Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH MATERI MICROTEACHING

BERAT BAYI LAHIR RENDAH BBLR

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Microteaching

Dosen Pembimbing Supardi,S. E., M.Kes.

DI SUSUN OLEH:

Rizka Amalia

920173041

4A – S1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas berkat
dan penyertaannya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah tentang “BBLR” kami juga
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah mendukung dalam menyusun makalah
ini. Penyusunan makalah ini telah kami selesaikan dengan lancar, tetapi kami menyadari bahwa
penyusunan tugas makalah ini masih jauh dari kata sempurna, jadi kami mohon untuk
memberikan masukan,kritik,dan saran yang membangun demi perbaikan dalam penyusunantugas
makalah ini.
Akhir kata kami berharap tugas ini sangat berguna dan membantu menyumbangkan
pengetahuan tentang mata kuliah asuhan neonatus bayi dan balita khususnya bagi mahasiswa
Keperawatan.

Kudus, Oktober 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
Latar Belakang.............................................................................................................................4
Rumusan Masalah........................................................................................................................5
Tujuan..........................................................................................................................................5
Manfaat........................................................................................................................................5
BAB II.............................................................................................................................................6
PEMBAHASAN..............................................................................................................................6
Definisi BBLR.............................................................................................................................6
Faktor Predisposisi BBLR...........................................................................................................7
Komplikasi / masalah yang bisa terjadi pada BBLR...................................................................7
Perawatan BBLR..........................................................................................................................8
BAB III..........................................................................................................................................12
PENUTUPAN................................................................................................................................12
Kesimpulan................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................13
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) diartikan sebagai bayi yang lahir dengan
berat badan kurang dari 2500 gram. BBLR merupakan prediktor tertinggi angka kematian
bayi, terutama dalam satu bulan pertama kehidupan (Kemenkes RI,2015). Bayi BBLR
mempunyai risiko kematian 20 kali lipat lebih besar di bandingkan dengan bayi yang
lahir dengan berat badan normal. Lebih dari 20 juta bayi di seluruh dunia lahir dengan
BBLR dan 95.6% bayi BBLR lahir di negara yang sedang berkembang, contohnya di
Indonesia. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2014-2015, angka
prevalensi BBLR di Indonesia masih tergolong tinggi yaitu 9% dengan sebaran yang
cukup bervariasi pada masing-masing provinsi.Angka terendah tercatat di Bali (5,8%)
dan tertinggi di Papua (27%),sedangkan di Provinsi Jawa Tengah berkisar 7% (Kemenkes
RI,2015).
BBLR disebabkan oleh usia kehamilan yang pendek (prematuritas),dan IUGR
(Intra Uterine Growth Restriction) yang dalam bahasa Indonesia disebut Pertumbuhan
Janin Terhambat (PJT) atau keduanya. Kedua penyebab ini dipengaruhi oleh faktor
risiko, seperti faktor ibu, plasenta,janin dan lingkungan. Faktor risiko tersebut
menyebabkan kurangnya pemenuhan nutrisi pada janin selama masa kehamilan. Bayi
dengan berat badan lahir rendah umumnya mengalami proses hidup jangka panjang yang
kurang baik. Apabila tidak meninggal pada awal kelahiran, bayi BBLR memiliki risiko
tumbuh dan berkembang lebih lambat dibandingkan dengan bayi yang lahir dengan berat
badan normal. Selain gangguan tumbuh kembang, individu dengan riwayat BBLR
mempunyai faktor risiko tinggi untuk terjadinya hipertensi, penyakit jantung dan diabetes
setelah mencapai usia 40 tahun (Juaria dan Henry, 2014) . Pada masa sekarang ini, sudah
dikembangkan tatalaksana awal terhadap bayi BBLR dengan menjaga suhu optimal bayi,
memberi nutrisi adekuat dan melakukan pencegahan infeksi. Meskipun demikian, masih
didapatkan 50% bayi BBLR yang meninggal pada masa neonatus atau bertahan hidup
dengan malnutrisi, infeksi berulang dan kecacatan perkembangan neurologis. Oleh
karena itu,pencegahan insiden BBLR lebih diutamakan dalam usaha menekan Angka
Kematian Bayi (Prawiroharjo,2014).
Development Goals yang ke IV yaitu menurunkan angka kematian anak terutama
di negara berkembang, perlu dilakukan upaya pencegahan kejadian BBLR di masa
mendatang, salah satunya dengan melakukan pengawasan ketat terhadap faktor-faktor
risiko yang mempengaruhi kejadian BBLR. Berdasarkan data diatas, maka perlu diteliti
faktor-faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian BBLR di RSU Sukoharjo.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan BBLR ?
2. Apa penyebab BBLR ?
3. Apa saja komplikasi pada BBLR ?
4. Bagaimana cara perawatan pada BBLR ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan BBLR
2. Untuk mengetahui faktor - faktor penyebab BBLR
3. Untuk mengetahui komplikasi pada BBLR
4. Untuk mengetahui perawatan pada BBLR

D. Manfaat
1. Mahasiswa mengerti apa yang dimaksud dengan BBLR
2. Mahasiswa mengerti faktor-faktor penyebab BBLR
3. Mahasiswa mengerti komplikasi pada BBLR
4. Mahasiswa mengetahui perawatan pada BBLR
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi BBLR
Berat bayi lahir rendah (BBLR) adalah bila berat badannya kurang dari 2500 gram
(Manuaba dkk, 2010). Menurut Saifudin, BBLR adalah bayi baru lahir yang memiliki
berat kurang dari 2500 gram (Saifudin et al, 2010).
Depkes RI (2015) menggolongkan BBLR berdasarkan berat sebagai berikut:
1. Bayi lahir dengan berat > 1800 gram (usia kehamilan > 34 minggu).
2. Bayi lahir dengan berat 1200-1799 gram (usia kehamilan 28-32 minggu).
3. Bayi lahir dengan berat < 1200 gram (usia kehamilan < 30 minggu)
Gambaran bayi berat lahir rendah tergantung dari umur kehamilan sehingga dapat
dikatakan semakin kecil bayi semakin muda kehamilan makin nyata. Gambaran umum
bayi berat lahir rendah, antara lain:
1. Berat kurang dari 2500 gram
2. Panjang kurang dari 45 cm
3. Lingkar dada kurang dari 30 cm
4. Lingkar kepala kurang dari 33 cm
5. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
6. Kepala relatif lebih bear
7. Kulit: tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kulit
kurang
8. Otot hipotonik kurang
9. Pernapasan tak teratur
10. Ekstremitas: paha abduksi, sendi lutut/kaki fleksi
11. Kepala tidak mampu tegak
12. Pernapasan 45-50 x/mnt
13. Frekuensi nadi 100-140x/mnt
Bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK) adalah fenomena ditemukannya berat
bayi lahir rendah, tidak sesuai dengan umur kehamilan.
B. Faktor Predisposisi BBLR
1. Faktor Maternal
Faktor maternal yang mempengeruhi kejadian BBLR, yaitu:
1) Umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
2) Jarak kedua kehamilan terlalu dekat
3) Ras
4) Komplikasi hamil: pre-eklampsia/eklampsia, ketuban pecah dini
5) Malnutrisi
6) Penyakit jantung/penyakit kronik
7) Pengobatan atau kebiasaan tidak baik Selma kehamilan: konsumsi narkotika
atau minum minuman keras, merokok
8) Keadaan insufisiensi plasenta
9) Riwayat kelahiran premature
2. Faktor Janin
Faktor dari janin yang mempengaruhi kejadian BBLR, antara lain:
1) Malformasi
2) Kelainankromosom
3) Infeksikongenital (TORCH)
4) Kehamilan ganda
a. Plasenta
1) Tumor
2) Plasenta Previa (Sarwono, 2010)

C. Komplikasi / masalah yang bisa terjadi pada BBLR

Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah menurut (Sarwono,
2010) antara lain :
a. Hipotermi
b. Hipoglikemi
c. Gangguan cairan dan elektrolit
d. Hiperbilirubinemia
e. Sindroma gawat nafas
f. Paten duktus arteriosus
g. Infeksi
h. Perdarahan intraventrikuler
i. Anemia
Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada BBLR antara lain :
a. Gangguan perkembangan
b. Gangguan pertumbuhan
c. Gangguan penglihatan (Retinopati)
d. Gangguan pendengaran
e. Penyakit paru kronis
f. Kenaikan angka kesakitan
g. Kenaikan frekuensi kelainan bawaan

D. Perawatan BBLR
Bayi dengan BBLR organ tubuh bayi belum bekerja dengan sempurna. Organ
tubuh bayi diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan dan penyesuaian diri
dengan lingkungan di luar uterus. Oleh karena itu, BBLR memerlukan pengaturan suhu
lingkungan, pemberian makanan, bila perlu pemberian oksigen, pencegahan infeksi
nosokomial, serta mencegah kekurangan vitamin dan zat besi.
a) Pengaturan suhu
Bayi dengan BBLR mudah dan cepat sekali menderita hipothermia bila berada di
ruangan yang dingin. Kehilangan panas disebabkan oleh permukaan bayi yang relatif
lebih luas dibandingkan dengan berat badan, kurangnya jaringan lemak dibawah kulit
dan jaringan lemak coklat. Pencegahan kehilangan panas, diperlukan lingkungn
dengan suhu yang hangat untuk bayi. Dalam menjaga kehangatan, bayi dengan
BBLR dirawat di dalam inkubator dengan kehangatan 35 o C untuk bayi dibawah
2000 gram dan 340C untu bayi dengan berat 2000-2500 gram (Sarwono, 2010).
Bayi yang dirawat di dalam inkubator hanya dipakaikan popok. Hal ini dilakukan
untuk mempermudah penawasan keadaan umum, perubahan tingkah laku, warna
kulit, pernafasan, kejang, dan sebagainya sehingga penyakit yang diderita dapat
dikenali sedini mungkin dan tindakan serta pengobatan dilaksanakan secepatnya
(Sarwono, 2010).
Inkubator yang digunakan perlu dilakukan pengaturan agar suhu bayi sesuai
dengan suhu lingkungan yaitu 37oC. Suhu pada inkubator tidak dapat digunakan pada
setiap bayi BBLR, bayi dengan berat lebih dari 2000 gram cenderung membutuhkan
suhu yang lebih rendah dibanding dengan bayi dengan berat dibawah 1500 gram.
Dibawah ini merupakan tabel suhu inkubator yang dirkomendasikan berdasarkan
berat dan umur bayi.
Tabel Suhu inkubator yang direkomendasikan menurut berat dan umur bayi
Berat 35oC 34oC 33oC 32oC
Bayi
< 1500 g 1-10 11 hari-3 minggu 3.5 Minggu >5 minggu
hari
1500- 1-10 hari 11 hari-4 minggu >4 minggu
2000
2100- 1-2 hari 3 hari-3 minggu >3 minggu
2500
>2500 1-2 hari >2 hari
Sumber: Asuhan Kebidanan Neonatus, bayi dan Anak balita (Sudarti dan
Endang, 2010).

Bayi yang dirawat di inkubator dapat menyusu langsung walau tetap didalam.
Pemberian ASI pada bayi dalam perawatan di inkubator tetap perlu dipantau. Apabila
ibu tidak bisa menyusui, bayi dapat disuapi dengan ASI perah menggunakan
sendok/cangkir. Umumnya bayi yang dirawat di inkubator memiliki berat dibawah
1500 gram dan daya hisap belum maksimal sehingga bayi diberi ASI perah melalui
sonde lambung. Kangaroo Mother Care (KMC) merupakan metode baru yang
digunakan dalam menjaga kehangatan bayi. KMC dilakukan kontak kulit dengan
kulit antara bayi dan ibu yang dilakukan secara terus menerus dan dikombinasikan
dengan pemberian ASI (Sudarti dan Endang, 2010).
Kangaroo Mother Care (KMC) atau Perawatan Metode Kanguru (PMK) merupakan
perawatan untuk bayi berat lahir rendah atau lahir prematur dengan melakukan
kontak langsung antara kulit bayi dengan kulit ibu atau skin-to-skin contact, dimana
ibu menggunakan suhu tubuhnya untuk menghangatkan bayi. Metode perawatan ini
juga terbukti mempermudah pemberian ASI sehingga meningkatkan lama dan
pemberian ASI.
Metode KMC saat dilakukan, bayi dalam keadaan telanjang, ditelungkupkan di
dada ibu dalam “frog position” yang kemudian bayi ditutupi dengan pakaian ibu.
Selama KMC berlangsung bayi dapat menyusu kapan saja. Sebelum melakukan
KMC, ibu diajari bagaimana cara menyusui selama melakukan proses ini. Apabila
ibu tidak bisa menyusui selama KMC, ibu dapat memberikan ASI perah dengan
menyuapi bayi menggunakan sendok/cangkir.
Selama melakukan KMC, pemberian ASI tetap dipantau untuk mengetahui
intake masuk bayi sudah mencukupi atau belum. Bayi ditimbang secara rutin untuk
mengetahui pertambahan berat badan dan nilai tingkatannya ( Sudarti dan Endang,
2010)

Gambar 1.
Bayi di dada ibu dengan “frog position”

b) Makanan bayi
Bayi BBLR reflek hisap, telan dan batuk belum sempurna, kapasitas
lambung masih sedikit dan daya enzim pencernaan terutama lipase masih kurang,
dengan kebutuhan protein 3-5 g/hari dan tinggi kalori 110/kal/kg/hari dalam
membatu kenaikan berat badan. Bayi dengan berat > 2000 gram dalam mencukupi
kebutuhan protein dan kalori dapat langsung menyusu ASI. Berbeda dengan bayi
dengan berat kurang dari 1500 gram, dalam memenuhi kebutuhan makanan
memerlukan sonde lambung untuk memasukkan ASI karena daya isap bayi belum
sebaik bayi dengan berat > 2000 gram (Sarwono, 2010).
Jumlah ini lebih tinggi dari yang diperlukan bayi cukup bulan. Pemberian
minum ini dimulai pada bayi berumur 3 jam agar bayi tidak menderita
hipoglikemia dan hiperbilirubinemia. Sebelum pemberian minum pertama harus
dilakukan pengisapan cairan lambung. Hal ini perlu mengetahui ada tidaknya
atresia esofagus dan mencegah muntah. Pengisapan cairan lambung juga dilkukan
pada setiap sebelum pemberian minum berikutnya. Pada umumnya bayi dengan
berat kurang dari 1500gram kurang mampu mengisap air susu ibu atau susu botol,
terutama pada hari-hari pertama. Dalam hal ini bayi diberi minum melalui sonde
lambung (orogastric-lambung).
c) Penimbangan berat badan
Saifudin (2010), bayi BBLR perlu dilakukan penimbangan ketat karena
peningkatan berat badan merupakan salah satu status gizi/nutrisi yang erat
kaitannya dengan daya tahan tubuh Penelitian yang dilakukan Boehm, Bierbach,
Moro, & Minoli pada tahun 1996 menunjukkan kenaikan berat badan bayi BBLR
rata-rata 8,2 gram/ hari dengan target kenaikan berat badan BBLR adalah 15
gram/hari. (Saifudin et al, 2010)
d) Pencegahan Infeksi
Bayi BBLR sangat rentan mengalami infeksi karena daya tahan tubuh
terhadap infeksi berkurang, relatif belum sanggup membentuk antibodi dan daya
fagositosis serta reaksi peradangan belum baik. Bayi perlu dilakukan pencegahan
infeksi, antara lain
1) Perlu dilakukan pemisahan bayi yang terinfeksi dengan yang tidak
2) Melakukan cuci tangan setiap kali sebelum dan sesudah memegang bayi
3) Membersihkan tempat tidur bayi segera setelah tidak terpakai
4) Membersihkan ruangan
5) Setiap bayi memiliki perlengkapan sendiri-sendiri
6) Petugas kesehatan menggunakan pakaian sendiri/ khusus bangsal
7) Menjaga kebersihan tali pusat bayi (Sarwono, 2010).
BAB III

PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Masa neonatus dan beberapa minggu sesudahnya masih merupakan masa yang
rawan karena disamping kekebalan yang masih kurang juga gejala penyakit spesifik.
Pada periode-periode tersebut tidak dapat dibedakan/sulit dibedakan dengan penyakit lain
sehingga sulit dideteksi pada usia minggu-minggu pertama kelainanyang timbul banyak
yang berkaitan dengan masa kehamilan/proses persalinan sehingga perlu penanganan
segera dan khusus. Bayi lahir dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah
satu factor resiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada
masa perinatal. Selain itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan mental dan
fisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya, sehingga membutahkan biaya perawatan
yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA

Juaria, Henry, 2014. Hubungan antara umur dan paritsa dengan kejadian berat badan lahir


rendah. Volume 3, pp. 48-50
Kemenkes RI., 2015,Profil Kesehatan Indonesia, Pusdatin Kementrian Kesehatan RI,Jakarta
Kemenkes. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI; 2015.

Manuaba, I.B.G, dkk. 2010. “Ilmu Kebidanan, penyakit kandungan dan KB”. Jakarta: EGC.

Prawirohardjo, S., 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

Safrudin dan Hamidah. 2010. Kebidanan Komunitas . Jakarta: EGC

Saifuddin AB. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: EGC.
2010.

Sarwono.2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono ……Prawirohardjo

Sudarti dan Endang Khoirunnisa. 2010. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan Anak
Balita.Yogyakarta: Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai