PENDAHULUAN
Stungting merupakan keadaan tubuh yang pendek dan sangat pendek hingga
melampaui deficit -2 SD dibawah median panjang atau tinggi badan. Stunting dapat
di diagnose melalui indeks antropometri tinggi badan menurut umur dan
mencerminkan pertumbuhan linier yang dicapai pada pra dan pasca persalinan
dengan indikasi kekurangan gizi jangka panjang, akibat dari gizi yang tidak
memadai atau kesehatan.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Defenisi
Stunting merupakan istilah para nutrinis untuk penyebutan anak
yang tumbuh tidak sesuai dengan ukuran yang semestinya (bayi
pendek). Stunting (tubuh pendek) adalah keadaan tubuh yang sangat pendek
hingga melampaui defisit 2 SD dibawah median panjang atau tinggi badan
populasi yang menjadi referensi internasional. Stunting adalah keadaan
dimana tinggi badan berdasarkan umur rendah, atau keadaan dimana tubuh
anak lebih pendek dibandingkan dengan anak – anak lain seusianya (MCN,
2009). Stunted adalah tinggi badan yang kurang menurut umur (<-2SD),
ditandai dengan terlambatnya pertumbuhan anak yang mengakibatkan
kegagalan dalam mencapai tinggi badan yang normal dan sehat sesuai usia
anak. Stunted merupakan kekurangan gizi kronis atau kegagalan
pertumbuhan dimasa lalu dan digunakan sebagai indikator jangka panjang
untuk gizi kurang pada anak.
Stunting didefinisikan sebagai indikator status gizi TB/U sama
dengan atau kurang dari minus dua standar deviasi (-2 SD) dibawah rata-
rata standar atau keadaan dimana tubuh anak lebih pendek dibandingkan
dengan anak – anak lain seusianya (MCN, 2009) (WHO, 2006).
2.2. Epidemologi
Diperkirakan terdapat 162 juta balita pendek pada tahun 2012, jika tren berlanjut
tanpa upaya penurunan, diproyeksikan akan menjadi 127 juta pada tahun 2025.
Sebanyak 56% anak pendek hidup di Asia dan 36% di Afrika.
Persentase Balita Pendek di Indonesia Tahun 2007, 2010 dan 2013
PILAR 2 PILAR 3
Kampanye PILAR 4
PILAR 1 Konvergensi,
nasional berfokus Koordinasi, dan Mendorong
Komitmen dan pada pemahaman,
Konsolidasi Kebijakan
Visi Pimpinan perubahan
Program “Nutritrional
Tertinggi Negara perilaku,komitmen
politik dan
Nasional Daeran Food Security”
akuntabilitas dan Masyarakat
PILAR 5
Pemantauan dan
Evaluasi
Pilar 1: Komitmen dan Visi Pimpinan Tertinggi Negara. Pada pilar ini,
dibutuhkan Komitmen dari Presiden/Wakil Presiden untuk
mengarahkan K/L terkait Intervensi Stunting baik di pusat maupun
daerah. Selain itu, diperlukan juga adanya penetapan strategi dan
kebijakan, serta target nasional maupun daerah (baik provinsi
maupun kab/kota) dan memanfaatkan Sekretariat Sustainable
Development Goals/SDGs dan Sekretariat TNP2K sebagai lembaga
koordinasi dan pengendalian program program terkait Intervensi
Stunting.
Pilar 2: Kampanye Nasional berfokus pada Peningkatan Pemahaman,
Perubahan Perilaku, Komitmen Politik dan Akuntabilitas.
Berdasarkan pengalaman dan bukti internasional terkait program
program yang dapat secara efektif mengurangi pervalensi stunting,
salah satu strategi utama yang perlu segera dilaksanakan adalah
melalui kampanye secara nasional baik melalui media masa,
maupun melalui komunikasi kepada keluarga serta advokasi secara
berkelanjutan.
Pilar 3: Konvergensi, Koordinasi, dan Konsolidasi Program Nasional,
Daerah, dan Masyarakat. Pilar ini bertujuan untuk memperkuat
konvergensi, koordinasi, dan konsolidasi, serta memperluas
cakupan program yang dilakukan oleh Kementerian/Lembaga
(K/L) terkait. Di samping itu, dibutuhkan perbaikan kualitas dari
layanan program yang ada (Puskesmas, Posyandu, PAUD,
BPSPAM, PKH dll) terutama dalam memberikan dukungan kepada
ibu hamil, ibu menyusui dan balita pada 1.000 HPK serta
pemberian insentif dari kinerja program Intervensi Stunting di
wilayah sasaran yang berhasil menurunkan angka stunting di
wilayahnya. Terakhir, pilar ini juga dapat dilakukan dengan
memaksimalkan pemanfaatan Dana Alokasi Khusus (DAK) dan
Dana Desa untuk mengarahkan pengeluaran tingkat daerah ke
intervensi prioritas Intervensi Stunting.
Pilar 4: Mendorong Kebijakan “Food Nutritional Security”. Pilar ini
berfokus untuk (1) mendorong kebijakan yang memastikan akses
pangan bergizi, khususnya di daerah dengan kasus stunting tinggi,
(2) melaksanakan rencana fortifikasi bio-energi, makanan dan
pupuk yang komprehensif, (3) pengurangan kontaminasi pangan,
(4) melaksanakan program pemberian makanan tambahan, (5)
mengupayakan investasi melalui Kemitraan dengan dunia usaha,
Dana Desa, dan lain-lain dalam infrastruktur pasar pangan baik
ditingkat urban maupun rural.
Pilar 5: Pemantauan dan Evaluasi. Pilar yang terakhir ini mencakup
pemantauan exposure terhadap kampanye nasional, pemahaman
serta perubahan perilaku sebagai hasil kampanye nasional stunting,
pemantauan dan evaluasi secara berkala untuk memastikan
pemberian dan kualitas dari layanan program Intervensi Stunting,
pengukuran dan publikasi secara berkala hasil Intervensi Stunting
dan perkembangan anak setiap tahun untuk akuntabilitas, Result-
based planning and budgeting (penganggaran dan perencanaan
berbasis hasil) program pusat dan daerah, dan pengendalian
program-program Intervensi Stunting
KESIMPULAN
Stunted adalah tinggi badan yang kurang menurut umur (<-2SD), ditandai
dengan terlambatnya pertumbuhan anak yang mengakibatkan kegagalan dalam
mencapai tinggi badan yang normal dan sehat sesuai usia anak. Stunted merupakan
kekurangan gizi kronis atau kegagalan pertumbuhan dimasa lalu dan digunakan
sebagai indikator jangka panjang untuk gizi kurang pada anak.
Stunting dapat didiagnosis melalui indeks antropometrik tinggi badan
menurut umur yang mencerminkan pertumbuhan linier yang dicapai pada pra dan
pasca persalinan dengan indikasi kekurangan gizi jangka panjang, akibat dari gizi
yang tidak memadai dan atau kesehatan.
Faktor gizi ibu sebelum dan selama kehamilan merupakan penyebab tidak
langsung yang memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan
janin. Ibu hamil dengan gizi kurang akan menyebabkan janin mengalami
intrauterine growth retardation (IUGR), sehingga bayi akan lahir dengan kurang
gizi, dan mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan.Beberapa faktor
yang terkait dengan kejadian stunted antara lain kekurangan energi dan protein,
sering mengalami penyakit kronis, praktek pemberian makan yang tidak sesuai dan
faktor kemiskinan.
Untuk menentukan stunted pada anak dilakukan dengan cara pengukuran.
Pengukuran tinggi badan menurut umur dilakukan pada anak usia di atas 2 tahun.
Antropometri merupakan ukuran dari tubuh, sedangkan antropometri gizi adalah
jenis pengukuran dari beberapa bentuk tubuh dan komposisi tubuh menurut umur
dan tingkatan gizi, yang digunakan untuk mengetahui ketidakseimbangan protein
dan energi. Anak yang menderita stunting berdampak tidak hanya pada fisik yang
lebih pendek saja, tetapi juga pada kecerdasan, produktivitas dan prestasinya kelak
setelah dewasa, sehingga akan menjadi beban negara. Selain itu dari aspek estetika,
seseorang yang tumbuh proporsional akan kelihatan lebih menarik dari yang
tubuhnya pendek.
DAFTAR PUSTAKA
Infodatin. Situasi Balita Pendek. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan
RI. 2016
http://www.unicef.org/indonesia/id/AG_-_B_Ringkaan_Kajian_Gizi.pdf
http://www.indonesian_publichealth.com/2013/dampak_dan_penyebab_stunted.ht
ml
http://www.stbm-indonesia.org/dkconten.php?id=5433
http://kualitasnews.com/stunting-dan-dampak-kehidupannya-kedepan/
http://catatanseorangahligizi.wordpress.com/2012/01/06/stunting/