Anda di halaman 1dari 38

TUGAS MARTIKULASI KEPERAWATAN ANAK ASUHAN

KEPERAWATAN
PADA BAYI BERAT LAHIR RENDAH

OLEH :
MUFAZOH

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI


PENDIDIKAN PROFESI NERS
2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Bayi yang lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) dapat menyebabkan berbagai
masalah kesehatan. BBLR berpotensi mengalami masalah kesehatan akibat belum
matangnya organ dan fungsi tubuh. Masalah kesehatan yang terjadi pada BBLR
dapat menyebabkan meningkatnya angka kesakitan dan angka kematian bayi
(Maryuni, 2013).
WHO (2017), menargetkan terjadinya penurunan angka kematian bayi pada tahun
2030 yang tertuang dalam Sustainable Development Goals (SDGs). Angka
kematian bayi (AKB) sebanyak 4,1% dari 75% kematian.
WHO (2018), mengatakan penyebab kematian bayi yang terbesar adalah karena
prematur. Penyebab kematian bayi lainnya adalah asfiksia lahir, pneumonia,
malformasi kongenital, komplikasi persalinan seperti presentasi abnormal dari
prolaps tali pusat janin, atau persalinan lama, infeksi neonatal, diare, malaria,
campak dan malnutrisi. WHO (2018), mengatakan BBLR dirincikan sebanyak
20% dari 20 juta persalinan per tahun.
Masalah kesehatan yang terjadi pada BBLR karena akibat belum sempurnanya
pengaturan suhu tubuh, fungsi pernafasan, fungsi persyarafan, fungsi
kardiovaskuler, sistem perdarahan, sistem pencernaan, sistem perkemihan dan
sistem kekebalan tubuh (Maryunani 2009). Dampak dari masalah kesehatan pada
BBLR dalam jangka pendek diantaranya yaitu penurunan suhu tubuh atau
hipotermi, rentan terhadap infeksi, reflek hisap yang lemah, asfiksia,
hiperbiluribinemia dan gangguan kardiovaskuler lainnya. Dampak masalah
jangka panjang kemungkinan terjadinya hambatan pertumbuhan, perubahan
proporsi tubuh serta sejumlah perubahan metabolik dan kardiovaskular.Masalah
lainnya adalah imun yang rendah, masalah kurang gizi, pendek atau kurus selama
masa kanak-kanaknya (Ikatan Dokter Indonesia, 2010).
Penatalaksanaan dalam perawatan BBLR, pertama dengan mempertahankan suhu
tubuh dengan ketat. BBLR mudah mengalami hipotermi, oleh sebab itu suhu
tubuh bayi harus dipertahankan dengan ketat. Kedua dengan mencegah
infeksi dengan ketat. BBLR sangat rentan dengan infeksi, sebelum memegang
bayi kita harus memperhatikan prinsip-prinsip pencegahan infeksi seperti
mencuci tangan sebelum memegang bayi. Ketiga dengan pengawasan nutrisi
(ASI). Reflek hisap dan menelan bayi masih lemah maka pemberian nutrisi harus
dilakukan secara cermat. Keempat dengan penimbangan ketat, perubahan berat
badan mencerminkan kondisi gizi bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan
tubuh bayi. Kelima yaitu dengan perawatan tali pusat yang benar dan selalu
menjaga kebersihan tali pusat. Keenam yaitu dengan Perawatan Metode
Kangguru (PMK) dan terapi music klasik Mozart dengan meletakkan bayi di dada
kontak antara kulit bayi dan kontak kulit ibu sehingga suhu tubuh bayi tetap
hangat serta menghidupkan musik klasik supaya bayi bisa nyaman dan tenang.
Perawatan metode ini sangat menguntungkan terutama untuk BBLR (Maternity,
dkk, 2018).
Penelitian Hastuti, Purwandani, Amalia, dan Setianto, (2018) RSUD Prof Dr
Margono Soekarjo Purwokerto, menunjukkan keefektifan metode kangguru
(PMK), Pada ibu nifas dengan bayi berat lahir rendah sebelum diberikan
pendidikan kesehatan 33%. Sesudah diberikan pendidikan kesehatan jumlahnya
signifikan menjadi 93%. Pendidikan kesehatan memang efektif untuk
meningkatkan praktik perawatan metode kangguru.
Silvia, Putri, dan Gusnila (2017) melakukan penelitian di RSUD Dr.Achmad
Mochtar Bukittinggi, didapatkan setelah dilakukan terapi kangguru maka
peningkatan berat badan bayi lahir rendah erat kaitanya dengan peningkatan berat
badan bayi dipengaruhi oleh beberapa faktor banyak factor.Salah satunya
adalah kemampuan bayi dalam menghisap ASI. ASI merupakan komponen yang
sangat penting dalam pertumbuhan bayi. ASI yang diminum bayi harus sesuai
dengan kebutuhan bayi itu sendiri. Dalam perawatan metode kanguru frekuensi
ibu dalam memberikan ASI lebih teratur dan tepat waktu. Karena bayi selalu
berada dalam dekapan ibu dan dalam kondisi bila bayi sudah mersa haus dan
memerlukan ASI maka bayi akan mencari sendiri puting susu ibu dalam baju
kangurunya, sehingga hal ini juga mambantu bayi dalam memenuhi kebutuhan
akan nutrisi dan cairanya. Kemudian hal tersebut juga membantu bayi
meningkatkan kemampuan dalam menyusui karena reflek menghisap bayi akan
selalu terasah dan terlatih serta hubungan batin ibu dan bayi akan lebih baik lagi
karena kontak langsung yang diberikan ibu kepada bayinya.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar
1. Pengertian BBLR
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat badan kurang
dari 2500 gram pada saat lahir. BBLR merupakan salah satu masalah bayi
resiko tinggi terhadap angka kematian bayi, khususnya pada masa neonatal.
(mitayani 2013).
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) atau low birth wight (LBW) adalah berat
badan lahir kurang dari 2.500 gram tanpa memandang usia gestasi. Dalam
penentuan berat badan lahir rendah terdapat beberapa istilah yang perlu
diketahui seperti prematuritas murni dan dismatur(Muslihatun,2010).
Berat Badan Lahir rendah adalah bayi yang lahir berat badannya kurang dari
2.500 gram tanpa memandang usia kehamilan. Istilah BBLR digunakan oleh
WHO untuk mengganti istilah bayi premature untuk menyamakan persepsi
dan karena diketahui bahwa tidak semua bayi yang lahir dengan berat badan
kurang dari 2.500 gram adalah bayi premature. BBLR dibedakan menjadi dua
yaitu bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 1.500 gram disebut
dengan berat badan lahir sangan rendah, dan bayi yang lahir dengan berat
badan antara 1.501-2.499 gram disebut dengan BBLR (Maternity, dkk 2018).
BBLR berat bayi rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang
dari 2500 gram, yang ditimbang pada saat lahir sampai dengan 24 jam
pertama setelah kelahiran (Oktarina, dkk 2018)
Ada dua golongan BBLR Menurut Mitayani (2013) yaitu :
a. Prematuritas murni
Yaitu bayi yang lahir dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu
dan berat bayi sesuai dengan gestasi atau yang disebut neonatus
kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan.
b. Bayi small for gestational age (SGA)
Berat bayi lahir sesuai dengan masa kehamilan. SGA sendiri terdiri
atas tiga jenis:
1. Simetris (intrauterus for gestatational age) yaitu terjadi gangguan
nutrisi pada awal kehamilan dan dalam jangka waktu yang lama
2. Asimetris (intrauterus growth retardation) yaitu terjadi defisit
nutrisi pada fase akhir kehamilan
3. Dismaturitas yaitu bayi yang lahir kurang dari berat badan yang
seharusnya untuk masa gestasi dan si bayi mengalami retardasi
pertumbuhan intrauteri serta merupakan bayi kecil untuk masa
kehamilan.
2. Penyebab BBLR

Sembiring (2017), menyebutkan penyebab BBLR adalah sebagai berikut :


Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor ibu
yang lain adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit
vaskuler, kehamilan kembar/ganda, serta faktor janin juga merupakan
penyebab terjadinya BBLR.

Faktor-faktor lain diantaranya :


a. Faktor ibu
1. Penyakit : seperti malaria, anemia, infeksi TORCH (toksoplasma,
rubela, cytomegaovirus/ CMU dan herpes), dan lain-lain.
2. Komplikasi pada kehamilan : seperti pendarahan antepartum, pre-
eklamsia berat, eklamsia, dan kelahiran preterm.
3. Usia ibu dan paritas : angka kejadian BBLR tertinggi ditemukan pada
bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu dengan usia kurang dari 20 tahun atau
lebih dari 35 tahun.
4. Paritas : adalah keadaan melahirkan anak baik hidup ataupun mati,
tetapi bukan aborsi.
5. Gizi ibu : keadaan gizi pada ibu hamil sangat berpengaruh pada berat
badan anaknya karena semakin banyak gizi ibu hamil maka semakin
banyak nutrisi yang masuk pada janinnya.
b. Faktor kebiasaan ibu : seperti ibu perokok, ibu pecandu alkohol dan ibu
pengguna narkoba.
c. Faktor janin : prematur, hidramion, kehamilan kembar/ganda (gemeli), dan
kelain kromosom
d. Faktor lingkungan : yang dapat berpengaruh antara lain : tempat tinggal
didataran tinggi, radiasi, sosial-ekonomi, dan paparan zat-zat racun.
3. Tanda Dan Gejala
Mitayani (2013), menyebutkan tanda dan gejala BBLR adalah sebagai
berikut:
a. Berat badan kurang dari 2500 gram.

b. Panjang badan kurang dari 45 cm.

c. Lingkar dada kurang dari 30 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm.

d. Masa gestasi kurang dari 37 minggu.

e. Kepala lebih besar dari tubuh.

f. Kulit tipis, transparan, lanugo banyak, dan lemak subkutan sedikit.

g. Osifikasi tengkorak sedikit serta ubun-ubun dan sutura lebar.

h. Genitalia imatur, labia minora belum tertutup dengan labia mayora.

i. Tulang rawan dan daun telinga belum cukup sehingga elastisitas


belum sempurna.
j. Pergerakan kurang dan lemah, tangis lemah, pernafasan belum
teratur, dan sering apnea.
k. Bayi lebih banyak tidur dari pada bangun, refleks menghisap dan
menelan belum sempusna.

Selain itu, BBLR dapat juga dibagi menjadi 3 stadium yaitu :


1. Stadium 1 : Bayi tampak kurus dan relatif lebih panjang, kulit longgar,
kering seperti permen karet, namun belum terdapat noda mekonium
2. Stadium 2 : Bila didapatkan tanda-tanda stadium 1 ditambah warna
kehijauan pada kulit, plasenta, dan umbilikal.
3. Stadium 3 : Ditemukan tanda stadium II ditambah kulit berwarna kuning,
demikian pula kuku dan tali pusat.
Maryunani (2013), menyebutkan tanda dan gejala BBLR dapat dijelaskan
berdasarkan berikut ini :
1. Berdasarkan gejala klinis sebelum bayi dilahirkan dan gejala klinis
setelah bayi dilahirkan :
a. Gejala klinis sebelum bayi dilahirkan :
1) Pada anmnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus partus
prematurus dan lahir mati.
2) Pergerakan janin yang pertama terjadi lebih lambat, gerakan
janin lebih lambat, walaupun kehamilannya sudah agak lanjut.
3) Pembesaran uterus tidak sesuai dengan kehamilannya.
4) Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut
seharusnya.
5) Sering dijumpai kehamilan dengan oligohidramnion (kurangnya
air ketuban) atau bisa pula hidramnion (kelebihan air ketuban),
hiperemesis gravidarum (mual muntah yang berlebihan lewat
dari 14 minggu pertama periode kehamilan), dan pada hamil
lanjut dengan toxemia gravidarum (keracunan kehamilan).

b. Gejala klinis setelah bayi lahir (bayi prematur) :


1) Vernik kaseosa (subtansi lemak) sedikt atau tidak ada.
2) Jaringan lemak bawah kulit sedikit.
3) Tulang tengkorak lunak dan mudah bergerak.
4) Menangis lemah
5) Kulit tipis, merah dan transparan
6) Tonus otot hipotoni (merendahnya tegangan ).
2. Berdasarkan tanda dan gejala bayi prematur dan dismatur :
a. Tanda dan gejala bayi prematur :
1) Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu.
2) Berat badan sama dengan atau kurang dari 2.500 gram.
3) Bentuk badan tampak sangat menyolok : kepala dan badan
hampir menyerupai suatu silinder pada bayi matur, sedangkan
pada bayi prematur kepala bayi relatir lebih besar dan abdomen
kempes.
4) Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm.
5) Kuku panjangnya belummelewati ujing jarinya.
6) Batas dahi dan ujung rambut kepala tidak jelas.
7) Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm.
8) Lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 m.
9) Rambut (rambut halus atau lembut) masih banyak ditemukan
terutama di punggung.
10) Ubun-ubun besar (fontanel), pada hari pertama agak kecil, tetapi
makin lama makin besar dan menjadi lebih besar dari pada yang
normal.
11) Kulit dimana jaringan lemak subkutan tipis atau kurang,
sehingga kutit tipis akibatnya : pembulu darah nyata dibawah
kulit, kadang-kadang dapat lahir dengan edema terutama pada
ekstermitas, kulitnya kelihatan keriput dan adanya desquamasi
(proses pengelupasan atau terkelupasnya kulit tubuh) yang tidak
begitu banyak, sedangkan lanugo (rambut halus) agak banyak.
12) Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya,
sehingga seolah-olah tidak teraba tulang rawan daun telinga.
13) Tumit mengkilap, telapak kaki halus.
14) Alat kelamin : pada bayi laki-laki pigmentasi dan rugae pada
skrotum kurang, Testis belum turun ke dalam skrotum (biasanya
tidak teraba karena belum turun, kadang-kadang teraba hannya
satu). Pada bayi perempuan klitoris menonjol, labia minora
tertutup oleh labia mayora, labia mayora hampir tidak ada atau
tidak tampak, sehingga labia minora dan klitoris kelihatan
menonjol dan tampak relatif besar ini yang menyebabakan
vulvanya terbuka.
15) Tonus otot lemah sehingga kurang aktif dan pergerakannya
lemah.
16) Fungsi syaraf belum sempurna, mengakibatkan refleks hisap
menelan dan batuk masih lemah dan tangisannya lemah.
17) Kelenjer mamae masih kurang akibat pertumbuhan jaringan
lemak masih kurang. Dalam hal ini jaringa payudara belum
terlihat, puting masih berupa titik.
18) Verniks tidak ada atau kurang.
19) Pernafasan tidak teratur
20) Aktivitas dan tangisannya lemah.
21) Refleks menghisam dan menelan lemah.

22) Ubun-ubun besar (fontanel), pada hari pertama agak kecil, tetapi
makin lama makin besar dan menjadi lebih besar dari pada yang
normal.
23) Kulit dimana jaringan lemak subkutan tipis atau kurang,
sehingga kutit tipis akibatnya : pembulu darah nyata dibawah
kulit, kadang-kadang dapat lahir dengan edema terutama pada
ekstermitas, kulitnya kelihatan keriput dan adanya desquamasi
(proses pengelupasan atau terkelupasnya kulit tubuh) yang tidak
begitu banyak, sedangkan lanugo (rambut halus) agak banyak.
24) Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya,
sehingga seolah-olah tidak teraba tulang rawan daun telinga.
25) Tumit mengkilap, telapak kaki halus.
26) Alat kelamin : pada bayi laki-laki pigmentasi dan rugae pada
skrotum kurang, Testis belum turun ke dalam skrotum (biasanya
tidak teraba karena belum turun, kadang-kadang teraba hannya
satu). Pada bayi perempuan klitoris menonjol, labia minora
tertutup oleh labia mayora, labia mayora hampir tidak ada atau
tidak tampak, sehingga labia minora dan klitoris kelihatan
menonjol dan tampak relatif besar ini yang menyebabakan
vulvanya terbuka.
27) Tonus otot lemah sehingga kurang aktif dan pergerakannya
lemah.
28) Fungsi syaraf belum sempurna, mengakibatkan refleks hisap
menelan dan batuk masih lemah dan tangisannya lemah.
29) Kelenjer mamae masih kurang akibat pertumbuhan jaringan
lemak masih kurang. Dalam hal ini jaringa payudara belum
terlihat, puting masih berupa titik.
30) Verniks tidak ada atau kurang.
31) Pernafasan tidak teratur
32) Aktivitas dan tangisannya lemah.
33) Refleks menghisam dan menelan lemah.

b. Tanda dan gejala bayi dismatur :


1) Stadium pertama : bayi tampak kurus dan relatif lebih panjang,
kulit longgar dan kering.
2) Stadium kedua : terdapat tanda stadium pertama, wajah
kehijauan pada kulit dan umbilikus (karena mekonium
tercampur), amnion mengedap di kulit, umbilikus dan plasenta
akibat anoreksia intrauteri.
3) Stadium ketiga : terdapat stadium ke dua, kuku kulit dan tali
pusat bewarna kuning, adanya tanda anoreksia intra uterin yang
lama.
4. Patofisisologi BBLR

Bayi dengan Berat Badan Lahir rendah disebabkan oleh banyak faktor yaitu
mulai dari faktor ibu selama hamil ibu mengalami anemia dan komplikasi
kehamilan seperti anemia sel berat, perdarahan antepartum, hipertensi,
preeklamsia berat, eklamsia, infeksi selama kehamilan (infeksi kandung
kemih dan ginjal). Penyakit menular seperti HIV/AIDS, ibu dengan usia
beresiko, jarak kehamilan dan kelahiran yang dekat, kehamilan ganda, riwat
BBLR sebelumnya. Ibu dengan sosial ekonomi yang rendah, gizi buruk saat
hamil, penggunaan narkotika dan pencandu alkohol. Selanjutnya penyebab
dari factor janin yaitu kelainan janin dan plasenta dan yang terakhir yaitu
terpapar zat beracun,radiasi dan tinggal di daratan tinggi (Maternity,dkk
2018).
Dari factor-faktor tersebut dapat menyebabkan pertumbuhan dan
perkembangan janin terganggu dan suplai makanan pun akan terganggu atau
berkurang pada janin. Hal tersebut dapat menyebabkan bayi lahir dengan
berat badan kurang dari 2500 gram. Bayi yang lahir dengan berat badan
rendah fungsi organ-organ dalam tubuhnyapun belum sempurna yaitu pada
otak, jantung, hati ,mata, ginjal, dan salaruan pencernaanya (Maternity,dkk
2018).
Alat pencernaan bayi BBLR masih belum sempurna, lambung kecil, enzim
pencernaan belum matang. Selain itu jaringan lemak subkutan yang tipis
menyebabkan cadangan energi berkurang yang menyebabkan malnutrisi dan
hipoglikemi. Akibat fungsi organ-organ belum baik terutama pada otak dapat
menyebabkan imaturitas pada sentrum-sentrum vital yang menyebabkan
reflek menelan belum sempurna dan reflek menghisap lemah. Hal ini
menyebabkan diskontinuitas pemberian ASI (Maternity,dkk 2018).
5. WOC
6. Respon Tubuh
Maryunani (2013) mengatakan masalah-masalah pada bayi dengan berat lahir
rendah adalah sebagai berikut :
a. Suhu tubuh yang tidak stabil
1) Kurangnya jaringa lemak dibawah kulit atau jaringan lemak dibawah
kulit sedikit.
2) Permukaan tubuh yang relatif lebih luas dibandingkan dengan berat
badan (permukaan tubuh bayi lebih luas dari pada badan bayi).
3) Otot yang tidak aktif
4) Produksi panas yang berkurang akibat lemaknya belum cukup.
5) Pusat pengaturan suhu (hipotalamus) yang belum berfungsi
semestinya.
6) Kurangnya oksigen yang berpengaruh pada penggunaan kalori.
7) BBLR sering hipotermia. Hipotermia terjadi karena sedikitnya lemak
tubuh dan sistem pengaturan tubuh pada bayi dengan BBLR belum
sempurna.
b. Gangguan pernafasan
1) Pusat pengatur pernafasan masih belum sempurna karena kekurangan
sufaktan (molekul yang memiliki gugus polar yang suka air atau
hidrofilik dan gugus non polar yang suka minyak atau lipofilik
sekaligusb sehingga dapat ,mempersatukan campuran yang terdiri dari
minya dan air).
2) Pertumbuhan yang masih lemah dan tulang iga yang mudah
melengkung.

3) Dapat disertai penyakit hialin, infeksi paru-paru, dan gagal


pernafasan.
c. Gangguan persyarafan
1) BBLR sering terjadi afiksia yang mempengaruhi sistem susunan syaraf
pusat.
2) BBLR mempunyai resiko pendarahan intrakranial.
3) Imaturitas sistem syaraf pusat menyebabkan mudahnya terjadi
pendarahan periventrikuler.
4) Akibat dari gangguan sistem syaraf diantaranya : refleks isap dan
menelan yang lemah, penurunan motilitas usus, apnea dan bradikardia
berulang, pendarahan intraventrikular, dan kejang.

5) Dapat disertai penyakit hialin, infeksi paru-paru, dan gagal


pernafasan.
d. Gangguan persyarafan

1) BBLR sering terjadi afiksia yang mempengaruhi sistem susunan syaraf


pusat.
2) BBLR mempunyai resiko pendarahan intrakranial.

3) Imaturitas sistem syaraf pusat menyebabkan mudahnya terjadi


pendarahan periventrikuler.
4) Akibat dari gangguan sistem syaraf diantaranya : refleks isap dan
menelan yang lemah, penurunan motilitas usus, apnea dan bradikardia
berulang, pendarahan intraventrikular, dan kejang.
e. Gangguan kardiovaskuler
1) Patent ductus arteriosus (PDA) merupakan kelainan fungsi jantung
yang paling sering terjadi pada bayi dengan BBLR.
2) PDA ini merupakan akibat gangguan adaptasi dari janin sampai
kelahiran maksudnya darah di vena kava yang kaya akn oksigen akan
melalui jalan pintas untuk sampai ke jaringan tubuh janin sementara itu,
paru yang belum berfungsi hannya sedikit dilalui oleh darah.akibatnya
bayi lahir maka akan terjadi perubahan-perubahan. Perubahan yang
dialami adalah terjadi perubahan aliran darah dari duktus arteriosus
serta jalan pintas lainnya akan tertutup. Faktor yang memperlambat
penutupan duktus anteriosus adalah karena kurangnya otot polos
pembulu darah, rendahnya kadar prostaglandin, rendahnya kadar
oksigen pada bayi dengan BBLR.
f. Gangguan pencernaan
1) Daya untuk mencerna makanan dan mengabsobsi lemak, laktosa,
vitamin yang larut dalam lemak dan mineral masih kurang atau belum
sempurna.
2) Mudah terjadi regungitasi isi lambung dan dapat menimbulkan
pnemonia.
3) Aktifitas otot pencernaan makanan belum sempurna, sehingga
pengosongan lambung berkurang.
g. Gangguan imun
1) Daya tubuh bayi akan berkurang terhadap infeksi karena rendahnya
kadar ig G mauoun gamma globulin.
2) Bayi premature belum mampu membentuk antibody dan daya
fagositosis serta reaksi terhadap infeksi belum baik, karena sistem
kekebalan BBLR belum matang. Antibody tersusun dari protein,
disebut juga sebagai immunoglobulin disingkat dengan ig, suatu serum
globulin. Antibodi akan menghancurkan bakteri dan virus penyebab
penyakit dengan cara mengikatkan diri pada antigen dan menandai
moleku-molekul asing tempat mereka mengikatkan diri. Selanjutnya sel
pasukan dapat membedakan dan melumpuhkannya. Ada lima jenis
immunoglobulin yaitu IgG, IgM, IgA, IgE, dan IgD. IgG adalah
antibody yang paling banyak terdapat di dalam tubuh yaitu sebanyak
80%. IgG mengikuti aliran darah, mempunyai efek kuat antibakteri,
melindungi tubuh terhadap bakteri dan virus, serta menetralkan asam
dalam racun.
h. Gangguan ginjal
1) Produksi urin sedikit, urea dearence yang rendah tidak sanggup
mengurangi kelebihan air tubuh dan elektroloit dari badan, akibatnya
terjadi edema dan asidosis metabolik.
2) Fungsi ginjal masih belum sempurna, ginjal belum bisa memekatkan
warna urine.
i. Gangguan mata
1) Kurang sempurnanya retina menjadi faktor resiko untuk terjadinya
retinopati of prematurity (ROP).
2) Faktor yang mempengaruhi terjadinya ROP adalah usia kehamilan yang
rendah (prematur), berat badan lahir rendah, penggunaan oksigen yang
berlebihan, defisiensi vitamin E.

7. Penatalaksanaan
Mitayani (2013), menyebutkan penatalaksanaan BBLR adalah sebagai
berikut :
a. Pastikan bayi terjaga tetap hangat, bungkus bayi dengan kain lunak,
kering, selimuti, dan gunakan topi untuk menghindari adanya kehilangan
panas.
b. Awasi frekuensi pernafasan terutama dalam 24 jam pertama guna
mengetahui sindromaspirasi mekonium / sindrom gangguan pernafasan
idiopatik.
c. Pantau suhu disekitar bayi, jangan sampain bayi kedinginan. Hal ini
karena bayi BBLR mudah hipertermia akibat luas dari permukaan tubuh
bayi relatif lebih besar dari pada lemak subkutan.

d. Motifasi ibu untuk menyusui.


e. Jika bayi haus beri makanan dini yaitu ASI (early feeding), yang berguna
untukmencegah hipoglikemia.
f. Jika bayi sianosis atau sulit bernafas (frekuensi kurang dari 30 atau lebih
dari 60 kali per menit, tarikan dinding dada ke dalam dan merintih) beri
oksigen.
g. Cegah infeksi karena bayi BBLR cenderung rawan terkena infeksi
B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada BBLR
1. Pengkajian
Pengkajian pada kasus BBLR meliputi :

a. Data Umum:
1) Identitas Bayi:
Meliputi nama/panggilan, umur/ tanggal lahir, jenis kelamin, anak
ke, jumlah saudara, diagnose medis dan jaminan
2) Identitas Orang Tua:
Meliputi nama ibu dan ayah, umur ibu dan ayah, agama ibu dan
ayah pendidikan ibu dan ayah, pekerjaan ibu dan ayah, dan alamat
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Bayi terlihat kecil, kulit tampak tipis, lanugo masih banyak, malas
menyusu,tampak lemah, reflek hisap lemah, dan bayi tampak
lebih sering tidur.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Keadaan umum bayi lemah, refleks hisap kurang,
3) Riwayat kesehatan dahulu
Selama hamil ibu mengalami komplikasi kehamilan seperti
anemia sel berat, perdarahan antepartum, hipertensi, preeklamsia
berat, eklamsia, DM, penyakit jantung, infeksi selama kehamilan
(infeksi kandung kemih, ginjal, dan infeksi TB paru), dan ibu
menderta HIV/AIDS
4) Riwayat kehamilan
a) Riwayat kehamilan

Status kehamilan ibu GPAH, pemeriksaan


kehamilan/ANC tidak pernah, masalah
kehamilan biasanya seperti eklamsia dan preeklamsia,
mengkonsumsi obat selama hamil seperti obat penurun
tekanan darah, pemeriksaan kehamilan dilakukan ke dokter.
b) Riwayat Kelahiran
Usia gestasi antara 32-34 minggu, berat badan lahir kurang dari 2500gram,
nilai APGAR, kala persalinan, penolong persalinan oleh perawat, kesulitan
saat persalinan, air ketuban jernih, kelainan bayi, inisiasi menyusui dini
(IBU) biasanya ada, pemberian Vitamin K.
5) Riwayat Kesehatan Keluarga
Berisi tentang kesehatan keluarga seperti ibu mengalami PEB dan penyakit
jantung. Riwayat penyakit keturunan seperti hipertensi, DM, penyakit jantung,
infeksi (infeksi kandung kemih, ginjal, dan infeksi TB paru), dan keluarga
menderta HIV/AIDS.
c. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan Umum
BBLR keadaanya biasanya lemah, kurang aktif, jarang menangis,kesadaran
bayi bisa dilihat respon tubuhnya terhadap rangsangan.
2) Tanda-tanda Vital

BBLR beresiko terjadinya hipotermi jika suhu tubuhnya kurang dari 36˚C dan
juga beresiko terjadi hipertermi jika suhu tubuh lebih dari 37,5˚C sedangkan
suhu normal 36,5˚C-37,5˚C. nadi normal antara 120-140 kali/menit,
pernafasan normal antara 40-60 kali/menit.
3) Panjang Badan/ Berat Badan
Panjang badan bayi biasanya kurang dari 45cm dan berat badan kurang dari
2500gram.
4) Kepala
Kepala lebih besar dari badan, lingkar kepala 31cm, dan ubun-ubun besar dan
cekung.
5) Mata
Konjungtiva anemis subanemis atau tidak anemis, sclera ikterik atau tidak
ikterik dan pupil menunjukan refleksi terhadap cahaya.
6) Hidung
Adanya pernafasan cupping hidung
7) Mulut
Bibir berwaran pucat atau merah, reflekrooting dengan cara memasukan
ujung jari ke dalam mulut bayi, reflek menghisap sucking, dan reflek
menelan yang lemah.
8) Telinga
Tulang rawan telinga masih sangat lunak
suhu tubuh lebih dari 37,5˚C sedangkan suhu normal 36,5˚C-37,5˚C. nadi
normal antara 120-140 kali/menit, pernafasan normal antara 40-60 kali/menit.
9) Panjang Badan/ Berat Badan
Panjang badan bayi biasanya kurang dari 45cm dan berat badan kurang dari
2500gram.
10) Kepala
Kepala lebih besar dari badan, lingkar kepala 31cm, dan ubun-ubun besar dan
cekung.
11) Mata
Konjungtiva anemis subanemis atau tidak anemis, sclera ikterik atau tidak
ikterik dan pupil menunjukan refleksi terhadap cahaya.
12) Hidung
Adanya pernafasan cupping hidung
13) Mulut
Bibir berwaran pucat atau merah, reflekrooting dengan cara memasukan
ujung jari ke dalam mulut bayi, reflek menghisap sucking, dan reflek
menelan yang lemah.
14) Telinga
Tulang rawan telinga masih sangat lunak
15) Panjang Badan/ Berat Badan
Panjang badan bayi biasanya kurang dari 45cm dan berat badan kurang dari
2500gram.
16) Kepala
Kepala lebih besar dari badan, lingkar kepala 31cm, dan ubun-ubun besar dan
cekung.
17) Mata
Konjungtiva anemis subanemis atau tidak anemis, sclera ikterik atau tidak
ikterik dan pupil menunjukan refleksi terhadap cahaya.
18) Hidung
Adanya pernafasan cupping hidung
19) Mulut
Bibir berwaran pucat atau merah, reflekrooting dengan cara memasukan
ujung jari ke dalam mulut bayi, reflek menghisap sucking, dan reflek
menelan yang lemah
20) Telinga
Tulang rawan telinga masih sangat lunak
21) Thorak
Bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara wheezing dan
ronchi, frekwensi bunyi jantung lebih dari 100 kali per menit.
22) Abdomen
Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1 – 2 cm dibawah arcus costaae
pada garis papila mamae, lien tidak teraba, perut buncit berarti adanya asites
atau tumor, perut cekung adanya hernia diafragma, bising usus timbul 1
sampai 2 jam setelah masa kelahiran bayi, sering terdapat retensi karena GI
Tract belum sempurna.
23) Ekstremitas
Warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah tulang atau
adanya kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-jari tangan serta jumlahnya.

24) Anus
Perhatiakan adanya anus atau tidak. Seorang bayi yang mengalami gangguan
anus biasanya tidak bisa mengeluarkan mekonium.
25) Pemeriksaan neurologis
Dengan cara melihat reflek menggenggam palmar grasp reflex/ grasping
reflex dengan indikasi syaraf berkembang normal atau tidak
26) Leher
Perhatikan kebersihannya karena leher neonatus pendek
d. Pemeriksaan diagnostik
1) Analisa gas darah (PH kurang dari 7,20)
2) Pemeriksaan EKG dan CT-Scan jika sudah timbul komplikasi yang
berhubungan dengan jantung dilakukan pada bayi yang sudah lahir.

2. Kemungkinan diagnosa keperawatan


a. Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi/ imaturitas
neurologis

b. Ketidakefektifan termoregulasiberhubungan dengan usia yang ekstrem


c. Risiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh sekunder tidak adekuat misalnya :
imunosupresi
d. Diskontinuitas pemberian ASI berhubungan dengan prematuritas
e. Ketidakefektifan pemberian ASIberhubungan dengan reflek hisap bayi buruk
f. Resiko ikterik neonatus berhubungan dengan prematuritas
g. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kegagalan mekanisme regulasi.
h. Hipotermi berhubungan dengan kurang suplai lemak subkutan

( NANDA, 2015 -2017)


3. Rencana Keperawatan

Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan

No Diagnosa NOC NIC

Keperawatan

1 Ketidakefektifan Setelah dilakukan Aktifitas keperawatan:


polanafas asuhan keperawatan 1. Manajemen jalan
berhubungan selama 1x24 jam, nafas:
dengan maka didapatkan a. Buka jalan nafas
hiperventilasi kriteria: dengan teknik chin lift
Defenisi : 1. Status atau jaw trust,
Inspirasi dan pernafasan: sebagaimana mestinya
ekspirasi yang tidak kepatatenan jalan b. Posisikan pasien untuk
memberi ventilasi nafas memaksimalkan
adekuat. Indicator: ventilasi
Batasan a. Frekuensi c. Identifikasi kebutuhan
karakteristik : pernafasan actual/potensial pasien
 Bradipnea b. Irama untuk memasukan
 Dispnea pernafasan akkat membuka jalan
 Fase eksperasi c. Kedalam nafas
memanjang inspirasi d. Lakukan fisioterapi
 Ortopnea d. Kemampuan dada sebagaimana

 Penggunaan untuk mestinya


otot bantu mengeluarkan e. Lakukan penyedotan
pernafasan sekret secret melalui

 Penggunaan e. Suara nafas endotrakea atau


posisi tiga titik tambahan nosotrakea

 Peningkatan f. Tersedak sebagaimana mestinya

diameter g. Pernafasan f. Kelola pemberian


anterior cuping hidung bronkodilator
posterior h. Penggunaan otot sebagaimana mestinya
 Penurunan bantu pernafasan g. Kelola pengobatan
kapasitas vital aerosol sebagaimana
mestinya
 Penurunan h. Kelola nebulizer
tekanan utrasonik sebagaimana
ekspirasi mestinya
 Penurunan i. Kelola udara atau
tekanan oksigen yang
inspirasi dilembabkan
 Penurunan sebagaimana mestinya
ventilasi j. Posisikan untuk
semenit meringankan sesak
 Pernnafasan nafas
bibir k. Monitor status
 Pernafasan pernafasan dan
cuping hidung oksigenasi
 Perubahan sebagaimana mestinya
ekskursi dada
 Pola nafas
abnormal
 takipnea

2 Ketidak efektifan Setelah dilakukan Aktifitas Keperawatan


termoregulasi asuhan keperawatan 1. newborn care
berhubungan selama 1x24 jam, a. pengaturan suhu:
dengan usia yang maka didapatkan mencapai dan atau
ekstem kriteria: mempertahankan
Defenisi : suhu tubuh dalam
Fluktuasi suhu 1. Termoregulasi. rage
diantara hipotermia b. pantau suhu bayi
dan hipertermia. a. berkeringat saat baru lahir sampai
Batasan panas (5) stabil
karakteristik : b. gemetaran saat c. Rencanakan
 Dasar kuku dingin.(5) monitoring suhu
sianotik c. Tingkat secara kontinyu.
 Fluktuasi suhu pernafasan. (5) d. Monitor nadi dan
tubuh diatas RR.
diatas dan e. Monitor warna dan
dibawah 2. termolegulator : suhu kulit.
kisaran normal newborn f. sesuaikan suhu yang
 Hipertensi sesua dengan

 Kulit dingin a. suhu kulit kebutuhan pasien.


normal g. Monitor tanda-tanda
 Kulit hangat
b. suhu badan hipertermi dan
 Kulit
36˚c- 37˚c, tanda hipotermi.
kemerahan
tanda vital h. Tingkatkan cairan
 Kulit
dalam batas dan nutrisi.
menggigil
normal
 Menggigil
c. hidrasi adekuat 2. Manajemen demam
ringan
d. tidak mengigil a. Monitor suhu secara
 Pengisian
kontinue
ulang kapiler
b. Monitor keluaran
yang lambat
cairan
 Peningkatan
c. Monitor warna kulit
frekuensi
dan suhu
pernafasan
d. Monitor masukan
 Peningkatan
dan keluaran.
suhu tubuh
diatas kisaran
normal
 Penurunan
suhu tubuh di
bawah kisaran
normal
 Piloereksi
 Pucat sedang
 takikardia
3 Risiko infeksi Setelah dilakukan Aktifitas Keperawatan
Berhubungan asuhan keperawatan 1. Infection Control
dengan pertahanan selama 1x24 jam, (Kontrol Infeksi).
tubuh sekunder maka didapatkan a. Bersihkan lingkungan
tidak adekuat kriteria: setelah dipakai pasien
misalnya : lain.
imunosupresi b. Pertahankan teknik
Kontrol resiko : proses
Defenisi : isolasi.
infeksi.
Rentan mengalami c. Gunakan sabun
invansi dan antimikroba untuk cuci
multiplikasi Faktor risiko infeksi tangan.
organisme teridentifikasi. (5) d. Cuci tangan setiap
patogenik yang sebelum dan sesudah
dapat mengganggu tindakan keperawatan.
kesehatan. e. Gunakan baju, sarung
tangan sebagai
pelindung.
f. Pertahankan
lingkungan aseptik
selama pemasangan
alat.
g. Tingkatkan intake
nutrisi.
h. Berikan terapi
antibiotik bila perlu
yang mengandung
infection protection
(proteksi terhadap
infeksi).

4 Diskontinuitas Setelah dilakukan Aktifitas Keperawatan


pemberian ASI asuhan keperawatan 1. pemberian makan
berhubungan selama 1x24 jam, dengan kasa caranya
dengan maka didapatkan membasahi kasa
prematuritas kriteria: a. Kaji status bayi
Defenisi : 1. Mempertahankan sebelum memberikan
Berhentinya pemberian ASI susu
kontinuitas Indicator: b. Hangatkan formula
pemberian ASI a. Pertumbuhan bayi sesuai suhu rungan
pada bayi atau anak dalam rentang sebelum diberikan
langsung dari normal kepada bayi
payudara yang b. Perkembangan c. Pegang bayi selama
dapat mengganggu bayi dalam rentang menyusui
keberhasilan normal d. Posisikan bayi semi-
menyusui dan c. Kemampuan untuk fowler dan bayi
status nutrisi bayi mengumpulkan menyusu
atau anak. dan menyimpan e. Monitor atau evaluasi
Batasan ASI dengan aman reflek menelan
karakteristik : d. Kemampuan untuk sebelum memberikan
 Pemberian ASI mencairkan dan susu
non eksklusif menghangatkan f. Tentukan sumber air
ASI dengan aman yang digunakan untuk
e. Teknik untuk mengencerkan susu
mencegah nyeri formula yang kental
dada atau dalam bentuk
bubuk
g. Tentukan kandungan
fluoride air yang
digunakan untuk
mengencerkan formula
bubuk atau konsentrat
dan rujuk penggunaan
suplemen fluor . Jika
diindikasikan
h. Pantau berat badan
bayi. jika diperlukan
i. Instruksikan dan
demosntrasikan kepada
orang tua teknik
membersihkan mulut
bayi setelah bayi
diberikan susu.

2. Lactation Supresion
(penekanan laktasi)
a. Fasilitasi proses
bantuan interaktif
untuk membantu
mempertahankan
keberhasilan proses
pemberian ASI
b. Sediakan informasi
tentang laktasi dan
teknik memonpa ASI
(secara manual atau
dengan pompa
elektrik), cara
mengumpulkan dan
menyimpan ASI
c. Tunjukkan dan
demonstrasikan
berbagai jenis pompa
payudara, tentang
biaya, keefektifan dan
ketersediaan alat
tersebut
d. Ajarkan orang tua
mempersiapkan,
menyimpan,
menghangatkan dan
kemungkinan
pemberian tambahan
susu formula

5 Ketidakefektifan Setelah dilakukan Akitifitas Keperawatan


pemberian ASI asuhan keperawatan 1. Pemberian makan dengan
berhubungan reflek selama 1x24 jam, botol:
hisap bayi buruk maka didapatkan a. Kaji status bayi
Defenisi : kriteria: sebelum memulai
Kesulitan 1. Keberhasilan meberikan susu
memberikan susu menyusui : Bayi b. Hangatkan formula
pada bayi atau anak Indicator: sesuai dengan suhu
secara langsung a. Kesejajaran tubuh ruangan sebelum
dari payudara yang yang sesuai dan diberikan kepada bayi
dapat bayi menempel c. Pegang bayi selama
mempengaruhi dengan baik memberikan susu
status nutrisi bayi b. Genggaman bayi dengan botol
atau anak. pda areola dengan d. Posisikan bayi
Batasan tepat semifowler saat
karakteristik : c. Kompresi pada menyusui bayi
 Bayi menangis areola dengan e. Sendawakan bayi
dalam jam tepat sering-sering setelah
pertama setelah d. Penempatan lidah menyusui
menyusu yang tepat f.Tempatkan dot di ujung
 Bayi menangis e. Reflek menghisap lidah
pada payudara f. Terdengar g. Control intake cairan
 Bayi mendekat menelan dengan mengatur
pada payudara g. Menyusui kelembaban dot.,
 Bayi menolak minimal 5-10 ukurang lobang dot, dan
latching on menit per ukuran botol
 Bayi tidak payudara h. Dorong untuk
mampu latch-on h. Minimal menghisap dengan
pada payudara menyusui 8 kali menekan pipi
secara tepat per hari berbarengan dengan
 Bayi tidak i. Bayi puas setelah menghisap
responsif makan i.Topang dagu bayi untuk
terhadap j. Buang air kecil mengurangi kebocoran
tindakan perhari sesuai usia formula dan
kenyamanan k. Feses cair kuning memperbaiki penutupan
lain dan berserat bibir
 Ketidakadekuat sesuai usia j.Monitor intake cairan
an defekasi bayi k. Menitor/evaluasi
 Ketidakcukup reflek menghisap selama
an kesempatan menyusu
untuk mengisap l.Monitor berat badan
payudara bayi sesuai kebutuhan
 Ketidakcukup
an pengosongan
setiap payudara
setelah
menyusui
 Kurang
penambahan
berat badan
bayi
 Luka puting
yang menetap
setelah minggu
pertama
menyusui
 Penurunan berat
badan bayi
terus-menerus
 Tampak ketidak
adekuatan
asupan susu
 Tidak mengisap
payudara terus-
menerus
 Tidak tampak
tanda pelepasan
oksitosin

6 Resiko ikterik Setelah dilakukan Aktifitas Keperawatan


neonatus asuhan keperawatan 1. Manajemen cairan
berhubungan selama 1x24 jam, a. Timbang berat badan
dengan maka didapatkan setiap hari
prematuritas kriteria: b. Hitung atau timbang
Defenisi : 1. Integritas jaringan popok degan baik
Kerentanan untuk : kulit dan c. Jaga intake yang akurat
mengalami warna membrane mukosa dan catat output
kuning sampai Indicator: d. Monitor status hidrasi
oranye pada kulit a. Suhu kulit e. Monitor tanda-tanda
dan membran b. Sensasi vital
mukosa neonatus c. Elastisitas f. Monitor indikasi
yang terjadi setelah d. Hidrasi kelebihan cairan/ retensi
24 jam kelahiran e. Keringat g. Monitor status gizi
sebagai akibat f. Tekstur h. Berikan cairan dengan
adanya bilirubin tak g. Ketebalan tepat
terkonjungsi dalam h. Perfusi jaringan
sirkulasi yang dapat i. Integritas kulit
mengganggu j. Wajah pucat
kesehatan.

4. Implementasi

Implementasi keperawatan terdiri dari beberapa komponen:


a. Tanggal dan waktu dilakukan implementasi keperawatan.
b. Diagnosa keperawatan.
c. Tindakan keperawatan berdasarkan intervensi keperawatan.
d. Tanda tangan perawat pelaksana.

5. Evaluasi

Evaluasi keperawatan terdiri dari beberapa komponen:


a. Tanggal dan waktu dilakukan evaluasi keperawatan.
b. Diagnosa kepoerawatan.
c. Evaluasi keperawatan.

Evaluasi keperawatan dilakukan dalam bentuk pendekatan SOAP

Anda mungkin juga menyukai