Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN ANTENATAL SEROTINUS

Disusun Oleh:
Dinar Novaza Pramono
2111040131

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2021
A. Definisi 
Kehamilan Serotinus adalah Kehamilan yang melebihi waktu 42 minggu
sebelum terjadi persalinan (Manuaba, 1998).
Kehamilan Serotinus adalah kehamilan yang melewati 294 hari atau 42
minggu lengkap. Diagnosa usia kehamilan didapatkan dengan perhitungn usia
kehamilan dengan rumus Naegele atau dengan penghitungan tinggi fundus uteri
(Kapita Selekta Kedokteran jilid 1).

B. Etiologi 
Etiologi kehamilan lewat waktu atau kehamilan serotinus sampai saat ini belum
diketahui secara pasti beberapa faktor yang dikemukakan penyebab kehamilan
serotinus adalah:
a. Ketidaktentuan tanggal menstruasi: ketidaksanggupan ibu mengingat HPHT,
perdarahan selama kehamilan, siklus haid tidak teratur, kehamilan dalam masa
pasca persalinan ( oxorn, 2003 ).
b. Hormone penurunan konsentrasi estrogen yang menandai kasus  –   kasus
kehamilan serotinus dianggap merupakan hal penting, karena kadar estrogen tidak
cukup untuk menstimulasi produksi dan penyimpanan glikofosfolipid didalam
membrane janin. Pada jumlah estrogen yang normal dan uterus meningkat sehingga
kepekaan terhadap oksitosin meningkatkan dan merangsang kontraksi (wiliams,
1995)
c. Herediter karena postmaturitas sering dijumpai pada satu keluarga tertentu (
rustam, 1998 )

C. Patofisiologi 
a. Jika plasenta terus berfungsi dengan baik, janin akan terus tumbuh yang
mengakibatkan bayi LGA dengan manifestasi masalah seperti trauma lahir dan
hipoglikemia.
b. Jika fungsi plasenta menurun, janin mungkin tidak mendapatkan nutrisi yang
adekuat. Janin akan menggunakan cadangan lemak subkutan sebagai alergi
penyusutan lemak subkutan terjadi yang mengakibatkan syndrome dismatur janin ,
terdapat 3 tahap sindrom dismaturitas janin:
1. Tahap I insufisiensi plasenta kronis
a. Kulit kering, pecah  –  pecah, mengelupas, longgar dan berkerut.
b. Penampilan malnutrisi
c. Bayi dengan mata terbuka dan terjaga
2. Tahap II insufisiensi plasenta akut
a. Seluruh gambaran tahap I kecuali nomor 3
b. Terwarnai mekoniu
c. Depresi perinatal
3. Tahap III insufisiensi plasenta subakut
 Hasil temuan pada tahap I dan tahap II kecuali nomor 3
 
 Terwarnai hijau dikulit, kuku, tali pusat dan membrane plasenta
 Resiko kematian intrapartum atau kematian neonatus lebih tinggi
 Bayi baru lahir beresiko tinggi terhadap perburukan komplikasi yang berhubungan
dengan perfusi utero plasenta yang terganggu dan hipoksia, misalnya: sindrom
aspirasi mekonium

a. Hipoksia intra uteri kronis menyebabkan peningkatan eritroptia.lin janin dan


produksi sel darah merah yang menyebabkan polisitemia.
b. Bayi postmatur rentan terhadap hipoglokemia karena penggunaan cadangan glikogen
yang cepat.
D. Pathway Serotinus

 Pengaruh progesterone
 Pengaruh oksitosin
 Kortisol (ACTH janin)

Uterus
Biomolekuler (pelepasan oksitosin Kadar
persalinan dari neurohipofisis) Kortisol

Pelepasan Produksi progesterone


oksitosin menurun

Sensitifitas
uterus Sekresi
esterogen

SEROTINUS

ANSIETAS Perubahan plasenta

Tidak adekuat Pembentukan


asupan nutrisi dan infark hemoragik
oksigen pada janin

Distosia
RESIKO
RESIKO persalinan
PENCIDERA
ASFIKSIA FISIK
E. Gambaran klinis 
Gambaran klinis pada kehamilan post matur antara lain:
a. Janin postterm dapat terus bertambah beratnya di dalam uterus dan dengan
demikian menjadi bayi besar yang abnormal pada saat lahir, atau
bertambah berat postterm serta berukuran besar menurut usia gestasionalnya.
b. TFU tidak sesuai dengan umur kehamilan.
c. Pada USG ditemukan adanya oligohidramnion dan penurunan jumlah cairan
amnion disertai dengan kompresi tali pusat yang dapat menimbulkan gawat
janin, termasuk defekasi dan aspirasi mekonium yang kental
d. Pada sisi ekstrim lainnya, lingkungan intrauterin dapat begitu bermusuhan
sehingga pertumbuhan janin yang lebih lanjut akan terhenti dan janin menjadi
postterm serta mengalami retardasi pertumbuhan.

Hasil pengkajian manifestasi klinis meliputi:


a. Bayi panjang, kurus dengan penampilan menyusut, kulit seperti kertas dan kulit kuku
dan tali pusat terwarnai mekonium, kuku panjang dan lanugo tidak ada.
b. Sindrom aspirasi mekonium ditandai dengan hipoksia janin, cairan amnion
yang bercampur dengan mekonium, gawat napas waktu lahir dan mekonium
mengotori pita suara.

F. Penatalaksan Penatalaksanaan medis


Penalaksanaan pada ibu
a. Pengelolaan persalinan
1) Bila sudah dipastikan umur kehamilan 41 minggu, pengelolaan tergantung dari
derajat kematangan serviks. 2.
2) Bila serviks matang (skor bishop > 5)
- Dilakukan induksi persalinan asal tidak ada janin besar, jika janin lebih 4000
gram, dilakukan SC.
- Pemantauan intrapartum dengan mempergunakan KTG dan kehadiran dokter
spesialis anak apalagi bila ditemukan mekonium mutlak diperlukan. 3.
3) Pada serviks belum matang (skor bishop < 5) kita perlu menilai keadaan janin
lebih lanjut apabila kehamilan tidak diakhiri.
- NST dan penilaian kantung am  NST dan penilaian kantung amnion. Bila
keduanya no nion. Bila keduanya normal kehamilan dibiarkan rmal
kehamilan dibiarkan  berlanjut dan penilaian jani  berlanjut dan penilaian
janin dilanjutkan seminggu n dilanjutkan seminggu 2 kali. 2 kali.
- Bila ditemukan oligohidramnion (< 2 cm pada kantung yang vertikal atau
indeks cairan amnion < 5) atau dijumpai deselerasi variabel pada NST, maka
dilakukan induksi persalinan.
- Bila volume cairan amnion normal dan NST tidak Bila volume cairan
amnion normal dan NST tidak reaktif, test dengan kontraksi tif, test dengan
kontraksi (CST) harus dilakukan. Hasil CST positif janin perlu dilahirkan,
bila CST negatif kehamilan dibiarkan berlangsung dan penilaian janin
dilakukan lagi 3 hari kemudian.
- Keadaan serviks (skor bishop harus dinilai ulang setiap kunjungan pasien,
dan kehamilan harus diakhiri bila serviks matang.
4. Pasien dengan kehamilan lewat waktu dengan komplikasi seperti DM,
preeklamsi, PJT, kehamilannya harus diakhiri tanpa memandang keadaan serviks.
Tentu saja kehamilan dengan resiko ini tidak boleh dibiarkan melewati kehamilan
lewat elewati kehamilan lewat waktu.
Penatalaksanaan pada aan pada bayi
1) Menangani sindrom aspirasi mekonium
- lakukan penghisapan mulutdan luban hidung bayi sementara kepala berada di
perineum dan  perineum dan sebelum nafas sebelum nafas yang pertama d
pertama dilakukan untuk ilakukan untuk mencegah mencegah aspirasi
aspirasi mekonium yang berada dalam jalan nafas.
- Segera setelah bayi kering dan berada dalam penghangat lakukan intubasi
dengan penghisapan trachea langsung
- Lakukan fisioterapi dada dengan penghisapan untuk mengeluarkan
mekonium dan secret yang berlebihan.
- Berikan tambahan oksigen dan dukungan pernafasan sesuai dengan
kebutuhan.
2) Melakukan pengukuran glukosa darah serial darah serial
3) Memberi makan lebih awal untuk mencegah hipoglikemia jika bukan merupakan
kontraindikasi pada status pernafasan.
4) Mempertahankan integritas kulit.
- Pertahankan kulit bersih dan kering
- Hindari penggunaan bedak,cream, lotion
- Hidari penggunaan plester
b. Komplikasi Serotinus 
Komplikasi yang diakibatkan oleh kehamilan serotinus
a. Terhadap ibu persalinan serotinus dapat menyebabkan distosia dikarenakan oleh:
1. Aksi uterus yang tidak terkoordinir dikarenakan kadar progesteron yang
tidak turun pada kehamilan serotinus maka kepekaan terhadap oksitosin
berkurang sehingga estrogen tidak cukup untuk menyediakan
prostaglandin yang berperan terhadap penipisan serviks dan kontraksi
uterus sehingga sering didapatkan aksi uterus yang tidak terkoordinir.
2. Janin besar oleh karena pertumbuhan janin yang terus berlangsung dan
dapat menimbulkan CPD dengan derajat yang mengakhawatirkan
akibatnya persalinan tidak dapat berlangsung secara normal, maka
sering dijumpai persalinan lama, inersia uteri, distosia bahu dan perdarahan
post partum.
b. Terhadap janin fungsi plasenta mencapai puncaknya pada kehamilan 28
minggu kemudian mulai menurun terurtama setelah 42 minggu, hal ini dapat
dibuktikan dengan penurunan kadarestriol kadar plasenta dan estrogen.
Rendahnya fungsi
 
KONSEP PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN

A. Data subyektif
Pada tahap ini semua data dasar dan informasi tentang pasien dikumpulkan dan
dianalisa untuk mengevaluasi keadaan pasien dan menurut keterangan dari pasien.
-Nama pasien
Dimaksud agar dapat mengenali klien sehingga mengurangi kekeliruan dengan pasien
lain.
- Umur
Mengetahui umur pasien sehingga dapat mengklarifikasi adanya faktor resiko
kehamilan karena faktor umur sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan
dalam penatalaksanaan kehamilan serotinus selanjutnya.
- Agama dan suku bangsa
- Pendidikan
-Pekerjaan
-Alamat
- Identitas suami
- Alasan datang ke rumah sakit
-Keluhan utam
-Riwayat kesehatan Riwayat kesehatan sekarang
-Riwayat kesehatan
-Riwayat kesehatan keluaga
- Riwayat obstetrik Riwayat perkawina
- Riwayat menstruasi
-Riwayat kehamilan sekaranG
-Riwayat kontrasepsi
Ditanyakan metode yang dipakai dan keluhannya karena salah satu efek samping
kontrasepsi adalah haid yang tidak teratur atau tidak haid sehingga dapat
menimbulkan ketidaktepatan dalam menentukan HPHT.
- Pola pemenuhan
kebutuhan

Bagaimana pola makan dan kebutuhan cairan, tersedianya nutrisi berkaitan dengan
kebutuhan metabolisme tubuh, karena masalah yang berkaitan dengan pemenuhan
nutrisi dan penyebabnya biasanya saling berkaitan.
- Eliminasi
Menjelaskan pola dari ekskresi, hal ini penting diketahui pola eliminasi dalam
keadaan sebelum dan selama hamil karena merupakan proses penting dalam tubuh.
- Personal hygiene
Untuk mengetahui pola hidup bersih dalam kehidupan sehari- hari ibu apakah kurang atau
tidak karena pada masa selama hamil sampai melahirkan rentan terhadap
 penyakit.

- Pola aktivitas dan istirahat


- Pola kebutuhan seksual
Untuk mengetahui apakah ada masalah dalam pemenuhan kebutuhan seksual dan
frekuensinya terutama dalam akhir kehamilan karena sperma mengandung
prostaglandin yang dapat membantu kontraksi uterus karena hal ini baik jika dilakukan
pada kehamilan serotinus.
- Data psikososial, spiritual dan emosional
Bertujuan untuk mengetahui hubungan ibu dengan suami dan keluarga, hubungan kasih
sayang, dukungan dari pihak keluarga. Dan juga perlu dikaji apakah ibu dan keluarga
berdoa sesuai dengan kepercayaannya demi kelangsungan dan kelancaran persalinan
dan bagaimana emosi ibu selama hamil stabil atau tidak karena kemua hal tersebut dapat
membantu proses penyelarasan masalh ibu.
- Keadaan sosial ekonomi
Untuk mengetahui kemampuan pasien berkaitan dengan biaya perawatan
dan pengobatan yang akan diberikan di RS.
- Keadaan umum Baik atau lemah, tampak kesakitan atau tidak, kesadarnnya
bagaimana, badannya kurus atau gemuk, berapa tekanan darahnya, respirasinya,
suhunya, tinggi badan, berat badannya apakah normal atau tidak, hal ini untuk
mengetahui adanya ketidaknormalan keadaan umum yang dapat mempengaruhi
kehamilan dan persalinan ibu.

Pemeriksaan fisik
1) Kepala: kulit kepala bersih atau tidak.
2) Muka: pucat atau tidak, skelera ikterik atau tidak, terdapat gerakan otot wajah atau
tidak.
3) Mata: apakah pucat atau tidak, konjungtiva anemis atau tidak, sclera ikterik
tidak, penglihatan baik atau tidak.
4) Hidung, penciuman terganggu atau tidak, terdapat lendir atau
5) Telinga bersih atau tidak, pendengaran baik atau tidak, terdapat cairan atau
tidak.
6) Mulut: bibir kering atau tidak, mulut bersih atau tidak, terdapat stomatitis atau
tidak.
7) Gigi: bersih atau tidak, terdapat caries atau tidak, gusi mudah berdarah atau
tidak.
8) Leher: terdapat pembesaran kelenjar tyroid atau tidak.
9) Ketiak: terdapat pembesaran kelenjar limfe atau tidak.

10) Dada: bentuknya bagaimana, terdapat retraksi dinding dada tidak, pernafasan
teratur atau tidak, bunyi jantung bagaimana.
11) Payudara: terdapat benjolan atau tidak.
12) Perut: terdapat luka bekas operasi atau tidak, terdapat pembesaran atau nyeri
tekan atau tidak.
13) Vulva:dari faktor predisposisi ketuban pecah dini adalah infeksi pada genetalia.
14) Anus: terdapat hemoroid atau tidak.
15) Ekstremitas atas dan bawah: bentuk simetris atau tidak, terdapat kelainan
anatomi fisiologi tidak, kaki oedem tidak, varices atau tidak.
Pemeriksaan obstetrik
1) Muka: terdapat kloasma gravidarum atau tidak, oedem atau tidak.
2) Payudara: bentuknya bagaimana, aerola menghitam atau tidak, papilla
menonjol atau tidak, kolostrum sudah menonjol atau belum.
3) Perut:
a. Inspeksi: bentuknya bagaimana, terdapat strie gravidarum atau tidak, ada
linea atau tidak, ada bekas operasi atau tidak.
b. Palpasi:
Leopold I: tinggi fundus uteri berapa sesuai dengan umur kehamilan tidak, pada
bagian atas teraba bagian apa dan bagaimana.
Leopold II: bagian kanan perut ibu teraba apa dan bagaimana, kiri perut
teraba apa, ini untuk menentukan posisi punggung janin.
Leopold III: bagian bawah perut ibu teraba apa, masih bisa digoyang atau
tidak,ini untuk menentukan presentasi bagain bawah janin dalam panggul ibu dan
sudah masuk pintu atas panggul belum
Leopold IV: untuk mengetahui apakah bagian bawah janin sudah masuk pintu
atas panggul ( PAP ) belum dan seberapa masuknya.
c. Auskultasi:
DIJ: DIJ perlu dikaji untuk mengetahui denyut jantung janin dalam keadaan
normal atau distrees. Dengan adanya insufisiensi plasenta maka janin
mengalami hipoksia atau kekurangan oksigen dan tekanan vena umbilicus.
Hal ini disebut gawat janin. Pentingnya DIJ adalah ada kaitanya dengan
tindakan segera yaitu pengakhiran kehamilan.
4) TBJ (taksiran berat janin)
Pada kehamilan serotinus pada umumnya ditemukan TBJ tidak sesuai dengan umur
kehamilan, ini dimungkinkan bayi menjadi besar atau makin kecil

5) TFU (tinggi fundus uteri)


TFU pada kehamilan serotinus perlu dijkaji untuk mengetahui apakah bertambah
tinggi atau malah mengalami penurunan. Jika mengalami penurunan dimungkinkan
terjadi pertumbuhan janin yang terlambat karena adannya insufisiensi plasenta.
6) Gerakan janin
Ditanyakan apakah gerakan janin berkurang atau tidak, pada kehamilan
serotinus biasanya disertai dengan oligohidramnion sehingga gerakan janin terbatas.
7) Pemeriksaan dalam
Untuk mengetahui bagaimana keadaan vagina, penipisan serviks, konsistensi serviks,
kulit ketuban, penurunan kepala, denominator dan apakah ada bagian yang
menumbung. Pemeriksaan dalam pada kehamilan serotinus penting dilakukan untuk
mengetahui nilai Bishop score sebagai syarat dilakukannya induksi persalinan dan
tindakan selanjutnya.
Pemeriksaan penunjang
Data penunjang merupakan data yang memperjelas atau menguatkan data subyektif
yang telah ada untuk menegakkan diagnosa. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan
adalah USG, KTG, dan pemeriksaan penunjang yang lainnya seperti
amniosintesis,
 pemeriksaan serologi air ketuban.
Diagnosa Keperawatan 
Diagnosa keperawatan pada bayi
1. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan asfiksia.
2.   Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan pasokan oksigen.
3.  Perubahan pola nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan
 pasokan nutrisi dan terhentinya pertumbuhan janin.
4.   Gangguan termoregulasi : hipotermi berhubungan dengan suhu tubuh
tidak stabil karena hilangnya lemak subkutan.
5.   Resiko tinggi cedera pada janin berhubungan dengan distress janin.
6.   Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan

pengelupasan kulit.
Diagnosa keperawatan pada ibu
1.   Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi mengenai kehamilan
melebihi HPL
2.   Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan terbukanya intrauterin dengan
ekstrauterin

DAFTAR PUSTAKA

Achadiat, Dr. Chrisdiono M. 2004. Prosedur Tetap Obstetrik dan Ginekologi. Jakarta : EGC
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Profile Dinas Kesehatan Republik
Indonesia tahun 2010. Semarang
Freddy Panjaitan. 2012. Kehamilan serotinus. (https:// freddypanjaitan. wordpress.
com/2012/01/10kehamilan-lewat-waktu-serotinus/)(Onli tinus/)(Online), diakses
diakses  pada tanggal 10 januari 2015.
Hidayati, Ratna. 2009. Asuhan Keperawatan pada Kehamilan Fisiologis dan Patologis.
Jakarta: Salemba Medika
Huliana, Mellyna. 2007. Panduan Menjalani Kehamilan Sehat. Jakarta : Puspa Swara
Kurniawati, D (dkk). 2009. Obgynacea (Obgyndan Ginekologi).Yogyakarta: TOSCA
Manuaba, I.B.G. 2009. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana
Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.
Mochtar, Rustam. 2009. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC.
Muslihatun. WN dkk. 2009. Dokumentasi Kebidanan. Yogjakarta : Fitramaya
Prawirohardjo, S. 2009. Ilmu Kebidanan. Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Jakarta.
Saminem, HJ. 2009. Kehamilan Normal : Seri Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC
Trihendradi dkk. 2010. Wonderpa Indahnya Pendampingan. Yogyakarta : ANDI
Wiknjosastro, Hanifa. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Wiknjosastro, Hanifa. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Wildan, M. 2008. Dokumentasi Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai