Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN POSTTERM

Nama : Andika Aji Maulana

NIM : E.0105.20.004

STIKES BUDI LUHUR CIMAHI

D3 KEPERAWATAN
A. Definisi
Kehamilan post term adalah kehamilan yang berlangsung melebihi 42 minggu
yaitu kehamilan memanjang, kehamilan lewat bulan, kehamilan posterm dan
pascamaturitas. Kehamilan lewat bulan merupakan suatu kondisi antepartum yang
dibedakan dengan sindrom pasca maturitas dan merupakan kondisi neonatal yang
didiagnosis setelah pemerikasaan bayi baru lahir. Definisi, standar untuk kehamilan
lewat bulan adalah 294 hari setelah hari pertama menstruasi terakhir atau 280 hari
setelah ovulasi. Istilah lewat bulan (postdate) digunakan karena tidak menyatakan
secara langsung pemahaman mengenai lama kehamilan dan maturitas janin. (Varney
H., 2007).
Ketika usia kehamilan melewati usia 42 minggu plasenta akan mengecil dan
fungsinya menurun. Mengakibatkan kemampuan plasenta untuk menyediakan
makanan semakin berkurang dan janin akan menggunakan persediaan lemak dan
karbohidratnya sendiri sebagai sumber energy. Sehingga laju pertumbuhan janin
menjadi lambat. Jika plasenta tidak dapat menyediakan oksigen yang cukup selama
persalinan, bisa terjadi gawat janin, sehingga janin menjadi rentan terhadap cedera
otak dan organ lainnya. Cedera tersebut merupakan resiko terbesar pada seorang bayi
post-matur dan untuk mencegah terjadinya hal tersebut, banyak dokter yang
melakukan induksi persalinan jika suatu kehamilan telah lebih 42 minggu.
B. Etiologi
Etiologinya masih belum pasti. Faktor yang dikemukakan adalah hormonal
yaitu kadar progesteron tidak cepat turun walaupun kehamilan telah cukup bulan,
sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang (Mochtar, Rustam, 1999).
Diduga adanya kadar kortisol yang rendah pada darah janin. Selain itu, kurangnya air
ketuban dan insufisiensi plasenta juga diduga berhubungan dengan kehamilan lewat
waktu. Fungsi plasenta memuncak pada usia kehamilan 38-42 minggu, kemudian
menurun setelah 42 minggu, terlihat dari menurunnya kadar estrogen dan laktogen
plasenta Terjadi juga spasme arteri spiralis plasenta. Akibatnya dapat terjadi
gangguan suplai oksigen dan nutrisi untuk hidup dan tumbuh kembang janin
intrauterin. Sirkulasi uteroplasenta berkurang sampai 50%. Volume air ketuban juga
berkurang karena mulai terjadi absorpsi. Keadaan-keadaan ini merupakan kondisi
yang tidak baik untuk janin. Risiko kematian perinatal pada bayi postmatur cukup
tinggi: 30% prepartum, 55% intrapartum, 15% postpartum.
Menurut Sarwono Prawirohardjo dalam bukunya (Ilmu Kebidanan, 2008) faktor
penyebab kehamilan postterm adalah:
1. Pengaruh Progesteron
Penurunan hormon progesteron dalam kehamilan dipercaya merupakan
kejadian perubahan endokrin yang penting dalam memacu proses
biomolekuler pada persalinan dan meningkatkan sensitivitas uterus terhadap
oksitosin, sehingga terjadinya kehamilan dan persalinan postterm adalah
karena masih berlangsungnya pengaruh progesteron.
2. Teori Oksitosin
Pemakaian oksitosin untuk induksi persalinan pada kehamilan postterm
memberi kesan atau dipercaya bahwa oksitosin secara fisiologis memegang
peranan penting dalam menimbulkan persalinan dan pelepasan oksitosin dari
neurohipofisis ibu hamil yang kurang pada usia kehamilan lanjut diduga
sebagai salah satu faktor penyebabnya.
3. Teori Kortisol/ACTH
Janin 1 Dalam teon ini diajukan bahwa sebagai "pemberi tanda untuk
dimulainya persalinan adalah janin, diduga akibat peningkatan tiba-tiba kadar
kortisol plasma janin. Kortisol janin akan mempengaruhi plasenta sehingga
produksi progesteron berkurang dan memperbesar sekresi estrogen,
selanjutnya berpengaruh terhadap meningkatnya produksi prostaglandin. Pada
cacat bawaan janin seperti anansefalus, hipoplasia adrenal janin, dan tidak
adanya kelenjar hipofisis pada janin akan menyebabkan kortisol janin tidak
diproduksi dengan baik sehingga kehamilan dapat berlangsung lewat bulan.
4. Saraf Uterus
Tekanan pada ganglion servikalis dari pleksus Frankenhauser akan
membangkitkan kontraksi uterus. Pada keadaan di mana tidak ada tekanan
pada pleksus ini, seperti pada kelainan letak, tali pusat pendek dan bagian
bawah masih tinggi kesemuanya diduga sebagai penyebabnya.
5. Heriditer
Beberapa penulis menyatakan bahwa seseorang ibu yang mengalami
kehamilan postterm mempunyai kecenderungan untuk melahirkan lewat bulan
pada kehamilan berikutnya. Mogren (1999) seperti dikutip Cunningham,
menyatakan bahwa bilamana seseorang ibu mengalami kehamilan postterm
saat melahirkan anak perempuan, maka besar kemungkinan anak
perempuannya mengalami kehamilan postterm.
C. Manifestasi Klinis
Manifestasi yang mungkin terjadi antara lain:
1. Volume cairan amnion mengalami penurunan sekitar 300 ml.
2. Berkurangnya berat badan Ibu (lebih dari 1,4 kg/minggu).
3. Berkurangnya ukuran lingkar perut (akibat berkurangnya cairan amnion)
4. Cairan amnion keruh, terdapat feces bayi resiko terjadi aspirasi mekonium.
5. 02 supply kepada janin mengalami penurunan: Resiko asfiksi
6. Hipoglikemy pada janin, akibat kurang asupan dan simpanan glukosa
Pada janin:
1. Janin tampak seperti berusia term/ cukup umur, namun terkadang tampak telah
tua 1-3 minggu.
2. Janin panjang dan kurus (akumulasi lemak menurun), namun dapat pula terjadi
peningkatan berat janin
3. Kulit agak pucat dengan deskuamasi
4. Vernix casiosa menipis, kulit kering dan pecah-pecah
5. Kuku janin panjang terkadang terisi dengan meconium
6. Terdapat akumulasi scalp pada rambut janin 7. Tali pusat layu dan berwarna
kuning
7. Palpasi kepala janin mengeras.
D. Komplikasi
1. Terhadap Ibu
Persalinan postmatur dapat menyebabkan distosis karena aksi uterus tidak
terkoordinir, janin besar, Air ketuban berkurang dan makin kental, moulding
kepala kurang Maka akan sering dijumpai partus lama, kesalahan letak, inersia
uteri, distosia bahu dan perdarahan postpartum. Hal ini akan menaikkan angka
mordibitas dan mortalitas.
2. Terhadap Janin
Jumlah kematian janin/ bayi pada kehamilan 43 minggu tiga kali lebih besar dari
kehamilan 40 minggu karena post maturitas akan menambah bahaya pada janin.
Pengaruh post maturitas pada janin bervariasi yaitu berat badan janin dapat
bertambah besar serhingga memerlukan tindakan persalinan, tetap dan ada yang
berkurang sesudah kehamilan 42 minggu, Pertumbuhan janin makin lambat.
Berkurangnya nutrisi dan O: ke janin yang menimbulkan asfiksia akibat
makrosomia, aspirasi mekonium, hipoksia dan hipoglikemia dan setiap saat dapat
meninggal di rahim, terjadi perubahan metabolisme janin, Ada pula yang bisa
terjadi kematian janin dalam kandungan (IUFD).
3. Suhu yang tidak stabil.
4. Hipoglikemi.
5. Polisitemia
6. Kelainan neurogenik.
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Usia kehamilan ditentukan dengan menghitung HPHT (Hari Pertama Haid
Terakhir) di kurangi dengan hari pemeriksaan ibu. Usia kehamilan diatas 42
minggu menandakan terjadinya Bayi Lahir Postmatur.
2. Pemeriksaan antenatal yang teratur dikuti dengan tinggi dan naiknya fundus uteri
dapat membantu penegakan diagnosis Bayi Lahir Postmatur.
3. Pemeriksaan rontgenologi pada janin dapat dijumpai telah terjadi penulangan pada
bagian distal femur, baguan proksimal tibia, tulang kuboid diameter biparietal 9,8
atau lebih.
4. USG: ukuran diameter biparietal, gerakan janin yang mengalami perubahan
semakin aktif maupun semakin lemah dan jumlah air ketuban mengalami
penurunan.
5. Pemeriksaan sitologik air ketuban: biru Nil, maka sel-sel yang mengandung lemak
akan berwarna jingga.
a. Melebihi 10% kehamilan diatas 36 minggu
b. Melebihi 50% kehamilan diatas 39 minggu
6. Ammoskopi melihat derajat kekeruhan air ketuban, tampak kekeruhan karena
bercampur meconium.
7. Kardiotografi: mengidentifikasi denyut jantung janin, penurunan DJJ terjadi
karena insufiensi plasenta.
8. Uji oksitosin ( stress test), yaitu dengan infus tetes oksitosin dan diawasi reaksi
janin terhadap kontraksi uterus. Jika ternyata reaksi janin kurang baik, hal ini
mungkin janin akan berbahaya dalam kandungan dan dapat segera dilakukan SC.
9. Pemeriksaan kadar estriol dalam urin ibu
10. Pemeriksaan pH darah janin menentukan derjat hipoksia, maupun intrepretasi
asidosis/alkalosis pada janin.
F. Penatalaksanaan
1. Setelah usia kehamilan lebih dari atau sama dengan 40-42 minggu monitoring janin
secara intensif.
2. Nonstress test (NST) dapat dua kali dalam seminggu, yang dimulai saat kehamilan
berusia 41 minggu dan berlanjut hingga persalinan untuk melakukan pilihan antara
persalinan tanpa intervensi persalinan yang di induksi atau secara sectio caesaria.
3. Apabila tidak ada tanda-tanda insufisiense plasenta, persalinan spontan dapat
ditunggu dengan pengawasan ketat.
4. Lakukan pemeriksaan dalam untuk menilai kematangan serviks, kalau sudah matang
boleh dilakukan induksi persalinan spontan dengan atau tanpa amniotomi. Bila :
a. Riwayat kehamilan yang lalu ada kematian janin dalam rahim.
b. Terdapat hipertensi, pre-eklampsia.
c. Kehamilan ini adalah anak pertama karena infertilitas.
d. Pada kehamilan> 40-42 minggu.
e. Pada persalinan pervaginam harus diperhatikan bahwa partus lama akan sangat
merugikan bayi, janin postmatur kadang-kadang besar dan kemungkinan
diproporsi sefalo-pelvik dan distosia janin perlu dipertimbangkan (Rustam
Mochtar, Sinopsis Obstetri Jilid 1, 1998).
5. Tindakan operasi seksio sesarea dapat dipertimbangkan pada:
a. Insufisiensi plasenta dengan keadaan serviks belum matang.
b. Pembukaan yang belum lengkap, persalinan lama dan terjadi gawat janin, atau
c. Pada primigravida tua, kematian janin dalam kandungan, pre eklampsia, hipertensi
menahun, anak berharga (infertilitas) dan kesalahan letak janin.
6. Penatalaksanaan aktif pada kehamilan lewat bulan:
a. Induksi persalinan Induksi persalinan adalah persalinan yang dilakukan setelah
servik matang dengan menggunakan prostaglandin E2 (PGE2) bersama oksitosin,
dan prostaglandin terbukti lebih efektif sebagai agens yang mematangkan servik
dibanding oksitosin.
b. Metode lain yang digunakan untuk menginduksi persalinan (misalnya minyak
jarak, stimulasi payudara, peregangan servik secara mekanis), memiliki kisaran
keberhasilan secara beragam dan atau sedikit penelitian untuk menguatkan
rekomendasinya.
c. Metode hormon untuk induksi persalinan:
 Oksitosin yang digunakan melalui intravena dengan catatan servik sudah
matang.
 Prostaglandin dapat servik sehingga lebih digunakan baik dari untuk
mematangkan oksitosin namun kombinasi keduanya menunjukkan hal
yang positif.
 Misprostol adalah suatu tablet sintetis analog PGE1 yang diberikan
intravagina (disetujui FDA untuk mencegah ulkus peptikum, bukan untuk
induksi).
 Dinoproston Merk dagang cervidil suatu preparat PGE2, tersedia dalam
dosis 10 mg yang dimasukkan ke vagina ( disetujui FDA untuk induksi
persalinan pada tahun 1995).
 Predipil yakni suatu sintetis preparat PGE2 yang tersedia dalam bentuk jel
0,5 mg deng diberika intraservik (disetujui FDA untuk induksi persalinan
pada tahun 1993).
d. Metode non hormon Induksi persalinan:
 Pemisahan ketuban
Prosedurnya dikenal dengan pemisahan atau mengusap ketuban mengacu
pada upaya memisahkan membran amnion dari bagian servik yang mudah
diraih dan segnen uterus bagian bawah. Mekanisme kerianya
memungkinkan melepaskan prostaglandin ke dalam sirkulasi ibu.
Pemisahan hendaknya jangan dilakukan jika terdapat ruptur membran
yang tidak disengaja dan dirasa tidak aman baik bagi ibu maupun bagi
janin. Pemisahan memban serviks tidak dilakukan pada kasus kasus
servisitis. plasenta letak rendah, maupun plasenta previa, posisi. yang tidak
diketahui, tidak diketahui. atau perdarahan pervaginam yang tidak
diketahui.
 Amniotomi yakni pemecahan ketuban secara sengaja.
 Pompa Payudara dan stimulasi puting. Penggunaan cara ini relatif lebih
aman karena menggunakan metode yang sesuai dengan fisiologi
kehamilan dan persalinan. Penanganannya dengan menstimulasi putting
selama 15 menit diselingi istirahat dengan metode kompres hangat selama
1 jam sebanyak 3 kali perhari.
 Minyak jarak
Ingesti minyak jarak 60 mg yang dicampur dengan jus apel maupun jus
jeruk dapat meningkatkan angka kejadian persalinan spontan jika
diberikan pada kehamilan cukup bulan.
 Kateter foley atau Kateter balon. Secara umum kateter dimasukkan
kedalam servik kemudian balon di isi udara 25 hingg 50 mililiter untuk
menjaga kateter tetap tempatnya. teknik ini sangat efektif eberapa klinis
membuktikan bahwa).
G. Klasifikasi
Menurut Prawiroharjo (2009), klasifikasi pada bayi lewat bulan adalah:
1. Stadium 1 yaitu kulit menunjukan kehilangan verniks kaseosa dan terjadi maserasi
seperti kulit kering, rapuh dan mudah mengelupas.
2. Stadium II seperti stadium I dan disertai pewarnaan meconium (kehijauan) dikulit.
3. Stasium III seperti stadium I dan disertai dengan pewarnaan kekuningan pada
kuku, kulit, dan tali pusat.
H. Prognosis
Beberapa ahli menyatakan kehamilan lewat bulan jika lebih dari 41 minggu
karena angka mordibitas dan mortalitas neonatus meningkat setelah usia 40 minggu.
Namun sekitar 18 % kehamilan akan berlanjut melebihi 41 minggu hingga 7% akan
menjadi 42 minggu tergantung populasi dan kriteria yang digunakan.
Seringnya kesalahan dalam mendefinisikan postmatur diperlukan deteksi
sedini mungkin untuk menghindari kesalahan dalam menentukan usia kehamilan. Jika
TP telah ditentukan pada trimester terakhir atau berdasarkan data yang tidak dapat
diandalkan, maka data yang terkumpul sering menunjukkan peningkatan resiko lahir
mati seiring peningkatan usia kehamilan lebih dari 40 minggu.
Penyebab bayi lahir mati tidak mudah dipahami dan juga tidak ada
kesepakatan tentang pendekatan yang paling tepat guna mencegah kematian tersebut.
(Varney H., 2007). Apabila diambil batas waktu 42 minggu frekuensinya adalah 10,4
12%. Apabila diambil batas waktu 43 minggu frekuensinya adalah 3.4 -4% (Mochtar,
R., 1998).
I. Patofisiologi
Penyebab dari pada terjadinya bayi lahir postmatur adalah faktor hormonal,
yaitu kadar progesteron tidak cepat turun walaupun kehamilan telah cukup bulan,
sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang (Mochtar, Rustam, 1999).
Diduga adanya kadar kortisol yang rendah pada darah janin. Selain itu, kurangnya air
ketuban dan insufisiensi plasenta juga diduga berhubungan dengan kehamilan lewat
waktu. Fungsi plasenta memuncak pada usia kehamilan 38-42 minggu, kemudian
menurun setelah 42 minggu, terlihat dari menurunnya kadar estrogen dan laktogen
plasenta. Terjadi juga spasme arteri spiralis plasenta. Akibatnya dapat terjadi
gangguan suplai oksigen dan nutrisi untuk hidup dan tumbuh kembang janin
intrauterin. Sirkulasi uteroplasenta berkurang sampai 50%. Sehingga janin dapat
mengalamo pengecilan ukuran janin dan kurang nutrisi. Volume air ketuban juga
berkurang karena mulai terjadi absorpsi pada organ ginjal dan usus dari janin.
Mekonium yang diaspirasi kembali oleh janin mengakibatkan sindrom aspirasi
mekonium yang dapat mengakibatkan atelektasis. Keadaan-keadaan ini merupakan
kondisi yang tidak baik. untuk janin. Risiko kematian perinatal pada bayi postmatur
cukup tinggi: 30% prepartum, 55% intrapartum, 15% postpartum.
J. Pengkajian
a) Nama, umur, alamat, dll.
b) Keluhan utama
Keluhan ditanyakan untuk mendukung data diagnosa dan mengetahui apa yang
dirasakan ibu. Pada waktu pengkajian yang dirasakan oleh ibu adalah cemas dan
takut, karena ibu belum juga bersalin. Ibu mengatakan hari perkiraan lahir sudah
lewat (Manuaba IBG, 2001; h. 226)
c) Riwayat penyakit sekarang
d) Riwayat penyakit dahulu
e) Riwayat penyakit keluarga
f) Tanyakan HPHT
HPHT (hari pertama haid terakhir) dikaji dengan tepat untuk mengetaui usia
kandungan apakah sudah aterm atau belum, karena bila dijumpai umur kehamilan
ibu melewati 42 minggu sudah bisa dipastikan bahwa kehamilan ibu postterm
(Prawirohardjo S, 2005; h. 317).
g) Status obstetric
h) Apa aktivitas ibu dirumah
i) Apakah janin bergerak aktif
j) Riwayat kehamilan sekarang dan dahulu
 Apakah ibu secara rutin memeriksakan kehamilanny, kemana dan dengan
siapa ibu memeriksakan kehamilannya.
 Apakah ada masalah selama ibu hamil dan apakah ibu pernah menderita
suatu penyakit (asma, hipertensi, DM, dll).
 Apakah ibu mempunyai masalah selama persalinan terdahulu/ sebelumnya.
 Berat badan ibu sebelum hamil dan sewaktu hamil, berapa penambahan
berat badan ibu.
K. Pathway

Persalinan lewat waktu (postterm)

Pada Ibu Kehamilan Seronitus Pada Janin

Meningkat Inersia uteri Pendarahan pasca


nya persalinan Suplai nutrisi dan oksigen Penuaan Plasenta
kecemasan Kesulitan/ ke janin terus berlanjut
pada ibu gangguan Fungsi plasenta
karea Penurunan jumlah
dalam menurun
persalinan HB dalam darah
persalinan Pertumbuhan dan
yang lama
perkembangan janin Suplai nutrisi dan
Persalinan Suplai O2 ke oksigen ke janin
dengan jaringan menurun
Ansietas tindakan BB meningkat
BBLR
Hipoksia jaringan
Atonia BB meningkat
Bayi besar
Utari
Perfusi perifer
tidak efektif Sectio cesar dan
Resiko cedera janin
episiotomy
Resiko
Perdarahan
Nyeri akut Resiko infeksi
L. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


1 Mayor Persalinan lewat waktu Nyeri Akut
DS: (postterm)
1. Mengeluh nyeri
DO: Suplai nutrisi dan
1. Tampak meringis perkembangan janin
2. Bersifat protektif
3. Gelisah Bb meningkat

4. Frekuensi nadi meningkat


5. Sulit tidur Bayi besar

Minor
Section cesar dan
DS: (Tidak tersedia)
episiotomy
DO:
1. Tekanan darah meningkat
Nyeri akut
2. Pola napas berubah
3. Nafsu makan berubah
4. Proses berfikir terganggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri sendiri
7. Diaphoresis
2 Mayor Pendarahan pasca Perfusi
DS: (Tidak tersedia) persalinan perifer tidak
DO: efektif
1. Pengisian kapiler >3 detik Penurunan jumlah HB
2. Nadi perifer menurun atau dalam darah
tidak teraba
3. Akral teraba dingin Suplai O2 kejaringan

4. Warna kulit pucat menurun

5. Turgor kulit menurun


Minor Hipoksia jaringan

DS:
Perfusi perifer tidak
1. Parastesia
2. Nyeri ekstremitas efektif
(klaudikasi intermiten)
DO:
1. Edema
2. Penyembuhan luka lambat
3. Indeks ankle-brachial
<0,90
4. Bruit femoral
3 Mayor Postterm Ansietas
DS:
1. Merasa bingung Meningkatnya
2. Merasa khawatir dengan kecemasan pada ibu
akibat yang dihadapi karena persalinan yang
3. Sulit berkonsentrasi lama
DO:
1. Tampak gelisah ansietas

2. Tampak tegang
3. Sulit tidur
Minor
DS:
1. Mengeluh pusing
2. Anoreksia
3. Palpitasi
4. Merasa tidak berdaya
DO:
1. Frekuensi napas meningkat
2. Frekuensi nadi meningkat
3. Tekanan darah meningkat
4. Diaphoresis
5. Tremor
6. Muka tampak pucat
7. Suraga bergetar
8. Kontak mata buruk
9. Sering berkemih
10. Berorientasi pada masalalu
4 Faktor Risiko : Inersia uteri Resiko
perdarahan
1. Aneurisma. Kesulitan/ gangguan
2. Gangguan gastrointestinal (misal dalam persalinan
ulkus, polip, varises).
3. Gangguan fungsi hati (misal sirosis Persalinan dengan
hepatitis). tindakan
4. Komplikasi kehamilan (misal
ketuban pecah sebelum waktunya, Atonia utari
plasenta previa/abrupsio,
kehamilan kembar). Resiko perdarahan
5. Komplikasi pasca partum (misal
atoni uterus, retensi plasenta).
6. Gangguan koagulasi (misal
trombositopenia),
7. Efek agen farmakologis.
8. Tindakan pembedahan.
9. Trauma.
10. Kurang terpapar informasi tentang
pencegahan pencegahan
perdarahan.
11. Proses keganasan.

5 Faktor risiko: Persalinan lewat waktu Resiko infeksi


1. Penyakit Kronis (postterm)
2. Efek prosedur Infasif
3. Malnutrisi Suplai nutrisi dan

4. Peningkatan paparan organisme perkembangan janin

patogen lingkungan
Bb meningkat
5. Ketidakadekuatan pertahanan
tubuh perifer :
Bayi besar
 Gangguan peristltik
Section cesar dan
 Kerusakan integritas kulit
episiotomy
 Perubahan sekresi PH
 Penurunan kerja siliaris
Resiko infeksi
 Ketuban pecah lama
 Ketuban pecah sebelum
waktunya
 Merokok
 Statis cairan tubuh
6. Ketidakadekuatan pertahan tubuh
sekunder:
 Penurunan Hemoglobin
 Imunosupresi
 Leukopenia
 Supresi Respon Inflamasi
 Faksinasi tidak adekuat

6 Faktor Risiko: Penuaan plasenta Resiko cedera


pada janin
1. Besarnya ukuran janin Fungsi plasenta
2. Malposisi janin menurun
3. Induksi persalinan
4. Persalinan lama kala I , II dan III Suplai nutrisi dan
5. Disfungsi uterus oksigen kejanin
6. Kecemasan yang berlebihan
tentang proses persalinan BBLR
7. Riwayat persalinan sebelumnya
8. Usia ibu (<15 tahun atau >35 BB meningkat
tahun)
9. Paritas banyak Resiko cedera janin
10. Efek metode/intervensi bedah
selama persalinan
11. Nyeri pada abdomen
12. Nyeri pada jalan lahir
13. Penggunaan alat bantu persalinan
14. Kelelahan
15. Merokok
16. Efek agen farmakologis
17. Pengaruh budaya
18. Pola makan yang tidak sehat
19. Faktor ekonomi
20. Konsumsi alcohol
21. Terpapar agen teratogen

M. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut bd agen pencedera fisik dd prosedur operasi sc
2. Perfusi perifer tidak efektif bd penurunan konsentrasi dd penurunan
jumlah hb dalam darah, suplai O2 kedalam tubuh menurun
3. Ansietas bd krisis situasional dd persalinan yang terlalu lama
4. Resiko perdarahan dd komplikasi pasca partum
5. Resiko infeksi dd efek prosedur invasive
6. Resiko cedera pada janin dd besarnya ukuran janin
N. Rencana Asuhan Keperawatan

No Tujuan & kriteria hasil Intervensi rasional


1 Setelah dilakukan Intervensi utama : Intervensi utama :
intervensi keperawatan Manajemen Nyeri Manajemen Nyeri
nyeri akut membaik Observasi Observasi
dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi lokasi, 1. Identifikasi lokasi,
 Keluhan nyeri karakteristik, durasi, karakteristik, durasi,
menurun frekuensi, kualitas, frekuensi, kualitas,
 Meringis intensitas nyeri intensitas nyeri
menurun 2. Identifikasi skala 2. Identifikasi skala
 Gelisah menurun nyeri nyeri

 Kesulitan tidur 3. Identifikasi respon 3. Identifikasi respon


menurun nyeri non verbal nyeri non verbal
 Frekuensi nadi 4. Identifikasi faktor 4. Identifikasi faktor
membaik yang memperberat yang memperberat
dan memperingan dan memperingan
nyeri nyeri
5. Identifikasi 5. Identifikasi
pengetahuan dan pengetahuan dan
keyakinan tentang keyakinan tentang
nyeri nyeri
6. Identifikasi pengaruh 6. Identifikasi
budaya terhadap pengaruh budaya
respon nyeri terhadap respon
7. Identifikasi pengaruh nyeri
nyeri pada kualitas 7. Identifikasi
hidup pengaruh nyeri pada
8. Monitor keberhasilan kualitas hidup
terapi komplementer 8. Monitor
yang sudah diberikan keberhasilan terapi
9. Monitor efek samping komplementer yang
penggunaan analgetik sudah diberikan
Terapeutik 9. Monitor efek
1. Berikan teknik samping penggunaan
nonfarmakologis analgetik
untuk mengurangi Terapeutik
rasa nyeri (mis. 1. Berikan teknik
TENS, hypnosis, nonfarmakologis
akupresur, terapi untuk mengurangi
musik, biofeedback, rasa nyeri (mis.
terapi pijat, aroma TENS, hypnosis,
terapi, teknik akupresur, terapi
imajinasi terbimbing, musik, biofeedback,
kompres terapi pijat, aroma
hangat/dingin, terapi terapi, teknik
bermain) imajinasi
2. Control lingkungan terbimbing, kompres
yang memperberat hangat/dingin, terapi
rasa nyeri (mis. Suhu bermain)
ruangan, pencahayaan, 2. Control lingkungan
kebisingan) yang memperberat
3. Fasilitasi istirahat dan rasa nyeri (mis. Suhu
tidur ruangan,
4. Pertimbangkan jenis pencahayaan,
dan sumber nyeri kebisingan)
dalam pemilihan 3. Fasilitasi istirahat
strategi meredakan dan tidur
nyeri 4. Pertimbangkan jenis
Edukasi dan sumber nyeri
1. Jelaskan penyebab, dalam pemilihan
periode, dan pemicu strategi meredakan
nyeri nyeri
2. Jelaskan strategi Edukasi
meredakan nyeri 1. Jelaskan penyebab,
3. Anjurkan memonitor periode, dan pemicu
nyri secara mandiri nyeri
4. Anjurkan 2. Jelaskan strategi
menggunakan meredakan nyeri
analgetik secara tepat 3. Anjurkan memonitor
5. Ajarkan teknik nyri secara mandiri
nonfarmakologis 4. Anjurkan
untuk mengurangi menggunakan
rasa nyeri analgetik secara
Kolaborasi tepat
1. Kolaborasi pemberian 5. Ajarkan teknik
analgetik, jika perlu nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika perlu

2 Setelah dilakukan Intervensi utama: Intervensi utama:


intervensi keperawatan Perawatan sirkulasi Perawatan sirkulasi
perfusi perifer tidak Observasi Observasi
efektif membaik dengan 1. Periksa sirkulasi 1. Supaya mengetahui
kriteria hasil : perifer(mis. Nadi sirkulasi perifer(mis.
 Denyut nadi perifer, edema, Nadi perifer, edema,
perifer meningkat pengisian kalpiler, pengisian kalpiler,
 Warna kulit pucat warna, suhu, angkle warna, suhu, angkle
menurun brachial index) brachial index)
 Kelemahan otot 2. Identifikasi faktor 2. Supaya mengetahui
menurun resiko gangguan faktor resiko

 Akral membaik sirkulasi (mis. gangguan sirkulasi

 Turgor kulit Diabetes, perokok, (mis. Diabetes,

membaik orang tua, hipertensi perokok, orang tua,


dan kadar kolesterol hipertensi dan kadar
tinggi) kolesterol tinggi)
3. Monitor panas, 3. Supaya mengetahui
kemerahan, nyeri, atau panas, kemerahan,
bengkak pada nyeri, atau bengkak
ekstremitas pada ekstremitas
Terapeutik Terapeutik
1. Hindari pemasangan 1. Hindari pemasangan
infus atau infus atau
pengambilan darah di pengambilan darah
area keterbatasan di area keterbatasan
perfusi perfusi
2. Hindari pengukuran 2. Hindari pengukuran
tekanan darah pada tekanan darah pada
ekstremitas pada ekstremitas pada
keterbatasan perfusi keterbatasan perfusi
3. Hindari penekanan 3. Hindari penekanan
dan pemasangan dan pemasangan
torniquet pada area torniquet pada area
yang cidera yang cidera
4. Lakukan pencegahan 4. Lakukan pencegahan
infeksi infeksi
5. Lakukan perawatan 5. Lakukan perawatan
kaki dan kuku kaki dan kuku
6. Lakukan hidrasi 6. Lakukan hidrasi
Edukasi Edukasi
1. Anjurkan berhenti 1. Supaya pasien
merokok berhenti merokok
2. Anjurkan berolahraga 2. Supaya pasien
rutin berolahraga rutin
3. Anjurkan mengecek 3. Supaya pasien
air mandi untuk mengecek air mandi
menghindari kulit untuk menghindari
terbakar kulit terbakar
4. Anjurkan 4. Supaya pasien
menggunakan obat menggunakan obat
penurun tekanan penurun tekanan
darah, antikoagulan, darah, antikoagulan,
dan penurun dan penurun
kolesterol, jika perlu kolesterol, jika perlu
5. Anjurkan minum obat 5. Supaya pasien
pengontrol tekakan minum obat
darah secara teratur pengontrol tekakan
6. Anjurkan menghindari darah secara teratur
penggunaan obat 6. Supaya pasien
penyekat beta menghindari
7. Ajurkan melahkukan penggunaan obat
perawatan kulit yang penyekat beta
tepat(mis. 7. Supaya pasien
Melembabkan kulit melahkukan
kering pada kaki) perawatan kulit yang
8. Anjurkan program tepat(mis.
rehabilitasi vaskuler Melembabkan kulit
9. Anjurkan program kering pada kaki)
diet untuk 8. Supaya pasien
memperbaiki program rehabilitasi
sirkulasi( mis. Rendah vaskuler
lemak jenuh, minyak 9. Supaya pasien
ikan, omega3) program diet untuk
10. Informasikan tanda memperbaiki
dan gejala darurat sirkulasi( mis.
yang harus Rendah lemak jenuh,
dilaporkan( mis. Rasa minyak ikan,
sakit yang tidak hilang omega3)
saat istirahat, luka 10. Supaya mengetahui
tidak sembuh, tanda dan gejala
hilangnya rasa) darurat yang harus
dilaporkan( mis.
Rasa sakit yang
tidak hilang saat
istirahat, luka tidak
sembuh, hilangnya
rasa)

3 Setelah dilakukan Intervensi utama: reduksi Intervensi utama: reduksi


intervensi keperawatan ansietas ansietas
ansietas membaik Observasi Observasi
dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi saat 1. Supaya mengetahui
 Verbalisasi tingkat anxietas saat tingkat anxietas
khawatir akibat berubah (mis. berubah (mis.
kondisi yang Kondisi, waktu, Kondisi, waktu,
dihadapi stressor) stressor)
menurun 2. Identifikasi 2. Supaya mengetahui
kemampuan kemampuan
 Perilaku gelisah mengambil keputusan mengambil
menurun 3. Monitor tanda keputusan
 Perilaku teang anxietas (verbal dan 3. Supaya mengetahui
menurun non verbal) tanda anxietas
 Konsentrasi Terapeutik (verbal dan non
membaik 1. Ciptakan suasana  verbal)

 Pola tidur terapeutik untuk Terapeutik

membaik menumbuhkan 1. Supaya Ciptakan


kepercayaan suasana  terapeutik
2. Temani pasien untuk untuk menumbuhkan
mengurangi kepercayaan
kecemasan , jika 2. Temani pasien untuk
memungkinkan mengurangi
3. Pahami situasi yang kecemasan , jika
membuat anxietas memungkinkan
4. Dengarkan dengan 3. Pahami situasi yang
penuh perhatian membuat anxietas
5. Gunakan pedekatan 4. Dengarkan dengan
yang tenang dan penuh perhatian
meyakinkan 5. Supaya mengetahui
6. Motivasi pedekatan yang
mengidentifikasi tenang dan
situasi yang memicu meyakinkan
kecemasan 6. Supaya mengetahui
7. Diskusikan situasi yang memicu
perencanaan  realistis kecemasan
tentang peristiwa yang 7. Supaya mengetahui
akan datang perencanaan 
Edukasi realistis tentang
1. Jelaskan prosedur, peristiwa yang akan
termasuk sensasi yang datang
mungkin dialami Edukasi
2. Informasikan secara 1. Supaya mengetahui
factual mengenai prosedur, termasuk
diagnosis, sensasi yang
pengobatan, dan mungkin dialami
prognosis 2. Supaya mengetahui
3. Anjurkan keluarga factual mengenai
untuk tetap bersama diagnosis,
pasien, jika perlu pengobatan, dan
4. Anjurkan melakukan prognosis
kegiatan yang tidak 3. Supaya keluarga
kompetitif, sesuai untuk tetap bersama
kebutuhan pasien, jika perlu
5. Anjurkan 4. Supaya keluarga
mengungkapkan melakukan kegiatan
perasaan dan persepsi yang tidak
6. Latih kegiatan kompetitif, sesuai
pengalihan, untuk kebutuhan
mengurangi 5. Supaya mengetahui
ketegangan ungkapan perasaan
7. Latih penggunaan dan persepsi
mekanisme 6. Supaya mengetahui
pertahanan diri yang kegiatan pengalihan,
tepat untuk mengurangi
8. Latih teknik relaksasi ketegangan
Kolaborasi 7. Supaya melatih
1. Kolaborasi pemberian penggunaan
obat anti anxietas, jika mekanisme
perlu pertahanan diri yang
tepat
8. Supaya mengetahui
teknik relaksasi
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian obat anti
anxietas, jika perlu
4 Setelah dilakukan Intervensi utama: Intervensi utama:
intervensi keperawatan pencegahan perdarahan pencegahan perdarahan
resiko perdarahan Observasi Observasi
membaik dengan kriteria 1. Monitor tanda dan 1. Supaya mengetahui
hasil : gejala perdarahan tanda dan gejala
 Kelembapan 2. Monitor nilai perdarahan
membrane hematokrit/homoglobi 2. Supaya mengetahui
mukosa n sebelum dan setelah nilai
meningkat kehilangan darah hematokrit/homoglo
 Kelembapan kulit 3. Monitor tanda-tanda bin sebelum dan
meningkat vital ortostatik setelah kehilangan
 Hemoglobin 4. Monitor koagulasi darah
membaik (mis. Prothombin time 3. Supaya mengetahui

 Hematocrit (TM), partial tanda-tanda vital

membaik thromboplastin time ortostatik

 Tekanan darah (PTT), fibrinogen, 4. Supaya mengetahui

membaik degradsi fibrin dan koagulasi (mis.


atau platelet) Prothombin time
 Terapeutik (TM), partial
1. Pertahankan bed rest thromboplastin time
selama perdarahan (PTT), fibrinogen,
2. Batasi tindakan degradsi fibrin dan
invasif, jika perlu atau platelet)
3. Gunakan kasur  Terapeutik
pencegah dikubitus 1. Pertahankan bed rest
4. Hindari pengukuran selama perdarahan
suhu rektal 2. Batasi tindakan
 Edukasi invasif, jika perlu
1. Jelaskan tanda dan 3. Supaya mencegah
gejala perdarahan dikubitus
2. Anjurkan 4. Supaya Hindari
mengunakan kaus pengukuran suhu
kaki saat ambulasi
3. Anjurkan rektal
meningkatkan asupan  Edukasi
cairan untuk 1. Supaya mengetahui
menghindari tanda dan gejala
konstipasi perdarahan
4. Anjurkan menghindari 2. Supaya
aspirin atau mengunakan kaus
antikoagulan kaki saat ambulasi
5. Anjurkan 3. Supaya
meningkatkan asupan meningkatkan
makan dan vitamin K asupan cairan untuk
6. Anjurkan segera menghindari
melapor jika terjadi konstipasi
perdarahan 4. Agar menghindari
 Kolaborasi aspirin atau
1. Kolaborasi pemberian antikoagulan
obat dan mengontrol 5. Agar meningkatkan
perdarhan, jika perlu asupan makan dan
2. Kolaborasi pemberian vitamin K
prodok darah, jika 6. Agar mengetahui
perlu jika terjadi
3. Kolaborasi pemberian perdarahan
pelunak tinja, jika  Kolaborasi
perlu 1. Kolaborasi
pemberian obat dan
mengontrol
perdarhan, jika perlu
2. Kolaborasi
pemberian prodok
darah, jika perlu
3. Kolaborasi
pemberian pelunak
tinja, jika perlu
5 Setelah dilakukan Intervensi utama: Intervensi utama:
intervensi keperawatan Pencegahan infeksi Pencegahan infeksi
resiko infeksi membaik Observasi Observasi
dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi riwayat 1. Agar mengetahui
 Kebersihan kesehatan dan riwayat riwayat kesehatan
badan meningkat alergi dan riwayat alergi
 Kemerahan 2. Identifikasi 2. Agar mengetahui
menurun kontraindikasi kontraindikasi
 Nyeri menurun pemberian imunisasi pemberian imunisasi

 Bengkak 3. Identifikasi status 3. Agar mengetahui

menurun imunisasi setiap status imunisasi

 Kultur area luka kunjungan ke setiap kunjungan ke

membaik pelayanan kesehatan pelayanan kesehatan


Terapeutik Terapeutik
1. Berikan suntikan pada 1. Berikan suntikan
pada bayi dibagian pada pada bayi
paha anterolateral dibagian paha
2. Dokumentasikan anterolateral
informasi vaksinasi 2. Dokumentasikan
3. Jadwalkan imunisasi informasi vaksinasi
pada interval waktu 3. Jadwalkan imunisasi
yang tepat pada interval waktu
Edukasi yang tepat
1. Jelaskan tujuan, Edukasi
manfaat, resiko yang 1. Agar mengetahui
terjadi, jadwal dan tujuan, manfaat,
efek samping resiko yang terjadi,
2. Informasikan jadwal dan efek
imunisasi yang samping
diwajibkan 2. Agar mengetahui
pemerintah imunisasi yang
3. Informasikan diwajibkan
imunisasi yang
melindungiterhadap pemerintah
penyakit namun saat 3. Agar mengetahui
ini tidak diwajibkan imunisasi yang
pemerintah melindungiterhadap
4. Informasikan penyakit namun saat
vaksinasi untuk ini tidak diwajibkan
kejadian khusus pemerintah
5. Informasikan 4. Agar mengetahui
penundaan pemberian vaksinasi untuk
imunisasi tidak berarti kejadian khusus
mengulang jadwal 5. Agar mengetahui
imunisasi kembali penundaan
6. Informasikan pemberian imunisasi
penyedia layanan tidak berarti
pekan imunisasi mengulang jadwal
nasional yang imunisasi kembali
menyediakan vaksin 6. Agar mengetahui
gratis penyedia layanan
pekan imunisasi
nasional yang
menyediakan vaksin
gratis

6 Setelah dilakukan Intervensi utama: Intervensi utama:


intervensi keperawatan Pemantauan denyut Pemantauan denyut
resiko cedera pada janin jantung janin jantung janin
membaik dengan kriteria Observasi Observasi
hasil : 1. Identifikasi status 1. Agar mengetahui
 Toleransi obstetrik status obstetrik
aktivitas 2. Identifikasi riwayat 2. Agar mengetahui
meningkat obstetric riwayat obstetric
 Kejadian cedera 3. Identifikasi adanya 3. Agar mengetahui
menurun penggunaan obat, diet penggunaan obat,
dan merokok
 Luka menurun 4. Identifikasi diet dan merokok
 Tekanan darah pemeriksaan 4. Agar mengetahui
membaik kehamilan pemeriksaan
sebelumnya kehamilan
5. Periksa denyut sebelumnya
jantung janin selama 1 5. Agar mengetahui
menit f. Monitor tanda denyut jantung janin
vital ibu selama 1 menit
Terapeutik 6. Agar mengetahui
1. Atur posisi pasien tanda vital ibu
2. Lakukan maneuver Terapeutik
leopold untuk 1. Agar pasien merasa
menentukan posisi nyaman
janin 2. Agar mengetahui
Edukasi maneuver leopold
1. Jelaskan tujuan dan untuk menentukan
prosedur pemantauan posisi janin
2. Informasikan hasil Edukasi
pemantauan, jika 1. Agar mengetahui
perlu tujuan dan prosedur
3. Perawatan kehamilan pemantauan
2. Agar mengetahui
Intervensi Pendukung: hasil pemantauan,
risiko tinggi jika perlu
Observasi 3. Perawatan
1. Identifikasi faktor kehamilan
risiko kehamilan
2. Identifikasi riwayat Intervensi Pendukung:
obstetric risiko tinggi
3. Identifikasi social dan Observasi
demografi 1. Agar mengetahui
4. Monitor status fisik faktor risiko
dan psikososial kehamilan
selama kehamilan. 2. Agar mengetahui
Terapeutik riwayat obstetric
1. Damping ibu saat 3. Agar mengetahui
merasa cemas social dan demografi
2. Diskusikan 4. Agar mengetahui
ketidaknyamanan status fisik dan
selama hamil psikososial selama
3. Diskusikan persiapan kehamilan.
persalinan dan Terapeutik
kelahiran 1. Damping ibu saat
Edukasi merasa cemas
1. Jelaskan risiko janin 2. Agar mengetahui
mengalami kelahiran ketidaknyamanan
premature selama hamil
2. Anjurkan melakukan 3. Agar ibu
perawatan diri untuk mempersiapkan
meningkatkan persalinan dan
kesehatan kelahiran
3. Anjurkan ibu untuk Edukasi
beraktivitas dan 1. Agar ibu mengetahui
beristirahat yang risiko janin
cukup mengalami kelahiran
4. Ajarkan mengenali premature
tanda bahaya 2. Agar ibu melakukan
Kolaborasi perawatan diri untuk
1. Kolaborasikan dengan meningkatkan
spesialis jika kesehatan
ditemukan tanda dan 3. Agar ibu
bahaya kehamilan beraktivitas denan
cukup
4. Agar pasien
mengenali tanda
bahaya
Kolaborasi
1. Kolaborasikan
dengan spesialis jika
ditemukan tanda dan
bahaya kehamilan

DAFTAR PUSTAKA

PPNI.2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia(SDKI) Edisi I Cetakan

III(Revisi).Jakarta

PPNI.2018.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia(SIKI) Edisi Cetakan


II.Jakarta

PPNI.2019.Standar Luaran Keperawatan Indonesia(SLKI) Edisi Cetakan


II.Jakarta

Scribd.com

Anda mungkin juga menyukai