Anda di halaman 1dari 71

PROPOSAL

“ FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN


DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU
MENYUSUI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
PALMATAK KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS

OLEH :

NURAINI
NIM : 152112011

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
TANJUNGPINANG
2022
LEMBAR PERSETUJUAN
DIPERSYARATKAN UNTUK UJIAN PROPOSAL

LEMBAR PERSETUJUAN

DIPERSYARATKAN UNTUK UJIAN PROPOSAL

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Komala Sari, S.Kep, M.Kep Ns. Tri Arianingsih, S.Kep,M.Kep


NIK. 11079 NIK. 11093

Mengetahui

Kepala Program Studi S1 Keperawatan

Stikes Hang Tuah Tanjungpinang

Ns. Zakiah Rahman, S.Kep, M.Kep

Tanjungpinang, 21 September 2022

Nama : Nuraini
NIM : 152112011
Angkatan : 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan

rahmat-Nya peneliti dapat menyelesaikan proposal yang berjudul “ Faktor -

Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada Ibu Menyusui

di Wilayah Kerja Puskesmas Palmatak Kabupaten Kepulauan Anambas ” sebagai

salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Keperawatan di STIKES HangTuah

Tanjungpinang. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi

Muhammad SAW beserta seluruh keluarga dan sahabat-sahabatnya.

Selama proses penulisan proposal ini, peneliti banyak mendapat bantuan

dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu peneliti ingin menyampaikan

ucapan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Ibu Wiewik Liestyaningrum, S.Kp.,M.Kep, selaku ketua

STIKES HangTuah TPI.

2. Ibu Ns. Zakiah Rahman, S.Kep, M.Kep selaku Kepala Program

Studi S1 Keperawatan Stikes Hang Tuah Tanjungpinang.

3. Ibu Ns. Komala Sari, S.Kep, M.Kep selaku pembimbing I dan

Ibu Ns. Tri Arianingsih, S.Kep, M.Kep selaku pembimbing II

yang telah bersedia memberikan masukan, bimbingan serta

dukungan bagi peneliti.

4. Ibu Dr. Nur Meity Sulistia Ayu, S.Kep, Ns, M.Kep selaku

penguji I yang telah bersedia memberikan masukan,

bimbingan serta dukungan bagi peneliti.

5. Kepala Puskesmas dan staf Puskesmas Palmatak yang telah


bekerja sama dengan baik sehingga proposal ini dapat

diselesaikan dengan lancar dan tepat waktu.

6. Ayahanda Alm. Asfar, Ibunda Hasmi, suami tercinta

Bambang Ari Purwoko dan anak saya tersayang Halwa

Furtunah Bilqis serta keluarga besar yang selalu memberi

dukungan, semangat, dan kasih sayang serta do’a yang tulus bagi

peneliti sehingga dapat menyelesaikan proposal ini tepat waktu.

7. Seluruh teman-teman seperjuangan Kelas B S1 Non Reguler

Tahun 2021/2022 yang telah banyak memberikan semangat,

masukan, dan dukungan kepada peneliti.

Peneliti menyadari dalam penyusunan proposal ini masih jauh dari ke

sempurnaan dan masih ada kekurangan baik dari segi penulisan maupun wawasan

yang dimiliki peneliti, untuk itu peneliti mengharapkan kritik dan saran yang

bersifat membangun guna perbaikan demi kesempurnaan propasal ini. Peneliti

berharap semoga proposal ini bermanfaat bagi peningkatan kualitas pelayanan

keperawatan.

Tanjungpinang, 22 September 2022

Peneliti
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.....................................................................................................................
LEMBAR PERSETUJUAN.........................................................................................................
KATA PENGANTAR................................................................................................................
DAFTAR ISI................................................................................................................................
DAFTAR TABEL.......................................................................................................................
DAFTAR SKEMA.....................................................................................................................
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………..………………..viii

DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………..…………….ix

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................
A. Latar Belakang...............................................................................................................
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................
C. Tujuan............................................................................................................................
D. Manfaat..........................................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................................
A. Konsep Teori..................................................................................................................
B. Kerangka Konseptual Penelitian.....................................................................................
C. Hipotesis Penelitian.........................................................................................................
BAB III METODELOGI PENELITIAN..................................................................................
A. Desain dan Metode Proposal penelitian..........................................................................
B. Lokasi dan Waktu Proposal penelitian...........................................................................
C. Populasi dan Sampel.......................................................................................................
D. Etika Proposal penelitian.................................................................................................
E. Definisi Operasional.......................................................................................................
F. Alat Pengumpulan Data..................................................................................................
G. Prosedur Pengumpulan Data.........................................................................................
H. Pengolahan dan Analisa Data.........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................
LAMPIRAN…………………..………………………………………………………….66
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1. Definisi Operasional……………………………………….. 40
Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen…………………………………………. 44
DAFTAR SKEMA

Halaman
Skema 1. Kerangka Konsep……………………………………….34
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Kuasioner……………………………………………. 62

Lampiran 2 Lembar Konsultasi…………………………………... 63


11

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pembangunan kesehatan pada hakikatnya merupakan

penyelenggaraan upaya kesehatan untuk mencapai kemampuan hidup sehat

secara mandiri. Mengukur tingkat pencapaian hasil pembangunan suatu negara,

termasuk pembangunan dibidang kesehatan digunakan suatu indikator salah

satunya adalah Sustainabel Development Goals (SDGs) (Amiruddin & Hasmi,

2014). SDGs mempunyai target salah satunya adalah menurunkan angka

kematian anak dengan indikatornya yaitu menurunnya Angka Kematian Bayi

(AKB) menjadi 12/1000 kelahiran hidup di tahun 2030 (Kemenkes RI, 2011).

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan tingkat kematian

bayi tersebut antara lain adalah dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara

eksklusif (Liu, 2016).

World Health Organization (WHO) merekomendasikan bahwa

pemberian ASI saja dilakukan sampai umur 6 bulan (ASI ekslusif) dan

diteruskan sampai umur anak 24 bulan dengan memberikan makanan

pendamping (MPASI) kepada bayi sejak umur 6 bulan (Kemenkes RI, 2011).

Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 menjelaskan bahwa ASI eksklusif

adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama enam bulan,

tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain

(kecuali obat, vitamin, dan mineral). Pemberian ASI tetap dilanjutkan hingga

bayi berumur 24 bulan tetapi dengan memberikan makanan tambahan

(MPASI) setelah bayi berusia 6 bulan (Kemenkes, 2011). ASI mengandung


12

kolostrum
13

dan pembunuh kuman dalam jumlah tinggi sehingga pemberian ASI eksklusif

dapat mengurangi risiko kematian pada bayi (Kemenkes 2011). Selain itu

komposisi ASI yang banyak mengandung nutrisi dan enzim yang dibutuhkan

bayi sehingga bayi akan mendapat imun sehingga akan lebih jarang sakit,

pertumbuhan menjadi optimal dan akan meningkatkan kecerdasan bayi

(Yuliarti, 2010). Anak yang tidak cukup ASI akan bertambannya kerentanan

terhadap penyakit, biaya pengobatan bertambah, kerugian kognitif (Idai 2013).

World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa rata-rata

angka pemberian ASI eksklusif di dunia hanya berkisar 36% priode tahun

2007-2014. Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada

tahun 2007, cakupan ASI eksklusif di Indonesia sebesar 32% dan meningkat

menjadi 42% pada tahun 2012. Data Kementerian Kesehatan Indonesia

mencatat angka pemberian ASI eksklusif tahun 2017 adalah 35,7% dan pada

tahun 2018 meningkat menjadi 68,74% (Kemenkes,2019).

Kabupaten kepulauan Anambas merupakan salah satu kabupaten di

Provinsi Kepulauan Riau persentasi cakupan pemberian ASI eksklusif

diwilayah tersebut belum mencapai target Renstra tahun 2020 adalah < 44,88%

dengan lokasi wilayah palmatak yang cakupan pemberiannya hanya sebesar

37,25 ( Kesga Dinkes KKA 2020). Ibu yang menyusui berharap dapat

memberikan ASI dengan lancar, namun beberapa ibu kecewa tidak berhasil

memberikan ASI karena mengalami masalah pada payudara. Hasanah, dkk

(2017) menjelaskan bahwa masalah yang biasanya terjadi antara lain puting

lecet, payudara bengkak, sumbatan saluran payudara, mastitis, ketidak cukupan

ASI dan abses pada payudara. Masalah pada payudara selama menyusui
14

merupakan salah satu tanda bahaya pada ibu setelah melahirkan dan harus

dibawa ke pelayanan kesehatan untuk mencegah komplikasi. Novianti, (2009)

mengatakan apabila masalah tersebut tidak dapat diatasi maka akan

mengganggu kesinambungan pelaksanaan pemberian ASI, agar mendapatkan

kebutuhan ASI yang memadai untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi,

kerjsama antara ibu dan keluarga dengan petugas kesehatan harus dilakukan.

Indonesesia sendiri telah mengupayakan untuk meningkatkan cakupan ASI

diantaranya program IMD (Inisiasi Menyusui Dini) dan perawatan payudara

pada prenatal dan postnatal yang bertujuan untuk meningkatkan produksi ASI

serta mencegah puting susu lecet (Astutik,2014).

Ibu yang umurnya lebih muda akan memproduksi lebih banyak ASI

dibandingkan dengan ibu yang lebih tua. Hal ini terjadi karena adanya

pembesaran pada payudara dalam setiap siklus menstruasi mulai dari

permulaan menstruasi dan sampai umur 30 tahun sedangkan pada usia diatas

30 tahun akan terjadi degenerasi payudara dan kelenjar alveoli sehingga akan

menyebabkan produksi ASI akan berkurang (Rumiasari, 2012). Selain itu ada

juga beberapa hal yang mempengaruhi faktor psikologis ibu yang lebih muda

belum siap secara psikologis untuk memberikan ASI secara eksklusif dari pada

ibu yang lebih tua (Nurbayanti, 2016). Penelitian Rahmayani (2016)

menyebutkan bahwa terdapat hubungan usia ibu dengan pemberian asi

eksklusif pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Bentiring Kota Bengkulu.

Rendahnya angka ibu yang menyusui anaknya dengan ASI eksklusif

dilatarbelakangi oleh minimnya kesadaran seorang ibu atas pentingnya ASI

bagi pertumbuhan anak. Proses pemberian ASI pada prinsipnya ditentukan oleh
15

tingkat pengetahuan seorang ibu, rendahnya pengetahuan itu gagal menjadi

penyaring berbagai informasi yang diterima seorang ibu. Sehingga ibu dengan

mudah mendapatkan informasi yang menyebutkan bahwa susu formula bisa

digunakan sebagai pengganti ASI, ketika informasi itu tidak disaring dengan

baik, maka tidak heran jika kini banyak ibu yang memilih memberikan susu

formula untuk anaknya (Rachmaniah, 2014). Ilhami (2015) dalam

penelitiannya juga menyebutkan terdapat hubungan yang bermakna antara

pengetahuan ibu dengan tindakan pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas

Kartasura karena rata- rata ibu mempunyai pengetahuan yang tinggi tentang

ASI ekslusif.

Peran suami dan dukungan keluarga juga sangat berpengaruh dalam

hal pemberian ASI eksklusif. Semakin besar dukungan yang diberikan oleh

suami maka semakin besar juga peluang ibu untuk menyusui bayinya. Hal ini

akan mempengaruhi kelancaran refleks pengeluaran ASI, karena dipengaruhi

oleh perasaan dan emosi ibu. Hariyani (2008) dalam penelitiannya menjelaskan

bahwa terdapat hubungan dukungan suami dengan pemberian ASI ekslusif.

Kadir (2014) mengatakan masalah yang sering terjadi pada ibu dalam

menyusui bayinya ada 2 yaitu masalah fisik dan masalah psikologis. Masalah

fisik yang menimbulkan masalah dalam menyusui seperti ibu yang kerdil, berat

badan yang kurang, dan kurang beberapa mikronutrien yang tidak dapat

memberikan elemen penting dalam yang dibutuhkan oleh bayi. Sedangkan

masalah psikologis yang sering terjadi dalam menyusui yaitu emosional dan

perilaku ibu dalam menyusui.


16

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan di atas maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah “Bagaimanakah faktor-faktor yang berhubungan dengan

pemberian ASI eksklusif pada ibu menyusui di wilayah kerja Puskesmas

Palmatak Kab. Kepulauan Anambas”.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum

Menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI

eksklusif pada ibu menyusui di wilayah kerja Puskesmas Palmatak

Kabupaten Kepulauan Anambas.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik responden meliputi usia, pendidikan

dan pekerjaan.

b. Untuk menganalisis hubungan faktor pengetahuan dengan

pemberian ASI Eksklusif.

c. Untuk menganalisis hubungan faktor sikap ibu dengan pemberian

pemberian ASI Eksklusif.

d. Untuk menganalisis faktor dukungan suami dengan pemberian ASI

Eksklusif.

e. Untuk menganalisis faktor dukungan keluarga dengan pemberian

ASI Eksklusif.

f. Untuk menganalisis faktor dukungan tenaga fasilitas kesehatan

dengan pemberian ASI Eksklusif.

g. Untuk menganalisis faktor yang paling dominan berhubungan dengan


17

pemberian Asi eksklusif.

D. Manfaat
1. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber

informasi dalam pengembangan ilmu pengetahuan terutama tentang

faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif

pada ibu menyusui di wilayah kerja Puskesmas Palmatak.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana penambah

literatur kepustakaan yang dapat dijadikan bahan bacaan dan dapat

dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian

selanjutnya.

3. Bagi Puskesmas

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan data bagi puskesmas

mengenai faktor – faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI

eksklusif pada ibu menyusui sehingga dapat disusun program untuk

mengatasi permasalahan berkaitan dengan pemberian ASI eksklusif

dan menjadi acuan dalam meningkatkan pelayanan keperawatan

terutama terhadap penatalaksanaan pemberian ASI eksklusif.

4. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam konteks

keilmuan dan metodologi penelitian serta memberikan pengalaman

yang berharga bagi peneliti untuk melaksanakan penelitian.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori

1. Konsep ASI Eksklusif


a. Pengertian ASI Eksklusif

Air susu ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan

protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua

belah kelenjar payudara ibu, sebagai makanan utama bagi bayi. ASI

mengandung hormon unsur kekebalan faktor pertumbuhan anti alergi

serta anti inflamasi, sehingga ASI merupakan yang mencukupi seluruh

unsur kebutuhan tubuh bayi, baik fisik, psikologi, sosial maupun

spiritual (Nugroho, 2011).

ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja tanpa tambahan cairan

lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa

tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit,

dan nasi tim. Pemberian ASI ini dianjurkan dalam jangka waktu 6 bulan

(Haryono & Setianingsih, 2014).

b. ASI Menurut Stadium Laktasi


Menurut stadium laktasinya ASI dibedakan menjadi tiga bagian

berikut ini:

1) Kolostrum

Ibu yang melahirkan normal memiliki kesempatan untuk

memberikan kolostrum. Bagi ibu yang melahirkan melalui operasi

caesar, tentunya diperlukan peran tenaga medis dan anggota

18
19

keluarga lain agar kolostrum dapat diberikan kepada bayi (Anggrain

& Sutomo, 2010). Kolostrum merupakan cairan piscous dengan

warna kekuning-kuningan dan lebih kuning dibandingkan susu yang

matur. Kolostrum juga dikenal dengan cairan emas yang encer

berwarna kuning (dapat pula jernih) dan lebih menyerupai darah

daripada susu karena mengandung sel hidup menyerupai sel darah

putih yang dapat membunuh kuman penyakit (Haryono &

Setianingsih, 2014). Oleh karena itu, kolostrum harus diberikan

pada bayi. Kolostrum melapisi usus bayi dan melindunginya dari

bakteri. Merupakan suatu laksatif yang ideal untuk membersihkan

mekonium usus bayi yang baru lahir. Dapat dikatakan bahwa

kolostrum merupakan obat untuk membersihkan saluran pencernaan

dari kotoran bayi dan membuat saluran tersebut siap menerima

makanan (Marmi, 2012).

Kolostrum disekresi oleh kelenjar payudara dari hari pertama

sampai ketiga atau keempat. Pada awal menyusui, kolostrum yang

keluar mungkin hanya sesendok teh saja. Pada hari pertama pada

kondisi normal produksi kolostrum sekitar 10-100 cc dan terus

meningkat setiap hari sampai sekitar 150–300 ml / 24 jam.

Kolostrum lebih banyak mengandung protein dan zat anti infeksi

10-17 kali lebih banyak dibandingkan dengan ASI matur, tetapi

kadar karbohidrat dan lemak lebih rendah. Komposisi dari

kolostrum dari hari ke hari selalu berubah. Rata-rata mengandung

protein 8,5%, lemak 2,5%, karbohidrat 3,5%, corpusculum

colostrums, garam mineral (K,Na, dan Cl) 0.4% air 85,1% leukosit
20

sisa-sisa epitel yang mati, dan vitamin yang larut dalam lemak lebih

banyak. Selain itu, terdapat zat yang menghalangi hidrolisis protein

sebagai zat anti yang terdiri atas protein tidak rusak (Astutik, 2014).

Fungsi kolostrum adalah memberikan gizi dan proteksi yang terdiri

atas zat sebagai berikut :

 Imunoglobulin, untuk melapisi dinding usus yang berfungsi untuk mencegah

penyerapan protein yang mungkin menyebabkan alergi (Astutik, 2014).

Dibandingkan dengan ASI mature yang protein utamanya adalah casein,

pada coloustrum protein utamanya adalah globulin sehingga dapat

memberikan daya perlindungan tubuh terhadap infeksi (Marmi, 2015).

 Laktoferin merupakan protein yang mempunyai afinitas yang tinggi terhadap

zat besi. Kadar laktoferin yang tertinggi pada kolostrum dan air susu ibu

adalah pada 7 hari pertama postpartum. Kandungan zat besi yang rendah

pada kolostrum dan air susu ibu akan mencegah perkembangan bakteri

patogen (Astutik,2014).

 Lisosom berfungsi sebagai anti bakteri dan menghambat pertumbuhan

berbagai virus. Kadar lisosom pada kolostrum dan air susu jauh lebih besar

kadarnya dibanding susu sapi (Astutik,2014).

 Faktor antitripsin berfungsi menghambat kerja tripsin sehingga akan

menyebabkan imunoglobulin pelindung tidak akan dipecah oleh tripsin

(Astutik, 2014).
21

 Lactobasillus ada di dalam usus bayi dan menghasilkan berbagai asam yang

mencegah pertumbuhan bakteri patogen. Untuk pertumbuhannya,

Lactobasillus membutuhkan gula yang mengandung nitrogen yaitu faktor

bifidus. Faktor bifidus ini terdapat di dalam kolostrum dan air susu ibu.

Faktor bifilus tidak terdapat dalam susu sapi (Astutik, 2014).

2) Air Susu Masa Peralihan

ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai

sebelum menjadi ASI yang matang/matur (Astutik, 2014). Ciri dari air susu pada

masa peralihan adalah sebagai berikut :

a) Peralihan ASI dari kolostrum sampai menjadi ASI yang matur.

 Disekresi dari hari ke-4 sampai hari ke-10 dari masa laktasi. Teori

lain, mengatakan bahwa ASI matur baru terjadi pada minggu ke-3

sampai dengan minggu ke-5.

 Kadar lemak, laktosa, dan vitamin larut air lebih tinggi, dan kadar

protein mineral lebih rendah serta mengandung lebih banyak kalori

daripada kolostrum (Widuri, 2013).

 Volume ASI juga akan makin meningkat dari hari ke hari sehingga

pada waktu bayi berumur tiga bulan dapat diproduksi kurang lebih

800 ml/hr (Marmi, 2012).

3) Air Susu Matang (Mature)

Merupakan cairan yang berwarna putih kekuningan, mengandung semua

nutrisi. Terjadi pada hari ke 10 sampai seterusnya (Haryono & Setianingsih,

2014). Ciri dari susu matur adalah sebagai berikut :

a. ASI yang disekresikan pada hari ke 10 dan seterusnya. Komposisi relatif

konstan (Haryono & Setianingsih, 2014). Tetapi, ada juga yang mengatakan
21
22

bahwa minggu ke 3 sampai 5 ASI komposisinya baru konstan (Marmi,

2012). Pada ibu yang sehat, produksi ASI untuk bayi akan tercukupi. Hal ini

dikarenakan ASI merupakan makanan satu-satunya yang paling baik dan

cukup untuk bayi sampai usia enam bulan (Astutik, 2014).

b. Cairan berwarna putih kekuning - kuningan yang diakibatkan warna dari

garam Ca-caseinant, riboflavin, dan karoten yang terdapat di dalamnya

(Bahiyatun, 2009).

c. Jenis – Jenis ASI

Berikut ini adalah jenis – jenis ASI berdasarkan sifat dan kandungan

gizinya adalah sebagai berikut :

1) Foremilk

Foremilk adalah ASI yang encer yang di produksi pada awal proses

menyusui dengan kadar air yang tinggi dan mengandung banyak protein,

laktosa, serta nutrisi lainnya tetapi rendah lemak (Depkes RI, 2007).

Foremilk disimpan pada saluran pemyimpanan dan keluar pada awal

menyusui. Foremilk merupakan ASI yang keluar pada lima menit pertama.

ASI ini lebih encer dibandingkan hindmilk, dihasilkan sangat banyak, dan

cocok untuk menghilangkan rasa haus bayi (Astutik, 2014).

2) Hindmilk

Hindmilk adalah ASI yang mengandung tinggi lemak yang

memberikan banyak zat tenaga / energi dan diproduksi menjelang akhir

proses menyusui (Depkes RI, 2007). Hindmilk keluar setelah foremilk habis

saat menyusui hampir selesai, sehingga bisa dianalogikan seperti hidangan

utama setelah hidangan pembuka. Jenis air susu ini sangat kaya, kental, dan

penuh lemak dan vitamin. Hindmilk mengandung lemak 4-5 kali dibanding

foremilk. Bayi memerlukan foremilk dan hindmilk (Astutik, 2014)


22
23

d. Kandungan ASI

ASI merupakan cairan nutrisi yang unik, spesifik, dan kompleks dengan komponen

imunologis dan komponen pemacu pertumbuhan. ASI mengandung sebagian besar air

sebanyak 87,5%, oleh karena itu bayi yang mendapat cukup ASI tidak perlu mendapat

tambahan air walaupun berada di tempat suhu udara panas. Selain itu, berbagai

komponen yang terkandung dalam ASI antara lain

1) Protein

Kadar protein didalam ASI tidak terlalu tinggi namun mempunyai peranan

yang sangat penting. Di dalam ASI protein berada dalam bentuk senyawa-senyawa

sederhana, berupa asam amino (Nurhaeni, 2009). Protein adalah bahan baku untuk

tumbuh, kualitas protein sangat penting selama tahun pertama kehidupan bayi, karena

pada saat ini pertumbuhan bayi paling cepat. Air susu ibu mengandung protein khusus

yang dirancang untuk pertumbuhan bayi. ASI mengandung total protein lebih rendah

tetapi lebih banyak protein yang halus, lembut dan mudah dicerna. Komposisi inilah

yang membentuk gumpalan lebih lunak yang mudah dicerna dan diserap oleh bayi

(Haryono & Setianingsih, 2014).

Protein ASI disusun terbesar oleh laktalbumin, laktalglobulin, lactoferrin, disebut

yang digunakan untuk pembuatan enzim anti bakteri (Mangku, 2013). Rasio protein

ASI adalah 60:40 sedangkan rasio protein susu sapi hanya 20:80. ASI mengandung

asam amino essensial taurin yang tinggi, kadar metiolin, tirosin, dan fenilalanin ASI

lebih rendah dari susu sapi akan tetapi kadar sistin jauh lebih tinggi. Kadar poliamin dan

nukleotid yang penting untuk sintesis protein ( Bahiyatun, 2009).

2) Lemak

Lemak ASI adalah komponen yang dapat berubah-ubah kadarnya kadar

lemak bervariasi disesuaikan dengan kebutuhan kalori untuk bayi yang sedang tumbuh.

Merupakan sumber kalori (energi) utama yang terkandung di dalam ASI. Meskipun
23
24

kadarnya di dalam ASI cukup tinggi, namun senyawa lemak tersebut mudah diserap

oleh saluran pencernaan bayi yang belum berkembang secara sempuurna. Hal ini

disebabkan karena lemak didalam ASI merupakan lemak yang sederhana struktur

zatnya (jika dikaji dari sisi ilmu kimia) tidak bercabang-cabang sehingga

mudah melewati saluran pencernan bayi yang belum berfungsi secara optimal

(Nurhaeni, 2009).

ASI yang pertama kali keluar disebut susu mula (foremilk). Cairan ini kira-kira

mengandung 1-2% lemak dan tampak encer. ASI berikutnya disebut susu belakang

(hindmilk) yang mengandung lemak paling sedikit tiga seperempatkali lebih banyak dari

susu formula. Cairan ini memberikan hampir seluruh energi (Haryono & Setianingsih,

2014).

3) Karbohidrat

Laktosa merupakan komponen utama karbohidrat dalam ASI. Kandungan

laktosa dalam ASI lebih banyak dibandingkan dengan susu sapi. Laktosa ini jika telah

berada di dalam saluran pencernaa bayi akan dihidrolisis menjadi zat- zat yang lebih

sederhana yaitu glukosa dan galaktosa). Kedua zat inilah yang nanti akan diserap oleh

usus bayi, dan sebagai zat penghasil energi tinggi (Nurhaeni, 2009). Selain merupakan

sumber energi yang mudah dicerna, beberapa laktosa diubah menjadi asam laktat, asam

ini membantu mencegah pertumbuhan bakteri yang tidak diinginkan dan membantu

dalam penyerapan kalsium dan mineral lainnya (Haryono & Setianingsih, 2014).

4) Mineral

ASI mengandung mineral yang lengkap. Walaupun kadarnya relatif rendah

tetapi cukup untuk bayi sampai umur 6 bulan. Kadar kalsium, natrium, kalium, fosfor,

dan klorida yang lebih rendah dibandingkan dengan susu sapi, tetapi dengan jumlah itu

sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi bahkan mudah diserap tubuh. Kandungan

24
25

mineral pada susu sapi memang cukup tinggi, tetapi hal tersebut justru berbahaya

karena apabila sebagian besar tidak dapat diserap maka akan memperberat kerja usus

bayi dan akan mengganggu sistem keseimbangan dalam pencernaan (Lesmana, Sandi,

Mera & Nisman, 2011). Jenis mineral essensial ( vital ) lain yang terkandung di dalam

ASI, yaitu senyawa seng (Zn). Senyawa ini dibutuhkan oleh tubuh bayi untuk

mendukung pertumbuhan dan perkembangan karena senyawa yang berperan sebagai

katalisator (pemacu) pada proses-proses metabolisme didalam tubuh. mineral seng juga

berperan dalam pembentukan antibodi, sehingga meningkatkan imunitas tubuh bayi

dari penyakit-penyakit tertentu ( Nurhaeni, 2009.

5) Vitamin

Vitamin dalam ASI dapat dikatakan lengkap. Vitamin A, D, dan C cukup,

sedangkan golongan vitamin B kurang (Haryono & Setianingsih, 2014). Selain itu

vitamin yang terkandung di dalam ASI meliputi Vitamin E, vitamin K, karoten, biotin

kolin, asam folat, inositol, asam nikotinat (niasin), asam pathotenat, prodoksin (Vitamin

B3), riboflavin (vitamin B2), thiamin (vitamin B1) dan sianokobalamin (vitamin

B12) (Nurhaeni, 2009).

e. Manfaat Pemberian ASI Eksklusif

ASI merupakan makanan pokok bagi bayi yang baru lahir, dikarenakan

kandungan ASI sangat cocok dan dibutuhkan bagi tubuh bayi yang barusaja lahir.

Berikut ini beberapa penjelasan manfaat ASI eksklusif menurut beberapa sumber.

1) Manfaat ASI Bagi Bayi

Bayi mendapatkan manfaat yang besar dari ASI. Selain mendapatkan nutrisi

yang dibutuhkan bayi, ASI juga berperan penting dalam melindungi dan

meningkatkan kesehatan bayi. UNICEF mengatakan bahwa ASI menyelamatkan

jiwa bayi terutama di negara-negara berkembang. Keadaan ekonomi yang sulit,


25
26

kondisi sanitasi yang buruk, serta air bersih yang sulit didapat menyebabkan

pemberian susu formula sebagai penyumbang resiko terbesar terhadap kondisi

malnutrisi dan munculnya berbagai mavam penyakit sepeti diare akibat

penyiapan dan pemberian susu formula yang tidak higienis. Laporan WHO

juga menyebutkan bahwa hampir 90% kematian balita terjadi di negara

berkembang dan lebih dari 40% kematian tersebut disebabkan diare dan

infeksi saluran pernafasan akut yang dapat dicegah dengan pemberian ASI

eksklusif (Monika, 2016). Berikut ini beberapa uraian terkait dengan manfaat ASI

dalam meningkatkan kesehatan bayi :

 Bayi yang diberi ASI 17 kali lebih jarang menderita pneumonia /

radang paru oleh caesar (dalam Monika, 2016).

 Bayi yang diberi ASI lebih terlindungi dari penyakit sepsis/infeksi dalam darah

yang menyebabkan kegagalan fungsi organ tubuh hingga kematian oleh Patel

(dalam Monika, 2016). Selain itu, para dokter sepakat bahwa ASI dapat

mengurangi risiko infeksi lambung-usus, sembelit, dan alergi (Ratih, 2009).

 ASI yang didapat bayi selama proses menyusui akan memenuhi kebutuhan

nutrisi bayi sehingga dapat menunjang perkembangan otak bayi. Berdasarkan

suatu penelitian anak yang mendapatkan ASI pada masa bayi mempunyai IQ

yang lebih tinggi dibandingkan anak yang tidak mendapatkan ASI (Lesmana,

Sandi, Mera & Nisman, 2011).

 Mengisap ASI membuat bayi mudah mengkoordinasi saraf menelan ,

mengisap dan bernafas menjadi lebih sempurna dan bayi menjadi lebih aktif

dan ceria (Lesmana, Sandi, Mera & Nisman, 2011).

 Waktu menyusui yang panjang dapat melindungi bayi dan anak dari penyakit

asma atau mengurangi terjadinya serangan asma pada anak kecil. Risiko

26
27

menderita asma meningkat apabila pemberian ASI eksklusif dihentikan

sebelum 4 bulan oleh Kull & Benner (dalam Monika, 2016).

 Menyusui dengan waktu yang lebih panjang (lebih dari 6 bulan) dapat

melindungi bayi adan anak dari penyakit rhinitis oleh Ehlayel (dalam Monika,

2016).

 Bayi yang diberi ASI eksklusif lebih terlindungi dari infeksi oleh (sabirov

dalam Monika,2016 : 5).

 Bayi yang diberi ASI eksklusif lebih terlindungi dari infeksi telinga tengah

oleh (sabirov dalam Monika,2016).

 Bayi prematur yang memiliki berat badan lahir sangat rendah yang diberi ASI

eksklusif dapat terhindar dari ROP Retimopathy of Prematurnity oleh

(Manzoni dalam Monika,2016).

 Pemberian ASI eksklusif selama 3-5 bulan mengurangi risiko obesitas sebasar

35% di masa yang akan datang (3-5 tahun) oleh (Carol dalam Monika, 2016).

 Pemberian ASI eksklusif dapat mengurangi risiko bayi kekurangan gizi

(Monika, 2016). ASI adalah makanan alamiah yang disediakan untuk bayi

dengan komposisi nutrisi yang sesuai untuk perkembangan bayi (Ratih, 2009).

 Pemberian ASI ekslusif mengurangi risiko terkena penyakit jantung dan

pembuluh darah (Ratih, 2009). Bayi yang menerima susu formula memiliki

konsentrasi LDL (kolestrol jahat) yang lebih tinggi daripada HDL (kolestrol

baik) yang lebih rendah. LDL merupakan salah satu pemicu penyakit jantung dan

pembuluh darah oleh Owen (dalam Monika, 2016).

 Bayi prematur menerima ASI memiliki tekanan darah yang lebih rendah (13 -

16 tahun) kemudian dibandingkan dengan bayi yang menerima susu formula

oleh Singhal (dalam Monika, 2016). Bayi prematur akan cepat tumbuh apabila

27
28

mereka diberikan ASI eksklusif. Komposisi ASI akan teradaptasi sesuai

dengan kebutuhan bayi, dan ASI bermanfaat untuk manaikkan berat badan dan

menumbuhkan sel otak pada bayi prematur (Ratih, 2009).

 Penyakit Necrotizing Enterecolitis/NEC (infeksi dan peradangan menyebabkan

kerusakan usus atau bagian dari usus) yang umum di derita oleh bayi prematur

dan sering menyebabkan kematian dapat dicegah dengan pemberian ASI oleh

(Gephart dalam Monika, 2016).

 ASI mencegah kerusakan gigi, misalnya gigi keropos dan maloklusi/kelainan

susunan gigi geligi atas dan bawah yang berhubungan dengan bentuk rongga

mulut/rahang oleh Agalawal (dalam Monika, 2016). Karies gigi pada bayi

yang diberi ASI eksklusif tidak akan terjadi karena ASI mengandung mineral

selenium (Ratih, 2009).

ASI selalu tersedia dalam keadaan bersih dari payudara ibu (Monika, 2016).

Selalu tersedia kapanpun dengan suhu yang tepat (Monika, 2016). ASI selalu

tersedia setiap saat bayi menginginkannya dalam keadan steril dan suhu yang

pas (Ratih, 2009).

 ASI mudah dicerna dan diserap oleh pencernaan bayi yang belum sempurna

(Lesmana, Sandi, Mera & Nisman, 2011). Begitu pula saat bayi sakit, ASI

adalah makanan yang terbaik untuk diberikan karena kemudahan dalam

dicerna akan membuat bayi cepat sembuh (Ratih, 2009).

 Dapat membantu perkembangan gigi dan rahang bayi karena bayi mengisap

ASI dari payudara (Monika, 2016). Mengisap ASI dari payudara membuat

rahang dan gigi menjadi lebih baik dibandingkan dengan mengisap susu

formula dengan menggunakan dot (Lesmana, Sandi, Mera & Nisman, 2011)

 Mendapatkan ASI dengan mengisap dari payudara membuat kualitas hubungan

28
29

psikologis ibu dan bayi menjadi semakin dekat (Lesmana,Sandi, Mera &

Nisman, 2011). Kontak kulit ibu dengan bayi saat menyusui menciptakan

kedekatan/ikatan serta perkembangan psikomotorik dan sosial yang lebih baik

(Monika, 2016). Bayi merasa aman, nyaman dan terlindungi dan ini

mempengaruhi kemampanan emosi si anak di masa depan (Ratih, 2009).

2) Manfaat ASI bagi Ibu

Berbagai penelitian mendukung bukti bahwa ASI bermanfaat bagi ibu, baik

secara fisik maupun emosional. Sebagian ibu tidak mengetahui manfaat bagi diri

sendiri sehingga kurang menikmati menyusui dan terpaksa menyusui atau

memberikan ASI agar hanya bayi sehat. Menyusui dapat memberi manfaat bagi

kesehatan fisik dan psikologis ibu, baik jangka pendek maupun panjang sebagai

berikut:

 Memberikan ASI segera setelah melahirkan akan meningkatkan kontraksi rahim,

yang berarti mengurangi risiko pendarahan (Novianti, 2009). Mengurangi

pendarahan pasca persalinan yang dikemukakan oleh Sobhy (dalam monika,

2016) ibu yang segera menyusui (melakukan IMD) setelah bersalin akan lebih

mudah pulih dibandingkan ibu yang tidak segera menyusui.

 Mempercepat bentuk rahim kembali ke keadaan sebelum hamil oleh Holdcroft

(dalam Monika, 2016). Isapan bayi saat menyusu membuat ibu melepaskan

hormon oksitosin yang kemudian menstimulasi rahim sehingga mengembalikan

bentuk rahim ibu pada saat kondisi sebelum hamil (Ratih, 2009).

 Wanita menyusui memiliki angka insidensi terkena kanker payudara, kanker

indung telur (ovarium), dan kanker endometri lebih rendah(Lesmana, Sandi,

Mera & Nisman, 2011). Menyusui dapat menekan produksi hormon estrogen

berlebih yang bertanggung jawab terhadap perkembangan kanker payudara,


29
30

kanker indung telur, dan kanker endometrium ( Monika, 2016).

 Mengurangi resiko terkena penyakit diabetes tipe 2. Penelitian yang dilakukan

oleh Lie, Jorm dan Banks mengemukakan bahwa risiko terkena penyakit diabetes

tipe 2 meningkat 50% pada ibu yang tidak menyusui (Monika, 2016).

 Mengurangi risiko terkena rheumatoid arthitis oleh karlson (dalam Monika,

2016). Rheumathoid arthritis merupakan kelainan autoimun, penelitian yang

melibatkan lebih dari 7000 ibu di China menemjukan bahwa menyusui dalam

jangka panjang mengurangi resiko terkena rheumatoid arthitis hingga 50%.

 Mengurangi risiko kropos tulang/osteoporosis oleh chantry rheumatoid arthitis

Bukti penelitian ini adalah wanita menyusui beresiko rendah menderita kropos

tulang (Monika, 2016).

 Menjadi metode kontrasepsi yang paling aman dan efektif oleh vekemans

(dalam Monika, 2016) yaitu sebesar 98% ibu menyusui eksklusif selama 6 bulan

belum mendapatkan menstruasi yang pertamakali setelah nifas.

 Mengurangi resiko obesitas dan lebih cepat mengembalikan berat badan seperti

sebelum hamil oleh Baker (dalam Monika, 2016). Menyusui eksklusif dapat

menghabiskan 500 kalori per hari (setara dengan berenang 30 putaran atau

bersepeda menanjak selama satu jam). Apalagi jika seorang ibu menyusui

eksklusif selama 1 tahun. Lemak disekitar panggul dan pinggang yang ditimbun

pada masa kehamilan pindah ke dalam ASI, sehingga ibu lebih cepat langsing

kembali (Ratih, 2009).

 Mengurangi stres dan kegelisahan oleh (Mezzacappa dalam Monika, 2016).

Penelitian medis menunjukkan bahwa perempuan yang menyusui bayinya

mendapatkan manfaat fisik dan manfaat emosional (Ratih, 2009). Saat bayi

mengisap dan kulitnya bersentuhan dengan kulit ibu, hormon prolaktin

30
31

dilepaskan dari tubuh ibu dan membuat tenang juga rileks (Monika, 2016).

 Mengurangi ibu menderita depresi pasca persalinan (post partum depression)

oleh Kendal (dalam Monika, 2016). Hormon oksitosin yang dilepaskan saat

menysui menciptakan kuatnya ikatan kasih sayang, kedekatan dengan bayi, dan

ketenangan.

 Mengurangi resiko hipertensi pada masa datang (American journal of

epidemology 2011). Penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat dengan

sampel lebih dari 50.000 ibu menemukan bahwa ibu yang menyusui eksklusif

selama 6 bulan memiliki resiko hipertensi yang lebih kecil pada masa yang akan

datang (Monika, 2016).

 Mengurangi tindakan kekerasan ibu pada anak oleh (Stratheam dalam Monika,

2016). Pernyataan tersebut didukung kuat dalam penelitian terhadap 5890 ibu.

 Mengurangi resiko anemia oleh (Dermer dalam Monika, 2016). Jumlah zat besi

yang digunakan ibu untuk memproduksi ASI lebih sedikit dibandingkan dengan

zat besi yang hilang dari tubuh ibu akibat pendarahan (nifas maupun

menstruasi). hari setelah dilahirkan dan hal ini bukan menjadi masalah karena

pastinnya ASI akan keluar maksimal 2 hari setelah melahirkan. Memberikan

ASI eksklusif selama 6 bulan tidak akan menyebabkan bayi obesitas dan

membuat payudara ibu kendor, justru takaran zat gizi pada ASI dinilai efisien

untuk bayi juga menyusui dapat mengencangkan otot-otot payudara ibu sehingga

tidak menyebabkan payudara ibu menjadi kendor (Rosita, 2008).

f. Indikator keberhasilan ASI ekslusif

Beberapa Indikator untuk mengetahui keberhasilan ASI eksklusif yaitu :

1) Kenaikan berat badan bayi, panjang tubuh, lingkar kepala .

Kenaikan berat badan bayi, panjang tubuh, lingkar kepala selalu

menunjukkan perkembangan sesuai usia bayi (Rosita, 2008). Sistem ekskresi


31
32

Lancar Bayi mengompol atau buang air kecil (BAK) minimal 6 kali setiap hari,

dan membuang air besar (BAB) sekitar 1-3 kali selama sehari semalam, warna air

besar bayi kuning dan tampak seperti biji (Rosita, 2008).

2) Bayi menyusu efektif

Bayi tumbuh sehat sesuai usianya dan tampak bahagia. Bayi menyusu

paling sedikit 8 kali dalam 24 jam. Bayi nampak puas dengan saat-saat

lapar, tenang, dan mengantuk. (Rosita, 2008).

3) Kepuasan ibu

Payudara ibu terasa kosong dan lunak setelah menyusui. Ibu dapat

merasakan turunnya ASI ketika bayi pertama kali menyusu, dan dapat

mendengar bunyi menelan ketika bayi menelan ASI (Haryono, 2014).

32
33

2. Faktor – faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif pada ibu pekerja.

a. Umur

Semakin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan

mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umut tertentu, bertambahnya

proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti berumur belasan

tahun. Dennis & Faux (1999) mendefinisikan self-efficacy untuk menyusui

sebagai keyakinan ibu dalam kemampuannya untuk menyusui bayinya.

Konsep self-efficacy ibu menyusui lebih menitikberatkan pada kemampuan

ibu memberikan ASI. konsep ini membentuk beberapa variabel penting

untuk menentukan bagaimana ibu pada akhirnya dapat menyusui anaknya

(Dennis, 2003). Tingkat self-efficacy ibu akan mempengaruhi kebiasaannya.

Oleh karena itu, kegiatan menyusui ibu dengan self-efficacy yang lebih

tinggi akan berhasil sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Hal ini

dikarenakan ibu dengan tingkat kenyamanan dan kepercayaan diri yang

tinggi dapat memberikan ASI yang cukup untuk bayinya yang membuat ibu

lebih rileks selama kegiatan menyusui (Wahyuni, 2020). Perasaan rileks ini

tentunya akan mempengaruhi produksi ASI lebih banyak untuk memenuhi

kebutuhan bayi. Berbeda dengan situasi ibu dengan self-efficacy yang

rendah, mereka mungkin sudah memahami pentingnya menyusui untuk bayi

yang baru lahir. Namun karena kurangnya rasa percaya diri dan kenyamanan

dalam 18 menyusui yang pada akhirnya menyulitkan mereka untuk

menyusui. Mereka cenderung berhenti menyusui atau beralih ke susu

formula sejak awal. Self-efficacy memiliki peranan penting dalam aktivitas

menyusui ibu bekerja. Melatih bayi meminum ASI merupakan keterampilan

33
34

ibu untuk mencapai ASI eksklusif meskipun ibu tetap bekerja. Berdasarkan

hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik menyusui berkaitan dengan

peningkatan rasa percaya diri selama menyusui. Hal ini menunjukkan bahwa

ibu yang mengetahui teknik yang benar ketika mereka masih menyusui

bayinya, mereka secara terus menerus menyusui secara eksklusif karena

meningkatkan rasa percaya diri (Ingram et al., 2015).

b. Pendidikan ibu

Pendidikan adalah proses perkembangan seseorang dalam bentuk

sikap dan perilakunya juga sebagai suatu usaha perubahan sikap dan

perilaku baik individu maupun kelompok untuk mengembangkan

kepribadian serta kemampuannya baik secara formal maupun non-formal

melalui bentuk pengajaran maupun pelatihan; proses, cara dan perbuatan

mendidik (Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring, 2016). Semakin tinggi

pendidikan seseorang, maka semakin mudah untuk menerima informasi

sehingga semakin banyak pula menerima pengetahuan, dan jika tingkat

pendidikan rendah, maka akan menghambat perilaku seseorang terhadap

penerimaan informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan (Dharmawati

and Wirata, 2016). 19 Menurut Lindawati, (2019) mengatakan bahwa ibu

yang memiliki pendidikan rendah cenderung tidak melakukan pemberian

ASI eksklusif pada bayinya.

c. Pengetahuan ibu tentang manajemen laktasi

Pada penelitian Kadir, (2014) yang merupakan penyebab rendahnya

pemberian ASI eksklusif adalah rendahnya pengetahuan ibu tentang ASI

eksklusif yang dimana masalah dalam ASI seperti ASI tidak keluar, selain itu

34
35

pada ibu yang bekerja tidak tahu bagaimana memberikan ASI perah dan

menyimpan ASI perah. Faktor lain karena ibu menyusui yang bekerja

beranggapan ASI tidak cukup di berikan pada bayi dan bayi tidak akan

merasa kenyang. Langkah – langkah yang dianjurkan dalam manajemen

laktasi pada ibu yang bekerja antara lain :

a). Sebelum berangkat kerja ibu tetap menyusui pada bayinya.

b). ASI yang berlebihan dapat diperas atau di pompa, kemudian disimpan

dilemari pendingin untuk diberikan pada bayi saat ibu bekerja dengan

suhu 4 °C bisa bertahan sampai 3 dan 5 hari dan jika di freezer bisa

bertahan hingga 3 bulan. Sedangkan kalau penyimpanan ASI di luar

lemari es menggunakan kotak styrofoam atau cool box dan termos dapat

menjaga kondisi ASI perah selama 24 jam jika terisi es batu. Wadah

penyimpanan ASI perah bisa di dalam botol kaca bekas minuman atau

selain dengan tutup plastik. 20

c). Selama ibu bekerja ASI dapat diperas atau di pompa dan di simpan di

lemari pendingin di tempat kerja atau diantar pulang

d). Jika ASI perah di simpan di lemari pendingin, maka cara untuk

menghangatkan adalah dengan mengalirkan air hangat ke bagian luar

permukaan botol yang berisi ASI. Cara yang lain dengan menrendam

sebagian permukaan botol ASI tersebut ke dalam wadah berisi air hangat.

Diamkan selama 15 menit hingga ASI dalam botol terasa cukup hangat

atau sesuai suhu pada bayi. ASI perah tidak di anjurkan untuk dipanaskan

menggunakan microwave ataupun mengunakan kompor seperti di rebus.

e). Periksa suhu ASI yang sudah di hangatkan dengan cara diteteskan di

35
36

telapak tangan sesuai dengan suhu tubuh.

f). Cicipi dahulu ASI sebelum diberikan kepada bayi untuk mengetahui ASI

perah sudah basi atau masih aman.

g). Berikan ASI perah yang telah dihangatkan menggunakan sendok kecil. h.

Setelah ibu di rumah, perbanyak menyusui yaitu saat malam hari.

Wulandari et al., (2014) dalam risetnya mengungkapkan banyak ibu yang

kembali bekerja setelah melahirkan dan mereka harus meninggalkan bayi mereka di

rumah. Mereka tidak dapat menyusui bayinya dengan baik seperti yang di persyaratkan

oleh WHO karena kurangnya fasilitas tempat kerja. Dalam hal ini bekerja bukan alasan

untuk menghentikan pemberian 21 ASI secara eksklusif selama aling sedikit 4 bulan dan

ibu bekerja di anjurkan memberikan ASI perah kepada bayinya selama ditinggal ibu

bekerja. ada dua cara untuk memerah ASI yaitu cara memerah ASI dengan tangan dan

cara memerah ASI dengan pompa. Adapun cara memerah ASI dengan pompa yaitu :

a). Cara memompa ASI baik itu dengan pompa manual atau pompa elektrik pada dasarnya

sama seperti memerah ASI dengan tangan. Hanya sja metode ini dilakukan dengan alat

sehingga lebih praktis.

b). Cuci bersih semua perangkat untuk memerah ASI baik itu corong untuk menampung

ASI dari puting. Pompa untuk menekan gerakan ke payudara dan botol ASI. Jika perlu

cuci bersih dengan air hangat agar bakteri atau kuman mati. Kemudian keringkan dan

siap digunakan untuk memompa.

c). Usai semua bagian payudara dengan menggunakan handuk gangat yang bersih. Cara ini

agar menghindari kontaminasi bakteri atau kuman dari bagian kulit payudara ke ASI.

d). Tempatkan corong pompa ASI pada bagian arola sehingga bentuknya pas dengan

36
37

payudara.

e). Jika anda menggunakan pompa manual maka gerakan tangan untuk menarik dan

melepaskan tuas pompa. Sementara tangan yang lain memegang botol ASI.

f). Jika anda menggunakan pompa elektrik maka caranya hampor sama seperti dengan

pompa manual. Tempatkan corong pada bagian areola payudara lalu setelah siap,

hidupkan panel penggerak.

g). Kemudian ASI akan mengalir ke botol Asi lewat selang penampungan.

h). Jika anda menggunakan pompa listrik maka bisa lebih mudah dan praktis karena saat

memompa anda bisa melakukan berbagai pekerjaan lain.

d. Sikap ibu tentang ASI eksklusif

Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak yang tidak sama

dengan perilaku. Perilaku tidak selalu mencerminkan sikap, akan tetapi sikap dapat

menimbulkan pola-pola cara berpikir yang mempengaruhi tindakan masyarakat

(Maulana, 2013). Sikap ibu pekerja tentang ASI eksklusif dapat diartikan sebagai sikap

ibu pekerja secara individual dalam menanggapi ASI eksklusif. Sikap dapat di bersifat

positif dan negatif yang dimana sikap positif cenderung tindakan yaitu mendekati,

menenangkan dan mengharapkan obyek tertentu. Sedangkan sikap negatif adalah

terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, memberi dan tidak menyenangi

obyek tertentu.

e. Ketersediaan Fasilitas

a). Ruangan memerah ASI Luas ruangan minimal 3x4 m2 dan atau disesuaikan

dengan jumlah pekerja perempuan yang sedang menyusui. Ruangan tertutup,

tersedia ruang untuk menyusui, berisi pintu yang dapat dikunci, memiliki

37
38

ventilasi dan sirkulasi udara yang cukup, terhindar dari kebisingan, tidak

terpapar oleh polusi asap rokok dan lembab, tersedia kursi, tisu, lap, kulkas

untuk menyimpan ASI perah dan tersedia wastafel untuk mencuci tangan

dan peralatan (Armynia, 2019)

b). Alat yang dibutuhkan untuk memerah dan menyimpan ASI Ruangan untuk

memerah ASI hendaknya memiliki Refrigerator/kulkas (apabila belum

memungkinkan dapat menggunakan termos es), dispenser (air panas dan

dingin), pompa ASI (bila diperlukan), botol untuk menyimpan ASI, Cooler

box/tas untuk membawa ASI perah, alat pensteril botol, alat ukur tinggi

badan dan berat badan.

f. Dukungan Keluarga / Suami

Dukungan suami diharapkan mampu memberikan manfaat atau sebagai

pendorong ibu dalam pemberian ASI eksklusif. Dukungan suami merupakan salah satu

faktor yang mempengaruhi sikap ibu dalam pemberian ASI eksklusif, maka suami dapat

memberikan dukungan kepada ibu yang menyusui ekslusif selama 6 bulan secara

maksimal. Dukungan seorang suami yang dengan tegas berpikiran bahwa ASI adalah

yang terbaik, akan membuat ibu lebih mudah memberikan ASI Eksklusif pada bayinya

(Wahyuni, 2019).

Dukungan sosial dibedakan menjadi empat, yaitu :

a) Dukungan emosional memberikan pasien perasaan nyaman, merasa

dicintai meskipun saat mengalami suatu masalah, bantuan dalam bentuk

semangat, empati, rasa percaya, perhatian sehingga individu yang

menerimanya merasa berharga. Pada dukungan emosional ini keluarga

menyediakan tempat istirahat dan memberikan semangat kepada pasien

38
39

yang dirawat di rumah. Jenis dukungan bersifat emosional atau menjaga

keadaan emosi atau ekspresi. Yang termasuk dukungan emosional ini

adalah ekspresi dari empati, kepedulian, dan perhatian kepada individu.

Memberikan individu perasaan yang nyaman, jaminan rasa memiliki, dan

merasa dicintai saat mengalami masalah, bantuan dalam bentuk

semangat, kehangatan personal, cinta, dan emosi.

b) Dukungan penghargaan merupakan dukungan berupa dorongan dan

motivasi yang diberikan keluarga kepada pasien. Dukungan ini 25

merupakan dukungan yang terjadi bila ada ekspresi penilaian yang positif

terhadap individu. Pasien mempunyai seseorang yang dapat diajak bicara

tentang masalah mereka, terjadi melalui ekspresi penghargaan positif

keluarga kepada pasien, penyemangat, persetujuan terhadap ide-ide atau

perasaan pasien. Dukungan keluarga ini dapat membantu meningkatkan

strategi koping pasien dengan strategi-strategi alternative berdasarkan

pengalaman yang berfokus pada aspek-aspek positif.

c) Dukungan instrumental mencakup penyediaan dukungan jasmaniah

seperti pelayanan, bantuan finansial dengan menyediakan dana untuk

biaya pengobatan, dan material berupa bantuan nyata (Instrumental

Supporti Material Support), suatu kondisi dimana benda atau jasa akan

membantu memecahkan masalah kritis, termasuk didalamnya bantuan

langsung seperti saat seseorang membantu pekerjaan sehari-hari,

menyediakan informasi dan fasilitas, menjaga dan merawat saat sakit

serta dapat membantu menyelesaikan masalah. Pada dukungan nyata,

keluarga sebagai sumber untuk mencapai tujuan praktis.

d) Dukungan informatif mencakup jaringan komunikasi dan tanggung


39
40

jawab bersama, termasuk didalamnya memberikan solusi masalah yang

dihadapi ibu di rumah, memberikan nasehat, pengarah, saran, atau umpan

balik tentang apa yang dilakukan oleh seseorang keluarga dapat

menyediakan informasi dengan menyarankan tempat. Pemberian ASI

eksklusif pada bayi bukan hanya tanggung jawab ibu saja. Kepala

keluarga dalam hal ini suami juga memiliki tanggung jawab besar untuk

memberikan dukungan. Tingkat keberhasilan pemberian ASI eksklusif

bisa berhasil sukses dengan adanya dorongan suami kepada ibu menyusui

memberikan ASI pada bayi. Seorang suami yang mengerti dan

memahami bagaimana manfaat ASI pasti akan selalu membantu ibu

mengurus bayi, setiap saat siang atau malam ayah membantu

memberikan bayi kepada ibu bila bayi ingin minum, menyendawakan

bayi bila selesai menyusu, menggantikan popok, memandikan bayi,

menenangkan bayi bila bayi gelisah dengan menggendong bayi dan

memberikan pijatan pada bayi. Sementara ibu, berusaha fokus

meningkatkan kualitas ASI nya, dengan mengonsumsi makanan bergizi

seimbang dan melakukan pola hidup sehat.

g. Dukungan Tenaga Kesehatan

Para tenaga kesehatan juga turut berperan menggalakkan ASI eksklusif. Hal itu

sesuai peran dan wewenang bidan , yang mengacu pada Keputusan Materi

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 900/MenKes/SK/VII/2002 tentang Registrasi

dan Praktik Bidan. Dalam keputusan tersebut, diharapkan semua bidan atau tenaga

kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, khususnya

para ibu hamil, melahirkan, dan menyusui, senantiasa berupaya memberikan

penyuluhan mengenai pemberian ASI eksklusif. Penyuluhan dengan 27

40
41

menggunakan bahan cetak dan media masa dilakukan untuk dapat menjangkau

masyarakat yang lebih luas, untuk mengubah persepsi masyarakat tentang ASI

eksklusif dari “suatu penyakit dapat dicegah dengan memberikan ASI eksklusif

(Prasetyo, 2012).

Ada 10 langkah sukses menyusui bayi yang berkaitan dengan fasilitas pelayanan

kesehatan, yaitu seluruh fasilitas kesehatan harus:

1) Membuat kebijakan tertulis tentang menyusui dan di komunikasikan kepada

semua staf pelayanan kesehatan.

2) Melatih semua staf pelayanan dalam keterampilan menerapkan kebijakan

menyusui.

3) Menginformasikan kepada semua ibu hamil tentang manfaat dn manajemen

menyusui.

4) Membantu ibu untuk menyusui dini dalam waktu 60 menit pertama

persalinan.

5) Membantu ibu cara menyusui dan mempertahankan menyusui meskipun ibu

dipisah dari bayinya.

6) Memberikan ASI saja kepada bayi baru lahir kecuali ada indikasi medis.

7) Menerapkan rawat gabung ibu dengan bayinya sepanjang waktu 24 jam.

8) Menganjurkan menyusui sesuai permintaan bayi.

9) Tidak memberikan dot kepada bayi.

10) Mendorong pembentukan kelompok pendukung menyusui dan merujuk ibu

kepada kelompok tersebut setelah keluar dari fasilitas pelayanan kesehatan

41
42

Menurut IDAI (2013), masalah yang sering dialami ibu setelah

melahirkan yaitu:

a) Peradangan pada payudara (mastitis) dan payudara abses

Mastitis merupakan suatu proses peradangan pada satu atau lebih

segmen payudara yang mungkin disertai infeksi atau tanpa infeksi.

Dalam proses ini dikenal pula istilah stasis ASI, mastitis tanpa

infeksi, dan mastitis terinfeksi. Apabila ASI menetap di bagian

tertentu payudara, karena saluran tersumbat atau karena payudara

bengkak, maka ini disebut stasis ASI. Bila ASI tidak juga

dikeluarkan, akan terjadi peradangan jaringan payudara yang disebut

mastitis tanpa infeksi, dan bila telah terinfeksi bakteri disebut mastitis

terinfeksi.

b) Puting mengalami perlukaan (puting lecet dan nyeri)

Hal ini sering terjadi pada ibu menyusui, dikarenakan kesalahan

teknik melepaskan puting dari mulut bayi setelah selesai menyusui,

dimana ibu melepaskannya dengan menarik puting, yang

mengakibatkan puting mudah lecet. Cara mengatasinya yaitu,

lepaskan puting dengan cara memasukkan jari kelingking ibu ke

mulut bayi melalui sudut mulut bayi atau menekan dagu bayi ke

bawah. Selain itu penyebab lain, karena perawatan payudara yang

tidak benar, yaitu membiarkan puting selalu dalam keadaan basah,

dimana dapat mendatangkan atau menumbuhkan kuman dan

menimbulkan infeksi dan lecet. Cara mengatasinya yaitu puting

harus selalu dalam keadaan kering dan sebelum menyusui lakukan

pemijatan pada puting agar keluar air susunya, lalu oleskan air susu
42
43

ke puting dan sekitar areola. Kemudian lakukan pula setelah selesai

menyusui agar puting senantiasa terhindar dari infeksi.

c) Payudara mengalami pembengkakan

Payudara yang bengkak biasanya dikarenakan bayi tidak

cukup sering menyusu atau bayi malas menyusu, sehingga ASI

bertumpuk didalam payudara. Untuk mengatasinya lakukan

pemijatan pada payudara dengan kedua tangan menggunakan

minyak (baby oil), dari arah pangkal payudara menuju puting.

Kemudian kompres payudara menggunakan lap handuk yang telah

direndam dalam air hangat dan air dingin secara bergantian.

d) Bentuk puting melesak ke dalam (retracted nipple)

Masalah retracted nipple sering terjadi pada ibu menyusui,

penyebabnya sampai saat ini belum diketahui secara pasti.

Kemungkinan karena bawaan bentuk payudara sejak lahir. Namun

demikian terdapat cara mengatasinya, yaitu dengan melakukan

tarikan pada puting secara kontinyu, dengan memutar ke kiri ke

kanan kemudian tarik keluar. Selain itu akan lebih baik jika

melakukan program penarikan puting pada usia kehamilan di atas 5

bulan.

e) Saluran untuk keluarnya ASI tersumbat

Saluran ASI yang tersumbat akan mengakibatkan terjadinya

benjolan pada salah satu bagian payudara, misalnya ada benjolan di

atas atau di bawah payudara Untuk mengatasinya, susukan semua

ASI di payudara hingga kosong, jangan sampai tersisa. Kalau bayi

sudah tidak mau menyusu, pompa payudara dan simpan ASI

tersebut sehingga dapat digunakan saat bayi membutuhkan. Selain


43
44

itu bisa juga dengan memberikan kompres pada payudara

menggunakan lap handuk yang telah direndam dalam air hangat dan

air dingin secara bergantian.

f) ASI kurang lancar

Banyak ibu merasa ASI nya kurang karena bayi menangis

terus pada malam hari. Penurunan berat badan pada minggu pertama

walaupun normal tetap harus diwaspadai. Bimbingan yang baik

dalam proses menyusui, memegang peran yang sangat penting

dalam sebuah proses menyusui. Anjuran menyusui pada ibu tanpa

diikuti proses menyusui yang baik seringkali menimbulkan masalah.

Proses menyusui memang suatu proses natural namun tetap harus

dipelajari. Pada zaman yang segalanya ingin diselesaikan dengan

cepat dan mudah, seringkali ibu dan pasangannya berpikir bahwa

ASI terproduksi sesuai dengan yang diinginkan abses payudara

Merupakan komplikasi mastitis yang biasanya terjadi karena

pengobatan terlambat atau tidak adekuat. Bila terdapat daerah

payudara teraba keras, merah dan tegang.

g) Puting datar

Puting yang hanya keluar sedikit dibandingkan rata-rata puting

normal, dan sebenarnya bukan kendala berarti menyusui. Perlu

diketahui bahwa puting hanya merupakan kumpulan muara saluran

ASI dan tidak mengandung ASI.

44
45

B. Kerangka Konseptual Penelitian

Skema 1 Kerangka konsep yang digunakan merupakan hasil modifikasi dari

teori Green dan Kreuter (2005).

Variabel Independen Variabel Dependen

- Pengetahuan ibu
tentang ASI
eksklusif
- Sikap ibu tentang
ASI eksklusif

- Dukungan suami
- Dukungan Keluarga Pemberian ASI
Eksklusif

- Dukungan tenaga
kesehatan

Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian

C. Hipotesis Penelitian

a. Ada hubungan antara faktor pengetahuan dengan pemberian ASI eksklusif pada ibu

menyusui di wilayah kerja Puskesmas Palmatak Kabupaten Kepulauan Anambas.

b. Ada hubungan antara faktor sikap ibu dengan pemberian ASI eksklusif pada ibu

45
46

menyusui di wilayah kerja Puskesmas Palmatak Kabupaten Kepulauan Anambas.

c. Ada hubungan antara faktor dukunagn suami dengan pemberian ASI eksklusif pada

ibu menyusui di wilayah kerja Puskesmas Palmatak Kabupaten Kepulauan

Anambas.

d. Ada hubungan antara faktor dukunagn keluarga dengan pemberian ASI eksklusif

pada ibu menyusui di wilayah kerja Puskesmas Palmatak Kabupaten Kepulauan

Anambas

e. Ada hubungan antara faktor dukunagn fasilitas tenaga kesehatan dengan pemberian

ASI eksklusif pada ibu menyusui di wilayah kerja Puskesmas Palmatak Kabupaten

Kepulauan Anambas

46
47

BAB III

METODELOGI

PENELITIAN

A. Desain dan Metode Proposal Penelitian

Desain proposal penelitian adalah metode atau cara yang digunakan

dalam proposal penelitian (Notoatmodjo, 2010). Desain yang akan

digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan

pendekatan cross sectional. Proposal penelitian deskriptif adalah suatu

metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk mengetahui

faktor - faktor tentang suatu keadaan secara objektif yang digunakan untuk

memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada

situasi sekarang (Setiadi, 2013). Dalam bidang kesehatan masyarakat,

metode survei deskriptif digunakan untuk menggambarkan atau memotret

masalah kesehatan serta yang terkait dengan kesehatan sekelompok

penduduk atau orang yang tinggal dalam komunitas tertentu (Notoatmodjo,

2010). Metode cross sectional adalah dengan cara pengumpulan data

sekaligus pada suatu waktu (Notoatmodjo, 2012). Dalam Proposal penelitian

ini metode yang digunakan oleh peneliti adalah metode penelitian deskriptif

dimana peneliti menggambarkan tentang faktor – faktor yang berhubungan

dengan pemberian ASI pada ibu.

B. Lokasi dan Waktu Proposal penelitian

1. Lokasi penelitian

Proposal penelitian akan dilakukan pada ibu menyusui yang ada

47
48

di wilayah Palmatak Kabupaten Anambas. Peneliti memilih lokasi

penelitian ini dikarenakan wilayah Palmatak termasuk wilayah

dengan cakupan pemberian ASI ekslusif terendah di Kabupaten Anambas.

48
49

2. Waktu penelitian

Proposal penelitian akan dilakukan pada bulan Agustus 2022

– Desember 2022.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi penelitian adalah keseluruhan objek penelitian atau objek

yang diteliti, sedangkan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh

populasi ini disebut sampel penelitian (Notoatmodjo, 2012). Populasi dalam

penelitian ini adalah ibu pekerja. Sedangkan sampel pada penelitian ini adalah

ibu pekerja yang mempunyai bayi umur 6-12 bulan.

Penghitungan sampel menggunakan rumus uji hipotesis beda proporsi.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan tingkat kepercayaan sebesar 95%

dengan memakai derajat kemaknaan 5% dan power 95%. Rumus yang

digunakan adalah sebagai berikut:

Keterangan :

n : besar sampel minimum

α : derajat kemaknaan (0.05)

Z1 − 𝛼 ⁄2 : 1,96

1-β : power = 95 %

49
50

Z1-β : 1,64

P2 : diketahui proporsi ibu bekerja yang tidak menyusui dari

penelitian Abdullah (2012) sebesar 37,5% = 0,375

OR : 1,8 (didapat dari penelitian Amin, R., dkk, 2011)

P1 : P2x OR = 0,375 x 1,8 = 0,675

P1+ P2 0,675+0,375
P : = = 0,525
2 2

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang akan diambil

untuk diteliti dan hasil Proposal penelitiannya digunakan sebagai

representasi dari populasi secara keseluruhan (Suryani &

Hendryadi, 2016). Menurut Dharma (2015), kesalahan dalam

menentukan jumlah sampel dan metode sampling yang digunakan

dapat menyebabkan hasil Proposal penelitian bias dan tidak

mempresentasikan keadaan sebenarnya dipopulasi. Teknik

pengambilan sampel yang digunakan dalam Proposal penelitian ini

adalah sampling jenuh (populasi total). Sampling jenuh (populasi

total) adalah suatu teknik penentuan sampel jika semua anggota

populasi digunakan sebagai sampel (Carsel, 2018). Menurut

Suharsimi Arikunto bahwa populasi yang kurang dari 100 maka di

isyaratkan semua populasi tersebut dijadikan sampel (Carsel,

2018). Dalam Proposal penelitian ini seluruh ibu menyusui di

wilayah kerja Puskesmas Palmatak dengan jumlah 50 orang

kriteria sebagai berikut :

50
51

1. Usia bayi 0-6 bulan

2. Ibu yang menyusui bayi secara eksklusif

3. Ibu yang bisa membaca dan menulis

4. Ibu yang dalam keadaan sehat

5. Ibu yang bersedia menjadi responden

D. Etika Proposal penelitian

Dharma (2015) mengatakan etika Proposal penelitian dalam

bidang keperawatan bertujuan untuk memberikan jaminan bahwa

keuntungan yang didapat dari proposal penelitian jauh lebih besar

dari efek samping yang ditimbulkan. Peneliti sebelum melakukan

Proposal penelitian, harus memberikan informasi yang jelas tentang

apa keuntungan dan efek samping yang di timbulkan dari Proposal

penelitian tersebut. Sumantri (2015) mengatakan prinsip etika Proposal

penelitian yang harus dipegang teguh oleh peneliti, yaitu:

1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for

human dignity) Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak

subjek untuk mendapatkan informasi yang terbuka yang

berkaitan dengan Proposal penelitian serta memiliki

kebebasan menentukan pilihan dan bebas dari paksaan

berpatisipasi dalam kegiatan Proposal penelitian (autonomy).

Adapun tindakan yang terkait dengan menghormati harkat

dan martabat manusia adalah peneliti mepersiapkan

formulir persetujuan subjek (informed consent) yang terdiri

dari:

a. Penjelasan manfaat Proposal penelitian


51
52

b. Penjelasan kemungkinan resiko dan ketidak nyamanan

yang dapat ditimbulkan

c. Penjelasan yang manfaat yang didapatkan

d. Persetujuan peneliti untuk dapat menjawab setiap

pertanyaan diajukan subjek berkaitan dengan prosedur

Proposal penelitian

e. Persetujuan subjek untuk dapat memundurkan diri kapan

saja

f. Jaminan anominitas dan kerahasian

2. Menghormati privasi dan kerahasian subjek Proposal

penelitian (respect for privacy and confidentiality)

Pada saat melakukan Proposal penelitian, peneliti tidak boleh

menampilkan informasi yang berkaitan dengan nama maupun

alamat asal subyek Proposal penelitian didalam kuesioner

dan alat ukur apapun untuk menjaga anominitas dan

kerahasian indentitas subjek.peneliti dapat menggunakan

koding atau (innisial atau indentification number)

3. Keadilan dan inklusivitas (respect for justice and

inclusiveness)

Prinsip keadilan dalam melakukan Proposal penelitian lebih

menekakan sejauh mana kebijakan Proposal penelitian

didistribusikan secara merata menurut kebutuhan,

kemampuan, kontribusi, dan pilihan bebas masyarakat.

4. Memperhitung manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (

balancing harms and benefits)


52
53

Peneliti melaksanakan Proposal penelitian sesuai dengan

prosedur untuk mendapatkan hasil Proposal penelitian yang

bermanfaat semaksimal mungkin bagi subjek Proposal

penelitian dan dapat digeneralisasikan di tingkat populasi

(beneficence). Peneliti meminimalisasi dampak yang dapt

merugikan subjek Proposal penelitian (nonmaleficicence).

Apabila intervensi berpotensi mengakibatkan cedera atau

strees tambahan, maka subjek Proposal penelitian dapat

dikeluarkan dari kegiatan Proposal penelitian untuk

mencegah terjadinya cedera, kesakitan, stress, maupun

kematian subjek Proposal penelitian.

A. Definisi Operasional

Definisi operasional yaitu untuk membatasi ruang lingkup atau

pengertian variabel yang diamati/diteliti (Notoatmodjo, 2012).

Tabel 3. Definisi Operasional Penelitian


No Variabel Definisi Indikator Kategori Skala
Operasional
1. Pengetahuan Kemampuan Diperoleh dari jawaban Baik Ordinal

Kognitif responden tentang (76%-100%)


ibu/responden
untuk
menjawab dengan tingkat pengetahuan Cukup (56%-
benar tentang tentang pengertian ASI 75%)
ASI eksklusif eksklusif, manfaat ASI Kurang (≤55%)
eksklusif, manajemen
laktasi, dan faktor yang
mempengaruhi
pemberian ASI.
2. Sikap Tindakan/prilaku Diperoleh dari jawaban Mendukung (skor Ordinal
responden kuesioner tentang sikap ≥mean/median)
terhadap pendapat responden terhadap Kurang
tentang pemberian cara pemberian ASI mendukung (skor
ASI eksklusif eksklusif dan faktor <mean/median)
yang mempengaruhi
pemberian ASI. (kategori
Pengukuran didasarkan dari
menggunakan skala hasil uji
Likert. normalitas data,

53
54

bila data

54
55

Lanjutan....

dinyatakan
normal maka
menggunakan
mean, bila data
dinyatakan tidak
normal maka
menggunakan
median)
3. Dukungan Motivasi untuk ibu Diperoleh dari jawaban Mendukung (skor Ordinal
Suami mengenai kuesioner tentang ≥ mean/median)
dukungan suami persepsi/ penilaian ibu Kurang
dalam memberi terhadap suami dalam mendukung (skor
ASI eksklusif memberikan dukungan < mean/median)
pemberian ASI
eksklusif. Pengukuran (kategori
menggunakan skala didasarkan dari
Likert hasil uji
normalitas data,
bila data
dinyatakan
normal maka
menggunakan
mean, bila data
dinyatakan tidak
normal maka
menggunakan
median)

4. Dukungan Motivasi untuk Diperoleh dari jawaban Mendukung (skor Ordinal


ibu
Keluar mengenai kuesioner tentang ≥ mean/median)
ga dukungan persepsi/ penilaian ibu Kurang
keluarga
dalam memberi terhadap keluarga dalam mendukung (skor

ASI eksklusif memberikan dukungan < mean/median)

pemberian ASI

eksklusif. Pengukuran (kategori

menggunakan skala didasarkan dari

Likert hasil uji

normalitas data,

39
56

bila data

dinyatakan

normal maka
menggunakan
mean, bila data

dinyatakan tidak

normal maka

menggunakan

median)

39
57

Lanjutan…..

5. Dukungan Himbauan Diperoleh dari jawaban Mendukung (skor Ordinal


Tenaga Pemerintah kuesioner tentang ≥ mean/median)
mengenai
Kesehatan dukungan tenaga persepsi/ Kurang
kesehatan dalam penilaian ibu terhadap mendukung (skor
memberi ASI tenaga kesehatan dalam < mean/median)
eksklusif memberikan dukungan
pemberian ASI (kategori
eksklusif. Pengukuran didasarkan dari
menggunakan skala hasil uji
Likert normalitas data,
bila data
dinyatakan
normal maka
menggunakan
mean, bila data
dinyatakan tidak
normal maka
menggunakan
median)
6. Pemberian Perilaku ibu Diperoleh dari jawaban Ya Nominal
ASI eksklusif dalam responden tentang Tidak
memberikan ASI pemberian ASI saja
saja pada bayi sampai usia bayi 6
mulai saat lahir bulan.
sampai bayi
berusia 6 bulan
tanpa diberikan
makanan atau
minuman lain,
kecuali; obat,
vitamin, dan
mineral tetes

57
58

E. Alat Pengumpulan Data

Dharma (2015) mengatakan pengumpulan data

adalah cara yang digunakan peneliti dalam

mengumpulkan data Proposal penelitian. Pada

penelitian yang akan dilakukan peneliti menggunakan

lembar kuesioner sebagai alat ukur data. Kuesioner

adalah alat ukur yang terstruktur, karena bagian-

bagiannya tersusun secara berurutan yang dmulai dari

judul kuesioner, petunjuk pengisian, pertanyaan yang

mengenai karakteristik responden dan daftar setiap

pertanyaan utama (Dharma 2015).

Kuesioner Proposal penelitian yang dilakukan

peneliti mengacu pada kerangka konsep dan

berdasarkan teori-teori yang ada. Didalam kuesioner

Proposal penelitian yang dibuat peneliti terdiri dari

beberapa bagian, yaitu:

a. Bagian pertama berisi data demografi ibu dan

bayi. Data demografi ibu dan bayi yang

digunakan bertujuan untuk mengidentifikasi

karakteristik ibu dan bayi yang meliputi nama

(inisial), usia ibu, agama, suku, jenis pekerjaan,

tingkat pendidikan ibu. Sedangkan karakteristik

bayi meliputi nama bayi (inisial), jenis kelamin,

dan tanggal lahir/ usia bayi.

58
59

b. Bagian kedua mengidentifikasi Masalah

Pemberian ASI pada ibu sebanyak 28

pertanyaan dengan menggunakan dichotomous

choice. Notoatmodjo (2012) mengatakan

dichotomous choice adalah jenis pertanyaan

yang hanya menyediakan dua jawaban/ alternatif

dan responden hanya memilih satu diantara

jawaban tersebut. Biasanya pertanyaan yang

menggunakan dichotomous choice menyangkut

tentang pendapat, perasaan, atau sikap

responden. kode untuk jawaban “ya” diberi kode

1 dan jawaban “tidak” diberi kode 0.

Tabel 4. Kisi-kisi kuesioner.

Variabel Indikator No. Jumlah Favorable Unfavorable


Item Item
Pengetahuan Pengertian ASI 1,2,3,4 4 1,3 2,4
eksklusif
Manajemen 6, 7 2 - 6, 7
laktasi
Manfaat ASI 8, 9 2 - 8, 9
eksklusif
Cara pemberian 5,10 2 10 5
ASI eksklusif
Jumlah 10
Sikap Cara pemberian 2,4,5 3 2,4 5
ASI eksklusif
Faktor yang 1,3,6 3 1 3,6
mempengaruhi
pemberian ASI
Jumlah 6
Dukungan Dukungan 8,9,11 3 11 8,9
Suami emosional
Dukungan 3,10, 3 3,10 12
penghargaan 12,
Dukungan 1,5,7 3 5,7 1
instrumental

59
60

Dukungan 2,4,6 3 2,4 6


informatif
Jumlah 12
Dukungan Dukungan 8,9,11 3 11 8,9
Keluarga emosional
Dukungan 3,10, 3 3,10 12
penghargaan 12,
Dukungan 1,5,7 3 5,7 1
instrumental
Dukungan 2,4,6 3 2,4 6
informatif

Dukungan Dukungan 8,9,11 3 11 8,9


Fasilitas emosional
tenaga
kesehatan
Dukungan 3,10, 3 3,10 12
penghargaan 12,
Dukungan 1,5,7 3 5,7 1
instrumental
Dukungan 2,4,6 3 2,4 6
informatif

F. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses

pendekatan kepada subjek dan proses pengumpulan

karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu

proposal penelitian. Langkah- langkah dalam

pengumpulan data bergantung pada rancangan

Proposal penelitian dan teknik instrumen yang akan

digunakan dalam Proposal penelitian (Nursalam,

2009). Untuk memperoleh data yang dibutuhkan

dalam Proposal penelitian ini, pengumpulan data

dilakukan oleh peneliti dibantu dua orang asisten

dengan kriteria: asisten adalah perawat yang bekerja

di Puskesmas Palmatak, bersedia menjadi

asisten dalam penyebaran kuesioner dan peneliti

60
61

menggunakan alat pengumpulan data berupa

kuesioner peneliti menggunakan alat pengumpulan

data berupa kuesioner. Beberapa prosedur yang

dilakukan dalam pengumpulan data, yaitu :

a. Tahap Persiapan

Tahap persiapan dimulai dengan cara peneliti

mencari fenomena masalah Proposal penelitian

berdasarkan sumber studi kepustakaan, selanjutnya

peneliti menyusun proposal Proposal penelitian

untuk mendapatkan persetujuan pembimbing.

Setelah mendapatkan persetujuan dari pembimbing,

peneliti mengurus surat izin pra riset dari STIKes

Hang Tuah Tanjung Pinangyang ditujukan untuk

Puskesmas Palmatak Selanjutnya, peneliti

melakukan studi pendahuluan di wilayah kerja

Puskesmas Palmatak kemudian, peneliti melakukan

ujian seminar proposal Proposal penelitian sebelum

melakukan Proposal penelitian di wilayah kerja

Puskesmas Palmatak.

b. Tahap Pelaksanaan

Setelah mendapat izin dari Ketua STIKES

Hang Tuah Tanjungpinang, selanjutnya pada bulan (

Oktober 2022) peneliti meminta izin kepada kepala

Puskesmas Palmatak dan mengambil data posyandu

61
62

bayi dengan pemegang program untuk melakukan

penelitian. Dalam tahap pelaksanaan dilakukan pada

bulan ( Oktober – Desember 2022) penelitian

dibantu oleh asisten peneliti yang berjumlah 2

orang. Asisten peneliti adalah perawat yang bertugas

di Puskesmas Pembantu, peneliti menggunakan

asisten karena ada beberapa wilayah yang harus di

lewati menggunakan perahu, sebelum melakukan

pengambilan data, peneliti dan asisten peneliti

melakukan persamaan persepsi agar tidak terjadi

kesalahan dalam pengambilan data, proposal

penelitian dilakukan door to door dengan

mendatangi rumah responden dan menjelaskan

tujuan serta manfaat proposal penelitian, dan

menjelaskan bahwa data yang didapat dari

responden akan dijamin kerahasiaannya oleh

peneliti dengan cara tidak mencantumkan nama,

nama diganti dengan inisial responden. Jika

responden setuju, maka responden diminta untuk

menandatangani informed consent dan mengisi

lembar kuesioner yang telah disediakan, pada

responden yang mempunyai kendala dalam mengisi

kuesioner, maka kuesioner diisi oleh peneliti sesuai

dengan jawaban responden. Setelah kuesioner diisi,

62
63

peneliti langsung melakukan pengumpulan

kuesioner untuk diperiksa kelengkapannya, jika

belum lengkap responden diminta untuk melengkapi

saat itu juga.

c. Tahap Akhir

Pada tahap ini akan dilakukan penyusunan laporan hasil

penelitian.

G. Pengolahan dan Analisa Data

a. Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan suatu proses

untuk memperoleh informasi atau data ringkasan

berdasarkan suatu kelompok data mentah dengan

menggunakan rumus tertentu sehingga menghasilkan

informasi yang diperlukan (Setiadi, 2013).

Ada beberapa kegiatan yang dilakukan oleh

peneliti dalam pengolahan data menurut Setiadi

(2013) yaitu:

Analisis data yang digunakan yaitu analisis

univariat dengan menggunakan tabel univariat yang

kemudian diolah secara manual dengan langkah-

langkah sebagai berikut:

a) Editing

Peneliti memeriksa kembali kebenaran data

63
64

yang diperoleh atau dikumpulkan. Data yang

diperoleh berupa kelengkapan data karakteristik

ibu meliputi umur, pendidikan, pekerjaan,

pengalaman menyusui, pengetahuan ibu tentang

ASI ekslusif, dukungan suami serta dukungan

petugas kesehatan dalam pemberian ASI ekslusif

b) Coding

Coding merupakan pengkelompokan jawaban-

jawaban dari para responden kedalam bentuk

angka/bilangan. Tanda-tanda kode ini dapat

disesuikan dengan pengertian yang lebih

menguntungkan dan memberikan pemahaman

yang lebih pada peneliti, oleh karena itu kode-kode

tersebut bisa dibuat oleh peneliti sendiri. Manfaat

dari coding ini adalah untuk mempermudah

peneliti dalam melaksanakan analisa data dan

mempercepat saat entry data.

1. Karekteristik responden yang

terdiri dari Usia ibu (kategori 1:

17-25 tahun, 2: 26-35 tahun, 3:

36-45 tahun), Tingkat pendidikan

(kategori 1: tidak sekolah, 2: SD,

3: SMP, 4: SMA, 5: Perguruan

tinggi), Pekerjaan (kategori 1: Ibu

64
65

rumah tangga, 2: Wiraswasta, 3:

Karyawan swasta, 4: PNS, 5: dan

lain-lain), Suku (kategori 1:

Minang, 2: Melayu, 3: Jawa, 4:

Batak, 5: dan lain-lain), Jenis

kelamin bayi (kategori 1: Laki-

laki, 2: Perempuan).

2. Faktor – faktor yang berhubungan dengan

masalah Pemberian ASI pada ibu

Usia ibu (kategori 1: 17-25 tahun, 2: 26-35 tahun, 3: 36-45

tahun), Tingkat pendidikan (kategori 1: tidak sekolah, 2: SD, 3:

SMP, 4: SMA, 5: Perguruan tinggi), Dukungan Keluarga /

Suami (kategori 0: Tidak, 1: Ya), Dukungan Dari Tenaga

Kesehatan (kategori 0: Tidak, 1: Ya)

3. Bulan terjadinya masalah

Kategori 0: Tidak, 1: 1-2 bulan, 2: 2-4 bulan, 3: 5-6 bulan

c) Entry

Peneliti memasukkan seluruh data yang

telah dikumpulkan dan diperlukan dalam

Proposal penelitian ini selanjutnya mengolah data

tersebut serta menganalisanya dengan

menggunakan program komputer SPSS.

d) Cleaning

Setelah data dari setiap sumber data atau

65
66

responden selesai dimasukkan, perlu dicek

kembali untuk melihat kemungkinan-

kemungkinan adanya kesalahan kode, ketidak

lengkapan, dan sebagainya. Setelah yakin bahwa

semua data telah lengkasp dan sesuai maka

dilanjutkan dengan analisis data.

e) Processing

Data diproses atau diolah dengan

mengkelompokan data kedalam variabel yang

sesuai dengan menggunakan computer (SPSS).

f) Analyzing

Data yang telah dimasukkan ke dalam

program komputer dan sudah lengkap kemudian

dianalisis dengan menggunakan analisis

univariat.

b. Analisis data

Analisis data pada penelitian ini menggunakan

bantuan program komputer. Berikut merupakan tahap-

tahap analisa dalam penelitian ini.

a. Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan

atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel

penelitian (Notoatmodjo, 2012). Bentuk analisis

univariat dalam penelitian ini adalah distribusi

66
67

frekuensi dan persentase pemberian ASI eksklusif dan

faktor-faktor yang berperan seperti: tingkat

pengetahuan, sikap, ketersediaan fasilitas, durasi

bekerja, dukungan suami, dan dukungan tenaga

kesehatan.

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan pada dua variabel

yang diduga berhubungan atau berkorelasi

(Notoatmodjo, 2012). Pada penelitian ini dilakukan

analisis bivariat pada setiap variabel independen

terhadap variabel dependen. Semua variabel yang

diuji berbentuk kategorik dengan demikian analisis

yang digunakan adalah uji statistik Chi Square (X2)

dengan α = 0,05. Jika hasil uji menunjukkan p ≤ 0,05

maka hubungan antar variabel bermakna

(signifikan). Syarat uji Chi Square adalah sel yang

mempunyai nilai expected kurang dari 5, maksimal

20% dari jumlah sel (Dahlan, 2011). Jika syarat uji

Chi Square tidak terpenuhi, maka dapat memakai uji

alternatif lainnya.

1) Alternatif uji Chi Square untuk tabel 2 x 2 adalah uji Fisher.

2) Alternatif uji Chi Square untuk tabel 2 x K adalah

uji Kolmogorov-Smirnov.

3) Alternatif uji Chi Square untuk tabel selain 2 x 2

67
68

dan 2 x K adalah penggabungan sel. Setelah

dilakukan penggabungan sel akan terbentuk suatu

tabel B x K yang baru. Uji hipotesis yang dipilih

sesuai dengan tabel B x K yang baru tersebut.

68
69

DAFTAR PUSTAKA

Afifah, D N. (2011). Hubungan antara motivasi dengan


pemberian asi eksklusif di desa balun kecamatan turi
kabupaten lamongan. Lamongan : STIKes
Muhammadiyah Lamongan.

Ambarwati, R,E., & Wulandari, D. (2009). Asuhan


kebidanan nifas. Jogjakarta: Mitra Cendika Press.

Amiruddin, R., Hasmi. (2014). Determinan kesehatan ibu dan


anak. Trans Info Media : Jakarta.
Anggraini, D.Y., & Sutomo, B. (2010). Menu sehat alami untuk
balita & batita. Jakarta : PT. Agromedia Pustaka.
Astutik, R.Y. (2014). Payudara dan laktasi. Jakarta: Selemba Medika.

Atabik, A. (2013). Faktor yang berhubungan dengan praktek


pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja puskesmas
pamaton. Semarang: Ilmu Kesehatan Masyarakat Univ.
Negeri Semarang.

Apriyani, N., Kristyanti, R., & Susiatmi, S.A. (2014).


Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Teknik Menyusui
Dengan Kejadian Puting Lecet. Diperoleh 20 Desember
2019 melalui https://www.e-jurnal.com

Berman, A., Snyder, S. (2012). Fundamentals of nursing: concepts,


process, and practice.
New jersey: Pearson .

Bungin, B. (2017). Metodologi penelitian kualitatif. Depok :


Rajagrafindo Pustaka.
Carsel, S. (2016). Metodologi kesehatan dan pendidikan.
Yogyakarta : Penebar Media Pustaka.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2009). Kategori umur.
Jakarta: Depkes RI.
Dharma, K. K. (2015). Metodologi penelitian keperawatan : panduan
melaksanakan dan menerapkan hasil penelitian. Jakarta : Trans
InfoMedia.
Djami, dkk. (2013). Frekuensi pemeriksaan kehamilan,
konseling laktasi, dan pemberian air susu ibu eksklusif.
Bandung: Fak. Kedokteran Univ. Padjadjaran.

69
70

Fitria, S. (2011). Efektivitas inisiasi dini dalam produksi ASI.


Diperoleh 15 Desember 2019 melalui
https://scholar.google.co.id

Hasanah, dkk. (2017). Hubungan teknik menyusui dengan risiko


terjadinya mastitis pada ibu menyusui. Jember: Fak.
Keperawatan Jember.
Haryono R, Setianingsih, S. (2014). Manfaat asi eksklusif untuk
buah hati anda.
Yogyakarta: Gosyen Publising.

Dahlan, Muhammad Sopiyudin. (2011). Statistik untuk


Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.

Roshinta Sony Anggari,Anis Yuliastutik.(2020) “Faktor-Faktor Yang


Berpengaruh Dalam Pemberian Asi Pada Ibu Primipara Di Posyandu
Telawagarna Jambewangi.” Jurnal Ilmiah Kesehatan Rustida| Page : 12 –
20

Laily Yuliatun, Maghfiratul Laily.(2021) “Perbedaan Pengetahuan Suami


Tentang Asi Eksklusif Dan Dukungan Suami Antara Ibu Yang Memberikan
Dan Yang Tidak Memberikan Asi Ekslusif Di Wilayah Kerja Puskesmas
Pandanwangi Blimbing Malang.” Jurnal Ilmiah Kesehatan Rustida| Page : 1
– 20

dr. Nurhira Abdul Kadir, MPH. (2014). “Menelusuri Akar Masalah Rendahnya
Persentase Pemberian Asi Eksklusif Di Indonesia.”Jurnal Al Hikmah Vo.
XV Nomor 1.

70
71

LAMPIRAN

71

Anda mungkin juga menyukai