Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN ANAK PADA By.

A
DENGAN DIAGNOSA BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DI
RUANGAN PERINATOLOGI RSUD BATARA GURU
BELOPA

DEA RIZKA PRATIWI, S.Kep


03.2022.044

MENGETAHUI

Belopa, Januari 2023

PEMBIMBING AKADEMIK PEMBIMBING KLINIK

(……………………….) (…………………..……)

FAKULTAS KESEHATAN PROGRAM STUDI PROFESI NERS


INSTITUT KESEHATAN DAN BISNIS
KURNIA JAYA PERSADA
PALOPO
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahirabbil’aalamin, segala puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang


Maha Esa, karena rahmat dan karunia-Nya tugas laporan yang dibuat oleh penulis telah
terselesaikan dengan tepat waktu, dengan judul “Laporan Pendahuluan Bayi Berat
Lahir Rendah (BBLR) Penulis juga berterima kasih kepada segala pihak yang telah
membantu untuk menyelesaikan tugas laporan ini dengan baik. Kepada bapak dosen
pembimbing Ns. Sugiyanto, S.H,.S,Kep.,M.Kep, kepada CI ruangan Perinatologi RSUD
Batara Guru Belopa Ns. Yusniar P Marzuki, S.Kep., M.Kep.,Sp. Kep. An kepada orang
tua yang selalu mendukung, dan rekan-rekan yang ikut serta dalam penyelesaian laporan
ini. Adapun disusunnya laporan ini adalah untuk memenuhi nilai tugas praktik
Keperawatan Anak.
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini jauh dari kesempurnaan, masih
banyak hal-hal yang mungkin belum tercakup didalamnya. Maka dari itu, penulis
meminta agar para pembaca yang kelak akan membaca laporan ini memberikan saran
dan kritikan yang membangun untuk laporan ini. Semoga laporan ini dapat menambah
wawasan yang luas bagi para pembaca.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Belopa , 26 Januari 2023

Penulis
DAFTAR ISI
Sampul…………………………………………………………………….
Kata Pengantar.............................................................................................
Daftar Isi......................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar
1. Definisi...................................................................................................
2. Etiologi...................................................................................................
3. Klasifikasi………………………………………………………………
4. Tanda dan Gejala
5. Patofisiologi...............................................................................................
6. Pemeriksaan Penunjang.............................................................................
7. Penatalaksanaan…………………………………………………………
8. Pathway....................................................................................................
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian………………………………………………………………
2. Diagnosa Medis…………………………………………………………
3. Intervensi ………………………………………………………………
4. Implementasi……………………………………………………………
5. Evaluasi…………………………………………………………………..
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) diartikan sebagai bayi


yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram. BBLR
merupakan prediktor tertinggi angka kematian bayi, terutama
dalam satu bulan pertama kehidupan (Kemenkes RI,2015). Bayi
BBLR mempunyai risiko kematian 20 kali lipat lebih besar di
bandingkan dengan bayi yang lahir dengan berat badan normal.
Lebih dari 20 juta bayi di seluruh dunia lahir dengan BBLR dan
95.6% bayi BBLR lahir di negara yang sedang berkembang,
contohnya di Indonesia. Survey Demografi dan Kesehatan
Indonesia tahun 2014-2015, angka prevalensi BBLR di Indonesia
masih tergolong tinggi yaitu 9% dengan sebaran yang cukup
bervariasi pada masing-masing provinsi.Angka terendah tercatat di
Bali (5,8%) dan tertinggi di Papua (27%),sedangkan di Provinsi
Jawa Tengah berkisar 7% (Kemenkes RI,2015).
BBLR disebabkan oleh usia kehamilan yang pendek
(prematuritas),dan IUGR (Intra Uterine Growth Restriction) yang
dalam bahasa Indonesia disebut Pertumbuhan Janin Terhambat
(PJT) atau keduanya. Kedua penyebab ini dipengaruhi oleh faktor
risiko, seperti faktor ibu, plasenta,janin dan lingkungan. Faktor
risiko tersebut menyebabkan kurangnya pemenuhan nutrisi pada
janin selama masa kehamilan. Bayi dengan berat badan lahir
rendah umumnya mengalami proses hidup jangka panjang yang
kurang baik. Apabila tidak meninggal pada awal kelahiran, bayi
BBLR memiliki risiko tumbuh dan berkembang lebih lambat
dibandingkan dengan bayi yang lahir dengan berat badan normal.
Selain gangguan tumbuh kembang, individu dengan riwayat BBLR
mempunyai faktor risiko tinggi untuk terjadinya hipertensi,
penyakit jantung dan diabetes setelah mencapai usia 40 tahun
(Juaria dan Henry, 2014) .
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis merumuskan
masalah, “Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Yang Dapat Diterapkan Pada
Bayi Dengan Diagnosa BBLR

C. Tujuan
a. Mendeskripsikan pengkajian asuhan keperawatan pada pasien BBLR
b. Mendeskripsikan diagnosis keperawatan pada pasien BBLR
c. Mendeskripsikan perencanaan keperawatan pada pasien BBLR
d. Melakukan implementasi asuhan keperawatan yang dilakukan pada pasien
BBLR.
e. Mendeskripsikan evaluasi asuhan keperawatan yang dilakukan pada pasien
BBLR.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar

1. Definisi

Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bila berat badannya

kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram). Bayi yang dilahirkan

dengan BBLR umumnya kurang mampu meredam tekanan lingkungan

yang baru sehingga dapat mengakibatkan pada terhambatnya

pertumbuhan dan perkembangan, bahkan dapat menggangu

kelangsungan hidupnya (Prawirohardjo, 2006).

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir

kurang dari 2500 gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat

terjadi pada bayi kurang bulan (< 37 minggu) atau pada bayi cukup bulan

(intrauterine growth restriction) (Pudjiadi, dkk., 2010).

2. Etiologi

Beberapa penyebab dari bayi dengan berat badan lahir rendah


(Proverawati dan Ismawati, 2010), yaitu:
a. Faktor ibu
1) Penyakit
a) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan
antepartum, preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung kemih.
b) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual,
hipertensi, HIV/AIDS, TORCH(Toxoplasma, Rubella,
Cytomegalovirus (CMV) dan Herpes simplex virus), danpenyakit
jantung.
c) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
2) Ibu
a) Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan pada usia
< 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
b) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1
tahun).
c) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
3) Keadaan sosial ekonomi
a) Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini
dikarenakan keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang kurang.
b) Aktivitas fisik yang berlebihan
c) Perkawinan yang tidak sah.
b. Faktor janin Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin
kronik (inklusi sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan
kembar.
c. Faktor plasenta Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta
previa, solutio plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom
parabiotik), ketuban pecah dini.
d. Faktor lingkungan Lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat
tinggal di dataran tinggi, terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.

3. Klasifikasi

Menurut Proverawati (2010), Klasifikasi atau ciri- ciri Bayi BBLR :


a. Berat kurang dari 2500 gram
b. Panjang kurang dari 45 cm
c. Lingkar dada kurang dari 30 cm
d. Lingkar kepala kurang dari 33 cm
e. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang
f. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
g. Kepala lebih besar
h. Kulit tipis transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang
i. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya
j. Otot hipotonik lemah merupakan otot yang tidak ada gerakan aktif pada
lengan dan sikunya
k. Pernapasan tidak teratur dapat terjadi apnea
l. Ekstermitas : paha abduksi, sendi lutut/ kaki fleksi-lurus, tumit
mengkilap, telapak kaki halus.
m. Kepala tidak mampu tegak, fungsi syaraf yang belum atau tidak efektif
dan tangisnya lemah.
n. Pernapasan 40 – 50 kali/ menit dan nadi 100-140 kali/ menit

4. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala bayi prematur menurut Surasmi ( 2005) adalah :


a. Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu
b. Berat badan sama dengan atau kerang dari 2500 gr
c. Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm
d. Kuku panjangnya belum melewati ujung jarinya
e. Batas dahi dan ujung rambut kepala tidak jelas
f. Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm
g. Lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm
h. Rambut lanugo masih banyak
i. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang
j. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhanya, sehingga
seolah-olah tidak teraba tulang rawan daun telinga
k. Tumit mengkilap, telapak kaki halus
l. Alat kelamin : pada bayi laki – laki pigmentasi dan rugae pada skrotum
kurang, testis belum turun ke dalam skrotum, untuk bayi perempuan
klitoris menonjol, labia minora tertutup oleh labia mayora.
m. Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakanya lemah
n. Fungsi syaraf yang belum atau kurang matang, mengakibatkan refleks
hisap, menelan dan batuk masih lemah atau tidak efektif dan tangisanya
lemah.
o. Jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan jaringan
lemak masih kurang
p. Verniks tidak ada atau kurang

5. Patofisiologi

Semakin kecil dan semakin premature bayi itu maka akan semakin tinggi
resiko gizinya. Beberapa faktor yang memberikan efek pada masalah gizi.
a. Menurunnya simpanan zat gizi padahal cadangan makanan di dalam
tubuh sedikit, hamper semua lemak, glikogen dan mineral seperti zat
besi, kalsium, fosfor dan seng di deposit selama 8 minggu terakhir
kehamilan. Dengan demikian bayi preterm mempunyai potensi terhadap
peningkatan hipoglikemia, anemia dan lain-lain. Hipoglikemia
menyebabkan bayi kejang terutama pada bayi BBLR Prematur.
b. Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan. Bayi preterm
mempunyai lebih sedikit simpanan garam empedu, yang diperlukan
untuk mencerna dan mengabsorpsi lemak dibandingkan dengan bayi
aterm.
c. Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan, koordinasi
antara refleks hisap dan menelan belum berkembang dengan baik sampai
kehamilan 32-34 minggu, padahal bayi BBLR kebutuhan nutrisinya lebih
tinggi karena target pencapaian BB nya lebih besar. Penundaan
pengosongan lambung dan buruknya motilitas usus terjadi pada bayi
preterm.
d. Paru yang belum matang dengan peningkatan kerja napas dan kebutuhan
kalori yang meningkat.
e. Potensial untuk kehilangan panas akibat luas permukaan tubuh tidak
sebanding dengan BB dan sedikitnya lemak pada jaringan di bawah kulit.
Kehilangan panas ini akan meningkatkan kebutuhan kalori.

6. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Pantiawati (2010) Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan


antara lain :
a. Pemeriksaan skor ballard merupakan penilaian yang menggambarkan
reflek dan maturitas fisik untuk menilai reflek pada bayi tersebut untuk
mengetahui apakah bayi itu prematuritas atau maturitas
b. Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan merupakan
tes pada ibu yang melahirkan bayi dengan berat kurang yang lupa mens
terakhirnya.
c. Darah rutin, glokoa darah, kalau perlu dan tersedia faslitas diperiksa
kadar elektrolit dan analisa gas darah.
d. Foto dada ataupun babygram merupakan foto rontgen untuk melihat bayi
lahir tersebut diperlukan pada bayi lahir dengan umur kehamilan kurang
bulan dimulai pada umur 8 jam atau dapat atau diperkirakan akan terjadi
sindrom gawat nafas.

7. Penatalaksanaan

Penanganan dan perawatan pada bayi dengan berat badan lahir rendah
menurut Proverawati (2010), dapat dilakukan tindakan sebagai berikut:
a. Mempertahankan suhu tubuh bayi
Bayi prematur akan cepat kehilangan panas badan dan menjadi
hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi
dengan baik, metabolismenya rendah, dan permukaan badan relatif luas.
Oleh karena itu, bayi prematuritas harus dirawat di dalam inkubator
sehingga panas badannya mendekati dalam rahim. Bila belum memiliki
inkubator, bayi prematuritas dapat dibungkus dengan kain dan
disampingnya ditaruh botol yang berisi air panas atau menggunakan
metode kangguru yaitu perawatan bayi baru lahir seperti bayi kanguru
dalam kantung ibunya.
b. Pengawasan Nutrisi atau ASI
Alat pencernaan bayi premature masih belum sempurna, lambung kecil,
enzim pecernaan belum matang. Sedangkan kebutuhan protein 3 sampai
5 gr/ kg BB (Berat Badan) dan kalori 110 gr/ kg BB, sehingga
pertumbuhannya dapat meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam
setelah lahir dan didahului dengan menghisap cairan lambung. Reflek
menghisap masih lemah, sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit
demi sedikit, tetapi dengan frekuensi yang lebih sering.  ASI merupakan
makanan yang paling utama, sehingga ASI-lah yang paling dahulu
diberikan. Bila faktor menghisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan
diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau dengan memasang
sonde menuju lambung. Permulaan cairan yang diberikan sekitar 200 cc/
kg/ BB/ hari.
c. Pencegahan Infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh
yang masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang, dan pembentukan
antibodi belum sempurna. Oleh karena itu, upaya preventif dapat
dilakukan sejak pengawasan antenatal sehingga tidak terjadi persalinan
prematuritas atau BBLR. Dengan demikian perawatan dan pengawasan
bayi prematuritas secara khusus dan terisolasi dengan baik.
d. Penimbangan Ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi bayi dan
erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan
berat badan harus dilakukan dengan ketat.
e. Ikterus
Semua bayi prematur menjadi ikterus karena sistem enzim hatinya belum
matur dan bilirubin tak berkonjugasi tidak dikonjugasikan secara efisien
sampai 4-5 hari berlalu . Ikterus dapat diperberat oleh polisetemia,
memar hemolisias dan infeksi karena hperbiliirubinemia dapat
menyebabkan kernikterus maka warna bayi harus sering dicatat dan
bilirubin diperiksa bila ikterus muncul dini atau lebih cepat bertambah
coklat.
f. Pernapasan
Bayi prematur mungkin menderita penyakit membran hialin. Pada
penyakit ini tanda- tanda gawat pernaasan sealu ada dalam 4 jam bayi
harus dirawat terlentang atau tengkurap dalam inkubator dada abdomen
harus dipaparkan untuk mengobserfasi usaha pernapasan.
g. Hipoglikemi
Mungkin paling timbul pada bayi prematur yang sakit bayi berberat
badan lahir rendah, harus diantisipasi sebelum gejala timbul dengan
pemeriksaan gula darah secara teratur.

8.
B. Konsep Keperawatan

1. Pengkajian

a. Biodata
Terjadi pada bayi prematur yang dalam pertumbuhan di dalam kandungan terganggu
b. Keluhan utama
Menangis lemah, reflek menghisap lemah, bayi kedinginan atau suhu
tubuh rendah
c. Riwayat penyakit sekarang
d. Lahir spontan, SC umur kehamilan antara 24 sampai 37 minnggu ,berat
badan kurang atau sama dengan 2.500 gram, apgar pada 1 sampai 5 menit, 0
sampai 3 menunjukkan kegawatan yang parah, 4 sampai 6 kegawatan sedang, dan 7-
10 normal
e. Riwayat penyakit dahulu
Ibu memliki riwayat kelahiran prematur,kehamilan ganda,hidramnion
f. Riwayat penyakit keluarga
Adanya penyakit tertentu yang menyertai kehamilan seperti DM,TB
Paru, tumor kandungan, kista, hipertensi
g. ADL
1) Pola Nutrisi : reflek sucking lemah, volume lambung kurang, daya
absorbsi kurang atau lemah sehingga kebutuhan nutrisi terganggu
2) Pola Istirahat tidur: terganggu oleh karena hipotermia
3) Pola Personal hygiene: tahap awal tidak dimandikan
4) Pola Aktivitas : gerakan kaki dan tangan lemas
5) Pola Eliminasi: BAB yang pertama kali keluar adalah mekonium,
produksi urin rendah
h. Pemeriksaan
1) Pemeriksaan Umum
a) Kesadaran compos mentis
b) Nadi : 180X/menit pada menit, kemudian menurun sampai 120-
140X/menit
c) RR : 80X/menit pada menit, kemudian menurun sampai
40X/menit
d) Suhu : kurang dari 36,5 C

2) Pemeriksaan Fisik
a) Sistem sirkulasi/kardiovaskular : Frekuensi dan irama jantung
rata-rata 120 sampai 160x/menit, bunyi jantung
(murmur/gallop), warna kulit bayi sianosis atau pucat,
pengisisan capilary refill  (kurang dari 2-3 detik).
b) Sistem pernapasan : Bentuk dada barel atau cembung,
penggunaan otot aksesoris, cuping hidung, interkostal; frekuensi
dan keteraturan pernapasan rata-rata antara 40-60x/menit, bunyi
pernapasan adalah stridor, wheezing atau ronkhi.
c) Sistem gastrointestinal : Distensi abdomen (lingkar perut
bertambah, kulit mengkilat), peristaltik usus, muntah (jumlah,
warna, konsistensi dan bau), BAB (jumlah, warna, karakteristik,
konsistensi dan bau), refleks menelan dan mengisap yang lemah.
d) Sistem genitourinaria : Abnormalitas genitalia, hipospadia, urin
(jumlah, warna, berat jenis, dan PH).
e) Sistem neurologis dan musculoskeletal : Gerakan bayi, refleks
moro, menghisap, mengenggam, plantar, posisi atau sikap bayi
fleksi, ekstensi, ukuran lingkar kepala kurang dari 33 cm, respon
pupil, tulang kartilago telinga belum tumbuh dengan sempurna,
lembut dan lunak.
f) Sistem thermogulasi (suhu) : Suhu kulit dan aksila, suhu
lingkungan.
g) Sistem kulit : Keadaan kulit (warna, tanda iritasi, tanda lahir,
lesi, pemasangan infus), tekstur dan turgor kulit kering, halus,
terkelupas.
h) Pemeriksaan fisik : Berat badan sama dengan atau kurang dari
2500 gram, panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm,
lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm, lingkar
dada sama dengan atau kurang dari 30cm, lingkar lengan atas,
lingkar perut, keadaan rambut tipis, halus, lanugo pada
punggung dan wajah, pada wanita klitoris menonjol, sedangkan
pada laki-laki skrotum belum berkembang, tidak menggantung
dan testis belum turun., nilai APGAR pada menit 1 dan ke 5,
kulitkeriput.

2. Diagnosa Medis

Menurut Proverawati (2010), diagnosa keperawatan yang mungkin


muncul pada BBLR adalah:
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan maturitas pusat
pernafasan, keterbatasan perkembangan otot, penurunan
energi/kelelahan, ketidakseimbangan metabolik.
b. Hipotermi berhubungan dengan kontrol suhu yang imatur dan
penurunan lemak tubuh subkutan.
c. Resiko gangguan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidak mampuan mencerna nutrisi karena
imaturitas.
d. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis yang
kurang.

3. Rencana Tindakan

a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan maturitas pusat


pernafasan, keterbatasan perkembangan otot, penurunan
energi/kelelahan, ketidakseimbangan metabolik.
1) Tujuan: pola napas menjadi efektif
2) Kriteria hasil:
- RR 30-60 x/mnt
- Sianosis (-)
- Sesak (-)
- Ronchi (-)
- Whezing (-)
3) Rencana tindakan:
- Observasi pola Nafas.
- Observasi frekuensi dan bunyi nafas
- Observasi adanya sianosis.
- Monitor dengan teliti hasil pemeriksaan gas darah.
- Tempatkan kepala pada posisi hiperekstensi.
- Beri O2 sesuai program dokter
- Observasi respon bayi terhadap ventilator dan terapi O2.
- Atur ventilasi ruangan tempat perawatan klien.
- Kolaborasi dengan tenaga medis lainnya
b. Hipotermi berhubungan dengan kontrol suhu yang imatur dan
penurunan lemak tubuh subkutan.
1) Tujuan: suhu tubuh dalam rentang normal
2) Kriteria hasil:
- Suhu 36-37C.
- Kulit hangat.
- Sianosis (-)
- Ekstremitas hangat
3) Tindakan keperawatan:
- Observasi tanda-tanda vital.
- Tempatkan bayi pada incubator.
- Awasi dan atur control temperature dalam incubator sesuai
kebutuhan.
- Monitor tanda-tanda Hipertermi.
- Hindari bayi dari pengaruh yang dapat menurunkan suhu
tubuh.
- Ganti pakaian setiap basah
- Observasi adanya sianosis.
c. Gangguan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidak mampuan mencerna nutrisi karena
imaturitas.
1) Tujuan : Nutrisi dapat terpenuhi
2) Kriteria hasil:
- Reflek hisap dan menelan baik
- Muntah (-)
- Kembung (-)
- BAB lancar
- Berat badan meningkat 15 gr/hr
- Turgor elastis
3) Tindakan keperawatan:
- Observasi intake dan output.
- Observasi reflek hisap dan menelan.
- Beri minum sesuai program
- Pasang NGT bila reflek menghisap dan menelan tidak ada.
- Monitor tanda-tanda intoleransi terhadap nutrisi parenteral.
- Kaji kesiapan untuk pemberian nutrisi enteral
- Kaji kesiapan ibu untuk menyusu.
- Timbang BB setiap hari.
d. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis yang
kurang.
1) Tujuan: tidak terjadi infeksi
2) Kriteria hasil:
- Suhu 36-37C
- Tidak ada tanda-tanda infeksi.
- Leukosit 5.000-10.000
3) Tindakan keperawatan:
- Kaji tanda-tanda infeksi.
- Isolasi bayi dengan bayi lain.
- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi.
- Gunakan masker setiap kontak dengan bayi.
- Cegah kontak dengan orang yang terinfeksi.
- Pastikan semua perawatan yang kontak dengan bayi dalam
keadaan bersih/steril.
- Kolaborasi dengan dokter.
- Berikan antibiotic sesuai program.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) diartikan sebagai bayi yang lahir

dengan berat badan kurang dari 2500 gram. BBLR merupakan prediktor

tertinggi angka kematian bayi, terutama dalam satu bulan pertama kehidupan

(Kemenkes RI,2015). Bayi BBLR mempunyai risiko kematian 20 kali lipat lebih

besar di bandingkan dengan bayi yang lahir dengan berat badan normal. Lebih

dari 20 juta bayi di seluruh dunia lahir dengan BBLR dan 95.6% bayi BBLR

lahir di negara yang sedang berkembang, contohnya di Indonesia. Survey

Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2014-2015, angka prevalensi BBLR

di Indonesia masih tergolong tinggi yaitu 9% dengan sebaran yang cukup

bervariasi pada masing-masing provinsi.Angka terendah tercatat di Bali (5,8%)

dan tertinggi di Papua (27%),sedangkan di Provinsi Jawa Tengah berkisar 7%

(Kemenkes RI,2015).

B. Saran
Dalam penulisan laporan ini masih banyak kekurangan, baik dari tulisan

maupun bahasa yang disajikan. Oleh karena itu mohon di berikan sarannya

agar kami bisa membuat laporan pendahuluan lebih baik lagi, dan semoga

laporan pendahuluan ini bisa bermanfaat bagi kita semua dan menjadi wawasan

kita dalam memahami tentang kondisi BBLR pada bayi baru lahir.
DAFTAR PUSTAKA

Jumiarni.2006. Asuhan Keperawatan Perinatal.Jakarta: EGC


Prawirohardjo, Sarwono.2006.Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal.Jakarta : YBP –SP
Pantiawati, I. 2010. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta: Nuha
Medika
Pudjiadi Antonius, H., Hegar Badriul, dkk. (2010). Pedoman Pelayanan Medis
Ikatan Dokter Anak Indonesia.Jakarta: IDAI
Proverawati, A., Ismawati, C. 2010. Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta: Nuha
Medika
Surasmi A., Handayani S., Kusuma H.2005. Perawatan Bayi Resiko Tinggi.
Jakarta: EGC
8. Pathway

Anda mungkin juga menyukai