Anda di halaman 1dari 10

BAB 1

PENDAHULUAN

Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uteri mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai
permulaan persalinan (4)

Pada setiap kehamilan diperlukan pengetahuan yang tepat mengenai batas usia gestasional
janin. Pengetahuan ini menjadi sangat penting jika kehamilan mengalami komplikasi.
Sayangnya dengan berbagai alasan usia gestasional sering tidak diketahui, bahkan mungkin
keliru. Ini dapat terjadi bila ibu hamil tidak mengikuti perawatan antenatal yang cukup lama
sehingga semua kejadian yang penting untuk mengenali usia gestasional tersebut sudah
berlalu atau terlupakan. Dengan tidak diketahuinya usia gestasional yang akurat, ketepatan
pertumbuhan janin tidak dapat ditentukan dan akan menyebabkan kekeliruan yang serius
dalam penatalaksanaan pasien(1)
Kekhawatiran dalam menghadapi kehamilan postdate adalah meningkatnya resiko kesakitan
dan kematian perinatal. Resiko kematian perinatal meningkat 3 kali dibandingkan dengan
kehamilan aterm. Di samping itu ada pula komplikasi yang sering menyertai seperti : letak
defleksi, posisi oksiput posterior, distosia bahu dan perdarahan post partum (2)
Preeklampsia merupakan penyakit yang masih merupakan penyebab utama kematian ibu dan
penyebab kematian perinatal tertinggi di Indonesia. pemeriksaan antenatal yang teratur dan
secara rutin untuk mencari tanda preeklampsia yaitu hipertensi dan proteinuria sangat
penting dalam usaha pencegahan, disamping pengendalian faktor-faktor predisposisi lain
(Sudinaya, 2003).

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI
Kehamilan Post Date atau Postterm disebut juga kehamilan serotinus yaitu kehamilan yang
berlangsung sampai 42 minggu atau lebih dihitung dari hari pertama haid terakhir menurut
rumus neagle dengan siklus rata-rata 28 hari(1)
Preeklamsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi yang timbul setelah 20 minggu
kehamilan dan disertai dengan proteinuria.14
Preeklamsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan/atau edema setelah
umur kehamilan 20 minggu atau
2.2 ETIOLOGI(1,2,3)

1. Penurunan kadar estrogen


Pada kehamilan normal kadar estrogen umumnya tinggi,dan dengan usia kehamilan yang
makin bertambah menyebabkan membran janin khususnya menjadi kaya akan dua jenis
glikofosfolipid

yaitu

fosfatililinosipol

dan

fosfatililetinolamin,

yang

keduanya

mengandung arakidonat pada posisi-sn-2. Janin manusia tampaknya memicu persalinan


melalui mekanisme tertentu yang belum dipahami dengan jelas, sehingga terjadi
pemecahan arakidonat dari kedua senyawa glikofosfolipid ini , dengan demikian
arakidonat tersedia untuk konversi menjadi PGE-2 dan PGE-2 yang selanjutnya akan
menstimulasi penipisan serviks dan kontraksi ritmik uterus yang menjadi ciri khas
persalinan normal.
2. Kadar Progesteron yang tidak cepat turun walaupun kehamilan telah cukup bulan, sehingga
uterus kurang peka terhadap oksitosin.
3. Faktor stress

Nwosu dkk. menemukan perbedaan dalam rendahnya kadar kortisol dalam darah bayi
sehingga disimpulkan kerentanan terhadap steress merupakan faktor tidak timbulnya his
selain kurangnya air ketuban dan insufisiensi plasenta.

2.3 PATOFISIOLOGI(4,5,6)
Fungsi plasenta mencapai puncaknya ada kehamilan 38 minggu dan kemudian mulai
menurun terutama setelah 42 minggu. Hal ini dapat dibuktikan dengan penurunan estriol dan
plasental laktogen. Rendahnya fungsi plasenta berkaitan dengan peningkatan kejadian gawat
janin dengan resiko 3 kali. Permasalahan kehamilan lewat waktu adalah plasenta tidak
sanggup memberikan nutrisi dan pertukaran

CO2/O2 akibat tidak timbul his sehingga

pemasakan nutrisi dan O2 menurun menuju janin di samping adanya spasme arteri spiralis
menyebabkan janin resiko asfiksia sampai kematian dalam rahim. Makin menurun sirkulasi
darah menuju sirkulasi plasenta dapat mengakibatkan pertumbuhan janin makin lambat dan
penurunan berat disebut dismatur, sebagian janin bertambah besar sehingga memerlukan
tindakan operasi persalinan, terjadi perubahan metabolisme janin, jumlah air ketuban
berkurang dan makin kental menyebabkan perubahan abnormal jantung janin.

2.4 DIAGNOSIS(2,3)
A. Pemeriksaan Umur Kehamilan
1. Bila hari pertama haid terakhir dicatat dan diketahui wanita hamil, diagnosa tidak
sukar.
2. Bila wanita hamil tidak tahu, lupa, atau sejak melahirkan yang lalu tidak mendapat
haid

lalu hamil, maka akan sukar memastikannya. Hanya dengan pemeriksaan

antenatal yang teratur dapat diikuti tinggi dan naiknya fundus uteri secara serial dalam
sentimeter, mulainya gerkan janin, besarnya janin, pemeriksaan berat badan ibu
(kapan berkurang), dan lingkaran
B. Pemeriksaan Fungsi Plasenta/Keadaan Janin

1. Secara klinis : anamnesa dan gerakan janin, pertambahan berat badan dan lingkar perut
ibu.
2. Amnioskopi : warna dan kekeruhan air ketuban, verniks kaseosa hilang.
3. USG : evaluasi air ketuban secara serial, gerakan janin dan keadaan plasenta.
4. Kardiotokografi : mengawasi detak jantung janin.
5. Uji Oksitosin
Dengan infus tetes oksitosin dan diawasi reaksi janin terhadap kontraksi uterus. Jika
ternyata reaksi janin kurang baik maka ini menunjukan janin bahaya dalam
kandungan.
C. Laboratorium
Pemeriksaan kadar estriol urine dan darah, HPL dan HSAP.

2.5 PENATALAKSANAAN(1,2,3)
1. Pada postdate prinsipnya harus dilakukan terminasi kehamilan
2. Diusahakan kehamilan jangan lewat 10 hari dari tanggal perkiraan persalinan.
3.Kalau kehamilan pasti lebih dari 40 minggu dilakukan induksi partus dan terminasi.
4. Pada primitua, terminasi kehamilan dilakukan pada tanggal perkiraan persalinan
5. Setelah kehamilan lebih dari 40 minggu sanpai dengan 42 minggu yang penting
adalah monitoring janin sebaik-baiknya, dengan cara :
a. Non Stress Test (test tanpa tekanan)
Bila memperoleh hasil non reaktif maka nilai spesifisitas 98,8% menunjukan
kemungkinan besar janin baik. Bila diteruskan dengan test tekanan dengan hasil

positif, hal ini menunjukkan penurunan fungsi plasenta janin. Terminasi dilakukan
dengan sectio caesarea.

b. Gerakan janin
Secara subjektif normal rata-rata adalah 7 kali per 20 menit. Secara objektif dengan
kardiotokografi normal rata-rata adalah 10 kali per 20 menit. Jika dengan
kardiotokografi terdapat deselerasi berulang, variabilitas abnormal mekoneum maka
terminasi dilakukan dengan sectio caesarea.

2.6 KOMPLIKASI(4)
1. Oligohidramnion
Air ketuban normal pada kehamilan 34-37 minggu adalah 1000cc, aterm 800cc, dan
lebih dari 42 minggu 400cc. Akibat oligohidramnion adalah amnion menjadi kental
karena mekonium (diaspirasi oleh janin), asfiksia intrauterin (gawat janin), pada in
partu (aspirasi air ketuban, nilai Apgar rendah, sindrom gawat paru, bronkus paru
tersumbat sehingga menimbulkan atelektasis).

2. Makrosomia
Dengan plasenta yang masih baik, dapat terjadi tumbuh kembang janin dengan berat
4500 gram yang disebut makrosomia. Akibatnya terhadap persalinan adalah perlu
dilakukannya tindakan operatif seksio sesaria, dapat menjadi trauma persalinan karena
distosia bahu yang menimbulkan kematian bayi, atau trauma jalan lahir ibu.

3. Diwarnai Mekonium
Mekonium keluar karena refleks vagus terhadap usus. Peristaltik usus dan terbukanya
sfingter ani membuat mekonium keluar. Aspirasi air ketuban yang disertai mekonium
dapat menimbulkan pernafasan bayi atau janin, gangguan sirkulasi bayi setelah lahir,
dan hipoksia intrauterin sampai kematian janin.

4. Dismaturitas bayi
Pada kehamilan 37 minggu, lias plasenta 11 m2 selanjutnya, terjadi penurunan fungsi
sehingga plasenta tidak berkembang atau terjadi klasifikasi dan aterosklerosis
pembuluh darah. Penurunan kemampuan nutrisi plasenta menimbulkan perubahan
metabolisme menuju an aerob sehingga terjadi badan keton dan asidosis. Terjadi
dismaturitas dengan gejala Clifford yang ditandai dengan:
1. Kulit : subkutan berkurang dan diwarnai mekonium;
2. Otot makin lemah;
3. Kuku tampak panjang;
4. Tampak keriput;
5. Tali pusat lembek, mudah tertekan dan disertai oligohidramnion.

BAB III
RINGKASAN
Kehamilan Post Date atau Postterm disebut juga kehamilan serotinus yaitu kehamilan yang
berlangsung sampai 42 minggu atau lebih dihitung dari hari pertama haid terakhir menurut
rumus neagle dengan siklus rata-rata 28 hari
Etiologi pasti belum diketahui. Beberapa teori yang dikemukakan:
1. Penurunan kadar estrogen
2. Kadar Progesteron yang tidak cepat turun walaupun kehamilan telah cukup
bulan, sehingga uterus kurang peka terhadap oksitosin.
3. Faktor stress
Penetapan diagnosisnya bisa dilakukan dengan cara:
1. Pemeriksaan Umur Kehamilan
2. Pemeriksaan Fungsi Plasenta/Keadaan Janin
3. Laboratorium

Pada postdate prinsipnya harus dilakukan terminasi kehamilan

Diusahakan kehamilan jangan lewat 10 hari dari tanggal perkiraan persalinan.

Kalau kehamilan pasti lebih dari 40 minggu dilakukan induksi partus dan
terminasi.

Pada primitua, terminasi kehamilan dilakukan pada tanggal perkiraan persalinan

Setelah kehamilan lebih dari 40 minggu sanpai dengan 42 minggu yang penting
adalah monitoring janin sebaik-baiknya, dengan cara :
a. Non Stress Test (test tanpa tekanan)
b. Gerakan janin

STATUS PASIEN

IDENTITAS PASIEN

Nama

:Ny. Y

Umur

:28 thn

Alamat

:Nganjuk

Pekerjaan

:IRT

MKB

:8-11-2014 jam 11.24

ANAMNESIS

Keluhan Utama: Kehamilan lebih dari 42 minggu

Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien kiriman bidan datang dengan keluhan kehamilan lebih dari 42 minggu
dengan disertai anemia dan trombositopenia. Belum ada his, cairan ketuban
belum pecah, dan tidak keluar lendir darah.

Riwayat Penyakit dahulu (disangkal)

HPHT : 18-01-2014

HPL : 25-10-2014

UK: 42 minggu 2 hari

Riwayat Persalinan Yang Lalu :

I. Spontan/2700gr/7th

II. Hamil Ini

PEMERIKSAAN FISIK
Status Umum
Kesadaran

compos mentis

Keadaan umum

cukup

Tensi

110/80 mmHg

Nadi

89 x/mnt

Suhu axillar

36,5 OC

Edema

-/-

Status Obstetrik
TFU

: 33 cm

Letak janin

: letak kepala

DJJ

: (+) 136x/menit

Pemeriksaan dalam :
Pembukaan

1 cm

Eff

10 %

Selaput ketuban

(+)

Presentasi

kepala

Hodge

DIAGNOSIS
GII P1-1 4142 mgg T/H + Postdate
PENATALAKSANAAN
Tes darah lengkap, Urine Lengkap, Uric Acid
Observasi Tanda Inpartu
Bila Inpartu, Pro spontan B

RESUME

Pasien kiriman bidan datang dengan keluhan kehamilan lebih dari 42 minggu dengan
disertai anemia dan trombositopenia. Belum ada his, cairan ketuban belum pecah, dan
tidak keluar lendir darah.
Diagnosis: GII P1-1 4142 mgg T/H + Postdate
Pasien mendapat tanda-tanda pengobatan seperti berikut:
Tes darah lengkap, Urine Lengkap, Uric Acid
Observasi Tanda Inpartu
Bila Inpartu, Pro spontan B

DAFTAR PUSTAKA
1. Prawirohardjo, Sarwono. ILMU KEBIDANAN. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.P.T. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.Jakarta.2009:683-701
2. Karkata M,K,dkk.Kehamilan Postterm Dalam Pedoman Diagnosis-Terapy dan Bagan
Alir Pelayanan Pasien.SMF Obstetri dan Ginekologi FK UNUD.RS Sanglah.
Denpasar:2003
3. Mansjoer A,dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1 edisi ketiga. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Media Aesculapius. Jakarta. 2000: 300
4. Manuaba IBG. 2008. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana
Untuk Pendidikan Bidan.Jakarta: EGC.
5. Wiknjosastro, hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
6. Mochtar, Rustam. (2008) .Sinopsis obstetri : obstetri operatif, obstetri sosial, jilid
2.Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai