LAPORAN PENDAHULUAN
BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)
DISUSUN OLEH:
NERS XVIII
KELOMPOK C DAN D
Mulyana Anwar, S.Kep (70900120031) Ulfa Wildana Hasan, S.Kep (70900120032)
Islamiah, S.Kep (70900120036) Nurul Awaliah, S.Kep (70900120027)
Umrah, S.Kep (70900120038) Muslimin A, S.Kep (70900120030)
( ) ( )
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
hidayah-Nya yang masih tercurah kepada penulis, sehingga seminar kasus di
departemen anak dapat terselesaikan, dan tak lupa pula kita kirimkan salam dan
salawat kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah mengantarkan kita dari alam
kegelapan menuju alam terang benderang seperti sekarang ini.
Kelompok C dan D
DAFTAR ISI
SAMPUL……………………………………………………………………...i
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………….iii
BAB I PENDAHULUAN
A.
BAB II KONSEP MEDIS
A. Definisi………………………………………………………………….....1
B. Etiologi….....................................................................................................1
C. Klasifikasi.....................................................................................................4
D. Patofisiologi..................................................................................................5
E. Manifestasi Klinis........................................................................................8
F. Komplikasi...................................................................................................9
G. Pencegahan.................................................................................................10
H. Penatalaksanaan..........................................................................................11
I. Pemeriksaan Penunjang…………………………………………………...12
J. Path way……………………………………………………………...……13
BAB II RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian……………………………………………………………......14
B. Diagnosis keperawatan..……………………………..….……………….16
C. Intervensi.....……………………………………………………………..17
BAB III KAJIAN INTEGRITAS KEISLAMAN
DAFTAR PUSTAKA…..…………………………………………………….19
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
BBLR merupakan kondisi bayi yang dilahirkan dengan berat kurang dari 2500
gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat disebabkan oleh bayi lahir
kurang bulan (usia kehamilan kurang dari 37 minggu), pertumbuhan janin yang
terhambat (PJT) atau kombinasi dari keduanya (Octa, 2014). Bayi dengan BBLR
merupakan salah satu faktor utama peningkatan mortalitas dan morbiditas bayi
khususnya pada masa perinatal. WHO mengatakan bahwa bayi berat lahir rendah
sebagai bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa
memandang usia gestasi.
Menurut WHO (2015) BBLR adalah salah satu penyebab terbanyak kematian
neonatus, yaitu sebesar 32%. Penyebab utama kesakitan dan kematian BBLR
tersebut diantaranya a sfiksia, infeksi dan hipotermi (Proverawati & Cahyo,
2010). BBLR merupakan masalah yang perlu mendapat perhatian khusus, karena
pada bayi dengan BBLR dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan,
perkembangan dan gangguan mental pada masa mendatang (Simbolon, 2012;
Padila & Agustien, 2019). Tingkat kematangan sistem organ yang belum
sempurna juga mengakibatkan BBLR memiliki resiko tinggi mengalami masalah
kesehatan hingga kematian (Maryunani, 2013).
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) oleh Kementerian
Kesehatan tahun 2018, penyebab terjadinya kematian bayi di Indonesia adalah
asfiksia (37%) Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) (34%) dan infeksi / sepsis
(12%). Angka kelahiran BBLR di Indonesia mencapai 350.000 setiap. Di Jawa
Tengah sendiri sekitar 10% dari kelahiran bayi adalah BBLR. Sedangkan di kota
Semarang pada tahun 2014 tercatat sebanyak 563 bayi lahir dengan BBLR
(Widoyono, 2015). Sedangkan di Sulawesi selatan angka kematian bayi adalah
15% dari kelahiran bayi Meskipun menduduki urutan ke 2 dari penyebab
kematian bayi tertinggi, namun kasus bayi dengan BBLR merupakan pemicu dari
terjadinya kasus asfiksia dan infeksi / sepsis. Hal tersebut dikarenakan bayi BBLR
mengalami imaturitas pada organ paru-paru sehingga BBLR mudah mengalami
kesulitan bernafas. Bayi BBLR juga memiliki daya tahan tubuh yang masih
lemah dan pembentukan antibodi yang belum sempurna sehingga beresiko terjadi
infeksi (Bobak et al., 2007; Lawn et al., 2013).
Masalah pada bayi BBLR terutama terjadi karena ketidakmatangan sistem
organ pada bayi tersebut. Masalah pada bayi BBLR yang sering terjadi adalah
gangguan termoregulasi, gangguan pada sistem pernafasan, kardiovaskular,
hematologi, gastro intestinal, susunan saraf pusat dan ginjal (Octa, 2014; Sindu,
2015). Salah satu dari kebanyakan faktor kritis yang terjadi pada bayi BBLR
adalah masalah pengaturan suhu tubuh dan pencegahan hipotermia sebagai
komplikasi utama pada periode awal kelahiran (Padila et al., 2018).
BBLR atau kondisi bayi yang dilahirkan dengan berat kurang dari 2500 gram
tanpa memandang usia gestasi merupakan masalah yang terjadi pada bayi baru
lahir dan perlu mendapat perhatian khusus, karena pada bayi dengan BBLR dapat
menyebabkan gangguan pertumbuhan, perkembangan dan gangguan mental pada
masa mendatang (Simbolon, 2012; Padila & Agustien, 2019). Tingkat
kematangan sistem organ yang belum sempurna juga mengakibatkan BBLR
memiliki resiko tinggi mengalami masalah kesehatan hingga kematian
(Maryunani, 2013).
Masalah pada bayi BBLR yang sering terjadi adalah gangguan termoregulasi,
gangguan pada sistem pernafasan, kardiovaskular, hematologi, gastro intestinal,
susunan saraf pusat dan ginjal (Octa, 2014; Sindu, 2015). Salah satu dari
kebanyakan faktor kritis yang terjadi pada bayi BBLR adalah masalah pengaturan
suhu tubuh dan hipotermia sebagai komplikasi utama pada periode awal kelahiran
(Padila et al., 2018). Dari latar belakang diatas penulis tertarik menulis laporan
kasus “Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) di ruang Neonatal Intensif Care
Unit (NICU) RSUD Labuang Baji Makassar”.
B. Rumusan Masalah
“Bagaimana memberikan asuhan keperawatan pada bayi dengan berat badan
lahir rendah (BBLR) di ruang Neonatal Intensif Care Unit (NICU) RSUD
Labuang Baji Makassar”.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan asuhan keperawatan pada bayi dengan berat badan lahir
rendah (BBLR) di ruang Neonatal Intensif Care Unit (NICU) RSUD Labuang
Baji Makassar.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian pada bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR)
di ruang Neonatal Intensif Care Unit (NICU) RSUD Labuang Baji
Makassar.
b. Merumuskan diagnosis keperawatan pada bayi dengan berat badan lahir
rendah (BBLR) di ruang Neonatal Intensif Care Unit (NICU) RSUD
Labuang Baji Makassar.
c. Menyusun rencana pada bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) di
ruang Neonatal Intensif Care Unit (NICU) RSUD Labuang Baji
Makassar.
d. Melakukan implementasi pada bayi dengan berat badan lahir rendah
(BBLR) di ruang Neonatal Intensif Care Unit (NICU) RSUD Labuang
Baji Makassar.
e. Melakukan evaluasi tindakan keperawatan pada bayi dengan berat badan
lahir rendah (BBLR) di ruang Neonatal Intensif Care Unit (NICU) RSUD
Labuang Baji Makassar.
D. Manfaat
1. Manfaat teoritis
Menambah khasanah keilmuan sehingga peningkatan ilmu
pengetahuan dalam mencari pemecahan permasalahan pada bayi dengan
berat badan lahir rendah (BBLR) di ruang Neonatal Intensif Care Unit
(NICU) RSUD Labuang Baji Makassar.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Pasien dan Keluarga
Mendapatkan pengalaman serta dapat menerapkan apa yang telah
dipelajari dalam penanganan kasus keperawan anak yang dialami
dengan kasus nyata dalam pelaksanaan keperawatan, seperti cara
merawat bayi dengan berat badan lahir rendah.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil asuhan keperawatan ini dapat digunakan sebagai tambahan dan
referensi untuk meningkatkan kualitas pendidikan keperawatan pada bayi
dengan berat badan lahir rendah
c. Bagi Perawat.
Asuhan keperawatan ini dapat dijadikan dasar informasi dan
pertimbangan untuk menambah pengetahuan, keterampilan dan sikap
dalam meningkatkan pelayanan perawatan pada bayi dengan berat badan
lahir rendah.
BAB II
KONSEP DASAR MEDIS
A. Definisi
Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan
lebih rendah dari berat badan bayi rata-rata. Bayi dinyatakan mengalami BBLR
jika beratnya kurang dari 2,5 kilogram, sedangkan berat badan normal bayi yaitu
di atas 2,5 atau 3 kilogram. Sementara pada bayi yang lahir dengan berat kurang
dari 1,5 kilogram, dinyatakan memiliki berat badan lahir sangat rendah.
(Willy,2018).
BBLR dapat terjadi ketika bayi lahir secara prematur dengan masa kehamilan
kurang dari 37 minggu (belum cukup bulan), atau bayi mengalami gangguan
perkembangan dalam kandungan. Acuan lain dalam pengukuran BBLR juga
terdapat pada Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) gizi. Pedoman
tersebut mengatakan bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir
dengan berat kurang dari 2500 gram diukur pada saat lahir atau sampai hari ke
tujuh setelah lahir (Triana, 2015).
B. Etiologi
Etiologi dari BBLR dapat dilihat dari faktor maternal dan factor fetus.
Etiologi dari maternal dapat dibagi menjadi dua yaitu prematur dan IUGR
(Intrauterine Growth Restriction). Yang termasuk prematur dari faktor maternal
yaitu Preeklamsia, penyakit kronis, infeksi, penggunaan obat, KPD,
polihidramnion, iatrogenic, disfungsi plasenta, plasenta previa, solusio plasenta,
inkompeten serviks, atau malformasi uterin. Sedangkan yang termasuk IUGR
(Intrauterine Growth Restriction) dari faktor maternal yaitu Anemia, hipertensi,
penyakit ginjal, penyakit kronis, atau pecandu alcohol atau narkortika. Selain
etiologi dari faktor maternal juga ada etiologi dari faktor fetus. Yang termasuk
prematur dari faktor fetus yaitu Gestasi multipel atau malformasi. Sedangkan,
yang termasuk IUGR (Intrauterine Growth Restriction ) dari faktor fetus yaitu
Gangguan kromosom, infeksi intrauterin (TORCH), kongenital anomali, atau
gestasi multipel (Bansal et al, 2013).
Selain itu ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan bayi dengan berat
badan lahir rendah atau biasa disebut BBLR (Proverawati dan Ismawati, 2010)
1. Faktor ibu:
a. Penyakit
Penyakit kronik adalah penyakit yang sangat lama terjadi dan biasanya
kejadiannya bisa penyakit berat yang dialami ibu pada saat ibu hamil
ataupun pada saat melahirkan. Penyakit kronik pada ibu yang dapat
menyebabkan terjadinya BBLR adalah hipertensi kronik, Preeklampsia,
diabetes melitus dan jantung (England, 2014).
1) Adanya komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan antepartum,
preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung kemih.
2) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual, hipertensi
atau darah tinggi, HIV/AIDS, TORCH, penyakit jantung.
3) Salah guna obat, merokok, konsumsi alkohol.
b. Ibu (geografis)
1) Usia ibu saat kehamilan tertinggi adalah kehamilan pada usia < 20
tahun atau lebih dari 35 tahun.
2) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek dari anak satu ke anak
yang akan dilahirkan (kurang dari 1 tahun).
3) Paritas yang dapat menyebabkan BBLR pada ibu yang paling sering
terjadi yaitu paritas pertama dan paritas lebih dari 4.
4) Mempunyai riwayat BBLR yang pernah diderita sebelumnya
c. Keadaan sosial ekonomia.
1) Kejadian yang paling sering terjadi yaitu pada keadaan sosial ekonomi
yang kurang. Karena pengawasan dan perawatan kehamilan yang
sangat kurang.
2) Aktivitas fisik yang berlebihandapat juga mempengaruhi keadaan
bayi. diusahakan apabila sedang hamil tidak melakukan aktivitas yang
ekstrim.
3) Perkawinan yang tidak sah juga dapat mempengaruhi fisik serta
mental.
2. Faktor janin
Faktor janin juga bisa menjadi salah satu faktor bayi BBLR
disebabkan oleh : kelainankromosom, infeksi janin kronik (inklusi sitomegali,
rubella bawaan, gawat janin, dan kehamilan kembar).
3. Faktor plasenta
Faktor plasenta yang dapat menyebabkan bayi BBLR juga dapat
menjadi salah satu faktor. Kelainan plasenta dapat disebabkan oeh :
hidramnion, plasenta previa, solutio plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar
(sindrom parabiotik), ketuban pecah dini.
4. Faktor lingkungan
Banyak masyarakat yang menganggap remeh adanya faktor
lingkungan ini. Faktor lingkungan yang dapat menyebabkan BBLR, yaitu :
tempat tinggal di dataran tinggi, terkena radiasi, serta terpapar zat beracun
(England, 2014)
C. Klasifikasi
Menurut Proverawati dan Ismawati (2010) dalam Kristiani (2014), terdapat 2
jenis klasifikasi BBLR
1. Menurut harapan hidupnya
a. Bayiberat lahir rendah (BBLR) dengan berat lahir 1500-2500 gram.
b. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) dengan berat lahir 1000-1500
gram.
c. Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) dengan berat lahir kurang dari
1000 gram.
2. Menurut Masa Gestasinya
a. Prematuritas murni yaitu masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan
berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi atau biasa
disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan (NKB-SMK).
b. Dismaturitas yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan
seharusnya untuk masa gestasi itu. Bayi mengalami retardasi pertumbuhan
intrauterin dan merupakan bayi kecil untuk masa kehamilannya (KMK)
D. Patofisiologi
Tingkat kematangan fungsi sistem organ neonatus merupakan syarat untuk
dapat beradaptasi dengan kehidupan diluar rahim. Secara umum bayi berat badan
lahir rendah ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum cukup bulan
atau prematur dan disebabkankarena dismaturitas. Biasanya hal ini terjadi karena
adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan
oleh faktor ibu, komplikasi hamil, komplikasi janin, plasenta yang menyebabkan
suplai makanan ibu ke bayi berkurang. Faktor lainnya yang menyebabkan bayi
berat badan lahir rendah yaitu faktor genetik atau kromosom, infeksi,kehamilan
ganda, perokok, peminum alkohol,dan sebagainya (Mochtar, 2012).
Konsekuensi dari anatomi dan fisiologi yang belum matang,bayi prematur
cenderung mengalami masalah yang bervariasi. Hal ini harus diantisipasi dan
dikelola pada masa neonatal. Berkaitan denganhal itu, maka menghadapi bayi
prematur harus memperhatikan masalah masalah sebagai berikut :
1. Sistem pengaturan suhu tubuh (Hipotermia)
Dalam kandungan, bayi berada dalam suhu lingkungan yang normal dan
stabil yaitu 36° sampai dengan 37° C. Segera setelah lahir bayi dihadapkan
pada suhu lingkungan yang umumnya lebih rendah. Perbedaan suhu ini
memberi pengaruh pada kehilangan panas tubuh bayi. Hipotermia terjadi
apabila suhu tubuh turun dibawah 36,5° C. Apabila seluruh tubuh bayi teraba
dingin maka bayi sudah mengalami hipotermia sedang (suhu 32° sampai
dengan 36° C). Disebut hipotermia berat apabila suhu tubuh kurang dari 32° C
(Pantiawati, 2010).
Hipotermia dapat terjadi karena kemampuan untuk mempertahankan
panas dan kesanggupan menambah produksi panas sangat terbatas karena
pertumbuhan otot-otot yang belum cukup memadai, lemak subkutan yang
sedikit, belum matangnya sistem saraf pengatur suhu tubuh, luas permukaan
tubuh relatif lebih besar dibandingkan dengan berat badan sehingga mudah
kehilanganpanas (Maryunani, Puspita 2013).
2. Gangguan pernafasan
Asfiksia adalah suatu keadaan kegagalan bernafas secara spontan dan
teratur beberapa saat setelah lahir. Kegagalan ini menyebabkan terjadinya
hipoksia yang diikuti dengan asidosis respiratorik. Apabila proses berlanjut
maka metabolisme sel dalam suasana anaerob akan menyebabkan asidosis
metabolik yang selanjutnya terjadi perubahan kardiovaskuler. Menurunnya
atau terhentinyadenyut jantung menyebabkan iskemia. Iskemia setelah
mengalami asfiksia selama 5 menit menyebabkan penyumbatan pembuluh
darah kecil dimana akan mengakibatkan kerusakan-kerusakan menetap
(Maryunani, Puspita 2013).
3. Hipoglikemia
Glukosa merupakan sumber utama energi selama masa janin.Kecepatan
glukosa yang diambil janin tergantung dari kadar gula darah ibu karena
terputusnya hubungan plasenta dan janin menyebabkan terhentinya pemberian
glukosa. Bayi aterm dapat mempertahankan kadar gula darah 50-60 mg/dL
selama 72 jam pertama, sedangkan bayi berat badan lahir rendah dalam kadar
40 mg/dL.Hal ini disebabkan cadangan glikogen yang belum mencukupi.
Hipoglikemia bila kadar gula darah sama dengan atau kurang dari 20 mg/dL
(Pantiawati, 2010).
4. Sistem imunologi
Kemungkinan terjadi kerentanan pada bayi dengan berat lahirrendah
terhadap infeksi mengalami peningkatan. Konsentrasi Ig G serum pada bayi
sama dengan bayi matur. Imunoglobulin G ibuditransfer secara aktif melalui
plasenta ke janin pada trimester terakhir. Konsentrasi Ig G yang rendah
mencerminkan fungsi plasenta yang buruk berakibat pertumbuhan janin intra
uterin yang buruk dan meningkatkan risiko infeksi post natal. Oleh karena itu
bayi dengan berat lahir rendah berpotensi mengalami infeksi lebih banyak
dibandingkan bayi matur (Maryunani, Puspita 2013).
5. Perdarahan intracranial
Pada bayi dengan berat badan lahir rendah pembuluh darah masih sangat
rapuh hingga mudah pecah. Perdarahan intracranial dapat terjadi karena
trauma lahir, disseminated intravascularcoagulopathy atau trombositopenia
idiopatik. Matriks germinal epidimal yang kaya pembuluh darah merupakan
wilayah yang sangat rentan terhadap perdarahan selama minggu pertama
kehidupan (Pantiawati, 2010).
6. Rentan terhadap infeksi
Pemindahan substansi kekebalan dari ibu ke janin terjadi pada minggu
terakhir masa kehamilan. Bayi dengan berat badan lahir rendah mudah
menderita infeksi karena imunitas humoral dan seluler masih kurang hingga
bayi mudah menderita infeksi. Selain itu, karena kulit dan selaput membran
bayi dengan berat badan lahir rendah tidak memiliki perlindungan seperti bayi
cukup bulan (Pantiawati, 2010).
7. Hiperbilirubinemia
Pada bayi dengan berat badan lahir rendah lebih sering mengalami
hiperbilirubinemia dibandingkan dengan bayi cukup bulan.
Hiperbilirubinemia merujuk pada tingginya kadar bilirubin terakumulasi
dalam darah ditandai dengan jaundis dan ikterus. Hiperbilirubinemia dapat
terjadi akibat peningkatan bilirubin tidak terkonjugasi dan terkonjugasi
(Wong, 2009).
E. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari BBLR dapat dibagi berdasarkan prematuritas dan
dismaturitas. Manifestasi klinis dari premataturitas yaitu :
1. Berat lahir bernilai sekitar < 2.500 gram,panjang badan < 45 cm, lingkaran
dada < 30 cm, lingkar kepala < 33 cm.
2. Masa gestasi kurang dari 37 minggu.
3. Kulit tipis dan mengkilap dan lemak subkutan kurang.
4. Tulang rawan telinga yang sangat lunak.
5. Lanugo banyak terutama didaerah punggung.
6. Puting susu belum terbentuk dengan bentuk baik.
7. Pembuluh darah kulit masih banyak terlihat.
8. Labia minora belum bisa menutup pada labia mayora pada bayi jenis kelamin
perempuan, sedangkan pada bayi jenis kelamin laki –laki belum turunnya
testis.
9. Pergerakan kurang, lemah serta tonus otot yang mengalami hipotonik.
10. Menangis dan lemah.
11. Pernapasan kurang teratur.
12. Sering terjadi serangan apnea.
13. Refleks tonik leher masih lemah.
14. Refleks mengisap serta menelan belum mencapai sempurna (Saputra, 2014).
Selain prematuritas juga ada dismaturitas. Manifestasi klinis dari dismaturitas
sebagai berikut :
1. Kulit pucat ada seperti noda
2. Mekonium atau feses kering, keriput, dan tipis
3. Verniks caseosa tipis atau bahkan tidak ada
4. Jaringan lemak dibawah kulit yang masih tipis
5. Bayi tampak gersk cepat, aktif, dan kuat
6. Tali pusat berwarna kuning agak kehijauan (Saputra, 2014).
F. Komplikasi
Berdasarkan waktu munculnya, komplikasi BBLR dapat diklasifikasikan sebagai
berikut (Novita,2019):
1. Komplikasi pada Masa Bayi
Komplikasi yang dapat muncul setelah bayi dengan BBLR lahir adalah:
a. Hipotermia
b. Hipoglikemia
c. Hiperbilirubinemia
d. Respiratory distress syndrome (RDS)
e. Perdarahan pada intraserebri atau intraventrikuler
f. Infeksi bakteri
g. Penyakit paru kronis
h. Necrotizing enterocolitis
i. Apnea of prematurity
j. Patent ductus arteriosus
k. Disabilitas mental serta fisik
l. Kesulitan minum
2. Komplikasi pada Masa Mendatang
Kondisi BBLR juga dapat menimbulkan komplikasi di masa mendatang
yakni berupa gangguan pertumbuhan, gangguan perkembangan kognitif, dan
penyakit kronis yang dapat muncul di kemudian hari. Orang dewasa dengan
riwayat berat badan lahir rendah di masa lalu lebih berisiko untuk mengalami
penyakit jantung koroner, stroke, hipertensi, dan diabetes.
3. Komplikasi pada Bayi Prematur dengan BBLR
Bayi prematur dengan BBLR sering kali memiliki imaturitas dari beberapa
organ tubuh, sehingga bayi prematur dengan BBLR berisiko untuk mengalami
perdarahan intrakranial, respiratory distress syndrome, sepsis, kebutaan, dan
gangguan pencernaan.
G. Pencegahan
Upaya pencegahan serta pengendalian BBLR bisa dilakukan dengan beberapa
upaya yaitu memberikan pendidikan kesehatan yang cukup mengenai BBLR
kepada ibu hamil. Selain itu, dapat juga melakukan pengawasan dan pemantauan,
kemudian melakukan upaya pencegahan hipotermia pada bayi serta membantu
mencapai pertumbuhan normal. Adapun upaya lainnya seperti, melakukan terapi
tanpa biaya yang dapat dilakukan oleh ibu, mengukur status gizi ibu hamil,
melakukan perhitungan dan persiapan langkah–langkah dalam kesehatan
(Antenatal Care), serta melakukan pemantauan terhadap kondisi bayi sejak dalam
kandungan yang telah mengalami retardasi pertumbuhan interauterin (Novitasari,
dkk,2020)
H. Penatalaksanaan
1. Setelah bayi lahir dilakukan: (Manuaba, 2012)
a. Tindakan Umum
1) Membersihkan jalan nafas.
2) Mengusahakan nafas pertama dan seterusnya.
3) Perawatan tali pusat dan mata
b. Tindakan Khusus
1) suhu tubuh dijaga pada 36,5-37,5 °C pengukuran aksila, pada bayi
baru lahir dengan umur kehamilan 35 minggu perlu perhatian ketat,
bayi dnegan BBL 2000 gram dirawat dalam inkobator atau dengan
boks kaca menggunakan lampu.
2) Awasi frekuensi pernafasan pada 24 jam pertama untuk mengetahui
sindrom aspirasi meconium.
3) Hitung frekuensi pernapasan jika, lebih dari 60 kali/menit maka
lakukan foto thorax
4) Berikan oksigen sesuai dengan masalah pernafasan yang didapat.
5) Pantau sirkulasi dengan ketat (denyut jantung, perfusi darah, tekanan
darah).
6) Awasi keseimbangan cairan.
7) Pemberian cairan dan nutrrisi bila tidak ada masalah pernafasan dan
keadaan umum baik:
a) Berikan makanan dini early feeding untuk menghindari terjadinya
hipoglikemia.
b) Perikasa kadar gula darah 8-12 post natal.
c) Periksan reflex hisap dan menelan.
d) Motivasi pemberian ASI
e) Pemberian nutrisi intravena jika ada indikasi, nutrient yang dapat
diberikan meliputi; karbohidrat, lemak, asam amino, vitamin, dan
mineral.
f) Berikan multivitamin jika minum enternal bisa diberikan secara
kontinyu.
8) Tindakan pencegahan infeksi:
a) Cara kerja aseptic, cuci tangan sebelum dan sesudah memegang
bayi
b) Mencegah terlalu banyak bayi dalam satu ruangan.
c) Melarang petugas yang menderita infeksi masuk ke tempat bayi
dirawat.
d) Pemberian antibiotic sesuai dengan pola kuman.
e) Membatasi tindakan seminimal mungkin.
9) Mencegah perdarahan berikan vitamin K 1 mg dalam sekali pemberian
(Slamet, B. 2018)
I. Pemeriksaan Penunjang
1. Radiologi
a. Foto thoraks/baby gram pada bayi baru lahir dengan usia kehamilan
kurang bulan, dapat dimulai pada umur 8 jam.
b. USG kepala terutama pada bayi dengan usia kehamilan 35 minggu
dimulai pada umur 2 hari,
2. Laboratorium
a. Darah rutin.
b. Gula darah (8-12 jam post natal).
c. Analisa gas darah.
d. Elektrolit darah (k/p)
e. Tes kocok/shake test
Interpretasi:
1) (+) : Bila terdapat gelembung-gelembung yang membentuk cincin.
Artinya surfaktan terdapat dalam paru dengan jumlah cukup.
2) (-) : Bila tidak ada gelembung berarti tidak ada surfaktan.
3) Ragu : Bila terdapat gelembung tapi tidak ada cincin. (Slamet, B.
2018)
Dalam al-Qur’an pada ayat ini dilengkapi dengan kriteria halal bagi
makan itu sendiri sebagai anjuran kebaikan kepada manusia dalam berkehidupan
Allah banyak berfirman tentang makanan secara khusus, hal ini menunjukan
bahwa Islam mengatur agar manusia mengomsumsi makanan yang baik untuk
َ ُدونŽ ُُوا هَّلِل ِ إِن ُكنتُمۡ إِيَّاهُ ت َۡعب ۡ ا َرزَ ۡق ٰنَ ُكمۡ َوŽŽت َم
ْ ُكرŽ ٱش ْ Žُا ٱلَّ ِذينَ َءا َمنŽŽَٰيَٓأَيُّه
ْ Žُوا ُكلŽ
ِ َوا ِمن طَيِّ ٰبŽ
١٧٢
Terjemahnya:
‘’Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang
Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya
kepada-Nya kamu menyembah’’.
Dua ayat ini menunjukan bahwa manusia harus memilih makanan yang
halal lagi baik. dalam al-Qur’an kata makanan disebutkan sebanyak 48 kali,
dilafalkan dengan t{a’a>m. lafal ini dapat diartikan sebagai makanan dan
minuman yang dapat dicicipi dan dirasakan. Makanan umumnya berbentuk padat
dan minuman berbentuk cair, makanan yang halal adalah makanan yang diizinkan
untuk dikomsumsi menurut aturan hukum Islam. Adapun t{ayyib terkait dengan
kebutuhan fisik manusia seperti kebutuhan energi dan kesehatan. Maka makanan
yang baik menurut ayat ini adalah makanan yang memberikan cukup energi
menimbulkan penyakit, baik dalam jangka pendek maupun jangka waktu panjang
(Pantashihan, 2013)
Sekali lagi perlu digaris bawahi, bahwa perintah ini ditujukan kepada
seluruh manusia, percaya kepada Allah atau tidak. Seakan-akan Allah berfirman:
hukum, karena itu bermanfaat untuk kalian dalam kehidupan dunia kalian. Namun
demikian, tidak semua makanan yang halal otomatis baik. Karena yang dinamai
halal terdiri dari empat macam: wajib, sunnah, mubah dan makruh. Aktivitas pun
demikian. Ada aktivitas yang walaupun halal, namun makruh atau sangat tidak
yang halal sesuai dengan kondisi masing-masing. Ada halal yang baik buat si A
yang memiliki kondisi kesehatan tertentu, dan ada juga yang kurang baik
untuknya, walau baik buat yang lain. Ada makanan yang halal, tetapi tidak
bergizi, dan ketika itu ia menjadi kurang baik (Shihab, 2002). Yang diperintahkan
oleh ayat di atas adalah yang halal lagi baik begitupun termasuk dalam penjelasan
ayat ini adalah makanan yang banyak mengandung kalori dan memberi kesehatan
Karena tidak jarang orang yang mendapatkan kenikmatan lupa diri dan
BBLR
B. Diagnosa Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif
2. Hipovolemia
3. Deficit nutrisi
4. Menyusui tidak efektif
5. Risiko disorganisasi perilaku bayi
C. Intervensi Keperawatan
No Diagnosis Rencana tindakan
Luaran keperawatan
keperawatan (intervensi)
1 Gangguan Setelah dilakukan Pemantauan respirasi
Pertukaran Gas intervensi selama …. Jam Observasi
maka pola napas membaik a. Palpasi kesimetrisan
dengan kriteria hasil : ekspansi paru
a. Ventilasi segment b. Auskultasi bunyi napas
membaik c. Monitor saturasi oksigen
b. Kapasitas vital d. Monitor nilai AGD
membaik e. Monitor hasil x-ray thoraks
c. Frekuensi napas Terapeutik
membaik a. Atur interval pemantuan
d. Tekanan ekspirasi respirasi sesuai kondisi
membaik pasien
e. Tekanan inspirasi b. Dokumentasikan hasil
membaik pemantauan
Edukasi
a. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
b. Informasikan hasil
pemantauan
(SIKI 2018)
2 Hipovolemia Setelah dilakukan Manajemen hipovolemia
intervensi selama ….. jam, Observasi
maka status cairan a. Periksa tanda dan gejala
membaik membaik dengan hipovolemia
kriteria hasil: b. Monitor intake dan output
a. Turgor kulit meningkat cairan
b. Frekuensi nadi Terapeutik
membaik a. Hitung kebutuhan cairan
c. BB membaik b. Berikan posisi modified
d. Intake cairan membaik trendelenbug
c. Berikan asupan cairan oral
Edukasi
a. Anjurkan memperbanyak
asupan cairan
b. Anjurkan menghindari
perubahan posisi mendadak
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian cairan
IV hipotonis
b. Kolaborasi pemberian cairan
koloid
3 Deficit nutrisi Setelah dilakukan Pemantauan nutrisi
intervensi selama ….. jam, Observasi:
maka fungsi a. Monitor berat badan
gastrointestinal membaik b. Monitor warna konjungtiva
dengan kriteria hasil: c. Monitor hasil pemeriksaan
a. Toleransi terhadap laboratorium
makanan meningkat Terapeutik
b. Nyeri abdomen a. Timbang BB
menurun b. Ukur antroprometik
c. Peristaltic usus komposisi tubuh
membaik c. Hitung perubahan BB
d. Atur interval pemantauan
sesuai dengan kondisi pasien
e. Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
a. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
b. Informasikan hasil
pemantauan
4 Menyusui Setelah dilakukan Edukasi orangtua : fase bayi
tidak efektif intervensi selama ….. jam, Obsevasi
maka status menelan baik a. Identifikasi pengetahuan dan
membaik dengan kriteria kesiapan orangtua belajar
hasil: tentang perawatan bayi
a. Reflek menalan Terapeutik
meningkat a. Berikan panduan tentang
b. Usaha menelan perubahan pola tidur bayi
meningkat selama tahun pertama
c. Gelisah menurun b. Motivasi orangtua untuk
d. Produksi saliva membaca dan berbicara
membaik untuk bayi
c. Lakukan kunjungan rumah
sebagai program
pemantauan dan
pendampingan pada
orangtua
Edukasi
a. Jelaskan kebutuhan nutrisi
bayi
b. Jelaskan keamanan dan
pencegahan cedera pada
bayi
c. Ajarkan keterampilan
merawat bayi baru lahir
d. Ajarkan cara merawat dan
mencegah ruam popok
e. Ajarkan stimulasi
perkembangan pada bayi
5 Risiko Setelah dilakukan Edukasi nutrisi bayi
disorganisasi intervensi selama ….. jam, Observasi :
perilaku bayi maka adaptasi neonates a. Identifikasi kesiapan dan
membaik dengan kriteria kemampuan ibu atau
hasil: pengasuh menerima
a. BB meningkat informasi
b. Membrane mukosa b. Identifikasi kemampuan ibu
kuning menurun menyediakan nutrisi
c. Prematuritas menurun Terapeutik
d. Aktivitas ekstermitas a. Sediakan materi dan media
membaik pendidikan kesehatan
b. Jadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai
kesepakatan
c. Berikan kesempatan untuk
bertanya
Edukasi
a. Jelaskan tanda-tanda rasa
lapar
b. Anjurkan perilaku PHBS
c. Ajarkan memilih makanan
sesuai dengan usia bayi
d. Anjurkan tetap memberikan
asi pada bayi saat sakit
DAFTAR PUSTAKA
Ani Triana, dkk. (2015). Buku Ajar Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal Dan
Neonatal cetakan 1. Yogyakarta: Deepublish
Atikah Proverawati dan Cahyo Ismawati. (2010). Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
Yogyakarta: Nuha Medika
Bansal, C., Agrawal, R., Sukumaran, T. (2013). IAP Textbook of Pediatrics. New
Delhi : Jaypee Brothers Medical Publishers (P) Ltd.
Mochtar, R. (2012). Sinopsis Obstetri Obstetri Fisiologi Obstetri Patologi Jilid
1.Jakarta: EGC
Novita. (2019). Prognosis Berat Badan Lahir Rendah. Artikel Alomedika
Maryunani A, Puspita E. (2013). Asuhan Kegawatan Maternal dan Neonatal. Jakarta:
TIM
Manuaba. (2012). Pencegahan BBLR. EGC : Jakarta
Pantiawati. (2010). Bayi dengan BBLR. Yogyakarta :Nuha Medika
DISUSUN OLEH:
NERS XVIII
KELOMPOK C DAN D
Mulyana Anwar, S.Kep (70900120031) Ulfa Wildana Hasan, S.Kep (70900120032)
Islamiah, S.Kep (70900120036) Nurul Awaliah, S.Kep (70900120027)
Umrah, S.Kep (70900120038) Muslimin A, S.Kep (70900120030)
( ) ( )
r. Kulit
a. Warna pink (√ ), pucat ( ), joundice ( ), sianosis pada kuku ( ),
sirkumoral ( ), periorbital ( ), seluruh tubuh ( )
b. Kemerahan (rash) ( )
c. Tanda lahir : Tidak ada
Tambahan data : Kulit berwarna kemerahan
s. Suhu
1) Lingkungan : penghangat radian ( ), pengaturan suhu ( ), inkubator
(√), suhu ruangan (√ ), boks terbuka ( )
2) Suhu : 36 °C
6. Riwayat Sosial
a. Struktur keluarga (genogram)
6
Keterangan :
: Laki-laki : Garis Pernikahan
: Perempuan : Garis Keturunan
: Klien : Meninggal
G1 : Kakek dan nenek dari Ibu klien telah meninggal akbat penyakit yang
tida diketahui, sedangkan Kakek dan Nenek dari Ayah klien masih sehat.
G2 : Ibu klien merupakan anak kedua dari dua bersaudara dan sebelumnya
tidak pernah melahirkan secara prematur/ tidak cukup bulan, sedangkan
Ayah klien anak kelima dari enam bersaudara.
G3 : Klien adalah anak kedua dari 2 bersaudara dan sekarang sedang
terdianosis BBLR
b. Budaya :
a. Suku : Bugis
b. Agama : Islam
c. Bahasa utama : Indonesia
c. Perencanaan makanan bayi :Belum merencanakan
d. Problem sosial yang penting : Tidak ada
e. Hubungan orangtua dan bayi : Baik
f. Orang terdekat yang dapat dihubungi : Keluarga
g. Respon :
a. Orangtua berespon terhadap penyakit bayi : Ya (√ ), Tidak ( )
b. Orangtua berespon terhadap hospitalisasi : Ya (√ ), Tidak ( )
7. Test Diagnostik
a. Laboratorium
Tanggal pemeriksaan 01-07-2021
Jenis
Hasil Rujukan Satuan
pemeriksaan
Kimia Darah
Bilirubin total 5.54 <1.0 mg/dL
Bilirubin direk 0.37 <0.2 Mg/ dL
Kesan : Hiperbilirubinemia
b. Echocardiography
Tanggal pemeriksaan 05-07-2021
a. Fungsi LV baik
b. Fungsi RV baik
c. Katup aorta 3 cupis kalsifikasi fungsi normal
d. Katup mitral dalam batas normal
e. Katup trikuspid regurgitasi trikuspid sedang
f. Katup pulmonal dalam batas normal
DATA FOKUS
Data Subyektif Data Obyektif
1. Ibu pasien mengatakan saat ingin 1. Terpasang oksigen dengan
melahirkan tidak pernah di menggunakan CPAP
lakukan penyuntikan pematangan 2. TTV :
paru HR : 139 x/m
RR : 45 x/m
S : 36 ’C
CRT < 3detik
3. Pasien nampak sianosis pada
ujung jari tangan dan kaki
4. Nampak terpasang OGT untuk
minum
5. BB Lahir: 1500 gr
6. BB Sekarang: 1300 gr
7. Terpasang IVFD
8. Retraksi dada ringan
9. Bayi rawat inkubator
10. Kulit berwarna kemerahan
11. Tangisan lemah
12. Total skor NIPS: 2
13. Total score down: 2
14. Nampak rewel dan gelisan
15. Nampak pola nafas tidak teratur
ANALISA DATA
N
DATA ETIOLOGI PROBLEM
O
1. DS: Ketidakmampuan paru-paru Gangguan
a. Ibu pasien mengembang,alveolus
mengatakan saat imatur,kelainan di dalam dan
ingin diluar paru-paru,lahir prematur
melahirkan
tidak pernah di Gang.endothelium
lakukan alveolac
penyutikan
pematangan PO2 menurun
paru
DO: Usaha nafas meningkat
a. Terpasang
oksigen dengan Menurunnya ventilasi dan CO2
menggunakan meningkat
CPAP
b. TTV : Tekanan darah arteri menurun
pertukaran gas
HR : 139 x/m
RR : 45 x/m Atelektasis alveoli,edema
T: 36 ’C dan kerusakan sel
Crt < 3detik
c. Retraksi dada Kebocoran serum protein ke
ringan dalam alveoli
d. Pasien nampak
sianosis pada Kekurangan surfaktan
ujung jari
tangan dan kaki Kolaps pada paru-paru
Paru-paru menjadi kaku
Sesak nafas
Risiko Hipotermia
B. Diagnosis Keperawatan
No Diagnosis Keperawatan
1. Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan imaturitas neurologis
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
3. Risiko Hipotermia berhubungan dengan berat badan lahir rendah
C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Luaran
No. Intervensi Keperawatan Rasional
Keperawatan Keperawatan
1. Gangguan Setelah dilakukan Observasi
Pertukaran Gas tindakan 1. Monitor vital sign (nadi, 1. Untuk mengetahui keadaan umum
keperawatan selama RR) pasien.
3x24 jam, 2. Monitor frekuensi, irama, 2. Distress pernapasan dan perubahan
diharapkan kedalaman dan upaya pada tanda vital dapat terjadi sebagai
Gangguan napas akibat dari diafragma yang menekan
Pertukaran Gas paru-paru.
kembali efektif. 3. Monitor saturasi oksigen 3. Mengetahui adanya perubahan nilai
SaO2
Kriteria Hasil : 4. Auskultasi bunyi napas 4. Mengetahui adanya bunyi napas
a. Gangguan tambahan
Pertukaran Gas 5. Monitor nilai AGD 5. Untuk mengetahui fungsi dari organ
membaik paru
b. Rasa gelisah Terapeutik
menurun 1. dokumentasi hasil 1. Sebagai catatan perawat
c. Sianosis pemantauan
membaik
Edukasi
1. Jelaskan hasil pemantauan, 1. Sebagai bentuk dalam meningkatkan
jika perlu pengetahuan keluarga pasien, dan
mengetahui tujuan dari dilakukannya
pemantauan
2. Defisit nutrisi Setelah dilakukan Observasi
tindakan 1. Identifikasi status nutrisi 1. Mengetahui status nutrisi terkini
keperawatan selama pasien serta masalah dalam
3x24 jam, pemenuhan nutrisi pasien
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian 1. Membantu pasien dalam
medikasi sebelum makan, menghabiskan makanan
jika perlu
3. Resiko Setelah dilakukan Observasi
Hipotermia tindakan 1. Monitor suhu tubuh 1. untuk mengetahui suhu tubuh
keperawatan selama 2. Identifikasi penyebab 2. untuk memantau suhu tubuh klien
3 x 24 jam hipotermia
diharapkan Resiko (misalnya:terpapar suhu
C. Intervensi Keperawatan
Perencanaan merupakan langkah ketiga dalam proses keperawatan . Adapun
perencenanaan keperawatan berdasarkan atas prioritas masalah, kedua
perumusan tujuan dengan krteria hasil yang ditargetkan dan yang ketiga adalah
penetapan intervensi keperawatan.
Diagnosis dalam kasus ini adalah gangguan pertukaran gas, defisit
nutrisi, resiko hipotermia. Adapun rencana yang akan dibuat berdasarkan
diagnosis keperawatan tersebut yaitu :
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah tahapan akhir dari proses keperawatan
yang merupakan perbandingan yang sistematis dan terenacana antara hasil
akhir yang teramati dan tujuan criteria hasil yang dibuat pada tahapan
perencanaan.
Evaluasi Akhir diagnosis pertama yaitu Gangguan Pertukaran Gas
berhubungan dengan imaturitas neurologis dimana masalah teratasi. Data
Subjektif: tidak dapat dikaji , bayi belum dapat berbicara. Data Objektif:
Tidak terpasang CPAP,tidak sesak,tidak terpasang alat bantu pernapasan.
Tanda tanda vital HR:139 ̸m, RR: 44x /menit,SB: 36.5 C, CRT <3 detik.
Planning: pertahankan kondisi pasien.
Evaluasi Akhir diagnosis kedua yaitu Defisit nutrisi berhubungan
dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient dimana masalah belum
teratasi. Data Subjektif: tidak dapat dikaji, bayi belum berbicara. Data
Objektif: berat badan bayi 1380gr, Kebutuhan ASI 33CC melalui 8 cc cup
botol dan 25 OGT, kemampuan menelan baik,mukosa bayi membaik.
Refleks menghisap bayi baik, sudah mulai menyusi langsung pada payudara
ibu .Planning: Penimbangan berat badan, Kelola pemberian ASI.
Evaluasi Akhir Diagnosis ketiga yaitu Resiko Hipotermia
berhubungan dengan berat badan lahir rendah masalah teratasi. Data
Subjektif: tidak ada Data Objektif: Suhu tubuh dalam batas normal 36,5 C,
bayi nampak tenang dalam incubator. Plannning: Pertahankan kondisi bayi
dan tetap memantau suhu tubuh.
BAB V