mendapatkan gambaran masing
masing variabel melalui distribusi frekwensi yaitu gambaran data
demografi (umur, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan, gambaran
status sosial ekonomi keluarga, dan gambaran pengabaian lansia di
keluarga
2. Analisis Bivariat
Analisa data bivariate untuk mengetahui hubungan antara variabel
independen (tingkat ekonomi caregiver) dengan variabel dependen
(pengabaian pada lansia) . Analisa yang di lakukan adalah analisa
hubungan antara variabel kategorik dengan variabel kategorik, maka
ujistatistik yang di gunakan adalah uji Chi Square , dengan batas derajat
kesalahan ( a=0, 05) , di katakana bermakna jika p value <a ( 0, 05) , uji
yang di gunakan uji Chi Square bila memenuhi syarat. Bila tidak
memenuhi syarat Chi Square gunakan uji alternative nya yaitu Kolmogorov
smornov, karena tidak memenuhi syarat Chi Square, apabila hasil di dapat
kan p value <a ( 0, 05) , maka dapat di katakan bahwa ada hubungan yang
bermakna antara variabel independen dengan variabel dependen ( Ho
ditolak) yang artinya ada hubungan antara gaya hidup dan riwayat control
dengan peningkatan tekanan darah. Seluruh perhitungan akan di olah
dengan menggunakan software computer.

Table 3.4
Distribusi responden berdasarkan Tingkat Kecemasan Ibu Dengan
Kesiapan ibu dalam menghadapi menopause Di Puskesmas
Rawat Inap Sedinginan Kecamatan Tanah Putih

39
Kesiapan Ibu

Tingkat Tidak siap Siap N


Kecemasan Ibu
Tidak Cemas a b a+b

Ringan c d c+d

Sedang e f e+f

Berat g h g+h

Sangat berat i j i+j

N a+c+e+g+i b+d+f+h+j a+b+c+d+e+


f+g+h+i+j

Keterangan :
a. Tingkat Kecemasan Ibu Tidak Cemas, dengan, kesiapan ibu tidak siap
b. Tingkat Kecemasan ibu Tidak Cemas, dengan, kesiapan ibu siap
c. Tingkat Kecemasan ibu Ringan dengan, kesiapan ibu tidak siap
d. Tingkat Kecemasan ibu Ringan dengan, kesiapan ibu siap
e. Tingkat Kecemasan Ibu Sedang, dengan, kesiapan ibu tidak siap
f. Tingkat Kecemasan ibu Sedang, dengan, kesiapan ibu siap
g. Tingkat Kecemasan ibu Berat dengan, kesiapan ibu tidak siap
h. Tingkat Kecemasan ibu Berat dengan, kesiapan ibu siap
i. Tingkat Kecemasan Ibu Sangat Berat, dengan, kesiapan ibu tidak siap
j. Tingkat Kecemasan ibu Sangat Berat, dengan, kesiapan ibu siap

40
DAFTAR PUSTAKA
Baziad, A. (2013). Menopause dan andomenopause. yayasan bina pustaka sorwono
prawirohardjoe.

Brown pam, D. (2016). Menopause. jakarta: Erlangga.

Chaplin. (2015). Kamus lengkap psikologi. Jakarta : Raja Grapindo persada.

Darma K.K. (2015). Metodelogi Penelitian Kperawatan. TRANS INFO MEDIA.

Darmojo. (2010). GERIATRIK (ILMU KESEHATAN USIA LANJUT) (edisi ke 4).


Balai penerbit FKUI.

Desti, N. (2014). Hubungan pengetahuan ibu premenopause dengan kesiapan


psikologis ibu menghadapi datangnya menopause di nagari sungai beringin
wilayah kerja puskesmas koto baru simalanggang kabupaten lima puluh kota.
Jurnal Stikes Prima Nusantara Bukittinggi, (1), 63–67.

Gorga, S. (2015). Hubungan jumlah parital dengan usia menopause. Jernal


Kesehatan Andalas, 5(02).

Hastono, S. . (2007). Analisa Data. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas


Indonesia.

Hefner, L. (2016). sistem reproduksi (ke-2). jakarta: Erlangga.

Herawati, R. (2010). Faktor - faktor yang berhubungan dengan usia menopause.


Keperawatan Maternal Dan Neonatal, 1(1).

Hidayat, A. A. . (2010). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data.


Jakarta: Salemba-Medika.

Ismiyati. (2010). Hubungan tingkat pengetahuan tentang menopause dengan kesiapan


menghadapai menopause pada ibu premenopause di perumahan sewon asri

41
yogyakarta. Jurnal Keperawatan, 1(1).

Lennywatiy. (2013). seluk beluk menopause. Ners Jurna Keperawatan.

Muafira, S. (2018). Kesiapan ibu menghadapi masa menopause di kelurahan


muliorejo kecamatan sunggal. Jurnal Keperawatan, 1.

Notoadmodjo. (2012). Metodelogi penelitian keperawatan. CV Trans info.

Nugroho, W. (2014). keperawatan gerontik dan geriatrik. EGC.

Nursalam. (2011). manajemen keperawatan: aplikasi dan praktik keperawatan


profesional (kedua). Salemba Medika.

Nurvita. (2015). Hubungan kesiapan menghadapi menopause dengan tingkat


kecemasan pada ibu premenopause di dusun soloraten sidokarto godean sleman.
Jurnal Keperawatan, (1).

Prawirohardjo. (2015). Prawirohardjo. Menopause dan andromenopause. Jakarta:


Yayasan Bina Pustaka; 2005. Halaman 331. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

Purwoastuti, E. (2018). Menopause, siapa takut? Yogakarta: Penerbit Kanisius.

Rasyid, D. (2014). pengetahuan,sikap,kecemasan,menopause. Jurnal Keperawatan I.

Renidayati, clara S. (2017). Faktor resiko terjadinya osteoporosis pada wanita


menopause. Jurnal Keperawatan, 7(2), 135–5.

Rosyada, D. (2016). Faktor-faktor yang berhubungan dengan usia menopause.


http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm%0A. Jurnal Kesehatan Masyarakat,
(1), 10–12.

Senolinggi, A. (2015). Hubungan natara usia menarche dengan usia menopause pada
wanita di kecamatan kakas sulawesi utara. Jurnal Keperawatan, 3(1).

42
Setiadi. (2013). konsep dan praktik penulisan riset keperawatan (2nd ed.). EGC.

Sintania. (2014). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian menopause dini


pada ibu di wilayah kerja puseksmas baso kabupaten agam. STIKES Prima
Nusant Bukit Tinggi, 1(1).

WHO. (2016). Bulettin of the world health otganization.

43
Persetujuan Menjadi Responden

Judul : Hubungan Tingkat Kecemasan Ibu Dengan Kesiapan Dalam


Menghadapi Menopause Diwilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap
Sedinginan Kecamatan Tanah Putih
Peneliti : RISKA YANI
NIM : 19312051
Pembimbing : Veni Dayu Putri, M.Si

Alamat : STIKes Payung Negeri Pekanbaru Jl.Tamtama No.6 Labuh Baru


Timur, Kecamatan Payung Sekaki, Pekanbaru

Setelah memahami tujuan dari penelitian ini, maka saya bersedia berperan
serta dalam penelitian yang berjudul “Hubungan Tingkat Kecemasan Ibu Dengan
Kesiapan Dalam Menghadapi Menopause Diwilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap
Sedinginan Kecamatan Tanah Putih” yang dilakukan oleh mahasiswa STIKes
Payung Negeri Pekanbaru Program Studi Ilmu Keperawatan
Saya mengerti bahwa tidak ada risiko yang akan terjadi pada responden,
oleh karena itu, saya bersedia untuk membantu penelitian ini secara sukarela tanpa
paksaan dari siapapun.

Pekanbaru, Maret 2021

( Responden )

44
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
PAYUNG NEGERI PEKANBARU
PROGRAM STUDI : 1. S.1 KEPERAWATAN 2. S. 1 KESEHATAN MASYARAKAT
3. D III KEPERAWATAN 4. D. III KEBIDANAN 5. PROFESI NERS
JL. Tamtama No. 6 LabuhBaru – Pekanbaru, Riau Telp. (0761) 885214 Fax. (0761) 869162
Website :www.payungnegeri.ac.id Email : info@payungnegeri.ac.id

Kuesioner Data Demografi

petunjuk pengisian :

1. Responden diharapkan bersedia mengisi seluruh pernyataan dibawah ini

2. Beri tanda check list (√) pada jawaban yang anda anggap benar

3. Isilah jawaban tanpa bekerjasama pada orang lain

4. Jika ada yang kurang jelas, silahkan bertanya pada penulis.

Nama (Inisial) :
Usia :
Suku :
jawa
karo
batak
cina
melayu
nias
bali
minang
sunda
banjar
betawi

45
agama :
islam
protestan
katolik
hindu
budha
pekerjaan :
PNS
Wiraswasta
Ibu Rumah Tangga
Wirausaha
Petani
Tingkat Pendidikan Terakhir
Perguruan Tinggi
SMA/sederajad
SMP/sederajad
SD/sederajad

46
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
PAYUNG NEGERI PEKANBARU
PROGRAM STUDI : 1. S.1 KEPERAWATAN 2. S. 1 KESEHATAN MASYARAKAT
3. D III KEPERAWATAN 4. D. III KEBIDANAN 5. PROFESI NERS
JL. Tamtama No. 6 LabuhBaru – Pekanbaru, Riau Telp. (0761) 885214 Fax. (0761) 869162
Website :www.payungnegeri.ac.id Email : info@payungnegeri.ac.id

Kuesioner Tingkat Kecemasan


Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS)

petunjuk pengisian :

1. Responden diharapkan bersedia mengisi seluruh pernyataan dibawah ini

2. Beri tanda check list (√) pada jawaban yang anda anggap benar

3. Isilah jawaban tanpa bekerjasama pada orang lain

4. Jika ada yang kurang jelas, silahkan bertanya pada penulis.

No Pertanyaan Tida Ringan Sedang Berat Berat


k ada sekali
0 1 2 3 4
1 Perasaan ansietas
- Cemas
- Firasat buruk
- Takut akan fikiran sendiri
- Mudah tersinggung
2 Ketegangan
-Merasa tegang
-Lesu
-Tak bisa istirahat penuh
-Mudah terkejut
-Mudah menangis
-Gemetar
-Gelisah
3 Ketakutan
-Pada gelap
-Pada orang asing
-Ditinggal sendiri
-Pada binatang besar

47
-Pada keramaian lalu lintas
-Pada kerumunan orang banyak
4 Gangguan tidur
-Sukar masuk tidur
-Terbangun malam hari
-Tidak nyenyak
-Bangun dengan lesu
-Banyak mimpi-mimpi
-Mimpi buruk
-Mimpi menakutkan
5 Gangguan kecerdasan
-Sukar konsentrasi
-Daya ingat buruk
6 Perasaan depresi
- Hilangnya minat
- Berkurangnya kesenangan pada hobi
- Sedih
- Bangun dini hari
- Perasaan berubah-ubah sepanjang hari
7 Gejala somatik(otot)
- Sakit dan nyeri di otot-otot
- Kaku
- Kedutan otot
- Gigi gemerutuk
- Suara tidak stabil
8 Gejala somatik(sensorik)
- Tinnitus
- Penglihatan kabur
- Muka merah atau pucat
- Merasa lemah
- Perasaan di tusuk-tusuk
9 Gejala kardiovaskular
- Takhikardia
- Berdebar
- Nyeri di dada
- Denyut nadi mengeras
- Perasaan lesu/lemas seperti mau pingsan
- Detak jantung menghilang (berhenti
sekejap)
10 Gejala respiratori
- Rasa tertekan atau sempit di dada
- Perasaan tercekik
- Sering menarik nafas
- Nafas pendek/sesak

48
11 Gejala gastrointestinal
- Sulit menelan
- Perut melilit
-
12 Gejala urogenitalia
- Sering buang air kecil
- Tidak dapat menahan air seni/BAK
- Amenorrhoe
- Menorrhagia
- Menjadi dingin (frigid)
- Ejakulasi praecocks
- Ereksi hilang
- Impotensi
13 Gejala otonom
- Mulut kering
- Muka merah
- Mudah berkeringat
- Pusing,sakit kepala
- Bulu-bulu berdiri
14 Tingkah laku pada wawancara
- Gelisah
- Tidak tenang
- Jari gemetar
- Kerut kening
- Muka tegang
- Tonus otot meningkat
- Nafas pendek dan cepat
- Muka merah

49
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
PAYUNG NEGERI PEKANBARU
PROGRAM STUDI : 1. S.1 KEPERAWATAN 2. S. 1 KESEHATAN MASYARAKAT
3. D III KEPERAWATAN 4. D. III KEBIDANAN 5. PROFESI NERS
JL. Tamtama No. 6 LabuhBaru – Pekanbaru, Riau Telp. (0761) 885214 Fax. (0761) 869162
Website :www.payungnegeri.ac.id Email : info@payungnegeri.ac.id

Kuesioner Kesiapan Ibu Menghadapi Masa Menopause

petunjuk pengisian :

1. Responden diharapkan bersedia mengisi seluruh pernyataan dibawah ini

2. Beri tanda check list (√) pada jawaban yang anda anggap benar

3. Isilah jawaban tanpa bekerjasama pada orang lain

4. Jika ada yang kurang jelas, silahkan bertanya pada penulis.

No Pernyataan Ya Tidak
1 Sebelum memasuki usia 40 tahun sampai saat ini saya memenuhi
kalsium dengan mengkonsumsi olahan susu untuk menghindari
keluhan hot flushes (berkeringat dimalam hari) dan osteoporosis
(tulang keropos)
2 Sebelum memasuki usia 40 tahun sampai saat ini saya
menyempatkan diri untuk berjemur dibawah matahari pukul 07.30
pagi untuk memenuhi vitamin D yang berguna bagi kesehatan
3 Sebelum memasuki usia 40 tahun sampai saat ini saya memenuhi
asamomega 3 dan asam folat dengan mengkonsumsi buah-buahan,
sayuran berwarna hijau untuk mengurangi keluhan menopause
4 Sebelum memasuki usia 40 tahun sampai saat ini saya
mengkonsumsi daging untuk memenuhi zat besi yang diperlukan
tubuh sebelum memasuki usia 40 tahun sampai saat ini
5 Sebelum memasuki usia 40 tahun sampai saat ini saya melakukan
yoga dan meditasi untuk melancarkan peredaran darah
6 Sebelum memasuki usia 40 tahun sampai saat ini saya
megkonsumsi olahan kedelai seperti,tahu, tempe,susu kedelai
untuk memenuhi antioksidan

50
7 Sebelum memasuki usia 40 tahun sampai saat ini saya berolahraga
seperti jalan santai, senam dan lain-lain untuk mempersiapkan
fisik menghadapi menopause
8 Sebelum memasuki usia 40 tahun sampai saat ini saya
menghindari merokok dan mengkonsumsi alcohol untuk
memperlama terjadinya sindrom menopause
9 Sebelum memasuki usia 40 tahun sampai saat ini saya mengurangi
minum kopi karena dapat mempengaruhi penyerapan kalsium
yang dibutuhkan oleh tulang
10 Saya berkonsultasi dengan petugas kesehatan
11 Saya mensyukuri menopause karena itu akamiah terjadi pada
setiap wanita
12 Saya mengkomunikasikan kepada keluarga masalah dan
perubahan fisik dan psikologi yang terjadi menjelang menopause
13 Saya mendekatkan diri dengan sang maha pencipta dengan rajin
beribadah, berdoa, berdzikir, untuk mengelola stress
14 Saya siap menghadapi penuaan yag terjadi dengan melakukan
perawatan seperti ke salon, nmenggunakan kosmetik kesehatan
untuk penuaan, mengkonsumsi suplemen kesehatan
15 Saya menambah informasi kesehatan melalui media seperti TV,
Majalah, internet, buku, dll
16 Saya bertukar fikiran dengan teman-teman yang sudah menopause
untuk menambah pengalaman positif tentang wanita menopause
17 Keluarga perhatian dan peduli dengan saya dengan menanyakan
apa yang saya mau
18 Keluarga membantu saya menyelesaikan tugas rumah tanpa saya
meminta bantuan sebelumnya
19 Keluarga selalu menghormati saya sehingga saya merasa dihargai
walaupun saya semakin tua dan akan mengalami banyak
perubahan fisik dan psikologi
20 Saya mendapatkan bantuan meteri dari keluarga untuk memenuhi
kebutuhan menjelang menopause seperti menyediakan susu,
suplemen kesehatan, kosmetik kecantikan dll

51
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
PAYUNG NEGERI PEKANBARU
PROGRAM STUDI : 1. S.1 KEPERAWATAN 2. S. 1 KESEHATAN MASYARAKAT
3. D III KEPERAWATAN 4. D. III KEBIDANAN 5. PROFESI NERS
JL. Tamtama No. 6 LabuhBaru – Pekanbaru, Riau Telp. (0761) 885214 Fax. (0761) 869162
Website :www.payungnegeri.ac.id Email : info@payungnegeri.ac.id

LEMBAR KONSUL

NamaMahasiswa : Riska Yani


NIM : 19312051
Program Studi : S1 Keperawatan
Pembimbing : Veni Dayu Putri,M.Si
Judul : Hubungan Tingkat Kecemasan Ibu Dengan Kesiapan
Dalam Menghadapi Menopause Diwilayah Kerja
Puskesmas Rawat Inap Sedinginan Kecamatan Tanah Putih

N HARI/TGL URAIAN TTD TTD MHS


O
PEMBIMBING

1. Selasa, 8 Konsul judul


Desember
2020
2. Rabu, 9
Desember Acc judul
2020
3.
Sabtu, 26
Desember Konsul BAB I
2020

52
4. Kamis, 18 Revisi BAB I
Februari
2021
5. Kamis, 11 Revisi BAB I
maret 2021

6. Sabtu, 13 ACC BAB I


maret 2021

Rabu, 30
7 Desember Konsul BAB II
2020

Kamis, 11
8. Revisi BAB II
Maret 2021

Sabtu, 13
9. Maret 2021 Revisi BAB II

10. Rabu, 17 Konsul Revisi BAB II


Maret 2021

Jumat, 19
11. Maret 2021 ACC BAB II

12. Kamis,14 Konsul BAB III


Januari
2021
13. Konsul Revisi BAB III
Kamis, 18
Februari
2021
14. Konsul Revisi BAB III
Kamis, 11
Maret 2021
15. Sabtu, 13 Konsul Revisi BAB III

53
Maret 2021

16. Konsul revisi BAB III

Rabu, 17
Maret 2021
17. ACC BAB III

18. Konsul Kuesioner


Sabtu,13
19. Maret 2021 Konsul Revisi Kuesioner

Selasa, 16
20 Maret 2021 ACC Kuesioner
Selasa, 16
Maret 2021

54

Anda mungkin juga menyukai