Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

ASKEP BBLR (BERAT BAYI LAHIR RENDAH)

Dosen Pembimbing :
Ns. Junita Lusty, S.Kep.

Di susun oleh kelompok 1 :

1. Adam Dhimas Karinda Putra P07220118001


2. Aisya Nur Jannah P07220118002
3. Ananda Syafiqotul Istiqomah P07220118004
4. Anggie Sirilla P07220118005

KEMENTERIAN KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR


POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, atas berkat
dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan Makalah tugas mata kuliah
Keerawatan Anak yang berjudul “Asuhan Keperawatan BBLR (Berat Bayi Lahir
Rendah)” tepat waktu. Makalah ini tidak akan selesai tepat waktu tanpa bantuan dari
berbagai pihak.
Kami menyadari dalam pembuatan tugas ini masih banyak terdapat
kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami
harapkan. Sehingga tugas yang sederhana ini dapat menjadi bahan bacaan yang
bermanfaat demi peningkatan mutu pendidikan. Dan tak lupa kami ucapkan terima
kasih atas kesempatan yang diberikan kepada kami. Akhir kata semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan semua pihak yang
membacanya.

Samarinda, 12 Februari 2020

Penyusun

ii
2
DAFTAR ISI

JUDUL ......................................................................................................................i

KATA PENGANTAR .............................................................................................ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................4

A. Latar Belakang .....................................................................................................4

B. Rumusan Masalah ...............................................................................................4

C. Tujuan ...................................................................................................................5

BAB II TINJAU PUSTAKA ..................................................................................6

A. Pengertian BBLR ................................................................................................


B. Komplikasi BBLR...............................................................................................
C. Pathway BBLR ...................................................................................................
D. Faktor yang Mempengaruhi BBLR.....................................................................
E. Penatalaksanaan BBLR .......................................................................................
F. Asuhan Keperawatan BBLR ...............................................................................

BAB III PENUTUP .................................................................................................20

A. Kesimpulan ..........................................................................................................20

B. Saran .....................................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................28

3iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut World Health Organization (WHO)
diartikan sebagai suatu kelahiran dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram,
dapat disebut juga kelahiran prematur. BBLR lebih banyak terjadi di negara
berkembang dibandingkan di negara maju. Bayi yang lahir dengan BBLR memiliki
risiko 20 kali lebih besar dibandingkan dengan bayi normal. Faktor-faktor yang dapat
menyebabkan terjadinya BBLR diantaranya adalah faktor ibu yaitu penyakit ibu
(toksemia gravidarum, perdarahan antepartum, diabetes melitus), usia 35 tahun, ibu
dengan paritas 1 dan ≥ 4.3 Menurut data United Nations Children's Fund (UNICEF)
dan WHO pada tahun 2009-2013 terdapat 16% kelahiran bayi dengan BBLR di dunia,
13% kejadian di wilayah Afrika, 9% kejadian di wilayah Amerika, 28% di wilayah
Asia dan 9% di Indonesia.

Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi anatara satu daerah dengan daerah
lain, yaitu berkisar antara 9-30%. Hasil studi di tujuh daerah multisenter diperoleh
angka BBLR dengan rentang 2.1%-17,2%. Secara nasional berdasarkan RISKESDAS
2010 dan 2013 BBLR menurun dari 11,1% menjadi 10,2%, namun angka tersebut
masih di atas dari tujuan RENSTRA yang bertujuan menurunkan angka kejadian
BBLR sebanyak maksimal 8%. Selain itu RENSTRA juga bertujuan untuk
menurunkan angka kematian bayi yang dapat disebabkan oleh kejadian BBLR dari 32
menjadi 24 per 1000 kelahiran hidup

Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) sampai saat ini masih menjadi masalah
kesehatan masyarakat yang utama, diperkirakan 15-20% dari semua kelahiran di
seluruh dunia adalah BBLR yang mewakili lebih dari 20 juta kelahiran per tahun.

4
Meskipun ada variasi dalam prevalensi BBLR di setiap negara, namun hampir 95,6%
dari mereka berada di negara berkembang atau negara dengan sosial ekonomi rendah.
WHO mengestimasi 60-80% penyebab kematian bayi baru lahir paling dominan
khususnya di empat minggu pertama kelahirannya dikarenakan BBLR, yaitu berisiko
40 kali lebih besar mengalami kematian pada masa perinatal dengan angka kematian
neonatal secara global meningkat 20 kali lipat lebih besar pada bayi BBLR
dibandingkan bayi dengan berat badan normal. Lebih dari 50% beban global BBLR
terjadi di Asia, dengan insiden terbesar di Asia Selatan (26%) dimana satu dari empat
bayi baru lahir adalah dengan berat kurang dari 2.500 gram. Insiden BBLR di tujuh
Negara Asia Tenggara berkisar 7-21%, dimana insiden di Indonesia 7% (masih berada
di atas Vietnam 5%), namun jauh lebih baik dibandingkan dengan Burma 9%, Timor
Leste 10%, Kamboja 11%, Laos 15 % dan Philipina 21%.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari BBLR ?
2. Apa saja komplikasi dari BBLR ?
3. Bagaimana pathway dari BBLR ?
4. Apakah faktor yang mempengaruhi dari BBLR?
5. Bagimana penatalaksanaan BBLR?
6. Bagaimana asuhan keperawatan BBLR ?
C. Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak.
2. Agar dapat mengetahui dan memahami pengertian pengertian dari BBLR.
3. Agar dapat mengetahui dan memahami apa saja komplikasi dari BBLR.
4. Agar dapat mengetahui dan memahami bagaimana pathway dari BBLR.
5. Agar dapat mengetahui dan memahami bagaimana faktor yang mempengaruhi dari
BBLR.
6. Agar dapat mengetahui dan memahami bagaimana penatalaksanaan BBLR
7. Agar dapat mengetahui dan memahami bagaimana asuhan keperawatan BBLR.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian BBLR

Bayi Berat Lahir Rendah adalah kelompok bayi yang lahir dengan berat badan
kurang dari 2500 gram tanpa memandang usia kehamilan, baik prematur atau cukup
bulan (Depkes RI, 2009). Menurut Cunningham (2012) bayi dengan berat badan lahir
rendah adalah neonatus yang dilahirkan kecil. Berat badan lahir rendah mengacu pada
kelahiran dengan berat 500-2500 gram; berat badan lahir sangat rendah mengacu untuk
kelahiran dengan berat 500-1500 gram; berat badan lahir ekstrem rendah mengacu
untuk kelahiran dengan berat 500-1000 gram.

Menurut Hanretty (2010), bayi berat lahir rendah berarti bayi berbobot 2,5 kg atau
kurang saat lahir. Penyebabnya bisa berupa persalinan prematur atau kegagalan untuk
berkembang. Definisi berat badan lahir rendah adalah neonatus yang dilahirkan terlalu
kecil, kelahiran kurang bulan atau prematur adalah istilah yang digunakan untuk
mendefinisikan neonatus yang dilahirkan terlalu dini. Berdasarkan usia kehamilan bayi
baru lahir mungkin kurang bulan, aterm,atau lebih bulan (Cunningham, 2012).

Pada Kongres Europan Perinatal Medicine ke II di London (1970) diusulkan


definisi untuk mendapatkan keseragaman yaitu

1. Bayi kurang bulan (bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu),
2. Bayi cukup bulan (bayi dengan masa kehamilan 37-42 minggu)
3. Bayi lebih bulan (bayi dengan masa kehamilan 42 minggu atau lebih.

Menurut Wong (2008), klasifikasi bayi menurut ukuran yaitu

1. Bayi berat lahir rendah (BBLR, bayi yang berat badannya bayi berat lahir rendah
(BBLR, bayi yang berat badannya <2500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi)

6
2. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR, bayi yang berat badannya <1500 gram),
bayi berat lahir ekstrem rendah (BBLER, bayi yang berat badannya <1000 gram)
3. Bayi berat badan lahir moderat (BBLM, bayi yang berat badannya 1501 gram
sampai 2500 gram)
4. Bayi berat badan sesuai usia gestasinya ( bayi yang berat badannya antara persentil
ke 10 sampai ke 90 pada kurva pertumbuhan intrauterin)
5. Bayi berat badan kecil untuk usianya atau kecil untuk usia gestasinya, retardasi
pertumbuhan intrauterin (IUGR)
6. Bayi besar untuk usia gestasinya (bayi dengan berat badan lairnya di atas persentil
ke 90 pada kurva pertumbuhan intrauterin).

Secara umum, gambaran klinis dari bayi BBLR adalah berat kurang dari 2500
gram, panjang kurang dari 45 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm,lingkar kepala kurang
dari 3 cm, umur kehamilan kurang dari 37 minggu, kepala lebih besar, kulit transparan,
tipis, rambut lanugo banyak; pernafasan tidak teratur sehingga dapat terjadi apnea paha
abduksi, sendi lutut/kaki fleksi-lurus, kepala tidak mampu tegak, pernafasan 40-50
kali/menit,nadi 100-140 kali/menit (Proverawati, 2015). Pada setelah bayi lahir
dijumpai bayi dengan retardasi pertumbuhan intrauterin, secara klinik tampak seperti
bayi yang kelaparan, bayi prematur, jaringan lemak bawah kulit sedikit, menangis
lemah, vernik caseosa ada, kulit tipis, kulit merah dan transparan.

B. Komplikasi BBLR

Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah yaitu:

1. Hipotermi

Hipotermia adalah penurunan suhu tubuh di bawah 360C.Suhu normal bayi, baru lahir
berkisar 36,50C – 37,50C (suhu Axilla). Mekanisme kehilangan panas pada bayi baru
lahir :

7
a. Radiasi: dari objek ke panas bayi Contoh : timbangan bayi dingin tanpa alas
b. Evaporasi : karena penguapan cairan yang melekat pada kulit. Contoh : air
ketuban pada tubuh bayi, baru lahir, tidak cepat dikeringkan.
c. Konduksi : panas tubuh diambil oleh suatu permukaan yang melekat ditubuh.
Contoh : pakaian bayi yang basah tidak cepat diganti.
d. Konveksi : penguapan dari tubuh ke udara. Contoh : angin dari tubuh bayi baru
lahir
2. Hipoglikemia

Kadar gula darah bayi secara bermakna dibawah rata-rata bayi seusia dan berat
badan yang sama. Sebagai batasannya pada bayi aterm (cukup bulan) dengan berat
badan 2500 gram atau lebih, kadar glukosa plasma darah lebih rendah dari 30 mg/dl
dalam 72 jam pertama dan 40 mg/dl pada hari berikutnya, sedangkan pada berat badan
lahir rendah dibawah 25 mg/dl.

Glukosa merupakan sumber energi utama selama kehidupan janin, walaupun asam
amino dan laktat ikut berperan pada kehamilan lanjut. Kecepatan glukosa yang diambil
janin tergantung dari kadar gula darah ibu, kadar gula darah janin sekitar dua pertiga
dari kadar gula darah ibu. Karena terputusnya hubungan plasenta dan janin, maka
terhenti pula pemberian glukosa. Bayi aterm dapat mempertahankan kadar gula darah
sekitar 50-60 mg/dl selama 72 jam pertama, sedangkan bayi berat lahir rendah (BBLR)
dalam kadar 40 mg/dl.

Dikatakan juga hipoglikemi apabila kadar gula darah kurang dari 30 mg/dl pada
semua neonatus tanpa menilai masa gestasi atau ada tidaknya gejala hipoglikemi.
Biasanya terdapat pada bayi makrosomia. Umumnya hipoglikemi terjadi pada neonatus
berumur 1-2 jam. Hal ini disebabkan oleh karena bayi tidak lagi mendapatkan glukosa
dari ibu, sedangkan insulin plasma masih tinggi dengan kadar glukosa darah yang
menurun. Hipoglikemi jarang terjadi pada ibu yang dipantau glukosa darahnya dengan
baik.

8
3. Gangguan cairan dan elektrolit

Gangguan cairan dan elektrolit pada BBLR mengakibatkan dehidrasi.

4. Hiperbilirubinemia

Hiperbilirubinemia adalah suatu keadaan dimana kadar bilirubin dalam darah


mencapai suatu nilai yang mempunyai potensi untuk menimbulkan kern ikterus jika
tidak ditanggulangi dengan baik, atau mempunyai hubungan dengan keadaan yang
patologis

5. Sindroma gawat napas

Sindroma gawat napas juga disebut penyakit membran hialin yaitu terjadi akibat
pematangan paru yang kurang sempurna akibat kekurangan surfaktan terjadi pada bayi
kurang bulan.

6. Paten duktus arteriosus

Patent Duktus Arteriosus adalah kegagalan menutupnya ductus arteriosus (arteri


yang menghubungkan aorta dan arteri pulmonal) pada minggu pertama kehidupan,
yang menyebabkan mengalirnya darah dari aorta tang bertekanan tinggi ke arteri
pulmonal yang bertekanan rendah.

7. Infeksi

Karena antibodi pada BBLR belum berkembang memungkinkan bakteri, virus


atau jamur mudah menginfeksi bayi tersebut

8. Perdarahan Intraventrikuler

Yaitu terdapatnya darah hanya dalam sistem ventrikuler, tanpa adanya ruptur
ataulaserasi dinding ventrikel. Disebutkan pula bahwa PIVH merupakan perdarahan
intraserebral nontraumatik yang terbatas pada sistem ventrikel

9
9. Apnea of prematurity

Penghentian bernapas dengan seorang prematur bayi yang berlangsung selama


lebih dari 15 detik dan / atau ini disertai dengan hipoksia atau bradycardia.

10. Anemia

Anemia sering terjadi pada bayi prematur, ditandai oleh penurunan nilai
hematokrit, retikulosit dan kadar eritropoetin endogen rendah.

Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi dengan berat lahir rendah
(BBLR) antara lain :

1. Gangguan perkembangan

Kadang bayi prematur rentan mengalami kelainan pada otak ayng mengakibatkan
kesulitan belajar, gangguan pendengaran, dan penglihatan

2. Gangguan pertumbuhan

Gangguan pertumbuhan dapat ditangani dengan anak dapat distimulasi, antara lain
dengan mengajak bicara serta melatih berdiri, juga memberikan perhatian yang lebih
besar. Lakukan latihan ini secara intensif. Selain itu, dapat diberikan makanan yang
banyak mengandung zat besi, seperti bayam, kangkung, juga multivitamin dan
mineral, terutama yang mengandung zat besi, mengingat cadangan zat besi untuk anak
yang lahir dengan berat 1 kg hanya sedikit. Zat besi penting bagi perkembangan anak.

3. Gangguan penglihatan (Retinopati)

Penyebab kebutaan bayi lahir prematur adalah retinopathy of prematurity ( RoP ),


yaitu kelainan pada mata yang disebabkan oleh adanya gangguan perkembangan
selaput saraf yang melapisi dinding dalam bola mata atau retina.

Perkembangan aktif bola mata itu sendiri dimulai sejak janin memasuki usia 4
minggu hingga minggu ke 40. Pada saat akhir masa kehamilan ( fullterm)

10
perkembangan mata bayi ukurannya mencapai setengah mata orang dewasa dan terus
berkembang sampai 2 tahun. Tidak semua bayi prematur lahir lahir dengan RoP.
Kalaupun ada gejalanya kebanyakan RoP tersebut membaik tanpa pengobatan pada
stadium yang awal. Akan tetapi, pada bayi prematur dengan RoP yang berkembang ke
stadium yang lanjut diperlukan penanganan secepatnya.

Kelainan itu umumnya terjadi pada kedua mata, tetapi perkembangan stadiumnya
tidak sama. Bisa jadi salah satu matanya jadi lebih buruk. Faktor resiko RoP terjadi bila
berat lahir bayi kurang dari 1.500 gram dengan umur kelahiran kurang dari 32 minggu
( 8 bulan ) atau dikenal dengan nama bayi lahir prematur. Bayi prematur dengan
pertumbuhan bola mata yang tidak sempurna dapat mengakibatkan RoP sampai
stadium 5 dapat dipastikan bayi menjadi buta, karena itu pada bayi kelahiran prematur,
penanganan medis harus dilakukan secara tepat.

4. Gangguan pendengaran

Karena saat pembentukan organ dalam kandungan belum sempurna.

5. Penyakit paru kronis

Karena saat pembentukan organ dalam kandungan belum sempurna.

6. Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit

Karena pembentukan organ yang belum sempurna bayi prematur rentan terkena
penyakit.

7. Kenaikan frekuensi kelamin bawaan

Kelainan kelamin misalnya pada bayi laki-laki testis belum turun pada skrotum
sedang pada bayi perempuan labia mayora belum menutupi labia minora atau bahkan
pada bayi belum terbentuk organ genital.

11
C. Pathway BBLR

12
D. Faktor yang Mempengaruhi BBLR

Beberapa penyebab dari bayi dengan berat bayi lahir rendah (Proverawati dan
Ismawati, 2010), yaitu:

a. Faktor Orang Tua


1) Penyakit
a) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan antepartum,
preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung kemih.
b) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual, hipertensi,
HIV/AIDS, TORCH(Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus (CMV) dan
Herpes simplex virus), dan penyakit jantung.
c) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
2) Ibu
a) Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan pada usia < 20 tahun
atau lebih dari 35 tahun.
b) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun).
c) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
3) Keadaan sosial ekonomi
a) Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini dikarenakan
keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang kurang.
b) Aktivitas fisik yang berlebihan
c) Perkawinan yang tidak sah.
b. Faktor janin
Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin kronik (inklusi
sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar.
c. Faktor plasenta
Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta previa, solutio plasenta,
sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban pecah dini.

13
d. Faktor lingkungan
Lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat tinggal di dataran tinggi,
terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.
E. Penatalaksanaan BBLR

Dengan memperhatikan gambaran klinik dan berbagai kemungkinanan yang dapat


terjadi pada bayi prematuritas maka perawatan dan pengawasan ditujukan pada
pengaturan suhu , pemebrian makanan bayi, Ikterus , pernapasan, hipoglikemi dan
menghindari infeksi

1. Pengaturan suhu badan bayi prematuritas /BBLR.

Bayi prematur dengan cepat akan kehilangan panas badan dan menjadi hipotermi
karena pusat pengaturasn panas belum berfungsi dengan baik metabolisme rendah dan
permukaan badan relatif luas oleh karena itu bayi prematuritas harus dirawat dalam
inkubator sehingga panas badannya mendekati dalam rahim , apabila tidak ada
inkubator bayi dapat dibungkus dengan kain dan disampingnya ditaruh botol berisi air
panas sehingga panas badannya dapat dipertahhankan.

2. Makanan bayi premtur.

Alat pencernaan bayi belum sempurna lambung kecil enzim pencrnaan belum matang
sedangkan kebutuhan protein 3-5 gr/kg BB dan kalori 110 kal;/kgBB sehingga
pertumbuhan dapat meningkat. Pemberian minumbayi sekitar 3 jam setelahn lahir dan
didahului derngan menghisap cairan lambung , reflek masih lemah sehingga pemberian
minum sebaiknya sedikit demi sesikit dengan frekwensi yang lebih sering. Asi
merupakan makanan yasng paling utama sehingga ASI lah ynag paling dahulu
diberikan, bila faktor menghisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan diberikan
dengan sendok perlahan lahan atau dengan memasang sonde. Permulaan cairan yang
diberikan 50- 60 cc/kgBB/hari terus dinaikan sampai mencapai sekitar 200
cc/kfBB/hari

14
3. Ikterus

Semua bayi prematur menjadi ikterus karena sistem enzim hatinya belum matur dan
bilirubin tak berkonjugasi tidak dikonjugasikan secara efisien sampai 4-5 hari berlalu
. Ikterus dapat diperberat oleh polisetemia, memar hemolisias dan infeksi karena
hperbiliirubinemia dapat menyebabkan kernikterus maka warna bayi harus sering
dicatat dan bilirubin diperiksa bila ikterus muncul dini atau lebih cepat bertambah
coklat

4. Pernapasan

Bayi prematur mungkin menderita penyakit membran hialin. Pada penyakit ini tanda-
tanda gawat pernaasan sealu ada dalam 4 jam bayi harus dirawat terlentang atau
tengkurap dalam inkubator dada abdomen harus dipaparkan untuk mengobserfasi
usaha pernapasan

5. Hipoglikemi

Mungkin paling timbul pada bayi prematur yang sakit bayi berberat badan lahir rendah,
harus diantisipasi sebelum gejala timbul dengan pemeriksaan gula darah secara teratur

6. Menghindari Infeksi

Bayi prematuritas mudah sekali mengalami infeksi karena daya tahan tubuh masih
lemah, kemampuan leukosit masih kurang dan pembentukan antibodi belum sempurna.
Oleh karena itu tindakan prefentif sudah dilakukan sejak antenatal sehingga tidak
terjadi persalinan dengan prematuritas (BBLR).

15
F. Asuhan Keperawatan BBLR
1. Pengkajian
a. Biodata
Terjadi pada bayi prematur yang dalam pertumbuhan di dalam kandungan terganggu
b. Keluhan utama
Menangis lemah, reflek menghisap lemah, bayi kedinginan atau suhu tubuh
rendah
c. Riwayat penyakit sekarang
Lahir spontan, SC umur kehamilan antara 24 sampai 37 minnggu ,berat badan
kurang atau sama dengan 2.500 gram, apgar pada 1 sampai 5 menit, 0 sampai 3
menunjukkan kegawatan yang parah, 4 sampai 6 kegawatan sedang, dan 7-10 normal
d. Riwayat penyakit dahulu
Ibu memliki riwayat kelahiran prematur,kehamilan ganda,hidramnion
e. Riwayat penyakit keluarga
Adanya penyakit tertentu yang menyertai kehamilan seperti DM,TB Paru,
tumor kandungan, kista, hipertensi
f. ADL
1) Pola Nutrisi : reflek sucking lemah, volume lambung kurang, daya absorbsi
kurang atau lemah sehingga kebutuhan nutrisi terganggu
2) Pola Istirahat tidur: terganggu oleh karena hipotermia
3) Pola Personal hygiene: tahap awal tidak dimandikan
4) Pola Aktivitas : gerakan kaki dan tangan lemas
5) Pola Eliminasi: BAB yang pertama kali keluar adalah mekonium, produksi
urin rendah
g. Pemeriksaan
1) Pemeriksaan Umum
a) Kesadaran compos mentis

16
b) Nadi : 180X/menit pada menit, kemudian menurun sampai 120-
140X/menit
c) RR : 80X/menit pada menit, kemudian menurun sampai 40X/menit
d) Suhu : kurang dari 36,5 C
2) Pemeriksaan Fisik
1) Sistem sirkulasi/kardiovaskular : Frekuensi dan irama jantung rata-rata 120
sampai 160x/menit, bunyi jantung (murmur/gallop), warna kulit bayi
sianosis atau pucat, pengisisan capilary refill (kurang dari 2-3 detik).
2) Sistem pernapasan : Bentuk dada barel atau cembung, penggunaan otot
aksesoris, cuping hidung, interkostal; frekuensi dan keteraturan pernapasan
rata-rata antara 40-60x/menit, bunyi pernapasan adalah stridor, wheezing
atau ronkhi.
3) Sistem gastrointestinal : Distensi abdomen (lingkar perut bertambah, kulit
mengkilat), peristaltik usus, muntah (jumlah, warna, konsistensi dan bau),
BAB (jumlah, warna, karakteristik, konsistensi dan bau), refleks menelan
dan mengisap yang lemah.
4) Sistem genitourinaria : Abnormalitas genitalia, hipospadia, urin (jumlah,
warna, berat jenis, dan PH).
5) Sistem neurologis dan musculoskeletal : Gerakan bayi, refleks moro,
menghisap, mengenggam, plantar, posisi atau sikap bayi fleksi, ekstensi,
ukuran lingkar kepala kurang dari 33 cm, respon pupil, tulang kartilago
telinga belum tumbuh dengan sempurna, lembut dan lunak.
6) Sistem thermogulasi (suhu) : Suhu kulit dan aksila, suhu lingkungan.
7) Sistem kulit : Keadaan kulit (warna, tanda iritasi, tanda lahir, lesi,
pemasangan infus), tekstur dan turgor kulit kering, halus, terkelupas.
8) Pemeriksaan fisik : Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram,
panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm, lingkar kepala sama
dengan atau kurang dari 33 cm, lingkar dada sama dengan atau kurang dari
30cm, lingkar lengan atas, lingkar perut, keadaan rambut tipis, halus, lanugo

17
pada punggung dan wajah, pada wanita klitoris menonjol, sedangkan pada
laki-laki skrotum belum berkembang, tidak menggantung dan testis belum
turun., nilai APGAR pada menit 1 dan ke 5, kulitkeriput.
3) Pengkajian Reflek Bayi
1) Reflek moro (kaget)
Timbulnya pergerakan tangan yang simetris apabila kepala tiba-tiba
digerakkan.
2) Reflek rooting (mencari)
Bayi menoleh kearah benda yang menyentuh pipi.
3) Refleks sucking (isap)
Terjadi apabila terdapat benda menyentuh bibir, yang disertai refleks menelan.
4) Reflek Swallowing
Terjadi apabila bayi menelan Air susu ibu.
5) Refleks Tonikneck
Terjadi apabila kepala bayi kita angkat dan mendapat tahanan pada kepala
bayinya.
6) Refleks Plantar
Terjadi apabila tangan kita dapat di genggam oleh tangan bayi
7) Refleks Babinsky
Terjadi apabila telapak kaki bayi kita sentuh dan akan terjadi kerutan pada
telapak kaki bayinya itu menandakan turgor kulit bayi negative / jelek ,
sebaliknya apabila tidak ada kerutan pada telapak kaki bayinya berarti turgor
kaki bayi negative /baik .
8) Reflek Walking
Terjadi apabila bayinya kita angkat akan terjadi reaksi pada kakinya seperti
berjalan.

18
4) Pengkajian APGAR
a) Penilaian APGAR Score
Penilaian APGAR score ini biasanya dilakukan sebanyak 2 kali. Yaitu 5
menit pertama bayi baru lahir dan 5 menit kedua atau 10 menit pertama bayi
baru lahir. Secara garis besar, penilaian APGAR score ini dapat disimpulkan
seperti berikut ini.
b) Appearance atau warna kulit:
Nilai APGAR 0 jika kulit bayi biru pucat atau sianosis
Nilai APGAR 1 jika tubuh bayi berwarna merah muda atau kemerah
merahan sedangkan ekstremitas ( tangan dan kaki) berwarna biru pucat.
Nilai APGAR 2jika seluruh tubuh bayi berwarna merah muda atau
kemerahan
c) Pulse atau denyut jantung:
Nilai APGAR 0 jika bunyi denyut jantung tidak ada atau tidak terdengar
Nilai APGAR 1 jika bunyi denyut jantung lemah dan kurang dari 100
x/menit
Nilai APGAR 2 jika denyut jantung bayi kuat dan lebih dari 100 x/menit
d) Gremace atau kepekaan reflek bayi
Nilai APGAR 0 jika bayi tidak berespon saat di beri stimulasi
Nilai APGAR 1 jika bayi meringis, merintih atau menangis lemah saat di
beri stimulasi
Nilai APGAR 2 jika bayi menangis kuat saat bayi diberi stimulasi
d) Activity atau tonus otot
Nilai APGAR 0 jika tidak ada gerakan
Nilai APGAR 1 jika gerakan bayi lemah dan sedikit
Nilai APGAR 2 jika gerakan bayi kuat
e) Respiration atau pernafasan
Nilai APGAR 0 jika tidak ada pernafasan

19
Nilai APGAR 1 jika pernafasan bayi lemah dan tidak teratur. Nilai APGAR
2 jika pernafasan bayi baik dan teratur
KASUS :

Ny. S seorang wanita hamil mengatakan pada hari Rabu, 05 Februari 2020 Ia merasakan
bahwasanya air ketubannya merembes, namun belum ada tanda-tanda persalinan. Ia kemudian
memeriksakan keadaannya ke RSUD Husada Samarinda, kemudian rawat inap hingga hari
Sabtu dan kemudian di perbolehkan pulang pada hari Minggu. Jam 08.00 WITA pada hari
Minggu, Ny.S datang kembali ke RSUD Husada Samarinda dengan keluhan yang sama,
kemudian pada pukul 17.55 WITA Ny.S melahirkan secara spontan di kamar persalinan. Ny.
S berusia 31 tahun melahirkan anak pertama pada usia kehamilan 35 minggu 4 hari kurang
bulan, jenis kelamin laki-laki, berat badan lahir bayi 2400 gram, panjang bayi 46 cm, suhu
ketika lahir 35,9 derajat celcius, selama persalinan tidak ada penyulit persalinan, komplikasi
persalinan KPD 4 hari, ketuban habis.

DIAGNOSA :

1. Termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan stimulasi pusat termoregulasi


hipotalamus ditandai dengan kulit bayi teraba dingin dengan suhu tubuh bayi 35,9 derajat
celcius.
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolisme ditandai dengan
membran mukosa pucat.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif.

INTERVENSI :

1. Termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan stimulasi pusat termoregulasi


hipotalamus.

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 6 x 24 jam maka termoregulasi neonatus


membaik dengan kriteria hasil :

 Menggigil cukup menurun


 Suhu tubuh sedang

20
 Suhu kulit cukup meningkat.

Intervensi :

(Regulasi temperatur)

Observasi :

a. Monitor suhu bayi sampai stabil (36,5 – 37,5 derajat celcius)


b. Monitor suhu anak tiap 2 jam
c. Monitor warna dan suhu kulit
d. Monitor dan catat tanda dan gejala hipotermia.

Terapeutik :

a. Pasang alat pemantau suhu kontinu


b. Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat
c. Gunakan topi bayi untuk mencegah kehilangan panas pada bayi baru lahir
d. Tempatkan bayi baru lahir dalam radiant warmer
e. Pertahankan kelembaban inkubator 50% atau lebih untuk mengurangi kehilangan panas
karena proses evaporasi.
f. Atur suhu inkubator sesuai kebutuhan
g. Hangatkan terlebih dahulu bahan-bahan yang akan kontak dengan bayi.

Edukasi :

a. Jelaskan Ibu cara pencegahan hipotermi karena terpapar udara dingin


b. Demonstrasikan Ibu teknik perawatan metode kangguru (PMK) untuk bayi BBLR.

Kolaborasi :

Kolaborasi pemberian antipiretik, jika perlu.

2. Defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolisme.

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 6 x 24 jam maka status nutrisi membaik
dengan kriteria hasil :

21
 Berat badan cukup memburuk
 Indeks Masa Tubuh (IMT) cukup memburuk
 Membrane mukosa sedang.

Intervensi :

(Manajemen Nutrisi)

Observasi :

a. Identifikasi status nutrisi


b. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
c. Monitor berat badan
d. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium

Kolaborasi :

a. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang
dibutuhkan.

3. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif.

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam maka tingkat infeksi menurun
dengan kriteria hasil :

 Kebersihan tangan cukup.


 Kebersihan badan sedang.
 Demam cukup meningkat.

Intervensi :

(Pencegahan Infeksi)

Observasi :

a. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik

22
Terapeutik :

a. Batasi jumlah pengunjung


b. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien
c. Pertahankan teknik aseptik pada pasien beresiko tinggi.

Edukasi :

a. Jelaskan tanda dan gejala infeksi pada Ibu


b. Ajarkan Ibu cara mencuci tangan dengan benar

Kolaborasi :

a. Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu

23
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca serta dapat
dijadikan saah satu referensi sebagai tugas maupun bahan praktikum.

24
DAFTAR PUSTAKA

2019 Hubungan kehamilan usia remaja dengan kejadian bayi berat lahir rendah
(BBLR) di RSUD Ciawi-Kabupaten Bogor periode 2016-2017 Elisa Hadiwijaya ,
Andriana Kumala.
https://journal.untar.ac.id/index.php/tmj/article/download/3850/2264

Arisandi, Deasya. 2018.


http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/9858/141101098.pdf?sequenc
e=1&isAllowed=y . Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kelahiran Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR) di Rumah Sakit Sundari Medan

Mustofa, Khabib. 2018. LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN


BERAT BAYI LAHIR RENDAH (BBLR) .
https://www.academia.edu/37790860/LP_BERAT_BAYI_LAHIR_RENDAH_BBLR
_

PPNI,Tim Pokja SDKI DPP.2016.Standar Diagnosa keperawatan indonesia. Jakarta : Dewan


Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

PPNI,Tim Pokja SDKI DPP.2018 Standar Luaran Keperawatan indonesia. Jakarta : Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

PPNI.Tim Pokja SDKI DPP 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta :
Dewan Pengurus Persatuan Perawatan Nasional Indonesia.

25

Anda mungkin juga menyukai