Anda di halaman 1dari 31

KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Tn. S DENGAN ANAK


GIZI BURUK

A. KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini tentang “Gizi
Buruk”. Makalah ini saya buat atas tugas yang telah di berikan oleh Dosen
Pengajar.Saya telah berusaha sebaik mungkin untuk menyusun makalah ini.Tetapi
mungkin makalah ini belum tersusun lengkap dan sempurna.Oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak.
Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat buat kita semua, dan atas perhatian pembaca
saya ucapkan terima kasih.

Medan, oktober 2018


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah gizi merupakan masalah yang ada di tiap-tiap negara, baik negara miskin, negara
berkembang dan negara maju. Negara miskin cenderung dengan masalah gizi kurang,
hubungan dengan penyakit infeksi dan negara maju cenderung dengan masalah gizi lebih
(Soekirman, 2000).

Saat ini di dalam era globalisasi dimana terjadi perubahan gaya hidup dan pola makan,
Indonesia menghadapi permasalahan gizi ganda. Di satu pihak masalah gizi kurang yang
pada umumnya disebabkan oleh kemiskinan, kurangnya persediaan pangan, kurang
baiknya kualitas lingkungan, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi. Selain itu
masalah gizi lebih yang disebabkan oleh kemajuan ekonomi pada lapisan masyarakat
tertentu disertai dengan kurangnya pengetahuan tentang gizi (Azrul,2004).

Penanganan gizi buruk sangat terkait dengan strategi sebuah bangsa dalam menciptakan
sumber daya manusia yang sehat, cerdas, dan produktif. Upaya peningkatan sumber daya
manusia yang berkualitas dimulai dengan cara penanganan pertumbuhan anak sebagai
bagian dari keluarga dengan asupan gizi dan perawatan yang baik. Dengan lingkungan
keluarga yang sehat, maka hadirnya infeksi menular ataupun penyakit masyarakat lainnya
dapat dihindari. Di tingkat masyarakat faktor-faktor seperti lingkungan yang higienis,
ketahanan pangan keluarga, pola asuh terhadap anak dan pelayanan kesehatan primer
sangat menentukan dalam membentuk anak yang tahan gizi buruk.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari gizi buruk?
2. Apa faktor penyebab dari gizi buruk?
3. Apa akibat yang timbul dari gizi buruk?
4. Apa saja pecegahan terhadap gizi buruk?
5. Bagaimana penanggulangan gizi buruk?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari gizi buruk
2. Untuk mengetahui faktor penyebab dari gizi buruk
3. Untuk mengetahui akibat yang timbul dari gizi buruk
4. Untuk mengetahui bagaimana pecegahan terhadap gizi buruk
5. Untuk mengetahui bagaimana penanggulangan gizi buruk
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP KELUARGA

1. Pengertian Keluarga

Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi
yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan
fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga ,Duvall dan Logan ( 1986 )
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena
adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan yang
lain, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.
Bailon dan Maglaya ( 1978 )
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan
beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan
saling ketergantungan. Departemen Kesehatan RI ( 1988 )
Dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga adalah :
1) Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau
adopsi
2) Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap memperhatikan
satu sama lain
3) Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai peran sosial :
suami, istri, anak, kakak dan adik
4) Mempunyai tujuan : menciptakan dan mempertahankan budaya, meningkatkan
perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota.

2. Struktur Keluarga

1) Patrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa
generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah
2) Matrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa
generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu
3) Matrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah ibu
4) Patrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami
5) Keluarga kawinan : hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan
beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan
suami atau istri.

3. Ciri-Ciri Struktur Keluarga

1) Terorganisasi : saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota keluarga


2) Ada keterbatasan : setiap anggota memiliki kebebasan, tetapi mereka juga mempunyai
keterbatasan dalam mejalankan fungsi dan tugasnya masing-masing
3) Ada perbedaan dan kekhususan : setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan fungsinya
masing-masing.

4. Macam-Macam Struktur / Tipe / Bentuk Keluarga

1. Tradisional :
a. The nuclear family (keluarga inti) :
Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak.
b. The dyad family :
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang hidup bersama dalam satu
rumah
c. Keluarga usila :
Keluarga yang terdiri dari suami istri yang sudah tua dengan anak sudah memisahkan diri
d. The childless family :
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk mendapatkan anak terlambat
waktunya, yang disebabkan karena mengejar karir/pendidikan yang terjadi pada wanita
e. The extended family (keluarga luas/besar) :
Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu rumah seperti
nuclear family disertai : paman, tante, orang tua (kakak-nenek), keponakan, dll)
f. The single-parent family (keluarga duda/janda) :
Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah dan ibu) dengan anak, hal ini terjadi
biasanya melalui proses perceraian, kematian dan ditinggalkan (menyalahi hukum
pernikahan)
g. Commuter family :
Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu kota tersebut sebagai
tempat tinggal dan orang tua yang bekerja diluar kota bisa berkumpul pada anggota
keluarga pada saat akhir pekan (week-end)
h. Multigenerational family :
Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal bersama dalam
satu rumah
i. Kin-network family :
Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling berdekatan dan saling
menggunakan barang-barang dan pelayanan yang sama. Misalnya : dapur, kamar mandi,
televisi, telpon, dll)

j. Blended family :
Keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang menikah kembali dan membesarkan
anak dari perkawinan sebelumnya
k. The single adult living alone / single-adult family :
Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya atau
perpisahan (separasi), seperti : perceraian atau ditinggal mati.

2. Non-Tradisional

a. The unmarried teenage mother :


Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa
nikah
b. The stepparent family:
Keluarga dengan orangtua tiri
c. Commune family:
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan saudara, yang
hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang
sama, sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok / membesarkan anak bersama
d. The nonmarital heterosexual cohabiting family:
Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan
e. Gay and lesbian families:
Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama sebagaimana pasangan suami-
istri (marital partners)
f. Cohabitating couple :
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena beberapa alasan
tertentu
g. Group-marriage family :
Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga bersama, yang merasa
telah saling menikah satu dengan yang lainnya, berbagi sesuatu, termasuk sexual dan
membesarkan anaknya
h. Group network family :
Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/nilai-nilai, hidup berdekatan satu sama lain
dan saling menggunakan barang-barang rumah tangga bersama, pelayanan dan
bertanggung jawab membesarkan anaknya
i. Foster family :
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga/saudara dalam waktu
sementara, pada saat orangtua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk
menyatukan kembali keluarga yang aslinya

j. Homeless family :
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang permanen karena
krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan
mental
k. Gang :
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif, dari orang-orang muda yang mencari ikatan
emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian, tetapi berkembang dalam kekerasan
dan kriminal dalam kehidupannya.

5. Tahap-Tahap Kehidupan / Perkembangan Keluarga

Meskipun setiap keluarga melalui tahapan perkembangannya secara unik, namun secara
umum seluruh keluarga mengikuti pola yang sama (Rodgers cit Friedman, 199:

1) Pasangan baru (keluarga baru)


Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki dan perempuan membentuk
keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan (psikologis) keluarga masing-masing :
a. Membina hubungan intim yang memuaskan
b. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial
c. Mendiskusikan rencana memiliki anak

2) Keluarga child-bearing (kelahiran anak pertama)


Keluarga yang menantikan kelahiran, dimulai dari kehamilan samapi kelahiran anak pertama
dan berlanjut damapi anak pertama berusia 30 bulan :
a. Persiapan menjadi orang tua
b. Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, hubungan sexual dan
kegiatan keluarga
c. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan

3) Keluarga dengan anak pra-sekolah


Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama (2,5 bulan) dan berakhir saat anak berusia
5 tahun :
a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan tempat tinggal, privasi dan
rasa aman
b. Membantu anak untuk bersosialisasi
c. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang lain juga harus
terpenuhi
d. Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di luar keluarga (keluarga
lain dan lingkungan sekitar)
e. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap yang paling repot)
f. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
g. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak

4) Keluarga dengan anak sekolah


Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia enam tahun dan berakhir pada usia 12
tahun. Umumnya keluarga sudah mencapai jumlah anggota keluarga maksimal, sehingga
keluarga sangat sibuk :
a. Membantu sosialisasi anak : tetangga, sekolah dan lingkungan
b. Mempertahankan keintiman pasangan
c. Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat, termasuk
kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga

5) Keluarga dengan anak remaja


Dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir sampai 6-7 tahun
kemudian, yaitu pada saat anak meninggalkan rumah orangtuanya. Tujuan keluarga ini adalah
melepas anak remaja dan memberi tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar untuk
mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa :
a. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab, mengingat remaja sudah
bertambah dewasa dan meningkat otonominya
b. Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga
c. Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orangtua. Hindari perdebatan,
kecurigaan dan permusuhan
d. Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga

6) Keluarga dengan anak dewasa (pelepasan)


Tahap ini dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir pada saat anak
terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahap ini tergantung dari jumlah anak dalam keluarga,
atau jika ada anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua :
a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
b. Mempertahankan keintiman pasangan
c. Membantu orangtua suami/istri yang sedang sakit dan memasuki masa tua
d. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat
e. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga

7) Keluarga usia pertengahan


Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan berakhir saat
pensiun atau salah satu pasangan meninggal :
a. Mempertahankan kesehatan
b. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan anak-anak
c. Meningkatkan keakraban pasangan

8) Keluarga usia lanjut


Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai pada saat salah satu pasangan pensiun,
berlanjut saat salah satu pasangan meninggal damapi keduanya meninggal :
a. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
b. Adaptasi dengan peruabahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik dan pendapatan
c. Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat
d. Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat
e. Melakukan life review (merenungkan hidupnya).
BAB III
KONSEP PENYAKIT

1. Pengertian Gizi Buruk


Gizi adalah kandungan zat dalam makanan yang akan diproses di dalam tubuh dan
digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan perkembangan tubuh, serta
memelihara fungsi normal organ-organ di dalam tubuh.
Gizi buruk adalah bentuk terparah (akut) merupakan suatu keadaan kurang gizi tingkat
berat yang disebabkan oleh rendahnya tingkat konsumsi energi, protein, serta makanan sehari-
hari dan terjadi dalam jangka waktu yang cukup lama. Hal itu ditandai dengan status gizi sangat
kurus ( menurut BB terhadap TB ) dan hasil pemeriksaan klinis menunjukkan gejala marasmus,
kwashiorkor atau marasmic-kwashiorkor. Beberapa cara untuk mengetahui seorang anak terkena
Gizi Buruk, antara lain :
a. Dengan cara menimbang berat badan secara teratur setiap bulan. Bila perbandingan berat
badan dengan umurnya dibawah 60% standar WHO-NCHS, maka dapat dikatakan anak tersebut
terkena busung lapar (Gizi Buruk)
b. Dengan mengukur tinggi badan dan Lingkar Lengan Atas (LILA) bila tidak sesuai dengan
standar anak yang normal waspadai akan terjadi gizi buruk.

2. Faktor Penyebab Gizi Buruk


Banyak faktor yang yang mengakibatkan terjadinya kasus gizi buruk. Penyebab gizi buruk terdiri
dari penyebab langsung dan tidak langsung. Penyebab langsung terjadinya gizi buruk, yaitu:
a. Kurangnya asupan gizi dari makanan.
Hal ini disebabkan terbatasnya jumlah makanan yang dikonsumsi atau makanannya tidak
memenuhi unsur gizi yang dibutuhkan karena alasan sosial dan ekonomi yaitu kemiskinan.
Bayi dan balita tidak mendapat makanan yang bergizi, dalam hal ini makanan alamiah
terbaik bagi bayi yaitu air susu ibu, dan sesudah usia enam bulan anak tidak mendapat makanan
pendamping ASI (MP-ASI) yang tepat, baik jumlah dan kualitasnya. MP-ASI yang baik tidak
hanya cukup mengandung energi dan protein, tetapi juga mengandung zat besi, vitamin A, asam
folat, vitamin B, serta vitamin dan mineral lainnya. MP-ASI yang tepat dan baik dapat disiapkan
sendiri di rumah. Pada keluarga dengan tingkat pendidikan dan pengetahuan yang rendah sering
kali anaknya harus puas dengan makanan seadanya yang tidak memenuhi kebutuhan gizi balita
karena ketidaktahuan.
b. Akibat terjadinya penyakit yang mengakibatkan infeksi
Hal ini disebabkan oleh rusaknya beberapa fungsi organ tubuh sehingga tidak bisa
menyerap zat-zat makanan secara baik. Terjadinya kejadian infeksi penyakit ternyata
mempunyai hubungan timbal balik dengan gizi buruk. Anak yang menderita gizi buruk akan
mengalami penurunan daya tahan sehingga anak rentan terhadap penyakit infeksi.
Disisi lain anak yang menderita sakit infeksi akan cenderung menderita gizi buruk cakupan
pelayanan kesehatan dasar terutama imunisasi, penanganan diare, tindakan cepat pada balita
yang tidak naik berat badan, pendidikan, penyuluhan kesehatan dan gizi, dukungan pelayanan di
posyandu, penyediaan air bersih, kebersihan lingkungan akan menentukan tinggi rendahnya
kejadian penyakit infeksi.
Mewabahnya berbagai penyakit menular akhir-akhir ini seperti demam berdarah, diare,
polio, malaria, dan sebagainya secara hampir bersamaan dimana-mana, menggambarkan
melemahnya pelayanan kesehatan yang ada di daerah. Berbagai penelitian membuktikan lebih
dari separuh kematian bayi dan balita disebabkan oleh keadaan gizi yang jelek. Resiko
meninggal dari anak yang bergizi buruk 13 kali lebih besar dibandingkan anak yang normal.
WHO memperkirakan bahwa 54% penyebab kematian bayi dan balita didasari oleh keaadaan
gizi anak yang jelek.
Ada berbagai penyebab tidak langsung yang menyebabkan gizi buruk diantaranya yaitu:
a. Pola pengasuhan anak kurang memadai.
Setiap keluarga dan mayarakat diharapkan dapat menyediakan waktu, perhatian, dan
dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh kembang dengan baik baik fisik, mental dan sosial.
Di masa modern ini pengasuhan anak kadang kita serahkan kepada pembantu yang belum tentu
tahu perkembangan dan kebutuhan makan anak.
b. Ketahanan pangan keluarga yang kurang memadai.
Setiap keluarga diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota
keluarganya dalam jumlah yang cukup baik jumlah maupun mutu gizinya. Namun kemiskinan
kadang menjadikan hambatan dalam penyediaan pangan bagi keluarga.
c. Pelayanan kesehatan dan lingkungan kurang memadai.
Sistim pelayanan kesehatan yang ada diharapkan dapat menjamin penyediaan air bersih dan
sarana pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh setiap keluarga yang membutuhkan.
Berbagai kesulitan air bersih dan akses sarana pelayanan kesehatan menyebabkan kurangnya
jaminan bagi keluarga. Pokok masalah gizi buruk di masyarakat yaitu kurangnya pemberdayaan
keluarga dan kurangnya pemanfaatan sumber daya masyarakat berkaitan dengan berbagai faktor
langsung maupun tidak langsung. Hal ini dapat ditanggulangi dengan adanya berbagai kegiatan
yang ada di masyarakat seperti posyandu, pos kesehatan.
Ketiga faktor tidak langsung tersebut berkaitan dengan tingkat pendidikan, pengetahuan,
dan keterampilan keluarga. Semakin tinggi pendidikan, pengetahuan, dan keterampilan, terdapat
kemungkinan semakin baik tingkat ketahanan pangan keluarga, semaikin baik pola pengasuhan
anak, dan semakin banyak keluarga memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.
Berbagai faktor langsung dan tidak langsung di atas, berkaitan dengan pokok masalah
yang ada di masyarakat dan akar masalah yang bersifat nasional. Pokok masalah di masyarakat
antara lain berupa ketidakberdayaan masyarakat dan keluarga mengatasi masalah kerawanan
ketahanan pangan keluarga, ketidaktahuan pengasuhan anak yang baik, serta ketidakmampuan
memanfaatkan pelayanan kesehatan yang tersedia.
Akar masalah gizi buruk adalah kurangnya pemberdayaan wanita dan keluarga serta
kurangnya pemanfaatan sumber daya masyarakat terkait dengan meningkatnya pengangguran,
inflasi dan kemiskinan yang disebabkan oleh krisis ekonomi, politik dan keresahan sosial yang
menimpa Indonesia. Keadaan tersebut telah memicu munculnya kasus-kasus gizi buruk akibat
kemiskinan dan ketahanan pangan keluarga yang tidak memadai.

3. Akibat dari Gizi Buruk


a. Menyebabkan kematian bila tidak segera ditanggulangi oleh tenaga kesehatan.
b. Kurang cerdas.
c. Berat dan tinggi badan pada umur dewasa lebih rendah dari normal.
d. Sering sakit infeksi seperti batuk,pilek,diare,TBC,dan lain-lain.

4. Pencegahan Gizi Buruk


Beberapa cara untuk mencegah terjadinya gizi buruk pada anak, yaitu:
a. Memberikan ASI eksklusif (hanya ASI) sampai anakberumur 6 bulan. Setelah
itu, anak mulai dikenalkan dengan makanan tambahan sebagai pendamping ASI yang sesuai
dengan tingkatan umur, lalu disapih setelah berumur 2 tahun.
b. Anak diberi makanan yang bervariasi, seimbang antara kandungan protein, lemak, vitamin
dan mineralnya. Perbandingan komposisinya untuk lemak minimal 10% dari total kalori yang
dibutuhkan, sementara protein 12% dan sisanya karbohidrat.
c. Rajin menimbang dan mengukur tinggi anak dengan mengikuti program posyandu. Cermati
apakah pertumbuhan anak sesuai dengan standar di atas. Jika tidak sesuai, segera konsultasikan
hal itu ke dokter.
d. Jika anakdirawat di rumah sakit karena gizinya buruk, bisa ditanyakan kepada petugas pola
dan jenis makanan yang harus diberikan setelah pulang dari rumah sakit.
e. Jika anak menderita karena kekurangan gizi, maka segera berikan kalori yang tinggi dalam
bentuk karbohidrat, lemak, dan gula. Sedangkan untuk proteinnya bisa diberikan setelah sumber-
sumber kalori lainnya sudah terlihat mampu meningkatkan energianak.
f. Penanganan dini sering kali membuahkan hasil yang baik. Pada kondisI yang sudah berat,
terapi bisa dilakukan dengan meningkatkan kondisi kesehatan secara umum. Namun, biasanya
akan meninggalkan sisa gejala kelainan fisik yang permanen dan akan muncul masalah
intelegensia di kemudian hari.
5. Penanggulangan Gizi Buruk
a. Mengembalikan fungsi posyandu dan meningkatkan kembali partisipasi masyarakat dan
keluarga dalam memantau, mengenali dan menanggulangi secara dini gangguan pertumbuhan
pada balita utamanya baduta.
b. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan SDM puskesmas beserta jaringannya dalam
tatalaksana gizi buruk dan masalah gizi lain, manajemen laktasi dan konseling gizi.
c. Menanggulangi secara langsung masalah gizi yang terjadi pada kelompok rawan termasuk
keadaan darurat melalui suplementasi zat gizi mikro, MP-ASI, makanan tambahan dan diet
khusus.
d. Mewujudkan keluarga sadar gizi melalui advokasi, sosialisasi dan KIE gizi seimbang.
e. Mengembangkan model intervensi gizi tepat guna yang evidence based.
f. Menggalang kerjasama lintas sektor dan kemitraan dengan masyarakat beserta
swasta/dunia usaha dalam memobilisasi sumberdaya untuk penyediaan pangan di
tingkat rumah tangga, peningkatan daya beli keluarga, dan perbaikan pola asuhan

BAB IV
TINJAUAN KASUS

Contoh Kasus
Ny.A (31th) istri dari Tn.S (40th) mempunyai 3 orang anak An. I (9 th) seorang laki-laki
bersekolah di SD dan anak kedua, An.I (7 thn) laki-laki, bersekolah di SD dan An. H (1 thn 3
bulan). Dalam keluarga Tn.S salah satu anggota keluarga, yaitu An.H menderita penyakit Gizi
Buruk pasien nampak lemas dan ditandai dengan bb 5,5 kg. Untuk mengatasi masalah tersebut,
keluarga Tn.S hanya membiarkan saja di rumah karena menurutnya masih bisa di tangani
dirumah, dan keluarga merawat An.H sendiri dengan berbekal pengetahuan seadanya, keluarga
hanya membantu dalam memenuhi aktifitas sehari-hari An.H keluarga Tn.S termasuk keluarga
yang kurang memperhatikan kesehatan,
I. IDENTITAS UMUM KELUARGA
1. Identitas kepala keluarga
Nama : Tn.S
Umur : 40 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : STM
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Pinang Baris depan Terminal, GG Bersama no 117 L
Nomor : 082165875688

2. Komposisi keluarga
b. N Nama Jenis Hubungan Umur Pendidikan
o Kelamin dengan KK
1. Tn. S L Suami 40 th STM
2. Ny. A P Istri 31 thn SMA
3. An. I L Anak 9 thn SD
4. An. I L Anak 7thn SD
5. An. H P Anak 1,3

3. Genogram :

Keterangan :

: Laki-Laki : Tn. A

: Perempuan : Ny. S
: Nn. Z : Klien

: An. D

4. Tipe keluarga:
a. Jenis tipe keluarga : tradisional nuclear
b. Masalah yang terjadi dengan tipe keluarga : Ny. A mengatakan tidak ada
masalah dengan tipe keluarga

5. Suku bangsa :
a. Asal suku bangsa : Tn. S Suku Jawa dan Ny. A bersuku Karo
b. Budaya yang berhubungan dengan kesehatan : Ny. A mengatakan tidak ada
budaya yang bertentangan dengan kesehatan.

6. Agama dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan : menurut Ny. A selalu


berusaha melaksanakan sholat 5 waktu walaupun dalam keadaan kurang sehat

7. Status sosial ekonomi keluarga :


a. Anggota keluarga yang mencari nafkah: yang mencari nafkah Tn. S yang
sebagai kepala keluarga,
b. Penghasilan : Rp.900,000 perbulan
c. Upaya lain : Ny. A mengatakan bahwa Tn. S memiliki usaha lain yaitu sebagai
penarik becak dari juragan becak
d. Harta benda yang dimiliki : motor dan perabotan Televisi.
e. Kebutuhan yang dikeluarkan tiap bulan: Ny. A mengatakan kebutuhan yang
dikeluarkan tiap bulan, uang listrik perbulan Rp 30,000 uang belanja perbulan
yang terdiri dari ikan,sayur sebesar Rp 200,000 kebutuhan sekolah anak
perbulan sebesar Rp 120,000 keperluan mandi sebesar Rp 100.000 dan
keperluan tidak terduga perbulannya sebesar Rp 200.000 untuk beras di
tanggung pemerintah dan sewa Rumah tidak di pungut karena Rumah sudah
menjadi hak warisan dari orang tua Tn. S
f. Aktivitas rekreasi keluarga: keluarga melakukan rekreasi berupa nonton tv
bersama dan makan bersama.

II. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA


1. Tahap perkembangan keluarga saat ini : Keluarga Tn. S dan Ny. A sudah memiliki 3
orang anak, jadi keluarga Tn. S dan Ny. A berada pada tahap perkembangan anak
usia sekolah.

2. Riwayat kesehatan keluarga inti :


a) Riwayat kesehatan keluarga saat ini : An H, sedang mengalami Gizi Buruk
b) Riwayat penyakit keturunan : “tidak ada penyakit keturunan di keluarga”
c) Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga :
No Nama Umur BB Keadaan Imunisasi Masalah Tindakan
Kesehatan (BCG/Polio/DPT/H Kesehatan yang telah
B/Campak) dilakukan
1 Tn S 40 60 Kg Sehat Tidak ada - -
2 Asniati 31 52 Kg Sehat Tidak ada - -
3 Ilal 9 22 Kg Sakit Imunisasi Sebagian - -
4 Ismail 7 20 Kg Sehat Imunisasi Sebagian - -
5 Hafizah 1,3 5,5 Kg Gizi Tidak Imunisasi Gizi Buruk -Berobat ke
Buruk Puskesmas

d) Sumber pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan : menurut Ny. A keluarga


menggunakan BPJS.

e) Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya :Menurut pengakuan keluarga, anak


pertama mengalami Kejang. Dari riwayat kesehatan keluarga Tn. A dan Ny.A
tidak ada yang memilki penyakit keturunan.

III. PENGKAJIAN LINGKUNGAN


1. Karakteristik rumah
a. Luas rumah : panjang 12 m lebar 4 m
b. Tipe rumah : Petak
c. Kepemilikan : Atas nama Orang tua Tn. S
d. Jumlah dan ratio kamar/ruang : 1 ruang kamar, 1 ruang tamu sekaligus
ruang Keluarga 1 dapur.
e. Ventilasi/jendela : jumlah ventilasi dirumah ada 1 buah,
sering dibuka
f. Pemanfaatan ruangan : di ruang tamu tempat keluarga berkumpul
g. Septi tank : ada
h. Sumber air minum : air isi ulang
i. Kamar mandi : ada satu berlantai semen
j. Sampah :sampah di buang di belakang rumah
kemudian dibakar
k. Kebersihan lingkungan :lingkungan rumah klien kurang bersih

Denah Rumah :

RUANG KAMAR Dapur


TAMU TIDUR
WC

Keterangan :
 1 Ruang Tamu
 1 Kamar Tidur
 1 Dapur
 1 WC

2. Karakteristik tetangga dan komunitas RW


a. Kebiasaan : setiap hari jumat selalu mengikuti
pengajian
b. Aturan/kesepakatan : tidak ada aturan yang mengikat
c. Budaya :para ibu seringkali berkumpul untuk
menggosip dan para bapak sering kali main kartu ketika dimalam hari.
3. Mobilitas geografis keluarga : menurut Ny. A belum pernah pindah
rumah
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat : menurut Ny. A tidak ada
perkumpulan atau pertemuan-pertemuan khusus dan biasanya berkumpul hanya di
waktu-waktu tertentu seperti lebaran kemarin semua keluarga berkumpul.

5. Sistem pendukung keluarga : Saat ini dalam keluarga terdapat anggota keluarga yang
sakit, tetapi ada anggota keluarga dengan yang lainnya sudah terbiasa saling tolong
menolong.

IV. STRUKTUR KELUARGA


1. Pola/cara komunikasi keluarga : Menurut Ny. A dalam keluarganya berkomunikasi
biasa menggunakan bahasa indonesia.

2. Struktur kekuatan keluarga : Dalam pengambilan keputusan keluarga Tn. S dan Ny. A
selalu memutuskan secara bersama-sama atau musyawarah. Perbedaan-perbedaan
pendapat yang ada selalu bisa di atasi jika mereka bermusyawarah.

3. Struktur peran : Dalam keluarga Ny. A, Tn. S sebagai kepala keluarga berkewajiban
mencari nafkah untuk keluarga dan dibantu oleh Ny. A melakukan perannya sebagai
isteri yang harus menyiapkan semua keperluan suaminya dan anak di rumah.

4. Nilai dan norma keluarga : Sebagai bagian dari masyarakat Jawa dan karo dan
beragama islam keluarga memiliki nilai-nilai dan norma yang dianut seperti sopan
santun terhadap orang tua, suami terhadap isteri. Selama ini dirinya dan suaminya
makan bersama kalau malam hari, karena siang hari suaminya kerja sampai sore.

V. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi afektif : Menurut Ny. A belum pernah menemukan masalah. Tn. S dan Ny. A
selalu memberikan dukungan satu sama lain. Hubungan antara dirinya dengan
suaminya sampai sejauh ini baik dan hubungna dengan keluarga besarnya pun baik.
Mereka selalu menumbuhkan sikap saling menghargai.

2. Fungsi sosialisasi :
1) Kerukunan hidup dalam keluarga : Hubungan antara dirinya dengan suaminya
sampai sejauh ini baik dan hubungna dengan keluarga besarnya pun baik.
Hubungan keluarga dengan orang lain pun baik, terutama tetangga-tetangga
terdekat.
2) Interaksi dan hubungan dalam keluarga : interaksi dan hubungan dalam keluarga
baik-baik saja.
3) Anggota keluarga yang dominan dalam pengambilan keputusan : menurut Ny. A
yang selalu mengambil keputusan ialah Tn. S.
4) Kegiatan keluarga waktu senggang: kegiatan di waktu senggang keluarga sering
bermain bersama anak-anaknya.
5) Partisipasi dalam kegiatan sosial : mengikuti pengajian setiap hari jumat

3. Fungsi perawatan kesehatan


Menurut Ny. A sebenarnya dalam keluarganya belum mengetahui tentang bagaimana
memberikan perlindungan yang terbaik untuk anaknya. Karena kesibukan dari suami
istri anak menjadi kurang perhatian.

4. Fungsi reproduksi
a) Perencanaan jumlah anak : Menurut Ny. A tidak ingin memiliki anak lagi.
b) Akseptor : Ya, yang digunakan alat kontrasepsi yang berbentuk pil

5. Fungsi ekonomi
a) Upaya pemenuhan sandang pangan : Ny. A mengatakan penghasilan suaminya
belum cukup untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan keluarga
Tn. S dan Ny. A tersebut.

VI. STRES DAN KOPING KELUARAGA


1. Stressor jangka pendek: Menurut Ny. A dirinya tidak tahu dari pihak suaminya apakah
sedang mengalami beban pikiran atau tidak, tetapi dari dirinya yang jadi stressor
adalah memiliki banyak anak tetapi kekurangan dalam pemasukan bulanan.
2. Respon keluarga terhadap stressor :Menurut Ny. A perlakuan dari keluarga suaminya
biasa-biasa saja
3. Strategi koping: Untuk menghadapi stressor Ny. A lebih banyak berdoa dan
mendekatkan diri kepada tuhan dengan agama yang diyakininya.
VII. HARAPAN KELUARGA
Terhadap masalah kesehatannya : Keluarga berharap An.H agar cepat sembuh dan bagi
petugas kesehatan dapat memberikan pelayanan dengan baik

VIII. Pemeriksan Fisik Keluarga


Pemeriksaan Fisik Ny. A An. Ilal An. Ismail An. Hafiza
1. Penampilan
umum
Kesadaranan Compos mentis Compos mentis Compos mentis Compos
mentis
Kebersihan Bersih Bersih Bersih Bersih
personal
Tanda-tanda TD : 100 / 80
vital mmHG
Nadi : 78 Nadi : 122 x/menit Nadi : 82 x/menit Nadi : 82
x/menit x/menit
Suhu :36,3 0C Suhu : 37,5 0C Suhu : 37 0C Suhu : 37 0C
RR : 20 x/menit RR : 30 x/menit RR : 30 x/menit RR : 30
x/menit
BB Berat badan BB 22 Kg BB: 20 gr BB: 5,5 kg
ideal
TB 155 Cm 90 Cm 70 Cm
2. Status mental
 Status emosi Stabil Stabil Stabil Stabil
 Orientasi Dapat mengenal Dapat mengenal Tidak dikaji Tidak dikaji
waktu, tempat waktu, tempat dan
dan orang orang
 P T Anak dapat Tidak dikaji Tidak dikaji
roses idak loncat- berkomunikasi
berpikir dan loncat dalam dengan baik dan
komunikasi bicara dan cepat berespon dengan
tanggap dalam baik
berkomunikasi
3. Pemeriksaan Kulit terlihat Kulit terlihat Kulit terlihat Kulit terlihat
kulit bersih, bebas bersih, bebas dari bersih, bebas dari bersih, bebas
dari bau, warna bau, warna kulit bau, warna kulit dari bau,
kulit sedikit sedikit gelap, sedikit gelap, warna kulit
gelap, elastis, elastic elastis,. sedikit gelap,
tidak ada lesi, elastis,.
sensitifitas
terhadap
sentuhan
4. Pemeriksaan
Kepala
 Bentuk dan Bentuk Bentuk semetris, Bentuk semetris, Bentuk
rambut semetris, rambut dan kulit rambut dan kulit semetris,
rambut dan kepala kurang kepala bersih, rambut dan
kulit kepala bersih, warna warna hitam. kulit kepala
bersih, warna hitam. Distribusi Distribusi bersih, warna
hitam dan sekit menyebar rata dan menyebar rata dan hitam.
kecoklatan. tidak mudah cepat. tidak mudah cepat. Distribusi
Distribusi Lingkar kepla: 43 menyebar rata
menyebar rata Cm dan tidak
dan tidak mudah cepat.
mudah cepat. Lingkar
kepla: 43 Cm
 Mata Isokor, bola Isokor, bola mata Isokor, bola mata Isokor, bola
mata dapat dapat mengikuti dapat mengikuti mata dapat
mengikuti arah arah gerakan arah gerakan mengikuti
gerakan tangan tangan pemeriksa, tangan pemeriksa, arah gerakan
pemeriksa, tidak ada nyeri tidak ada nyeri tangan
tidak ada nyeri tekan, diameter tekan, diameter pemeriksa,
tekan, diameter pupil ± 2 mm, pupil ± 2 mm, tidak ada
pupil ± 2 mm, reaksi cahaya +/+, reaksi cahaya +/+, nyeri tekan,
reaksi cahaya konjungtiva tidak konjungtiva diameter pupil
+/+, anemis, korea tidak anemis, korea tidak ± 2 mm,
konjungtiva ikhterik, ikhterik, reaksi cahaya
tidak anemis, conjungtiva tidak conjungtiva tidak +/+,
korea tidak anemis, klien tidak anemis, klien tidak konjungtiva
ikhterik, memakai kacamata memakai kacamata anemis, korea
conjungtiva tidak ikhterik,
tidak anemis, conjungtiva
klien tidak tidak anemis,
memakai klien tidak
kacamata memakai
kacamata
 Hidung Bentuk hidung Bentuk hidung Bentuk hidung Bentuk
semetris normal semetris normal semetris normal hidung
semetris
normal
 Telinga Teling semitris Teling semitris Teling semitris Teling
kanan dan kiri, kanan dan kiri, kanan dan kiri, semitris kanan
tidak ada tidak ada tonjolan tidak ada tonjolan dan kiri, tidak
tonjolan dan dan serumen, dan serumen, ada tonjolan
serumen, pendengaran baik pendengaran baik dan serumen,
pendengaran pendengaran
baik baik
 Mulut Mukosa bibir Mukosa bibir Mukosa bibir Mukosa bibir
lembab, lidah kering,bibir kering, lidah dapat kering, lidah
dapat bergerak berwarna sedikit bergerak ke kiri dapat
ke kiri dan hitam, lidah dapat dan pucat. bergerak ke
kekanan ( N bergerak ke kiri kiri dan pucat.
XII), tidak dan kekanan ( N
pucat, lidah XII), tidak pucat,
dapat lidah dapat
merasakan merasakan asam,
asam, asin dan asin dan manis
manis dengan dengan baik
baik
 Leher Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran
kelenjar tyroid kelenjar tyroid dan kelenjar tyroid dan kelenjar
dan tidak tidak terdapat tidak terdapat tyroid dan
terdapat pembesaran JVP pembesaran JVP tidak terdapat
pembesaran pembesaran
JVP JVP
5. Pemeriksaan Pernafasan 20 Pernafasan 26 x/m, Pernafasan 18 x/m, Pernafasan 18
Dada (pernafasan) x/m, tactil terjadi peningkatan tactil fremetus x/m, tactil
fremetus sama frekuensi sama kiri dan fremetus sama
kiri dan kanan, pernafasan dan kanan, tidak kiri dan
tidak terdengar klien mengatakan terdengar suara kanan, tidak
suara tambahan sesekali batuk tambahan saat terdengar
saat auskultasi disertai sakit auskultasi suara
didada, tactil tambahan saat
fremetus sama kiri auskultasi
dan kanan.
6. Pemeriksaan Bunyi jantung 1 Bunyi jantung 1 Bunyi jantung 1 Bunyi jantung
Dada dan 2 normal dan 2 normal tidak dan 2 normal tidak 1 dan 2
4(Cardiovaskueler) tidak terdapat terdapat bunyi terdapat bunyi normal tidak
bunyi jantung jantung tambahan jantung tambahan terdapat bunyi
tambahan jantung
tambahan
7. Perut Inspeksi : Inspeksi : Perut Inspeksi : Perut Inspeksi :
Perut datar , datar , tidak datar , tidak Perut datar ,
tidak terdapat terdapat benjolan. terdapat benjolan. tidak terdapat
benjolan. Palpasi : Tidak Palpasi : Tidak benjolan.
Palpasi : terdapat nyeri terdapat nyeri Palpasi :
Tidak terdapat tekan, tidak teraba tekan, tidak teraba Tidak terdapat
nyeri tekan, massa, hepar tidak massa, hepar tidak nyeri tekan,
tidak teraba teraba teraba tidak teraba
massa, hepar Auskultasi : Auskultasi : massa, hepar
tidak teraba Bising usus 8x/m Bising usus 8x/m tidak teraba
Auskultasi : Perkusi : suara Perkusi : suara Auskultasi
Bising usus timpani timpani : Bising usus
8x/m 8x/m
Perkusi : Perkusi :
suara timpani suara timpani
8. Genetalia dan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak
anus pengkajian pengkajian pengkajian dilakukan
pengkajian
9. Ekstremitas Dapat Aktif berkontraksi Aktif berkontraksi Aktif
kanan dan / kiri atas mengangkat berkontraksi
dan bawah dan menahan
beban, reflek
patela normal,
Kekuatan otot
atas dan
bawah 5/5
(skala kekuatan
otot normal)

\
ANALISA DATA
Data Problem
1. DS : Nutrisi kurang dari
- Ny. A mengatakan bahwa kebutuhan tubuh pada
Ketidakmampuan keluarga keluarga Tn. S khususnya
anaknya masih merangkak dan
dalam merawat anggota an. H
belum dapat berdiri keluarga yang berusia balita
- Ny. A mengatakan anaknya
diberikan ASI dan mulai diberikan
makanan tambahan
Ketidakmampuan mengambil
DO : keputusan dan sikap
- Usia An. H adalah 1,3 tahn dalam memberikan dan
- BB saat lahir : 2700 gr. memenuhi kebutuhan nutrisi
bagi anak balita
- BB sekarang: 5,5 kg
- Panjang badan 70 cm
Ketidaktahuan keluarga dalam
- BB berada pada bawah garis merawat anggota keluarga yang
merah KMS berusia balita

Kurang terpapar informasi


tentang kebutuhan gizi pada
anak balita

2. DS : Risiko terjadinya
- Ny. A mengatakan bahwa gangguan tumbuh
Ketidaktahuan keluarga kembang
anaknya baru bisa merangkak
tentang merawat anggota
DO : keluarga yang masih balita
- Hasil penimbangan
menunjukkan berada pada bawah
garis merah
- Usia An. F adalah 2 tahun Terbatasnya informasi
informasi yang dimiliki keluarga
- BB saat lahir : 2700 gr. tentang pertumbuhan dan
- BB sekarang: 6,4 kg perkembangan anak balita

- Panjang badan 72 cm
- BB berada pada bawah garis Kurang terpapar informasi
tentang pertumbuhan dan
merah KMS perkembangan pada anak balita

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada keluarga Tn. S khususnya An. H berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang masih balita
2. Risiko gangguan tumbuh kembang pada keluarga Tn. L khususnya An. H berhubungan dengan
ketidaktahuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang masih balita

SKORING MASALAH KEPERAWATAN


1. N
utrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada keluarga Tn. S khususnya An. H berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang masih balita
Kriteria Skor Total Pembenaran
1.Sifat Masalah : 3/3X1 1 Nutrisi yang kurang merupakan keadaan
Tidak sehat dimana tubuh tidak mendapatkan asupan
yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan
fisiologis tubuh
2.Kemungkinan Masal 1/2X2 1 Penyediaan nutrisi terkadang
ah dapat diubah : memerlukan biaya, sedangkan keluarga
Sedang memiliki kemampuan yang sangat
terbatas dalam hal ekonomi. Namun ada
sumber-sumber di sekeliling keluarga
yang sesungguhnya dapat dimanfaatkan

3. 3/3X1 1 Kurang kebutuhan nutrisi dapat diatasi


Kemungkinan Masal dengan asupan nutrisi yang adekuat bagi
ah dapat dicegah : bayi melalui ASI dan makanan
Tinggi tambahan yang bergizi
4. Menonjolnya Masalah 0/2X1 0 Keluarga tidak menganggap anak P
: sedang dalam keadaan tidak sehat
masalah walaupun berat badan berada pada
tidak dirasakan bawah garis merah dan juga karena
merasa bahwa anaknya rutin dibawa ke
posyandu
TOTAL SKORE 3

2. Resiko gangguan tumbuh kembang pada anggota keluarga Tn. S khususnya An. H
berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang masih balita

Kriteria Skor Total Pembenaran


1.Sifat Masalah : 3/3X1 1 Tumbuh kembang dapat mengalami
Ancaman gangguan jika asupan nutrisi / gizi tidak
mencukupi
2.Kemungkinan Masal 1/2X2 1 Tumbuh kembang dapat dimaksimalkan
ah dapat diubah : melalui pemberian nutrisi yang baik dan
Sedang stimulasi oleh orang tua atau lingkungan
3. 3/3X1 1 Masalah gangguan tumbuh kembang
Kemungkinan Masal dapat dicegah seandainya keluarga tahu,
ah dapat dicegah : mau dan mampu memberikan nutrisi
Tinggi yang adekuat dan memberikan stimulasi
maksimal bagi pertumbuhan dan
perkembangan bagi anak.
Stimulasi dapat dilakukan dengan
memanfaatkan alat yang sederhana
namun tepat guna dan nutrisi dapat
disediakan dengan mengetahui secara
benar jenis makanan yang mengandung
zat gizi dan tidak perlu mahal

4. Menonjolnya Masalah 0/2X1 0 Keluarga menganggap kondisi


: lingkungan seperti sekarang ini tidak
masalah mempunyai kaitan dengan kejadian
tidak dirasakan masalah kesehatan pada anggota
keluarganya

TOTAL SKORE 3
PERENCANAAN KEPERAWATAN
NO DX. KEP TUJUAN EVALUASI
TUJUAN TUJUAN KHUSUS KRITERIA STANDART
UMUM
1 Nutrisi kurang Setelah dilakukan Setelah dilakukan Verbal Gizi buruk adala
dari kebutuhan tindakan pertemuan 1 x 30 Afektif tingkat berat y
tubuh pada keperawatan menit, keluarga Psikomotor rendahnya kon
anggota keluarga selama 2 minggu mampu : protein dari ma
Tn. S khususnya keluarga - Menyebutkan terjadi dalam wa
An. H mengetahui, pengertian gizi buruk
Fberhubungan memahami - Menyebutkan Tanda dan gejala
dengan tentang nutrisi tanda dan gejala gizi 1. Gangguan tu
ketidakmampuan dan mampu buruk dan cenderung la
keluarga memberikan - Mengidentifikasi 2. Berat badan
merawat anggota nutrisi yang baik penyebab gizi buruk tampak kurus
keluarga yang bagi bayi An. F - Menjelaskan 3. Rendahnya
masih bayi secara sederhana terhadap penya
tentang pencegahan mudah terserang
gizi buruk 4. Tingkat kec
seharusnya
5. Gangguan
perkembangan se
6. Anak tampak
dan cengeng

Penyebab gizi bu
1. Penyebab lang
a. Asupan maka
b. penyakit
2. Penyebab tida
a. Ketahanan p
kurang memadai
b. Pola penga
memadai
c. Pelayanan
lingkungan kuran

Pencegahan gizi
1. Memberikan
ASI) sampai an
Setelah itu, an
dengan makana
pendamping AS
tingkatan umur,
berumur 2 tahun
2. Anak diber
bervariasi, seimb
protein, lema
mineralnya.
komposisinya: u
10% dari total k
sementara prote
karbohidrat.
3. Rajin menim
tinggi anak deng
Posyandu.
pertumbuhan a
standar di atas
segera konsultas
4. Jika anak di
karena gizinya b
kepada petuga
makanan yang h
pulang dari ruma
5. Jika anak te
kekurangan gizi
kalori yang ti
karbohidrat, l
Sedangkan unt
diberikan sete
kalori lainnya s
meningkatkan e
pula suplemen
penting lainnya.

Setelah dilakukan Respon verbal


pertemuan 3x 30
menit, keluarga
mampu :
- Menyebutkan Gizi merupakan
pengertian gizi yang diperlukan
- Menyebutkan perkembangan
manfaat dari zat gizi
- Menyebutkan Manfaat zat gizi
tanda & gejala 5. Anak da
kekurangan zat gizi berkembang den
6. Anak tida
berbagai penyak
7. Perkembanga
anak meningkat

Tanda dan gejala


1. Gangguan tu
dan cenderung la
2. Berat badan
tampak kurus
3. Rendahnya
terhadap penya
mudah terserang
4. Tingkat kec
seharusnya
5. Gangguan
perkembangan se
Setelah dilakukan Respon verbal 6. Anak tampak
tindakan keperawatan Respon dan cengeng
selama 2 x 30m menit psikomotor
keluarga mampu :
3. Menyebutkan cara Cara penanggula
penanggulangan bayi dengan gizi kura
dan balita dengan gizi 1. Ibu tidak ham
kurang jarak kelahiran a
4. Mengidentifikasi 2. Mengusah
dan mungkin anak m
mendemonstrasikan tahun
cara menyusun pola 3. Pemberian A
makan bagi balita, pada bayi baru l
khususnya bagi anak bulan
usia 1 – 2 tahun 4. Bagi mulai di
bulan dan diberik
5. Berika makan
6. Pengawasan
perkembangan d
KMS
7. Imunisasi

Pola makanan b
tahun :
1. ASI diteruska
2 tahun, mulai
orang dewasa
2. Makanan se
makanan pokok,
buah
3. Pagi : bubur
Setelah dilakukan kecap dan segela
pertemuan 1 x 30 4. Siang : nasi, s
menit, keluarga Verbal tahu/tempe, buah
mampu : Afektif 5. Sore : nasi, 1
- Menyebutkan Psikomotor segelas susu
pengertian bubur
tempe
- Menyebutkan
manfaat dari bubur
Bubur tempe
tempe tinggi kalori
terbuat dari temp
- Mengidentifikasi
bahan pembuat bubur
Manfaat bubur te
tempe tinggi kalori
-
Mendemonstras a. Memperb
ikan cara membuat b. Menaikk
bubur tempe tinggi c. Menaikk
kalori d. Meningk
e. Obat diar

Bahan membua
kalori :

a. Tempe 50
b. Tepung b
c. Margarin
d. Susu ken
e. Gula pasi
f. Air 200 c

Cara pembuatan
kalori adalah :
a. Tempe diblend
b. Campurkan
diblender denga
pasir, margarine
hingga rata.
c. Masak diatas
bubur mengental
d. Siap disajikan
dalam keadaan h

2 Risiko gangguan Setelah dilakukan1. Setelah dilakukan Respon verbal Pertumbuhan an


tumbuh tindakan selama tindakan keperawatan ukuran anak dari
kembang pada 2 minggu resko selama 2x30 menit,
anggota keluarga gangguan keluarga dapat Perkembangan a
Tn. L khususnya tumbuh kembang mengetahui kemampuan dar
An. menjadi tidak ada pengertian waktu lahir men
F berhubungan pertumbuhan dan kaya seperti
dengan perkembangan anak, berbicara, dll.
ketidaktahuan serta empat bidang
keluarga dalam yang perlu dipantau Empat bid
merawat anggota dan dirangsang perkembangan
keluarga yang dirangsang adala
masih balita 1. kemampuan g
2. kemampuan g
3. kemampuan
kecerdasan (BBK
2. Setelah dilakukan 4. kemampuan
tindakan keperawatan Respon verbal (BM)
selama 3x30 menit, Respon afektif
ibu dapat menjelaskan Respon
tentang tahap psikomotor Tahap perkemba
perkembangan anak bulan :
dan mengidentifikasi 1. Berjalan sendi
tehnik rangsangan 2. Mengambil b
yang harus dilakukan jari dan telunjuk
khususnya pada aak 3. Mengungkap
usia 12-18 bulan sederhana
4. Minum send
tumpah

Stimulasi / ran
diberikan pada
bulan:
1. GK : melatih
2. GH : be
melempar dan m
kemudian kecil
3. BBK : melati
menyebutkan
tubuh
4. BM : memb
anak untuk mele
BAB V
PENUTUP

1. Kesimpulan
Pemenuhan kebutuhan gizi balita yang mengalami gizi kurang yang merupakan kasus
dalam penelitian ini memang masih sangat minim. Motivasi masyarakat terhadap pemenuhan
gizi keluarga terutama pada anak usia balita cukup tinggi, katidak berdayaan ekonomi
keluarga menjadi penghambat motivasi tersebut, bahkan menimbulkan budaya baru
menyebabkan masyarakat terbiasa dalam pemenuhan kebutuhan gizi balitanya sesuai apa
adanya. Faktor budaya yang melekat secara turun temurun masih dianut sebagian besar
responden. Kurangnya informasi secara akurat menyebabkan masyarakat suiit untuk merubah
kebiasaan dan kepercayaan tersebut kearah perilaku sehat yang lebih produktif dan
menguntungkan kesehatan keluarga terutama pada anak usia balita Perilaku orang tua masih
sangat minim dalam pemenuhan kebutuhan.

Anda mungkin juga menyukai