Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

"BBLR (BAYI BERAT LAHIR RENDAH)"

KEPERAWATAN ANAK I

DISUSUN OLEH

MUTIA
180101021

DOSEN PEMBIMBING : Ns. RAMAITA, M.Kep

TINGKAT II S1 KEPERAWATAN

STIKES PIALA SAKTI PARIAMAN

2020

KATA PENGANTAR
Pertama-tama perkenankanlah saya selaku penyusun makalah ini
mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga saya dapat
menyusun makalah ini dengan judul "MAKALAH BBLR (BAYI BERAT LAHIR
RENDAH)".

Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memahami mengenai BAYI


BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)

Ucapan terima kasih dan puji syukur saya sampaikan kepada Allah dan
semua pihak yang telah membantu kelancaran, memberikan masukan serta ide-ide
untuk menyusun makalah ini.
Saya berterima kasih kepada dosen pembimbing ibu NS. Ramaita,M.Kep. selaku
dosen mata kuliah Keperawatan anak 1 yang telah memberikan tugas ini kepada
kami.

Saya selaku penyusun telah berusaha sebaik mungkin untuk


menyempurnakan makalah ini, namun tidak mustahil apabila terdapat kekurangan
maupun kesalahan. Oleh karena itu saya memohon saran serta komentar yang
dapat saya jadikan motivasi untuk menyempurnakan pedoman dimasa yang akan
datang.

Pariaman,27 november 2018

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bayi lahir dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah
satu factor resiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi
khususnya pada masa perinatal. Selain itu bayi berat lahir rendah dapat
mengalami gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya,
sehingga membutahkan biaya perawatan yang tinggi.

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah salah satu hasil dari ibu hamil
yang menderita energy kronis dan akan mempunyai status gizi buruk. BBLR
berkaitan dengan tingginya angka kematian bayi dan balita, juga dapat
berdampak serius pada kualitas generasi mendatang, yaitu akan memperlambat
pertumbuhan dan perkambangan anak, serta berpengaruh pada penurunan
kecerdasan.

Salah satu indicator untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat


adalah angka kematian bayi (AKB). Angka kematian bayi di Indonesia saat ini
masih tergolong tinggi, maka kematian bayi di Indonesia tercatat 510 per 1000
kelahiran hidup pada tahun 2003. Ini memang bukan gambaran yang indah
karena masih tergolong tinggi bila di bandingkan dengan Negara-negara di
ASEAN. Penyebab kematian bayi terbanyak karena kelahiran bayi berat lahir
rendah (BBLR), sementara itu prevalensi BBLR pada saat ini diperkirakan 7-
14% yaitu sekitar 459.200-900.000 bayi ( depkes RI 2005)

Menurut perkiraan WHO, pada tahun 1995 hampir semua 98% dari 5
juta kematian neonatal di Negara berkembang atau berpenghasilan rendah.
Lebih dari 2/3 kematian adalah BBLR yaitu berat badan kurang dari 2500
gram. Secara global diperkirakan terdapat 25 juta persalinan per tahun dimana
17% diantaranya adalah BBLR dan hampir semua terjadi di Negara
berkembang.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan BBLR ?
2. Apa saja klasifikasi dari BBLR ?
3. Bagaimana tanda – tanda klinis BBLR ?
4. Bagaimana perjalanan penyakit BBLR ?
5. Bagaimana penatalaksanaan pada BBLR ?
6. Apa saja komplikasi dari BBLR?
7. Bagaimana pemeriksaan diagnostik pada BBLR ?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan BBLR
2. Untuk mengetahui klasifikasi BBLR
3. Untuk mengetahui tanda – tanda klinis BBLR
4. Untuk mengetahui patofisiologi BBLR
5. Untuk megetahui pentalaksanaan pada BBLR
6. Untuk mengetahui komplikasi pada BBL
7. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik pada BBLR

D. Manfaat
1. Mahasiswa mengerti apa yang dimaksud dengan BBLR
2. Mahasiswa mengerti klasifikasi BBLR
3. Mahasiswa mengerti tanda – tanda klinis BBLR
4. Mahasiswa mengerti patofisiologi BBLR
5. Mahasiswa mengetahui pentalaksanaan pada BBLR
6. Mahasiswa mengerti komplikasi pada BBLR
7. Mahasiswa mengetahui pemeriksaan diagnostik pada BBLR
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI BBLR
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir
yang berat badan lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2500
gram, dahulu neonatus dengan berat badan lahir kurang dari 2500
gram atau sama dengan 2500 gram disebut prematur (Festy, 2009).
World Health Organization (WHO) pada tahun 1961 menyatakan
bahwa semua bayi baru lahir yang berat badannya kurang atau sama
dengan 2500 gram disebut Low Birth weight Infant (Bayi Berat Badan
Lahir Rendah/BBLR). Sedangkan pada tahun 1970, kongres European
Perinatal Medicine II yang diadakan di London juga diusulkan definisi
untuk mendapatkan keseragaman tentang maturitas bayi lahir, yaitu
sebagai berikut :
a. Bayi kurang bulan : Bayi dengn masa kehamilan kurang dari 37
minggu (259) hari.
b. Bayi cukup bulan : Bayi dengan masa kehamilan mulai 37 minggu
sampai 42 minggu (259-293).
c. Bayi lebih bulan : Bayi dengan masa kehamilan 42 minggu atau
lebih (294 hari atau lebih)
Menurut Saifuddin dalam (Syafruddin, 2009), Bayi Berat Lahir
Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir
kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram). Menurut Depkes RI
(1996), bayi berat lahir rendah ialah bayi yang lahir dengan berat 2500
gram atau kurang tanpa memperhatikan usia kehamilan.
Dari pengertian tersebut, BBLR dapat dibagi menjadi dua
golongan, yaitu prematuturitas murni dan dismaturitas. Disebut
Prematuritas murni jika masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat
badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasinya, biasa pula
disebut neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan (NKB-SMK).
Dismaturasi ialah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan
seharusnya untuk masa gestasinya. Artinya, bayi mengalami retardasi
pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi yang kecil untuk masa
kehamilannya (Syafruddin, 2009).

B. KLASIFIKASI BAYI BERAT LAHIR RENDAH

Menurut Rukiyah (2010) bayi berat lahir rendah (BBLR) dapat


dikelompokkan menjadi 2 yaitu:
a. Bayi prematur sesuai masa kehamilan (SMK)
Terdapat derajat prematuritas di golongkan menjadi 3
kelompok:
1). Bayi sangat prematur (extremely prematur ): 24-30 minggu.
2). Bayi prematur sedang (moderately prematur ) : 31-36 minggu
3). Borderline Premature : 37-38 minggu. Bayi ini bersifat premature
dan mature.
Beratnya seperti bayi matur akan tetapi sering timbul masalah
seperti yang dialami bayi prematur, seperti gangguan pernafasan,
hiperbilirubinemia dan daya hisap lemah.

b. Bayi prematur kecil untuk masa kehamilan (KMK)


Terdapat banyak istilah untuk menunjukkan bahwa bayi
KMK dapat menderita gangguan pertumbuhan di dalam uterus (intra
uterine growth retardation / IUG)seperti pseudo premature, small for
dates, dysmature, fetal malnutrition syndrome, chronis fetal distress,
IUGR dan small for gestasionalage ( SGA ).
Ada dua bentuk IUGR yaitu : (Rustam, 1998)
1). Propornitinate IUGR
Janin menderita distress yang lama, gangguanpertumbuhan
terjadi berminggu-minggu sampai berbulan-bulan sebelum bayi
lahir. Sehingga berat, panjang dan lingkaran kepala dalam proporsi
yang seimbang, akan tetapi keseluruhannya masih di bawah masa
gestasi yang sebenarnya.
2). Disproportinate IUGR
Terjadi akibat distress sub akut. Gangguan terjadi beberapa
Minggu dan beberapa hari sebelum janin lahir. Pada keadaan ini
panjang dan lingkaran kepala normal, akan tetapi berat tidak sesuai
dengan masa gestasi. Tanda-tanda sedikitnya jaringan lemak
dibawah kulit, kulit kering, keriput dan mudah diangkat, bayi
kelihatan kurus dan lebih panjang

C. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Maryunani dkk, (2009) adapun tanda dan gejala yang
terdapat pada bayi dengan bayi berat lahir rendah (BBLR ) adalah :

a. Berat badan < 2500 gram

b. Letak kuping menurun


c. Pembesaran dari satu atau dua ginjal

d. Ukuran kepala kecil

e. Masalah dalam pemberian makan (refleks menelan dan menghisap


kurang)

f. Suhu tidak stabil (kulit tipis dan transparan)

D. ETIOLOGI BBLR
Penyebab terjadinya bayi BBLR secara umum bersifat
multifaktorial, sehingga kadang mengalami kesulitan untuk melakukan
tindakan pencegahan. Namun, penyebab terbanyak terjadinya bayi BBLR
adalah kelahiran prematur. Semakin muda usia kehamilan semakin besar
resiko jangka panjang dan jangka pendek dapat terjadi (Proverawati dan
Ismawati, 2010).
Berikut adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan bayi
BBLR secara umum yaitu sebagai berikut (Proverawati dan Ismawati,
2010).
a. Faktor ibu :
1. Penyakit
a. Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia sel berat,
perdarahan ante partum, hipertensi, preeklampsia berat,
eklampsia, infeksi selama kehamilan (infeksi kandungan
kemih dan ginjal)
b. Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual,
HIV/AIDS, malaria, TORCH.
2. Ibu
a. Angka kejadian prematurasi tertinggi adalah kehamilan pada
usia < 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
b. Kehamilan ganda (multi gravida)
c. Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1
tahun)
d. Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya
3. Keadaan sosial ekonomi :
a. Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi
rendah
b. Mengerjakan aktivitas fisik beberapa jam tanpa istirahat
c. Keadaan gizi yang kurang baik
d. Pengawasan antenatal kurang
e. Kejadian prematurasi pada bayi yang lahir dari perkawinan
yang tidak sah, yang ternyata lebih tinggi bila dibandingkan
dengan bayi yang lahir dari perkawinan yang sah
4. Sebab lain:
a. Ibu perokok
b. Ibu peminum alkohol
c. Ibu pecandu obat narkotik
d. Penggunaan obat antimetabolik
b. Faktor janin :
1. Kelainan kromosom (trisomy autosomal)
2. Infeksi janin kronik (inklusi sitomegali, rubella bawaan)
3. Disautonomia familial
4. Radiasi
5. Kehamilan ganda/kembar (gemeli)
6. Aplasia pancreas
c. Faktor Plasenta :
1. Berat plasenta berkurang atau berongga atau keduanya
(hidramnion)
2. Luas permukaan berkurang
3. Plasentilis vilus (bakteri, virus dan parasite)
4. Infark
5. Tumor (koriongioma, mola hidatidosa)
6. Plasenta yang lepas
7. Sindrom plasenta yang lepas
8. Sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik
d. Faktor lingkungan :
1. Bertempat tinggal di dataran tinggi
2. Terkena radiasi
3. Terpapar racun

Berdasarkan tipe BBLR, penyebab terjadinya bayi BBLR dapat


digolongkan menjadi sebagai berikut :

a. BBLR tipe KMK, disebabkan oleh :


1. Ibu hamil yang kekurangan nutrisi
2. Ibu memiliki hipertensi, preeklampsia, atau anemia
3. Kehamilan kembar, kehamilan lewat waktu
4. Malaria kronik, penyakit kronik
5. Ibu hamil merokok
b. BBLR tipe prematur, disebabkan oleh :
1. Berat badan ibu yang rendah, ibu hamil yang masih remaja,
kehamilan kembar
2. Pernah melahirkan bayi prematur sebelumnya
3. Cervical imcompetence (mulut rahim yang lemah hingga tak
mampu menahan berat bayi dalam rahim)
4. Perdarahan sebelum atau saat persalinan (antepartum
hemorrhage)
5. Ibu hamil yang sedang sakit
6. Kebanyakan tidak diketahui penyebabnya.

E. PATIFISIOLOGI
Patofisiologi menurut Surasmi (2009) adalah:
a. Pengendalian suhu
Bayi preterm cenderung memiliki suhu yang abnormal. Hal
ini disebabakan oleh produksi panas yang buruk dan penigkatan
kehilangan panas. Kegagalan untuk menghasilkan panas yang
adekuat disebabakan tidak adanya jaringan adiposa coklat ( yang
mempunyai aktifitas metabolik yang tinggi ), pernapasan yang lemah
dengan pembakaran oksigen yang buruk, dan masukan makanan
yang rendah.
Kehilangan panas yang meningkat karena adanya permukaan
tubuh yang relatif besar dan tidak adanya lemak subkutan, tidak
adanya pengaturan panas bayi sebagian disebabkan oleh panas
immature dari pusat pengatur panas dan sebagian akibat kegagalan
untuk memberikan respon terhadap stimulus dari luar. Keadaan ini
sebagian disebabkan oleh mekanisme keringat yang cacat, demikian
juga tidak adanya lemak subkutan. Pada minggu pertama dari
kehidupan, bayi preterm memperlihatkan fluktuasi nyata dalam suhu
tubuh dan hal ini berhubungan dengan fluktuasi suhu lingkungan.
b. Sistem pencernaan
Semakin rendah umur gestasi, maka semakin kecil / lemah
refleks menghisap dan menelan, bayi yang paling kecil tidak mampu
minum secara efektif, regurgitasi merupakan hal yang paling sering
terjadi. Hal ini disebabkan oleh karena mekanisme penutupan
spingter pilorus yang secara relatif kuat.
Pencernaan tergantuang dari perkembangan dari alat
pencernaan, lambung dari seorang bayi dengan berat 900 gr
memperlihatkan adanya sedikit lipatan mukosa, glandula sekretoris,
demikian juga otot kurang berkembang. Perototan usus yang lemah
mengarah pada timbulnya distensi dan retensi bahan yang dicerna.
Hepar relatif besar, tetapi kurang berkembang, terutama pada bayi
yang kecil. Hal ini merupakan predisposisi terjadinya ikterus akibat
adanya ketidakmampuan untuk melakukan konjugasi bilirubin yaitu
keadaan tidak larut dan eksistensinya ke dalam empedu tidak
mungkin.
Pencernaan protein berkembang dengan baik pada bayi
preterm yang terkecil sekalipun. Protein baik dari tipe manusia dan
hewani tampaknya dapat ditoleransi dan diabsorbsi. Absorbsi lemak
tampaknaya merupakan masalah, kendatipun sudah dapat enzim
pemecah lemak. Hal ini berakibat dengan kekurangan ASI,
karbohidrat bentuk glukosa, karbohidrat yang mudah diserap. 
c. Sistem pernapasan
Lebih pendek masa gestasi maka semakin kurang
perkembangan paru – paru pada bayi dengan berat 900 gr. Alveoli
cenderung kecil, dengan adanya sedikit pembuluh darah yang
mengelilingi stroma seluler. Semakin mature bayi dan lebih berat
badanya maka akan semakin besar alveoli. Pada hakekatnya
dindingnya dibentuk oleh kapiler, otot pernapasan bayi lemah dan
pusat pernapasan kurang berkenbang. Terdapat juga kekurangan
lipoprotein paru – paru, yaitu surfaktan yang dapat mengurangi
tegangan permukaan pada paru – paru. Surfaktan diduga bertindak
dengan cara menstabilkan alveoli yang kecil, sehingga mencegah
terjadinya kolaps pada saat terjadi ekspirasi.
Ritme dari dalamnya pernapasan cenderung tidak teratur,
seringkali ditemukan apnea, dalam keadaan ini maka hal ini harus di
hitung selama 1 menit untuk perhitungan yang tepat. Pada bayi
preterm yang terkecil batuk tidak ada. Hal ini dapat mengarah pada
timbulnya inhalasi cairan yang dimuntahkan dengan timbulnya
konsekuensi yang serius. Saluran hidung sangat kecil dan mengalami
cidera bertahap, mukosa nasal mudah terjadi, hal ini penting diingat
untuk memasukkan tabung nasogastrik atau endotrakeal melalui
hidung.
Kecepatan pernapasan bervariasi pada semua neonatus dan
bayi preterm. Pada bayi neonatus pada keadaan istirahat, maka
kecepatan pernapasan dapat 60–80 kali / menit berangsur – angsur
menurun mencapai kecepatan yang mendekati biasa yaitu 34 – 36
kali / menit.
d. Sistem sirkulasi
Jantung relatif kecil pada saat lahir, pada beberapa bayi
preterm kerjanya lambat dan lemah. Terjadinya ekstrasistole dan
bising yang dapat di dengar pada atau segara setalah lahir. Hal ini
hilang ketika apartusa jantung fetus menutup secara berangsur –
angsur. Sirkulasi perifer seringkali buruk dari dinding pembuluh
darah intrakranial. Hal ini merupakan sebab dari timbulnya
kecenderungan perdarahan intrakranial yang terlihat pada bayi
preterm.
Tekanan darah lebih rendah dibandingkan dengan bayi aterm.
Tekanan menurun dengan menurunya berat badan. Tekanan sistolik
bayi aterm sekitar 80 mmHg dan pada bayi preterm 45 – 60 mmHg.
Tekanan diastolik secara proporsional rendah, bervariasi dari 30 – 45
mmHg. Nadi bervariasi antara 100 – 160 kali / menit cenderung
ditemukan aritmia, dan untuk memperoleh suara yang tepat maka
dianjurkan untuk mendengar pada debaran apeks dengan
menggunakan stetoskop.
e. Sistem urinarius
Pada saat lahir fungsi ginjal perlu menyesuaikan diri dengan
lingkungan, fungsi ginjal kurang efisien dengan adanya angka filtrasi
glomerolus yang menurun, klirens urea dan bahan terlarut yang
rendah. Hal ini menyebabkan perubahan kemampuan untuk
mengkonsentrasi urine dan urine menjadi sedikit. Gangguan
keseimbangan air dan elektrolit mudah terjadi. Hal ini disebabkan
adanya tubulus yang kurang berkembang.
f. Sistem persyarafan
Perkembangan susunan syaraf sebagian besar tergantung
pada derajat maturitas, pusat pengendali fungsi fital, misalnya
pernapasan, suhu tubuh dan pusat refleks kurang berkembang.
Refleks seperti refleks leher tonik ditemukan pada bayi prematur
normal, tetapi refleks tendon bervariasi karena perkembangan
susunan saraf yang buruk, maka bayi terkecil pada khususnya yang
lemah, lebih sulit untuk di bangunkan dan mempunyai tangisan yang
lemah.
g. Sistem genital
Genital kecil pada wanita, labia minora tidak ditutupi labia
mayora hingga aterm. Pada laki – laki testis terdapat dalam abdomen
kanalis inguinalis atau skrotum.
h. Sistem Pengindraan (Penglihatan)
Maturitas fundus uteri pada gestasi sekitar 34 minggu,
terdapat adanya 2 stadium perkembangan yang dapat diketahui yaitu
immature dan transisional (peralihan) yang terjadi antara 24 dan 33 –
34 minggu. Selama setahun stadium ini bayi bisa menjadi buta jika
diberikan oksigen dalam konsentrasi yang tinggi untuk waktu yang
lama.

F. PENATALAKSANAAN
Adapun penatalaksanaan umum pada bayi BBLR (Proverawati
dan Ismawati, 2010).
a. Mempertahankan suhu tubuh bayi
Bayi prematur akan cepat mengalami kehilangan panas
badan dan menjadi hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan
belum berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah, dan
permukaan badan relatif luas. Oleh karena itu, bayi prematur harus
dirawat di dalam inkubator sehingga panas badannya mendekati
dalam rahim. Bila belum memiliki inkubator, bayi prematur dapat
dibungkus dengan kain dan disampingnya ditaruh botol yang berisi
air panas atau menggunakan metode kanguru yaitu perawatan bayi
baru lahir seperti bayi kanguru dalam kantung ibunya.
Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat di dalam
inkubator. Inkubator yang modern dilengkapi dengan alat pengatur
suhu dan kelembaban agar bayi dapat mempertahankan suhu
tubuhnya yang normal, alat oksigen yang dapat diatur, serta
kelengkapan lain untuk mengurangi kontaminasi bila incubator
dibersihkan. Kemampuan bayi BBLR dan bayi sakit untuk hidup bila
mereka dirawat pada atau mendekati suhu lingkungan yang netral.
Suhu ini ditetapkan dengan mengatur suhu permukaan yang terpapar
radiasi, kelembaban relatif, dan aliran udara sehingga produksi panas
(yang diukur dengan konsumsi oksigen) sesedikit mungkin dan suhu
tubuh bayi dapat dipertahankan dalam batas normal. Suhu inkubator
yang optimum diperlukan agar panas yang hilang dan konsumsi
oksigen terjadi minimal sehingga bayi telanjang pun dapat
mempertahankan suhu tubuhnya sekitar 36,50-37oC.
Prosedur perawatan dapat dilakukan melalui “jendela” atau
“lengan baju”. Sebelum memasukkan bayi ke dalam inkubator,
inkubator terlebih dahulu dihangatkan, sampai sekitar 29,4oC, untuk
bayi dengan berat 1,7 kg dan 32,2oC untuk bayi yang lebih kecil.
Bayi dirawat dalam keadaan telanjang, hal ini memungkinkan
pernafasan yang adekuat, bayi dapat bergerak tanpa dibatasi pakaian,
observasi terhadap pernafasan lebih mudah. Mempertahankan
kelembaban nisbi 40-60% diperlukan dalam membantu stabilisasi
suhu tubuh yaitu dengan cara sebagai berikut:
1. Mengurangi kehilangan panas pada suhu lingkungan yang rendah
2. Mencegah kekeringan dan iritasi pada selaput lendir jalan nafas
terutama pada pemberian oksigen dan selama pemasangan
intubasi endotrakea atau nasotrakea
3. Mengencerkan sekresi yang kental serta mengurangi kehilangan
cairan insensible dari paru.
b. Pengaturan dan pengawasan intake nutrisi
Pengaturan dan pengawasan intake nutrisi dalam hal ini
adalah menentukan pilihan susu, cara pemberian dan jadwal
pemberian yang sesuai dengan kebutuhan bayi BBLR.
ASI (Air Susu Ibu) merupakan pilihan pertama jika bayi
mampu mengisap. ASI juga dapat dikeluarkan dan diberikan pada
bayi yang tidak cukup mengisap.
Cara pemberian makanan bayi BBLR harus diikuti tindakan
pencegahan khusus untuk mencegah terjadinya regurgitasi dan
masuknya udara dalam usus. Pada bayi BBLR yang lebih kecil,
kurang giat mengisap dan sianosis ketika minum melalui botol atau
menekan pada ibunya, makanan diberikan melalui Naso Gastric Tube
(NGT). Jadwal pemberian makanan disesuaikan dengan kebutuhan
dan berat badan bayi BBLR. Pemberian makanan interval tiap jam
dilakukan pada bayi dengan Berat Badan lebih rendah.
Alat pencernaan bayi prematur masih belum sempurna,
lambung kecil, enzim pencernaan belum matang. Sedngkan
kebutuhan protein 3 sampai 5 gr/kgBB dan kalori 110 gr/kgBB,
sehingga pertumbuhannya dapat meningkat. Pemberian minum bayi
sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului dengan menghisap cairan
lambung. Refleks menghisap masih lemah, sehingga pemberian
minum sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi dengan frekuensi sedikit
yang lebih sering.
c. Pencegahan infeksi
Infeksi adalah masuknya bibit penyakit atau kuman
kedalam tubuh khususnya mikroba. Bayi BBLR sangat mudah
mendapat infeksi. Infeksi terutama disebabkan oleh infeksi
nasokomial. Rentan terhadap infeksi ini disebabkan oleh kadar
immunoglobulin serum pada bayi BBLR masih rendah, aktivitas
bakterisidal neotrofil, efek sitotoksik limfosit juga masih rendah dan
fungsi imun belum berpengalaman.
Fungsi perawat disini adalah memberi perlindungan
terhadap bayi BBLR dari bahaya infeksi. Oleh karena itu, bayi BBLR
tidak boleh kontak dengan penderita infeksi dalam bentuk apapun.
Digunakan masker dan baju khusus dalam penanganan bayi,
perawatan luka tali pusat, perawatan mata, hidung, kulit, tindakan
aseptis dan antiseptik alat-alat yang digunakan, isolasi pasien, jumlah
pasien dibatasi, rasio perawat pasien ideal, mengatur kunjungan,
menghindari perawatan yang terlalu lama, mencegah timbulnya
asfiksia dan pemberian antibiotik yang tepat. Bayi prematur mudah
sekali terkena infeksi karena daya tahan tubuh yang masih lemah,
kemampuan leukosit masih kurang, dan pembentukan antibodi belum
sempurna. Oleh karena itu, upaya preventif dapat dilakukan sejak
pengawasan antenatal sehingga tidak terjadi persalinan
prematuritas/BBLR.
d. Penimbangan berat badan
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau
nutrisi bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab
itu penimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat.

e. Pemberian oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi
bayi preterm BBLR, akibat tidak adanya alveoli dan surfaktan.
Konsentrasi O2 yang diberikan sekitar 30-35% dengan menggunakan
head box, konsentrasi O2 yang tinggi dalam masa yang panjang akan
menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi yang dapat
menimbulkan kebutaan.
f. Pengawasan jalan nafas
Jalan nafas merupakan jalan udara melalui hidung, pharing,
trachea, bronchiolus, bronchiolus respiratorius, dan duktus alveoleris
ke alveoli. Terhambatnya jalan nafas dapat menimbulkan asfiksia,
hipoksia dan akhirnya kematian. Selain itu bayi BBLR tidak dapat
beradaptasi dengan asfiksia yang terjadi selama proses kelahiran
sehingga dapat lahir dengan asfiksia perinatal.
Bayi BBLR berisiko mengalami serangan apneu dan
defisiensi surfakatan, sehingga tidak dapat memperoleh oksigen yang
cukup yang sebelumnya diperoleh dari plasenta. Dalam kondisi
seperti ini diperlukan pembersihan jalan nafas segera setelah lahir
(aspirasi lendir), dibaringkan pada posisi miring, merangsang
pernapasan dengan menepuk atau menjentik tumit. Bila tindakan ini
gagal, dilakukan ventilasi, intubasi endotrakhea, pijatan jantung dan
pemberian oksigen dan selama pemberian intake dicegah terjadinya
aspirasi. Dengan tindakan ini dapat dicegah sekaligus mengatasi
asfiksia sehingga memperkecil kematian bayi BBLR.

F. KOMPLIKASI BBLR
1.Pada prematur yaitu :
a) Sindrom gangguan pernapasan idiopatik
disebut juga penyakit membran hialin karena pada stadium terakhir
akan terbentuk membran hialin yang melapisi alveoulus paru.
b) Pneumonia Aspirasi
Disebabkan karena infeksi menelan dan batuk belum sempurna,
sering ditemukan pada bayi prematur.
c) Perdarahan intra ventikuler
Perdarahan spontan diventikel otot lateral biasanya disebabkan oleh
karena anoksia otot. Biasanya terjadi kesamaan dengan pembentukan
membran hialin pada paru. Kelainan ini biasanya ditemukan pada atopsi.
d) Hyperbilirubinemia
Bayi prematur lebih sering mengalami hyperbilirubinemia
dibandingkan dengan bayi cukup bulan. Hal ini disebabkan faktor
kematangan hepar sehingga konjungtiva bilirubium indirek menjadi
bilirubium direk belum sempurna.
e) Masalah suhu tubuh
Masalah ini karena pusat pengeluaran nafas badan masih belum
sempurna. Luas badan bayi relatif besar sehingga penguapan bertambah.
Otot bayi masih lemah, lemak kulit kurang, sehingga cepat kehilangan
panas badan. Kemampuan metabolisme panas rendah, sehingga bayi
BBLR perlu diperhatikan agar tidak terlalu banyak kehilangan panas
badan dan dapat dipertahankan sekitar (36,5 – 37,5 0C) (Manuaba, 1998 )

2. Pada bayi Dismatur


Pada umumnya maturitas fisiologik bayi ini sesuai dengan masa
gestasinya dan sedikit dipengaruhi oleh gangguan-gangguan pertumbuhan
di dalam uterus. Dengan kata lain, alat-alat dalam tubuhnya sudah
berkembang lebih baik bila dibandingkan dengan bayi dismatur dengan
berat yang sama. Dengan demikian bayi yang tidak dismatur lebih mudah
hidup di luar kandungan. Walaupun demikian harus waspada akan
terjadinya beberapa komplikasi yang harus ditangani dengan baik.
(Wiknjosastro H, 2007 Hal. 782).
a) Aspirasi mekonium yang sering diikuti pneumotaritas Ini disebabkan
stress yang sering dialami bayi pada persalinan.
b) Usher (1970) melaporkan bahwa 50% bayi KMK mempunyai
hemoglobin yang tinggi yang mungkin disebabkan oleh hipoksia
kronik di dalam uterus.
c) Hipoglikemia terutama bila pemberian minum terlambat agaknya
hipoglikemia ini disebabkan oleh berkurangnya cadangan glikogen
hati dan meningginya metabolisme bayi.
d) Keadaan lain yang mungkin terjadi ; asfiksia, perdarahan paru yang
pasif, hipotermia, cacat bawaan akibat kelainan kromosom (sindrom
down’s, turner dan lain-lain) cacat bawaan oleh karena infeksi
intrauterine dan sebagainya.
G. DATA PENUNJANG
Data penunjang untuk kasus BBLR dapat diperoleh dari
pemeriksaan sebagai berikut (IDAI, 2009):
a. Pemeriksaan skor ballard
b. Tes kocok (shake test), dianjur untuk bayi kurang bulan.
c. Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa
kadar elektrolit dan analisa gas darah.
d. Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan
umur kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau
didapat/diperkirakan akan terjadi sindrom gawat nafas.
e. USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Masa neonatus dan beberapa minggu sesudahnya masih merupakan
masa yang rawan karena disamping kekebalan yang masih kurang juga
gejala penyakit spesifik. Pada periode-periode tersebut tidak dapat
dibedakan/sulit dibedakan dengan penyakit lain sehingga sulit dideteksi
pada usia minggu-minggu pertama kelainanyang timbul banyak yang
berkaitan dengan masa kehamilan/proses persalinan sehingga perlu
penanganan segera dan khusus.
Bayi lahir dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah
satu factor resiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi
khususnya pada masa perinatal. Selain itu bayi berat lahir rendah dapat
mengalami gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh kembang
selanjutnya, sehingga membutahkan biaya perawatan yang tinggi.

B. SARAN
1. Meningkatkan pengawasan pada bayi baru lahir dengan BBLR.
2. Menambah informasi dan pengetahuan tentang BBLR
3. Lahir dengan BBLR.
4. Meningkatkan pelayanan pada bayi baru lahir dengan BBLR.

DAFTAR PUSTAKA

Festy,pipit. 2009. Analisis Faktor Resiko pada Kejadian Berat Badan Lahir
Rendah di Kabupaten Sumenep. Surabaya : Fakultas Ilmu kesehatan
UM

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). 2009. Bayi Berat Lahir Rendah. Dalam :
Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Edisi I. Jakarta
Kun, Saputra. 2012 . Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).URL :
http://kamusaskep.blogspot.com/2012/ 12/berat-badan-lahir-rendah-
bblr.html. diakses tanggal 10 mei 2013

Nursalam. 2008. Proses dan Dokumentasi Keperawatan : Konsep dan Praktik.


Jakarta : Salemba Medika

Syafruddin dan Hamidah. 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta :EGC


Mochtar, Rustam.1998, synopsis obstetric. Jakarta :EGC
Yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo, 2007. Buku acuan nasional.
pelayanan        kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta
Wong, donna,L.2004 . Pedoman klinis keperawatan pediatric. Jakarta : EGC,
Iklan

Anda mungkin juga menyukai