Anda di halaman 1dari 22

Mata Kuliah : Asuhan Bayi, Balita dan Apras

Semester : 3 (ganjil)
Dosen Pengampuh : Rasyidah, S.Keb., Bd., M.,Keb

MAKALAH

BBLR (BAYI BERAT LAHIR RENDAH)

NAMA : Faliza Novia Ekasari


NPM : 721640233
KELAS : 21S2

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS WIRARAJA
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa, atas petunjuk dan
kekuatan-Nya kami dapat menyelesaikan tugas Makaah dengan lancar tanpa kendala yang
berarti. Makaah ini kami susun dengan tujuan memenuhi kebutuhan kami sebagai mahasiswa
untuk menambah pengetahuan kami tentang asuhan kebidanan ini. Dengan mengumpulkan
informasi dari berbagai sumber yang relevan, yang nantinya dapat bermanfaat bagi semua
untuk mengatasi kesulitan belajar dalam mempelajari asuhan kebidanan ini. Dalam
penyelesaian Makalah ini tentunya banyak melibatkan berbagai pihak. Untuk itu ucapan
terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya
makalah ini. tentunya dalam penyusunan tugas ini kami belumlah cukup sempurna. Oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran untuk menjadikan isi makalah ini menjadi
lebih baik dan menjadi tolak ukur bagi kami untuk menyusun makalah yang sesuai dengan
harapan kita semua yang bermanfaat untuk sekarang dan masa depan. Semoga segala ikhtiyar
kita diridhoi Allah SWT, Amin.

Sumenep, 21 November 2022

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman cover ……………………………………………………………………… i


Kata Pengantar ……………………………………………………………………... ii
Daftar Isi ……………………………………………………………………………. iii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah ………………………………………………... 2
C. Tujuan Penulisan …………………………………………………. 3
BAB 2 PEMBAHASAN
 Definisi BBLR …………………………………………………….. 4
 Klasifikasi BBLR ………………………………………………….. 4
 Tanda dan gejala BBLR ……………………………….………….. 5
 Factor resiko BBLR …………………………………………. 6
 Gambaran Klinis BBLR .…………………………………………… 7
 Penyakit yang berhubungan dengan BBLR ……………………….. 8
 Penatalaksanaan BBLR ...…………………………………………. 8
BAB 3 Asuhan Kebidanan Pada BBLR …….……………………….......... 14
BAB 4 Penutup
A. Kesimpulan ……………………………………………………… 16
B. Saran …………………………………………………………….. 16
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang saat lahir dengan
berat badan kurang dari 2.500 gram. Bayi berat lahir rendah mungkin prematur
(kurang bulan), mungkin juga cukup bulan (dismatur) (Hendayani,2019).
Berat bayi lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu penyumbang terbesar
angka kematian bayi (AKB). BBLR masih merupakan masalah kesehatan terkait
dengan mortalitas (kematian) dan morbiditas (kesakitan) perinatal. Angka kematian
bayi baru lahir di Indonesia masih lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara
berkembang lainnya. Bayi yang mengalami BBLR setiap tahun sekitar 20 juta bayi,
98,5% diantaranya di negara berkembang. Pengalaman dari negara maju dan
berpenghasilan rendah dan menengah telah dengan jelas menunjukkan bahwa
perawatan bayi BBLR yang tepat, termasuk pemberian makan, pemeliharaan suhu,
tali higienis dan perawatan kulit, serta deteksi dini dan pengobatan infeksi dan
komplikasi termasuk sindrom gangguan pernapasan dapat secara substansial
mengurangi kematian (WHO, 2018).
Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017
menunjukkan AKN sebesar 15/1.000 kelahiran hidup. Berdasarkan data yang
dilaporkan oleh Direktorat Kesehatan Keluarga tahun 2019, dari 29.322 kematian
balita, 69% (20.244 kematian)terjadi pada masa neonatus. Penyebab kematian
neonatal terbanyak adalah kondisi berat badan lahirrendah (BBLR) yaitu 7.150
kematian (35,3%)(Kemenkes, 2019).
Dalam Profil Anak Indonesia (2018) menyatakan bahwa, kematian bayi
merupakan suatu hal yang sangat penting yang harus diperhatikan oleh para
pemangku kebijakan, terutama negara berkembang seperti Indonesia. Angka
kematian bayi (AKB) mencerminkan tingkat pembangunan kesehatan dari suatu
negara serta kualitas hidup dari masyarakatnya. Angka kematian bayi adalah
peluang bayi meninggal antara kelahiran dan sebelum mencapai usia satu tahun.
Perawatan neonatal yang baik menjadi salah satu standar dalam upaya menurunkan
kematian akibat berat lahir rendah, infeksi paska lahir (seperti tetanus neonatarum,
sepsis), hipotermia dan asfiksia (Profil Kesehatan Anak Indonesia, 2018).
Bayi prematur maupun bayi cukup bulan yang lahir dengan berat badan
rendah terutama < 2000 g, terancam kematian akibat hipotermi karena bayi dengan
berat badan lahir rendah sangat rentan mengalami permasalahan pada sistem
termoregulasi (Roudatul Hikmah, 2016). Hipotermia pada bayi dengan berat lahir
rendah terjadi karena bayi memiliki sistem termoregulasi yang kurang baik untuk
beradaptasi dengan suhu lingkungan. Bayi berat lahir rendah cenderung memiliki
lapisan lemak subkutan sangat tipis serta mekanisme pengaturan suhu tubuh yang
lemah sehingga sangat mudah dipengaruhi oleh suhu lingkungan sekitar. Usia
kehamilan sangat berpengaruh pada cadangan lemak coklat pada bayi, semakin lama
usia kehamilan, maka persediaan lemak coklat pada bayi semakin banyak. Ibu yang
melahirkan tidak cukup bulan cenderung bayi akan memiliki persediaan lemak
coklat sedikit, sehingga bayi akan mengalami kedinginan/ hipotermia (Setiyani et
al., 2016). Bayi dengan berat lahir rendah berisiko tinggi mengalami gangguan
integritas kulit dan juga berisiko tinggi terhadap infeksi (Yuliastati & Arnis, 2016).
Penelitian yang dilakukan di rumah sakit dan klinik Universitas Lowa
Amerika Serikat terdapat 12% bayi mengalami hipotermia berat, 40% hipotermia
sedang, 27% hipotermia ringan, 19% normotermik dan 2% hipertermia dari 532 bayi
dengan berat lahir rendah (O’Brien et al., 2019). Hasil penelitian di RSUD Abdoer
rahem Situbondo, didapatkan hasil bayi dengan berat lahir rendah mengalami
hipotermia sebesar 62,9% dari 105 BBLR (Roudatul Hikmah, 2016).
Hipotermia jika dibiarkan akan menyebabkan bayi mengalami cold stress
yang menyebabkan hipoksemia atau hipoglikemia dan jika dibiarkan dapat
menyebabkan kerusakan pada otak. Tindakan pencegahan hipotermia pada bayi
dengan berat lahir rendah yaitu menghangatkan bayi melalui inkubator (Parti et al.,
2020). Mempertahankan kestabilan suhu tubuh pada bayi dengan berat badan lahir
rendah yaitu dengan mengguanakan metode kanguru dengan menghangatkan bayi
memalui panas tubuh ibu atau secara konveksi (Suradi & Yanuarso, 2020).
Penelitian yang dilakukan di klinik sehati Medan, dengan melakukan IMD dapat
mencegah terjadinya hipotermia pada bayi. Pada saat proses inisiasi menyusui dini
berlangsung terdapat kontak skin to skin bayi dengan ibu (Sari, 2020).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan BBLR?
2. Apa saja etiologi BBLR?
3. Bagaimana tanda dan gejala BBLR?
4. Apa saja factor resiko pada BBLR?
5. Bagaimana gambaran klinik pada BBLR?
6. Apa saja penyakit yang berhubungan pada BBLR?
7. Bagaimana pencegahan pada BBLR?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud BBLR
2. Untuk mengetahui klasifikasi BBLR
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala BBLR
4. Untuk mengetahui factor resiko pada BBLR
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan BBLR
6. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic BBLR
7. Untuk mengetahui pencegahan BBLR
D. Manfaat
1. Mahasiswa mengerti apa yang dimaksud BBLR
2. Mahasiswa mengerti klasifikasi BBLR
3. Mahasiswa mengetahui tanda dan gejala BBLR
4. Mahasiswa mengetahui factor resiko pada BBLR
5. Mahasiswa mengetahui penatalaksanaan pada BBLR
6. Mahasiswa mengetahui pemeriksaan diagnostic BBLR
7. Mahasiswa mengetahui pencegahan BBLR
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)


Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat
kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi (berat lahir adalah berat
bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir, (Tando, 2016).

2. Klasifikasi
Secara khusus, BBLR memiliki pengelompokkan sendiri. Ada beberapa
cara yang bisa dilakukan dalam mengelompokkan BBLR, yaitu :
a. Klasifikasi BBLR berdasarkan Berat Badan Lahir
1. Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat badan kurang dari
2500 gram pada saat lahir.
2. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) atau very low birth weight
(VLBW) adalah bayi dengan berat badan lahir sangat rendah antara 1500
gram
3. Bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR) adalah bayi dengan
berat lahir kurang dari 1000 gram. ( Sulistiani.K, 2014).

b. Klasifikasi BBLR sesuai masa gestasinya


a) Prematuritas Murni Yaitu masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan
berat
badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi berat atau biasa
disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan (NKB-SMK).
( Proverawati & Ismawati, 2018).
b) Dismaturitas Yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan
seharusnya untuk masa kehamilan, hal ini disebabkan karena mengalami
gangguan pertumbuhan dalam kandungan dan merupakan bayi yang kecil
untuk masa kehamilannya (KMK). (Regina, 2009). Dismatur (IUGR)
adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya
untuk masa kehamilan dikarenakan mengalami gangguan
pertumbuhan dalam kandungan (Maryunani, 2013). Menurut Renfield
(1975) dalam Mryunani, 2013 IUGR di bedakan menjadi :
 Proportionate IUGR
Merupakan janin yang menderita distress yang lama dimana
gangguan pertumbuhan terjadi berminggu-minggu sampai berbulan-
bulan sebelum bayi lahir sehingga berat.panjang dada, lingkaran
kepala dalam proporsi yang seimbang akan tetapi keseluruhannya
masih dibawah masa gestasi yang sebenarnya. Bayi ini tidak
menunjukkan adanya Wasted oleh karena retardasi pada janin
terjadi sebelum terbentuknya adipose tissue.
 Disproportionate IUGR
Merupakan janin yang terjadi karena distress sub akut gangguan
terjadi beberapa minggu sampai beberapa hari sampai janin lahir.
pada keadaan ini panjang dan lingkar kepala normal akan tetapi
berat tidak sesuai dengan masa gestasi. Bayi tampak Wasted dengan
tanda-
tanda sedikitnya jaringan lemak di bawah kulit, kulit kering keriput
dan mudah di angkat bayi kelihatan kurus dan lebih Panjang.
3. Tanda dan Gejala BBLR
Bayi berat lahir rendah (BBLR)memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a .Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu
b. Berat badan sama dengan atau kurang dari 2.500 gram
c. Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm
d. Lingkaran kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm
e .Lingkaran dada sama dengan atau kurang dari 30 cm
f. Rambut lanugo masih banyak
g. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang
h. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya
i. Tumit mengkilap, telapak kaki halus
j. Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia mayora,
klitoris menonjol (pada bayi perempuan). Testis belum turun ke dalam
skrotum, pigmentasi dan rugue pada skrotum kurang (pada bayi laki-laki).
k. Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah
l. Fungsi syaraf yang belum atau tidak efektif dan tangisannya lemah
m. Jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan ototdan
jaringan lemak masih kurang
n. Verniks caseosa tidak ada atau sedikit bila ada. (Proverawati. A, 2010).

4. Faktor Resiko
a. Faktor Ibu
 Status Gizi
Berdasarkan hasil penelitian Yulianti, I dan Hargiono, A.R tahun 2016,
menyatakan bahwa status gizi terdapat hubungan antara status gizi ibu
hamil dengan kejadian BBLR(Yulianti, I & Hargiono, A.R, 2016). Ada
beberapa cara untuk mengetahui status gizi ibu hamil yaitu dengan
mengukur Lingkar Lengan Atas (LILA), Haemoglobin (HB), dan
berat badan. LILA yang dimaksudkan yaitu untuk mengetahui
apakah seseorang menderita Kekurangan Energi Kronik (KEK). Di
Indonesia batas ambang resiko KEK adalah 23,5,hal ini berarti ibu
hamil dengan resiko KEK diperkirakan akan melahirkan bayi BBLR.
Pengukuran kadar HB untuk mengetahui kondisi ibu apakah menderita
anemia gizi. Ibu hamil akan menjadi anemia pada saat kadar
haemoglobin ibu turun sampai
dibawah 11 gr/dl selama trimester III. (Waryana, 2010).
Berat badanibu sebelum hamil dan kenaikan berat badan selama
hamil kurang (underweight) atau lebih (overweight) dari normal
akan membuat kehamilan menjadi beresiko (low risk).
Berat badan ibu yang kurang akan berisiko melahirkan bayi dengan
berat badan kurang atau Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR). (Waryana,
2010). Apabila terjadi malnutrisi pada ibu hamil, volume darah menjadi
berkurang, ukuran plasenta berkurang dan transfer nutrient melalui
plasenta berkurang sehingga janin tumbuh lambat atau terganggu
(IUGR). Ibu hamil dengan kekurangan gizi cenderung melahirkan
premature atau BBLR (kurang dari 2500 gram). (Pantikawati & Saryono,
2010).
 Umur
Berdasarkan hasil penelitian Yulianti, I dan Hargiono, A.R(2016),
menyatakan bahwa umur ibu erat kaitannya dengan berat bayi lahir.
Kehamilan dibawah umur 16 tahun merupakan kehamilan berisiko
tinggi, 4 kali lebih tinggi dibandingkan dengan kehamilan pada wanita
yang cukup umur. Pada umur yang masih muda, perkembangan organ-
organ reproduksi dan fungsi fisiologinya belum optimal. Selain itu
emosi dan kejiwaannya belum cukup matang,sehingga pada saat
kehamilan ibu tersebut belum dapat menanggapi kehamilannya
secara sempurna dan sering terjadi komplikasi. Selain itu semakin
muda usia ibu hamil,maka akan terjadi bahaya bayi lahir kurang bulan,
perdarahandan bayi lahir ringan.
MenuruLubis (2013), usia reproduksi sehat adalah usia 20-35 tahun
yang dikenal dengan usia aman untuk kehamilan dan persalinan.
Sedangkan usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun adalah
usia risiko tinggi yang kemungkinan akan memberikan ancaman kesehatan
dan jiwa ibu maupun janin yang dikandungnya selama kehamilan,
persalinan, dan nifas.
Berdasarkan hasil penelitian Indra sari,N (2016) menyatakan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara usia ibu dengan kejadian
BBLR ibu dengan usia beresiko mempunyai resiko 4.2 kali lebih besar
untuk terjadi berat badan lahir rendah (BBLR) dibanding ibu yang
tidak mempunyai usia beresiko.
 Paritas
Paritas adalah jumlah janin dengan berat badan lebih dari atau sama
dengan 500 gram yang pernah dilahirkan hidup maupun mati. Bila berat
badan tak diketahui maka dipakai umur kehamilan, yaitu 24 minggu
(Siswosudarmo, 200). Paritas dalam arti khusus yaitu jumlah atau banyaknya
anak yang dilahirkan. Paritas dikatakan buruk apabila seorang ibu atau
wanita melahirkan anak ke empat atau lebih. Seorang wanita yang sudah
mempunyai tiga anak dan terjadi kehamilan lagi maka keadaan
kesehatannya akan mulai menurun, sering mengalami kurang darah
(anemia), terjadi perdarahan lewat jalan lahir dan letak bayi sungsang atau
melintang. Paritas dikatakan baik apabila seorang ibu atau wanita
melahirkan kurang dari empat anak. (Afifah N, 2016).Sesuai dengan penelitian
Indrasari, N (2016) menyatakan bahwa adanya hubungan yang signifikan
antara paritas dengan kejadian BBLR,Ibu yang memiliki paritas
beresiko mempunyai resiko 2.2 kali lebih besar untuk terjadi berat badan
lahir rendah (BBLR) dibanding ibu yang tidak mempunyai paritas
beresiko.
 Penyakit Menahun
Penyakit menahun adalah penyakit yang telah diderita Ibu sejak sebelum
kehamilan.Menurut penelitian Indrasari, N (2016)menyatakan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara riwayat penyakit ibu dengan kejadian
BBLR, dimana Ibu dengan riwayat penyakit mempunyai resiko 4,0 kali lebih
besar untuk terjadi BBLR dibanding Ibu yang tidak mempunyai
riwayat penyakit. Kesehatan dan pertumbuhan janin dipengaruhi oleh
kesehatan ibu. Bila mempunyai penyakit yang berlangsung lama atau
merugikan kehamilannya, maka kesehatan dan kehidupan janin pun akan
terancam. Penyakit yang dapat mempengaruhi berat bayi lahir diantaranya
adalah Diabetes Melitus Gestasional (DMG), Jantung, Anemia berat, TBC,
Malaria, dan HIV.(Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat Tahun, 2016). Jenis
penyakit ini sangat bahayanya bagi ibu hamil yaitu dapat menganggu janin
yang dikandungnya. Penyakitmenahun pada Ibu akan sangat berdampak
pada bayi yang ada dikandungannya.Kemungkinan bayi terlahir dengan
berbagai gangguan dapat terjadi.Bayi yang dikandung tersebut mungkin
akan terkena katarak mata, tuli, Hypoplasia (gangguan pertumbuhan organ
tubuh seperti jantung, paru-paru, dan limpa). Bisa juga mengakibatkan
berat bayi tidak normal, keterbelakangan mental, hepatitis, radang selaput
otak, radang iris
mata, dan beberapa jenis penyakit lainnya. (Profil Kesehatan Provinsi Jawa
Barat Tahun, 2016).
 Komplikasi Kehamilan
Menurut penelitian Indrasari, N (2016) menunjukkan bahwa adanya
hubungan yang signifikan antara riwayat komplikasi dengan kejadian
berat badan lahir rendah (BBLR), dimana ibu dengan riwayat komplikasi
kehamilan mempunyai resiko 2,5 kali lebih besar untuk terjadi berat badan
lahir rendah (BBLR) dibanding ibu yang tidak mempunyai riwayat
komplikasi. Bayi berat lahir rendah dapat terjadi pada ibu mengalami
gangguan/komplikasi selama kehamilan seperti hiperemesis gravidarum,
hipertensi, hipotensi, anemia, preeclampsia dan eklampsia(Indrasari N, 2016).
b. Faktor Bayi
Beberapa faktor janin yang mempengaruhi kejadian prematur antara lain :
a) Cacat Bawaan
Cacat bawaan atau kelainan kongenital merupakan akibat kelainan
kromosom (sindroma down, turner) serta cacat bawaan karena infeksi
intrauterine (menyebabkan gangguan pada bayi dalam bentukfetal
dismaturity) sehingga janin lahir dengan berat badan yang lebih kecil
atau mati dalam kandungan. Kelainan kongenital merupakan kelainan
dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul sejak kehidupan hasil
konsepsi sel telur. Bayi yang dilahirkan dengan kelainan kongenital,
umumnya akan dilahirkan sebagai bayi berat lahir rendah (BBLR) atau bayi
kecil untuk masa keha
milannya.Bayi Berat Lahir Rendah dengan kelainan kongenital yang
mempunyai berat kira-kira 20% meninggal dalam minggu pertama
kehidupannya.(Indrasari. N,2016).
b) Infeksi dalam Rahim
Penyakit infeksi TORCH adalah suatu istilah jenis penyakit infeksi
yaitu Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes. Keempat jenis
penyakit ini sama bahayanya bagi ibu hamil yaitu dapat menganggu janin
yang dikandungnya. Bayi yang dikandung tersebut mungkin akan terkena
katarak mata, tuli, Hypoplasia (gangguan pertumbuhan organ tubuh seperti
jantung, paru-paru, dan limpa). Bisa juga mengakibatkan berat bayi tidak
normal, keterbelakangan mental, hepatitis, radang selaput otak, radang
iris
mata, dan beberapa jenis penyakit lainnya. (Profil Kesehatan Provinsi
Jawa Barat Tahun, 2016).
c. Faktor Lain
1) Faktor plasenta : plasenta previa, solusio plasenta, plasenta kecil.
2) Faktor lingkungan : radiasi atau zat – zat beracun
3) Keadaan sosial ekonomi yang rendah
4) Kebiasaan : pekerjaan yang melelahkan dan merokok (Rukiah, dkk,2013: 244).

5 Gambaran Klinik BBLR


a. Sebelum lahir
1. Pada anamnese sering di jumpai adanya riwayat abortus partus prematur dan
lahir mati.
2. Pergerakan janin yang pertama (quikening) terjadi lebih lambat, gerakan janin
lebih lambat, walaupun kehamilannya sudah agak lanjut.
3. Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan.
4. Pertambahan berat badan ibu lambat.
5. Sering di jumpai kehamilan dengan oligohidramnion atau bisa pula hidramnion,
hiperemesis gravidarum dan pada hamil lanjut dengan toxemia gravidarum.

b. Setelah lahir
1. Verniks kaseosa sedikit/tidak ada.
2. Jaringan lemak bawah kulit sedikti.
3. Tulang tengkorak lunak mudah bergerak.
4. Menangis lemah.
5. Kulit tipis, merah dan transparan.
6. Tonus otot hipotonik (Marynani,A, 2013: 54-55).

6. Penyakit yang berhubungan dengan BBLR


Berat Badan Lahir Rendah mungkin prematur (kurang bulan) atau dismaturitas (cukup
bulan). Beberapa penyakit yang berhubungan dengan BBLR: Penyakit yang
berhubungan dengan prematuritas
1) Sindrom gangguan pernapasan idiopatik (penyakit membran hialin)
2) Pneumonia aspirasi, karena refleks menelan dan batuk belum sempurna.
3) Perdarahan spontan dalam ventrikal otak lateral, akibat anoksia otak (erat kaitannya
dengan gangguan pernapasan)
4) Hiperbilirubinemia, karena fungsi hati belum matang
5) Hipotermi
Penyakit yang berhubungan dengan dismaturitas
1) Sindrom aspirasi mekonium
2) Hipoglikemia, karena cadangan glukosa rendah
3) Hiperbilirubinemia
4) Hipotermi (Maryunani A,2013:46-47).
8. Penatalaksanaan BBLR
a. Mempertahankan Suhu Tubuh Dengan Ketat
Karena bayi BBLR mudah mengalami hipotermi, maka itu suhu tubuhnya
harus di pertahankan dengan ketat.Cara mempertahankan suhu tubuh bayi BBLR dan
penangannya jika lahir dipuskesmas atau petugas kesehatan yaitu :
1. Keringkan badan bayi BBLR dengan handuk hangat, Kering dan Bersih.
2. Kain yang basah secepatnya di ganti dengan yang kering dan hangat dan pertahankan
tubuhnya dengan tetap.
3. Berikan lingkungan hangat dengan cara kontak kulit ke kulit dan bungkus bayi
BBLR dengan kain hangat
4. Beri lampu 60 watt denga jarak minimal 60 cm dari bayi
5. Beri oksigen
6. Tali pusat dalam keadaan bersih
b. Mencegah infeksi dengan ketat
Bayi BBLR sangat rentan akan infeksi, maka prinsip – prinsip pencegahan infeksi
termasuk cuci tangan sebelum memegang bayi.
c. Pengawasan Nutrisi
Refleks menelan bayi BBLR belum sempurna dan sangat lemah, sehingga
pemberian nutrisi harus di lakukan dengan cermat. Sebagai langkah awal jika bayi
BBLR bisa menelan adalah tetesi ASI dan jika bayi BBLR belum bisa menelan
segera rujuk (rujuk ke rumah sakit jika bayi BBLRnya di tangani di puskesmas).
d. Penimbangan Ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi / nutrisi bayi dan erat kaitannya
dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan harusdilakukan
dengan ketat. Kebutuhan cairan untuk bayi baru lahir adalah 120-150 ml/kg/hari atau
100-120cal/kg/hari. Pemberian dilakukan secara bertahap sesuai dengan kemampuan
bayi untuk segera mungkin mencukupi kebutuhan cairan/kalori.Selain itu kapasitas
lambung bayi BBLR sangat kecil sehingga minum harus sering diberikan tiap jam.
Perhatikan apakah selama pemberian minum bayi menjadi cepat lelah, menjadi biru
atau perut membesar / kembung (Rukiah, dkk, 2013: 245-246).Pada BBLR terdapat
pula perawatan Menggunakan Perawatan Bayi Lekat((Kangaroo Mother Care),
perawatan bayi lekat ini merupakan cara yang murah,aman dan mudah diterapkan
yaitu dengan cara mempertahankan suhu tubuh bayi dengan cara kontak ke kulit
seawal mungkin, mendukung ibu untuk memberikan Asi,Manfaat KMC ini yaitu
dapat menjaga ikatan emosi ibu dan bayi, dapat melatih ibu cara menyusui yang baik
dan benar, melatih bayi untuk menghisap dan menelan secara teratur dan
terkoordinasi.
Ada beberapa langkah-langkah dalam perawatan bayi lekat yaitu:
1. Letakkan Bayi diantara payudara ibu dengan kaki bayi di bawah payudara ibu
dan tangan bayi di atasnya.
2. Kulit bayi harus melekat pada dada ibu (kontak kulit-kulit) dengan kepala bayi
menoleh pada satu sisi (kiri/kanan).
4. Gunakan baju kanguru/selendang/kain panjang untuk membungkus bayi dan ibu
dengan nyaman, caranya yaitu, letakkan bagian tengah kain menutupi bayi didada ibu,
bungkus dengan kedua ujung kain mengelilingi ibu di bawah lengannya ke punggung
ibu, silangkan ujung kain di belakang ibu,bawa kembali ujung kain ke depan, ikat
ujung kain untuk mengunci di bawah bayi, topang kepala bayi dengan menarik
pembungkus ke atas hanya sampai telinga bayi.
BAB 3
KONSEP DASAR ASUHAN KEBIDANAN PADA BBLR

A. Manejemen Kebidanan
Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru LahirMenurut Asri, Dwi
2018. Asuhan kebidanan pada Bayi Baru Lahir dengan BBLR :
Langkah 1 : Pengkajian
a) Data Subjektif
Data subjektif adalah informasi yang dicatat mencakup identitas, keluhan
yang diperoleh dari hasil wawancara langsung kepada klien/ pasien
(anamnesis) atau dari keluarga dan tenaga kesehatan. Pada langkah ini
dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua yang
berkaitan dengan kondisi klien.
 Identitas Bayi mencakup
a) Nama : untuk mengenal dan menghindari terjadinya kekeliruan
b) Umur : mengantisipasi diagnosa dan terapi yang diberikan pada
pasien,
c) Jenis kelamin : untuk mencocokkan jenis kelamin sesuai nama
anak, anak ke berapa untuk mengetahui paritas dari orang tua.
 Sedangkan identitas orang tua mencakup
a. Nama : untuk mengenal/ memanggil klien serta sebagai penanggung
jawab terhadap anak,
b. Umur : untuk mengetahui umur ibu serta suami, umur ibu sangat
berpengaruh dalam kesehatan janin,
c. Suku : untuk mengetahui dari suku mana ibu berasal untuk
menentukan cara pendekatan serta pemberian asuhan terhadap anak
d. Pendidikan : tingkat pendidikan sangat berpengaruh dalam asuhan
yang diberikan
e. Pekerjaan :jenis pekerjaan dapat menunjukan keadaan ekonomi
keluarga dan mempengaruhi kesehatan
f. Penghasilan : untuk mengetahui hidup ekonomi dan berkaitan
dengan status gizi pada ibu saat hamil
g. Alamat: untuk mempermudah hubungan bila keadaan mendesak dan
mudah melakukan kunjungan rumah.
 Keluhan Utama
Untuk mengetahui masalah yang dihadapi dan sejauh mana
kebutuhan klien yang berkaitan dengan BBLR dan permasalahan yang
dialami klien. Pada bayi Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) didapatkan
berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan 45 cm, lingkar
kepala kurang dari 33 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm, kulit tipis
dan transparan, lanugo banyak terutama pada dahi, lemak subkutan
kurang, pergerakan kurang dan lemah, bayi banyak tidur, lemah,
refleks menelan atau mengisap kurang/ lemah (Pantiawati 2015).
 Riwayat kesehatan yang lalu
Data yang diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
riwayat atau penyakit akut, kronis seperti anemia berat, pre eklampsi
atau hipertensi, infeksi selama kehamilan, kehamilan ganda.
Perdarahan anterpartum, trauma fisik dan psikologis (Pudiastuti,2011).
 Riwayat prenatal, natal, neonatal dan riwayat kebutuhan sehari-hari
Prenatal: untuk mengetahui kondisi ibu selama hamil apakah ada
komplikasi atau tidak,HPHT ibu, periksa kehamilan dimana, beberapa
kali serta mendapatkan obat apasaja dari petugas kesehatan, penyakit
ibu selama hamil seperti hipertensi, anemia diabetes, kenaikan berat
badan selama hamil.
Neonatal: untuk mengetahui bayi minum ASI atau susu formula,
berapa berat badan lahir, panjang badan, apakah bayi langsung
menangis atau tidak. Sedangkan riwayat kebutuhan sehati-hari untuk
mengetahui pola istrahat,eliminasi, dan nutrisi pada bayi baru lahir
dengan berat badan lahir rendah (BBLR).
b) Data Obyektif
Didapatkan dari pemeriksaan umum, pemeriksaan antropometri,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan refleks dan pemeriksaan penunjang.
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum KU: baik / lemah. respon cukup terhadap rangsangan,
apatis: acuh tak acuh terhadap keadaan sekitar,samnolen: tampak
mengantuk selalu ingin tidur, tidak memberi respon terhadap
rangsangan kuat dengan reflex pupil terhadap cahaya, tidak respon
terhadap rangsangan apapun .
TTV: suhu : 36,5 °C -37,5°C (normal), bila suhu <36,5°C: hipotermi
dan >37,5°C, HR: 120-160 x/menit (normal) bila RR<40: brakipnea
dan >60: takipnea. Pemeriksaan antropometri meliputi: berat badan
kurang dari 2500 gram, panjang badan 45 cm, lingkar kepala kurang
dari 33 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm, lingkar perut 30 cm.
2. Pemeriksaan fisik (Head To Toe)
Kepala: fontanel menonjol atau tidak, fontanel tertekan atau tidak,
sutura sagitalis menonjol atau tidak, ada cephal hematoma atau tidak,
lingkar kepala (jika lingkar kepala >3 cm dari lingkar dada maka bayi
mengalami hidrosephalus, jika lingkar kepala <3 cm maka bayi
mengalami mikrosephalus). Pada teori (Pantiawati 2010: 48)
pemeriksaan fisik yang perlu dilakukan pada BBLR adalah:
a. Rambut lanugo masih bayak atau tidak
b. Jaringan lemak subkutan tipis atau tidak
c. Tulang rawan daun telinga belum sempurna atau tidak.
d. Verniks caseosa ada atau tidak
e. Mata terbuka lebar atau tidak
f. Puting susu belum terbentuk dengan baik atau tidak
g. Umbilikus kering atau tidak, berwarna kuning kehijauan
h. Genetalia belum sempurna, labia mayora belum menutupi
labia minora pada perempuan sedangkan pada laki-laki testis
belum turun, dan skrotum belum menutupi testis.
3) Interpretasi data dasar
Interpretasi data dasar yang akan dilakukan adalah beberapa data
yang ditemukan pada saat pengkajian BBLR adalah,hipotermi,
hipoglikemia, perdarahan intra cranial (Pantiawati 2015)
4.)Identitas diagnosa potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnose
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang telah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi bila kemungkinan
dilakukan pencegahan terhadap masalah yang terjadi pada pasien
disaat akan datang dan sebagai deteksi dini jika terjadi penyakit
maupun komplikasi pada bayi. Antisipasi pada BBLR adalah
hipotermi,hipoglikemia dan hipoksia (Pantiawati,2010).
5) Tindakan segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter
dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota team
kesehatan lain sesuai dengan kondisi klien. Untuk memberikan
tindakan segera dilakukan pada pasien untuk mengurangi angka
kesakitan dan bahkan kematian pada bayi. Identifikasi tindakan
segera pada Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah jaga kehangatan
bayi, menjaga infeksi,dan menyusui bayi sedini mungkin (Pudiastuti.
2011).
6.) Merencanakan asuhan menyeluruh
Pada langkah ini mencerminkan kesinambungan dari proses
manajemen kebidanan. Indentifikasi dan menetapkan perlunya
tindakan segera bidan, dokter untuk dikonsultasi atau ditangani
bersama dengan anggota tim lainnya sesuai kondisi pasien.
Penyuluhan rencana asuhan menyeluruh pada bayi baru lahir
dengan BBLR adalah : (Sarwono,2006).
1. Berikan suhu lingkungan yang netral
2. Keringkan secepatnya dengan handuk hangat
3. Kain yang basah secepatnya diganti dengan kain kering dan hangat.
4. Berikan lingkungan yang hangat dengan cara kontak kulit
5. Beri lampu 60 watt dengan jarak minimal 60 cm pada bayi
6. Kepala bayi ditutup topi.
7. Anjurkan ibu untuk menyusul bayi lebih sering (setiap 2 jam )
7) Implementasi
Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh harus dilaksanakan
secara efesien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya
oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan sebagian lagi oleh klien,
atau anggota tim kesehatan. ainnya. Bidan bekerja sama dengan dokter
dan pasien untuk melaksanakan rencana asuhan yang menyeluruh dan
kolaboratif (Varney,2007). Pelaksanaan tindakan yang dilakukan pada
bayi baru lahir dengan BBLR adalah: (Sarwono,2006).
1. Menginformasikan kepada keluarga tentang kondisi bayi
2. Memberikan suhu lingkungan yang netral
3. Mengeringkan bayi secepatnya dengan handuk hangat
4. Mengganti kain yang basah dengan kain kering hangat
5. Memberikan lampu 60 watt, dengan jarak minimal 60 cm pada bayi
6. Menutup kepala bayi dengan topi
7. Menghangatkan bayi dengan cara membungkus bayi
8. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayi lebih sering (setiap 2 jam)
8.) Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan, meliputi pemenuhan akan bantuan apakah benar-benar
terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah di identifikasi
didalam diagnose dan masalah. Rencana tersebut dapat dianggap
efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya. Proses
evaluasi ini untuk mengetahui sejauh mana keefektifan dan
keberhasilan asuhan yang telah diberikan pada bayi baru lahir dengan
berat badan lahir rendah (BBLR) diharapkan tidak terjadi hipotermi,
hipertermi, hipoglikemia perdarahan intracranial.
BAB 4
PENUTUP
Kesimpulan
BBLR dapat berdampak serius terhadap kualitas generasi mendatang, karena dapat
memperlambat pertumbuhan dan perkembangan anak, sehingga berpengaruh terhadap
penurunan kecerdasan. Bayi dengan berat lahir rendah cenderung mengalami perkembangan
kognitif yang lambat, kelemahan saraf dan mempunyai performa yang buruk pada proses
pendidikannya

Saran
 Bagi Rumah Sakit
Diharapkan ini dapat menjadi bahan referensi dan masukan untuk Rumah Sakit guna
meningkatkan pelayanan kesehatan, selain itu tenaga medis dapat melakukan tindakan
promotif dan preventif seperti penyuluhan, maupun konsultasi yang mendalam dan
memastikan ibu yang sedang hamil mengerti akan pentingnya mencegah kejadian bayi
berat lahir rendah dengan harapan angka kematian neonatus dapat berkurang,
 Bagi Masyarakat dan Keluarga
Diharapkan dapat menambah informasi serta wawasan tentang Bayi Berat Lahir
Rendah (BBLR), serta hubungannya agar dapat mengetahui upaya pencegahannya
serta memiliki kesadaran untuk memeriksakan kehamilannya secara rutin di sarana
pelayanan kesehatan, dengan harapan angka kematian neonatus dapat berkurang.
 Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat menambah referensi di Surabaya pada bidang Obsetrik dan
Ginekologi. Selain itu dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk melakukan
penelitian lanjutan mengenai BBLR.

Anda mungkin juga menyukai