Anda di halaman 1dari 65

Depertemen Keperawatan Anak

LAPORAN PENDAHULUAN
BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)

DISUSUN OLEH:
NERS XVIII
KELOMPOK C DAN D
Mulyana Anwar, S.Kep (70900120031) Ulfa Wildana Hasan, S.Kep (70900120032)
Islamiah, S.Kep (70900120036) Nurul Awaliah, S.Kep (70900120027)
Umrah, S.Kep (70900120038) Muslimin A, S.Kep (70900120030)

PRESEPTOR LAHAN PRESEPTOR INSITUSI

( ) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XVIII


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
hidayah-Nya yang masih tercurah kepada penulis, sehingga seminar kasus di
departemen anak dapat terselesaikan, dan tak lupa pula kita kirimkan salam dan
salawat kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah mengantarkan kita dari alam
kegelapan menuju alam terang benderang seperti sekarang ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tentu ada kelemahan dan kekurangan


dalam laporan pendahuluan ini, oleh karena itu, dari segenap pembaca, penulis
mengharapkan kritik dan saran untuk lebih meningkatkan mutu penulisan
selanjutnya. Semoga Laporan Pendahuluan ini dapat bermanfaat bagi kita semua,
Aamiin.

Samata, 22 Juli 2021

Kelompok C dan D
DAFTAR ISI

SAMPUL……………………………………………………………………...i
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………….iii
BAB I PENDAHULUAN
A.
BAB II KONSEP MEDIS
A. Definisi………………………………………………………………….....1
B. Etiologi….....................................................................................................1
C. Klasifikasi.....................................................................................................4
D. Patofisiologi..................................................................................................5
E. Manifestasi Klinis........................................................................................8
F. Komplikasi...................................................................................................9
G. Pencegahan.................................................................................................10
H. Penatalaksanaan..........................................................................................11
I. Pemeriksaan Penunjang…………………………………………………...12
J. Path way……………………………………………………………...……13
BAB II RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian……………………………………………………………......14
B. Diagnosis keperawatan..……………………………..….……………….16
C. Intervensi.....……………………………………………………………..17
BAB III KAJIAN INTEGRITAS KEISLAMAN
DAFTAR PUSTAKA…..…………………………………………………….19
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
BBLR merupakan kondisi bayi yang dilahirkan dengan berat kurang dari 2500
gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat disebabkan oleh bayi lahir
kurang bulan (usia kehamilan kurang dari 37 minggu), pertumbuhan janin yang
terhambat (PJT) atau kombinasi dari keduanya (Octa, 2014). Bayi dengan BBLR
merupakan salah satu faktor utama peningkatan mortalitas dan morbiditas bayi
khususnya pada masa perinatal. WHO mengatakan bahwa bayi berat lahir rendah
sebagai bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa
memandang usia gestasi.
Menurut WHO (2015) BBLR adalah salah satu penyebab terbanyak kematian
neonatus, yaitu sebesar 32%. Penyebab utama kesakitan dan kematian BBLR
tersebut diantaranya a sfiksia, infeksi dan hipotermi (Proverawati & Cahyo,
2010). BBLR merupakan masalah yang perlu mendapat perhatian khusus, karena
pada bayi dengan BBLR dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan,
perkembangan dan gangguan mental pada masa mendatang (Simbolon, 2012;
Padila & Agustien, 2019). Tingkat kematangan sistem organ yang belum
sempurna juga mengakibatkan BBLR memiliki resiko tinggi mengalami masalah
kesehatan hingga kematian (Maryunani, 2013).
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) oleh Kementerian
Kesehatan tahun 2018, penyebab terjadinya kematian bayi di Indonesia adalah
asfiksia (37%) Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) (34%) dan infeksi / sepsis
(12%). Angka kelahiran BBLR di Indonesia mencapai 350.000 setiap. Di Jawa
Tengah sendiri sekitar 10% dari kelahiran bayi adalah BBLR. Sedangkan di kota
Semarang pada tahun 2014 tercatat sebanyak 563 bayi lahir dengan BBLR
(Widoyono, 2015). Sedangkan di Sulawesi selatan angka kematian bayi adalah
15% dari kelahiran bayi Meskipun menduduki urutan ke 2 dari penyebab
kematian bayi tertinggi, namun kasus bayi dengan BBLR merupakan pemicu dari
terjadinya kasus asfiksia dan infeksi / sepsis. Hal tersebut dikarenakan bayi BBLR
mengalami imaturitas pada organ paru-paru sehingga BBLR mudah mengalami
kesulitan bernafas. Bayi BBLR juga memiliki daya tahan tubuh yang masih
lemah dan pembentukan antibodi yang belum sempurna sehingga beresiko terjadi
infeksi (Bobak et al., 2007; Lawn et al., 2013).
Masalah pada bayi BBLR terutama terjadi karena ketidakmatangan sistem
organ pada bayi tersebut. Masalah pada bayi BBLR yang sering terjadi adalah
gangguan termoregulasi, gangguan pada sistem pernafasan, kardiovaskular,
hematologi, gastro intestinal, susunan saraf pusat dan ginjal (Octa, 2014; Sindu,
2015). Salah satu dari kebanyakan faktor kritis yang terjadi pada bayi BBLR
adalah masalah pengaturan suhu tubuh dan pencegahan hipotermia sebagai
komplikasi utama pada periode awal kelahiran (Padila et al., 2018).
BBLR atau kondisi bayi yang dilahirkan dengan berat kurang dari 2500 gram
tanpa memandang usia gestasi merupakan masalah yang terjadi pada bayi baru
lahir dan perlu mendapat perhatian khusus, karena pada bayi dengan BBLR dapat
menyebabkan gangguan pertumbuhan, perkembangan dan gangguan mental pada
masa mendatang (Simbolon, 2012; Padila & Agustien, 2019). Tingkat
kematangan sistem organ yang belum sempurna juga mengakibatkan BBLR
memiliki resiko tinggi mengalami masalah kesehatan hingga kematian
(Maryunani, 2013).
Masalah pada bayi BBLR yang sering terjadi adalah gangguan termoregulasi,
gangguan pada sistem pernafasan, kardiovaskular, hematologi, gastro intestinal,
susunan saraf pusat dan ginjal (Octa, 2014; Sindu, 2015). Salah satu dari
kebanyakan faktor kritis yang terjadi pada bayi BBLR adalah masalah pengaturan
suhu tubuh dan hipotermia sebagai komplikasi utama pada periode awal kelahiran
(Padila et al., 2018). Dari latar belakang diatas penulis tertarik menulis laporan
kasus “Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) di ruang Neonatal Intensif Care
Unit (NICU) RSUD Labuang Baji Makassar”.
B. Rumusan Masalah
“Bagaimana memberikan asuhan keperawatan pada bayi dengan berat badan
lahir rendah (BBLR) di ruang Neonatal Intensif Care Unit (NICU) RSUD
Labuang Baji Makassar”.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan asuhan keperawatan pada bayi dengan berat badan lahir
rendah (BBLR) di ruang Neonatal Intensif Care Unit (NICU) RSUD Labuang
Baji Makassar.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian pada bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR)
di ruang Neonatal Intensif Care Unit (NICU) RSUD Labuang Baji
Makassar.
b. Merumuskan diagnosis keperawatan pada bayi dengan berat badan lahir
rendah (BBLR) di ruang Neonatal Intensif Care Unit (NICU) RSUD
Labuang Baji Makassar.
c. Menyusun rencana pada bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) di
ruang Neonatal Intensif Care Unit (NICU) RSUD Labuang Baji
Makassar.
d. Melakukan implementasi pada bayi dengan berat badan lahir rendah
(BBLR) di ruang Neonatal Intensif Care Unit (NICU) RSUD Labuang
Baji Makassar.
e. Melakukan evaluasi tindakan keperawatan pada bayi dengan berat badan
lahir rendah (BBLR) di ruang Neonatal Intensif Care Unit (NICU) RSUD
Labuang Baji Makassar.
D. Manfaat
1. Manfaat teoritis
Menambah khasanah keilmuan sehingga peningkatan ilmu
pengetahuan dalam mencari pemecahan permasalahan pada bayi dengan
berat badan lahir rendah (BBLR) di ruang Neonatal Intensif Care Unit
(NICU) RSUD Labuang Baji Makassar.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Pasien dan Keluarga
Mendapatkan pengalaman serta dapat menerapkan apa yang telah
dipelajari dalam penanganan kasus keperawan anak yang dialami
dengan kasus nyata dalam pelaksanaan keperawatan, seperti cara
merawat bayi dengan berat badan lahir rendah.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil asuhan keperawatan ini dapat digunakan sebagai tambahan dan
referensi untuk meningkatkan kualitas pendidikan keperawatan pada bayi
dengan berat badan lahir rendah
c. Bagi Perawat.
Asuhan keperawatan ini dapat dijadikan dasar informasi dan
pertimbangan untuk menambah pengetahuan, keterampilan dan sikap
dalam meningkatkan pelayanan perawatan pada bayi dengan berat badan
lahir rendah.
BAB II
KONSEP DASAR MEDIS
A. Definisi
Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan
lebih rendah dari berat badan bayi rata-rata. Bayi dinyatakan mengalami BBLR
jika beratnya kurang dari 2,5 kilogram, sedangkan berat badan normal bayi yaitu
di atas 2,5 atau 3 kilogram. Sementara pada bayi yang lahir dengan berat kurang
dari 1,5 kilogram, dinyatakan memiliki berat badan lahir sangat rendah.
(Willy,2018).
BBLR dapat terjadi ketika bayi lahir secara prematur dengan masa kehamilan
kurang dari 37 minggu (belum cukup bulan), atau bayi mengalami gangguan
perkembangan dalam kandungan. Acuan lain dalam pengukuran BBLR juga
terdapat pada Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) gizi. Pedoman
tersebut mengatakan bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir
dengan berat kurang dari 2500 gram diukur pada saat lahir atau sampai hari ke
tujuh setelah lahir (Triana, 2015).

B. Etiologi
Etiologi dari BBLR dapat dilihat dari faktor maternal dan factor fetus.
Etiologi dari maternal dapat dibagi menjadi dua yaitu prematur dan IUGR
(Intrauterine Growth Restriction). Yang termasuk prematur dari faktor maternal
yaitu Preeklamsia, penyakit kronis, infeksi, penggunaan obat, KPD,
polihidramnion, iatrogenic, disfungsi plasenta, plasenta previa, solusio plasenta,
inkompeten serviks, atau malformasi uterin. Sedangkan yang termasuk IUGR
(Intrauterine Growth Restriction) dari faktor maternal yaitu Anemia, hipertensi,
penyakit ginjal, penyakit kronis, atau pecandu alcohol atau narkortika. Selain
etiologi dari faktor maternal juga ada etiologi dari faktor fetus. Yang termasuk
prematur dari faktor fetus yaitu Gestasi multipel atau malformasi. Sedangkan,
yang termasuk IUGR (Intrauterine Growth Restriction ) dari faktor fetus yaitu
Gangguan kromosom, infeksi intrauterin (TORCH), kongenital anomali, atau
gestasi multipel (Bansal et al, 2013).
Selain itu ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan bayi dengan berat
badan lahir rendah atau biasa disebut BBLR (Proverawati dan Ismawati, 2010)
1. Faktor ibu:
a. Penyakit
Penyakit kronik adalah penyakit yang sangat lama terjadi dan biasanya
kejadiannya bisa penyakit berat yang dialami ibu pada saat ibu hamil
ataupun pada saat melahirkan. Penyakit kronik pada ibu yang dapat
menyebabkan terjadinya BBLR adalah hipertensi kronik, Preeklampsia,
diabetes melitus dan jantung (England, 2014).
1) Adanya komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan antepartum,
preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung kemih.
2) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual, hipertensi
atau darah tinggi, HIV/AIDS, TORCH, penyakit jantung.
3) Salah guna obat, merokok, konsumsi alkohol.
b. Ibu (geografis)
1) Usia ibu saat kehamilan tertinggi adalah kehamilan pada usia < 20
tahun atau lebih dari 35 tahun.
2) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek dari anak satu ke anak
yang akan dilahirkan (kurang dari 1 tahun).
3) Paritas yang dapat menyebabkan BBLR pada ibu yang paling sering
terjadi yaitu paritas pertama dan paritas lebih dari 4.
4) Mempunyai riwayat BBLR yang pernah diderita sebelumnya
c. Keadaan sosial ekonomia.
1) Kejadian yang paling sering terjadi yaitu pada keadaan sosial ekonomi
yang kurang. Karena pengawasan dan perawatan kehamilan yang
sangat kurang.
2) Aktivitas fisik yang berlebihandapat juga mempengaruhi keadaan
bayi. diusahakan apabila sedang hamil tidak melakukan aktivitas yang
ekstrim.
3) Perkawinan yang tidak sah juga dapat mempengaruhi fisik serta
mental.
2. Faktor janin
Faktor janin juga bisa menjadi salah satu faktor bayi BBLR
disebabkan oleh : kelainankromosom, infeksi janin kronik (inklusi sitomegali,
rubella bawaan, gawat janin, dan kehamilan kembar).
3. Faktor plasenta
Faktor plasenta yang dapat menyebabkan bayi BBLR juga dapat
menjadi salah satu faktor. Kelainan plasenta dapat disebabkan oeh :
hidramnion, plasenta previa, solutio plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar
(sindrom parabiotik), ketuban pecah dini.

4. Faktor lingkungan
Banyak masyarakat yang menganggap remeh adanya faktor
lingkungan ini. Faktor lingkungan yang dapat menyebabkan BBLR, yaitu :
tempat tinggal di dataran tinggi, terkena radiasi, serta terpapar zat beracun
(England, 2014)

C. Klasifikasi
Menurut Proverawati dan Ismawati (2010) dalam Kristiani (2014), terdapat 2
jenis klasifikasi BBLR
1. Menurut harapan hidupnya
a. Bayiberat lahir rendah (BBLR) dengan berat lahir 1500-2500 gram.
b. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) dengan berat lahir 1000-1500
gram.
c. Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) dengan berat lahir kurang dari
1000 gram.
2. Menurut Masa Gestasinya
a. Prematuritas murni yaitu masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan
berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi atau biasa
disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan (NKB-SMK).
b. Dismaturitas yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan
seharusnya untuk masa gestasi itu. Bayi mengalami retardasi pertumbuhan
intrauterin dan merupakan bayi kecil untuk masa kehamilannya (KMK)

D. Patofisiologi
Tingkat kematangan fungsi sistem organ neonatus merupakan syarat untuk
dapat beradaptasi dengan kehidupan diluar rahim. Secara umum bayi berat badan
lahir rendah ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum cukup bulan
atau prematur dan disebabkankarena dismaturitas. Biasanya hal ini terjadi karena
adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan
oleh faktor ibu, komplikasi hamil, komplikasi janin, plasenta yang menyebabkan
suplai makanan ibu ke bayi berkurang. Faktor lainnya yang menyebabkan bayi
berat badan lahir rendah yaitu faktor genetik atau kromosom, infeksi,kehamilan
ganda, perokok, peminum alkohol,dan sebagainya (Mochtar, 2012).
Konsekuensi dari anatomi dan fisiologi yang belum matang,bayi prematur
cenderung mengalami masalah yang bervariasi. Hal ini harus diantisipasi dan
dikelola pada masa neonatal. Berkaitan denganhal itu, maka menghadapi bayi
prematur harus memperhatikan masalah masalah sebagai berikut :
1. Sistem pengaturan suhu tubuh (Hipotermia)
Dalam kandungan, bayi berada dalam suhu lingkungan yang normal dan
stabil yaitu 36° sampai dengan 37° C. Segera setelah lahir bayi dihadapkan
pada suhu lingkungan yang umumnya lebih rendah. Perbedaan suhu ini
memberi pengaruh pada kehilangan panas tubuh bayi. Hipotermia terjadi
apabila suhu tubuh turun dibawah 36,5° C. Apabila seluruh tubuh bayi teraba
dingin maka bayi sudah mengalami hipotermia sedang (suhu 32° sampai
dengan 36° C). Disebut hipotermia berat apabila suhu tubuh kurang dari 32° C
(Pantiawati, 2010).
Hipotermia dapat terjadi karena kemampuan untuk mempertahankan
panas dan kesanggupan menambah produksi panas sangat terbatas karena
pertumbuhan otot-otot yang belum cukup memadai, lemak subkutan yang
sedikit, belum matangnya sistem saraf pengatur suhu tubuh, luas permukaan
tubuh relatif lebih besar dibandingkan dengan berat badan sehingga mudah
kehilanganpanas (Maryunani, Puspita 2013).
2. Gangguan pernafasan
Asfiksia adalah suatu keadaan kegagalan bernafas secara spontan dan
teratur beberapa saat setelah lahir. Kegagalan ini menyebabkan terjadinya
hipoksia yang diikuti dengan asidosis respiratorik. Apabila proses berlanjut
maka metabolisme sel dalam suasana anaerob akan menyebabkan asidosis
metabolik yang selanjutnya terjadi perubahan kardiovaskuler. Menurunnya
atau terhentinyadenyut jantung menyebabkan iskemia. Iskemia setelah
mengalami asfiksia selama 5 menit menyebabkan penyumbatan pembuluh
darah kecil dimana akan mengakibatkan kerusakan-kerusakan menetap
(Maryunani, Puspita 2013).
3. Hipoglikemia
Glukosa merupakan sumber utama energi selama masa janin.Kecepatan
glukosa yang diambil janin tergantung dari kadar gula darah ibu karena
terputusnya hubungan plasenta dan janin menyebabkan terhentinya pemberian
glukosa. Bayi aterm dapat mempertahankan kadar gula darah 50-60 mg/dL
selama 72 jam pertama, sedangkan bayi berat badan lahir rendah dalam kadar
40 mg/dL.Hal ini disebabkan cadangan glikogen yang belum mencukupi.
Hipoglikemia bila kadar gula darah sama dengan atau kurang dari 20 mg/dL
(Pantiawati, 2010).
4. Sistem imunologi
Kemungkinan terjadi kerentanan pada bayi dengan berat lahirrendah
terhadap infeksi mengalami peningkatan. Konsentrasi Ig G serum pada bayi
sama dengan bayi matur. Imunoglobulin G ibuditransfer secara aktif melalui
plasenta ke janin pada trimester terakhir. Konsentrasi Ig G yang rendah
mencerminkan fungsi plasenta yang buruk berakibat pertumbuhan janin intra
uterin yang buruk dan meningkatkan risiko infeksi post natal. Oleh karena itu
bayi dengan berat lahir rendah berpotensi mengalami infeksi lebih banyak
dibandingkan bayi matur (Maryunani, Puspita 2013).
5. Perdarahan intracranial
Pada bayi dengan berat badan lahir rendah pembuluh darah masih sangat
rapuh hingga mudah pecah. Perdarahan intracranial dapat terjadi karena
trauma lahir, disseminated intravascularcoagulopathy atau trombositopenia
idiopatik. Matriks germinal epidimal yang kaya pembuluh darah merupakan
wilayah yang sangat rentan terhadap perdarahan selama minggu pertama
kehidupan (Pantiawati, 2010).
6. Rentan terhadap infeksi
Pemindahan substansi kekebalan dari ibu ke janin terjadi pada minggu
terakhir masa kehamilan. Bayi dengan berat badan lahir rendah mudah
menderita infeksi karena imunitas humoral dan seluler masih kurang hingga
bayi mudah menderita infeksi. Selain itu, karena kulit dan selaput membran
bayi dengan berat badan lahir rendah tidak memiliki perlindungan seperti bayi
cukup bulan (Pantiawati, 2010).
7. Hiperbilirubinemia
Pada bayi dengan berat badan lahir rendah lebih sering mengalami
hiperbilirubinemia dibandingkan dengan bayi cukup bulan.
Hiperbilirubinemia merujuk pada tingginya kadar bilirubin terakumulasi
dalam darah ditandai dengan jaundis dan ikterus. Hiperbilirubinemia dapat
terjadi akibat peningkatan bilirubin tidak terkonjugasi dan terkonjugasi
(Wong, 2009).

E. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari BBLR dapat dibagi berdasarkan prematuritas dan
dismaturitas. Manifestasi klinis dari premataturitas yaitu :
1. Berat lahir bernilai sekitar < 2.500 gram,panjang badan < 45 cm, lingkaran
dada < 30 cm, lingkar kepala < 33 cm.
2. Masa gestasi kurang dari 37 minggu.
3. Kulit tipis dan mengkilap dan lemak subkutan kurang.
4. Tulang rawan telinga yang sangat lunak.
5. Lanugo banyak terutama didaerah punggung.
6. Puting susu belum terbentuk dengan bentuk baik.
7. Pembuluh darah kulit masih banyak terlihat.
8. Labia minora belum bisa menutup pada labia mayora pada bayi jenis kelamin
perempuan, sedangkan pada bayi jenis kelamin laki –laki belum turunnya
testis.
9. Pergerakan kurang, lemah serta tonus otot yang mengalami hipotonik.
10. Menangis dan lemah.
11. Pernapasan kurang teratur.
12. Sering terjadi serangan apnea.
13. Refleks tonik leher masih lemah.
14. Refleks mengisap serta menelan belum mencapai sempurna (Saputra, 2014).
Selain prematuritas juga ada dismaturitas. Manifestasi klinis dari dismaturitas
sebagai berikut :
1. Kulit pucat ada seperti noda
2. Mekonium atau feses kering, keriput, dan tipis
3. Verniks caseosa tipis atau bahkan tidak ada
4. Jaringan lemak dibawah kulit yang masih tipis
5. Bayi tampak gersk cepat, aktif, dan kuat
6. Tali pusat berwarna kuning agak kehijauan (Saputra, 2014).

F. Komplikasi
Berdasarkan waktu munculnya, komplikasi BBLR dapat diklasifikasikan sebagai
berikut (Novita,2019):
1. Komplikasi pada Masa Bayi
Komplikasi yang dapat muncul setelah bayi dengan BBLR lahir adalah:
a. Hipotermia
b. Hipoglikemia
c. Hiperbilirubinemia
d. Respiratory distress syndrome (RDS)
e. Perdarahan pada intraserebri atau intraventrikuler
f. Infeksi bakteri
g. Penyakit paru kronis
h. Necrotizing enterocolitis
i. Apnea of prematurity
j. Patent ductus arteriosus
k. Disabilitas mental serta fisik
l. Kesulitan minum
2. Komplikasi pada Masa Mendatang
Kondisi BBLR juga dapat menimbulkan komplikasi di masa mendatang
yakni berupa gangguan pertumbuhan, gangguan perkembangan kognitif, dan
penyakit kronis yang dapat muncul di kemudian hari. Orang dewasa dengan
riwayat berat badan lahir rendah di masa lalu lebih berisiko untuk mengalami
penyakit jantung koroner, stroke, hipertensi, dan diabetes.
3. Komplikasi pada Bayi Prematur dengan BBLR
Bayi prematur dengan BBLR sering kali memiliki imaturitas dari beberapa
organ tubuh, sehingga bayi prematur dengan BBLR berisiko untuk mengalami
perdarahan intrakranial, respiratory distress syndrome, sepsis, kebutaan, dan
gangguan pencernaan.

G. Pencegahan
Upaya pencegahan serta pengendalian BBLR bisa dilakukan dengan beberapa
upaya yaitu memberikan pendidikan kesehatan yang cukup mengenai BBLR
kepada ibu hamil. Selain itu, dapat juga melakukan pengawasan dan pemantauan,
kemudian melakukan upaya pencegahan hipotermia pada bayi serta membantu
mencapai pertumbuhan normal. Adapun upaya lainnya seperti, melakukan terapi
tanpa biaya yang dapat dilakukan oleh ibu, mengukur status gizi ibu hamil,
melakukan perhitungan dan persiapan langkah–langkah dalam kesehatan
(Antenatal Care), serta melakukan pemantauan terhadap kondisi bayi sejak dalam
kandungan yang telah mengalami retardasi pertumbuhan interauterin (Novitasari,
dkk,2020)

H. Penatalaksanaan
1. Setelah bayi lahir dilakukan: (Manuaba, 2012)
a. Tindakan Umum
1) Membersihkan jalan nafas.
2) Mengusahakan nafas pertama dan seterusnya.
3) Perawatan tali pusat dan mata
b. Tindakan Khusus
1) suhu tubuh dijaga pada 36,5-37,5 °C pengukuran aksila, pada bayi
baru lahir dengan umur kehamilan 35 minggu perlu perhatian ketat,
bayi dnegan BBL 2000 gram dirawat dalam inkobator atau dengan
boks kaca menggunakan lampu.
2) Awasi frekuensi pernafasan pada 24 jam pertama untuk mengetahui
sindrom aspirasi meconium.
3) Hitung frekuensi pernapasan jika, lebih dari 60 kali/menit maka
lakukan foto thorax
4) Berikan oksigen sesuai dengan masalah pernafasan yang didapat.
5) Pantau sirkulasi dengan ketat (denyut jantung, perfusi darah, tekanan
darah).
6) Awasi keseimbangan cairan.
7) Pemberian cairan dan nutrrisi bila tidak ada masalah pernafasan dan
keadaan umum baik:
a) Berikan makanan dini early feeding untuk menghindari terjadinya
hipoglikemia.
b) Perikasa kadar gula darah 8-12 post natal.
c) Periksan reflex hisap dan menelan.
d) Motivasi pemberian ASI
e) Pemberian nutrisi intravena jika ada indikasi, nutrient yang dapat
diberikan meliputi; karbohidrat, lemak, asam amino, vitamin, dan
mineral.
f) Berikan multivitamin jika minum enternal bisa diberikan secara
kontinyu.
8) Tindakan pencegahan infeksi:
a) Cara kerja aseptic, cuci tangan sebelum dan sesudah memegang
bayi
b) Mencegah terlalu banyak bayi dalam satu ruangan.
c) Melarang petugas yang menderita infeksi masuk ke tempat bayi
dirawat.
d) Pemberian antibiotic sesuai dengan pola kuman.
e) Membatasi tindakan seminimal mungkin.
9) Mencegah perdarahan berikan vitamin K 1 mg dalam sekali pemberian
(Slamet, B. 2018)
I. Pemeriksaan Penunjang
1. Radiologi
a. Foto thoraks/baby gram pada bayi baru lahir dengan usia kehamilan
kurang bulan, dapat dimulai pada umur 8 jam.
b. USG kepala terutama pada bayi dengan usia kehamilan 35 minggu
dimulai pada umur 2 hari,
2. Laboratorium
a. Darah rutin.
b. Gula darah (8-12 jam post natal).
c. Analisa gas darah.
d. Elektrolit darah (k/p)
e. Tes kocok/shake test
Interpretasi:
1) (+) : Bila terdapat gelembung-gelembung yang membentuk cincin.
Artinya surfaktan terdapat dalam paru dengan jumlah cukup.
2) (-) : Bila tidak ada gelembung berarti tidak ada surfaktan.
3) Ragu : Bila terdapat gelembung tapi tidak ada cincin. (Slamet, B.
2018)

J. Kaijian Integrasi Keislaman

Dalam al-Qur’an pada ayat ini dilengkapi dengan kriteria halal bagi

makan itu sendiri sebagai anjuran kebaikan kepada manusia dalam berkehidupan

sosial, dijelaskan pada QS al-baqarah/2 : 168.

ۡ‫ت ٱل َّش ۡي ٰطَ ۚ ِن إِنَّهۥُ لَ ُكم‬ ْ ‫ض َح ٰلَاٗل طَيِّبٗ ا َواَل تَتَّبِع‬


ِ ‫ُوا ُخطُ ٰ َو‬ ‫أۡل‬ ْ ُ‫ٰيَٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ُكل‬
ِ ‫وا ِم َّما فِي ٱ َ ۡر‬
١٦٨ ‫ين‬ ٌ ِ‫ ّو ُّمب‬ٞ ‫َع ُد‬
Terjemahnya:
‘’Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di
bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena
sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu’’.
Begitu pentingnya makanan yang sehat bagi manusia sampai-sampai

Allah banyak berfirman tentang makanan secara khusus, hal ini menunjukan

bahwa Islam mengatur agar manusia mengomsumsi makanan yang baik untuk

badannya yakni menyehatkan dan tidak menimbulkan penyakit, sehubungan

dengan ini Allah berfirman pada QS. al-Baqarah/2: 172.

َ‫ ُدون‬Ž ُ‫ُوا هَّلِل ِ إِن ُكنتُمۡ إِيَّاهُ ت َۡعب‬ ۡ ‫ا َرزَ ۡق ٰنَ ُكمۡ َو‬ŽŽ‫ت َم‬
ْ ‫ ُكر‬Ž ‫ٱش‬ ْ Žُ‫ا ٱلَّ ِذينَ َءا َمن‬ŽŽَ‫ٰيَٓأَيُّه‬
ْ Žُ‫وا ُكل‬Ž
ِ َ‫وا ِمن طَيِّ ٰب‬Ž
١٧٢
Terjemahnya:
‘’Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang
Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya
kepada-Nya kamu menyembah’’.
Dua ayat ini menunjukan bahwa manusia harus memilih makanan yang

halal lagi baik. dalam al-Qur’an kata makanan disebutkan sebanyak 48 kali,

dilafalkan dengan t{a’a>m. lafal ini dapat diartikan sebagai makanan dan

minuman yang dapat dicicipi dan dirasakan. Makanan umumnya berbentuk padat

dan minuman berbentuk cair, makanan yang halal adalah makanan yang diizinkan

untuk dikomsumsi menurut aturan hukum Islam. Adapun t{ayyib terkait dengan

kebutuhan fisik manusia seperti kebutuhan energi dan kesehatan. Maka makanan

yang baik menurut ayat ini adalah makanan yang memberikan cukup energi

(kalori) dan mampu menjaga kesehatan dan pertumbuhan serta tidak

menimbulkan penyakit, baik dalam jangka pendek maupun jangka waktu panjang

(Pantashihan, 2013)
Sekali lagi perlu digaris bawahi, bahwa perintah ini ditujukan kepada

seluruh manusia, percaya kepada Allah atau tidak. Seakan-akan Allah berfirman:

Wahai orang-orang kafir, makanlah yang halal, bertindaklah sesuai dengan

hukum, karena itu bermanfaat untuk kalian dalam kehidupan dunia kalian. Namun

demikian, tidak semua makanan yang halal otomatis baik. Karena yang dinamai

halal terdiri dari empat macam: wajib, sunnah, mubah dan makruh. Aktivitas pun

demikian. Ada aktivitas yang walaupun halal, namun makruh atau sangat tidak

disukai Allah, seperti misalnya pemutusan hubungan. Selanjutnya tidak semua

yang halal sesuai dengan kondisi masing-masing. Ada halal yang baik buat si A

yang memiliki kondisi kesehatan tertentu, dan ada juga yang kurang baik

untuknya, walau baik buat yang lain. Ada makanan yang halal, tetapi tidak

bergizi, dan ketika itu ia menjadi kurang baik (Shihab, 2002). Yang diperintahkan

oleh ayat di atas adalah yang halal lagi baik begitupun termasuk dalam penjelasan

ayat ini adalah makanan yang banyak mengandung kalori dan memberi kesehatan

bagi tubuh seperti sayur-sayuran dan buah-buahan.

Dalam Al-qur’an surah al-baqarah ayat 60 berpesan bahwa sebagai umat

manusia harus menjaga kelestarian alam dan memelihara kebersihan lingkungan.

Karena tidak jarang orang yang mendapatkan kenikmatan lupa diri dan

melupakan Allah swt sehingga terjerumus kedalam kedurhakaan (Shihab, 2002)


K. Path way
Faktor janin , Faktor Plasenta Faktor ibu Faktor lingkungan
Kelainankromosom, Hidramnion, Penyakit, usia ibu , Tempat tinggal di
Infeksi janin Plasenta Previa, Keadaan gizi ibu dataran, tinggi
kronik(inklusi Solution plasenta, saat hamil, Keadaan Terkena radiasi, serta
sitomegali,rubella Kehamilan kembar sosial dan ekonomi terpapar zat beracun
bawaan), Gawat janin

BBLR

Manifestasi klinis BBLR Berat badan kurang dari 2500 gram,masa


gestasi kurang dari 37 minggu, kulit tipis, transparan, lanugo banyak,
dan lemak subkutan sedikit, pergerakan kurang dan lemah, pernafasan
belum teratur, dan sering mendapatkan serangan apnea.

Organ pencernaan Pertumbuhan dinding Sedikitnya lemak Sistem imun yang


dada belum dibawah jaringan belum matang
sempurna kulit
Peristaltik belum
sempurna Penurunan daya
Vaskuler paru Kehilangan panas tahan tubuh
immature melalui kulit
Kurangnya
kemampuan untuk
mencerna makanan Risiko infeksi
Peningkatan kerja Peningkatan
nafas kebutuhan kalori
Refleks menghisap
dan menelan belum Pola nafas tidak
berkembang dengan efektif Sistem termogulasi
baik yang immature

Risiko defisit nutrisi Hipotermi


BAB II
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas klien
b. Identitas orang tua
c. Identitas saudara kandung
2. Keluhan utama
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
b. Riwayat kesehatan masa lalu
1) Pre natal care
2) Natal
3) Post natal
c. Riwayat kesehatan keluarga
4. Riwayat imunisasi
5. Riwayat tumbuh kembang
a. Pertumbuhan fisik
b. Perkembangan tiap tahap
6. Riwayat nutrisi
a. Pemberian ASI
b. Pemberian susu formula
c. Pola perubahan nutrisi tiap tahapan usai sampai nutrisi saat ini
7. Riwayat psichososial
a. Tempat tinggal
b. Lingkungan rumah
c. Apakah rumah dekat sekolah dan ada tempat bermain
d. Hubungan antara anggota keluarga
e. Pengasuh anak
8. Riwayat spritural
a. Support system dalam keluarga
b. Kegiatan keagamaan
9. Reaksi hipotalisasi
10. Aktivitas sehari-hari
a. Nutrisi
b. Cairan sebelum sakit dan saat sakit
c. Eliminasi
d. Istirahat / tidur,
e. Personal hygiene
f. Aktivitas / mobilitas fisik
11. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum klien
b. Tanda-tanda vital
c. Antropometri
d. Sistem pernapasan
e. Sistem kardiovaskuler
f. Sistem pencernaan
g. Sistem indra
1) Mata
2) Hidung
3) Telinga
h. Sistem saraf
1) Fungsi cerebra
2) Fungsi cranial : nervus 1 sampai nervus 12
3) Fungsi motorik
4) Fungsi sensori
5) Reflex bisep
i. Sistem muskuloskeletal
1) Kepala
2) Vertebra
3) Pelvis
4) Lutut
5) kaki dan tangan
j. Sistem integument : rambut, kulit, kuku
k. Sistem endokrin : kelenjar thyroid dan eksreasi urine
l. Sistem perkemihan
m. Sistem reproduksi
Sistem imunisasi Riwayat alergi
12. Pemeriksaan tingkat perkembangan
a. 0 – 6 Dengan menggunakan DSST
1) Motorik dasar
2) Motorik halus
3) Bahasa
4) Personal sosial

B. Diagnosa Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif
2. Hipovolemia
3. Deficit nutrisi
4. Menyusui tidak efektif
5. Risiko disorganisasi perilaku bayi
C. Intervensi Keperawatan
No Diagnosis Rencana tindakan
Luaran keperawatan
keperawatan (intervensi)
1 Gangguan Setelah dilakukan Pemantauan respirasi
Pertukaran Gas intervensi selama …. Jam Observasi
maka pola napas membaik a. Palpasi kesimetrisan
dengan kriteria hasil : ekspansi paru
a. Ventilasi segment b. Auskultasi bunyi napas
membaik c. Monitor saturasi oksigen
b. Kapasitas vital d. Monitor nilai AGD
membaik e. Monitor hasil x-ray thoraks
c. Frekuensi napas Terapeutik
membaik a. Atur interval pemantuan
d. Tekanan ekspirasi respirasi sesuai kondisi
membaik pasien
e. Tekanan inspirasi b. Dokumentasikan hasil
membaik pemantauan
Edukasi
a. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
b. Informasikan hasil
pemantauan
(SIKI 2018)
2 Hipovolemia Setelah dilakukan Manajemen hipovolemia
intervensi selama ….. jam, Observasi
maka status cairan a. Periksa tanda dan gejala
membaik membaik dengan hipovolemia
kriteria hasil: b. Monitor intake dan output
a. Turgor kulit meningkat cairan
b. Frekuensi nadi Terapeutik
membaik a. Hitung kebutuhan cairan
c. BB membaik b. Berikan posisi modified
d. Intake cairan membaik trendelenbug
c. Berikan asupan cairan oral
Edukasi
a. Anjurkan memperbanyak
asupan cairan
b. Anjurkan menghindari
perubahan posisi mendadak
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian cairan
IV hipotonis
b. Kolaborasi pemberian cairan
koloid
3 Deficit nutrisi Setelah dilakukan Pemantauan nutrisi
intervensi selama ….. jam, Observasi:
maka fungsi a. Monitor berat badan
gastrointestinal membaik b. Monitor warna konjungtiva
dengan kriteria hasil: c. Monitor hasil pemeriksaan
a. Toleransi terhadap laboratorium
makanan meningkat Terapeutik
b. Nyeri abdomen a. Timbang BB
menurun b. Ukur antroprometik
c. Peristaltic usus komposisi tubuh
membaik c. Hitung perubahan BB
d. Atur interval pemantauan
sesuai dengan kondisi pasien
e. Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
a. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
b. Informasikan hasil
pemantauan
4 Menyusui Setelah dilakukan Edukasi orangtua : fase bayi
tidak efektif intervensi selama ….. jam, Obsevasi
maka status menelan baik a. Identifikasi pengetahuan dan
membaik dengan kriteria kesiapan orangtua belajar
hasil: tentang perawatan bayi
a. Reflek menalan Terapeutik
meningkat a. Berikan panduan tentang
b. Usaha menelan perubahan pola tidur bayi
meningkat selama tahun pertama
c. Gelisah menurun b. Motivasi orangtua untuk
d. Produksi saliva membaca dan berbicara
membaik untuk bayi
c. Lakukan kunjungan rumah
sebagai program
pemantauan dan
pendampingan pada
orangtua
Edukasi
a. Jelaskan kebutuhan nutrisi
bayi
b. Jelaskan keamanan dan
pencegahan cedera pada
bayi
c. Ajarkan keterampilan
merawat bayi baru lahir
d. Ajarkan cara merawat dan
mencegah ruam popok
e. Ajarkan stimulasi
perkembangan pada bayi
5 Risiko Setelah dilakukan Edukasi nutrisi bayi
disorganisasi intervensi selama ….. jam, Observasi :
perilaku bayi maka adaptasi neonates a. Identifikasi kesiapan dan
membaik dengan kriteria kemampuan ibu atau
hasil: pengasuh menerima
a. BB meningkat informasi
b. Membrane mukosa b. Identifikasi kemampuan ibu
kuning menurun menyediakan nutrisi
c. Prematuritas menurun Terapeutik
d. Aktivitas ekstermitas a. Sediakan materi dan media
membaik pendidikan kesehatan
b. Jadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai
kesepakatan
c. Berikan kesempatan untuk
bertanya
Edukasi
a. Jelaskan tanda-tanda rasa
lapar
b. Anjurkan perilaku PHBS
c. Ajarkan memilih makanan
sesuai dengan usia bayi
d. Anjurkan tetap memberikan
asi pada bayi saat sakit
DAFTAR PUSTAKA

Ani Triana, dkk. (2015). Buku Ajar Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal Dan
Neonatal cetakan 1. Yogyakarta: Deepublish
Atikah Proverawati dan Cahyo Ismawati. (2010). Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
Yogyakarta: Nuha Medika
Bansal, C., Agrawal, R., Sukumaran, T. (2013). IAP Textbook of Pediatrics. New
Delhi : Jaypee Brothers Medical Publishers (P) Ltd.
Mochtar, R. (2012). Sinopsis Obstetri Obstetri Fisiologi Obstetri Patologi Jilid
1.Jakarta: EGC
Novita. (2019). Prognosis Berat Badan Lahir Rendah. Artikel Alomedika
Maryunani A, Puspita E. (2013). Asuhan Kegawatan Maternal dan Neonatal. Jakarta:
TIM
Manuaba. (2012). Pencegahan BBLR. EGC : Jakarta
Pantiawati. (2010). Bayi dengan BBLR. Yogyakarta :Nuha Medika

Pantashihan, M. al-Q. L. (2013). Makanan dan Minuman dalam Prespektif al-Qur’an


dan Sains. Jakarta.
Saputra, Lyndon. (2014) Asuhan Neonatus Bayi Dan Balita. Tanggerang:Bina
Aksara.
Slamet, B. (2018). Golden Periode Bayi BBLR hanya 1 jam, Jawa Pos, : Surabaya

Shihab, M. Q. (2002). Tafsir al-Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an


Jilid 2. Jakarta: Lentara Hati.
Tim Pokja Sdki PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.Jakarta
Selatan.

Tim Pokja Siki PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.Jakarta


Selatan.
Tim Pokja Slki PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan

Tjin Willy. (2018). Kemenkes (Berat Badan Lahir Rendah)


Wong. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Edisi 6. Jakarta : EGC
Depertemen Keperawatan Anak

ASUHAN KEPERAWATAN PADA By. Ny. D DENGAN DIAGNOSA BBLR DI


RUANG PERAWATAN NICU RUMAH SAKIT LABUNG BAJI MAKASSAR

DISUSUN OLEH:
NERS XVIII
KELOMPOK C DAN D
Mulyana Anwar, S.Kep (70900120031) Ulfa Wildana Hasan, S.Kep (70900120032)
Islamiah, S.Kep (70900120036) Nurul Awaliah, S.Kep (70900120027)
Umrah, S.Kep (70900120038) Muslimin A, S.Kep (70900120030)

PERSEPTOR LAHAN PERSEPTOR INSTITUSI

( ) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XVIII


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2021
ASUHAN KEPERAWATAN By. Ny. D DENGAN DIANOSA MEDIS BERAT
BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RUANG NICU RSUD LABUANG BAJI
A. Pengkajian
1. Biodata
a. Data Bayi
Nama Bayi : By. G
BB/PB : 1500gr/ 40 cm
Jenis Kelamin : Laki-laki
Apgar Score : Skor 9
Tanggal Lahir : Jumat, 25 Juni 2021
b. Data Orangtua
Nama Ibu : Ny. D Nama Suami : Tn. F
Umur : 31 tahun Umur : 40 Tahun
Pendidikan : SMA Pendidikan : S1
Alamat : Hertasning Baru Alamat : Hertasning baru
2. Pengkajian Fisik Neonatus
a. Pengkajian Nyeri Berdasarkan Neonatal/Infant Pain Scale (NIPS)
1) Ekspresi wajah
Otot wajah nampak tegang, alis kadang mengerut. Nilai : 1
2) Menangis
Tenang, tidak menangis. Nilai :0
3) Pola pernafasan
Pola nafas tidak teratur. Nilai : 1
4) Lengan
Relaks, otot tanan tidak kaku, kadang bergerak tak karutan. Nilai : 0
5) Kaki
Relaks, otot kaki tidak kaku, kadang bergerak tak karutan. Nilai : 0
6) Kesadaran
Rewel, gelisah. Nilai : 1
Total Score : 3 . Jika score ≤3, maka bayi tidak merasakan nyeri
b. Penilaian Ballard’s Score
1) Penilaian Maturitas Neuromaskuler
Postur :4
Square window :1
Arm recoil :2
Poplitea angle :4
Scarf sign :1
Heel to ear :2
2) Penilaian Maturitas Fisik
a) Kulit
Lembut, licin, merah muda, vena membayang. Nilai: 1
b) Lanugo
Menipis. Nilai: 2
c) Garis Plantar
Garis merah tipis. Nilai: 1
d) Payudara
Areola datar. Nilai: 1
e) Mata / Telinga
Kelopak mata terbuka, pinna datar, tetap terlipat. Nilai: 0
f) Genitalia Laki-laki
Testis Pendulum, rugae dalam. Nilai: 4
Total Score : 22. Usia gestasi 33 minggu
c. Refleks
Sucking reflex (√ ), Grasping reflex (-), Rooting reflex (√), Reflex
moro (√ ), Babinski reflex (√ ), Swallowing reflex (- ), Breathing reflex
(√ ), Eyeblink reflex (√ ), Puppilary reflex (√ ), Reflex tonic neck ( ),
Reflex tonic labyrinthine/labirin (√ ), Reflex Crawling (√)
d. Tonus aktifitas
1) Aktif ( ), Tenang (√ ), Letargie ( ), Kejang ( )
2) Menangis keras ( ), Lemah (√ ), Melengking ( ), Sulit menangis ( )
Tambahan data: tangisan bayi lemah
e. Kepala/ Leher
1) Fontanel Anterior : Lunak (√ ), Tegas ( ), Datar ( ), Menonjol ( ),
Cekung ( )
2) Sutura Sagitalis : Tepat (√ ), Terpisah ( ), Menjauh ( )
3) Gambaran Wajah : Simetris (√ ), Asimetris ( )
4) Molding Caput Succedanum ( - ), Cephalohematoma ( - )
f. Mata
Bersih ( √ ), Sekresi ( )
Tambahan data: Mata simetris antara kiri kanan
g. THT
1) Telinga : Normal (√ ), Abnormal ( )
2) Hidung : tidak ada sekret
Tambahan data: Terpasang alat bantu CPAP
h. Abdomen
1) Lunak (√ ), Tegas ( ), Datar ( ), Kembung ( )
2) Lingkar perut : 25 cm
3) Liver : kurang 2 cm (√ ), lebih 2 cm ( )
Tambahan data : Nampak terpasang OGT, reflex mengisap masih lemah
i. Thoraks
1) Simetris (√ ), Asimetris ( )
2) Retraksi dada (√ ), tidak ada ( )
3) Klavikula normal (√ ), abnormal ( )
j. Paru-paru
1) Suara nafas kanan kiri sama (√ ), tidak sama ( )
2) Bunyi nafas di semua lapang paru-paru terdengar (√ ), tak terdengar
( ), menurun ( )
3) Suara nafas bersih (√ ), ronchi ( ), rales ( ), sekresi ( )
4) Respirasi spontan ( ), alat bantu : CPAP
Tambahan data: Perawat mengatakan CPAP terpasang pada tanggal 25
k. Jantung
1) Bunyi normal sinus rhtym (NSR) ( ), frekuensi : 45x/menit
2) Murmur ( -), Gallop (- )
3) Waktu pengisian kapiler : < 3 detik
l. Ekstremitas
1) Gerakan bebas (√ ), ROM terbatas ( ), tidak terkaji ( )
2) Nampak hitam pada ujung jari (sianosis).
m. Nadi
Nadi Keras Lemah Tidak ada
Perifer √
Brakial kanan √
Brakial kiri √
Femoral kanan √
Femoral kiri √
n. Umbilikus
1) normal (√ ), abnormal ( )
2) inflamasi ( ), drainage ( )
o. Genital
Perempuan normal ( ), laki-laki normal (√ ), abnormal ( )
p. Anus
Paten( √ ), Imperficerata ( )
q. Spina
Normal (√ ), Abnormal ( )

r. Kulit
a. Warna pink (√ ), pucat ( ), joundice ( ), sianosis pada kuku ( ),
sirkumoral ( ), periorbital ( ), seluruh tubuh ( )
b. Kemerahan (rash) ( )
c. Tanda lahir : Tidak ada
Tambahan data : Kulit berwarna kemerahan
s. Suhu
1) Lingkungan : penghangat radian ( ), pengaturan suhu ( ), inkubator
(√), suhu ruangan (√ ), boks terbuka ( )
2) Suhu : 36 °C

3. Riwayat Pranatal (Anc)


a. Jumlah kunjungan : 3 kali
b. Bidan/ Dokter : Dokter
c. Pend.kes yang didapat : Tidak pernah
d. HPHT : ? - 12- 2020
e. Kenaikan BB selama hamil : 6 kg
f. Komplikasi obat : Tidak ada
g. Obat-obatan yang didapat : Vitamin zat besi
h. Pengobatan yang didapat : -
i. Riwayat hospitalisasi : Ibu klien mengatakan pernah di rawat untuk
SC anak pertama
j. Golongan darah ibu :O

4. Riwayat Persalinan (Intra Natal)


a. Awal persalinan : 25 Juni 2021
b. Lama persalinan : ± 1 jam dengan kontraksi kurang lebih 6-8 jam
c. Cara melahirkan : Sectio Caesar
d. Komplikasi persalinan : Tidak ada
e. Terapi yang diberikan :-
f. Jenis dan jumlah :-
g. Lama pemberian :-
h. Jumlah cairan ketuban :-
i. Anastesi yang diberikan : -
j. Ada/tidak mekonium :-

5. Riwayat Post Natal


a. Penilaian score down pada bayi :
Pemeriksaan 0 1 2
Frekuensi
- 64x/menit -
nafas
Retraksi - Retraksi ringan -
Sianosis Tidak sianosis - -
Udara masuk
Air entry - -
bilateral
Merintih Tidak merintih - -
Total score : 2. Tidak ada gawat nafas
b. Usaha napas dengan bantuan : Dengan bantuan menggunakan CPAP
c. Apgar score : Menit pertama ( 5 ), menit kelima ( 9 )
d. Kebutuhan resusitasi : Tidak ada
e. Kebutuhan nutrisi : ASI melalui OGT
f. Adanya trauma lahir ( - ) Adanya narcosis ( - )
g. Keluarnya urin (√ )
h. BAB (√ )

6. Riwayat Sosial
a. Struktur keluarga (genogram)
6

Keterangan :
: Laki-laki : Garis Pernikahan
: Perempuan : Garis Keturunan
: Klien : Meninggal
G1 : Kakek dan nenek dari Ibu klien telah meninggal akbat penyakit yang
tida diketahui, sedangkan Kakek dan Nenek dari Ayah klien masih sehat.
G2 : Ibu klien merupakan anak kedua dari dua bersaudara dan sebelumnya
tidak pernah melahirkan secara prematur/ tidak cukup bulan, sedangkan
Ayah klien anak kelima dari enam bersaudara.
G3 : Klien adalah anak kedua dari 2 bersaudara dan sekarang sedang
terdianosis BBLR
b. Budaya :
a. Suku : Bugis
b. Agama : Islam
c. Bahasa utama : Indonesia
c. Perencanaan makanan bayi :Belum merencanakan
d. Problem sosial yang penting : Tidak ada
e. Hubungan orangtua dan bayi : Baik
f. Orang terdekat yang dapat dihubungi : Keluarga
g. Respon :
a. Orangtua berespon terhadap penyakit bayi : Ya (√ ), Tidak ( )
b. Orangtua berespon terhadap hospitalisasi : Ya (√ ), Tidak ( )

7. Test Diagnostik
a. Laboratorium
Tanggal pemeriksaan 01-07-2021
Jenis
Hasil Rujukan Satuan
pemeriksaan
Kimia Darah
Bilirubin total 5.54 <1.0 mg/dL
Bilirubin direk 0.37 <0.2 Mg/ dL
Kesan : Hiperbilirubinemia
b. Echocardiography
Tanggal pemeriksaan 05-07-2021
a. Fungsi LV baik
b. Fungsi RV baik
c. Katup aorta 3 cupis kalsifikasi fungsi normal
d. Katup mitral dalam batas normal
e. Katup trikuspid regurgitasi trikuspid sedang
f. Katup pulmonal dalam batas normal

8. Terapi Saat Ini


a. Terpasang oksigen dengan menggunakan CPAP
b. Terapi IVFD Dextrose 6 tts/menit
c. Cefotaxime 3 x 100 mg
d. Gentacimine 1 x 8 mg
e. Apialys 1 x 0,2 ml

DATA FOKUS
Data Subyektif Data Obyektif
1. Ibu pasien mengatakan saat ingin 1. Terpasang oksigen dengan
melahirkan tidak pernah di menggunakan CPAP
lakukan penyuntikan pematangan 2. TTV :
paru HR : 139 x/m
RR : 45 x/m
S : 36 ’C
CRT < 3detik
3. Pasien nampak sianosis pada
ujung jari tangan dan kaki
4. Nampak terpasang OGT untuk
minum
5. BB Lahir: 1500 gr
6. BB Sekarang: 1300 gr
7. Terpasang IVFD
8. Retraksi dada ringan
9. Bayi rawat inkubator
10. Kulit berwarna kemerahan
11. Tangisan lemah
12. Total skor NIPS: 2
13. Total score down: 2
14. Nampak rewel dan gelisan
15. Nampak pola nafas tidak teratur

ANALISA DATA
N
DATA ETIOLOGI PROBLEM
O
1. DS: Ketidakmampuan paru-paru Gangguan
a. Ibu pasien mengembang,alveolus
mengatakan saat imatur,kelainan di dalam dan
ingin diluar paru-paru,lahir prematur
melahirkan
tidak pernah di Gang.endothelium
lakukan alveolac
penyutikan
pematangan PO2 menurun
paru
DO: Usaha nafas meningkat
a. Terpasang
oksigen dengan Menurunnya ventilasi dan CO2
menggunakan meningkat
CPAP
b. TTV : Tekanan darah arteri menurun
pertukaran gas
HR : 139 x/m
RR : 45 x/m Atelektasis alveoli,edema
T: 36 ’C dan kerusakan sel
Crt < 3detik
c. Retraksi dada Kebocoran serum protein ke
ringan dalam alveoli
d. Pasien nampak
sianosis pada Kekurangan surfaktan
ujung jari
tangan dan kaki Kolaps pada paru-paru
Paru-paru menjadi kaku

Sesak nafas

Gangguan pertukaran gas


2. DS: Peristaltik belum sempurna
DO:
a. Nampak Kurangnya kemampuan untuk
terpasang OGT mencerna makanan
untuk minum Defisit nutrisi
b. BB Lahir: 1500 Refleks menghisap dan menelan
gr belum berkembang dengan baik
c. BB Sekarang:
1300 gr Defisit Nutrisi
3. DS: Sistem termoregulasi Risiko
DO: Hipotermia
a. Bayi rawat Pusat termoregulasi belum
inkubator sempurna
b. Nampak
berwarna Kontrol suhu menurun
kemerahan
c. Tangisan lemah Bayi tidak mampu menggigil
d. T: 36,7’C
Suhu tubuh menurun

Risiko Hipotermia

B. Diagnosis Keperawatan
No Diagnosis Keperawatan
1. Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan imaturitas neurologis
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
3. Risiko Hipotermia berhubungan dengan berat badan lahir rendah
C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Luaran
No. Intervensi Keperawatan Rasional
Keperawatan Keperawatan
1. Gangguan Setelah dilakukan Observasi
Pertukaran Gas tindakan 1. Monitor vital sign (nadi, 1. Untuk mengetahui keadaan umum
keperawatan selama RR) pasien.
3x24 jam, 2. Monitor frekuensi, irama, 2. Distress pernapasan dan perubahan
diharapkan kedalaman dan upaya pada tanda vital dapat terjadi sebagai
Gangguan napas akibat dari diafragma yang menekan
Pertukaran Gas paru-paru.
kembali efektif. 3. Monitor saturasi oksigen 3. Mengetahui adanya perubahan nilai
SaO2
Kriteria Hasil : 4. Auskultasi bunyi napas 4. Mengetahui adanya bunyi napas
a. Gangguan tambahan
Pertukaran Gas 5. Monitor nilai AGD 5. Untuk mengetahui fungsi dari organ
membaik paru
b. Rasa gelisah Terapeutik
menurun 1. dokumentasi hasil 1. Sebagai catatan perawat
c. Sianosis pemantauan
membaik
Edukasi
1. Jelaskan hasil pemantauan, 1. Sebagai bentuk dalam meningkatkan
jika perlu pengetahuan keluarga pasien, dan
mengetahui tujuan dari dilakukannya
pemantauan
2. Defisit nutrisi Setelah dilakukan Observasi
tindakan 1. Identifikasi status nutrisi 1. Mengetahui status nutrisi terkini
keperawatan selama pasien serta masalah dalam
3x24 jam, pemenuhan nutrisi pasien

Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XVIII


diharapkan nutrisi 2. Identifikasi alergi makanan 2. Mengetahui jenis makanan yang
pasien membaik dan intoleransi makanan dapat menimbulakan alergi pada
pasien dan hambatan pasien dalam
Kriteria Hasil : pemenuhan nutrisi
a. Berat badan 3. Monitor asupan makanan 3. Mengetahui jenis dan jumlah
meningkat makanan yang dikonsumsi pasien
b. Refleks hisap Terapeutik
dan menelan 1. Menimbang berat badan 1. Mengetahui perkembangan
adekuat setiap hari penambahan berat badan bayi
2. Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
2. Berikan ASI
bayi, nutrisi yang sedikit tapi sering
untuk lambung yang belum matur
Edukasi
1. Ajarkan ibu cara 1. Mencegah kerusakan ASI untuk
menyiapkan ASI yang mencukupi kebutuhan nutrisi bayi
benar
2. Anjurkan cara 2. Memudahkan proses mencerna
memposisikan pasien makanan
setelah makan/minum susu

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian 1. Membantu pasien dalam
medikasi sebelum makan, menghabiskan makanan
jika perlu
3. Resiko Setelah dilakukan Observasi
Hipotermia tindakan 1. Monitor suhu tubuh 1. untuk mengetahui suhu tubuh
keperawatan selama 2. Identifikasi penyebab 2. untuk memantau suhu tubuh klien
3 x 24 jam hipotermia
diharapkan Resiko (misalnya:terpapar suhu

Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XVIII


Hipotermia menurun lingkungan rendah,
pakaian tipis, kerusakan
Kriteria hasil : hipotalamus, penurunan
a. Kemerahan laju metabolisme,
menurun kekurangan lemak
subkutan)
3. Monitor tanda dan gejala 3. untuk mengetahui gejala yang
akibat hipotermia timbul.
(hipotermia ringan
:takipnea,disartria,
menggigil,hipertensi,
diuresis; hipotermia
sedang :aritmia, hipotensi,
apatis,koagulopati, refleks
menurun; hipotermia
berat : oliguria, refleks
menghilang, edema paru,
asam basa abnormal
Terapeutik
1. sediakan lingkungan yang 1. Untuk menjaga kehangatan bayi
hangat
2. ganti pakaian/linen yang 2. Agar bayi merasa nyaman,
basah kelembapan terjaga dan hangat
3. lakukan penghangatan 3. Agar suhu tubuh berada pada
pasif (mis. selimut, rentang normal dan kehangatan bayi
menutup kepala, pakaian terjaga.
tebal)

Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XVIII


D. Implementasi Keperawatan
Diagnosa Hari/Tanggal
No Implementasi Nama Jelas
Keperawatan Jam
1. Gangguan Selasa, 6 Juli 2021
pertukaran gas 12.00 1. Memonitor TTV Mulyana Anwar
Hasil :
HR : 140 x/m
RR : 48 x/m
Suhu: 36’C
CRT < 3detik
12.10 2. Memonitor saturasi oksigen Mulyana Anwar
Hasil: SPO2: 97
12.20 3. Mempertahankan kepatenan jalan Mulyana Anwar
nafas
Hasil : Retraksi dada ringan
12.25 4. Auskultasi bunyi nafas Muslimin. A
Hasil : Bunyi nafas vesikuler
12.27 5. Memonitor irama nafas Muslimin. A
Hasil : Irreguler
17.19 6. Memonitor TTV Islamiah
Hasil :
HR : 135x/menit
RR : 52x/menit
Suhu : 36,1ºC
CRT <3 dtk
17.25 7. Auskultasi bunyi nafas Umrah
Hasil : Bunyi nafas vsikuler
17.26 8. Memonitor irama nafas Umrah
Hasil : Irreguler

Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XVIII


Rabu, 7 Juli 2021
00.30 1. Memonitor TTV Ulfa Wildana Hasan
Hasil:
HR : 130x/menit
RR : 38x/menit
Suhu : 36,6ºC
CRT <3 dtk
00.45 2. Auskultasi bunyi nafas Ulfa Wildana Hasan
Hasil : Bunyi nafas vesikuler
00.46 3. Memonitor irama nafas Ulfa Wildana Hasan
Hasil : Irreguler
04.58 4. Memonitor TTV Nurul Awaliah
Hasil:
HR : 145x/menit
RR : 53x/menit
Suhu : 36,5ºC
CRT <3 dtk
05.10 5. Auskultasi bunyi nafas Nurul Awaliah
Hasil : Bunyi nafas vesikuler
05.13 6. Memonitor irama nafas Nurul Awaliah
Hasil : Irreguler
12.08 7. Memonitor vital sign Umrah
Hasil :
HR : 139x/m
RR : 44x/m
S : 36,6°C
CRT < 3 detik
12.10 8. Melakukan pemantauan saturasi Islamiah
oksigen

Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XVIII


Hasil: SPO2 : 96
12.18 9. Auskultasi bunyi napas Umrah
Hasil : Bunyi nafas vesikuler
12.20 10. Memonitor irama nafas Umrah
Hasil : Irreguler
17.00 11. Memonitor vital sign Ulfa Wildana Hasan
Hasil :
HR : 110x/m
RR : 71x/m
S : 36,6°C
CRT < 3 detik
17.05 12. Melakukan pemantauan saturasi Ulfa Wildana Hasan
oksigen
Hasil: SPO2 : 96
17.10 13. Auskultasi bunyi napas Nurul Awaliah
Hasil : Bunyi nafas vesikuler
17.10 14. Memonitor irama nafas Nurul Awaliah
Hasil : Irreguler
Kamis, 8 Juli 2021
00.05 1. Memonitor vital sign Mulyana Anwar
Hasil :
HR : 140x/m
RR : 50x/m
S : 36,5°C
CRT < 3 detik
00.10 2. Melakukan pemantauan saturasi Mulyana Anwar
oksigen
Hasil: SPO2 : 95
00.15 3. Auskultasi bunyi napas Mulyana Anwar

Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XVIII


Hasil : Bunyi nafas vesikuler
00.16 4. Memonitor irama nafas Mulyana Anwar
Hasil : Irreguler
05.30 5. Memonitor vital sign Mulyana Anwar
Hasil :
HR : 141x/m
RR : 30x/m
S : 36,5°C
CRT < 3 detik
05.40 6. Melakukan pemantauan saturasi Mulyana Anwar
oksigen
Hasil: SPO2 : 95
05.45 7. Auskultasi bunyi napas Mulyana Anwar
Hasil : Bunyi nafas vesikuler
05.48 8. Memonitor irama nafas Mulyana Anwar
Hasil : Irreguler
11.53 9. Memonitor vital sign Muslimin. A
Hasil :
HR : 139x/m
RR : 44x/m
S : 36,7°C
CRT < 3 detik
11.54 10. Melakukan pemantauan saturasi Muslimin. A
oksigen
Hasil: SPO2 : 95
11.58 11. Auskultasi bunyi napas Islamiah
Hasil : Bunyi nafas vesikuler
12.00 12. Memonitor irama nafas Islamiah
Hasil : Irreguler

Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XVIII


17.30 13. Memonitor vital sign Ulfa Wildana Hasan
Hasil :
HR : 139x/m
RR : 41x/m
S : 36,6°C
CRT < 3 detik
17.35 14. Melakukan pemantauan saturasi Ulfa Wildana Hasan
oksigen
Hasil: SPO2 : 95
17.40 15. Auskultasi bunyi napas Nurul Awaliah
Hasil : Bunyi nafas vesikuler
17.41 16. Memonitor irama nafas Nurul Awaliah
Hasil : Irreguler
2. Defisit nutrisi Selasa, 6 Juli 2021
06.30 1. Penimbangan berat badan Ulfa Wildana Hasan
Hasil : 1300 gr
09.45 2. Menyiapkan ASI Muslimin. A
Hasil : ASI yang disiapkan sebanyak
10 cc
10.00 3. Pemberian ASI Muslimin. A
Hasil : Pemberian ASI sebanyak 10
cc melalui OGT
13.00 4. Menyiapkan ASI Muslimin. A
Hasil : ASI yang disiapkan sebanyak
10 cc
13.15 5. Pemberian ASI Muslimin. A
Hasil : Pemberian ASI sebanyak 10
cc melalui OGT
16.25 6. Menyiapkan ASI Umrah

Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XVIII


Hasil : ASI yang disiapkan sebanyak
10 cc
16.40 7. Pemberian ASI Umrah
Hasil : Pemberian ASI sebanyak 10
cc, 4 cc melalui cup dan 6 cc melalui
OGT
19.50 8. Menyiapkan ASI Umrah
Hasil : ASI yang disiapkan sebanyak
8 cc
20.02 9. Pemberian ASI Islamiah
Hasil : Pemberian ASI sebanyak 8 cc
melalui OGT
22.20 10. Menyiapkan ASI Islamiah
Hasil : ASI yang disiapkan sebanyak
16 cc
22.30 11. Pemberian ASI Islamiah
Hasil : Pemberian ASI sebanyak 16
cc. 6 cc melalui cup botol, 10 cc
melalui OGT
Rabu, 7 Juli 2021
01.53 1. Menyiapkan ASI Ulfa Wildana Hasan
Hasil : ASI yang disiapkan sebanyak
10 cc
02.00 2. Pemberian ASI Ulfa Wildana Hasan
Hasil : Pemberian ASI sebanyak 10
cc melalui OGT
06.55 3. Menyiapkan ASI Nurul Awaliah
Hasil : ASI yang disiapkan sebanyak
10 cc

Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XVIII


07.05 4. Pemberian ASI Nurul Awaliah
Hasil : Pemberian ASI sebanyak 10
cc melalui OGT
07.15 5. Penimbangan berat badan Nurul Awaliah
Hasil : Berat badan 1340 gram
13.10 6. Menyiapkan ASI Islamiah
Hasil : ASI yang disiapkan sebanyak
15 cc
13.15 7. Pemberian ASI Umrah
Hasil : Pemberian ASI sebanyak 15
cc. 5 cc melalui cup botol, 10 cc
melalui OGT
16.00 8. Menyiapkan ASI Ulfa Wildana Hasan
Hasil : ASI yang disiapkan sebanyak
15 cc
16.15 9. Pemberian ASI Ulfa Wildana Hasan
Hasil : Pemberian ASI sebanyak 15
cc. 5 cc melalui cup botol, 10 cc
melalui OGT.
18.15 10. Menyiapkan ASI Nurul Awaliah
Hasil : ASI yang disiapkan sebanyak
15 cc
18.30 11. Pemberian ASI Nurul Awaliah
Hasil : Pemberian ASI sebanyak 15
cc. 5 cc melalui cup botol, 10 cc
melalui OGT.
21.50 12. Menyiapkan ASI Mulyana Anwar
Hasil : ASI yang disiapkan sebanyak
15 cc

Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XVIII


22.00 13. Pemberian ASI Mulyana Anwar
Hasil : Pemberian ASI sebanyak 15
melalui OGT.
Kamis, 8 Juli 2021
01.45 1. Menyiapkan ASI Mulyana Anwar
Hasil : ASI yang disiapkan sebanyak
20 cc
02.10 2. Pemberian ASI Mulyana Anwar
Hasil : Pemberian ASI sebanyak 20
cc melalui OGT.
06.30 3. Menyiapkan ASI Mulyana Anwar
Hasil : ASI yang disiapkan sebanyak
20 cc
06.45 4. Pemberian ASI Mulyana Anwar
Hasil : Pemberian ASI sebanyak 20
cc melalui OGT.
07.00 5. Menimbang berat badan Mulyana Anwar
Hasil : Berat badan 1340 gram
11.45 6. Melakukan teknik PMK (perawatan Muslimin. A
metode kangguru)
Hasil : Pasien nampak nyaman
11.50 7. Menganjurkan Ibu untuk memberikan Islamiah
ASI langsung kepada pasien.
Hasil : Pengeluaran ASI ada dan
refleks menghisap pasien kuat
16.00 8. Menyiapkan ASI Nurul Awaliah
Hasil : ASI yang disiapkan sebanyak
10 cc
16.10 9. Pemberian ASI Nurul Awaliah

Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XVIII


Hasil : Pemberian ASI sebanyak 10
cc melalui OGT.
20.16 10. Menyiapkan ASI Ulfa Wildana Hasan
Hasil : ASI yang disiapkan sebanyak
20 cc
20.30 11. Pemberian ASI Ulfa Wildana Hasan
Hasil : Pemberian ASI sebanyak 20
cc. 6 cc melalui cup botol, 14 cc
melalui OGT.
22.15 12. Menyiapkan ASI Mulyana Anwar
Hasil : ASI yang disiapkan sebanyak
25 cc
22.30 13. Pemberian ASI
Hasil : Pemberian ASI sebanyak 25 Mulyana Anwar
cc. 5 cc melalui cup botol, 20 cc
melalui OGT
3. Risiko Selasa, 6 Juli 2021
hipotermi 12.00 1. Monitor suhu tubuh Mulyana Anwar
Hasil : Suhu: 36ºC
12.10 2. Menyediakan lingkungan yang Muslimin. A
hangat
Hasil: pasien berada di dalam
12.15 incubator dan nampak tenang
3. Lakukan penghangatan pasif Muslimin. A
Hasil: Memakaikan pasien selimut
dan pasien nampak tenang
17.19 4. Monitor suhu tubuh Islamiah
Hasil : 36,1ºC
Rabu. 7 Juli 2021

Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XVIII


00.30 1. Monitor suhu tubuh Ulfa Wildana Hasan
Hasil : 36,6 ºC
04.58 2. Monitor suhu tubuh Nurul Awaliah
Hasil : 36,5 ºC
06.30 3. Mengganti pakaian/linen pasien Nurul Awaliah
Hasil : Pasien nampak nyaman
06.40 4. Lakukan penghangatan pasif Nurul Awaliah
Hasil: Memakaikan pasien selimut
dan pasien nampak tenang
07.00 5. Menyediakan lingkungan yang Ulfa Wildana Hasan
hangat
Hasil: pasien berada di dalam
incubator dan nampak tenang
12.08 6. Monitor suhu tubuh Umrah
Hasil : 36,6 ºC
17.00 7. Monitor suhu tubuh Ulfa Wildana Hasan
Hasil : 36,6 ºC
Kamis, 8 Juli 2021
00.05 1. Monitor suhu tubuh Mulyana Anwar
Hasil : 36,5 ºC
05.30 2. Monitor suhu tubuh Mulyana Anwar
Hasil : 36,5 ºC
06.25 3. Mengganti pakaian/linen pasien Mulyana Anwar
Hasil : Pasien nampak nyaman
06.35 4. Lakukan penghangatan pasif Mulyana Anwar
Hasil: Memakaikan pasien selimut
dan pasien nampak tenang
06.40 5. Menyediakan lingkungan yang Mulyana Anwar
hangat

Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XVIII


Hasil: pasien berada di dalam
incubator dan nampak tenang Muslimin. A
11.53 6. Monitor suhu tubuh
Hasil : 36,7 ºC Ulfa Wildana Hasan
17.30 7. Montor suhu tubuh
Hasil : 36,6ºC

Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XVIII


E. Evaluasi Keperawatan
Diagnosa
Hari/Tanggal Evaluasi
No Keperawata Nama Jelas
Jam (SOAP)
n
1. Gangguan Rabu, 7 Juli 2021
Pertukaran 07.30 S:- Ulfa Wildana Hasan
Gas O: Weaning CPAP diganti dengan oksigen &
kanul nasal ½ liter/menit, retraksi dada Nurul Awaliah
ringan, ujung jari sianosis, bunyi nafas
vesikuler, irama jantung irreguler
TTV :
HR : 145x/menit
RR : 53x/menit
Suhu : 36,5ºC
CRT <3 dtk
A : Gangguan Pertukaran Gas belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
Observasi :
1. Monitor TTV
2. Monitor irama jantung
3. Monitor saturasi oksigen
4. Auskultasi bunyi nafas
Kamis, 8 Juli 2021
07.30 S:- Mulyana Anwar
O : Tidak terpasang alat bantu oksigen, tidak
ada retraksi dada, sianosis ujung jari
menurun, bunyi nafas vesikuler, irama

Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XVIII


jantung irreguler
TTV:
HR : 141x/m
RR : 30x/m
S : 36,5°C
CRT < 3 detik
A : Gangguan pertukaran gas teratasi
P : Pertahankan kondisi pasien.
2. Defisit nutrisi Rabu, 7 Juli 2021
07.30 S:- Ulfa Wildana Hasan
O : Saat pasien diberikan ASI baik melalui cup &
botol maupun OGT, pasien tidak muntah, Nurul Awaliah
mukosa bibir kotor, BB 1340 gr
A : Defisit nutrisi belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
Terapeutik :
1. Penimbangan berat badan
2. Berikan ASI
Edukasi :
1. Anjurkan Ibu untuk memberikan ASI
kepada pasien
Kamis, 8 Juli 2021
07.30 S:- Mulyana Anwar
O : Saat pasien diberikan ASI baik melalui cup
botol maupun OGT, pasien tidak muntah,
mukosa bibir bersih, BB 1340 gr
A : Defisit nutrisi belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
Terapeutik :

Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XVIII


1. Penimbangan berat badan
2. Berikan ASI
Edukasi :
1. Anjurkan Ibu untuk memberikan ASI
kepada pasien
Jumat, 9 Juli 2021
07.30.00 S:- Mulyana Anwar
O : Saat pasien diberikan ASI baik melalui cup
botol maupun OGT, pasien tidak muntah,
mukosa bibir bersih, BB 1345 gr
A : Defisit nutrisi belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
Terapeutik :
1. Penimbangan berat badan
2. Berikan ASI
Edukasi :
1. Anjurkan Ibu untuk memberikan ASI
kepada pasien
3 Risiko Rabu, 7 Juli 2021.
Hipotermia 07.30 S: - Ulfa Wildana Hasan
O: Suhu : 36,5ºC, pasien berada di dalam &
incubator dan nampak tenang Nurul Awaliah
A: Risiko hipotermia belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Observasi:
1. Monitor suhu tubuh
Terapeutik
1. Menyedikan lingkungan yang hangat
(inkubator)

Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XVIII


2. Lakukan penghangatan pasif
(memakaikan pasien selimut dan
menutup kepala dengan kain.

Kamis, 8 Juli 2021


07.30 S: - Mulyana Anwar
O: Suhu : 36,5°C, pasien di dalam incubator
dan nampak tenang
A: Risiko hipotermi teratasi
P: Pertahankan kondisi pasien

Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XVIII


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Pengkajian keperawatan merupakan tahap awal dan landasan dalam proses
keperawatan, untuk itu diperlukan kecermatan dan ketelitian dalam menangani
masalah-masalah klien sehingga dapat menentukan tindakan keperawatan yang
tepat. Keberhasilan proses keperawaan sangat tergantung pada tahap ini
(Muttaqin, 2015). Pengkajian terdiri dari pengumpulan informasi subjektif dan
objektif dan peninjauan informasi riwayat klien pada rekam medik (Kamitsuru,
2015).
Nama pasien By. G berjenis kelamin laki-laki. Lahir premature tanggal 25
Juni 2021 dengan cara Caesar, BB lahir 1500 gr, PB 40 cm. Ibu melahirkan di
usia gestasi 30 minggu dikarenakan ketuban pecah dini sehingga dilakukan
operasi SC di RSIA Amanah. Setelah lahir, pasien di rujuk ke RSUD Labuang
Baji untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Pengkajian dilakukan pada tanggal 6 Juli 2021 dengan bayi yang telah
berumur 10 hari. Hasil pengkajian yang didapatkan, pasien berada di dalam
incubator, KU pasien sedang, TTV: HR: 139 x/menit, RR: 45x/menit, S: 36 ºC,
CRT < 3 detik, mengalami sesak nafas, terdapat retraksi dada ringan, terpasang
alat bantu CPAP, terpasang OGT, kulit nampak kemerahan, ujung jari berwarna
kehitaman (sianosis), BB sekarang 1300gr, refleks menghisap lemah, terpasang
IVFD, total skor NIPS 2 (tidak mengalami nyeri), Ibu klien mengatakan saat ingin
melahirkan, Ibu belum pernah dilakukan penyuntikan pematangan paru, Hasil
pemeriksaan laboratorium kimia darah pasien pada tanggal 1 Juli 2021, pasien
mengalami hiperbilirubin dengan bilirubin total yaitu 5,54 mg/dL dengan nilai
rujukan bilirubin <1 mg/dL dan bilirubin direk 0,37 mg/dL dengan nilai rujukan
<0,2 mg/dL. Terapi yang didapatkan saat ini terpasang oksigen dengan
menggunakan CPAP, terapi IVFD Dextrose 6 tts/menit, Cefotaxime 3 x 100 mg,
Gentacimine 1 x 8 mg, Apialys 1 x 0,2 ml

Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XVIII


B. Diagnosa Keperawatan
Pada masalah keperawatan khususnya pada kasus BBLR secara teori terdapat
5 diagnosis keperawatan yang muncul yaitu :
1. Pola napas tidak efektif
2. Hipovolemia
3. Deficit nutrisi
4. Menyusui tidak efektif
5. Risiko disorganisasi perilaku bayi
Sedangkan pada data yang didapat pada pasien By. Ny. D muncul 3
diagnosa keperawatan yaitu :
1. Gangguan pertukaran gas
2. Defisit nutrisi
3. Risiko hipovolemia
Dalam menegakkan diagnosis keperawatan, kelompok tidak menemukan
kesulitan atau hambatan. Hal ini karena didukung oleh tersedianya sumber buku
diagnosa keperawatan (SDKI), data-data yang ditunjukkan oleh pasien sesuai
dengan konsep yang ada. Adanya kerjasama yang baik dengan perawat ruangan
dan keluarga yang secara terbuka dalam menyampaikan semua yang data-data
yang dibutuhkan, sehingga kelompok menyimpulkan 3 diagnosa.

C. Intervensi Keperawatan
Perencanaan merupakan langkah ketiga dalam proses keperawatan . Adapun
perencenanaan keperawatan berdasarkan atas prioritas masalah, kedua
perumusan tujuan dengan krteria hasil yang ditargetkan dan yang ketiga adalah
penetapan intervensi keperawatan.
Diagnosis dalam kasus ini adalah gangguan pertukaran gas, defisit
nutrisi, resiko hipotermia. Adapun rencana yang akan dibuat berdasarkan
diagnosis keperawatan tersebut yaitu :

Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XVIII


1. Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan imaturitas neurologis
Intervensi gangguan pertukaran gas yaitu dengan melakukan
Pemantauan respirasi. Pada bagian Observasi dilakukan palpasi kesimetrisan
ekspansi paru, auskultasi bunyi napas, monitor saturai oksigen, monitor nilai
AGD, monitor hasil x-ray thoraks. Pada bagian Teraupeutik yaitu atur
interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien, dokumentasikan hasil
pemantauan. Pada bagian Edukasi yaitu jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan, Informasikan hasil pemantauan.
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient
Intervensi defisit nutrisi meliputi Identifikasi status nutrisi,
Identifikasi alergi makanan dan intoleransi makanan, monitor asupan
makanan. Pada bagian teraupeutik yaitu menimbang berat badan setiap hari,
berikan ASI. Pada Intervensi Edukasi ajarkan ibu cara menyiapkan cara Asi
yang benar, Anjurkan cara memposisikan pasien setelah minum susu.
Intervensi kolaborasi yaitu pemberian medikasi sebelum makan jika perlu.
3. Resiko Hipotermia berhubungan dengan berat badan lahir rendah.
Intervensi Resiko Hipotermia meliputi Monitor suhu tubuh,
Indentifikasi penyebab hipotermia (mislanya terpapar suhu lingkungan
rendah,pakaian tipis, kerusakan hipotalamus, penurunan laju metabolisme,
kekuranagn lemak subkutan), Monitor tanda dan gejala akibat hipotermia
(hipotermia ringan :takipnea, disartria, menggigil, hipertensi, dieresis ;
hipotermia sedang: aritmia, hipotensi, apatis, koagulupati, reflex menurun;
hipotermia berat: oliguria, reflex menghilang, edema paru, asam basa
abnormal). Intervensi terapeutik yang direncanakan adalah sediakan
lingkungan hangat, ganti pakaian linen yang basah, lakukan penghangatan
pasif (mis. Selimut, menutup kepala, pakaian tebal).

Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XVIII


D. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan keperawatan merupakan tahap ke empat dalam proses
keperawatan dengan melaksanakan berabagai strategi keperawatan (tindakan
keperawatan) yang telah direncanakan. Untuk melaksanakan intervensi
keperawatan secara maksimal kami melakuka operan atau handover dengan
tim. Kami melakukan implementasi dari tangal 6-10 juli 2021.
Implementasi diagnosis pertama yaitu Gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan imaturitas neurologis. Semua rencana keperawatan
yang disusun untuk mengatasi masalah gangguan pertukaran gas telah
diimplementasikan tanpa hambatan yang berarti. Pengimplemtasian me
monitor vital sign dalam waktu 3x24 jam menunjukkan hasil tanda tanda
vital dalam batas normal,pengimplementasian mempertahankan kepatenan
jalan napas dalam waktu 3x24 jam menunjukan hasil tidak terjadi lagi
retraksi dada yang sebelumnya klien mengalami retraksi dada ringan pada
hari pertama implemntasi.
Implementasi diagnosis kedua yaitu Defisit nutrisi berhubungan
dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient, semua rencana tindakan
yang telah disusun telah diimplementasikan, Pengimplementasian monitor
atau penimbanagan berat badan setiap hari menunjukkan kenaikan berat
badan sebanyak 80 gram dalam waktu pengimplemtasian 5 hari.
Pengimplementasian monitor asupan makanan dalam hal ini pemberian asi
kebutuhan ASI yang dibutuhkan by.Ny D yaitu 33 cc yang sebelumnya
hanya kebutuhan 6 cc. Pada Hari ketiga Implementasi Ibu bayi melakukan
PMK pada bayi dan mulai menyusui bayi nya.
Implementasi diagnosis ketiga yaitu Resiko Hipotermia
berhubungan dengan berat badan lahir rendah. Semua rencana tidnakan yang
disusun telah diimplementasikan .Pengimplemntasian monitor suhu tubuh
setiap 6 jam selama 3x24 jam menunjukkan hasil bahwa suhu dalam batas
normal. Pengimplementasian PMK juga dilakukan untuk menjaga

Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XVIII


kehangatan bayi atau suhu tubuh bayi selama berada di luar incubator.

E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah tahapan akhir dari proses keperawatan
yang merupakan perbandingan yang sistematis dan terenacana antara hasil
akhir yang teramati dan tujuan criteria hasil yang dibuat pada tahapan
perencanaan.
Evaluasi Akhir diagnosis pertama yaitu Gangguan Pertukaran Gas
berhubungan dengan imaturitas neurologis dimana masalah teratasi. Data
Subjektif: tidak dapat dikaji , bayi belum dapat berbicara. Data Objektif:
Tidak terpasang CPAP,tidak sesak,tidak terpasang alat bantu pernapasan.
Tanda tanda vital HR:139 ̸m, RR: 44x /menit,SB: 36.5 C, CRT <3 detik.
Planning: pertahankan kondisi pasien.
Evaluasi Akhir diagnosis kedua yaitu Defisit nutrisi berhubungan
dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient dimana masalah belum
teratasi. Data Subjektif: tidak dapat dikaji, bayi belum berbicara. Data
Objektif: berat badan bayi 1380gr, Kebutuhan ASI 33CC melalui 8 cc cup
botol dan 25 OGT, kemampuan menelan baik,mukosa bayi membaik.
Refleks menghisap bayi baik, sudah mulai menyusi langsung pada payudara
ibu .Planning: Penimbangan berat badan, Kelola pemberian ASI.
Evaluasi Akhir Diagnosis ketiga yaitu Resiko Hipotermia
berhubungan dengan berat badan lahir rendah masalah teratasi. Data
Subjektif: tidak ada Data Objektif: Suhu tubuh dalam batas normal 36,5 C,
bayi nampak tenang dalam incubator. Plannning: Pertahankan kondisi bayi
dan tetap memantau suhu tubuh.

BAB V

Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XVIII


PENUTUP

Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XVIII

Anda mungkin juga menyukai