Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

BAYI BERAT LAHIR RENDAH


( BBLR )

NAMA : CHERRYSHA, AMD. KEP


NIK :T1992042220131205002
LAPORAN PENDAHULUAN
BAYI BERAT LAHIR RENDAH
(BBLR)

1. KONSEP DASAR PENYAKIT


A. PENGERTIAN
Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah kondisi dari
seorang bayi yang lahir dengan berat kurang dari 2500 gram
atau 2,5 kg. BBLR dapat terjadi pada kondisi bayi prematur
yang lahir kurang bulan maupun bayi yang lahir cukup bulan
dan memiliki masalah pada proses pertumbuhannya selama
masa kehamilan (Sutarjo, 2014). Beberapa penelitian
mengungkapkan anak yang lahir dengan riwayat BBLR
mempunyai pola pertumbuhan yang lebih rendah dibandingkan
dengan anak berat lahir normal. Penelitian yang dilakukan oleh
Schart,J.R. et. al, (2016) dengan judul Growth anddevelopment
in children born verylow birthweight mendapatkan hasil bahwa
BBLR akan mengalami perlambatan pada pertumbuhan dan
perkembangannya. Penelitian lain juga mengungkapkan bahwa
terdapat hambatan pertumbuhan yang serius pada anak dengan
riwayat BBLR yang dimulai sejak dalam kandungan hingga anak
berumur 2 tahun, sehingga anak tidak pernah mencapai berat
badan ideal dan jika tidak mendapatkan perawatan yang baik
hambatan terjadi tidak hanya pada pertumbuhan fisik saja,
melainkan juga pada perkembangannya (Lestari, 2021).
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah
sel serta jaringan intraseluler, bertambahnya ukuran fisik dan
struktur tubuh dalam arti sebagian atau keseluruhan yang dapat
diukur secara kuantitatif yaitu dengan mengukur berat badan,
tinggi badan, lingkar kepala, dan lingkar lengan atas terhadap
umur untuk mengetahui pertumbuhan fisik (Yuniarti Sri, 2015).
Penyimpangan 2 pertumbuhan yang biasa terjadi adalah kurus,
sangat kurus, gemuk, pendek, sangat pendek,makrosefali dan
mikrosefali. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
kualitas tumbuh anak yaitu faktor internal seperti ras, keluarga,
umur, jenis kelamin dan genetik dan faktor ekternal baik pada
saat prenatal,saat persalinan maupun pasca persalinan. Berat
lahir pada umumnya sangat berpengaruh pada pertumbuhan
anak jangka panjang, sehingga dampak lanjutan dari kelahiran
BBLR adalah gagal tumbuh , anak usia 12-60 bulan yang yang
lahir dengan berat badan lahir rendah memiliki 3 kali resiko
mengalami stunting (Putra, 2016). Penelitian lain
mengungkapkan balita dengan riwayat kelahiran BBLR
mempunyai resiko 5 kali lebih tinggi mengalami pertumbuhan
yang tidak normal (Nengsih et al, 2016).
Salah satu periode usia yang sangat membutuhkan
perhatian khusus pada anak dengan riwayat BBLR adalah
periode usia toddler. Anak usia toddler merupakan anak yang
berada antara rentang usia 12-36 bulan (Soetjiningsih dan
Ranuh, 2013). Usia ini merupakan masa keemasan pada anak
karena pada masa ini anak akan sangat cepat mempelajari hal-
hal baru (Loeziana, 2015). Keberhasilan menguasai tugas-tugas
perkembangan pada usia toddler membutuhkan dasar yang
kuat selama masa pertumbuhan dan memerlukan bimbingan
dari orang lain terutama orang tua. Berdasarkan hal tersebut,
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang pada
anak usia toddler harus diberikan secara optimal oleh orang tua
maupun anggota keluarga lainnya. Pemberian stimulasi yang
rendah dan tingkat kesejahteraan yang kurang di rumah akan
menyebabkan tumbuh kembang anak menjadi 3 terganggu dan
bagi anak dengan riwayat BBLR akan semakin berisiko lebih
besar (Santri et al 2014).
Bayi berat lahir rendah adalah keadaan ketika bayi
dilahirkan memiliki berat badannya kurang dari 2500 gram.
Keadaan BBLR ini akan berdampak buruk untuk tumbuh
kembang bayi ke depannya (Kementerian Kesehatan RI, 2016).
Ada 2 keadaan BBLR yaitu :
1. Prematuritas atau Bayi Kurang Bulan Murni :
BBLR karena prematuritas atau Bayi Kurang Bulan
Murni adalah bayi yang dilahirkan kurang bulang (preterm)
mempunyai organ yang belum berfungsi seperti bayi aterm
sehingga bayi tersebut mengalami kesulitan untuk hidup di
luar rahim. Makin pendek masa kehamilan makin kurang
sempurna fungsi alat-alat tubuhnya, akibatnya makin mudah
terjadi komplikasi, seperti sindroma gangguan pernafasan,
hipotermia, aspirasi, infeksi, dan pendarahan intrakanial.
2. BBLR (KMK) :
Bayi Berat Badan Lahir Rendah karena Bayi Kecil untuk
Masa Kehamilan (KMK) adalah bayi kecil untuk masa
kehamilan (KMK) pertumbuhan alat-alat dalam tubuhnya
lebih baik dibandingkan dengan bayi preterm dengan berat
badan yang sama.
Klasifikasi BBLR Menurut Cutland, Lackritz, Mallett-Moore,
Bardají, Chandrasekaran, Lahariya, Nisar, Tapia, Pathirana,
Kochhar & Muñoz (2017) dalam mengelompokkan bayi BBLR
ada beberapa cara yaitu:
1. Berdasarkan harapan hidupnya:
a. Bayi dengan berat lahir 1500 – 2500 gram adalah bayi
berat lahir rendah (BBLR).
b. Bayi dengan berat lahir 1000 – 1500 gram adalah bayi
berat lahir sangat rendah (BBLSR).
c. Bayi dengan berat lahir < 1000 gram adalah bayi berat
lahir amat sangat rendah (BBLASR).
2. Berdasarkan masa gestasinya :
a. Prematuritas Murni Bayi dengan masa gestasi kurang
dari 37 minggu atau biasa disebut neonatus dengan
berat normal ketika lahir. Dapat disebut BBLR jika berat
lahirnya antara 1500 – 2500 gram.
b. Dismaturitas Bayi dengan berat badan lahir tidak
normal atau kecil ketika dalam masa kehamilan.

B. ETIOLOGI
Menurut Nur, Arifuddin & Vovilia (2016), Susilowati, Wilar
& Salendu (2016) serta Gebregzabiherher, Haftu, Weldemariam
& Gebrehiwet (2017) ada beberapa faktor resiko yang dapat
menyebabkan masalah BBLR yaitu:
1. Factor Ibu
a. Usia
Berdasarkan penelitian menunjukkan persentase
kejadian BBLR lebih tinggi terjadi pada ibu yang berumur
35 tahun (30,0%) dibandingkan dengan yang tidak BBLR
(14,2%). Hal tersebut sesuai dengan pernyataan WHO
yaitu usia yang paling aman adalah 20 – 35 tahun pada
saat usia reproduksi, hamil dan melahirkan.
b. Parietas
Berdasarkan penelitian ibu grandemultipara (melahirkan
anak empat atau lebih) 2,4 kali lebih berisiko untuk
melahirkan anak 9 BBLR, itu dikarenakan setiap proses
kehamilan dan persalinan meyebabkan trauma fisik dan
psikis, semakin banyak trauma yang ditinggalkan akan
menyebabkan penyulit untuk kehamilan dan persalinan
berikutnya.
c. Gizi
Kurang saat hamil Ibu yang mengalami gizi kurang saat
hamil menyebabkan persalinan sulit/lama, persalinan
sebelum waktunya (prematur), serta perdarahan setelah
persalinan. Ibu yang memiliki gizi kurang saat hamil juga
lebih berisiko mengalami keguguran, bayi lahir cacat dan
bayi lahir dengan berat badan yang kurang.
d. Jarak Kehamilan
Berdasarkan penelitian ibu yang memiliki jarak kelahiran
< 2 tahun berisiko 3,231 kali lebih besar melahirkan anak
BBLR di bandingkan dengan ibu yang memiliki jarak
kelahiran > 2 tahun, itu dikarenakan pola hidup, belum
menggunakan alat kontrasepsi dan ibu tidak melakukan
pemeriksaan dengan rutin.
e. Pola Hidup
Ibu yang dia terkena paparan asap rokok dan sering
mengkonsumsi alkohol dapat menyebabkan hipoksia
pada janin dan menurunkan aliran darah umbilikal
sehingga pertumbuhan janin akan mengalami gangguan
dan menyebabkan anak lahir dengan BBLR.
2. Faktor Kehamilan
a. Eklampsia / Pre-Eklampsia
b. Ketuban pecah dini
c. Perdarahan Antepartum
d. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
e. Factor janin
f. Cacat bawaan (kelainan kongenital)
g. Infeksi dalam rahim
C. MANIFESTASI KLINIS
Secara umum, gambaran klinis dari bayi BBLR adalah sebagai
berikut :
1. Berat kurang dari 2500 gram
2. Panjang badan kurang atau sama dengan 45 cm
3. Lingkar dada kurang atau sama dengan 30 cm
4. Lingkar kepala kurang dari 33 cm
5. Jaringan lemak bawah kulit sedikit
6. Tulang tengkorak lunak atau mudah bergerak
7. menangis lemah
8. Kepala bayi lebih besar dari badan , kepala tidak mampu
tegak, rambut kepala tipis dan halus, elastisitas daun teling
9. Integumen : kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak,
jaringan subkutan sedikit.
10. Otot hipotonik lemah
11. Dada : dinding thorak elastis, putting susu belum terbentuk,
pernafasan tidak teratur, dapat terjadi apnea, pernafasan 40-
50 kali/menit
12. Ekstremitas : paha abduksi, sendi lutut/kaki fleksi-lurus,
kadang terjadi oedem, garis telapak kaki sedikit, telapak kaki
halus, tumit mengkilat
13. Genetalia : pada bayi laki-laki skrotum kecil dan testis tidak
teraba (belum turun), dan pada bayi perempuan klitoris
menonjol serta labia mayora belum menutupi labia minora
atau labia mayora hampir tidak ada (Nuratif, 2015)
BBLR menunjukan belum sempurnanya fungsi organ
tubuh dengan keadaannya yang lemah , yaitu sebagai berikut :
1. Tanda – tanda bayi kurang bulan (KB)
a. Kulit tipis dan mengkilap
b. Tulang rawan telinga sangat lunak, karena belum
terbentuk dengan sempurna
c. Lanugo (rambut halus/lembut) masih banyak ditemukan
terutama pada punggung
d. Jaringan payudara belum terlihat, puting masih berupa
titik
e. Pada bayi perempuan, labia mayora belum menutupi
labia minora
f. Pada bayi laki-laki skrotum belum banyak lipatan, testis
kadang belum turun
g. Rajah telapak tangan kurang dari 1/3 bagian atau belum
terbentuk
h. Kadang disertai dengan pernafasan yang tidak teratur
i. Aktivitas dan tangisnya lemah
j. Reflek menghisap dan menelan tidak efektif atau lemah
2. Tanda-tanda bayi Kecil Untuk Masa Kehamilan (KMK)
a. Gerakannya cukup aktif, tangis cukup kuat
b. Kulit keriput, lemak bawah kulit tipis
c. Bila kurang bulan jaringan payudara kecil, putting kecil.
Bila cukup bulan payudara dan puting sesuai masa
kehamilan
d. Bayi perempuan bila cukup bulan labia mayora menutupi
labia minora
e. Bayi laki-laki testis mungkin telah turun
f. Rajah telapak kaki lebih dari 1/3 bagian
g. Menghisap cukup kuat

D. KOMPLIKASI
1. Hipotermi
Terjadi karena hanya sedikit lemak tubuh dan sistem
pengaturan suhu tubuh pada bayi baru lahir belum
matang.adapun ciri-ciri mengalami hipotermi adalah suhu
tubuh < 32 0 C, mengantuk dan sukar dibangunkan,
menangis sangat lemah, seluruh tubuh dingin, pernafasan
tidak teratur.
2. Hipoglikemia
Gula darah berfungsi sebagai makan otak dan
membawa oksigen ke otak. Jika asupan glukosa ini kurang
mempengaruhi kecerdasan otak
3. Gangguan Imunologik
Daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena
rendahnya kadar Ig G, maupun gamma globulin. Bayi
prematur relatif belum sangup membentuk anti bodi dan
daya fagositisis serta reaksi terhadap infeksi belum baik,
karena sistem kekebalan bayi belum matang
4. Sindroma Gangguan Pernafasan
Sindroma Gangguan Pernafasan pada BBLR adalah
perkembangan imatur pada sistem pernafasan atau tidak
adekuat jumlah surfaktan pada paru-paru Gangguan nafas
yang sering terjadi pada BBLR (masa gestasi pendek)
adalah penyakit membran hialin, dimana 13 angka kematian
ini menurun dengan meningkatnya umur kehamilan.
5. Masalah Eliminasi
Kerja ginjal masih belum matang. Kemampuan mengatur
pembuangan sisa metabolisme dan air belum sempurna.
Ginjal yang imatur baik secara anatomis dan fungsinya
6. Gangguan Pencernaan
Saluran pencernaan pada BBLR belum berfungsi sempurna
sehingga penyerapan makanan dengan lemah atau kurang
baik. Aktifitas otot pencernaan masih belum sempurna
sehingga waktu pengosongan lambung bertambah.
E. PATOFISIOLOGI
Semakin kecil dan semakin premature bayi itu maka akan
semakin tinggi resiko gizinya. Beberapa faktor yang
memberikan efek pada masalah gizi.
1. Menurunnya simpanan zat gizi padahal cadangan makanan
di dalam tubuh sedikit, hamper semua lemak, glikogen dan
mineral seperti zat besi, kalsium, fosfor dan seng di deposit
selama 8 minggu terakhir kehamilan. Dengan demikian bayi
preterm mempunyai potensi terhadap peningkatan
hipoglikemia, anemia dan lain-lain. Hipoglikemia
menyebabkan bayi kejang terutama pada bayi BBLR
Prematur.
2. Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan. Bayi
preterm mempunyai lebih sedikit simpanan garam empedu,
yang diperlukan untuk mencerna dan mengabsorpsi lemak
dibandingkan dengan bayi aterm.
3. Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan,
koordinasi antara refleks hisap dan menelan belum
berkembang dengan baik sampai kehamilan 32-34 minggu,
padahal bayi BBLR kebutuhan nutrisinya lebih tinggi karena
target pencapaian BB nya lebih besar. Penundaan
pengosongan lambung dan buruknya motilitas usus terjadi
pada bayi preterm
4. Paru yang belum matang dengan peningkatan kerja napas
dan kebutuhan kalori yang meningkat. Potensial untuk
kehilangan panas akibat luas permukaan tubuh tidak
sebanding dengan BB dan sedikitnya lemak pada jaringan di
bawah kulit. Kehilangan panas ini akan meningkatkan
kebutuhan kalori
PATHWAY

Faktor janin Factor Factor ibu Factor


plasenta lingkungan

BBLR

Komplikasi BBLR
Manifestasi Klinis BBLR
1. Sindrom Aspirasi
2. Asfixia neonatorum 1. Berat badan kurang dari 2500 gram
3. Penyakit membrane 2. Masa gestasi kurang dari 37 minggu
hyaline disease 3. Kulit tipis, transparan. Lanugo banyak dan
4. Hiperbilirubinemia lemak subkutan amat sedikit
4. Pergerakan kurang dan lemah, tangis
lemah, pernafasan belum teratur dan
sering mendaptakan serangan apnea

Organ Penambahan Sedikitnya System imun


pencernaa dinding dada lemak di bawah yang belum
n imatur belum sempurna jaringan kulit matang

Peristaltic Kehilangan Penurunan daya


Vaskuler
belum panas melalui tahan tubuh
paru imatur
sempurna kulit

Resiko infeksi
Kurangnya Peningkatan Peningkatan
kemampuan kerja nafas kebutuhan
untuk mencerna kalori
makanan

Reflek System
Reflek menghisap dan termoregulasi
menghisap dan menelan belum yang imatur
menelan belum berkembang baik
berkembang baik
Termoregulasi
tubuh tidak
Perubahan efektif
Tidak efektifnya
nutrisi kurang
pola nafas
dari kebutuhan
tubuh
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardhi (2015)
pemeriksaan penunjang bayi BBLR antara lain :
1) Periksa jumlah sel darah putih : 18.000/mm3, netrofil
meningkat sampai 23.000 – 24.000/mm3, hari pertama
setelah lahir (menurun bila ada sepsis)
2) Hematokrit (Ht) : 43% - 61% (peningkatan sampai 65% atau
lebih menandakan polisetmia, penurunan kadar
menunjukkan anemia atau hemoragic perinatal
3) Hemoglobin (Hb): 15-20 gr/dl kadar lebih rendah
berhubungan dengan anemia atau hemolisis berlebih )
4) Bilirubin total: 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl
1-2 hari, dan 12 mg/dl pada 3-5 hari
5) Destrosix: tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama
setelah kelahiran rata – rata 40-50 mg/dl meningkat 60-70
mg/dl pada hari ketiga
6) Pemeriksaan analisa gas darah

2. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN
Merupakan data dasar klien yang komprehensif mencakup
riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, hasil pemeriksaan
diagnostic dan laboratorium serta informasi dari tim kesehatan
serta keluarga klien yang meliputi :
1. Identitas
Usia ibu saat hamil, usia kehamilan, kehamilan dengan
penyakit penyerta
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama : PB < 45 cm, LD < 30 cm, LK < 33 cm.
Kesadaran apatis, daya hisap lemah atau bayi tak mau
minum, hipotonia letargi, dan mungkin terjadi kelumpuhan
otot ekstravaskuler
b. Riwayat penyakit sekarang
Bayi dengan ukuran fisik : UK < 37 minggu, BB < 2500
gram, panjang badan < 45 cm. Gambaran fisik : kepala
lebih besar dari badan, kulit tipis transparan, rambut
lanugo banyak, lemak subkutan tipis, daya hisap lemah
atau bayi tak mau minum, tangis yang melengking.
c. Riwayat penyakit dahulu
Bayi beresiko mengalami BBLR, jika ibu mempunyai
riwayat penyakit seperti hipertensi, plasenta pervia,
kehamilan kembar, malnutrisi, kebiasaan ibu merokok,
minum alkohol, ibu yang memderita penyakit malaria, dll
d. Riwayat kehamilan dan melahirkan
Adanya riwayat melahirkan sebelumnya,dan pada saat
partus siapakah yang berperan dalam proses pertolongan
partus tersebut. Riwayat pemberian ANC terpadu
termasuk didalamnya
e. Riwayat imunisasi
Pemberian vaksin tetanus diberikan 2 kali pada ibu hamil,
yaitu TT (tetanus) I diberikan setelah bulan ke-3 dan TT II
diberikan dengan interval minimal 1 bulan, serta tidak
boleh < 1 bulan sebelum persalinan agar kadar anti
tetanus serum bayi mencapai kadar optimal. Bila ibu
hamil belum mendapatkan polio, berikan vaksin polio
yang aman untuk ibu hamil
f. Riwayat nutrisi
Masalah pemberian ASI pada BBLR terjadi karena
ukuran tubuh bayi dengan BBLR kecil, kurang energi,
lemah,lambungnya kecil dan tidak dapat menghisap. Bayi
dengan BBLR sering mendapatkan pemberian ASI dalam
jumlah yang lebih sedikit tetapi sering. Bayi BBLR dengan
kehamilan lebih dari 35 minggu dan berat lahir lebih dari
2000 gram umumnya bisa langsung menetek
3. Kebutuhan dasar
a. Pola Nutrisi : reflek sucking lemah, volume lambung
kurang, daya absorbsi kurang atau lemah sehingga
kebutuhan nutrisi terganggu
b. Pola Personal hygiene : Perawat dan keluarga pasien
harus menjaga kebersihan pasien, terutama saat BAB
dan BAK, saat BAB dan BAK harus diganti popok khusus
bayi BBLR yang kering dan halus
c. Pola Aktivitas : gerakan kaki dan tangan lemah
d. Pola Eliminasi: BAB yang pertama kali keluar adalah
mekonium, produksi urin rendah, frekuensi BAB normal
pada neonatus adalah lebih dari 4x dalam sehari
sedangkan frekuensi BAK normal lebih 6x dalam sehari,
volume urin normal berkisar antara 1-2 ml/kg berat badan
per jam, jadi bila berat badan bayi 2,5 -5 kg urin yang
dihasilkan berkisar 60- 240 ml dalam sehari
e. Pola Tidur : Bayi cenderung lebih banyak tidur
4. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan Umum
1) Pada umumnya pasien dengan BBLR dalam keadaan
lemah, bayi terlihat kecil, pergerakan masih kurang
dan lemah, BB <2500 gram, dan tangisan masih
lemah
2) Nadi : 180 kali per menit, kemudian menurun sampai
120-140x/menit
3) RR : 80 kali per menit, kemudian menurun sampai
40x/menit
4) Suhu : kurang dari 36,5 C
b. Pemeriksaan ABCD
1) Antropometri pada bayi dengan BBLR terutama berat
badan terbagi menjadi 3 yaitu : BBLR berat antara
1500-2500 gram, BBLSR berat antara 1000-1500
gram, dan 23 BBLASR berat kurang dari 1000 gram,
lingkar dada < 33 cm (Proverawati,2010)
2) Biokimia, pada bayi BBLR sering dijumpai adanya
peningkatan kadar hemogloblin, eritrosit karena
imaturitas dari sel dan belum sempurnanya enzim
3) Clinical, pada BBLR berat badan bayi belum
memenuhi standar yakni 2500 gram dan pada kasus
ini biasanya juga terjadi kelemahan reflek atau fungsi
menghisap
4) Diet Makanan atau nutrisi yang diberikan biasanya
hanya ASI dan susu formula khusu BBLR jika
disarankan oleh dokter
c. Pemeriksaan fisik head to toe
1) Kepala
Inspeksi : biasanya pada BBLR kepala lebih besar
dari badan, kulit tipis, ubun ubun besar dan kecil
belum menutup .
Palpasi : pada BBLR rambut tipis dan halus, lingkar
kepala <33 cm (Sukarni & Sudarti, 2014, p. 112)
2) Mata
Inspeksi : mata simetris, pupil isokor, terdapat banyak
lanugo pada area pelipis, konjungtiva anemis
(Manggiasih & Jaya, 2016)
3) Hidung
Inspeksi : terdapat pernafasan cuping hidung akibat
gangguan pola nafas, terpasang selang oksigen 1-2
liter/menit
Palpasi : pada BBLR tulang hidung masih lunak,
karena tulang rawan belum sempurna (Pantiawati,
2010, p. 48)
4) Mulut
Inspeksi : pucat, sianosis, mukosa bibir kering,
terpasang selang OGT (Sudarti & Fauziah, 2013, p. 5)
5) Telinga
Inspeksi : pada BBLR terlihat banyak lanugo, daun
telinga imatur.
Palpasi : daun telinga pada BBLR lunak (Maryanti &
Sujianti, 2011, p. 168).
6) Wajah
Inspeksi : warna kulit merah karena hipertermia,
bentuk simetris, lanugo banyak, kriput seperti orang
tua (Manggiasih & Jaya, 2016, p. 359).

7) Leher
Inspeksi : pada BBLR mudah terjadi gangguan
pernafasan akibat dari inadekuat jumlah surfaktan, jika
hal ini terjadi biasanya didapatkan retraksi
suprasternal (Proverawati & Ismawati, 2010, pp. 12-
13).
8) Paru-paru
I : biasanya pada BBLR pernafasan tidak teratur, otot
bantu pernafasan, lingkar dada <30 cm, retraksi dada
ringan.
P : dinding dada elastis, puting susu belum terbentuk
(Ridha, 2014).
P : terdapat suara sonor.
A : jika bayi mengalami gangguan pernafasan
biasanya bayi mendengkur, jika terjadi aspirasi
meconium maka terdapat suara ronchi (Proverawati &
Ismawati, 2010).
9) Jantung
I : biasanya ictus cordis Nampak di ICS mid klavikula
P : ictus cordis teraba ICS 4 mid klavikula sinistra
P : area jantung redup (Ridha, 2014).
A : S1 S2 tunggal, normalnya heat rate 120-160
kali/menit, (Pantiawati, 2010, p. 29)
10) Abdomen
Biasanya pada BBLR tidak terjadi distensi abdomen,
kulit perut tipis, pembuluh darah terlihat (Sukarni &
Sudarti, 2014, p. 112).
11) Punggung
Inspeksi : keadaan punggung simestris, terdapat
lanugo (Proverawati & Ismawati, 2010, p. 3).
12) Genetalia
Pada bayi BBLR perempuan, labia minora belum
tertutup oleh labia mayora, klitoris menonjol. Pada
bayi laki-laki testis belum turun dan rague pada
skrotum kurang (Maryanti & Sujianti, 2011, p. 168).
13) Extremitas
Pada BBLR garis plantar sedikit, kadang terjadi
oedem, pergerakan otot terlihat lemah, terdapat
lanugo pada lengan, akral teraba dingin (Pantiawati,
2010, p. 9).
14) Anus
Biasanya pada BBLR anus bisa berlubang atau tidak
(Proverawati & Ismawati, 2010, p. 19).
d. Neurology atau reflek
1) Reflek Morrow
Reflek morrow adalah timbul oleh rangsangan
mendadak/mengejutkan. Bayi akan mengembangkan
tangannya ke samping dan melebarkan jari-jari
kemudian tangannya ditarik kembali dengan cepat.
Reflek ini akan mereda 1 atau 2 minggu dan hilang
setelah 6 bulan.
2) Reflek Rooting (reflek mencari)
Kepala bayi akan berpaling memutar kea rah asupan
dan mencari puttng susu dengan bibirnya. Reflek ini
berlanjut sementara bayi masih menyusu dan
menghilang setelah 3-4 bulan.
3) Reflek Menghisap ( Sucking )
Ditimbulkan oleh rangsangan pada daerah mulut atau
pipi bayi dengan puting/jari tangan. Bibir bayi akan
maju ke depan dan lidah melingkar kedalam untuk
menyedot. Menghilang saat bayi berusia 2-3 bulan.
4) Reflek Menggenggam
Timbul bila kita menggoreskan jari melalui bagian
dalam atau meletakkan jari kita pada telapak tangan
bayi. Jari-jari bayi akan melingkar ke dalam seolah
memegangi suatu benda dengan kuat. Reflek ini
menghilang umur 3-4 bulan.
5) Tonic Neck Reflek
Tonic neck reflek merupakan reflek mempertahankan
posisi leher/kepala. Timbul bila kita membaringkan
bayi secara terlentang. Kepala bayi akan berpaling ke
salah satu sisi sementara ia berbaring terlentang.
Lengan pada sisi kemana kepalanya berpaling akan
terlentang lurus keluar, sedangkan tangan lainnya
dilipat. Reflek ini sangat nyata pada 2-3 bulan dan
hilang sekitar 4 bulan.
6) Reflek Gallant
Reflek gallant ditimbulkan dengan menggosok satu
sisi punggung sepanjang garis paravertebratal 2-3 cm
dari garis tengah mulai dari bahu hingga bokong.
Reflek ini secara normal akan hilang setelah 2-3
bulan.
7) Stepping Reflek
Stepping reflek akan timbul ketika kita memegangi
bayi pada posisi berdiri dan sedikit menekan. Bayi
akan mengangkat kakinya secara bergantian seakan-
akan berjalan. Reflek ini terlihat setelah 1 minggu dan
akan
menghilang setelah 2 bulan.
8) Swallowing Reflek
Swallowing reflek adalah reflek gerakan menelan
benda-benda yang didekatkan ke mulut,
memungkinkan bayi memasukkan makanan ada
secara permainan tapi berubah sesuai pengalaman.
Terjadi mulai : usia 0-3 bulan, penyebab : ada benda
yang masuk ke mulutnya, maka akan segera dia
hisap, lalu dia telan. Reflek ini tidak akan hilang,
namun leat usia 3 bulan bayi sudah menghisap
secara sadar. Waspada jika tidak ada reflek,
kemungkinan ada kelainan pada susunan ketika kita
memasukkan putting susu atau dot dan bayi mulai
menghisap kemudian menelan.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut Proverawati (2010), diagnosis keperawatan yang
mungkin muncul pada BBLR adalah :
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan maturitas
pusat pernafasan, keterbatasan perkembangan otot,
penurunan energi/kelelahan, ketidakseimbangan metabolik.
2. Termoregulasi berhubungan dengan kontrol suhu yang
imatur dan penurunan lemak tubuh subkutan.
3. Resiko gangguan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan ketidak mampuan mencerna
nutrisi karena imaturitas.
4. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis
yang kurang.
Definisi Resiko Infeksi : merupakan yang berisiko
mengalami
peningkatan terserang organisme patogenik (PPNI, 2016).
1. Penyakit kronis (mis. diabetes mellitus)
2. Efek prosedur invasive
3. Malnutrisi
4. Peningkatan paparan organisme patogen lingkungan
5. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer :
a. Gangguan peristaltic
b. Kerusakan integritas kulit
c. Perubahan sekresi pH
d. Penurunan kerja siliaris
e. Ketuban pecah lama
f. Ketuban pecah sebelum waktunya
g. Merokok
h. Status cairan tubuh
6. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder :
a. Penurunan hemoglobin
b. Imunonosupresi
c. Leukopenia
d. Supresi respon inflamasi
e. Vaksinasi tidak adekuat (PPNI, 2016)

C. INTERVENSI
Tabel Intervensi resiko infeksi

No Diagnose Tujuan dan Intervensi (SIKI)


(SDKI) Kriteria Hasil
(SLKI)
1 Risiko Tingkat Infeksi Pencegahan
Infeksi Expektasi: Infeksi
Menurun Observasi :
Kriteria Hasil : a. Monitor tanda
a. Kebersihan dan gejala
tangan infeksi local
perawat dan (dolor/sakit,
keluarga kalor/panas,
meningkat tumir/bengkak,
b. Kebersihan rubor/kemeraha
badan klien n, dan fungtion
meningkat laesa/perubahan
c. Nafsu fungsi dari
makan klien jaringan) dan
meningkat sistemik
d. Demam Terapeutik :
menurun a. Batasi jumlah
e. Kemerahan pengunjung
menurun b. Cuci tangan
f. Bengkak sebelum dan
menurun sesudah kontak
g. Vesikel dengan pasien
menurun dan lingkungan
h. Kadar sel pasien
darah putih c. Pertahankan
membaik tehnik aseptic
pada pasien
yang beresiko
tinggi
Edukasi :
a. Jelaskan tanda
dan gejala
infeksi
b. Ajarkan cara
mencuci tangan
dengan benar
c. Anjurkan
meningkatkan
asupan nurtrisi
d. Anjurkan
meningkatkan
asupan cairan
Kolaborasi :
a. Kolaborasi
pemberian
imunisasi, jika
perlu
DAFTAR PUSTAKA

Atikah Proverawati dan Cahyo Ismawati. Berat Badan Lahir


Rendah (BBLR). Yogyakarta: Nuha Medika; 2010.

Cutland, C.L., Lackritz, E.M., Mallett-Moore, T., Bardají, A.,


Chandrasekaran, R., Lahariya, C., Nisar, M.I., Tapia,
M.D., Pathirana, J., Kochhar, S., & Muñoz, F.M. (2017).
Low birth weight: Case definition & guidelines for data
collection, analysis, and presentation of maternal
immunization safety data. Vaccine 35, 6492-6500.

Dwi Maryanti, Sujianti, Tri Budiarti, . (2011). Buku Ajar


Neonatus, Bayi, Dan Balita. Jakarta: Trans Info Media.

Gebregzabiherher, Y., Haftu, A., Weldemariam, S., &


Gebrehiwet, H. (2017). The Prevalence And Risk Factors
For Low Birth Weight Among Term Newborns In Adwa
General Hospital , Northern Ethiopia, 2017(Figure 1).

Lestari, S. E. (2021). Hubungan ASI Eksklusif dan BBLR dam


Pertumbuhan bayi usia 1-2 tahun, Vol 3 No 1, hal 80–
96.Akademi Keperawatan RS Dustira:Jawa Barat

Loeziana, U. (2015). The Golden Age : Masa Efektif Merancang


Kualitas Anak. Bunayya, Universitas Arraniry, Vol 1, No.1

Kemenkes RI. (2016). Profil Kesehatan Indonesia 2016.

Kusuma Hardhi dan Nurarif Amin Huda 2015, Handbook For


Health Student. Yogyakarta. Medication.
Manggiasih & Jaya. (2016). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada
Neonatus, Bayi, Balita, Dan Anak Pra Sekolah. Jakarta :
Trans Info Media

Pantiawati, ika. 2010. Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah.


Yogyakarta : Nuha Medika

Putra, O. (2016). Pengaruh BBLR terhadap kejadian stunting


pada anak usia 12- 60 bulan di wilayah kerja puskesmas
pauh tahun 2015. Universitas Andalas.

PPNI (2016), Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia,


Jakarta, Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.

Ridha N. 2014. Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Santri, A., Idriansari, A., dan Girsang, B. M. (2014). Faktor


Faktor Yang Mepengaruhi Pertumbuhan Dan
Perkembangan Anak Usia Toddler(1-3 Tahun) Dengan
Riwayat Bayi Berat Lahir Rendah. Jurnal Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya,
Vol 5, 63–70.

Schart, J. R., Stroustrup, A., Conaway, M. R., & DeBoer, M. .


(2016). Growth and development in children born very low
birthweight,. Arch Dis Child Fetal Neonatal, 101(5).
Sukarni, I dan Sudarti. 2014. Patologi Kehamilan dan Masa
Nifas. Yogyakarta: Nuha Medika.

Sutarjo, U. (2014). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014.


Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Yuniarti Sri. (2015). Asuhan tumbuh kembang Neonatus bayi-


balita dan anakprasekolah. Bandung Refika Aditama.

Soetjiningsih, dan Ranuh, G. (2013). Keperawatan jiwa


mengenal kesehatan mental. (A. Murhayati, A. Rokhman,
& A. N. Rahmawati, Eds.). book.google.go.id.

Anda mungkin juga menyukai