A. KONSEP MEDIS
1) DEFENISI
Kekurangan Energi Kronik adalah keadaan dimana seseorang
mengalami kekurangan gizi (kalori dan protein) yang berlangsung lama
atau menahun. Dengan ditandai berat badan kurang dari 40 kg atau
tampak kurus dengan LILA kurang `dari 23,5 cm.
World Health Organization (WHO) : KEK atau kurang energi kronik
merupakan istilah lain dari Kurang Energi Protein (KEP) yang
diperuntukkan untuk wanita yang kurus dan lemah akibat kurang energi
yang kronis.
Depkes RI (2002) dalam Program Perbaikan Gizi Makro : Kurang Energi
Kronis merupakan keadaan dimana ibu penderita kekurangan makanan
yang berlangsung menahun (kronis) yang mengakibatkan timbulnya
gangguan kesehatan pada ibu. KEK dapat terjadi pada wanita usia
subur (WUS) dan pada ibu hamil (bumil).
Kebutuhan energi
meningkat
Pemenuhan kebutuhan
pokok dan energi
KEKURANGAN ENERGI
KRONIS
Janin
IBU JANIN
Berisiko keguguran
Anemia
Atonia uteri
Perdarahan
Perdarahan
Mudah terserang
postpartum
infeksi
Rentan dengan
Imunitas menurun
penyakit
6) PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan kadar haemoglobin darah
b. USG
7) PENATALAKSANAAN
a. Pemberian PMT pada ibu hamil
b. Pemberian tablet FE (tablet tambah darah)
1) Defenisi
Antenatal Care adalah pelayanan yang diberikan kepada ibu hamil
secara berkala untuk menjaga kesehatan ibu dan bayi. Pelayanan ini
meliputi pemeriksaan kehamilan, upaya koreksi terhadap
penyimpangan dan intervensi dasar yang dilakukan (Manuaba, 2010).
Kunjungan Antenatal Care adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau
dokter sedini mungkin semenjak dirinya hamil untuk menjaga agar ibu
sehat selama masa kehamilan, persalinan dan nifas serta
mengusahakan bayi yang dilahirkan sehat, memantau kemungkinan
adanya resiko-resiko kehamilan, dan merencanakan penatalaksanaan
yang optimal terhadap kehamilan (Bobak, 2005). Pelayanan Antenatal
adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga professional (Dokter spesialis
kandungan, Dokter umum, Bidan, Perawat) untuk ibu selama masa
kehamilannya.
2) Tujuan
3) Manfaat
Dapat ditemukannya berbagai kelainan yang menyertai kehamilan
secara dini, Sehingga dapat diperhitungkan dan dipersiapkan
langkahlangkah dalam pertolongan persalinanya (Manuaba, 2010).
1. PENGKAJIAN
c. Pemeriksaan Fisik
Sebelum melakukan pemeriksaan fisik, dianjurkan untuk mengukur
tanda - tanda vital (TTV) meliputi tekanan darah, nadi, respirasi, dan
suhu.
Menurut Reeder, Martin, dan Griffin, (2013) pemeriksaan fisik pada
ibu hamil yang dilakukan meliputi:
1) Kepala dan leher
Lakukan inspeksi (observasi) daerah konjungtiva dan mulut. Lalu
palpasi apakah terjadi pembesaran tiroid atau tidak.
2) Dada dan jantung
Lakukan auskultasi (dengarkan) menggunakan stetoskop daerah
jantung dan paru–paru.
3) Payudara
Inspeksi puting susu apakah menonjol keluar atau tidak, palpasii
area payudara dan axilla di seluruh kuadran.
a. Trisemester I
1) Defisit nutrisi berhubungan dengan kurang asupan makan,
ketidakmampuan makan dan factor biologis.
2) Risiko hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan melalui
rute normal, kehilangan volume cairan aktif, penyimpangan yang
mempengaruhi asupan cairan.
3) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi kurang
sumber pengetahuan terhadap kehamilan.
4) Resiko cedera pada janin berhubungan dengan malnutrisi dan profil
darah yang abnormal.
b. Trisemester II
1) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh
(kehamilan)
2) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan posisi tubuh yang
menghambat ekspansi paru.
3) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi kurang
sumber pengetahuan terhadap kehamilan.
c. Trisemester III
1) Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait
penyakit.
2) Resiko cedera pada ibu berhubungan dengan malnutrisi dan profil
darah yang abnormal
3) Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan penekanan pada
vesika urinaria.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan yang
digunakan sebagai alat untuk menilai keberhasilan dari asuhan
keperawatan dan proses ini berlangsung terus menerus yang diarahkan
pada pencapaian tujuan yang diinginkan (Ika dan Saryono, 2010). Ada tiga
yang dapat terjadi pada tahap evaluasi, yaitu : 1. Masalah teratasi
seluruhnya. 2. Masalah teratasi sebagian. 3. Masalah tidak teratasi.