Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN NY. N DENGAN POST TERM DI RS UNDATA PALU


RUANGAN POLIK ANC

oleh:

AHMAD RIZKY BAKHTIAR NIM N21020005

UNIVERSITAS TADULAKO FAKULTAS KEDOKTERAN


PRODI DIII KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN
“POST TERM”

I. KONSEP TEORITIS
A. Definisi
Kehamilan post term adalah kehamilan yang berlangsung melebihi 42 minggu
yaitu kehamilan memanjang, kehamilan lewat bulan, kehamilan posterm dan
pascamaturitas. Kehamilan lewat bulan merupakan suatu kondisi antepartum yang
dibedakan dengan sindrom pasca maturitas dan merupakan kondisi neonatal yang
didiagnosis setelah pemerikasaan bayi baru lahir. Definisi standar untuk kehamilan
lewat bulan adalah 294 hari setelah hari pertama menstruasi terakhir atau 280 hari
setelah ovulasi. Istilah lewat bulan (postdate) digunakan karena tidak menyatakan
secara langsung pemahaman mengenai lama kehamilan dan maturitas janin. (Varney
H., 2011).
Ketika usia kehamilan melewati usia 42 minggu plasenta akan mengecil dan
fungsinya menurun. Mengakibatkan kemampuan plasenta untuk menyediakan
makanan semakin berkurang dan janin akan menggunakan persediaan lemak dan
karbohidratnya sendiri sebagai sumber energy. Sehingga laju pertumbuhan janin
menjadi lambat. Jika plasenta tidak dapat menyediakan oksigen yang cukup selama
persalinan, bisa terjadi gawat janin, sehingga janin menjadi rentan terhadap
cedera otak dan organ lainnya. Cedera tersebut merupakan resiko terbesar pada
seorang bayi post-matur dan untuk mencegah terjadinya hal tersebut, banyak dokter
yang melakukan induksi persalinan jika suatu kehamilan telah lebih 42 minggu.

B. Etiologi
Etiologinya masih belum pasti. Faktor yang dikemukakan adalah hormonal yaitu
kadar progesteron tidak cepat turun walaupun kehamilan telah cukup bulan, sehingga
kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang (Mochtar, Rustam, 2010). Diduga
adanya kadar kortisol yang rendah pada darah janin. Selain itu, kurangnya air
ketuban dan insufisiensi plasenta juga diduga berhubungan dengan kehamilan lewat
waktu. Fungsi plasenta memuncak pada usia kehamilan 38-42 minggu,
kemudian menurun setelah 42 minggu, terlihat dari menurunnya kadar estrogen dan
laktogen plasenta. Terjadi juga spasme arteri spiralis plasenta. Akibatnya dapat
terjadi gangguan suplai oksigen dan nutrisi untuk hidup dan tumbuh kembang janin
intrauterin. Sirkulasi uteroplasenta berkurang sampai 50%.Volume air ketuban juga
berkurang karena mulai terjadi absorpsi. Keadaan-keadaan ini merupakan kondisi
yang tidak baik untuk janin. Risiko kematian perinatal pada bayi postmatur cukup
tinggi : 30% prepartum, 55% intrapartum, 15% postpartum.
Menurut Sarwono Prawirohardjo dalam bukunya (Ilmu Kebidanan, 2013) faktor
penyebab kehamilan postterm adalah:
1. Pengaruh Progesteron
Penurunan hormon progesteron dalam kehamilan dipercaya merupakan kejadian
perubahan endokrin yang penting dalam memacu proses biomolekuler pada
persalinan dan meningkatkan sensitivitas uterus terhadap oksitosin , sehingga
terjadinya kehamilan dan persalinan postterm adalah karena masih
berlangsungnya pengaruh progesteron.
2. Teori Oksitosin
Pemakaian oksitosin untuk induksi persalinan pada kehamilan postterm memberi
kesan atau dipercaya bahwa oksitosin secara fisiologis memegang peranan
penting dalam menimbulkan persalinan dan pelepasan oksitosin dari
neurohipofisis ibu hamil yang kurang pada usia kehamilan lanjut diduga sebagai
salah satu faktor penyebabnya.
3. Teori Kortisol/ACTH Janin
Dalam teori ini diajukan bahwa sebagai “pemberi tanda” untuk dimulainya
persalinan adalah janin, diduga akibat peningkatan tiba-tiba kadar kortisol
plasma janin. Kortisol janin akan mempengaruhi plasenta sehingga produksi
progesteron berkurang dan memperbesar sekresi estrogen, selanjutnya
berpengaruh terhadap meningkatnya produksi prostaglandin. Pada cacat bawaan
janin seperti anansefalus, hipoplasia adrenal janin, dan tidak adanya kelenjar
hipofisis pada janin akan menyebabkan kortisol janin tidak diproduksi dengan
baik sehingga kehamilan dapat berlangsung lewat bulan.
4. Saraf Uterus
Tekanan pada ganglion servikalis dari pleksus Frankenhauser akan
membangkitkan kontraksi uterus. Pada keadaan di mana tidak ada tekanan pada
pleksus ini, seperti pada kelainan letak, tali pusat pendek dan bagian bawah
masih tinggi kesemuanya diduga sebagai penyebabnya.
5. Heriditer
Beberapa penulis menyatakan bahwa seseorang ibu yang mengalami kehamilan
postterm mempunyai kecenderungan untuk melahirkan lewat bulan pada
kehamilan berikutnya. Mogren (2010) seperti dikutip Cunningham, menyatakan
bahwa bilamana seseorang ibu mengalami kehamilan postterm saat melahirkan
anak perempuan, maka besar kemungkinan anak perempuannya mengalami
kehamilan postterm.

C. Patofisiologi
Penyebab dari pada terjadinya bayi lahir postmatur adalah faktor hormonal, yaitu
kadar progesteron tidak cepat turun walaupun kehamilan telah cukup bulan,
sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang (Mochtar, Rustam, 1999).
Diduga adanya kadar kortisol yang rendah pada darah janin. Selain itu, kurangnya
air ketuban dan insufisiensi plasenta juga diduga berhubungan dengan kehamilan
lewat waktu. Fungsi plasenta memuncak pada usia kehamilan 38-42 minggu,
kemudian menurun setelah 42 minggu, terlihat dari menurunnya kadar estrogen dan
laktogen plasenta. Terjadi juga spasme arteri spiralis plasenta. Akibatnya dapat
terjadi gangguan suplai oksigen dan nutrisi untuk hidup dan tumbuh kembang janin
intrauterin. Sirkulasi uteroplasenta berkurang sampai 50%. Sehingga janin dapat
mengalamo pengecilan ukuran janin dan kurang nutrisi. Volume air ketuban
juga berkurang karena mulai terjadi absorpsi pada organ ginjal dan usus dari janin.
Mekonium yang diaspirasi kembali oleh janin mengakibatkan sindrom aspirasi
mekonium yang dapat mengakibatkan atelektasis. Keadaan-keadaan ini
merupakan kondisi yang tidak baik untuk janin. Risiko kematian perinatal pada
bayi postmatur cukup tinggi : 30% prepartum, 55% intrapartum, 15% postpartum.
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi yang mungkin terjadi antara lain:
1. Volume cairan amnion mengalami penurunan sekitar 300 ml.
2. Berkurangnya berat badan Ibu (lebih dari 1,4 kg/minggu).
3. Berkurangnya ukuran lingkar perut (akibat berkurangnya cairan amnion)
4. Cairan amnion keruh, terdapat feces bayi, resiko terjadi aspirasi
mekonium.
5. O2 supply kepada janin mengalami penurunan: Resiko asfiksi.
6. Hipoglikemy pada janin, akibat kurang asupan dan simpanan glukosa.
Pada janin:
1. Janin tampak seperti berusia term/ cukup umur, namun terkadang tampak telah
tua 1-3 minggu.
2. Janin panjang dan kurus (akumulasi lemak menurun), namun dapat pula terjadi
peningkatan berat janin
3. Kulit agak pucat dengan deskuamasi
4. Vernix casiosa menipis, kulit kering dan pecah-pecah
5. Kuku janin panjang terkadang terisi dengan mekonium
6. Terdapat akumulasi scalp pada rambut janin
7. Tali pusat layu dan berwarna kuning
8. Palpasi kepala janin mengeras.

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Usia kehamilan ditentukan dengan menghitung HPHT (Hari Pertama Haid
Terakhir) di kurangi dengan hari pemeriksaan ibu. Usia kehamilan diatas 42
minggu menandakan terjadinya Bayi Lahir Postmatur.
2. Pemeriksaan antenatal yang teratur diikuti dengan tinggi dan naiknya fundus
uteri dapat membantu penegakan diagnosis Bayi Lahir Postmatur.
3. Pemeriksaan rontgenologi pada janin dapat dijumpai telah terjadi penulangan
pada bagian distal femur, baguan proksimal tibia, tulang kuboid diameter
biparietal 9,8 atau lebih.
4. USG: ukuran diameter biparietal, gerakan janin yang mengalami perubahan
semakin aktif maupun semakin lemah dan jumlah air ketuban mengalami
penurunan.
5. Pemeriksaan sitologik air ketuban : biru Nil, maka sel – sel yang mengandung
lemak akan berwarna jingga.
a. Melebihi 10% = kehamilan diatas 36 minggu
b. Melebihi 50% = kehamilan diatas 39 minggu
6. Amnioskopi : melihat derajat kekeruhan air ketuban, tampak kekeruhan karena
bercampur mekonium
7. Kardiotografi: mengidentifikasi denyut jantung janin, penurunan DJJ terjadi
karena insufiensi plasenta
8. Uji oksitosin ( stress test), yaitu dengan infus tetes oksitosin dan diawasi reaksi
janin terhadap kontraksi uterus. Jika ternyata reaksi janin kurang baik, hal ini
mungkin janin akan berbahaya dalam kandungan dan dapat segera dilakukan SC
9. Pemeriksaan kadar estriol dalam urin ibu
10. Pemeriksaan pH darah janin : menentukan derjat hipoksia, mupun intrepretasi
asidosis/alkalosis pada janin.

F. Penatalaksanaan
1. Setelah usia kehamilan lebih dari atau sama dengan 40-42 minggu monitoring
janin secara intensif
2. Nonstress test (NST) dapat dua kali dalam seminggu, yang dimulai saat
kehamilan berusia 41 minggu dan berlanjut hingga persalinan untuk melakukan
pilihan antara persalinan tanpa intervensi persalinan yang di induksi atau secara
sectio caesaria.
3. Apabila tidak ada tanda-tanda insufisiense plasenta, persalinan spontan dapat
ditunggu dengan pengawasan ketat
4. Lakukan pemeriksaan dalam untuk menilai kematangan serviks, kalau sudah
matang boleh dilakukan induksi persalinan spontan dengan atau tanpa
amniotomi. Bila :
a. Riwayat kehamilan yang lalu ada kematian janin dalam rahim.
b. Terdapat hipertensi, pre-eklampsia.
c. Kehamilan ini adalah anak pertama karena infertilitas.
d. Pada kehamilan > 40-42 minggu.
e. Pada persalinan pervaginam harus diperhatikan bahwa partus lama akan
sangat merugikan bayi, janin postmatur kadang-kadang besar dan
kemungkinan
diproporsi sefalo-pelvik dan distosia janin perlu dipertimbangkan (Rustam
Mochtar, Sinopsis Obstetri Jilid I, 1998).
5. Tindakan operasi seksio sesarea dapat dipertimbangkan pada :
a. Insufisiensi plasenta dengan keadaan serviks belum matang
b. Pembukaan yang belum lengkap, persalinan lama dan terjadi gawat janin,
atau
c. Pada primigravida tua, kematian janin dalam kandungan, pre-eklampsia,
hipertensi menahun, anak berharga (infertilitas) dan kesalahan letak janin.
6. Penatalaksanaan aktif pada kehamilan lewat bulan :
a. Induksi persalinan
Induksi persalinan adalah persalinan yang dilakukan setelah servik matang
dengan menggunakan prostaglandin E2 (PGE2) bersama oksitosin, dan
prostaglandin terbukti lebih efektif sebagai agens yang mematangkan servik
dibanding oksitosin.
b. Metode lain yang digunakan untuk menginduksi persalinan (misalnya
minyak jarak, stimulasi payudara, peregangan servik secara mekanis),
memiliki kisaran keberhasilan secara beragam dan atau sedikit penelitian
untuk menguatkan rekomendasinya.
c. Metode hormon untuk induksi persalinan :
1) Oksitosin yang digunakan melalui intravena dengan catatan servik
sudah matang.
2) Prostaglandin dapat digunakan untuk mematangkan servik
sehingga lebih baik dari oksitosin namun kombinasi keduanya
menunjukkan hal yang positif.
3) Misprostol adalah suatu tablet sintetis analog PGE1 yang diberikan
intravagina (disetujui FDA untuk mencegah ulkus peptikum, bukan
untuk induksi)
4) Dinoproston Merk dagang cervidil suatu preparat PGE2, tersedia dalam
dosis 10 mg yang dimasukkan ke vagina ( disetujui FDA untuk induksi
persalinan pada tahun 1995).
5) Predipil yakni suatu sintetis preparat PGE2 yang tersedia dalam bentuk
jel 0,5 mg deng diberika intraservik (disetujui FDA untuk induksi
persalinan pada tahun 1993).
d. Metode non hormon Induksi persalinan
1) Pemisahan ketuban
Prosedurnya dikenal dengan pemisahan atau mengusap ketuban
mengacu pada upaya memisahkan membran amnion dari bagian servik
yang mudah diraih dan segmen uterus bagian bawah. Mekanisme
kerjanya memungkinkan melepaskan prostaglandin ke dalam sirkulasi
ibu. Pemisahan hendaknya jangan dilakukan jika terdapat ruptur
membran yang tidak disengaja dan dirasa tidak aman baik bagi ibu
maupun bagi janin. Pemisahan memban serviks tidak dilakukan pada
kasus – kasus servisitis, plasenta letak rendah, maupun plasenta previa,
posisi yang tidak diketahui, atau perdarahan pervaginam yang tidak
diketahui.
2) Amniotomi yakni pemecahan ketuban secara sengaja
3) Pompa Payudara dan stimulasi puting.
Penggunaan cara ini relatif lebih aman karena menggunakan metode
yang sesuai dengan fisiologi kehamilan dan persalinan. Penanganannya
dengan menstimulasi putting selama 15 menit diselingi istirahat dengan
metode kompres hangat selama 1 jam sebanyak 3 kali perhari.
4) Minyak jarak
Ingesti minyak jarak 60 mg yang dicampur dengan jus apel maupun jus
jeruk dapat meningkatkan angka kejadian persalinan spontan jika
diberikan pada kehamilan cukup bulan.
5) Kateter foley atau Kateter balon.
Secara umum kateter dimasukkan kedalam servik kemudian balon di isi
udara 25 hingg 50 mililiter untuk menjaga kateter tetap pada tempatnya.
Beberapa uji klinis membuktikan bahwa teknik ini sangat efektif

G. Komplikasi
1. Terhadap Ibu
Persalinan postmatur dapat menyebabkan distosis karena aksi uterus tidak
terkoordinir, janin besar, Air ketuban berkurang dan makin kental, moulding
kepala kurang. Maka akan sering dijumpai partus lama, kesalahan letak, iners
uteri, distosia bahu dan perdarahan postpartum. Hal ini akan menaikkan
angka mordibitas dan mortalitas.
2. Terhadap Janin
Jumlah kematian janin/ bayi pada kehamilan 43 minggu tiga kali lebih besar dari
kehamilan 40 minggu karena post maturitas akan menambah bahaya pada janin.
Pengaruh post maturitas pada janin bervariasi yaitu berat badan janin dapat
bertambah besar serhingga memerlukan tindakan persalinan, tetap dan ada yang
berkurang sesudah kehamilan 42 minggu, Pertumbuhan janin makin lambat,
Berkurangnya nutrisi dan O2 ke janin yang menimbulkan asfiksia akibat
makrosomia, aspirasi mekonium, hipoksia dan hipoglikemia dan setiap saat dapat
meninggal di rahim, terjadi perubahan metabolisme janin, Ada pula yang bisa
terjadi kematian janin dalam kandungan (IUFD).
3. Suhu yang tidak stabil.
4. Hipoglikemi.
5. Polisitemia.
6. Kelainan neurogenik.
DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, Ida Bagus Gede. 2010, Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita.Jakarta :


Arcan
Manuaba. 2013. Ilmu Kebidanan, Kandungan dan KB. Jakarta : EGC
Nurarif, Amir H ; Kusuma, H. 2013. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
NANDA-NIC-NOC. Jilid 2. Mediaction Publishing : Jakarta
Pranoto. 2012. Ilmu Kebidanan. Yogyakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Prawiroharjo, Sarwono.2013. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo.
Rustam. 2011. Sinopsis Obstetri Jilid I. Jakarta : EGC
Saifudin. 2011. Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yogyakarta :
Yayasan Bina Pustaka Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Varney, Helen Dkk.2010, Buku Ajar Asuhan Kebidanan ed.4 vo1. Jakarta.EGC

Anda mungkin juga menyukai