Anda di halaman 1dari 60

MAKALAH

KASUS 2 KEPERAWATAN ANAK SEHAT DAN SAKIT AKUT


“ ASUHAN KEPERAWATAN PADA BY NY. MISBAH “
Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak Sehat dan Sakit
Dosen Pembimbing : Ns. Dwiyanti Purbasari,. S.Kep,. M.Kep

Disusun Oleh :
Kelompok 5 Semester 4
1. Nabilah Firgy Nisa (221C0092)
2. Reno Cahyo (221C0093)
3. Nunung Nurjanah (221C0096)
4. Cica Handayani (221C0106)
5. Desi Mirnasari (221C0109)
6. Nurul Wahdiyah Putri (221C0127)
7. Wina Anisa (221C0139)
8. Wulan Khoriyyatun Nisa (221C0140)
9. Wulandari (221C0141)
10. Priska Maudina (221C0152)
11. Sekar Pangayune (221C0155)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN MAHARDIKA
2022/2023
LEMBAR PERSETUJUAN

MAKALAH
KASUS 2 KEPERAWATAN ANAK SEHAT & SAKIT AKUT
“ ASUHAN KEPERAWATAN PADA “
KELOMPOK 5

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Ns. Dwiyanti Purbasari,. S.Kep,. M.Kep

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan dengan Laporan Tutorial Addison
Disease. Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Kelompok Mata Kuliah
Keperawatan Anak Sehat dan Sakit Akut Program Studi Ilmu Keperawatan Institut Teknologi
dan Kesehatan (ITEKes) Mahardika Cirebon. Selama proses penyusunan laporan ini kami tidak
lepas dari bantuan berbagai pihak yang berupa bimbingan, saran dan petunjuk baik berupa moral,
spiritual, maupun materi yang berharga dalam mengatasi hambatan yang ditemukan. Oleh karena
itu, sebagai rasa syukur dengan kerendahan hati, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada yang terhormat:

1. Ns. Dwiyanti Purbasari, S.Kep,. M.Kep. telah memberikan bimbingan dan dorongan
dalam penyusunan ini sekaligus sebagai tutor.
2. Orang tua kami yang tercinta serta saudara dan keluarga besar kami yang telah
memberikan motivasi/dorongan dan semangat, baik berupa moril dan materil lainnya.
3. Sahabat-sahabat kami di ITEKes Mahardika, khususnya Program Studi Ilmu Keperawatan
yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.

Semoga Allah SWT membalas kebaikan dari semua pihak yang telah berpartisipasi membantu
kami dalam menyusun laporan ini. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna,
untuk itu kami mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun untuk perbaikan
penyusunan selanjutnya. Kami berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Cirebon, 14 Maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR PUSTAKA

LEMBAR PERSETUJUAN...........................................................................................................i
BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................................1
B. Tujuan...................................................................................................................................1
C. Manfaat.................................................................................................................................1
BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN SEVEN JUMP...............................................................3
A. Hasil dan Pembahasan Step I................................................................................................4
B. Hasil dan Pembahasan Step II..............................................................................................4
C. Hasil dan Pembahasan Step III...........................................................................................16
D. Hasil Pembahasan Step IV.................................................................................................16
E. Hasil dan Pembahasan Step V............................................................................................24
F. Hasil dan Pembahasan Step VI...........................................................................................25
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KEPERAWATAN NEONATUS PADA BY NY.
MISBAH........................................................................................................................................29
BAB IV TINJAUAN TEORI.......................................................................................................39
A. Ruang Lingkup Keperawatan Anak...................................................................................39
B. Definisi Neonatus...............................................................................................................39
C. Adaptasi Fisiologi pada Bayi Baru Lahir...........................................................................39
D. Definisi Hipoglikemia........................................................................................................42
E.

Etiologi……………………………………………………………………………………………
…………………………………………43
F. Klasifikasi Hipoglikemia....................................................................................................44
G. Tanda dan Gejala................................................................................................................44
H. Penatalaksanaan Hipoglikemia...........................................................................................45
I. Pencegahan Hipoglikemia..................................................................................................46
J. Upaya Kesehatan pada Hipoglikemia.................................................................................47
BAB V PENUTUP........................................................................................................................49
A. Kesimpulan..............................................................................................................49
B. Saran.........................................................................................................................49

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu indikator yang sensitif untuk menilai kesehatan masyarakat di suatu
Negara adalah status kesehatan bayi. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2019 menunjukkan
bahwa angka kematian Neonatal (AKN) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia
pada tahun 2017 adalah 15 dan 24 per 1000 kelahiran hidup, sedangkan target dari
pemerintah Indonesia adalah Angka Kematian Neonatal bisa menjadi 10 per 1000
Kelahiran hidup dan AKB menjadi 16 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2024. Salah
satu penyebab kematian bayi baru lahir adalah kadar gula darah rendah (hipoglikemia)
karena dapat menyebabkan kerusakan pada berbagai organ seperti otak. Neonatus dengan
berat badan lahir (BBL) ≥3800g atau <2500 g sering mengalami hipoglikemia. Masa yang
paling rentan dari sepanjang kehidupan bayi adalah periode neonatal, yaitu periode 28
hari setelah lahir (empat minggu pertama kelahiran). Menurut Kementerian Kesehatan RI,
penyebab kematian pada neonates adalah kondisi berat badan lahir rendah (BBLR),
asfiksia, kelainan bawaan, sepsis, tetanus neonatorium, dan lainnya. Asfiksia dan sepsis
ini dapat muncul sebagai akibat dari hipoglikemia neonatorum. Kadar gula darah yang
rendah (hipoglikemia) dapat menyebabkan kerusakan pada berbagai organ seperti otak
sehingga dapat menyebabkan terjadinya kematian pada neonates dengan demikian hal ini
menjadi sesuatu yang perlu diperhatikan. Glukosa berperan penting pada bayi baru lahir
karena glukosa adalah sumber cadangan energi dalam bentuk glikogen

B. Tujuan

 Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami tentang
 Tujuan Khusus

C. Manfaat

 Bagi penulis

Makalah ini bermanfaat bagi pihak yang terkait dalam penulisan atau dampak positif
yang diharapkan dari hadirnya Makalah Laporan Asuhan Keperawatan

1
 Bagi pembaca

Makalah ini dapat dijadikan sarana untuk menambah Pengetahuan dan sebagai
Pedoman mengenai penyakit

2
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN SEVEN JUMP
KASUS 2

Bayi Ny. Misbah seorang perempuan berada di ruang perinatologi RS. A. Ia lahir pada
tanggal 5 Maret 2023 jam 16.15 WIB di Ruangan VK RS.A. Ia lahir pada usia gestasi 37 minggu
dari ibunya dengan G1P0A0. Ia lahir dengan partus pervaginam dengan lilitan tali pusat dan
partus lama. BBL 2.275 gr,PBL 49 cm, skor Apgar menit pertama yaitu 4 dan skor APGAR
menit kelima yaitu 8. By. Ny. Misbah tidak segera menangis saat lahir, umbilical cord melilit 1
lilitan pada leher, warna kulit pucat, akral dingin, tubuh utuh tampak dari luar, tidak tampak
kelainan congenital. Suhu tubuh 35,7 C, RR 70 kali/menit ireguler dan ada periode apneu
sebanyak 4-5 kali dalam satu menit, denyut jantung 103 kali/menit ireguler, tidak ada murmur,
lingkar abdomen 24 cm. Perawat dan dokter anak melakukan resusitasi neonates sebanyak satu
kali dan kemudian RR 78 kali/menit, warna kulit merah, menangis, denyut jantung 122
kali/menit. Perawat kemudian membersihkan tubuh bayi, memakaikan pakaian, menghangatkan
bayi dengan menggunakan lampu dan memberikan O2 ½ liter per menit dengan kanul binasal dan
diberikan IVFD KN1. Ia mendapatkan injeksi vitamin K.

Setelah 30 menit kemudian, By. Ny. Misbah diberikan IMD pada ibunya. Pada jam 17.10 WIB
By. Ny. Misbah kemudian ditransfer ke ruangan perinatologi level 2 oleh perawat. By.
Ny.Misbah dirawat dalam incubator dengan suhu 34 C.

Pada 1 jam kemudian, By. Ny.Misbah diberikan susu formula 15 ml karena Ny. Misbah menolak
memberikan ASI karena merasa sakit saat menyusui IMD tadi. Setelah itu, By. Ny. Misbah tidur.
Irama nafas irregular. Urin keluar berwarna bening dalam pampers, turgorkulit baik.

Pada tiga jam usia kelahiran, dilakukan pemeriksaan glukosa darah dan glukosa darah utuh 31
mg/dL (1,72 mmol/L). Gel glukosa diberikan dan bayi diberi 15 mL susu formula. Kemudian
dilakukan pemeriksaan ulang glukosa darah 30 menit kemudian dan didapatkan

kadar glukosa darah 17 mg/dL (0,94 mmol/L). By. Ny. Misbah kemudian diberikan dosis kedua
gel glukosa dan masuk ke NICU.

Saat masuk ke NICU, dilakukan pengambilan darah untuk kultur dan CBC. By. Ny. Misbah
diberikan IVFD D10 70 mL/kg/hari. Hasil kultur darah didapatkan negatif pada DOL 9.
Meconium keluar kehitaman. Urin keluar.

Ny. Misbah berusia 24 tahun. Selama kehamilan mengalami pre eklampsia ringan dan obesitas.
Ia melakukan antenatal care secara rutin di RS. A ini. Saat ini, Ny. Misbah dirawat di ruang nifas
dan belum mengunjungi bayinya di ruangan perinatologi.

3
A. Hasil dan Pembahasan Step I

1. G1P0A0
2. Partus pervaginam
3. Skor Apgar menit pertama yaitu 4 dan
4. Skor APGAR menit kelima yaitu 8
5. Umbilical cord melilit 1 lilitan pada leher
6. Suhu tubuh 35,7 C
7. RR 70 kali/menit ireguler
8. Ada periode apneu sebanyak 4-5 kali dalam satu menit
9. Resusitasi neonates sebanyak satu kali
10. RR 78 kali/menit
11. Memberikan O2 ½ liter per menit
12. Diberikan IVFD KN1
13. Diberikan IMD pada ibunya
14. Urin keluar berwarna bening
15. Turgor kulit baik.
16. Gel glukosa
17. Pengambilan darah untuk kultur
18. Pengambilan darah untuk CBC
19. IVFD D10 70 mL/kg/hari.
20. Pre eklampsia ringan
21. Obesitas.
22. Antenatal care secara rutin
23. BBL 2.275 gr
24. PBL 49 cm
25. Meconium keluar kehitaman

B. Hasil dan Pembahasan Step II

Klasifikasi Istilah Menurut pribadi dan literature

1. G1P0A0
Menurut pribadi : Kemahilan ke 1, belum pernah melahirkan,belum pernah
keguguran.
Menurut literatur : G=Gravida P=Partus A=Abortus

4
Ny. Misbah kehamilan pertama belum pernah melahirkan dan belum pernah
keguguran. Gravida adalah seorang wanita yang sedang hamil. Partus adalah
suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus
melalui vagina ke dunia luar. Abortus adalah terhentinya proses kehamilan
sebelum janin dapat hidup (viable), berat janin di bawah 1.000 gram atau usia
kehamilan di bawah 28 minggu.
Sumber : Yuanita dkk.(2020) Asuhan Keperawatan Pada Ibu Bersalin. Surabaya:
Jakad Media Publishing
2. Partus pervaginam
Menurut pribadi : Persalinan melalui vagina
Menurut literatur :
Partus pervaginam adalah suatu proses yang dimulai dengan adanya kontraksi
uterus yang menyebabkan terjadinya dilatasi progresif dan servik,kelahiran
bayi,dan kelahiran plasenta dan proses tersebut merupakan proses alamiah.
Sumber : Yuanita dkk.(2020) Asuhan Keperawatan Pada Ibu Bersalin. Surabaya:
Jakad Media Publishing
3. Skor apgar menit pertama yaitu 4
Jawaban menurut pribadi:
Skor apgar adalah pemeriksaan untuk bayi baru lahir dengan nilai 4 yang berarti
bayi baru lahir memerlukan pemberian oksigen.
Menurut literatur:
Penilaian Apgar merupakan suatu system skoring cepat dari respon fisiologis
terhadap proses kelahiran. Metode ini merupakan metode yang baik terhadap
keperluan resusitasi pada bayi baru lahir. Pengkajian apgar score adalah
pengkajian terhadap kesejahteraan bayi baru lahir yang dilakukan pada 1- 5 menit
pertama sebagai upaya untuk memberikan tindakan yang cepat dan tepat jika
terdapat permasalahan terhadap bayi baru lahir. Penilaian meliputi Appearance
(warna kulit), Pulse (denyut jantung), Grimace (reflek), Activity (reaksi/ tonus
otot) dan Respiration (pernafasan). Bayi yang lahir dengan cukup bulan jika
beradaptasi dengan kardio-pulmoner normal maka akan memiliki nilai apgar 8
sampai 9 pada menit 1 hingga menit ke 5.
Asfiksia adalah kegagalan untuk memulai dan melanjutkan pernafasan secara
spontan dan teratur pada saat bayi baru lahir atau beberapa saat sesudah lahir.

5
Dalam kasus nilai apgar menit pertama yaitu 4 yang berarti Asfiksia ringan sedang
dengan nilai APGAR 4-6 memerlukan resusitasi dan pemberian oksigen sampai
bayi dapat bernapas normal kembali.
Sumber: Ningsih, N, F., dkk. Keperawatan Anak. Media Sains Indonesia.
Available at: https://bit.ly/42b03x7 . Diakses pada 14 Maret 2023
Manurung, M, E., dkk. 2022. Keperawatan Maternitas. Yayasan Kita Menulis.
Available at: https://bit.ly/3Lh07FL . Diakses pada 14 Maret 2023
Anggeriani, R., dkk. 2022. Ilmu Keperawatan Maternitas. Bandung; Media Sains
Indonesia. Available at: https://bit.ly/3YFwa5n . Diakses pada 14 Maret 2023
Manik, M,J., dkk. 2022. Keperawatan Gawat Darurat. Yayasan Kita Menulis.
Available at: https://bit.ly/3mP0s8u. Diakses pada 14 Maret 2023
4. Skor apgar menit kelima 8
Jawaban menurut pribadi:
Skor apgar adalah pemeriksaan untuk bayi baru lahir dengan nilai 8 yang berarti
bayi baru lahir sedikit memerlukan pemberian oksigen
Menurut literatur:
Penilaian Apgar merupakan suatu system skoring cepat dari respon fisiologis
terhadap proses kelahiran. Metode ini merupakan metode yang baik terhadap
keperluan resusitasi pada bayi baru lahir. Pengkajian apgar score adalah
pengkajian terhadap kesejahteraan bayi baru lahir yang dilakukan pada 1- 5 menit
pertama sebagai upaya untuk memberikan tindakan yang cepat dan tepat jika
terdapat permasalahan terhadap bayi baru lahir. Penilaian meliputi Appearance
(warna kulit), Pulse (denyut jantung), Grimace (reflek), Activity (reaksi/ tonus
otot) dan Respiration (pernafasan). Bayi yang lahir dengan cukup bulan jika
beradaptasi dengan kardio-pulmoner normal maka akan memiliki nilai apgar 8
sampai 9 pada menit 1 hingga menit ke 5.
Asfiksia adalah kegagalan untuk memulai dan melanjutkan pernafasan secara
spontan dan teratur pada saat bayi baru lahir atau beberapa saat sesudah lahir.
Dalam kasus nilai apgar menit kelima yaitu 8 yang berarti bayi normal atau sedikit
asfiksia.
Sumber:
Ningsih, N, F., dkk. Keperawatan Anak. Media Sains Indonesia. Available at:
https://bit.ly/42b03x7 . Diakses pada 14 Maret 2023

6
Manurung, M, E., dkk. 2022. Keperawatan Maternitas. Yayasan Kita Menulis.
Available at: https://bit.ly/3Lh07FL . Diakses pada 14 Maret 2023
Anggeriani, R., dkk. 2022. Ilmu Keperawatan Maternitas. Bandung; Media Sains
Indonesia. Available at: https://bit.ly/3YFwa5n . Diakses pada 14 Maret 2023
Manik, M,J., dkk. 2022. Keperawatan Gawat Darurat. Yayasan Kita Menulis.
Available at: https://bit.ly/3mP0s8u . Diakses pada 14 Maret 2023.
5. Umbilical cord melilit 1 lilitan pada leher
Menurut pribadi:
Sumber makanan pada saat di dalam kandungan
Menurut literature:
Tali pusat atau umbilicard cold dikenal juga dengan nama tali pusar adalah saluran
penghubung antara embrio atau janin dengan plasenta. Saluran ini merupakan
satu-satunya jalur transportasi biomaterial dari janin ke plasenta ataupun dari
plasenta ke janin (Wisner, 2021).
Sumber: Anggeriani, R., dkk. (2022). Ilmu Keperawatan Maternitas. Bandung:
Media Sains Indonesia. Available at: https://bit.ly/42ndvym . Diakses pada 17
Maret 2023.
6. Suhu tubuh 35,7 derajat C
Menurut pribadi:
Suhu tubuh bayi 35,7 derajat celcius adalah suhu bayi hipotermia.
Menurut literature:
Suhu tubuh 35,7 jawab: Menurut WHO, suhu tubuh normal pada bayi yang baru
lahir yaitu 36,5 - 37,5 derajat celcius. Menurut WHO derajat hipotermia dibagi
menjadi 3 yaitu : Hipotermia ringan : 36º – 36,4ºCelcius. Hipotermia sedang : 32º
– 35,9º Celcius. Didalam kasus, By. Ny. Misbah termasuk kedalam hipotermia
sedang. Glukosa adalah obat yang tersedia dalam cairan injeksi yang biasanya
digunakan melalui cairan infus serta obat minum berupa tablet. Cara kerja obat ini
adalah dengan cara meningkatkan kadar glukosa di dalam darah. Kegunaan utama
glukosa adalah untuk mengobati kadar gula darah rendah atau hipoglikemia,
biasanya pada orang yang menderita diabetes mellitus. Namun, glukosa adalah
obat yang juga digunakan untuk meningkatkan kadar asupan karbohidrat pada
orang yang tidak bisa makan karena suatu penyakit, trauma, atau kondisi medis
lainnya.
Sumber: Kemenkes 2021.

7
7. Respirasi rate 70 kali permenit irregular
Menurut pribadi:
Respirasi rate adalah jumlah pernapasan, 70 kali yaitu jumlahnya yang diatas
normal.
Menurut literature
Respirasi rate adalah jumlah total pernapasan atau siklus penapasan, yang terjadi
dalam 1 menit. Laju pernapasan dapat dijadikan salah satu indikator penting untuk
mendiagnosis suatu penyakit, hal ini dikarenakan laju pernapasan dapat meningkat
atau menurun selalam sakit atau dalam kondisisi terkena penyakit. Laju normal
pernasapan permenit usia neonatus rentang 30-60 kali. Dalam kasus dikatakan
bahwa respirasi rate bayi sebanyak 70 kali permenit, yang tandanya bayi tersebut
respirasi ratenya diatas rata-rata atau bernapas terlalu cepat.
Sumber: Rehanta, M, Suhadito & Prihantanto, F. (2014). Pedoman Keterampilan
Medik IV. Surabaya: Airlangga University Press.
Hutomo, C, dkk. (2021). Ilmu Biomedik Dasar. Yayasan Kita Menulis.
8. Ada periode apnea sebanyak 4-5 kali
Menurut pribadi:
Apnea adalah keadaan dimana sulit bernafas
Menurut literatur:
Apnea adalah kondisi terhentinya pernapasan selama lebih dari 20 detik. Periode
mengalami apnea sebanyak 4-5 kali dalam 1 menit.
Sumber: Juffie, M & Darmawan, I. (2018). Panduan Praktek Pediatrik.
Yogyakarta: UGM Press
9. Resusitasi Neonates sebanyak satu kali
Menurut pribadi : Resusitasi neonatus adalah tindakan medis untuk
menyelamatkan bayi yang memiliki gangguan pernapasan
Menurut literatur:
Menurut American Academy of Pediatrics (AAP), resusitasi neonatus adalah
serangkaian tindakan yang dilakukan untuk memulihkan fungsi pernapasan dan
sirkulasi pada bayi yang mengalami kesulitan bernapas atau tidak bernapas pada
saat kelahiran.
10. RR 78 kali permenit
Menurut pribadi:

8
Respirasi rate adalah jumlah total pernapasan atau siklus penapasan. Jumlah yang
di kasus tidak normal
Menurut literatur:
Respirasi rate adalah jumlah total pernapasan atau siklus penapasan, yang terjadi
dalam 1 menit. Laju pernapasan dapat dijadikan salah satu indikator penting untuk
mendiagnosis suatu penyakit, hal ini dikarenakan laju pernapasan dapat meningkat
atau menurun selalam sakit atau dalam kondisisi terkena penyakit. Laju normal
pernasapan permenit usia neonatus rentang 30-60 kali. Dalam kasus dikatakan
bahwa respirasi rate bayi sebanyak 78 kali permenit, yang tandanya bayi tersebut
respirasi ratenya diatas rata-rata.
Sumber: Rehanta, M, Suhadito & Prihantanto, F. (2014). Pedoman Keterampilan
Medik IV. Surabaya: Airlangga University Press.
Hutomo, C, dkk. (2021). Ilmu Biomedik Dasar. Yayasan Kita Menulis.
American Academy of Pediatrics. Textbook of Neonatal Resuscitation (7th ed.).
Elk Grove Village, IL: American Academy of Pediatrics.
11. Memberikan O2 ½ liter permenit
Menurut pribadi : O² atau Oksigen adalah unsur yang sangat penting bagi
kehidupan manusia.
Menurut literatur:
Menurut World Health Organization (WHO), O² atau Oksigen adalah gas yang
diperlukan untuk pernapasan manusia. Oksigen yang kita hirup dalam udara
dihirup melalui paru-paru dan diangkut ke sel-sel dalam tubuh untuk digunakan
dalam respirasi.
Sumber: World Health Organization (WHO). (n.d.). Oxygen therapy for children.
12. Intravena KN
Menurut pribadi: Obat KN berupa intravena/infus.
Menurut literature:
KA-EN merupakan sediaan infus yang di produksi oleh Otsuka Indonesia. Sediaan
infus ini tersedia dalam bentuk KA-EN 3B dan KA-EN 4B yang digunakan
sebagai larutan intravena untuk mensuplai cairan dan elektrolit.
Kegunaan KA-EN diindikasikan untuk memelihara keseimbangan elektrolit dan
air untuk pasien yang tidak memperoleh makanan yang tidak cukup.
Dosis & Cara Penggunaan
Obat Keras. Harus dengan Resep Dokter.

9
Dosis bersifat individual, disesuaikan dengan berat badan, usia, dan kondisi
pasien.
Cara Penyimpanan
Simpan pada suhu di bawah 30 derajat Celcius.
Efek Samping
Efek samping yang mungkin terjadi adalah:
 Intoksikasi cairan
 Tromboflebitis (peradangan pada pembuluh darah balik)
 Edema paru, otak, dan perifer
Kontraindikasi:
Tidak boleh diberikan pada penderita gangguan irama jantung, muatan natrium
yang berlebihan, penderita hiperkalemia (kadar kalium lebih dari normal), oliguria
(pengeluaran urin kurang dari 400 ml/kg/hari pada orang dewasa).
Sumber: Kalbe, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2022.
13. Diberikan IMD pada ibunya
Menurut pribadi: Inisiasi Menyusu Dini (IMD) merupakan permulaan menyusu
dini yang dilakukan dengan usaha bayi sendiri segera setelah ia lahir.
Menurut literatur:
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah proses awal dimana bayi mencoba menyusu
sendiri, dengan cara bayi diletakkan di dada ibunya dan mencari puting sendiri
untuk disusui. Sesuai dengan rekomendasi WHO, IMD merupakan inisiasi
pemberian ASI yang dilakukan dalam waktu 1 jam setelah melahirkan. Proses
kontak ini harus dilakukan dari kulit ibu ke kulit bayi secara langsung, jika kontak
ini terhalang oleh kain atau dilakukan kurang dari 1 jam, maka IMD dianggap
belum sempurna (Kemenkes, 2018).
14. Urin keluar warna bening
Menurut pribadi:
Warna urine bayi yang normal seharusnya berwarna kuning atau jernih.
Menurut literature:
Warna urine bayi yang normal seharusnya berwarna kuning atau jernih. Warna
urine ini sangat berkaitan dengan kadar air tubuh. Jika warna urine semakin gelap,
ini menandakan Si Kecil tidak cukup cairan tubuh atau kurang menyusu. Warna
urine yang berubah menjadi kuning gelap juga bisa menandakan bayi kurang
minum. Jika ini terjadi pada Si Kecil, Bunda dianjurkan untuk lebih sering

10
menyusuinya. Biasanya warna urine akan cepat menjadi kuning biasa atau jernih
kembali setelah bayi banyak minum.
Sumber: Christin, N. Nicklaus Children’s Hospital (2020). Abnormally Colored
Urine.
15. Turgor kulit baik
Menurut pribadi:
Elastisitas kulit baik.
Menurut literature:
Pemeriksaan turgor kulit dilakukan dengan cara mencubit lengan bayi, apabila
kurang dari 2 detik kulit bayi sudah kembali, maka turgor kulit bayi dalam
keadaan baik. Namun jika dalam pemeriksaan turgor kulit belum kembali seperti
semula selama 2 detik, maka turgor kulit dinyatakan buruk. Kondisi tersebut
disebabkan oleh bayi mengalami dehidrasi konsentrasi cairan balance tubuh
terganggu yang mengakibatkan kolagen dan elastisitas kulit berkurang.
Sumber: Syamsiyah, N. 2021. Uji Kompetensi Perawat Indonesia. Tim Bumi
Medika.
16. Gel Glukosa
Menurut pribadi:
Glukosa adalah obat yang tersedia dalam cairan injeksi yang biasanya digunakan
melalui cairan infus.
Menurut literature:
Glukosa adalah obat yang tersedia dalam cairan injeksi yang biasanya digunakan
melalui cairan infus serta obat minum berupa tablet. Cara kerja obat ini adalah
dengan cara meningkatkan kadar glukosa di dalam darah.
Kegunaan utama glukosa adalah untuk mengobati kadar gula darah rendah atau
hipoglikemia, biasanya pada orang yang menderita diabetes mellitus. Namun,
glukosa adalah obat yang juga digunakan untuk meningkatkan kadar asupan
karbohidrat pada orang yang tidak bisa makan karena suatu penyakit, trauma, atau
kondisi medis lainnya.
Sumber: kemenkes 2021
17. Darah untuk kultur
Menurut pribadi:
Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan terpenting pada kecurigaan endokarditis
infektif.

11
Menurut literatur:
Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan terpenting pada kecurigaan endokarditis
infektif. Pemeriksaan kultur dilakukan dengan mengambil minimal 3 sampel. Jika
memungkinkan, 3 sampel tersebut harus setidaknya diambil dalam jangka waktu 1
jam, dan dilakukan sebelum memulai terapi antibiotik (jika pasien dalam kondisi
sakit berat dan terdapat kecurigaan tinggi terhadap endokarditis infektif, terapi
antibiotik dapat diberikan setelah kultur darah pertama diambil, namun jika tidak
maka lebih baik mengambil ketiga sampel kultur terlebih dahulu). Kultur darah
positif dijumpai pada 95% kasus endokarditis infektif jika sampel diambil sebelum
terapi antibiotik dimulai. Hasil ini akan menentukan terapi antibiotik definitif
berdasarkan kuman yang ada dan pola resistensi organisme.
Sumber: Antonia Churchhouse, dkk.2017.Crash Course Kardiologi Dan Kelainan
Vaskular - Edisi Indonesia Ke-4.
18. CBC
Menurut pribadi:
Hitung darah lengkap (CBC) adalah panel darah komprehensif penting yang
memungkinkan dokter mengevaluasi setiap jenis sel dalam darah.
Menurut literature:
Hitung darah lengkap (CBC) adalah panel darah komprehensif penting yang
memungkinkan dokter mengevaluasi setiap jenis sel dalam darah. CBC mengukur
jumlah sel darah merah (RBC), sel darah putih (WBC), dan trombosit (PLT).
Masing-masing jenis sel darah ini melakukan fungsi penting, jadi menentukan
levelnya dapat memberikan informasi kesehatan yang penting. CBC dapat
digunakan untuk membantu mendiagnosis berbagai kondisi kesehatan dan juga
memantau bagaimana tubuh dipengaruhi oleh berbagai penyakit atau perawatan
medis.
Sumber: Ensiklopedia Medis ADAM. 2023. Tes Darah CBC.
19. IVFD D10 70 ml/kg perhari
Menurut pribadi:
Sediaan obat dalam infus untuk menambah glukosa darah
Menurut literature:
D10 infus merupakan obat yang mengandung Glukosa Monohidrat. D10
digunakan pada pasien yang memiliki riwayat sirosis hati, gagal ginjal, kadar
natrium yang rendah, kadar magnesium yang rendah, tes toleransi glukosa, kadar

12
kalium rendah, tingkat kalsium yang rendah, dan kehilangan cairan dan kondisi
lainnya.
Golongan: Obat Keras
Kelas Terapi: Larutan Steril
Kandungan: Glucose Monohydrate 10 %
Bentuk: Cairan Infus
Satuan Penjualan: Botol Infus
Kemasan: Botol Infus @ 500 mL.
Kegunaan:
D10 merupakan cairan infus yang diindikasikan pada pasien yang mengalami
penyakit penyimpanan glikogen, intoleransi terhadap sukrosa, gagal ginjal, kadar
natrium yang rendah darah dan kehilangan cairan, sirosis hati, tingkat kalsium
yang rendah, kadar magnesium yang rendah, kadar kalium rendah, tes toleransi
glukosa
Dosis dan Cara Penggunaan
D10 merupakan obat yang termasuk ke dalam golongan obat keras sehingga pada
setiap pembelian nya harus menggunakan resep Dokter. Selain itu, dosis
penggunaan wida D10 juga harus dikonsultasikan dengan Dokter terlebih dahulu
sebelum digunakan, karena dosis penggunaan nya berbeda-beda setiap individu
tergantung berat tidaknya penyakit yang diderita. Penggunaan wida D10 harus
dilakukan dengan bantuan tenaga medis.
Efek Samping
Efek samping yang mungkin terjadi apabila menggunakan wida D10 adalah:
 Iritasi mata
 Radang saluran pencernaan
 Mual
 Muntah
 Otot berkedut
 Diare
Kontraindikasi: Pasien yang memiliki riwayat hipersensitif terhadap salah satu
komposisi dari wida D10
Interaksi Obat: D10 dapat berinteraksi dengan antibiotik, sianokobalamin,
oxytoksin, warfarin dan terbutaline.
20. Preeklamsia ringan

13
Menurut pribadi:
Preeklamsia ringan merupakan kondisi tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg
disertai kelebihan protein dalam urine selama masa kehamilan.
Menurut literature:
Preeklamsia adalah kondisi ibu hamil dengan tekanan darah tinggi yang disertai
adanya proteinuria, edema yang terjadi pada kehamilan setelah memasuki usia
ke-20 minggu sampai akhir minggu pertama setelah persalinan atau terkadang
muncul di usia kehamilan yang lebih awal karena akibat perubahan
hidatidiformis (Ratnawati, 2018). Tanda-tanda yang biasa muncul pada
preeklamsia ringan adalah:
a. Tekanan darah sekitar 140/90 mmHg atau kenaikan tekanan sistolik
sebanyak 30 mmHg dan kenaikan tekanan diastolic 15 mmHg.
b. Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka atau terjadi kenaikan berat 1 kg
bahkan lebih setiap minggu.
c. Proteinuria memiliki berat 0,3 gram atau per liter, kualitatif 1+ atau 2+ yang
ditemukan di dalam urin.
Sumber: Ari Damayanti Wahyuningrum, T, C., dkk. 2022. Keperawatan
Maternitas. Media Sains Indonesia.
21. Obesitas
Menurut pribadi:
Obesitas merupakan berat badan berlebihan yang disebabkan oleh pertumpukan
lemak pada tubuh. Pada kasus ini obesitas terjadi pada Ny. Misbah selama masa
kehamilan, obesitas pada kehamilan bisa mempengaruhi pertumbuhan janin
abnormal, sehingga pada kasus ini By. Ny. Misbah lahir dengan kondisi Berat bayi
lahir rendah 2.275 gr (normal nya > 2.500 gr).
Menurut literature:
Obesitas pada ibu obesitas saat masa kehamilan hal ini dikarenakan unsur lemak
yang terdapat didalam tubuh dengan jumlah yang banyak atau tidak normal.
Obesitas merupakan suatu keadaan dimana terjadinya ketidakseimbangan antara
berat badan dan tinggi badan hal ini disebabkan karena adanya jaringan lemak
yang berlebih di dalam tubuh sehingga menyebabkan terjadi berat badan yang
berlebih atau obesitas. Obesitas ibu pada kehamilan dapat mempengaruhi
pertumbuhan janin yang abnormal.

14
Sumber: Jovanka Ris Natalia, dkk. 2020. Pengaruh Obesitas dalam Behamilan
Terhadap Berat Badan Janin. Medula. Volume 10. Nomor 3.
22. Antenatal care secara rutin
Menurut pribadi:
Antenatal care adalah pemeriksaan kehamilan yang dilakukan untuk
mengoptimalkan kesehatan fisik dan mental pada ibu hamil.
Menurut literatur:
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) antenatal care selama kehamilan untuk
mendeteksi dini terjadinya resiko tinggi terhadap kehamilan dan persalinan juga
dapat menurunkan angka kematian ibu dan memantau keadaan janin. Setiap
wanita hamil ingin memeriksakan kehamilannya, bertujuan untuk mendeteksi
kelainan-kelainan yang mungkin ada atau akan timbul pada kehamilan tersebut
cepat diketahui, dan segera dapat diatasi sebelum berpengaruh tidak baik terhadap
kehamilan tersebut dengan melakukan pemeriksaan Antenatal Care secara rutin
(Kemenkes RI, 2020).
23. BBL 2.275 gr
Menurut pribadi : Bayi baru lahir
Menurut literatur:
Bayi baru lahir (BBL) normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37-42 minggu
atau 294 hari dan berat badan lahir 2500 gram sampai dengan 4000 gram, bayi
baru lahir (newborn atau neonatus) adalah bayi yang baru dilahirkan sampai
dengan usia empat minggu. Dalam kasus tersebut BBLnya disebutkan 2.275 gr
tandanya yaitu tidak normal.
Sumber: Surmayanti. dkk. (2020). Buku Ajar Keperawatan Maternitas.Pusat
Pengembangan Pendidikan dan Penelitian Indonesia.
24. PBL 49 cm
Menurut Pribadi:
PBL 49 cm yaitu Panjang Bayi Lahir dengan ukuran 49 cm itu sudah dianggap
normal.
Menurut literature:
PBL 49 cm yaitu Panjang Bayi Lahir, Rata-rata panjang bayi baru lahir normal
berukuran 19-20 inci atau 49-50 sentimeter. Namun, panjang sekitar 18,5-20,9 inci
atau 47-53 sentimeter juga dianggap sebagai panjang bayi baru lahir yang normal.

15
Sumber: Jamshed S, Khan F, Chohan S, et al. (September 20, 2020) Frequency of
Normal Birth Length and Its Determinants: A Cross-Sectional Study in Newborns.
Cureus 12(9): e10556. doi:10.7759/cureus.10556
25. Mekonium keluar kehitaman
Menurut pribadi : mekonium keluar kehitaman adalah feses pertama bayi yang
berwarna hitam.
Menurut literatur:
Pada hari pertama, kotoran bayi berwarna hitam kehijauan yang disebut
mekonium. Hal ini karena adanya kandungan bilirubin dan darah merah.
Pemberian kolostrum (ASI pertama) akan memicu bayi untuk mengeluarkan
mekonium pada 3 hari pertama.
Sumber: Sri Wahyuni, dkk. 2023. Perawatan Bayi Baru Lahir. Global Eksekutif
Teknologi.

C. Hasil dan Pembahasan Step III

1. Mengapa By. Ny. misbah diberi injeksi vitamin k?


2. Apa tujuan dilakukannya antrenatal care?
3. Bagaimana cara melakukan inisasi menyusui dini yang benar?
4. Mengapa bayi Ny. Misbah tidak segera menangis pada saat baru dilahirkan?
5. Mengapa dilakukannya pemeriksaan glukosa darah pada bayi Ny. Misbah ?
6. Bagaimana kondisi bayi yang harus dirawat dalam inkubator?
7. Mengapa bayi Ny. Misbah bisa terlilit tali pusat?
8. Apa yang harus dilakukan jika bayi terlilit tali pusat?
9. Apa penyebab preeklampsia pada ibu hamil?
10. Bagaimana kondisi bayi yang dilahirkan jika ibunya mengalami preeklamsia?.
11. Mengapa pada bayi baru lahir dilakukan pengambilan darah untuk kultur dan CBC?

D. Hasil Pembahasan Step IV

1. Mengapa By. Ny Misbah diberi injeksi vitamin K?


Menurut pribadi:
Untuk mencegah terjadinya penyakit pada bayi
Menurut literature:

16
Pemberian Vitamin K (phytonadione) intramuskular adalah metode yang paling
efektif untuk mencegah penyakit hemoragik pada bayi baru lahir. Ini diberikan kepada
bayi baru lahir untuk memfasilitasi pembekuan normal sampai saluran usus bayi baru
lahir menghasilkan bakteri yang diperlukan untuk mensintesis Vitamin K dan
mencegah kekurangan vitamin tersebut sekaligus mencegah kemungkinan terjadinya
kondisi perdarahan (Vitamin-K Deficiency Bleeding /VKDB). Vitamin K harus
diberikan sebagai dosis intramuskular tunggal untuk semua bayi baru lahir.

Sumber: Aryani, H, P., Puspita, S., & Sholikhah, D, S. (2021). Keperawatan


Maternitas. Surabaya: Cipta Media Nusantara. Available at: https://bit.ly/3LuDBJp.
Diakses pada 17 Maret 2023

Ayu, I, P., dkk. (2022). Keperawatan Maternitas. Padang: PT Global Eksekutif


Teknologi. Available at: https://bit.ly/3YURq75. Diakses pada 17 Maret 2023

2. Apa tujuan dilakukan antrenatal care?


Menurut pribadi:
Untuk memeriksa kondisi ibu setelah melahirkan
Menurut literature:

Tujuan dilakukannya antenatal care adalah:

 Membangun rasa saling percaya antar klien dan petugas Kesehatan


 Mengupayakan terwujudnya kondisi terbaik bagi ibu dan bayi dikandungnya
 Memperoleh informasi dasar tentang kesehatan ibu dan kehamilannya
 Mengidentifikasi dan menatalaksana kehamilan risiko tinggi serta penyulit-
penyulit yang mungkin dijumpai dalam kehamilan, persalinan dan nifas
 Memberikan pendidikan dan nasihat-nasihat kesehatan yang diperlukan dalam
menjaga kualitas kehamilan, persalinan, nifas, laktasi, merawat bayi dan keluarga
berencana
 Menghindarkan gangguan kesehatan selama kehamilan yang akan
membahayakan keselamatan ibu hamil dan bayi yang dikandungnya
(menurunkan angka mortalitas dan morbiditas ibu dan anak).
 Menyiapkan fisik dan mental ibu dengan sebaik-baiknya serta menyelamatkan
ibu dan anak selama masa kehamilan, persalinan dan nifas guna tetap sehat dan
normal postpartum.
17
Sumber: Syaiful, Y., & Fatmawati, L. (2019). Asuhan Keperawatan Kehamilan.
Surabaya: Jakad Publishing. Available at: https://bit.ly/3ZSPP35. Diakses pada 17
Maret 2023

3. Bagaimana cara melakukan inisasi menyusui dini yang benar?


Menurut pribadi:
 Letakkan bayi diatas perut ibu
 Tengkurapkan bayi diatas perut ibu
 Biarkan stimulasi terjadi
 Bayi akan mencari puting
 Bayi akan menyusui.

Meurut literature:

Menurut Roesli dalam Zumrotun Ana, Wigati Atun, Andriani Diah (2018) terdapat
beberapa langkah dalam melakukan Inisiasi Menyusui Dini, yaitu:

 Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat persalinan.


 Disarankan untuk tidak atau mengurangi penggunaan obat kimiawi saat
persalinan. Dapat diganti dengan cara non kimiawi misalnya pijat, aroma terapi,
gerakan atau hypnobirthing.
 Biarkan ibu menentukan cara melahirkan yang diinginkan misalnya melahirkan
tidak normal di dalam air atau dengan jongkok.
 Seluruh badan dan kepala bayi dikeringkan secepatnya, kecuali kedua tangannya.
Lemak putih (vernix) yang menyamankan kulit bayi sebaiknya dibiarkan.
 Bayi ditengkurapkan di dada atau perut ibu biarkan kulit bayi melekat dengan
kulit ibu. Posisi kontak kulit dengan kulit ini dipertahankan minimum satu jam
atau setelah menyusu awal selesai. Keduanya diselimuti jika perlu gunakan topi
bayi.
 Bayi dibiarkan dengan sentuhan lembut, tetapi tidak memaksakan bayi ke puting
susu.
 Ayah didukung agar membantu ibu untuk mengenali tanda-tanda atau perilaku
bayi sebelum menyusu. Hal ini dapat berlangsung beberapa menit atau satu jam,
dukungan ayah akan meningkatkan rasa percaya diri ibu. Jika bayi belum
menemukan puting payudara ibunya dalam waktu satu jam, biarkan kulit bayi
tetap bersentuhan dengan kulit ibunya sampai berhasil menyusu pertama.
18
 Dianjurkan memberikan kesempatan kontak kulit dengan kulit pada ibu yang
melahirkan dengan tindakan.
 Bayi dipisahkan dari ibu untuk ditimbang, diukur, dan dicap setelah satu jam.
 Rawat gabung ibu dan bayi dalam satu kamar selama 24 jam.
Sumber : Dora Samaria, dkk. 2022. Konsep dan Aplikasi Asuhan Laktasi
Kontemporer. Yayasan Kita Menulis.
4. Mengapa bayi Ny. Misbah tidak segera menangis pada saat baru dilahirkan?
Menurut pribadi:
Karena bayi sesak napas

Menurut literatur:

Ada beberapa faktor Bayi baru lahir yang tidak langsung menangis saat dilahirkan
adalah asfiksia dan tali pusat yang terlilit pada leher bayi. Asfiksia banyak di alami
oleh bayi BBLR dikarenakan bayi BBLR memiliki beberapa masalah yang timbul
dalam janka pendek diantaranya gangguan metabolik. Gangguan imunitas seperti
ikterus, gangguan pernapasan seperti asfiksia, paru belum berkembang sehingga
belum kuat melakukan adaptasi dari intrauterin ke ekstrauterin. BBLR cenderung
mengalami kesulitan dalam melakukan transisi akibat berbagai penurunan ada sistem
pernafasan diantaranya: penurunan jumlah alveoli fungsional, defisiensi kadar
surfaktan, lumen pada sistem pernafasan lebih kecil, jalan napas lebih sering kolaps
dan mengalami obstruksi, kapiler paru mudah rusak dan tidak matur, otot pernafasan
yang mash lemah dan sehingga terjadi apnea, asfiksia, dan sindrom gangguan
pernapasan. Pada lilitan tali pusat menjadi berbahaya ketika memasuki proses
persalinan dan terjadi kontraksi rahim atau mulas dan kepala janin mulai turun
memasuki saluran persalinan, lilitan tali pusat menjadi semakin erat ada pembuluh
darah tali pusat, akibatnya suplai darah yang mengandung oksigen dan zat makanan
ke bayi berkurang dan mengakibat bayi menjadi sesak napas dan hipoksia, sehingga
bayi baru lahir mengalami kesulitan untuk menangis.

Sumber: Nurita Nilasari B.K.A.P (Agustus 2019) Analisis Faktor penyebab Kejadian
Asfiksia pada bayi baru lahir: Jurnal Ners dan Kebidanan. 6(2). Hlm 251-262. doi:
10.26699/jnk.v6il.ART.

5. Bagaimana kondisi bayi yg harus dirawat dalam inkubator?


Menurut literature:

19
Bayi yang premature dan perlu perawatan intensif.
Menurut literature:
 Bayi berat lahir rendah/premature.
 Bayi dengan hipotermi/suhu tidak stabil
 Bayi dengan kelainan bawaan yang membutuhkan perawatan intensif
 Bayi lahir dengan infeksi atau risiko mengalami sepsis
 Bayi yang berpotensi mengalami kekurangan nutrisi bila tidak dimasukkan dalam
inkubator bayi
 Ada luka yang menganga pada tubuh bayi, terutama pada perut
 Bayi hiperbilirubinemia yang akan menjalani fototerapi
Sumber: Ni Luh Kompyang Sulisnadewi, dll. 2022. Buku Ajar Anak S1 Keperawatan
Jilid II. Mahakarya Citra Utama Group
6. Mengapa bayi Ny. Misbah bisa terlilit tali pusat?
Menurut pribadi:
Bayi terlilit tali pusat bisa terjadi disebabkan bayi terus bergerak dan berputar di
dalam kandungan.
Menurut literatur:
Gerakan janin dalam rahim yang aktif pada tali pusat yang panjang memungkinkan
terjadinya lilitan tali pusat pada leher sangat berbahaya, apalagi bila lilitan terjadi
beberapa kali dimana dapat diperkirakan dengan makin masuknya kepala janin ke
dasar panggul maka makin erat pula lilitan pada leher janin yang mengakibatkan
makin terganggunya aliran darah ibu ke janin. (Jumiarni, 2014).
Sumber: Ernawati, dkk,. 2022. KETIDAKNYAMANAN DAN KOMPLIKASI
YANG SERING TERJADI SELAMA PERSALINAN & NIFAS. Rena cipta mandiri.
7. Apa yang harus dilakukan jika bayi terlilit tali pusat?
Menurut literatur:
Gerakan janin dalam rahim yang aktif pada tali pusat yang panjang memungkinkan
terjadinya lilitan tali pusat pada leher sangat berbahaya, apalagi bila lilitan terjadi
beberapa kali dimana dapat diperkirakan dengan makin masuknya kepala janin ke
dasar panggul maka makin erat pula lilitan pada leher janin yang mengakibatkan
makin terganggunya aliran darah ibu ke janin. (Jumiarni, 2014).
Sumber: Ernawati, dkk. 2022. KETIDAKNYAMANAN DAN KOMPLIKASI YANG
SERING TERJADI SELAMA PERSALINAN & NIFAS. Rena cipta mandiri.
8. Apa penyebab preeklampsia pada ibu hamil?

20
Menurut pribadi:
Terjadi gangguan pada plasenta.
Menurut literatur:
Etiologi terjadinya preeklampsia hingga saat ini belum diketahui secara pasti.
Terdapat banyak teori yang ingin menjelaskan tentang penyebab preeklampsia tetapi
tidak ada yang memberikan jawaban yang memuaskan. Tetapi, ada beberapa faktor
yang berperan, yaitu:
 Peran Prostasiklin dan Tromboksan

Pada preeklampsia dijumpai kerusakan pada endotel vaskuler, sehingga sekresi


vasodilator prostasiklin oleh sel-sel endotelial plasenta berkurang, sedangkan pada
kehamilan normal, prostasiklin meningkat. Sekresi tromboksan oleh trombosit
bertambah sehingga timbul vasokonstriksi generalisata dan sekresi aldosteron
menurun. Perubahan aktivitas tromboksan memegang peranan sentral terhadap
ketidakseimbangan prostasiklin dan tromboksan. Hal ini mengakibatkan pengurangan
perfusi plasenta sebanyak 50%, hipertensi, dan penurunan volume plasma.

 Peran Faktor Imunologis

Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama karena pada kehamilan pertama
terjadi pembentukan blocking antibodies terhadap antigen plasenta tidak sempurna.
Pada preeklampsia terjadi kompleks imun humoral dan aktivasi komplemen. Hal ini
dapat diikuti dengan terjadinya pembentukan proteinuria.

 Peran Faktor Genetik

Bukti yang mendukung berperannya faktor genetik pada penderita preeklampsia


adalah peningkatan Human leukocyte antigen (HLA) Menurut beberapa
peneliti,wanita hamil yang mempunyai HLA dengan haplotipe A 23/29, B 44 dan DR
7 memiliki resiko lebih tinggi menderita preeklampsia dan pertumbuhan janin
terhambat.

 Disfungsi endotel

Kerusakan sel endotel vaskuler maternal memiliki peranan pada terjadinya


preeklampsia. Kerusakan endotel vaskular pada preeklampsia dapat menyebabkan
penurunan produksi prostasiklin, peningkatan aktivitas agregasi trombosit dan
fibrinolisis, kemudian diganti oleh trombin dan plasmin. Trombin akan
21
mengkonsumsi antitrombin III sehingga terjadi deposit fibrin. Aktivitas trombosit
menyebabkan pelepasan tromboksan A2 dan serotonin sehingga terjadi vasospasme
dan kerusakan endotel (Anggreni et al. 2018).

Sumber: Trisnawati, E., & Megon, M. (2021). Kadar Serum TNF Alpha pada Ibu
Hamil Preeklampsia. Malang: Rena Cipta Mandiri. Available at:
https://bit.ly/3Z2UHRX. Diakses pada 20 Maret 2023.

9. Bagaimana kondisi bayi yang dilahirkan jika ibunya mengalami preeklampsia?.


Menurut pribadi:
Bayinya tidak sehat

Menurut literature:

Kondisi bayi yang dilahirkan jika ibunya mengalami preeklampsia, kemungkinan


yang akan terjadi (BBLR) pada bayi tersebut. Dalam Anil, Basel & Singh (2020),
WHO mendefinisikan berat lahir rendah (BLR) dengan berat lahir kurang dari
2500gram tanpa memperhatikan usia gestasi. Bayi dengan BLR beresiko mengalami
komplikasi dan kematian 20 kali lebih tinggi dibandingkan bayi normal. Patofisiologi
dari BLR belum diketahui pasti namun intrauterine Growth Retardation (IUGR) dan
kelahiran prematur diduga sebagai penyebabnya. Infeksi ekstrauterin, trauma,
penyakit, infeksi fetus, dan berbagai anomali merupakan faktor yang berkontribusi
pada saat sebelum lahir. Dalam penelitian yang dilakukan Anil dkk (2020), ditemukan
bahwa konsumsi table Fe kurang dari 180 tablet selama kehamilan, kenaikan berat
badan kurang dari 6,35 kg selama trimester kedua dan ketiga, adanya komorbiditas
selama hamil, dan kelahiran prematur menjadi faktor resiko kelahiran BBLR. Menurut
Evangelista-Sia (2005), penyebab dari BLR adalah:

 Masalah kromosomal: Down Sindrom, anomali kongenital.


 Infeksi: Rubella, Toxoplasmosis.
 Kondisi pada ibu: malnutrisi, preeklampsia, diabetes mellitus, multiparitas,
alkoholisme.
Sumber: Ferasinta,. R,. N, dkk. (2022). Konsep Dasar Keperawatan Anak. Aceh.
Yayasan Penerbit Muhammad Zaini.
10. Mengapa pada bayi baru lahir dilakukan pengambilan darah untuk kultur dan CBC?
Menurut pribadi:
Untuk mengetahui kadar gula darah pada bayi.
22
Menurut literature:

Hitung darah lengkap (CBC) biasanya digunakan untuk membantu menilai


kemungkinan infeksi dan kebutuhan antibiotik. Pengambilan darah untuk kultur dan
CBC pada bayi baru lahir dilakukan untuk mengevaluasi kondisi kesehatannya dan
mendeteksi kemungkinan infeksi atau masalah kesehatan lainnya yang mungkin
memerlukan perawatan.

Menurut American Academy of Pediatrics, pengambilan darah untuk kultur pada bayi
baru lahir umumnya dilakukan pada bayi yang terlihat sakit atau memiliki faktor
risiko tertentu, seperti ibu yang memiliki infeksi selama kehamilan atau bayi yang
lahir prematur. Tujuan dari kultur darah adalah untuk menemukan adanya bakteri atau
virus yang dapat menyebabkan infeksi dan menyebabkan masalah kesehatan serius.

Kultur darah adalah prosedur untuk mendeteksi infeksi dalam darah sekaligus
mengetahui penyebabnya. Infeksi pada aliran darah (septikemia) paling umum
disebabkan oleh bakteri (bakteremia), tetapi juga bisa diakibatkan oleh jamur atau
virus (viremia). Dikutip dari University of Rochester Medical Center, prosedur ini
juga dilakukan untuk mendeteksi infeksi sistemik. Infeksi sistemik ini dapat
memengaruhi seluruh bagian tubuh bukan hanya mempengaruhi satu bagian saja.

Pengujian digunakan untuk mengidentifikasi infeksi darah yang dapat menyebabkan


sepsis, yaitu komplikasi yang serius dan mengancam jiwa.

Dokter menyarankan pemeriksaan kultur darah pada orang yang mengalami tanda dan
gejala sepsis, seperti: panas dingin, demam, kelelahan parah, kebingungan, mual,
napas atau detak jantung cepat, lebih jarang buang air kecil, dan batuk. Ketika infeksi
berkembang, gejala yang lebih parah mungkin muncul, seperti:

 Peradangan di seluruh tubuh,


 Pembentukan banyak gumpalan darah kecil di pembuluh darah terkecil,
 Penurunan tekanan darah, dan
 Kegagalan satu atau lebih organ.

Prosedur pemeriksaan ini juga diperlukan bagi orang yang berisiko lebih tinggi
mengalami infeksi sistemik, yakni:

 Mengalami infeksi,

23
 Menjalani prosedur pembedahan,
 Melakukan penggantian katup jantung prostetik, dan
 Melakukan terapi imunosupresif.
Kultur darah lebih sering dilakukan pada bayi yang baru lahir, anak kecil, dan orang
yang mungkin mengalami infeksi, tetapi tidak mengalami tanda dan gejala sepsis.
Sumber: Kemenkes, 2021.

E. Hasil dan Pembahasan Step V

Mind Mapping

Ruang Lingkup
Keperawatan Anak

Adaptasi Fisiologi pada


Bayi Baru Lahir Neonatus

Pencegahan Hipoglikemia
Hipoglikemia

Definisi Klasifikasi Etiologi Tanda dan Penatalaksanaa


Hipoglikemia Hipoglikemia Hipoglikemia Gejala Hipoglikemia
Hipoglikemia Neonatus

Upaya Kesehatan Promotif


Upaya Kesehatan

Rehabilitatif Proventif
Upaya Kesehatan Upaya Kesehatan

Kuratif
Upaya Kesehatan

Asuhan Keperawatan

Pengkajian Diagnosa Intervensi Implementasi Evaluasi


Upaya Kesehatan
Keperawatan Keperawatan Keperawatan Keperawatan

Learning Outcomes :

1. Mahasiswa dapat memahami ruang lingkup keperawatan anak dengan baik


2. Mahasiswa dapat memahami adaptasi fisiologi pada bayi baru lahir dengan baik

24
3. Mahasiswa dapat memahami hipoglikemia berdasarkan perubahan anatomi dan fisiologi
pada bayi baru lahir dengan baik
4. Mahasiswa dapat memahami hipogklikemia berupa definisi, klasifikasi, etiologi, tanda
dan gejala dan penatalaksanaan pada bayi baru lahir dengan baik
5. Mahasiswa dapat memahami hipoglikemia dalam upaya kesehatan mencangkup promotif,
proventif, kuratif dan rehabilitatif pada bayi baru lahir dengan baik
6. Mahasiswa dapat memenuhi asuhan keperawatan berdasarkan pengkajian, diagnosa,
intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan pada bayi baru lahir dengan
hipoglikemia

F. Hasil dan Pembahasan Step VI

Informasi Tambahan

Cara terbaik untuk mencegah kadar gula darah rendah adalah dengan memberi
susu kepada bayi. Bagaimanapun, antara susu formula dan ASI (khususnya kolostrum
pada harihari awal) tidaklah sebanding, dan kolostrum jauh lebih baik untuk mencegah
dan mengatasi kadar gula darah rendah dari pada formula. Sedikit kolostrum mampu
menjaga kadar gula darah lebih baik daripada formula galam jumlah banyak.
Membiarkan bayi kontak kulit dengan ibunya segera setelah lahir dapat menjaga kadar
gula darah bayi lebih tinggi daripada bila ia dipisahkan dari ibunya. Tidak ada standar
tentang kadar gula darah terendah yang disepakati secara umum, yang dapat
mengindikasikan bayi memiliki kadar gula darah yang rendah. Karena atmosfir
“perhatian yang berlebihan” tentang kadar gula darah rendah, level kadar gula terus
ditingkatkan hingga menjadi absurd. Saat ini, di banyak rumah sakit, 3.4 mmol/L (60 mg
%) dianggap sebagai kadar gula darah terendah yang dapat diterima. Hal ini jelasjelas
menyimpang dan tidak ada bukti yang memperkuat level tersebut sebagai konsentrasi
kadar gula terendah yang dapat disepakati tidak ada metode yang bisa diandalkan untuk
mengukur kadar gula darah selain di laboratorium. Penggunaan strip kertas untuk
mengukur kadar gula darah tidak bisa diandalkan. Strip kertas cenderung menurunkan
hasil pengukuran yang sebenarnya. Hanya laboratorium yang dapat memberikan
pengukuran yang dapat diandalkan terhadap kadar glukosa atau gula dalam plasma
(plasma adalah bagian dari darah yang tidak mengandung sel darah merah, itu yang
sesungguhnya membuat kami tertarik, tapi kita tidak akan membicarakan hal ini). Jika
kadar gula darah bayi rendah, tidak berarti ia akan mengalami kerusakan otak. Hal ini
berdasarkan fakta bahwa ada konstituen yang dilepaskan di dalam tubuh bayi yang akan

25
melindungi otaknya. Ini termasuk senyawasenyawa yang disebut badan keton, begitu
juga asam laktat dan asam lemak bebas. Bahkan, bayi yang mendapatkan kolostrum atau
ASI memiliki kadar badan keton yang lebih tinggi, misalnya, dibandingkan dengan bayi
yang diberi susu formula atau bahkan bayi yang diberi tambahan susu formula.

Bayi yang lahir dari kehamilan dan kelahiran normal, cukup bulan dan berat badan
baik tidak perlu diuji kadar gula darah. Tetapi, begitu menjalarnya kecemasan terhadap
kadar gula darah rendah hingga semakin banyak unit postpartum yang melakukan
pengujian kadar gula darah rendah kepada setiap bayi. Hal ini menyakitkan bagi bayi,
menyebabkan kecemasan bagi staf dan para orangtua, mahal, tidak bermanfaat dan
bertentangan dengan buktidalah sesuatu yang normal bila kadar gula darah merosot pada
jam pertama atau kedua setelah persalinan. Nyatanya saat ini bayibayi di uji dahulu saat
lahir dan satu jam kemudian dan diberikan susu formula karena kadar gula darahnya
menurun. Bayibayi di uji tanpa alasan, kemudian diberikan susu formula karena kondisi
normal! Kadangkadang, bahkan saat bayi tidak disusui, kadar gula darahnya akan naik
kembali setelah penurunan awal yang sebenarnya normal.

Bayi tidak memiliki resiko kadar gula darah rendah karena berat badannya besar,
jika ibunya tidak menderita diabetes. Tapi banyak rumah sakit yang memiliki protokol
untuk secara otomatis menguji kadar gula darah bayi, dan bahkan beberapa secara
otomatis memberikan susu formula (tidak dapat dipercaya) jika berat badan bayi lebih
dari 4 kg (8 lb 12 oz); beberapa menetapkan 4,5 kg (10 lb). Pendekatan ini sepertinya
diawali karena bayi dari ibu yang menderita diabetes cenderung memiliki berat badan
lahir yang sangat besar. Kenyataannya, bayi besar yang ibunya tidak menderita diabetes
tidak lebih beresiko memiliki kadar gula darah rendah2. Kenyataannya, mereka memiliki
resiko yang lebih kecil karena hati (liver) mereka dipenuhi glikogen (molekul glukosa
yang saling terhubung membentuk rantai) yang siap untuk melakukan tindakan yang
disebabkan oleh kebutuhan tambahan gula, dan mereka juga memiliki banyak lemak
yang siap untuk menghasilkan badan keton, asam laktat dan asam lemak bebas. Bayi
yang terlahir kecil dibandingkan usia kehamilan (di bawah 2.5 kg atau 5 lb 8 oz jika
dilahirkan pada waktunya atau cukup bulan) menjaga kadar gula darahnya sama baiknya
dengan diberi susu formula ataupun disusui. Tentu saja, penting bagi bayi untuk
menyusu. Cara mencegah kadar gula darah rendah Ibu diabetes, khususnya tipe 1
(ketergantungan insulin, usia muda), adalah resiko tinggi bagi bayi. Hal ini disebabkan
karena saat Persalinan kadar insulin yang tinggi pada bayi (sebagai akibat dari
tereksposnya bayi dengan kadar gula tinggi selama kehamilan) tidak hanya menurunkan
26
kadar gula darahnya, namun juga menghalangi tubuhnya membentuk badan keton, asam
laktat dan asam lemak bebas. Untuk itu bayi perlu dipantau dan mungkin memerlukan
infus untuk mempertahankan kadar gula darahnya. Kontrol yang baik terhadap diabetes
selama kehamilan dapat membantu mencegah kadar gula darah rendah. Kontrol yang
baik terhadap diabetes selama proses persalinan dan kelahiran juga penting. Kami, dan
bagian postpartum/pasca persalinan di seluruh dunia (khususnya di Selandia Baru dan
Australia), menyarankan pada pasien kami Yang bayinya memiliki resiko tinggi untuk
memerah kolostrum mereka sebelum bayi lahir, dimulai sejak kehamilan berusia sekitar
35 atau 36 Minggu. Sebagian besar diantara mereka dapat memperoleh beberapa mililiter
setiap hari dengan memerah menggunakan tangan dan Seringkali seorang ibu dapat
memiliki simpanan sebanyak 30 atau 40 ml sebelum bayinya lahir. Jika bayinya
memerlukan suplemen untuk mengontrol gula darahnya, bayinya akan diberikan
kolostrum, bukan susu formula. Infus intravena cairan mengandung glukosa (biasanya)
diberikan kepada ibu secara cepat, harus dihindari. Bila toleransi glukosa ibu
(kemampuan ibu untuk menerima glukosa) terganggu, banyak glukosa yang diberikan
padanya dapat meningkatkan gula darahnya dan memicu respon serupa pada bayinya,
yang juga meningkatkan sekresi insulin bayi. Yang terbaik adalah meletakkan bayi
dengan kontak kulit kepada ibunya segera setelah kelahiran. Seperti yang telah
disebutkan di atas dan pada lampiran informasi “Pentingnya Kontak Kulit/The
Importance of Skin to Skin Contact”, bayi mepertahankan gula darahnya lebih baik saat
kontak kulit dengan ibunya. Bayi dikeringkan tapi tidak dimandikan, sebelum dilakukan
kontak kulit dengan ibunya. Bahkan jika ibu menjalani operasi caesar, meletakkan bayi
kontak kulit pada ibunya adalah memungkinkan dan diperlukan. Bayi harus didorong
untuk menyusu segera setelah kelahirannya. Kontak kulit antara ibu dan bayi sangat
membantu karena bayi dapat melakukan pelekatan sendiri. Pelekatan yang baik juga
membantu, agar bayi mendapatkan kolostrum. Tekanan pada payudara saat menyusui
membuat bayi mendapatkan kolostrum lebih banyak.

Penanganan kadar gula darah rendah bila ada kekhawatiran gula darah bayi
merosot terlalu cepat, atau terlalu rendah dan menyusui yang benar sepertinya tidak
menyelesaikan masalah, bayi seharusnya mendapatkan infus intravena yang berisi
glukosa daripada diberikan susu formula. Bayi seringkali memuntahkan susu formula
pada harihari pertama karena minum terlalu banyak susu formula. Bila benarbenar ada
kekhawatiran, mengkonsumsi susu formula melalui mulut tidak menjamin gula darah
meningkat. Setiap unit postpartum harusnya memiliki persediaan ASI. Persediaan ASI
27
perah sebagai suplemen lebih baik daripada susu formula, jika suplementasi benarbenar
dibutuhkan. Bahkan jika bayi membutuhkan penanganan karena kadar gula darah
rendah, sangat jarang ada alasan untuk tidak terus menyusu. Bayi tetap dapat disusui
secara langsung walaupun ia sedang diinfus. Bayi bisa mendapatkan suplemen (lebih
baik kolostrum yang telah diperah sebelumnya atau ASI perah) walaupun ia sedang
disusui.

28
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KEPERAWATAN NEONATUS PADA BY NY. MISBAH

Tgl Masuk RS :....................................


No. Register : ................................... Tgl/Jam pengkajian :...............................
Diagnosa Medis :.................................... Ruangan : Ruangan Perinatologi

A. Pengkajian Data
I. Identitas Klien
Nama Klien (inisial) : Ny. Misbah
Tempat Tanggal Lahir (umur): Tidak terkaji
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : .........................................................................
Suku Bangsa : .........................................................................
Pendidikan : .........................................................................
Alamat : .........................................................................
...........................................................................
Nama orang tua :
Ayah
Nama : .........................................................................
Pekerjaan : .........................................................................
Pendidikan : .........................................................................

Ibu
Nama : .........................................................................
Pekerjaan : .........................................................................
Pendidikan : .........................................................................
Alamat : .........................................................................
...........................................................................
...........................................................................
...........................................................................

II. Keluhan Utama


“ibu mengatakan.................................................................................................“
.............................................................................................................................

III. Riwayat Kesehatan


1. Riwayat Kesehatan Sekarang (berdasarkan PQRST)
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
2. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
a. Penyakit yang dialami sebelum masuk rumah sakit/pelayanan kesehatan
.................................................................................................................
.................................................................................................................
b. Apakah pernah dirawat di rumah sakit? Ya/Tidak
Jika Ya, kapan : .....................................................................................
Berapa lama : .....................................................................................

29
c. Apakah pernah mengalami keluhan yang sama dengan saat ini? Ya/Tidak
Jika Ya, kapan : .....................................................................................
Berapa lama : .....................................................................................

d. Apakah pernah mengalami tindakan pembedahan/operasi? Ya/Tidak


Jika Ya, kapan : ..............................................................................
Jenis pembedahan : ..............................................................................

e. Apakah pernah mengalami kecelakaan/trauma? Ya/Tidak


Jika Ya, kapan : ..............................................................................
Jenis kecelakaan : ..............................................................................

f. Apakah pernah mengalami alergi? Ya/Tidak


Jika Ya, kapan : ..............................................................................
Jenis alergi : ..............................................................................

3. Riwayat Kesehatan Keluarga


a. Apakah ada anggota keluarga yang pernah mengalami penyakit berat?
Ya/Tidak
Jika Ya, jenis penyakit yang diderita : ...................................................
.................................................................................................................
b. Genogram

Keterangan

4. Riwayat Kehamilan dan Persalinan


Riwayat kehamilan dan persalinan : G:1 P:0 A:0
A. Prenatal
a. Apakah ibu rutin melakukan Prenatal care/pemeriksaan kehamilan?
...........................................................................................................
b. Apakah ada masalah dalam masa kehamilan?
............................................................................................................

B. Natal
a. Lahir kehamilan :………Bulan/minggu, ditolong oleh:……………
b. Anak ke : …………………………………………………….
c. Berat badan waktu lahir : ……..gr. BB sekarang ……....gr
d. Tinggi badan waktu lahir :……..cm.TB sekarang ….…cm
e. Jenis persalinan : ……………………………………………….
f. Tempat bersalin : ………………………………………………
g. Apakah masalah waktu persalinan : …………………………….

C. Postnatal
a. APGAR skore : ……………………………………………...
b. Pengeluaran mekonium dalam 24 jam pertama
...........................................................................................................

c. Bagaimana kekuatan tangisan bayi?


30
...........................................................................................................
d. Obat-obatan yang diperoleh bayi setelah lahir
...........................................................................................................
e. Apakah bayi mendapatkan ASI Eksklusif ? Ya/tidak
...........................................................................................................
f. Respon fisiologis atau perilaku yang bermakna :
…………………………………………………………………
g. Apakah bayi mendapatkan imunisasi ?
Ya/tidak : ……………………………………………………...
Jadwal pemberian : ………………………………………

IV. Riwayat Psikososial, Spiritual dan Budaya


1. Yang mengasuh :”ibu mengay...................................
2. Hubungan dengan anggota keluarga : ......................................................
(menyentuh, memeluk, berbicara, kontak mata, berkunjung)
3. Hubungan dengan sibling : ......................................................
4. Pembawaan anak secara umum : ......................................................
5. Respon anak terhadap sakit : ......................................................
6. Respon anak terhadap petugas kesehatan: .....................................................
7. Respon anak terhadap perpisahan : ......................................................
8. Respon keluarga terhadap anak yang sakit: “ibu mengatakan.......................“
9. Keluhan lain : ......................................................
10. Keyakinan terhadap agama : ......................................................
11. Keyakinan terhadap penyakit : ......................................................
12. Keyakinan terhadap kesembuhan : ......................................................
13. Nilai budaya yang dianut oleh keluarga : …………………………............
14. Lingkungan rumah : ………………………………
15. System pendukung social : ………………………………

31
V. Pola pemenuhan kebutuhan
No Pola Kebiasaan (ADL) Sebelum Sakit Sesudah Sakit
1 NUTRISI
A. Makan
a. Jenis
b. Frekuensi
c. Reflek menghisap
d. Keluhan
B. Minum
a. Jenis
b. Frekuensi
c. Jumlah (cc)
d. Keluhan
2 ELIMINASI
A. BAB
a. Frekuensi
b. Waktu
c. Warna
d. Konsistensi
e. Obstipasi
f. Penggunaan pencahar
g. Diare (cantumkan …..cc)
h. Melena
i. Stoma (colostomy, ileostomy)
j. Cara pengeluaran
sendiri/dibantu
k. Keluhan
B. BAK
a. Frekuensi
b. Jumlah urine output (cc)
c. Warna
d. Ada tidak baunya
e. Ada tidaknya darah /hematuria
f. Inkontinensia
g. Penggunaan kateter
h. Cara pengeluaran
dibantu/sendiri
i. Keluhan
3 ISTIRAHAT DAN TIDUR
a. Waktu tidur malam
b. Waktu tidur siang
c. Lamanya
d. Kebiasaan pengantar tidur
e. Kebiasaan yang dilakukan saat
istirahat
f. Keluhan
4 PERSONAL HYGIENE
A. Mandi
a. Frekuensi
b. Penggunaan sabun/tidak
32
c. Air yang digunakan
d. Melakukan sendiri / dibantu
B. Oral Hygiene
a. Frekuensi
b. Penggunaan pasta gigi/tidak
c. Cara melakukan sendiri/tidak
C. Mencuci Rambut
a. Frekuensi
b. Penggunaan sampoo
c. Penggunaan air
5 AKTIVITAS BERMAIN
a. Waktu bermain
b. Jenis permainan
c. Senang bermain
sendiri/kelompok

VI. Pengkajian Fisik (dokumentasi hasil pemeriksaan dituliskan secara naratif)


a. Penampilan Umum :
b. Tingkat kesadaran :
c. Pengkajian Nyeri
Skala nyeri ……..Tingkat nyeri …..
d. Pengkajian Risiko Jatuh
Nilai risiko jatuh ……… Tingkat risiko jatuh ……..
e. Pengukuran Pertumbuhan (Antropometri)
 Berat Badan (BB) : ……….gr (saat lahir & sekarang)
 Tinggi Badan (TB) : ……….cm (saat lahir & sekarang)
 Lingkar Kepala (LK) : ……….cm (saat lahir & sekarang)
 Lingkar Dada (LD) : ……….cm (saat lahir & sekarang)
 Lingkar Abdomen (LA) : ……….cm (saat lahir & sekarang)
 Lingkar Lengan Atas (LLA) :……….cm (saat lahir & sekarang)
 Tricef Skin Fold ( TSF) : ………mm (saat lahir & sekarang)
f. Pengukuran Fisiologis (TTV)
 Suhu (S) : ………. C
 Nadi (N) : ………. x/menit
 Respirasi Rate : ………. x/menit
 Tekanan Darah (TD) : ………. mmHg
 Saturasi O2 :

g. Penampilan Umum
 Wajah :
 Postur :
 Hygiene :
 Nutrisi :
 Perilaku :
 Status Kesadaran :
h. Kulit
 Warna :
 Rash :
 Tekstur :
 Suhu :
 Turgor :
33
 Capillary refill time :
 Tanda lahir :

i. Struktur aksesoris
 Rambut :
 Kuku :
 Dermatoglifik :

j. Nodus limfe
 Ukuran :
 Mobilitas :
 Pembesaran :

k. Kepala
 Bentuk dan kesimetrisan :
 Fontanel (anterior dan Posterior) :
(ukuran, bentuk cembungl,cekung, datar, lunak, tegas)
 Higiene kulit kepala :
 Lesi :
 Sutura sagitalis (tepat, terpisah, menjauh) :
 Moulding (caput succedanum, cephalhematoma) :
 Kesimetrisan wajah :

l. Leher
 Ukuran :
 Trakea :
 Tiroid :
 Arteri karotis :
 Refleks :
 Teleangitetic nevi :
 Pergerakan :

m. Mata
 Penempatan dan kesejajaran :
 Airmata :
 Kelopak mata :
 Kebersihan
 Konjungtiva :
 Punctum lakrimaris :
 Sclera :
 Kornea :
 Pupil :
 Iris :
 Refleks kornea :
 Refleks pupillary :
 Refleks doll’s eye :

n. Telinga
 Pinna :
 Inspeksi hygiene (bau,rabas,warna):
 Kanal eksternal :

34
 Membrane tympani :
 Refleks startle :
 Tinggi dan letak ujung telinga dengan outer chantus eye :

o. Hidung
 Ukuran, keutuhan, penempatan dan kesejajaran:
 Passage udara :
 Inspeksi hygiene :
 Septum :
 Membrane mukosa :
 Cuping hidung :
 Obstruksi :
 Refleks Glabelar :
 Refleks bersin :
 Milia, miliaria : :

p. Pipi dan dagu :


 Keutuhan, kesimetrisan :
 Milia, miliaria :

q. Mulut dan Tenggorok


 Keutuhan, kesimetrisan :
 Bibir (warna, tekstur,lesi) :
 Struktur internal (membrane mukosa,gigi,gusi,lidah,palatum, uvula,tonsil)
:
 Refleks batuk :
 Sucing refleks :
 Gag refleks :
 Rooting refleks :
 Extrution refleks :
 Yawn refleks :
 Saliva :

r. Dada
 Ukuran, bentuk, kesimetrisan :
 Ratio Anterior-posterior : Lateral :
 Retraksi sternal :
 Processus xyphoideus :
 Pembesaran mamae :
 Sekresi mamae :
 Pigeon chest :

s. Paru
 Bunyi nafas :
 Irama, frekuensi, kedalaman,jenis nafas :
 Vocal fremitus :
 Penggunaan alat bantu nafas :

t. Jantung
 Inspeksi ukuran :

35
 Palpasi impuls apikal, point maximum impuls :
 Auskultasi bunyi jantung :
 Perkusi area jantung :

u. Abdomen
 Inspeksi (ukuran, kontur, tonus, vena, kondisi kulit):
 Auskultasi (bising usus, pulsasi aortic):
 Perkusi (lambung, hepar,limpa) :
 Palpasi (nadi femoralis) :
 Umbilicus :

v. Ginjal
 Auskultasi (pulsasi dan bising srteri renalis):
 Perkusi :

w. Genitalia
 Pria
- Ukuran penis :
- Glans penis :
- Preputium :
- Meatus uretra :
- Skrotum :
- Testis :
 Wanita
- Mons pubis :
- Klitoris :
- Labia mayora dan minora :
- Meatus uretra :
- Kelenjar Scene :
- Kelenjar Bartholin :
- Orifisium vaginalis :

x. Anus
 Keutuhan :
 Penampilan umum (kondisi kulit, hygiene) :
 Refleksi anal :
 Meconium :

y. Punggung dan Ekstrimitas


 Punggung
- Kurvatura dan kesimetrisan :
- Mobilitas :
- Klavikula :
- Keutuhan tulang spinalis, vertebra, lumbal :
- Reflex perez :
- Reflex trunc incurvation :
 Ekstrimitas Atas dan bawah
- Keutuhan jari-jari :
- Kesimetrisan jari-jari dan patela kanan- kiri :
- Tanda-tanda trauma persalinan:
- Uji kekuatan otot :

36
- Tulang maleolus :
- Posisi telapak kaki :
- Cara berjalan :
- Reflex patella :
- Reflex babinski :
- Refleks bruzinksi :
- Reflex moro :
- Reflex plantar :
- Refleks palmar :
- Reflex dance on stap :
- Sirkulasi :
- Sensasi :
- Mobilitas/motion :
- Tanda ortolani dan barlow :
- Tanda galaezi – alli’s :

VII. Pemeriksaan Tumbuh Kembang


Menggunakan format Denver II, KPSP, KMS

VIII. Data Penunjang


1. Laboratorium
Hari/tanggal Jenis Nilai Nilai Normal

2. Rontgen
Hari/tanggal Jenis Keterangan

3. Pemeriksaan penunjang lainnya


Hari/tanggal Jenis Nilai Nilai Normal

4. Terapi dan pengobatan


Hari/tanggal Jenis Dosis Waktu Cara
Pemberian

37
IX. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


DS : Bayi Ny. Misbah Risiko Hipotermia Bayi baru lahir
tidak segera menangis
saat di lahirkan.
1
DO : - Warrna kulit
1
bayi terlihat pucat

- Akral dingin
- S: 35,7 derajat

DS : Bayi Ny. Misbah Gangguan Perukaran Ketidakseimbangan


apneu sebanyak 4-5 kali Gas ventilasi perfusi

DO : - Bayi Ny. Misbah


2 dilakukan resusitasi

- Respirasi :
78kali/menit
- Diberikan O2 ½

DS : Berat badan lahir Resiko ikterik Penurunan berat badan


bayi 2.275 neonatus abnormal

DO : - Berat badan lahir


3 bayi 2.275

- Berat badan bayi


terlihat kurang

X. Diagnosa Keperawatan Yang Muncul Berdasarkan Prioritas


a. Bayi baru lahir berhubungan dengan Risiko Hipotermia
b. Gangguan pertukaraan Gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi
perfusi
c. Penurunan berat badan abnormal berhungan dengan Resiko ikterik neonatus

38
XI. Rencana Asuhan Keperawatan
Nama Klien : Ny. Misbah No.Register :
Jenis Kelamin : Perempuan Diagnosa Medik :
Umur :
No Diagnosa Perencanaan Implementasi Evaluasi
Keperawatan outcone Intervensi Rasional
Setelah dilakukan
tindakan - Cek suhu
Bayi baru lahir keperawatan selama tubuh bayi
1 berhubungan 1x24jam dalam
dengan Risiko diharapkan suhu
jangka 5
Hipotermia tubuh bayi kembali
normal menit sekali - Supaya
- Anjurkan mengetahui
bayi untuk perkembangan
memakai pada bayi
pakaian - Agar suhu tubuh
yang lebih bayi tidak
hangat menurun
- Atur suhu - Agar bayi merasa
ruangan lebih nyaman
pada bayi

Setelah dilakukan - Berikan - Supaya nafas


Gangguan tindakan oksigenasi bayi kembali
Pertukaran gas keperawatan selama
35
berhubungan pada bayi
dengan - Pantau
ketidakseimbangan 1x24jam SPO2 normal
ventilasi perfusi
diharapkan nafas pada bayi - Agar mengetahui
pada bayi kembali - Monitor perkembangan
2 normal dan tidak adanya pada bayi
mengalami apneu sumbatan -
jalan
nafas

- Berikan ASI
pada bayi
Setelah dilakukan
sedikit demi
Penurunan berat tindakan - Agar nutrisi bayi
sedikit
badan abnormal keperawatan selama terpenuhi
3 - Anjurkan
berhungan dengan 1x24jam - Agar berat badan
untuk
Resiko ikterik diharapkan berat bayi kembali
memberi
neonatus badan pada bayi normal
nutrisi pada
meningkat
bayi

XII. Implementasi Keperawatan

No Tgl/waktu DP Implementasi Evaluasi


- Bayi baru lahir - Mengcek suhu tubuh bayi dalam jangka 5 Respon : ……………………….
berhubungan dengan menit sekali
1 Risiko Hipotermia - Menganjurkan bayi untuk memakai pakaian
36
yang lebih hangat
- Mengatur suhu ruangan pada bayi

2 Gangguan Pertukaran gas - Memberikan oksigenasi pada bayi


berhubungan dengan - Memantau SPO2 pada bayi
ketidakseimbangan - Memonitor adanya sumbatan jalan nafas
ventilasi perfusi
3 Penurunan berat badan - Memberikan ASI pada bayi sedikit demi
abnormal berhungan sedikit
dengan Resiko ikterik - Menganjurkan untuk memberi nutrisi pada
neonatus
bayi

XIII. Catatan Perkembangan

Tanggal DP Perkembangan Pelaksana


S : Suhu tubuh pada bayi sudah normal
O : Keadaan bayi sudah membaik
A : Masalah teratasi
P : Tindakan keperawatan dihentikan
I:
E:
R:

37
S: Jalan pernafasan sudah normal
O: Jalan nafas sudah membaik
A: Masalah teratasi
P: Tindakan keperawatan dihentikan

S: Berat badan bayi sudah normal


O: Berat badan bayi bertambah
A: Masalah teratasi
P: Tindakan keperawatan dihentikan

38
BAB IV
TINJAUAN TEORI

A. Ruang Lingkup Keperawatan Anak

Ruang lingkup keperawatan anak sebagai berikut:

1. Pediatrik klinik, yang terdiri dari perawatan, penyakit dan pengobatan


2. Pediatrik preventif seperti imunisasi
3. Pediatrik sosial, yang meliputi:
a. Belajar dan menggunakan metode untuk menjaga kesehatan fisik, mental dan
sosial anak
b. Sejak konsepsi tingkat pertumbuhan dan perkembangan kebutuhan anak harus
dipenuhi agar tercapai dengan baik
c. Lingkungan yang harmonis / sejahtera dan bahagia
d. Sandang, pangan, dan papan
e. Lingkungan tempat tinggal yang baik (Lokasi WTS, judi)

B. Definisi Neonatus

Neonatus adalah bayi yang baru lahir 28 hari pertama kehidupan (Rudolph, 2015).
Neonatus adalah usia bayi sejak lahir hingga akhir bulan pertama (Koizer, 2011).
Neonatus adalah bulan pertama kelahiran. Neonatus normal memiliki berat 2.700 sampai
4.000 gram, panjang 48-53 cm, lingkar kepala 33-35cm (Potter & Perry, 2009). Dari
ketiga pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa neonatus adalah bayi yang lahir 28 hari
pertama.

C. Adaptasi Fisiologi pada Bayi Baru Lahir

Setelah lahir, bayi harus mampu beradaptasi dengan keadaan di luar rahim.
Sepanjang proses adaptasi dengan dunia luar rahim, bayi akan tumbuh dan berkembang
baik secara fisik dan mental. Berikut ini merupakan pendeskripsian mengenai
perkembangan tersebut

1. Tubuh

39
Berat rata-rata bayi yang lahir cukup bulan adalah 2,5-3,75 kg dan panjangnya
sekitar 50 cm. Bayi yang lahir memiliki bahu yang sempit, perut yang menonjol,
panggul kecil, dan lengan serta kaki yang relatif pendek, kecil, dan lentur.

2. Kepala Beberapa hal yang terjadi dengan kepala bayi :


a. Kepala bayi cukup besar jika dibandingkan dengan bagian tubuh lainnya.
b. Kepala bayi dapat tampak lonjong atau gepeng akibat tekanan panggul ibu
selama melahirkan. Kondisi ini disebut molding. Kepala akan kembali ke
bentuk bulat dan normal dalam waktu beberapa hari.
c. Kulit kepala atau wajah kadang lecet dan bengkak, namun hal itu akan
menghilang nantinya.
d. Bayi lahir dengan dua titik lunak atau fontanel (daerah di mana tulang-tulang
tengkorak belum menyatu sempurna). Akan terlihat bercak lunak yang besar
danberbentuk seperti intan pada bagian atas depan kepala, sementara bercak
yang lebih kecil dan berbentuk segitiga terlihat di bagian belakang. Bercak
yang lebih besar biasanya menutup pada usia dua sampai enam bulan. Selaput
yang menutupi fontanel cukup tebal dan kuat sehingga menyikat atau mencuci
kulit kepala tidak akan membuat bayi kesakitan.
3. Rambut
Beberapa hal yang berkaitan dengan rambut bayi, yaitu:
a. Beberapa bayi dilahirkan dengan rambut kepala yang lebat, sementara lainnya
dilahirkan dengan kepalahampir botak.
b. Rambut halus dan lurus pada tubuh yang disebut lanugo dapat terlihat pada
bagian punggung bayi, bahu, dahi telinga, dan muka. Rambut ini terlihat jelas
pada bayi prematur. Lanugo biasanya akan menghilang selama beberapa
minggu pertama
4. Mata
Beberapa hal berkaitan dengan mata bayi, yaitu:
a. Bayi berkulit putih biasanya mempunyai mata biru-abu abu.
b. Bayi yang berkulit gelap mempunyai mata yang berwarna coklat atau abu-abu
gelap.
c. Jika warna mata nantinya akan berubah biasanya terjadi pada usia enam bulan.
d. Kelenjar air mata pada sebagian besar bayi baru lahir belum begitu banyak
memproduksi air mata sampai bayi berusia tiga minggu.
5. Lepuh pada Bibir
40
Aktivitas menghisap yang kuat sering menyebabkan lepuh yang tidak nyeri di
bagian tengah bibir bayi bagian atas. Kadang-kadang lepuh akibat penghisapan ini
akan terkelupas. Lepuh tidak memerlukan pengobatan dan akan hilang berangsur-
angsur saat bibir menjadi semakin kuat.

6. Kulit
Beberapa hal yang berkaitan dengan kulit, yaitu
a. Warna kulit bayi
Pada saat lahir, kulit bayi akan berwarna biru keabuan, basah, bernoda darah
serta verniks yaitu suatu substansi, seperti krem dan berwarna putih. Dalam
beberapa saat hingga satu atau dua menit kemudian, bayi akan mulai dapat
bernafas dengan baik dan warna kulitnya berubah menjadi warna normal
kemerahan, dimulai pada bagian wajah dan anggota gerak, dan dengan segera
akan mencapai jari tangan serta kaki.
b. Milia
Kelenjar keringat dan minyak yang tersumbat akan menimbulkan titik-titik
putih kecil yang disebut milia pada hidung, pipi, dan dagu bayi. Saat kelenjar
ini mulai berfungsi, yang terjadi beberapa minggu sesudah melahirkan, milia
akan hilang. Bayi yang mengalami milia tidak perlu diobati dan tidak perlu
dihilangkan, cukuplah dengan membasuh wajah dengan air. Bercak-bercak
merah pada kulit. Bayi baru lahir yang berkulit putih seringkali tampak
bercak-bercak dengan adanya daerah kemerahan dan daerah pucat. Sesudah
beberapa minggu, kulit bayi akan mulai mempunyai warna yang merata,
meskipun akan tampak bercak-bercak saat ia kedinginan.
c. Kulit terkelupas pada bayi
Banyak bayi mempunyai kulit yang terkelupas, khususnya pada pergelangan
tangan, tangan, perge langan kaki, dan kaki. Bayi lewat bulan kulitnya lebih
terkelupas dibandingkan bayi cukup bulan. Hal ini merupakan keadaan
normal dan biasanya tidak memerlukan perawatan. Jika pecah-pecah pada
kulit bagian pergelangan tangan atau kaki berdarah, dianjurkan untuk
pemberian salep kulit khusus bayi. Verniks kaseosa merupakan substansi
putih seperti krem yang melindungi kulit bayi sebelum lahir, sering tetap ada
pada lipatan kulit bahkan sesudah bayi selesai dimandikan. Verniks tidak

41
perlu dihilangkan dengan usaha yang kuat, cukup digosok kulit bayi dengan
lembut.
d. Strok bite dan angel kisses
Strok bite dan angel kisses merupakan daerah kemerahan pada kulit yang
terbentuk dari gabungan pembuluh darah permukaan yang kecil, sehingga
tampak pada bagian belakang leher bayi, kelopak mata, hidung atau dahi.
Daerah ini akan berwarna merah saat bayi menangis. Kebanyakan bukan
tanda lahir yang permanen dan tidak disebabkan oleh cedera selama
persalinan. Meskipun biasanya menghilang atau menjadi kabar setelah enam
hingga sembilan bulan, namun ada beberapa, terutama yang terletak pada
leher tetap ada untuk waktu yang lebih lama dan bahkan bersifat permanen.
7. Payudara
Akibat hormon-hormon kehamilan yang mencapai bayi dalam rahim, baik bayi laki-
laki maupun perempuan akan mempunyai payudara yang bengkak. Beberapa bayi
bahkan mempunyai puting yang mengeluarkan susu. Pembengkakan dan keluarnya
air susu merupakan keadaan normal dan tidak membutuhkan perawatan. Jangan
mencoba meneras air susu dari puting bayi, karena tindakan ini akan mengakibatkan
infeksi. Kondisi ini akan menghilang dalam waktu satu atau dua minggu.
8. Tali Pusat
a. Klem Tali pusat
Tali pusat bayi baru lahir umumnya berwarna kebiruan dan pajangnya 2,55 cm
sesudah dipotong Klem plastik akan dipasang pada potongan tali pusat untuk
menghentikan perdarahan. Klem tali pusat dibuka jika tali pusat sudah kering,
biasanya sebelum bayi pulang dari rumah sakit atau dalam waktu 24- 48 jam
sesudah lahir. Tali pusat biasanya kering dalam waktu dua minggu sesudah
lahir.
b. Tujuan perawatan tali pusat
Tujuan perawatan tali pusat adalah untuk mencegah infeksi dan mempercepat
pemisahan tali pusat dari perut

D. Definisi Hipoglikemia

Hipoglikemia adalah gangguan metabolisme yang paling umum terjadi pada periode
neonatus. Skrining bayi yang berisiko dan pengelolaan kadar glukosa darah rendah pada
jam-jam pertama hingga hari-hari kehidupan merupakan masalah yang sering terjadi
dalam perawatan bayi baru lahir. Definisi yang paling banyak digunakan untuk
42
hipoglikemia neonatus adalah konsentrasi glukosa <47 mg/dl (2,6 mmol/l) (Dixon et al.,
2017). Hipoglikemia sering terjadi pada bayi kecil masa kehamilan, bayi dari ibu
penderita diabetes, atau bayi dengan penyakit berat seperti asfiksia dan sepsis.
Pemeriksaan GD dilakukan pada usia 2-4 jam setelah lahir karena diusia tersebut kadar
hipoglikemia mencapai titik nadir.

E. Etiologi

Menurut Kedia (2011) penyebab rendahnyanya kadar gula darah adalah sebagai berikut:

 Dosis insulin yang tidak tepat Kelola glukosa darah agar tetap sehat, jaga
kenyamanan pasien dan cegah hipoglikemia. Kerjasama yang baik antara dokter-
pasien sangat penting untuk mengurangi risiko komplikasi diabetes. Kombinasi
yang di lakukan selama pemberian sangat penting agar kita dapat lebih
memperhatikan ketepatan dosis insulin sesuai dengan keadaan gula darah yang
diketahui. Kurangnya karbohidrat, saat penderita diabetes menunda sarapan terlalu
lama, bisa menyebabkan hipoglikemia, atau gula darah rendah. Berbahaya bagi
penderita diabetes untuk melupakan waktu makan atau terlalu sibuk untuk
melewatkan waktu makan. Lupa makan menurunkan gula darah terlalu banyak,
dan jika tidak ditangani selama hipoglikemia, kondisinya menjadi parah,
menyebabkan kebingungan dan pingsan. Hipoglikemia berat dapat menyebabkan
kejang, koma, dan bahkan kematian.
 Konsumsi Alkohol
Hati adalah organ yang menyimpan glukosa dan melepaskan ke sel-sel tubuh saat
seseorang tidak makan. Hati juga membuang racun dari dalam tubuh
(detoksifikasi). Hati tidak dapat menghilangkan glukosa dan memurnikannya pada
saat bersamaan. Jadi ketika hati melakukan detoksifikasi, tubuh berhenti
membuang glukosa. Organ lain, seperti pankreas dapat menghasilkan hormon
insulin, yaitu hormon yang mengatur gula darah dan mengubahnya menjadi energi
bagi tubuh. Saat pankreas tidak berfungsi, produksi insulin tidak bisa maksimal
dan gula darah menjadi kacau.
 Peningkatan penggunaan karbohidrat dari aktivitas fisik Aktivitas fisik sangat
penting dalam pengelolaan diabetes. Olahraga berlebihan, bagaimanapun, dapat
menurunkan gula darah dibawah batas normal. Olahraga sedang atau berat dapat
menyebabkan gula darah turun selama 24 jam setelah berolahraga. Tubuh
menggunakan dua bahan bakar, yaitu gula dan lemak, gula yang digunakan untuk
43
energi berasal dari darah, hati dan otot. Gula disimpan di hati dan otot dalam
bentuk glikogen. Aktivitas fisik dapat menurunkan gula darah dan simpanan
glikogen, tubuh sebenarnya dapat mengisi kembali simpanan glikogen ini. Namun,
prosesnya memakan waktu 4-6 jam, bahkan 12-24 jam jika aktivitasnya terlalu
berat. Selama proses pengisian atau pemulihan simpanan glikogen, penderita
diabetes beresiko tinggi mengalami hipoglikemi.

F. Klasifikasi Hipoglikemia

Menurut International Study Group on hypoglykemia and the American Diabetes


Association (2017), klasifikasi hipoglikemi berdasarkan kombinasi manifestasi klinis,
kadar glukosa darah dan kemampuan perawatan diri, dapat dikelompokkan sebagai
berikut:

 Level 1
Gula darah ≤ 70 mg/dl, batas alarm untuk mengevaluasi dan menyesuaikan dosis
obat diabetes atau segera berikan lebih banyak karbohidrat (Glukosa).
 Level 2
Gula darah <54 mg/dl, kondisi berat, pasien mengalami hipoglikemia dengan
segala akibatnya.
 Level 3
Hipoglikemia berat, kondisi gangguan kognitif berat dan membutuhkan bantuan
orang lain.

Klasifikasi hipoglikemia menurut PERKENI (2015) adalah sebagai berikut:

 Hipogikemia berat Kadar glukosa darah sangat rendah, pasien tidak sadarkan diri
dan butuh bantuan orang lain untuk memberikan glukosa, glukagon, atau tindakan
lainnya.
 Hipoglikemia simtomatik Gula darah (GDS <70 mg/dl), namun disertai gejala dan
tanda hipoglikemia.
 Hipoglikemia asimtomatik GDS <70 mg/dl tidak disertai tanda hipoglikemia.
 Hipoglikemia relatif Kadar GDS >70 mg/dl, tetapi disertai hipoglikemia.
 Probable hipoglikemia

Munculnya hipoglikemia, tanpa pemeriksaan gula darah.

Klasifikasi hipoglikemia berdasarkan kadar glukosa darah adalah sebagai berikut:

 Hipoglikemia ringan, bila glukosa darah <70 mg/dl


 Hipoglikemia sedang, bila kadar glukosa darah <55 mg/dl
 Hipoglikemia berat dengan kadar glukosa darah <40 mg/dl.

G. Tanda dan Gejala

44
Gejala dan tanda hipoglikemia dibagi menjadi gejala neurogenik/autonom dan
gejala neuroglikopenik. Gejala neurogenik muncul ketika glukosa darah mencapai 60
mg/dl, yang merangsang kelenjar adrenal simpatik (aktivasi saraf otonom). Pada saat yang
sama gejala neuroglokipenik terjadi ketika kadar glukosa darah mencapai ≤ 50 mg/dl
karena gangguan penyerapan glukosa di otak. PERKENI (2015)

H. Penatalaksanaan Hipoglikemia

Bentuk utama penanganan hipoglikemia pada penderita diabetes adalah


pengendalian kadar glukosa darah, mengembalikan kadar gula darah ke kadar normal,
sehingga gejala dan tanda hipoglikemia juga segera hilang. Rekomendasi pengobatan
hipoglikemia

1. Hipoglikemia ringan dan sedang


a. Menyajikan makanan tinggi glukosa (karbohidrat sederhana)
b. Glukosa murni adalah pilihan utama, tetapi bentuk lain dari karbohidrat
yang mengandung glukosa juga efektif dalam meningkatkan gula darah.
c. Makanan berlemak dapat memperlambat respon terhadap kenaikan gula
darah. D. Glukosa 15-20 mg (2-3 sendok gula pasir) yang dilarutkan
dalam air adalah pengobatan lini pertama untuk pasien hipoglikemia
sadar.
d. Periksa gula darah setelah 15 menit pemberian terapi. Apabila
hipoglikemia (< 70 mg/dl) berlanjut, pengobatan diulangi. F. Jika
hipoglikemia menetap setelah 45 menit atau masa pengobatan 3 siklus,
perlu diberikan cairan glukosa yaitu 150-200 ml infus dextrose 10%
selama 15 menit
e. Ketika kadar gula darah kembali normal (70 mg/dl), pasien diminta untuk
makan makanan ringan untuk mencegah terulangnya hipoglikemia.
2. Hipoglikemia berat
a. Hentikan penggunaan obat diabetes, jika pasien menerima pengobatan
insulin maka dosisnya harus diubah.
b. Jika gejala neuroglikopenik terjadi, terapi parenteral diperlukan dengan
pemberian intravena 75-100 ml dextrose 20% selama 15 menit.
c. Periksa glukosa darah setiap 10 sampai 15 menit setelah pemberian
intravena (IV) dengan target kadar glukosa 70 mg/dl. Jika tidak tercapai,
maka proses dapat diulang.

45
d. Bila glukosa darah sudah normal, diberikan terapi rumatan dengan
dextrose 10% dengan dosis 100 ml/jam (hati-hati pada pasien dengan
gangguan ginjal dan jantung) hingga pasien mampu untuk makan.
e. Glukagon 1 mg intramuskuler dapat diberikan sebagai pengobatan
alternatif untuk hipoglikemia bila akses intravena sulit.
f. Kaji pemicu hipoglikemia. Jika hipoglikemia disebabkan oleh terapi
insulin, hipoglikemia dapat berlangsung 24-36 jam.

I. Pencegahan Hipoglikemia

Hipoglikemia merupakan suatu kelainan metabolik dan endokrin yang sering


terjadi pada bayi dan anak yang berakibat kerusakan otak yang menetap. Hipoglikemia
menyebabkan suplai glukosa yang rendah ke alat-alat organ vital khususnya otak.
Hipoglikemia yang berulang dan menetap menyebabkan kerusakan otak dan kematian.
Hipoglikemia adalah kadar gula plasma kurang dari 2,6 mmol/L (< 47 mg/dl). Untuk
neonatus aterm berusia kurang dari 72 jam dipakai batas kadar gula plasma 35 mg/dL.
Sedangkan untuk neonatus prematur dan KMK yang berusia kurang dari 1 minggu,
disebut hipoglikemia bila kadar gula darah plasma kurang dari 25 mg/dl.

Insulin merupakan hormon yang memegang peranan penting pada metabolisme


glukosa. Kadar gula darah pada keadaan puasa merupakan hasil dari proses
glukoneogenesis dan glikogenolisis oleh sistem endokrin normal. Hormon pertumbuhan
(growth hormone-GH), kortisol, glukagon dan epinefrin yang disebut counter regulatory
hormone mempunyai sifat meningkatkan gula darah; sedangkan insulin menurunkan gula
darah. Sembilan puluh persen glukosa digunakan oleh SSP. Organ lain yang mutlak
membutuhkan glukosa adalah sel darah merah, adrenal dan medula ginjal. Terdapat
berbagai adaptasi terhadap kehidupan diluar uterus dan homeostasis glukosa. Dalam
keadaan normal kadar gula darah bayi lebih rendah daripada anak-anak. Kadar gula darah
janin sebesar 70% kadar gula darah ibu. Pada waktu bayi baru lahir masukan gula dari ibu
berhenti secara mendadak sehingga homeostasis pasca lahir dipertahankan dengan
peningkatan glukagon 3-5 kali lipat, penurunan kadar insulin dan tidak segera meningkat
setelah makan, peningkatan katekolamin, peningkatan GH, peningkatan FFA (Free Fatty
Acid) dan badan keton, terjadi maturasi enzim glukoneogenik, dan pelepasan gula darah
dari simpanan glikogen (biasanya cukup untuk bayi normal bisa bertahan puasa selama 4
jam).

46
Anak-anak yang lebih kecil memiliki ketersediaan glikogen yang terbatas, yang
bertahan kira-kira 12 jam setelah masukan gula yang kurang, dan selanjutnya akan
dipertahankan dengan adanya glukoneogenesis. Selama puasa, tejadi pembentukkan
ketosis dan ketonuri yang cepat, hasil metabolisme lemak. Pada umumnya hipoglikemia
pada anak dapat dicegah, walaupun demikian dapat terjadi hipoglikemia yang tidak
terduga. Hal-hal yang sering menyebabkan hipoglikemia misalnya jatah makanan yang
tidak dikonsumsi, olah raga (tidak terencana atau lebih lama dari biasanya) tanpa
ditunjang makanan yang cukup, pemberian insulin yang keliru dan minum alkohol. Secara
umum untuk mencegah hipoglikemia pada malam hari maka kadar gula darah tengah
malam diusahakan sekitar 90-180 mg/dl. Bila melakukan olah raga, perlu diberikan
glukosa tambahan yaitu 15 g karbohidrat untuk setiap 30-45 menit. Untuk olah raga yang
intensif, dosis insulin pada hari itu perlu dikurangi dan pemantauan gula darah perlu
diperketat. Bila karena sakit, anak tidak mau makan atau muntah-muntah maka
pertimbangkan pemberian air gula dan mengurangi dosis insulin.

J. Upaya Kesehatan pada Hipoglikemia

1. Promotif
Melakukan promosi kesehatan untuk mengedukasi pencegahan dan penanganan
bayi dengan hipoglikemiapai normal. Kemudian lanjutkan tiap 12 jam.
2. Proventif
a. Pemberian ASI sedini mungkin dalam 30-60 menit kemudian diteruskan
sesuai keinginan bayi
b. Suplementasi rutin pada bayi cukup bulan yang sehat dengan air
c. Menfasilitasi skin to skin untuk merangsang pembentukan ASI
d. Pemberian minum yang cukup
3. Kuratif
a. Pemantauan glukosa darah rutin bayi baru lahir cukup bulanyang
asimtomatik tidak perlu dan mungkin merugikan.
b. Skrining glukosa darah harus dilakukan pada bayi dengan risiko
hipoglikemia untuk mengetahui adanya hipoglikemia ataupun bayi yang
menunjukkan manifestasi klinis hipoglikemia, dengan frekuensi dan lama
pemantauan tergantung dari kondisi bayi masing-masing.
c. Pemantauan dimulai dalam 30-60 menit pertama bayi dengan dugaan
hiperinsulinisme dan tidak lebih dari umur 2 jam pada bayi dengan risiko
hipoglikemia kategori lainnya.
d. Pemantauan sebaiknya dilanjutkan setiap 3 jam sampai kadar glukosa
darah sebelum minum menca
e. Skrining glukosa dihentikan setelah 2 kali didapatkan kadar glukosa
normal atau dengan pemberian minum saja, didapatkan 2 kali
pemeriksaan kadar glukosa normal.

47
f. Konfirmasi dengan pemeriksaan glukosa darah di laboratorium harus
dilakukan jika hasil skrining glukosa darah abnormal.
4. Rehabilitative
a. Teruskan pemberian ASI
b. Monitor kadar gula darah sebelum bayi minum sampai gula darah stabil
c. Hindari pemberian minum berlebih

48
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

Adapun beberapa saran yang dapat bermanfaat sebagai acuan dan membangun pada
laporan makalah asuhan keperawatan neonates dengan hipoglikemia sebagai berikut:

1. Cek suhu tubuh bayi dalam jangka 5 menit sekali


2. Anjurkan bayi untuk memakai pakaian yang lebih hangat
3. Atur suhu ruangan pada bayi baru lahir
4. Berikan oksigenasi pada bayi baru lahir
5. Pantau SPO2 pada bayi baru lahir
6. Monitor adanya sumbatan jalan nafas

49
DAFTAR PUSTAKA

American Academy of Pediatrics. Textbook of Neonatal Resuscitation (7th ed.). Elk Grove
Village, IL: American Academy of Pediatrics.

Anggeriani, R., dkk. (2022). Ilmu Keperawatan Maternitas. Bandung: Media Sains Indonesia.
Available at: https://bit.ly/42ndvym. Diakses pada 17 Maret 2023.

Anggeriani, R., dkk. 2022. Ilmu Keperawatan Maternitas. Bandung; Media Sains Indonesia.
Available at: https://bit.ly/3YFwa5n. Diakses pada 14 Maret 2023

Ari Damayanti Wahyuningrum, T, C., dkk. 2022. Keperawatan Maternitas. Media Sains
Indonesia.

Christin, N. Nicklaus Children’s Hospital (2020). Abnormally Colored Urine.

Ensiklopedia Medis ADAM. 2023. Tes Darah CBC.

Ernawati, dkk,. 2022. Ketidaknyamanan dan Kompikasi Yang Sering Terjadi Selama Persalinan
dan Nifas. Rena cipta mandiri.

Ferasinta,. R,. N, dkk. (2022). Konsep Dasar Keperawatan Anak. Aceh. Yayasan Penerbit
Muhammad Zaini

Jamshed S, Khan F, Chohan S, et al. (September 20, 2020) Frequency of Normal Birth Length
and Its Determinants: A Cross-Sectional Study in Newborns. Cureus 12(9): e10556.
doi:10.7759/cureus.10556.

Manik, M,J., dkk. 2022. Keperawatan Gawat Darurat. Yayasan Kita Menulis. Available at:
https://bit.ly/3mP0s8u. Diakses pada 14 Maret 20.

Manik, Marisa Junianti, et al. Keperawatan Gawat Darurat. Yayasan Kita Menulis, 2022.

Manurung, M, E., dkk. 2022. Keperawatan Maternitas. Yayasan Kita Menulis. Available at:
https://bit.ly/3Lh07FL. Diakses pada 14 Maret 2023

Natalia, J, dkk. 2020. Pengaruh Obesitas dalam Kehamilan Terhadap Berat Badan Janin. Medula.
Volume 10. Nomor 3.

Ningsih, N, F., dkk. Keperawatan Anak. Media Sains Indonesia. Available at:
https://bit.ly/42b03x7. Diakses pada 14 Maret 2023

Pocket Book of Hospital Care for Children: Guidelines For The Management of Common
Childhood Illnesses. Geneva: World Health Organization.

Rehanta, M, Suhadito & Prihantanto, F. (2014). Pedoman Keterampilan Medik IV. Surabaya:
Airlangga University Press. Hutomo, C, dkk. (2021). Ilmu Biomedik Dasar. Yayasan Kita
Menulis.

50
Samaria, D, dkk. 2022. Konsep dan Aplikasi Asuhan Laktasi Kontemporer. Yayasan Kita
Menulis.

Sumber: Nurita Nilasari B.K.A.P (Agustus 2019) Analisis Faktor penyebab Kejadian Asfiksia
pada bayi baru lahir: Jurnal Ners dan Kebidanan. 6(2). Hlm 251-262. doi:
10.26699/jnk.v6il.ART.

Surmayanti dkk.(2020).Buku Ajar Keperawatan Maternitas.Pusat Pengembangan Pendidikan dan


Penelitian Indonesia.

Syaiful, Y., & Fatmawati, L. (2019). Asuhan Keperawatan Kehamilan. Surabaya: Jakad
Publishing. Available at: https://bit.ly/3ZSPP35. Diakses pada 17 Maret 2023.

Syamsiyah, N. 2022 . Uji kompetensi Perawat Indonesia.

World Health Organization (WHO). (n.d.). Oxygen Therapy For Children.

Yuanita dkk.(2020) Asuhan Keperawatan Pada Ibu Bersalin. Surabaya:Jakad Media Publishing.

Mansur,A,R., Marni., & Sari, I. (2022). Skrining dan Manajemen Hipoglikemia Neonatus.
Indramayu: Adanu Abimata. Available at: https://bit.ly/3yPDvVl. Diakses pada 20 Maret
2023

Wahyuni, S., dkk. (2023). Evidence-Based Practice Pada Perawatan Bayi Baru Lahir. Media
Sains Indonesia. Available at: https://bit.ly/3Tv0f6x. Diakses pada 20 Maret 2023

Aulia, D., dkk. (2022). Komplikasi pada Kehamilan PersalinanNifas dan Bayi Baru Lahir.
Bayumas: Pena Persada Kerta Utama. Available at: https://bit.ly/3TuNSHu. Diakes pada 20
Maret 2023

Supriatin, dkk. (2023). Keperawatan Anak. Global Eksekutif Teknologi.

Hasniati, dkk. 2023. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Endokrin. Global
Eksekutif Teknologi.
https://www.google.co.id/books/edition/Asuhan_Keperawatan_Klien_Dengan_Gangguan/
2OquEAAAQBAJ?hl=id di akses pada 20 Februari 2023

51

Anda mungkin juga menyukai