Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA BY.

NY
W DENGAN BBLR ( BERAT BADAN LAHIR RENDAH ) DI RUANG
NICU RUMAH SAKIT PANTI RAHAYU PURWODADI

DISUSUN OLEH:
NURROHIM
2304044

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


STIKES BETHESDA YAKKUM
YOGYAKARTA
2024
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Anak Dengan BBLR Pada By. Ny W


di ruang NICU Rumah Sakit Panti Rahayu Purwodadi ini telah diperiksa dan
disetujui oleh Pembimbing Akademik dan Pembimbing Klinik

Yogyakarta, Agustus 2024

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(Santahana Febriyanti, S.Kep., (Erna Triyatiningsih, Skep.,Ns)


Ns.,MSN))
LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP MEDIS
1. DEFINISI
Berat badan lahir rendah merupakan bayi yang di lahirkan dengan berat
badan kurang dari 2500 gram (Maryanti, 2014).
Bayi berat lahir rendah adalah keadaan ketika bayi dilahirkan memiliki
berat badannya kurang dari 2500 gram. Keadaan BBLR ini akan
berdampak buruk untuk tumbuh kembang bayi ke depannya (Kementerian
Kesehatan RI, 2015).

2. ANATOMI FISIOLOGI
Anatomi dan fisiologi pada bayi dengan berat badan lahir rendah menurut
Wulandari (2016) terdiri dari:
a. Sistem Pernapasan
Pada bayi dengan berat 900 gram alveoli cenderung kecil dengan
adanya sedikit pembuluh darah yang mengelilingi stoma seluler.
Semakin matur dan bayi lebih besar berat badannya, maka akan
semakin besar alveoli, pada hakekatnya dindingnya dibentuk oleh
kapiler. Pusat pernafasan kurang berkembang dan otot pernafasan bayi
ini lemah. Terdapat kekurangan lipoprotein paru-paru, yaitu suatu
surfaktan yang dapat mengurangi tegangan permukaan pada paru-paru.
Pada bayi tidak ada preterm yang terkecil relaks batuk. Hal ini dapat
mengarah yang akan timbulnya inhalasi cairan yang dimuntahkan
dengan timbulnya akibat yang serius. Saluran hidung sangat sempit
dan cidera terhadap mukosa nasal mudah terjadi. Hal ini penting untuk
diingat ketika dimasukkan tabung endotrakeal atau tabung nasogastrik
melalui hidung. Percepatan pernafasan dapat bervariasi pada semua
bayi yang baru lahir dan bayi preterm. Pada bayi baru lahir sewaktu
istirahat, maka kecepatan pernafasan dapat mencapai 60 sampai 80 per
menit, dan akan menurun dendekati kecepatan yang biasa yaitu 34
sampai 36 per menit.
b. Sistem Sirkulasi
Jantung saat lahir secara relatif kecil, pada beberapa bayi pre-term
akan bekerja lemah dan lambat. Dinding pembuluh darah juga lemah
dan sirkulasi perifer seringkali buruk. Hal ini disebabkan akibat
timbulnya kecenderungan perdarahan intrakanial yang terlihat pada
bayi pre-term. Tekanan darah lebih rendah dbandingkan dengan bayi
aterm, terjadinya penurunan berat dan juga tingginya menurun.
Tekanan sistolik pada bayi aterm sekitar 80 mmhg dan pada bayi
preterm 45 sampai 60 mmhg. Tekanan diastolik secara proporsional
rendah, bervariasi dari 30 sampai 45 mmhg dan nadi juga bervariasi
antara 100 dan 160/menit.
c. Sistem Pencernaan
Semakin rendah usia kehamilan, maka semakin lemah reflek menelan
dan menghisap, bayi yang paling kecil cenderung tidak mampu untuk
minum secara efektif. Regurgitasi adalah hal yang mungkin sering
terjadi. Hal ini disebabkan karena spingter pilorus yang secara relatif
kuat dan mekanisme penutupan spingter jantung yang kurang
berkembang. Pencernaan bergantung pada perkembangan dari alat
pencernaan itu sendiri. Lambung dari bayi dengan berat 900 gram akan
memperlihatkan adanya sedikit lipatan mukosa, glandula sekretoris,
demikian otot kurang berkembang.
d. Sistem Urinaria
Pada saat lahir perubahan lingkungan harus disesuaikan oleh fungsi
ginjal, dengan adanya angka filtrasi glumerolus yang menurun maka
fungsi ginjal akan kurang efisien, dan bahan terlarut yang juga rendah.
Hal ini akan terjadinya penurunan kemampuan untuk mengkonsentrasi
urin sehingga menyebabkan urin akan sedikit. Gangguan elektrolit dan
keseimbangan air mudah terjadi.
e. Sistem Persyarafan
Perkembangan saraf sebagian besar tergantung pada derajat maturitas.
Hal ini akan menyebabkan kurang berkembangnya pusat pengendali
fungsi vital, suhu tubuh, pernafasan, dan pusat reflek. Pada bayi
prematur yang ditemukan reflek leher tonik dan reflek moro. Bayi
kecil lebih lemah dibangunkan dan mempunyai tangisan yang lemah
yang disebabkan karena buruknya perkembangan saraf.

3. ETIOLOGI
Menurut Maryanti (2012) ada beberapa faktor resiko yang dapat
menyebabkan masalah BBLR yaitu:
a. Faktor ibu
1) Usia
Berdasarkan penelitian menunjukkan persentase kejadian BBLR
lebih tinggi terjadi pada ibu yang berumur 35 tahun (30,0%)
dibandingkan dengan yang tidak BBLR (14,2%). Hal tersebut
sesuai dengan pernyataan WHO yaitu usia yang paling aman
adalah 20 – 35 tahun pada saat usia reproduksi, hamil dan
melahirkan.
2) Parietas
Berdasarkan penelitian ibu grandemultipara (melahirkan anak
empat atau lebih) lebih berisiko untuk melahirkan anak BBLR, itu
dikarenakan setiap proses kehamilan dan persalinan meyebabkan
trauma fisik dan psikis, semakin banyak trauma yang ditinggalkan
akan menyebabkan penyulit untuk kehamilan dan persalinan
berikutnya.
3) Gizi Kurang saat hamil
Ibu yang mengalami gizi kurang saat hamil menyebabkan
persalinan sulit/lama, persalinan sebelum waktunya (prematur),
serta perdarahan setelah persalinan. Ibu yang memiliki gizi kurang
saat hamil juga lebih berisiko mengalami keguguran, bayi lahir
cacat dan bayi lahir dengan berat badan yang kurang.
4) Jarak kehamilan
Berdasarkan penelitian ibu yang memiliki jarak kelahiran < 2 tahun
berisiko 3 kali lebih besar melahirkan anak BBLR di bandingkan
dengan ibu yang memiliki jarak kelahiran > 2 tahun, itu
dikarenakan pola hidup, belum menggunakan alat kontrasepsi dan
ibu tidak melakukan pemeriksaan dengan rutin.
5) Pola hidup
Ibu yang dia terkena paparan asap rokok dan sering mengkonsumsi
alkohol dapat menyebabkan hipoksia pada janin dan menurunkan
aliran darah umbilikal sehingga pertumbuhan janin akan
mengalami gangguan dan menyebabkan anak lahir dengan BBLR.
b. Faktor kehamilan
1) Eklampsia / Pre-eklampsia.
2) Ketuban pecah dini.
3) Perdarahan Antepartum.
4) Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
5) Faktor janin
6) Cacat bawaan (kelainan kongenital).
7) Infeksi dalam rahim.

4. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Huda dan Hardhi (2013) tanda dan gejala dari bayi berat badan
rendah adalah:
a. Sebelum lahir
1) Pembesaran uterus tidak sesuai dengan usia kehamilan.
2) Pada anamneses sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus
prematurus, dan lahir mati.
3) Pergerakan janin lebih lambat.
4) Pertambahan berat berat badan ibu lambat dan tidak sesuai yang
seharusnya.
b. Setelah lahir
1) Bayi premature yang lahir sebelum kehamilan 37 minggu
2) Bayi premature kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam
tubuhnya
Selain itu ada gambaran klinis BBLR secara umum adalah:
a. Berat badan kurang dari 2500 gram
b. Panjang kurang dari 45 cm.
c. LD < 30 cm. 4) LK < 33 cm.
d. Umur kehamilan < 37 minggu.
e. Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang.
f. Otot hipotonik.
g. Pernapasan tidak teratur dapat terjadi apnea.
h. Ekstremitas : paha abduks, sendi lutut atau kaki fleksi-lurus.
i. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya,
sehingga seolah-olah tidak teraba tulang rawan.
j. Tumit mengkilap, telapak kaki halus.
k. Alat kelamin pada laki-laki pigmentasi dan rugae pada skrotum
kurang. Testis belum turun ke dalam skrotum. Pada bayi perempuan
klitoris menonjol, labia minora belum tertutupoleh labia mayora.
l. Fungsi syaraf belum matang menyebabkan reflek menghisap, menelan
dan batuk masih lemah.
Jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan
jaringan lemak masih kurang
5. PATOFLOWDIAGRAM (Huda, 2013)

- Fetal distress
- Bayi lahir premature
- Usia Ibu - Parietas
- Sulusio Plasenta -
- Gizi kurang - Jarak kehamilan - Previa Plasenta
6. KLASIFIKASI
Klasifikasi BBLR menurut karakteristik BBLR atau masa kehamilannya (Idayani,
2013), antara lain :
a. Prematuritas murni
Neonatus dengan usia kehamilan <37 minggu dan mempunyai berat badan sesuai
dengan berat badan untuk masa kehamilan atau dikenal dengan nama neonatus
kurang bulan sesuai dengan masa kehamilan
b. Dismaturitas
Bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk
masa kehamilan. Bayi dengan kalahiran dismaturitas merupaka bayi yang
tergolong kecil untuk masa kehamilannya. Ada 3 yang tergolong dalam
dismaturitas, yang pertama Neonatus kurang bulan -kecil masa kehamilan (NKB-
KMK), yang kedua Neonatus cukup bulan –kecil masa kehamilan (NCB- KMK),
yang ketiga Neonatus Lebih Bulan –Kecil Masa Kehamilan (NLB-KMK).
Menurut Sari (2014) klasifikasi BBLR dibagi menjadi 3, yaitu :
a. Berat badan lahir rendah (BBLR) yaitu bayi lahir dengan berat 1500-2499 gram.
b. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) yaitu bayi lahir dengan berat 1000 -
1500 gram.
c. Bayi berat lahir ekstrim sangat rendah (BBLESR) yaitu bayi lahir dengan berat
kurang dari 1000 gram.

7. KOMPLIKASI
Menurut Maryanti (2012) komplikasi dari berat bayi lahir rendah adalah :
a. Hipotermi
Terjadi karena hanya sedikit lemak tubuh dan sistem pengaturan suhu tubuh pada
bayi baru lahir belum matang, adapun ciri-ciri mengalami hipotermi adalah suhu
tubuh < 32oC, mengantuk dan sukar dibangunkan, menangis sangat lemah, seluruh
tubuh dingin, pernafasan tidak teratur.

b. Hipoglikemia
Gula darah berfungsi sebagai makanan otak dan membawa oksigen ke otak. Jika
asupan glukosa ini kurang mempengaruhi kecerdasan otak
c. Gangguan Imunologik
Daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena rendahnya kadar Ig G,
maupun gamma globulin. Bayi prematur relatif belum sangup membentuk anti
bodi dan daya fagositisis serta reaksi terhadap infeksi belum baik, karena sistem
kekebalan bayi belum matang
d. Sindroma Gangguan Pernafasan
Sindroma Gangguan Pernafasan pada BBLR adalah perkembangan imatur pada
sistem pernafasan atau tidak adekuat jumlah surfaktan pada paru-paru Gangguan
nafas yang sering terjadi pada BBLR (masa gestasi pendek) adalah penyakit
membran hialin, dimana angka kematian ini menurun dengan meningkatnya umur
kehamilan.
e. Masalah Eliminasi
Kerja ginjal masih belum matang. Kemampuan mengatur pembuangan sisa
metabolisme dan air belum sempurna. Ginjal yang imatur baik secara anatomis
dan fungsinya.
f. Gangguan Pencernaan
Saluran pencernaan pada BBLR belum berfungsi sempurna sehingga penyerapan
makanan dengan lemah atau kurang baik. Aktifitas otot pencernaan masih belum
sempurna sehingga waktu pengosongan lambung bertambah.

8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Menurut Riendravi (2013) pemeriksaan penunjang berupa:
a. Pemeriksaan Radiologi
1) Pada umur 8 jam dapat dimulai foto thoraks pada bayi baru lahir dengan usia
gestasi yang belum cukup bulan. Terdapatnya retikulogranular pada parenkim
dan bronkogram udara pada gambaran foto thoraks pada bayi dengan penyakit
membran hyalin yang disebabkan oleh kekurangan surfaktan. Gambaran white
lung hanya tampak pada kondisi berat.
2) Pada umur 2 hari USG kepala terutama pada bayi dengan usia kehamilan 35
minggu akan dimulai untuk mengetahui adanya hidrosefalus atau perdarahan
intrakranial dengan memvisualisasi ventrikel dan struktur otak garis tengah
dengan fontanel anterior yang terbuka.
b. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pada hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis ) terdapat jumlah sel
darah putih : 18.000/mm3, netrofil meningkat sampai 23.000-24.000/mm3
2) Hematokrit: 43%- 61 % (peningkatan sampai 65 % atau lebih menandakan
polisitemia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau hemoragic
prenatal/perinatal).
3) Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan
anemia atau hemolisis berlebihan).
4) Nilai bilirubun normal total adalah : 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8
mg/dl 1-2 hari, dan 12 mg/dl pada 3-5 hari.
5) Eloktrolit harus dipantau (Na, K, Cl) : biasanya dalam batas normal pada
awalnya.

9. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan menurut Nurarif (2015) yaitu :
a. Mempertahankan suhu tubuh dengan ketat. BBLR mudah mengalami hipotermi,
oleh sebab itu suhu tubuh bayi harus dipertahankan dengan ketat
b. Inkubator
Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam incubator. Prosedur
perawatan dapat dilakukan melalui “jendela“ atau “lengan baju“. Incubator
terlebih dahulu dihangatkan Sebelum bayi dimasukkan, sampai sekitar 29,4 0C,
untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan 32,2 0C untuk bayi yang lebih kecil. Untuk
pernafasan yang adekuat pada bayi maka bayi dirawat dalam keadaan telanjang,
hal ini agar bayi dapat bergerak tanpa dibatasi pakaian, observasi terhadap
pernafasan lebih mudah.
c. Mencegah infeksi dengan ketat.
BBLR sangat rentan dengan infeksi, memperhatikan prinsip-prinsip pencegahan
infeksi termasuk mencuci tangan sebelum memegang bayi
d. Pengawasan nutrisi ( ASI ).
Refleks menelan BBLR belum sempurna, oleh sebab itu pemberian nutrisi
dilakukan dengan cermat
e. Beri minum dengan sonde/ tetes dengan pemberian ASI
DAFTAR PUSTAKA

Devi, A.K.B. (2017). Anatomi Fisiologi dan Biokimia Keperawatan. Yogyakarta: Pustaka
Baru Press
Huda dan Hardhi. 2013. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC : Jakarta
Lestari, Titik. (2016). Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta : Nuha Medika
Marmi dan Kukuh Rahardjo. (2015). Asuhan Neonatus Bayi Balita & Anak Pra Sekolah.
Yogyakarta: Pustaka pelajar.
Maryanti, D., Sujianti, & Budiarti, T. (2012). Buku Ajar Neonatus, Bayi, dan Balita.
Jakarta:Trans Info Media.
Nurarif, Huda & Kusuma, Hardhi. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: Mediaction Jogja

Anda mungkin juga menyukai