PENDAHULUAN
1
Defenisi kehamilan lebih bulan sebagai kehamilan yang berlangsung selama
42 minggu atau lebih sejak awitan periode menstruasi berasumsi bahwa ovulasi
terjadi dua minggu setelah menstruasi terakhir . ini berarti beberapa kehamilan
mungkin tidak benar-benar lebih bulan, melainkan lebih diakibatkan kesalahan dalam
perkiraan usia kehamilan karena salah mengingat tanggal menstruasi atau ovulasi
yang terlambat. Jadi terdapat dua kategori mengenai kehamilan yang mencapai 42
minggu lengkap : 1. Tepat 40 minggu setelah terjadi konsepsi dan 2. Kehamilan yang
kurang lanjut tetapi dengan taksiran usia kehamilan yang tidak akurat.1,3
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
2.1.2 Insiden1
4
Pemakaian oksitosin untuk induksi persalinan pada kehamilan postterm
memberi kesan atau dipercaya bahwa oksitosin secara fisiologis memegang
peranan penting dalam menimbulka persalinan dan pelepasan oksitosin dari
neurohipofisis ibu hamil yang kurang pada usia kehamilan lanjut diduga
sebagai salah atu faktor penyebab kehamilan post term.
4. Faktor lain yaitu hereditas, karena post matur sering dijumpai pada suatu
keluarga tertentu.
5. Teori kortisol
Pemberi tanda untuk memulainnya persalinan adalah janin, diduga akibat
peningkatan tiba-tiba kadar kortisol plasma janin. Kortisol janin akan
mempengaruhi plasenta sehingga produksi progesteron berkurang dan
memperbesar sekresi estrogen, selanjutnya berpengaruh terhadap
meningkatnya produksi prostaglandin. Pada cacat bawaan janin seperti
anasefalus, hipoplasia adrenaljanin, dan tidak adanya kelenjar hipofisispada
janin akan menyebabkan kortisol janin tidak diproduksi dengan baik sehingga
kehamilan dapat berlangsung lewat bulan.
6. Saraf uterus
Tekanan pada ganglion servikalis dari pleksus franken hauser akan
membangkitkan kontraksi uterus. Pada keadaan di mana tidak ada tekanan
pada pleksus ini, seperti pada kelainan letak, tali pusat pendek dan bagian
bawah masih tinggi diduga itu sebagai penyebabnya.
2.1.4 klasifikasi2
1. Stadium I yaitu kulit menunjukkan kehilangan verniks kaseosa dan terjadi maserasi
seperti kulit kering, rapuh, dan mudah mengelupas.
2. Stadium II seperti stadium I dan disertai pewarnaan mekonium (kehijauan ) di kulit.
3. Stadium III seperti stadium I dan disertai dengan pewarnaan kekuningan pada
kuku, kulit, dan tali pusat.
5
2.1.5. Patofisologi
1. sindrom postmaturitas
Bayi postmatur memiliki tampilan yang unik dan khas, ciri-cirinya meliputi kulit
keriput, tidak merata, terkelupas, tubuh panjang dan kurus yang menunjukkan
wasting, dan maturitas lanjut karena mata bayi terbuka, terlalu waspada, tamoak tua
dan khawatir. Pengerutan kulit dapat sangat mencolok pada telapak tangan dan
telapak kaki. Kuku-kuku umunya panjang. Kebanyakan bayi postmatur tersebut
secara teknis tidak mengalami hambatan pertumbuhan karena berat lahir mereka
jarang turun dibawah persentil 10 untuk usia kehamilan, sebaliknya hambatan
pertumbuhan yang berat yang secara logis terjadi sebelum 42 minggu lengkap
mungkin terjadi.
Insiden sindrom pasca maturitas pada bayi berasal dari kehamilan 41,42,43 minngu,
belum disimpulkan dengan pasti. Menurut shime, dkk menemukan sindrom ini pada
sekitar 10 % kehamilan antara 41 dan 43 minggu.
2. disfungsi plasenta
6
Menurut leveno dkk, bahwa gawat janin antepartumdan distesjanin intrapartum
merupakan akibat dari kompresi tali pusat yang disebabkan oleh oligohidramnion .
pada analisis terhadap 727 kehamilan lebih bulan, distres janin intrapartumyang
dideteksi dengan pemantauan elektronik tidak berhubungan dengan deselerasi lambat
yang merupakan ciri khas insufisiensi uteroplasenta. Temuan lain yang berhubungan
adalah oligohidramnion dan mekonium yang kental, tali pusat nuchal pada pola
denyut jantung janin intrapartum yang abnormal , mekonium , dan kondisi neonatus
yang buruk pada kehamilan memanjang. Secara normal cairan amnion terus
berkurang setelah 38 minggu dan dapat menjadi masalah lebih lanjut, mekonium yang
dilepaskan ke dalam cairan amnion yang sudah berkurang menyebabkan mekonium
yang kental dan tebal sehingga dapat mengakibatkan sindrom aspirasi mekonium
(meconium aspiration syndrome).
Menurut divon dkk (1998), Menganalisa kelahiran-kelahiran lahir mati sering terjadi
pada bayi-bayi dengan hambatan pertumbuhan yang dilahirkan setelah 42
minggu.memabg sepertiga nayi lahir mati lebih bulan terhambat pertumbuhannya.
Selama kurun waktu tersebut , induksi persalinan dan uji janin antenatal biasanya
dimulai pada kehamilan 42 minggu.
2.1.6. Diagnosis1,2,3
a. Riwayat haid
7
penderita harus yakin betul dengan HPHT nya
siklus 28 hari dan teratur
tidak minum pil antihamil setidaknya 3 bulan terakhir.
8
Telah lewat 24 minggu sejak dirasakan gerak janin pertama kali
Telah lewat 22 minggu sejak terdengarnya DJJ pertama kali dengan
stetoskop Lannec.
c. Tinggi Fundus Uteri
d. Pemeriksaan USG
Ketetapan usia gestasi sebaikya mengacu pada hasil pemeriksaan USG pada
trimester pertama. Kesalahan perhitungan dengan rumus naegle dapat mencapai 20%.
Bila telah dilakukan pemeriksaan ultrasonografi serial terutama sejak trimester
pertama, hampir dapat dipastikan usia kehamilan. Pada trimester pertama
pemeriksaan panjang kepala-tungging (crown-rump length/CRL) memberikan
ketetapan kurang lebih 4 hari dari taksiran persalinan.
Pada umur kehamilan sekitar 16-26 minggu, ukuran diameter biparietal dan
panjang femur memberikan ketepatan sekitar 7 hari dari taksiran persalinan.
Selain CRL, diameter biparietal dan panjang femur, beberapa parameter dalam
pemeriksaan USG juga dapat dipakai seperti lingkar perut, lingkar kepala dan
beberapa rumus yang merupakan penghitungan dari beberapa hasil pemeriksaan
parameter tersebut diatas. Sebaliknya, pemeriksaan sesaat setelah trimester III dapat
dipakai untuk menentukan berat janin, keadaan air ketuban, ataupun keadaan plasenta
yang sering berkaitan dengan kehamilan postterm, tetapi sukar untuk memastikan usia
kehamilan.
e. Pemeriksaan radiologi
9
f. Pemeriksaan laboratorium
Kadar lesitin/spingomyelin
Pengecatan nile blue sulphate dapat melihat sel lemak dalam cairan amnion.
Bila jumlah sel yang mengandung lemak melebihi 10%, maka kehamilan diperkirakan
36 minggu dan apabila 50% atau lebih, maka umur kehamilan 39 minggu atau lebih.
10
janindan bahkan kematian janin intrauterin yang dapat meningkat
sampai 2 kali lipat. Timbunan kalsium plasenta meningkat sesuai
dengan progresivitas degenerasi plasenta. Namun beberapa vili
mungkin mengalami degenerasi tanpa mengalami kalsifikasi.
Selaput vaskulosinsisial menjadi tambah tebal dan jumlahnya
berkurang, keadaan ini dapat menurunkan mekanisme transpor
plasenta
Terjadi proses degenerasi jaringan plasenta seperti edema, timbunan
fibrinoid, fibrosis, trombosis intervili dan infark vili
Perubahan biokimia . adanya insufisiensi plasenta menyebabkan
protein plasenta dan kadar DNA di bawah normal, sedangkan
konsentrasi RNA meningkat. Transpor kalsium tidak terganggu , aliran
natrium , kalium dan glukosa menurun. Pengangkutan bahan dengan
berat molekul tinggi seperti asam amino, lemak dan gama globulin
biasanya mengalami gangguan sehingga dapat mengakibatkan
pertumbuhan janin intrauterin.
2. Pengaruh pada janin
Sindroma postmaturitas
Bayi postmatur memiliki tampilan yang unik dan khas, ciri-cirinya meliputi
kulit keriput, tidak merata, terkelupas, tubuh panjang dan kurus yang
menunjukkan wasting, dan maturitas lanjut karena mata bayi terbuka, terlalu
waspada, tamoak tua dan khawatir. Pengerutan kulit dapat sangat mencolok
11
pada telapak tangan dan telapak kaki. Kuku-kuku umunya panjang.
Kebanyakan bayi postmatur tersebut secara teknis tidak mengalami hambatan
pertumbuhan karena berat lahir mereka jarang turun dibawah persentil 10
untuk usia kehamilan, sebaliknya hambatan pertumbuhan yang berat yang
secara logis terjadi sebelum 42 minggu lengkap mungkin terjadi.
Berdasarkan derajat insufisiensi plasenta yang terjadi, postmaturitas ini dapat
dibagi dalam 3 stadium :
1. Stadium I yaitu kulit menunjukkan kehilangan verniks kaseosa dan terjadi
maserasi seperti kulit kering, rapuh, dan mudah mengelupas.
2. Stadium II seperti stadium I dan disertai pewarnaan mekonium (kehijauan
) di kulit.
3. Stadium III seperti stadium I dan disertai dengan pewarnaan kekuningan
pada kuku, kulit, dan tali pusat.
Berat janin
Bila terjadi perubahan anatomik yang besar pada plasenta, maka terjadi
penurunan berat janin. Dari penelitian vorher tampak bahwa sesudah umur
kehamilan 36 minggu grafik rata-rata pertumbuhan janin mendatar dan tampak
adanya penurunan sesudah 42 minggu. Namun seringkali plasenta masih dapat
berfungsi dengan baik sehingga berat badan janin bertambah terus sesuai
dengan bertambahnya umur kehamilan. Zwerding mengatakan bahwa rata-rata
berat jani 3600 gr sebesar 44,5 % pada kehamilan posterm. Resiko persalinan
bayi dengan berat lebih dari 4000 gr pada kehamilan posterm meningkat 2-4
kali lebih besar dari kehamilan aterm.
Gawat janin atau kematian perinatal menunjukkan angka meningkat setelah
kehamilan 42 minggu atau lebih, sebagian besar terjadi intra partum.
Umumnya disebabkan oleh:
Makrosomia yang dapat menyebabkan terjadinya distosia pada
persalinan, fraktur klavikula, palsi Erb-Duchene, sampai kematian
bayi
Insufisiensi plasenta yang berakibat:
- Pertumbuhan janin terhambat
12
- Oligohidramnion: terjadi kompresi tali pusat, keluar meconium
yang kental, perubahan abnormal jantung janin.
- Hipoksia janin
- Keluarnya meconium yang ebrakibat dapat terjadi aspirasi
meconium pada janin.
Cacat bawaan: terutama akibat hypoplasia adrenal dan anensefalus.
Komplikasi yang dapat dialami oleh bayi baru lahir ialah suhu yang tak stabil,
hipoglikemi, polisitemia, dan kelainan neurologic.
13
kemunduran fungsi plasenta dari oligohidramnion. Kematian janin neonatus
meningkat 5-7% pada persalinan 42 minggu atau lebih.
1) Bila serviks telah matang (dengan nilai Bishop >5) dilakukan induksi persalinan
dan dilakukan pengawasan intrapartum terhadap jalannya persalinan dan
keadaan janin. Induksi pada serviks yang telah matang akan menurunkan risiko
kegagalan ataupun persalinan tindakan.
2) Bila serviks belum matang, perlu dinilai keadaan janin lebih lanjut apabila
kehamilan tidak diakhiri:
a) NST dan penilaian volume kantong amnion. Bila keduanya normal,
kehamilan dapat dibiarkan berlanjut dan penilaian janin dilanjutkan
seminggu dua kali.
b) Bila ditemukan oligohidramnion (<2 cm pada kantong yang vertikal atau
indeks cairan amnion <5) atau dijumpai deselerasi variabel pada NST,
maka dilakukan induksi persalinan.
c) Bila volume cairan amnion normal dan NST tidak reaktif, tes pada
konstraksi (CST) harus dilakukan. Bila hasil CST positif, terjadi
deselerasi lambat berulang, variabilitas abnormal (<5/20 menit)
menunjukkan penurunan fungsi plasenta janin, mendorong agar janin
segera dilahirkan dengan mempertimbangkan bedah sesar. Sementara
itu, bila CST negatif kehamilan dapat dibiarkan berlangsung dan
penilaian janin dilakukan lagi 3 hari kemudian.
d) Keadaan serviks (skor Bishop) harus dinilai ulang setiap kunjungan
pasien dan kehamilan dapat diakhiri bila serviks matang.
e) Kehamilan lebih dari 42 minggu diupayakan diakhiri.
14
e) Cegah terjadinya aspirasi mekonium dengan segera mengusap wajah neonatus
dan dilanjutkan resusitasi sesuai dengan prosedur pada janin dengan cairan
ketuban bercampur mekonium.
f) Segera setelah lahir, bayi harus segera diperiksa terhadap kemungkinan
hipoglikemi, hipovolemi, hipotermi, dan polisitemi.
g) Pengawasan ketat terhadap neonatus dengan tanda-tanda postmaturitas.
h) Hati-hati kemungkinan terjadinya distosia bahu.
Perlu kita sadari bahwa persalinan adalah saat paling berbahaya bagi janin
postterm sehingga setiap persalinan kehamilan postterm harus dilakukan
pengamatan ketat dan sebaiknya dilaksanakan di rumah sakit dengan pelayanan
operatif dan perawatan neonatal yang memadai.
2.2.1. Definisi5
Hambatan lahir yang diakibatkan oleh disparitas ukuran kepala janin dan
pelvis maternal.5
Disproporsi sefalopelvik adalah keadaan yang menggambarkan ketidak
sesuaian antara kepala janin dan panggul ibu sehingga janin tidak dapat keluar melalui
vagina. Disproporsi sefalopelvik disebabkan oleh panggul sempit, janin yang besar
ataupun kombinasi keduanya.6
15
merupakan panjang konjugata diagonalis 1,3 cm. Konjugata vera yaitu jarak dari
pinggir atas simfisis ke promontorium yang dihitung dengan mengurangi konjugata
diagonalis 1,5 cm, panjangnya lebih kurang 11 cm. Konjugata obstetrika merupakan
konjugata yang paling penting yaitu jarak antara bagian tengah dalam simfisis dengan
promontorium, Selisih antara konjugata vera dengan konjugata obstetrika sedikit
sekali.6
16
c. Kelainan jalan lahir (passage), misalnya panggul sempit, tumor yang
mempersempit jalan lahir.6
Selain panggul sempit dengan ukuran yang kurang dari normal, juga terdapat
panggul sempit lainnya. Panggul ini digolongkan menjadi empat, yaitu:
a) Kelainan karena gangguan pertumbuhan intrauterine: panggul Naegele,
panggul Robert, split pelvis, panggul asimilasi.
b) Kelainan karena kelainan tulang dan/ sendi: rakitis, osteomalasia,
neoplasma, fraktur, atrofi, nekrosis, penyakit pada sendi sakroiliaka dan sendi
sakrokoksigea.
c) Kelainan panggul karena kelainan tulang belakang: kifosis, skoliosis,
spondilolistesis.
d) Kelainan panggul karena kelainan pada kaki: koksitis, luksasio koksa, atrofi
atau kelumpuhan satu kaki. Setiap penyempitan pada diameter panggul yang
mengurangi kapasitas panggul dapat menyebabkan distosia saat persalinan.
penyempitan dapat terjadi pada pintu atas panggul, pintu tengah panggul, pintu bawah
panggul, atau panggul yang menyempit seluruhnya.6
17
rintangan bagi lewatnya kepala janin. Penyempitan pintu tengah panggul lebih sering
dibandingkan pintu atas panggul. Hal ini menyebabkan terhentunya kepala janin pada
bidang transversal sehingga perlu tindakan forceps tengah atau seksio sesarea.
Penyempitan pintu tengah panggul belum dapat didefinisikan secara pasti seperti
penyempitan pada pintu atas panggul.6
18
menimbulkan terjadinya kesulitan dalam 1proses melahirkan janin yang beratnya
kurang dari 4500gram. Kesulitan dalam persalinan biasanya terjadi karena kepala 24
janin besar atau kepala keras yang biasanya terjadi pada postmaturitas tidak dapat
memasuki pintu atas panggul, atau karena bahu yang lebar sulit melalui rongga
panggul. Bahu yang lebar selain dapat ditemukan pada janin yang memiliki berat
badan lebih juga dapat dijumpai pada anensefalus. Janin dapat meninggal selama
proses persalinan dapat terjadi karena terjadinya asfiksia dikarenakan selama proses
kelahiran kepala anak sudah lahir, akan tetapi karena lebarnya bahu mengakibatkan
terjadinya macet dalam melahirkan bagian janin yang lain. Sedangkan penarikan
kepala janin yang terlalu kuat ke bawah dapat mengakibatkan terjadinya cedera pada
nervus brakhialis dan muskulus sternokleidomastoideus.6
2.2.10. Diagnosis
2.2.11. Tatalaksana
20
BAB III
LAPORAN KASUS
RPT :-
21
RPO :-
TTP : 13/01/2018
1. Hamil ini.
Sensorium Composmentis
Tekanan darah 120/80 mmHg
Nadi per menit 80 x/menit
Pernapasan per menit 20 x/menit
Suhu 36,8oC
Anemia Tidak ada
Ikterus Tidak ada
Sianosis Tidak ada
Dispnoe Tidak ada
Edema Tidak Ada
Tanda dehidrasi Tidak ada
Kelainan fisik Tidak ada
22
3.5.2 Status Obstetrikus
Palpasi
3 jari diatas pusat (34 cm)
Leopold I
Leopold II Kanan
His (-)
3.5.4 Inspekulo
3.6.1 USG-TAS
23
BPD : 91,4 mm
AC : 32 nm
FL : 3,4 cm
Plasenta Fundal Grade III
Kesan: IUP (41-42) minggu + PK + AH
24
HIV Kualitatif Negatif Negatif Negatif
KGD ad random 73.49 mg/dl <140
SGOT 27,00 U/L 0,00-40,00
SGPT 17,77 U/L 0,00-40,00
ALP 180.45 U/L 30,00-142,00
Albumin - g/dl 3,60-5,00
Ureum 17,45 mg/dl 10,00-50,00
Kreatinin 0,50 mg/dl 0,60-1,20
Proteinuria Negatif Negatif
Natrium 145.00 mmol/L 136,00-155,00
Kalium 3.90 mmol/L 3,50-5,50
Chlorida 121,00 mmol/L 95,00-103,00
3.8 TERAPI
IVFD RL 20 gtt/i
Inj. Ceftriaxon 2 gr (skin test)
3.9 RENCANA
Persiapan SC
Terapi :
- Bed rest
- IVFD RL + Oxytocin 10 IU 20 gtt/i
- Inj. Ceftriaxon 1gr/ 12 jam
- Inj. Ketorolac 30mg/ 8 jam
- Inj. Ranitidin 50 gr/ 12 jam
25
Rencana : Awasi perdarahan, vital sign dan kontraksi uterus
3.11 FOLLOW UP
25/01/2018 26/01/2018
S: Nyeri luka operasi (+) S: Nyeri luka operasi (+)
Sens : compos mentis Sens : compos mentis
TD : 130/80 mmHg TD : 120/80 mmHg
HR : 100x/i HR : 86x/i
RR : 22x/i RR : 18x/i
Temp : 36.5 ̊c Temp : 36.7 ̊c
Anemis :- Anemis :-
Sianosis :- Sianosis :-
Dyspnoe : - Dyspnoe : -
Edema :- Edema :-
Abdomen : soepel, Abdomen : soepel,
peristaltic (+) normal peristaltic (+) normal
TFU : 2 jari bawah pusat TFU : 2 jari bawah pusat
P/V : (-) , lokia (+) rubra P/V : (-) , lokia (+) rubra
BAB/BAK: (+) normal BAB/BAK: (+) normal
Post SC a/i PG + KDR (41-42) Post SC a/i PG + KDR (41-42)
minggu + PK + AH + CPD + NH1 minggu + PK + AH + CPD + NH2
26
RR : 20x/i
Temp : 36.5 ̊c
Anemis :-
Sianosis :-
Dyspnoe : -
Edema :-
Abdomen : soepel,
peristaltic (+) normal
TFU : 2 jari bawah pusat
P/V : (-) , lokia (+) rubra
BAB/BAK: (+) normal
Post SC a/i PG + KDR (41-42)
minggu + PK + AH + CPD + NH3
IVFD RL 20 gtt/i
Inj. Ceftriaxon 1gr/ 12 jam
Inj. Ketorolac 30mg/ 8 jam
Inj. Ranitidin 50 gr/ 12 jam
R/ PBJ
27
LAPORAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA
Pada tanggal 24 January 2018 pukul 12.45 WIB dengan SC a/I PG + KDR (41-
42) minggu + PK + AH + CPD. Lahir bayi Perempuan dengan BB: 2900 gr; PB:
46 cm; Apgar score 8/9 ; Anus (+)
- Pasien dibaringkan dimeja operasi dalam posisi supine di bawah spinal anestesi
dengan infus dan kateter terpasang baik.
- Dilakukan tindakan aseptik dengan larutan antiseptik povidone iodine 10% dan
alkohol 70% pada dinding abdomen kemudian ditutup dengan doek steril kecuali
pada lapangan operasi
- Dilakukan insisi pfanenstiel kutis, subkutis, sampai fascia lalu disisipkan pinset
anatomis di belahan fascia, digunting kekiri dan kekanan. Otot dipisahkan ke kiri
dan kanan. Peritoneum diklem dan digunting ke atas dan bawah. Tampak cairan
di cavum abdomen sekitar 100 cc.
- Identifikasi SBR. Dilakukan insisi low cervical pada uterus hingga
subendometrium. Tampak uterus gravidarum sesuai usia kehamilan,
- Endometrium ditembus secara tumpul, kemudian dilebarkan sesuai arah sayatan.
Tampak selaput ketuban menonjol, dipecahkan keluar air ketuban bercampur
mekonium.
- Dengan meluksir kepala, lahir bayi perempuan, BB 2900 gr, PB 46 cm, AS 8/9,
anus (+)
- Tepi insisi uterus dijepit dengan 4 oval klem, Tali pusat diklem di dua tempat dan
digunting diantaranya. Plasenta dilahirkan secara manual, kesan lengkap. Kavum
uteri dibersihkan dengan kasa terbuka dari sisa selaput plasenta dan darah.
- Ujung luka insisi uterus dijahit dengan hemostatic suture figure of eight,
kemudian luka insisi uterus dijahit secara continous, lalu dilakukan overhecting.
- Identifikasi bekas luka insisi uterus yg telah dijahit, kesan perdarahan terkontrol.
- Evaluasi tuba ovarium kanan-kiri, kesan dalam batas normal. Dilakukan
pengikatan pada kedua tuba kanan-kiri, lalu digunting dan dilakukan sterilisasi
pomeroy pada tuba kanan dan kiri.
- Cavum abdomen dibersihkan dari sisa darah dan bekuan darah hingga bersih.
28
- Peritoneum dijepit pada 4 tempat, lalu dijahit dengan plain catgut secara
continous, kemudian dilakukan penjahitan aproksimasi otot dinding abdomen
dengan plain catgut secara simple.
- Kedua ujung fascia dijepit dengan kocher, kemudian dijahit secara continous
dengan vicryl no.1. Subkutis dijahit secara simple dengan plain catgut. Kutis
dijahit secara subkutikuler dengan vicryl no 3.0
- Luka operasi ditutup dengan sufratulle, kassa steril dan hypafix
- Liang vagina dibersihkan dengan kapas lysol dari sisa darah dan bekuan darah
hingga bersih. Keadaan umum ibu post operasi stabil
29
BAB IV
ANALISA KASUS
Pasien ini merupakan pasien yang didiagnosa dengan “PG + KDR (41-42)
minggu + PK + AH + CPD” karena memiliki beberapa kriteria yang termasuk di
dalam kriteria diagnosis dari Post date 14 hari seperti usia kehamilan yang lewat
waktu 14 hari dari waktu seharusnya yaitu 40 minggu.
Penyebab dari kehamilan lewat waktu ini belum diketahui pasti. Sebelumnya
keluarga pasien yaitu Ibu pasien pernah mengalami kehamilan lewat waktu. Faktor
herediter merupakan salah satu faktor yang dianggap dapat memicu kehamilan lewat
waktu.
Pada pasien ini dilakukan Sectio Caesarea dengan kehamilan dalam Rahim
41-42 minggu dengan ada tanda tanda inpartu. Indikasi dilakukan nya Sectio
Caesarea pada pasien ini karena tidak dapat dilakukan partus pervaginam pada pasien
ini karna pasien ini juga didiagnosa dengan CPD (Cephalopelvic Disproportion).
CPD adalah Hambatan lahir yang diakibatkan oleh disparitas ukuran kepala janin dan
pelvis maternal dimana ditatalaksana dengan seksio sesarea bila ditemukan tanda
CPD.
30
BAB V
PERMASALAHAN
Permasalahan:
1. Sampai sejauh mana tindakan yang kita berikan pada pasien ini dengan
kapasitas kita sebagai dokter umum ?
31