KEPERAWATAN
PADA BAYI BERAT LAHIR RENDAH
OLEH :
MUFAZOH
A. Latar belakang
Bayi yang lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) dapat menyebabkan berbagai
masalah kesehatan. BBLR berpotensi mengalami masalah kesehatan akibat belum
matangnya organ dan fungsi tubuh. Masalah kesehatan yang terjadi pada BBLR
dapat menyebabkan meningkatnya angka kesakitan dan angka kematian bayi
(Maryuni, 2013).
WHO (2017), menargetkan terjadinya penurunan angka kematian bayi pada tahun
2030 yang tertuang dalam Sustainable Development Goals (SDGs). Angka
kematian bayi (AKB) sebanyak 4,1% dari 75% kematian.
WHO (2018), mengatakan penyebab kematian bayi yang terbesar adalah karena
prematur. Penyebab kematian bayi lainnya adalah asfiksia lahir, pneumonia,
malformasi kongenital, komplikasi persalinan seperti presentasi abnormal dari
prolaps tali pusat janin, atau persalinan lama, infeksi neonatal, diare, malaria,
campak dan malnutrisi. WHO (2018), mengatakan BBLR dirincikan sebanyak
20% dari 20 juta persalinan per tahun.
Masalah kesehatan yang terjadi pada BBLR karena akibat belum sempurnanya
pengaturan suhu tubuh, fungsi pernafasan, fungsi persyarafan, fungsi
kardiovaskuler, sistem perdarahan, sistem pencernaan, sistem perkemihan dan
sistem kekebalan tubuh (Maryunani 2009). Dampak dari masalah kesehatan pada
BBLR dalam jangka pendek diantaranya yaitu penurunan suhu tubuh atau
hipotermi, rentan terhadap infeksi, reflek hisap yang lemah, asfiksia,
hiperbiluribinemia dan gangguan kardiovaskuler lainnya. Dampak masalah
jangka panjang kemungkinan terjadinya hambatan pertumbuhan, perubahan
proporsi tubuh serta sejumlah perubahan metabolik dan kardiovaskular.Masalah
lainnya adalah imun yang rendah, masalah kurang gizi, pendek atau kurus selama
masa kanak-kanaknya (Ikatan Dokter Indonesia, 2010).
Penatalaksanaan dalam perawatan BBLR, pertama dengan mempertahankan suhu
tubuh dengan ketat. BBLR mudah mengalami hipotermi, oleh sebab itu suhu
tubuh bayi harus dipertahankan dengan ketat. Kedua dengan mencegah
infeksi dengan ketat. BBLR sangat rentan dengan infeksi, sebelum memegang
bayi kita harus memperhatikan prinsip-prinsip pencegahan infeksi seperti
mencuci tangan sebelum memegang bayi. Ketiga dengan pengawasan nutrisi
(ASI). Reflek hisap dan menelan bayi masih lemah maka pemberian nutrisi harus
dilakukan secara cermat. Keempat dengan penimbangan ketat, perubahan berat
badan mencerminkan kondisi gizi bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan
tubuh bayi. Kelima yaitu dengan perawatan tali pusat yang benar dan selalu
menjaga kebersihan tali pusat. Keenam yaitu dengan Perawatan Metode
Kangguru (PMK) dan terapi music klasik Mozart dengan meletakkan bayi di dada
kontak antara kulit bayi dan kontak kulit ibu sehingga suhu tubuh bayi tetap
hangat serta menghidupkan musik klasik supaya bayi bisa nyaman dan tenang.
Perawatan metode ini sangat menguntungkan terutama untuk BBLR (Maternity,
dkk, 2018).
Penelitian Hastuti, Purwandani, Amalia, dan Setianto, (2018) RSUD Prof Dr
Margono Soekarjo Purwokerto, menunjukkan keefektifan metode kangguru
(PMK), Pada ibu nifas dengan bayi berat lahir rendah sebelum diberikan
pendidikan kesehatan 33%. Sesudah diberikan pendidikan kesehatan jumlahnya
signifikan menjadi 93%. Pendidikan kesehatan memang efektif untuk
meningkatkan praktik perawatan metode kangguru.
Silvia, Putri, dan Gusnila (2017) melakukan penelitian di RSUD Dr.Achmad
Mochtar Bukittinggi, didapatkan setelah dilakukan terapi kangguru maka
peningkatan berat badan bayi lahir rendah erat kaitanya dengan peningkatan berat
badan bayi dipengaruhi oleh beberapa faktor banyak factor.Salah satunya
adalah kemampuan bayi dalam menghisap ASI. ASI merupakan komponen yang
sangat penting dalam pertumbuhan bayi. ASI yang diminum bayi harus sesuai
dengan kebutuhan bayi itu sendiri. Dalam perawatan metode kanguru frekuensi
ibu dalam memberikan ASI lebih teratur dan tepat waktu. Karena bayi selalu
berada dalam dekapan ibu dan dalam kondisi bila bayi sudah mersa haus dan
memerlukan ASI maka bayi akan mencari sendiri puting susu ibu dalam baju
kangurunya, sehingga hal ini juga mambantu bayi dalam memenuhi kebutuhan
akan nutrisi dan cairanya. Kemudian hal tersebut juga membantu bayi
meningkatkan kemampuan dalam menyusui karena reflek menghisap bayi akan
selalu terasah dan terlatih serta hubungan batin ibu dan bayi akan lebih baik lagi
karena kontak langsung yang diberikan ibu kepada bayinya.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar
1. Pengertian BBLR
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat badan kurang
dari 2500 gram pada saat lahir. BBLR merupakan salah satu masalah bayi
resiko tinggi terhadap angka kematian bayi, khususnya pada masa neonatal.
(mitayani 2013).
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) atau low birth wight (LBW) adalah berat
badan lahir kurang dari 2.500 gram tanpa memandang usia gestasi. Dalam
penentuan berat badan lahir rendah terdapat beberapa istilah yang perlu
diketahui seperti prematuritas murni dan dismatur(Muslihatun,2010).
Berat Badan Lahir rendah adalah bayi yang lahir berat badannya kurang dari
2.500 gram tanpa memandang usia kehamilan. Istilah BBLR digunakan oleh
WHO untuk mengganti istilah bayi premature untuk menyamakan persepsi
dan karena diketahui bahwa tidak semua bayi yang lahir dengan berat badan
kurang dari 2.500 gram adalah bayi premature. BBLR dibedakan menjadi dua
yaitu bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 1.500 gram disebut
dengan berat badan lahir sangan rendah, dan bayi yang lahir dengan berat
badan antara 1.501-2.499 gram disebut dengan BBLR (Maternity, dkk 2018).
BBLR berat bayi rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang
dari 2500 gram, yang ditimbang pada saat lahir sampai dengan 24 jam
pertama setelah kelahiran (Oktarina, dkk 2018)
Ada dua golongan BBLR Menurut Mitayani (2013) yaitu :
a. Prematuritas murni
Yaitu bayi yang lahir dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu
dan berat bayi sesuai dengan gestasi atau yang disebut neonatus
kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan.
b. Bayi small for gestational age (SGA)
Berat bayi lahir sesuai dengan masa kehamilan. SGA sendiri terdiri
atas tiga jenis:
1. Simetris (intrauterus for gestatational age) yaitu terjadi gangguan
nutrisi pada awal kehamilan dan dalam jangka waktu yang lama
2. Asimetris (intrauterus growth retardation) yaitu terjadi defisit
nutrisi pada fase akhir kehamilan
3. Dismaturitas yaitu bayi yang lahir kurang dari berat badan yang
seharusnya untuk masa gestasi dan si bayi mengalami retardasi
pertumbuhan intrauteri serta merupakan bayi kecil untuk masa
kehamilan.
2. Penyebab BBLR
c. Lingkar dada kurang dari 30 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm.
22) Ubun-ubun besar (fontanel), pada hari pertama agak kecil, tetapi
makin lama makin besar dan menjadi lebih besar dari pada yang
normal.
23) Kulit dimana jaringan lemak subkutan tipis atau kurang,
sehingga kutit tipis akibatnya : pembulu darah nyata dibawah
kulit, kadang-kadang dapat lahir dengan edema terutama pada
ekstermitas, kulitnya kelihatan keriput dan adanya desquamasi
(proses pengelupasan atau terkelupasnya kulit tubuh) yang tidak
begitu banyak, sedangkan lanugo (rambut halus) agak banyak.
24) Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya,
sehingga seolah-olah tidak teraba tulang rawan daun telinga.
25) Tumit mengkilap, telapak kaki halus.
26) Alat kelamin : pada bayi laki-laki pigmentasi dan rugae pada
skrotum kurang, Testis belum turun ke dalam skrotum (biasanya
tidak teraba karena belum turun, kadang-kadang teraba hannya
satu). Pada bayi perempuan klitoris menonjol, labia minora
tertutup oleh labia mayora, labia mayora hampir tidak ada atau
tidak tampak, sehingga labia minora dan klitoris kelihatan
menonjol dan tampak relatif besar ini yang menyebabakan
vulvanya terbuka.
27) Tonus otot lemah sehingga kurang aktif dan pergerakannya
lemah.
28) Fungsi syaraf belum sempurna, mengakibatkan refleks hisap
menelan dan batuk masih lemah dan tangisannya lemah.
29) Kelenjer mamae masih kurang akibat pertumbuhan jaringan
lemak masih kurang. Dalam hal ini jaringa payudara belum
terlihat, puting masih berupa titik.
30) Verniks tidak ada atau kurang.
31) Pernafasan tidak teratur
32) Aktivitas dan tangisannya lemah.
33) Refleks menghisam dan menelan lemah.
Bayi dengan Berat Badan Lahir rendah disebabkan oleh banyak faktor yaitu
mulai dari faktor ibu selama hamil ibu mengalami anemia dan komplikasi
kehamilan seperti anemia sel berat, perdarahan antepartum, hipertensi,
preeklamsia berat, eklamsia, infeksi selama kehamilan (infeksi kandung
kemih dan ginjal). Penyakit menular seperti HIV/AIDS, ibu dengan usia
beresiko, jarak kehamilan dan kelahiran yang dekat, kehamilan ganda, riwat
BBLR sebelumnya. Ibu dengan sosial ekonomi yang rendah, gizi buruk saat
hamil, penggunaan narkotika dan pencandu alkohol. Selanjutnya penyebab
dari factor janin yaitu kelainan janin dan plasenta dan yang terakhir yaitu
terpapar zat beracun,radiasi dan tinggal di daratan tinggi (Maternity,dkk
2018).
Dari factor-faktor tersebut dapat menyebabkan pertumbuhan dan
perkembangan janin terganggu dan suplai makanan pun akan terganggu atau
berkurang pada janin. Hal tersebut dapat menyebabkan bayi lahir dengan
berat badan kurang dari 2500 gram. Bayi yang lahir dengan berat badan
rendah fungsi organ-organ dalam tubuhnyapun belum sempurna yaitu pada
otak, jantung, hati ,mata, ginjal, dan salaruan pencernaanya (Maternity,dkk
2018).
Alat pencernaan bayi BBLR masih belum sempurna, lambung kecil, enzim
pencernaan belum matang. Selain itu jaringan lemak subkutan yang tipis
menyebabkan cadangan energi berkurang yang menyebabkan malnutrisi dan
hipoglikemi. Akibat fungsi organ-organ belum baik terutama pada otak dapat
menyebabkan imaturitas pada sentrum-sentrum vital yang menyebabkan
reflek menelan belum sempurna dan reflek menghisap lemah. Hal ini
menyebabkan diskontinuitas pemberian ASI (Maternity,dkk 2018).
5. WOC
6. Respon Tubuh
Maryunani (2013) mengatakan masalah-masalah pada bayi dengan berat lahir
rendah adalah sebagai berikut :
a. Suhu tubuh yang tidak stabil
1) Kurangnya jaringa lemak dibawah kulit atau jaringan lemak dibawah
kulit sedikit.
2) Permukaan tubuh yang relatif lebih luas dibandingkan dengan berat
badan (permukaan tubuh bayi lebih luas dari pada badan bayi).
3) Otot yang tidak aktif
4) Produksi panas yang berkurang akibat lemaknya belum cukup.
5) Pusat pengaturan suhu (hipotalamus) yang belum berfungsi
semestinya.
6) Kurangnya oksigen yang berpengaruh pada penggunaan kalori.
7) BBLR sering hipotermia. Hipotermia terjadi karena sedikitnya lemak
tubuh dan sistem pengaturan tubuh pada bayi dengan BBLR belum
sempurna.
b. Gangguan pernafasan
1) Pusat pengatur pernafasan masih belum sempurna karena kekurangan
sufaktan (molekul yang memiliki gugus polar yang suka air atau
hidrofilik dan gugus non polar yang suka minyak atau lipofilik
sekaligusb sehingga dapat ,mempersatukan campuran yang terdiri dari
minya dan air).
2) Pertumbuhan yang masih lemah dan tulang iga yang mudah
melengkung.
7. Penatalaksanaan
Mitayani (2013), menyebutkan penatalaksanaan BBLR adalah sebagai
berikut :
a. Pastikan bayi terjaga tetap hangat, bungkus bayi dengan kain lunak,
kering, selimuti, dan gunakan topi untuk menghindari adanya kehilangan
panas.
b. Awasi frekuensi pernafasan terutama dalam 24 jam pertama guna
mengetahui sindromaspirasi mekonium / sindrom gangguan pernafasan
idiopatik.
c. Pantau suhu disekitar bayi, jangan sampain bayi kedinginan. Hal ini
karena bayi BBLR mudah hipertermia akibat luas dari permukaan tubuh
bayi relatif lebih besar dari pada lemak subkutan.
a. Data Umum:
1) Identitas Bayi:
Meliputi nama/panggilan, umur/ tanggal lahir, jenis kelamin, anak
ke, jumlah saudara, diagnose medis dan jaminan
2) Identitas Orang Tua:
Meliputi nama ibu dan ayah, umur ibu dan ayah, agama ibu dan
ayah pendidikan ibu dan ayah, pekerjaan ibu dan ayah, dan alamat
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Bayi terlihat kecil, kulit tampak tipis, lanugo masih banyak, malas
menyusu,tampak lemah, reflek hisap lemah, dan bayi tampak
lebih sering tidur.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Keadaan umum bayi lemah, refleks hisap kurang,
3) Riwayat kesehatan dahulu
Selama hamil ibu mengalami komplikasi kehamilan seperti
anemia sel berat, perdarahan antepartum, hipertensi, preeklamsia
berat, eklamsia, DM, penyakit jantung, infeksi selama kehamilan
(infeksi kandung kemih, ginjal, dan infeksi TB paru), dan ibu
menderta HIV/AIDS
4) Riwayat kehamilan
a) Riwayat kehamilan
BBLR beresiko terjadinya hipotermi jika suhu tubuhnya kurang dari 36˚C dan
juga beresiko terjadi hipertermi jika suhu tubuh lebih dari 37,5˚C sedangkan
suhu normal 36,5˚C-37,5˚C. nadi normal antara 120-140 kali/menit,
pernafasan normal antara 40-60 kali/menit.
3) Panjang Badan/ Berat Badan
Panjang badan bayi biasanya kurang dari 45cm dan berat badan kurang dari
2500gram.
4) Kepala
Kepala lebih besar dari badan, lingkar kepala 31cm, dan ubun-ubun besar dan
cekung.
5) Mata
Konjungtiva anemis subanemis atau tidak anemis, sclera ikterik atau tidak
ikterik dan pupil menunjukan refleksi terhadap cahaya.
6) Hidung
Adanya pernafasan cupping hidung
7) Mulut
Bibir berwaran pucat atau merah, reflekrooting dengan cara memasukan
ujung jari ke dalam mulut bayi, reflek menghisap sucking, dan reflek
menelan yang lemah.
8) Telinga
Tulang rawan telinga masih sangat lunak
suhu tubuh lebih dari 37,5˚C sedangkan suhu normal 36,5˚C-37,5˚C. nadi
normal antara 120-140 kali/menit, pernafasan normal antara 40-60 kali/menit.
9) Panjang Badan/ Berat Badan
Panjang badan bayi biasanya kurang dari 45cm dan berat badan kurang dari
2500gram.
10) Kepala
Kepala lebih besar dari badan, lingkar kepala 31cm, dan ubun-ubun besar dan
cekung.
11) Mata
Konjungtiva anemis subanemis atau tidak anemis, sclera ikterik atau tidak
ikterik dan pupil menunjukan refleksi terhadap cahaya.
12) Hidung
Adanya pernafasan cupping hidung
13) Mulut
Bibir berwaran pucat atau merah, reflekrooting dengan cara memasukan
ujung jari ke dalam mulut bayi, reflek menghisap sucking, dan reflek
menelan yang lemah.
14) Telinga
Tulang rawan telinga masih sangat lunak
15) Panjang Badan/ Berat Badan
Panjang badan bayi biasanya kurang dari 45cm dan berat badan kurang dari
2500gram.
16) Kepala
Kepala lebih besar dari badan, lingkar kepala 31cm, dan ubun-ubun besar dan
cekung.
17) Mata
Konjungtiva anemis subanemis atau tidak anemis, sclera ikterik atau tidak
ikterik dan pupil menunjukan refleksi terhadap cahaya.
18) Hidung
Adanya pernafasan cupping hidung
19) Mulut
Bibir berwaran pucat atau merah, reflekrooting dengan cara memasukan
ujung jari ke dalam mulut bayi, reflek menghisap sucking, dan reflek
menelan yang lemah
20) Telinga
Tulang rawan telinga masih sangat lunak
21) Thorak
Bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara wheezing dan
ronchi, frekwensi bunyi jantung lebih dari 100 kali per menit.
22) Abdomen
Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1 – 2 cm dibawah arcus costaae
pada garis papila mamae, lien tidak teraba, perut buncit berarti adanya asites
atau tumor, perut cekung adanya hernia diafragma, bising usus timbul 1
sampai 2 jam setelah masa kelahiran bayi, sering terdapat retensi karena GI
Tract belum sempurna.
23) Ekstremitas
Warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah tulang atau
adanya kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-jari tangan serta jumlahnya.
24) Anus
Perhatiakan adanya anus atau tidak. Seorang bayi yang mengalami gangguan
anus biasanya tidak bisa mengeluarkan mekonium.
25) Pemeriksaan neurologis
Dengan cara melihat reflek menggenggam palmar grasp reflex/ grasping
reflex dengan indikasi syaraf berkembang normal atau tidak
26) Leher
Perhatikan kebersihannya karena leher neonatus pendek
d. Pemeriksaan diagnostik
1) Analisa gas darah (PH kurang dari 7,20)
2) Pemeriksaan EKG dan CT-Scan jika sudah timbul komplikasi yang
berhubungan dengan jantung dilakukan pada bayi yang sudah lahir.
Keperawatan
2. Lactation Supresion
(penekanan laktasi)
a. Fasilitasi proses
bantuan interaktif
untuk membantu
mempertahankan
keberhasilan proses
pemberian ASI
b. Sediakan informasi
tentang laktasi dan
teknik memonpa ASI
(secara manual atau
dengan pompa
elektrik), cara
mengumpulkan dan
menyimpan ASI
c. Tunjukkan dan
demonstrasikan
berbagai jenis pompa
payudara, tentang
biaya, keefektifan dan
ketersediaan alat
tersebut
d. Ajarkan orang tua
mempersiapkan,
menyimpan,
menghangatkan dan
kemungkinan
pemberian tambahan
susu formula
4. Implementasi
5. Evaluasi