Anda di halaman 1dari 44

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Tn. A DENGAN


OPERASI HEMOROIDEKTOMI
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Periopertif
Dosen Mata Ajar :Rudi Haryono, S.Kep.,Ns.,M.,Kep

Disusun oleh :
3A
Bekti Suhartimah (2720162818)
Kuntari Arum Sari (2720162838)
Puput Zanuri Marfu’ah (2720162850)
Ryan Sandika Susanto (2720162860)

AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO


YOGYAKARTA
2018
Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmatNya oenulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul
“Asuhan Keperawatan pada Tn.A dengan Operasi Hemoroid” dengan baik dan tepat
waktu. Adapun pembuatan makalah ini dilakukan sebagai pemenuhan nilai tugas dari
mata kuliah Keperawatan Peroperatif. Selain itu pembuatan makalah ini juga
bertujuan untuk memberikan manfaat yang berguna bagi ilmu pengetahuan.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada semau pihak yang terlibat dan
membantu dalam pembuatan makalah sehingga semua dapat terselesaikan dengan
baik dan lancar. Selain itu, penulis juga mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun terhadap kekurangan dalam makalah agar selanjutnya penulis dapat
memberikan karya yang lebih baik dan sempurna. Semoga makalah ini dapat berguna
dan bermanfaat bagi pengetahuan para pembaca.

Yogyakarta, 4 Oktober 2018

Penulis

i
Daftar Isi

Halaman judul

Kata Pengantar …………………………………………………...................... i

Daftar Isi ........…………………………………………………….............…. ii

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang .............………………………………………………. 1

B. Tujuan .............………………………………………………...............3

C. Manfaat .............……………………………………………….............3

BAB II Tinjauan Pustaka

A. Pengertian .............……………………………………………….........5

B. Etiologi .....…………………………………………….…................... 5

C. Tanda dan Gejala....………………………....……………...............… 6

D. Patofisiologi ...........……………………………………………….….. 6

E. Pathway.........………………………………................................……. 8

F. Komplikasi.......................…………………………………….............. 9

G. Klasifikasi .......................……………………………………...............9

H. Pemeriksaan Penunjang.................…………………………………...10

I. Penatalaksanaan .......................……………………………………....11

BAB III Kasus


A. Kasus .……………………………..…................................................ 15

ii
BAB IV Pembahasan Kasus
A. Pengkajian .………………………………....……..............................18
B. Analisa Data .………………………………....……...........................23
C. Diagnosa .…………....………………...……..................................... 25
D. Perencanaan
Pre Operasi .......................……………………………………...........26
Intra Operasi .......................…………………………………….........29
Post Operasi .......................……………………………………..........30

BAB V Penutup
A. Kesimpulan .......................……………………………………...........32
B. Saran .......................…………………………………….....................32
Daftar Pustaka.…………......................…………………………....... 3

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Hemoroid adalah suatu pembengkakan yang tidak wajar di daerah rectal
yang terkadang disertai pendarahan. Hemoroid dikenal di masyarakat sebagai
penyakit wasir atau ambeien merupakan penyakit yang sering dijumpai dan telah
ada sejak jaman dahulu. Namun masih banyak masyarakat yang belum mengerti
bahkan tidak tahu mengenai gejala-gejala yang timbul dari penyakit ini (Dardjat,
2007). Hemoroid atau wasir adalah pelebaran dan inflamasi pembuluh darah
vena di daerah anus yang berasal dari pleksus hemoroidalis (Simadibrata, 2009).
Hemoroid adalah struktur normal dari tubuh manusia yang terdiri dari 3 unsur,
yaitu mukosa, stroma yang terdiri dari pembuluh darah, otot polos, dan jaringan
penunjang, serta jaringan ikat (Makmun, 2011). Lesi ini sangat sering terjadi
karena peningkatan tekanan secara terus menerus di dalam pleksus hemoroidalis
(Kumar et al., 2007). Hemoroid menyebabkan perdarahan, pembengkakan, dan
nyeri pada kanalis anal (Dorland, 2011).
Hemoroid adalah pelebaran varises satu segmen atau lebih vena-vena
hemoroidalis. Secara kasar hemoroid biasanya dibagi dalam 2 jenis, hemoroid
interna dan hemoroid eksterna. Hemoroid interna merupakan varises vena
hemoroidalis superior dan media. Sedangkan hemoroid eksterna merupakan
varises vena hemoroidalis inferior. Sesuai istilah yang digunakan, maka
hemoroid interna timbul di sebelah luar otot sfingter ani, dan hemoroid eksterna
timbul di sebelah dalam sfingter. Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang
disebabkan gangguan aliran balik dari vena hemoroidalis. Kedua jenis hemoroid
ini sangat sering terjadi dan terdapat pada sekitar 35% penduduk baik pria
maupun wanita yang berusia lebih dari 25 tahun. Hemoroid umum diderita oleh
umur 50, sekitar separuh orang dewasa berhadapan dengan yang menimbulkan

1
rasa gatal, terbakar, pendarahan dan terasa menyakitkan. Dalam banyak
kesempatan kondisi boleh memerlukan hanya selfcare perawatan sendiri dan
lifestyle gaya hidup (Sjamsuhidayat,2004).
Hemoroid sudah dikenal selama berabad-abad dan diduga masih
termasuk salah satu penyakit yang umum ditemukan di mana-mana. Hemoroid
diderita oleh 5% seluruh penduduk dunia (Slavin, 2008). Jumlah penderita
hemoroid di didunia pada tahun 2014 mencapai lebih dari 230 juta jiwa dan
diperkirakan akan meningkat menjadi 350 juta jiwa pada tahun 2013 (Harnawi,
2008). Insiden hemoroid terjadi pada 13%-36% populasi umum di Inggris
(Lohsiriwat, 2012). Berdasarkan data dari The National Center of Health
Statistics di Amerika Serikat, prevalensi hemoroid sekitar 4,4% (Buntzen et al.,
2013). Di Mesir, hemoroid dianggap penyakit daerah anus tersering dengan
prevalensi tinggi hampir 50% dari kunjungan proctological di Unit Kolorektal
(Ali et al., 2011).
Data Depkes pada tahun 2015, pravelensi hemoroid di Indonesia
setidaknya 5,7% dari total populasi atau sekitar 10 juta orang. Data riskesdas
2015 menyebutkan ada 12,5 juta jiwa penduduk Indonesia mengalami hemoroid
(Depkes, 2015). Berdasarkan data dari Dinas kesehatan kota Yogyakarta
menunjukkan bahwa jumlah penderita hemoroid pada tahun 2015 yaitu 7.465
jiwa, sedangkan jumlah penderita hemoroid di wilayah puskesmas karang intan
pada tahun 2015 berjumlah 421 jiwa (Dinkes Kota Yogyakarta, 2015). Di
Indonesia hemoroidektomi dilakukan sekitar 5-35 % dari masyarakat umum dan
terutama yang berusia lebih dari 25 tahun. Studi pendahuluan tentang kejadian di
RSUD Tugurejo Semarang pada tahun 2007 sejumlah 61 orang atau 10,40 %,
tahun 2008 sebanyak 103 orang dengan prevalensi 17,54 %, tahun 2009
sebanyak 142 orang dengan prevalensi 24,20 %, tahun 2010 sebanyak 138 orang
dengan prevalensi 23,50 %, dan tahun 2011 sebanyak 143 orang dengan
prevalensi 24,36 %.

2
Data diatas menunjukkan di Indonesia hemoroidektomi dari tahun ke
tahun mengalami kenaikan dan penurunan. Pada tahun 2007 sampai tahun 2009
angka kejadian hemoroidektomi mengalami kenaikan 6,66-7,10 %, kemudian
pada tahun 2010 mengalami penurunan sebanyak 0,70 %. Dan mengalami
kenaikan lagi pada tahun 2011 sebanyak 0,86 %.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk
mengambil judul hemoroid pre hemoroidektomi guna mendapatkan gambaran
lebih jelas tentang bagaimana “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tn. A
DenganOperasi Hemoroidektomi”
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Penulis mampu menggambarkan asuhan keperawatan pada pasien Tn.A
dengan hemoroid menggunakan pendekatan proses keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Tujuan Khusus penulisan ini adalah :
a. Mampu mengetahui definisi hemoroid
b. Mampu mengetahui etiologi hemoroid
c. Mampu mengetahui manifestasiklinis hemoroid
d. Mampu mengetahui patofisiologi hemoroid
e. Mampu mengetahui klasifikasi hemoroid
f. Mampu mengetahui penatalaksanaan hemoroid
g. Mampu mengetahui komplikasi hemoroid

C. Manfaat
Laporan ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua pihak teoritis
maupun praktis.
1. Manfaat Teoritis
Sebagai penambah keilmuan khususnya tenang “Asuhan Keperawatan
Pada Pasien Pre Operasi Hemoroidektomi”

3
2. Manfaat Praktis
a. Bagi pasien dan keluarga pasien sebagai acuan untuk meningkatkan
perawatan dan sebagai informasi supaya lebih memeperhatikan tentang
kesehatannya.
b. Bagi perawat sebagai acuan untuk meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan.
c. Bagi penulis sebagai acuan untuk meningkatkan kemampuan
melakukan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Pre Operasi
Hemoroidektomi.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Hemoroid adalah pelebaran pembuluh darah vena hemoroidalis dengan
penonjolan membrane mukosa yang melapisi daerah anus dan rectum
(Nugroho,2011)
Hemoroid adalah suatu pelebaran dari vena-vena didalam pleksus hemoroid
(Mutaqqin,2011)
B. Etiologi
Menurut Mansjoer (2008) etiologi dari hemorod dapat dibagi menjadi 2 yaitu
faktor presipitasi dan faktor predisposisi :
1. Faktor Presipitasi
a. Konstipasi dengan mengejan dalam waktu yang lama
b. Obesitas
c. Kehamilan
d. Gagal jantung
e. Duduk atau berdiri yang lama
f. Sirosis dengan hipertensi
g. Diare
h. Usia lanjut
2. Faktor Predisposisi
a. Herediter atau keturunan. Dalam hal ini yang menurun adalah
kelemahan dinding pembuluh darah dan bukan hemoroidnya
b. Anatomi vena di daerah masentroium tidak mempunyai katup, sehingga
drah mudah kembali enyebabkan bertambahnya tekanan di pleksus
hemoroidalis.
c. Kurang makan-makanan berserat
d. Pekerjaan seperti mengangkat beban terlalu berat

5
C. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala menurut Lumenta (2006) pasien hemoroid dapat mengeluh
hal-hal seperti berikut :
1. Terjadi benjolan di sekitar dubur setiap kali buang air besar
2. Perdarahan
3. Perasaan tidak nyaman dan nyeri (duduk terlalu lama dan berjalan tidak kuat
lama). Nyeri dirasakan bila timbul komplikasi thrombosis (sumbatan
komponen darah di bawah anus), benjolan keluar anus, polip rectum, skin
tag
4. Keluar lender yang menyebabkan isi rectum belum keluar semua

D. Patofisiologi
Menurut Price dan Wilson (2006) patofisiologi hemoroid adalah akibat dari
kongesti vena yang disebabkan oleh gangguan venous rektum dan vena
hemoroidalis. Hemoroid timbul karena dilatasi, pembengkakan atau inflamasi
vena hemoroidalis yang disebabkan oleh faktor-faktor risiko/ pencetus dan
gangguan aliran balik dari vena hemoroidalis. Faktor risiko hemoroid antara lain
factor mengedan pada buang air besar yang sulit, pola buang air besar yang salah
(lebih banyak memakai jamban duduk, terlalu lama duduk di jamban sambil
membaca, merokok), peningkatan tekanan intra abdomen karena tumor (tumor
usus, tumor abdomen), kehamilan (disebabkan tekanan janin pada abdomen dan
perubahan hormonal), usia tua, konstipasi kronik,diare kronik atau diare akut
yang berlebihan, hubungan seks peranal, kurang minum air, kurang makan
makanan berserat (sayur dan buah), kurang olahraga/imobilisasi.
Telah diajukan beberapa faktor etiologi yaitu konstipasi, diare, sering
mengejan, kongesti pelvis pada kehamilan, pembesaran prostat, fibroid
uteri, dan tumor rectum. Penyakit hati kronis yang disertai hipertensi
portal sering mengakibatkan hemoroid, karena vena hemoroidalis superior

6
mengalirkan darah kedalam sistem portal.Selain itu sistem portal tidak memiliki
katup, sehingga mudah terjadi aliran balik. (Sudoyo,2006)
Aliran balik vena dari kolon dan rektum superior adalah melalui vena
mesenteric superior, vena mesentrika inferior, dan vena hemoroidalis superior
(bagian dari sistem portal yang mengalirkan darah ke hati). Vena hemoroidalis
media dan inferior mengalirkan darah ke vena iliaka sehingga merupakan bagian
sirkulasi sistemik. Terdapat anastomosis antara vena hemoroidalis superior,
media, dan inferior, sehingga tekanan portal yang meningkat dapat
menyebabkan terjadinya aliran balik ke dalam vena dan mengakibatkan
hemoroid (Price dan Wilson, 2006).

7
E. Pathway (Brunner dan Sudarth,2008)

Konstipasi Kenaikan tekanan Kenaikan Vena Nutrisi Prognesis


intra abdomen

Pelebaran pembuluh darah vena pada pleksus hemoroidalis


(pada anus)

Hemoroid eksternal terdorong melewati anus

Defisiensi Prolap Gangguan rasa


Pengetahuan aman nyaman

Prolap menetap Tekanan Feses

Trhombus Nyeri Akut Iritasi kulit Permukaan


perianal halus hemoroid
rusak
Pembengkakan

Berlendir
Perdarahan

Daerah anus
lembab Resiko infeksi

Kerusakan
integritas kulit
8
F. Komplikasi
Komplikasi hemoroid yang paling sering adalah perdarahan, trombosis, dan
strangulasi. Trombosis adalah pembekuan darah dalam hemoroid. Hemoroid
strangulasi adalah hemoroid prolaps dengan suplai darah dihalangi oleh sfingter
ani (Price dan Wilson,2012)
Komplikasi hemoroid antara lain :
1. Luka dengan tanda rasa sakit yang hebat sehingga pasien takut mengejan dan
takut berak . Karena itu, tinja makin keras dan makin memperberat luka di
anus.
2. Infeksi pada daerah luka sampai terjadi nanah dan fistula (saluran tak
normal) dari selaput lendir usus/anus,
3. Perdarahan akibat luka, bahkan sampai terjadi anemia.
4. Jepitan, benjolan keluar dari anus dan terjepit oleh otot lingkar dubur
sehingga tidak bisa masuk lagi. Sehingga, tonjolan menjadi merah, makin
sakit dan besar jika tidak cepat-cepat ditangani dapat busuk.

G. Klasifikasi
Klasifikasi hemoroid menurutThornton,scott C (2009).
1. Berdasarkan asal/tempat penyebabnya
a. Hemoroid Interna
Hemoroid ini berasal dari vena hemoroidalis superior dan medial,
terletak di garis anorektal dan di tutupi oleh mukosa anus.
b. Hemoroid Eksterna
Hemoroid ini dikarenakan adanya dilaktasi (pelebaran pembuluh darah)
vena hemoridalis inferior, terletak dibawah garis anorektal dan ditutupi
oleh mukosa usus. Hemoroid ini keluar dari anus (wasir keluar).
2. Hemoroid interna diklasifikasikan lagi berdasarkan perkembangannya
a. Stadium I : Hemoroid interna dengan perdarahan segar tanpa nyeri
pada waktu dilaktasi.

9
b. Stadium II : Hemoroid interna yang menyebabkan perdarahan dan
mengalami prolapse pada saat mengeden ringan, tetapi dapat masuk.
c. Stadium III : Hemoroid interna yang mengalami perdarahan dan disertai
prolapse dan di perlukan intervensi manual memasukan kedalam
kanalis.
d. Stadium IV : Hemoroid interna yang tidak kembali ke dalam atau berada
terus menerus di luar.

H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan fisik yaitu inspeksi dan rektaltouche (colok dubur).Pada
pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium awal tidak dapat diraba
sebab tekanan vena di dalamnya tidak terlalu tinggi dan biasanya tidak
nyeri.Hemoroid dapat diraba apabila sangat besar. Apabila hemoroid sering
prolaps, selaput lendir akan menebal. Trombosis dan fibrosis pada perabaan
terasa padat dengan dasar yang lebar.Pemeriksaan colok dubur ini untuk
menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum (Halverson, 2007).
a. Pemeriksaan dengan teropong yaitu anoskopi atau rectoscopy.
Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak menonjol
keluar. Anoskop dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran.Penderita
dalam posisi litotomi.Anoskop dan penyumbatnya dimasukkan dalam anus
sedalam mungkin, penyumbat diangkat dan penderita disuruh bernafas
panjang.Hemoroid interna terlihat sebagai struktur vaskuler yang menonjol
ke dalam lumen. Apabila penderita diminta mengejan sedikit maka ukuran
hemoroid akan membesar dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata.
Banyaknya benjolan, derajatnya, letak ,besarnya dan keadaan lain dalam
anus seperti polip, fissura ani dan tumor ganas harus diperhatikan.
b. Pemeriksaan proktosigmoidoskopi
Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan keluhan
bukan disebabkan oleh proses radang atau proses keganasan di tingkat

10
tinggi, karena hemoroid merupakan keadaan fisiologik saja atau tanda yang
menyertai. Feses harus diperiksa terhadap adanya darah samar.
c. Rontgen (colon inloop) dan atau kolonoskopi .
Pemeriksaan darah rutin, feses sebagai pemeriksaan penunjang.

I. Penatalaksanaan
Menurut Sudoyo (2006) penatalaksanaan medis hemoroid terdiri dari
penatalaksanaan non farmakologis, farmakologis, dan tindakan minimal invasive,
yaitu :
1.      Penatalaksanaan Medis Non Farmakologis
Penatalaksanaan ini berupa perbaikan pola hidup, perbaikan pola
makan dan minum, perbaiki pola/ cara defekasi. Memperbaiki defekasi
merupakan pengobatan yang selalu harus ada dalam setiap bentuk dan
derajat hemoroid. Perbaikan defekasi disebut bowel management program
(BMP) yang terdiri dari diet, cairan, serat tambahan, pelicin feses, dan
perubahan perilaku buang air. Pada posisi jongkok ternyata sudut anorektal
pada orang menjadi lurus ke bawah sehingga hanya diperlukan usaha yang
lebih ringan untuk mendorong tinja ke bawah atau keluar rektum. Posisi
jongkok ini tidak diperlukan mengedan lebih banyak karena
mengedan dan konstipasi akan meningkatkan tekanan vena hemoroid.
2.      Penatalaksanaan medis farmakologis
Obat-obat farmakologis hemoroid dapat dibagi atas empat,
yaitu :
a. Obat memperbaiki defekasi : ada dua obat yang diikutkan dalam
BMP yaitu suplemen serat (fiber suplement) dan pelicin tinja (stool
softener). Suplemen serat komersial yang banyak dipakai antara
lain psyllium atau isphagula Husk (missal Vegeta, Mulax, Metamucil,
Mucofalk). Obat kedua yaitu obat laksan atau pencahar antara lain
Natrium dioktil sulfosuksinat (Laxadine), Dulcolax, Microlac dll.

11
Natrium dioctyl sulfosuccinat bekerja sebagai anionic surfactant,
merangsang sekresi mukosa usus halus dan meningkatkan penetrasi
cairan kedalam tinja. Dosis 300 mg/hari.
b. Obat simtomatik : Bertujuan menghilangkan atau mengurangi keluhan
rasa gatal, nyeri, pengurangan keluhan sering dicampur pelumas
(lubricant) vasokontriktor, dan antiseptic lemah. Anastesi local
digunakan untuk menghilangkan nyeri serta diberikan kortikosteroid.
c. Obat menghentikan perdarahan : perdarahan menandakan adanya
luka pada dinding anus/ pecahnya vena hemoroid yang dindingnya
tipis. Yang digunakan untuk pengobatan hemoroid yaitu campuran
diosmin (90%) dan hesperidin (10%) dalam bentuk Micronized,
dengan nama dagang “Ardium” atau “Datlon”. Psyllium, Citrus
bioflavanoida yang berasal dari jeruk lemon dan paprika berfungsi
memperbaiki permeabilitas dinding pembuluh darah.
d. Obat penyembuh dan pencegah serangan hemoroid : pengobatan
dengan Ardium 500 mg menghasilkan penyembuhan keluhan dan
gejala yang lebih cepat pada hemoroid akut bila dibandingkan
plasebo. Pemberian Micronized flavonoid (Diosmin dan Hesperidin)
(Ardium) 2 tablet per hari selama 8 minggu pada pasien hemoroid
kronik. Penelitian ini didapatkan hasil penurunan derajat hemoroid
pada akhir pengobatan dibanding sebelum pengobatan secara
bermakna. Perdarahan juga makin berkurang pada akhir pengobatan
dibanding awal pengobatan.
3. Penatalaksanaan Minimal Invasive
Penatalaksanaan hemoroid ini dilakukan bila pengobatan non
farmakologis, farmakologis tidak berhasil. Penatalaksanaan ini
antara lain tindakan skleroterapi hemoroid, ligase hemoroid,
pengobatan hemoroid dengan terapi laser (Sudoyo, 2006). Tindakan
bedah konservatif hemoroid internal adalah prosedur ligasi pita-karet.

12
Hemoroid dilihat dari melalui anosop, dan bagian yang menyebabkan
nyeri dan mengakibatkan hemoroid sekuner dan infeksi perianal.
Hemoroidektomi kriosirurgi adalah metode untuk mengangkat
hemoroid dengan cara membekukakn jaringan hemoroid selama waktu
tertentu selama timbul nekrosis. Meskipun hal ini relatif kurang
menimbulkan nyeri, prosedur ini tidak digunakan dengan luas karena
menyebabkan keluarnya rabas yang berbau sangat menyengat dan luka
yang ditimbulkan lama sembuhnya. Laser yang telah digunakan saat
ini dalam mengeksisi hemoroid, terutama hemoroid eksternal .
Tindakan ini cepat dan kurang menimbulkan nyeri. Hemoragi dan
abses jarang menjadi komplikasi pada periode pasca operatif.
4. Penatalaksanaan Bedah(Glenn S. Parker, 1990)
a. Skleroterapi
Teknik ini dilakukan menginjeksikan 5 mL oil phenol 5 %,
vegetable oil, quinine, dan urea hydrochlorate atau hypertonic salt
solution. Lokasi injeksi adalah submukosa hemoroid. Efek injeksi
sklerosan tersebut adalah edema, reaksi inflamasi dengan
proliferasi fibroblast, dan trombosis intravaskular. Reaksi ini akan
menyebabkan fibrosis pada sumukosa hemoroid. Hal ini akan
mencegah atau mengurangi prolapsus jaringan hemoroid. Teknik
ini murah dan mudah dilakukan, tetapi jarang dilaksanakan karena
tingkat kegagalan yang tinggi.

13
b. Rubber band ligation
Ligasi jaringan hemoroid dengan rubber band menyebabkan
nekrosis iskemia, ulserasi dan scarring yang akan menghsilkan
fiksasi jaringan ikat ke dinding rektum. Komplikasi prosedur ini
adalah nyeri dan perdarahan.

c. Doppler ultrasound guided haemorrhoid artery ligation


Teknik ini dilakukan dengan menggunakan proktoskop yang
dilengkapi dengan doppler probe yang dapat melokalisasi arteri.
Kemudian arteri yang memperdarahi jaringan hemoroid tersebut
diligasi menggunakan absorbable suture. Pemotongan aliran darah
ini diperkirakan akan mengurangi ukuran hemoroid.

14
d. Hemorrhoidectomy Stappled
Hemorrhoidectomy merupakan metode pilihan untuk penderita
derajat III dan IV atau pada penderita yang mengalami perdarahan
yang berulang yang tidak sembuh dengan cara lain.Penderita yang
mengalami hemorrhoid derajat IV yang mengalami trombosis dan
nyeri yang hebat dapat segera ditolong dengan teknik ini. Teknik
dilakukan dengan mengeksisi jaringan hemoroid pada bagian
proksimal dentate line. Keuntungan pada stappled
hemorrhoidectomy adalah berkurangnya rasa nyeri paska operasi.
1. Menunjukkan adanya hemoroid

15
2. Memasukkan dilator melalui obturator untuk mendorong
jaringan pendukung yang longgar

3. Menunjukkan jahitan tali melingkar

4. Menunjukkan tali ditarik untuk menjebak jaringan longgar di


dalam strapler dan strapler dikencangkan

16
5. Menunjukkan mukosa dubur strapler dan menyelasaikan
eksisi hemoroid dan dijepit untuk membantu
mencegahjaringan di saluran anus kendir dan prolaps

17
BAB III
KASUS
A. Kasus pre operasi
Berdasarkan data pengkajian didapatkan identitas pasien Tn.A berusia 35
tahun,tanggal masuk RS 02 september 2017 beralamat di Jalan Satria No 10 ,
Wonosari ,Gunungkidul, pendidikan pasien adalah SMA ,pekerjaan
buruh.Diagnosis pasien adalah hemoroid.Identitas dari penanggungjawab pasien
adalah Ny.S berusia 33tahun,hubungan dengan pasien adalah istri dan pekerjaan
yaitu ibu rumah tangga.
Tn.A dibawa ke RSUD Wonosari oleh keluarganya pada tanggal 02
september 2018 pada jam 10.00 WIB dengan keadaan sadar mengeluh nyeri pada
anusnya karena adanya benjolan selama 4 bulan, pasien mengatakan nyeri yang
dirasakan masih hilang timbul.Pasien mengatakan bahwa nyeri yang dirasakan
terasa panas seperti terbakar serta sakit saat pasien sedangBAB dan keluar darah
darah waktu BAB.Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan skala 5 . Pasien
meringis menahan sakit saat bergerak.Setelah dilakukan pemeriksaan di IGD
pada pemeriksaan fisik saatdatang didapatkan Keadaan umum baik, TD= 110/80
mmHg, N= 76x/mnt , RR= 148x/mnt, S= 36,5. Didapatkan benjolan pada dubur
pada arah jam 7, dan jam 9 dengan kesan hemoroid. Dokter mengajurkan bahwa
Tn.A harus rawat inap dan dilakukan operasi.
Pasien mengatakan belum pernah mengalami penyakit ini sebelumnya
dan tidak mengetahui tentang penyakit hemoroid. Dari data riwayat
kesehatannya, keluarga tidakada yang memiliki riwayat penyakit seperti yang
diderita pasien atau penyakit lainnnya.Pasien adalah anak pertama dari 2
bersaudara. Anak pertama laki-laki (pasien) dan anak kedua perempuan.
Orangtua dari pasien sudah meninggal sejak 2 tahun yang lalu.
Pasien mengatakan kalau sakit pasien dibawa diperiksa dirumahsakit.
Pasien juga menyadari bahwa kesehatan itu sangat penting bagi manusia. Karena

18
kesehatan sungguh mahal harganya. Pasien mengatakan bahwa pasien dan
keluarganya tidak pernah mendapat penyuluhan kesehatan.
Pasien mengatakan sebelum kerumahsakit pasien makan sehari 3x sehari
dengan 1porsi habis . Pasien juga minum kurang lebih 3gelas air putih dalam
sehari kadang-kadang pasien juga minum kopi. Di rumahsakit pasien makan
sehari 3x dengan 1 porsi habis dan pasien minum kurang lebih 4gelas air putih
sehari.
Sebelum masuk rumahsakit pasien mengatakan bahwa BAB 1x sehari
dengan warna kuning kecoklatan,konsistensi keras dan bau khas feses. Sejak
masuk rumah sakit sampai menjalani operasi pasien baru 1x BAB konsistensi
sedikit keras, warna kuning kecolatan , bau khas feses dan pasien mengatakan
bahwa nyeri hebat dianusnya saat BAB.
Sebelum masuk rumahsakit pasien mengatakan saat BAK 3x sehari
kurang lebih 500cc dengan warna urine kuning dan bau khas urine.Sedangkan
saat dirumahsakit pasien terpasang kateter dengan urine bag 1200 cc, pasien
mengatakan merasa nyeri saat urine terasa akan keluar dan warna urine kuning
tanpa tercampur darah serta bau khas urine.
Pasien mengatakan sebelum masuk rumahsakit aktivitas harian pasien
bisa dilakukan dengan mandiri dan tanpa alat bantu .Sedangkan saat masuk
rumahsakit aktivitas pasien dibantu oleh keluarga dan menggunakan alat bantu.
Karena pasien merasa bila untuk beraktivitas nyeri akan bertambah
Pasien mengatakan sebelum masuk rumahsakit, pasien jarang untuk tidur
siang dan pasien tidur selama kurang lebih 7jam untuk tidur malam.Selama
dirumahsakit pasien tidur siang kurang lebih 4jam dan tidur malam selama
kurang lebih 8jam, namun pasien mengatakan bahwa tidurnya tidak nyenyak dan
sering terganggu.
Penglihatan dari pasien sangat baik karena bisa membaca name tag dari
perawat. Pendengaran pasien baik karena pasien mampu menjawab apa yang
ditanyakan perawat.Perabaan pasien baik karena pasien terasa saat dipegang oleh

19
perawat untuk diperiksa. Pengecapan pasien baik karena pasien bisa merasakan
rasa makanan yang dimakan.Tn.A tidak memiliki gangguan
penglihatan,pendengaran,perabaan maupun pengecapan.
Pemeriksaan fisik pasien didapatkan bahwa keadaan umumnya baik dan
kesadaran pasien pasien compos mentis dengan penilaian Glagow Coma Scale
(GCS) adalah E4V5M6.Tanda-tanda vital pasien adalah TD= 110/80 mmHg, N=
85x/mnt , RR= 18 x/mnt, S=36,5 .Didapatkan benjolan pada dubur pada arah jam
7, dan jam 9 dengan kesan hemoroid, berat badan pasien 67kg dan tinggi badan
pasien 168cm.
Pasien mengatakan hubungan dengan orang lain baik,pasien biasanya
mengikuti kegiatan ronda di desanya.Pasien juga aktif berorganisasi masyarakat
didesanya.Pasien mengatakan bahwa pasien senang berkumpul dengan orang lain
atau teman-temannya.Pasien mengatakan hal yang dipikirkan saat ini adalah
pasien ingin cepat sembuh dari penyakitnya dan bisa pulang kerumah berkumpul
dengan istri dan anak-anaknya.Pasien merasa sedih karena harus rawat inap inap
dirumahsakit dan harus menjalani operasi.
Pasien kurang percaya diri dengan penyakitnya karena pasien masih takut
dengan operasi yang akan dijalani.Namun pasien selalu semangat dan percaya
bahwa pasien akan sembuh. Pasien mengatakan bahwa dirinya adalah beragama
islam.Pasien selalu menjalakan solat 5 waktu dan pasien selalu berdoa kepada
Allah SWT bahwa segera diberi kesembuhan dari penyakitnya.

B. Kasus Intra Operasi


Pasien dilakukan hemoroidektomi pada tanggal 1 Oktober 2018 dilakukan
operasi pada puku 09.00 WIB di kamar Operasi. Pasien diposisikan posisi
litotomi. Pada saat proses operasi pasien tidak sadarkan diri setelah diberikan
obat anestesi, pasien terpasang infus RL 20 tpm.Selama pembedahan, sfingter
rektal didilatasi secara digital dan hemoroid diangkat dengan klem dan
kauter atau dengan ligasi dan kemudian dieksisi.Setelah tindakan sudah

20
selesai dilakukan bagian rectum dijahit atau stapes bedah dan operasi
berlangsung selama 1 jam.
C. Kasus post Operasi
Setelah dilakukan operasi , saat dilakukan pengkajian pada tanggal 02
Oktober 2018, pasien mengeluhkan nyeri pada anus seperti disayat-sayat, dengan
skala nyeri 6 , nyeri yang dirasakan hilang timbul , dilakukan pemeriksaan
Tekanan darah 120/80mmHg, nadi 90x/menit RR 18x/menit dan SB 37,1ºC.
Pasien mengatakan sangat kesakitan.
Pasien sadar, dengan kesadaran komposmentis dengan kontak baik,hasil
pemeriksaan darah didapatkan kadar Hemoglobin 14g/dL, hematokrit 45%,
Leukosit 9.000 sel/mm3 dan Trombosit 210.000/mm3.

21
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS

A. PREOPERATIF
1. Pengkajian.
Identitas diri Pasien
Nama : Tn.A
Umur : 35th
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Buruh
Alamat :Jalan Satria No 10 , Wonosari ,Gunungkidul.
Diagnosa Medis : Hemoroid
Tgl Masuk RS : 29November 2018
Tgl Pengkajian : 2 Oktober 2018
Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny.S
Umur : 33th
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat :Jl Satria , No 10 Wonosari
Hubungan Dengan Pasien : Istri

Riwayat Penyakit
Keluhan utama saat masuk RS :
Pasien mengeluh nyeri pada anusnya karena adanya benjolan selama 4 bulan.

22
Riwayat penyakit sekarang :
Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan masih hilang timbul.Pasien
mengatakan bahwa nyeri yang dirasakan terasa panas seperti terbakar serta
sakit saat pasien sedangBAB dan keluar darah darah waktu BAB.Pasien
mengatakan nyeri yang dirasakan skala 5 . Pasien meringis menahan sakit saat
bergerak.

Riwayat penyakit dahulu :


Pasien mengatakan belum pernah mengalami penyakit ini sebelumnya.Dari
data riwayat kesehatannya, keluarga tidak ada yang memiliki riwayat
penyakit seperti yang diderita pasien atau penyakit lainnnya.

PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengkajian Pola Gordon
1. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pengetahuan tentang penyakit/perawatan
Tingkat pengetahuan tentang penyakit pasien kurang terbukti saat itu
pasien selalu bertanya tentang operasi yangakan dijalani.

2. Pola Nutrisi
Intake Makanan
MRS : Pasien makan sehari 3x sehari dengan 1 porsi habis
SMRS : Pasien makan sehari 3x sehari dengan 1 porsi habis.
Intake cairan
MRS : Pasien minum kurang lebih 3gelas air putih dalam sehari
kadang-kadang pasien juga minum kopi
SMRS : Pasien minum kurang lebi 4gelas air putih sehari

23
3. Pola Eliminasi
a. Buang air besar
MRS : Pasien mengatakan BAB 1x sehari dengan warna
kuning kecoklatan,konsistensi keras dan bau khas feses

SMRS : Sejak masuk rumahsakit sampai menjalani operasi


pasien baru 1x BAB konsistensi sedikit keras, warna kuning
kecolatan , bau khas feses

b. Buang air kecil


MRS : Pasien BAK 3x sehari kurang lebih 500cc dengan warna urine
kuning bau khas urine
SMRS : Pasien terpasang kateter dengan urine bag 1200 cc, pasien
mengatakan merasa nyeri saat urine terasa akan keluar dan warna
urine kuning tanpa darah

4. Pola aktivitas dan latihan


Kemampuan Perawatan 0 1 2 3 4
Diri
Makan/minum 

Mandi 

Toileting 
Berpakaian 

Mobilitas ditempat tidur 

24
Berpindah 

Ambulasi/ROM 

Keterangan : 0: mandiri
1: alat bantu
2: dibantu orang lain
3: dibantu orang lain dan alat
4: tergantung alat
5. Pola tidur dan istirahat
MRS : Pasien tidur siang kurang lebih 4jam dan tidur malam selama
kurang lebih 8jam, namun pasien mengatakan bahwa tidurnya tidak
nyenyak dan sering terganggu.
SMRS : Pasien jarang untuk tidur siang dan pasien tidur selama kurang
lebih 7jam untuk tidur malam

6. Pola perceptual
- Penglihatan
Penglihatan dari pasien sangat baik karena bisa membaca name tag
dari perawat.
- Pendengaran
Pendengaran pasien baik karena pasien mampu menjawab apa yang
ditanyakan perawat.
- Pengecap
pengecapan pasien baik karena pasien bisa merasakan rasa makanan
yang dimakan
- Perabaan
Perabaan pasien baik karena pasien terasa saat dipegang oleh perawat
untuk diperiksa

25
7. Pola persepsi diri
Pasien kurang percaya diri dengan penyakitnya karena pasien masih takut
dengan operasi yang akan dijalani.

8. Pola peran-hubungan
Pasien mengatakan hubungan dengan orang lain baik,pasien biasanya
mengikuti kegiatan ronda di desanya.Pasien juga aktif berorganisasi
masyarakat didesanya.Pasien mengatakan bahwa pasien senang
berkumpul dengan orang lain atau teman-temannya

9. Sistem nilai dan keyakinan


Pasien mengatakan bahwa dirinya adalah beragama islam.Pasien selalu
menjalakan solat 5 waktu dan pasien selalu berdoa kepada Allah SWT
bahwa segera diberi kesembuhan dari penyakinya.

Pemeriksaan Fisik
TD :110/80 mmHg, N= 85x/mnt , RR= 18x/mnt, S= 36,5
BB/TB : 67kg / 168cm
Kepala : Penyebaran rambut merata,warna rambut berubah
Leher : Tidak ada pembesaran tyroid

Thorak/jantung/paru :
I : Pergerakan dada simestri kiri dan kanan
P : Tidak ada nyeri tekan pada dada
P :Jantung pekak
A : Bunyi jantung: murni regular.

26
Abdomen
I : Bentuk perut simetri
A : Bissing usus 8x/menit
P : Seraba masa feses dikuadran kiri bawah
P : Perut tidak kembung

Perkemihan
I : Simetri
P :-
P : Tidak ada nyeri tekan diregion 7
A :-

Ekstermitas atas : Ektermitas atas sebelah kanan terpasanginfuse


RL 20tetes/menit
Ekstermitas bawah : Ektermitas bawah tidak ada gangguan atau
normal.

2. Pengelompokan Data Preoperatif


No. DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
1. Pasien mengatakantidak Pasien terlihat binggung.
mengerti tentangpenyakit Pasien terlihat bertanya- tanya
hemoroiddanbelumpernah penyakit hemoroid.
mendapatkan penyuluhan
penyakit hemoroid.

2. Pasien mengatakan tidak nyaman Pasien tampak tidak nyaman saat


saat akan BAB BAB
3. Pasien mengatakan nyeri di bagian Pasien tampak ada benjolan
anus
didaerah anus.
P= Nyeri adanya benjolan
Q= Seperti panas terbakar

27
R= Bagian anus
S= 5
T= Terus menerus

4. Pasien mengatakan memiliki Pasien tampak ada benjolan


penyakit hemoroid didaerah anus.
5. Pasien mengatakan gatal didaerah Pasien tampak mengesek-
anus.
gesekkan anus

3. Analisa Data
No Analisis Data Problem Etiologi
1. DS : Pasien mengatakan tidak Defisiensi kurang sumber
mengerti tentang pengetahuan pengetahuan
penyakit hemoroid dan
belum pernah
mendapatkan
penyuluhan penyakit
hemoroid.
DO : - Pasien terlihat
binggung.
- Pasien terlihat bertanya-tanya
penyakit hemoroid.

2. DS : Pasien mengatakan tidak Gangguan rasa aman Gejala terkait


nyaman saat akan BAB nyaman. penyakit.
DO : Pasien tampak tidak
nyaman saat BAB
3. DS : Pasien mengatakan nyeri Nyeri akut agen cidera
di bagian anus biologis
P= Nyeri adanya benjolan
Q= Seperti panas terbakar
R= Bagian anus
S= 5
T= Terus menerus
DO : Pasien tampah meringis
kesakitan

28
4. DS : Pasien mengatakan Risiko infeksi faktor risiko
memiliki penyakit hemoroid. penyakit kronis
DO : Pasien tampak ada
benjolan didaerah anus.

5.
DS : Pasien mengatakan gatal Kerusakan integritas Faktor mekanik
didaerah anus. kulit. (adanya
DO : Pasien tampak mengesek- pembedahan
gesekkan anus
B. INTRAOPERATIF
1. Pengkajian
a. Anestesi dimulai jam :08.45 WIB
b. Pembedahan dimulai : 09.00 WIB
c. Jenis anestesi :
Spinal
Umum atau General
Lokal
d. Posisi operasi :
Trendelnburg
Litotomi
e. Catatan Anestesi: Pasien dioperasi dengan anestesi injeksi
f. Pemasangan alat-alat: tidak terpasang alat bantu
g. Tanda-tanda vital:
Tekanan darah 110/80mmHg.
Nadi 85/menit
RR 18x/menit
Suhu Badan 36,5ºC

2. Pengelompokan Data Intraoperatif


No. DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
1. Pasien tampak menjalani

29
pembedahan pada hemoroid.
-Pasien tampak tidak sadar karena
pengaruh anestesi.
2. Pasien terpasang infus RL 20 tpm.
- Aanestesi lokal.
Pembedaham didaerah anus.

3. Analisa Data
No Analisa Problem Etiologi
1. DS : - Resiko Proses
DO : -Pasien tampak menjalani pembedahan pendaraha pembedahan.
pada hemoroid. n
-Pasien tampak tidak sadar karena
pengaruh anestesi.
2. DS : - Resiko Prosedur
DO : - Pasien terpasang infus RL 20 tpm. infeksi invasif
- Aanestesi lokal. (pembedahan
- Pembedaham didaerah anus. )

C. POSTOPERATIF
1. Pengkajian
a. Keluhan utama:
Pasien mengatakan nyeri pada bagian anus.
b. Tanda-tanda vital:
Tekanan Darah 120/80mmHg.
Nadi 90x/menit
RR 18x/menit
Suhu Badan 37,1ºC
c. Menggigil: tidak menggigil
d. Keadaan Umum: baik
e. Kesadaran : kompos mentis

30
f. Pernafasan: tidak terpasang O2
g. Turgor kulit: elastis
h. Ekstremitas atas : teraba hangat dan mampu bergerak.
i. Ekstremitas bawah: teraba hangat dan mampu bergerak
j. Posisi: Supinasi
k. Luka operasi: tidak terjadi rembes , tidak terjadi perdarahan
l. Pengeluaran urine :500cc, urin berwarna kuning ,
m. Keluhan lain: klien mengeluh nyeri tekan pada bekas operasi
2. Pengelompokan Data
No. DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
1. Pasien mengatakan Pasien tampak meringis kesakitan
nyeri di bagian anus
P= Nyeri post op
hemoroidektomi
Q= Seperti tersayat -
sayat
R= di bagian anus
S= 5
T= Terus menerus

2. Pasien mengatakan Pasien tampak ada luka jahitan di


memiliki penyakit daerah anus.
hemoroid.

3. Analisa Data
No Analisa Problem Etiologi
1. DS : Pasien mengatakan nyeri di bagian anus Nyeri akut Agen Cidera
P= Nyeri post op hemoroidektomi fisik.
Q= Seperti tersayat - sayat
R= di bagian anus
S= 5
T= Terus menerus
DO : Pasien tampak meringis kesakitan

31
2. DS : Pasien mengatakan memiliki penyakit Risiko faktor resiko
hemoroid. infeksi post prosedur
DO : Pasien tampak ada luka jahitan di daerah invasif
anus.

D. Diagnosa
a. Pre operasi
1. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang sumber
pengetahuan (00126).
2. Gangguan rasa aman nyaman berhubungan dengan Gejaja terkait
penyakit (00214).
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (00132).
4. Risiko infeksi dengan faktor resiko penyakit kronis (hemoroid) (00004).
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan faktor mekanik (adanya
tekanan atau gesekan) (00046).
b. Intra operasi
1. Resiko pendarahan dengan faktor resiko proses pembedahan.
2. Resiko infeksi dengan faktor resiko prosedur invasif ( pembedahan)
(00004).
c. Post operasi.
1. Nyeri akut berhubunhgan dengan agen cidera fisik (prosedur
pembedahan) (00132).
2. Risiko infeksi dengan faktor resiko post prosedur invasif (pembedahan)
(00004)

32
E. Perencanaan.
Pre Operasi
No Diagnosa Tujuan Intervensi
1. Defisiensi Setelah dilakukan 1. Identifikasi
pengetahuan tindakan keperawatan kemungkinan
berhubungan selama 3x24 jam masalah penyebab tentang
dengan kurang defisiensi pengetahuan proses terjadinya
sumber dapat teratasi dengan penyakit.
pengetahuan. kreteria hasil : 2. Jelaskan
1. Pasien dan patofisiologis dari
keluarga penyakit dan
menyatakan bagaimana hal ini
pemahaman berhubungan
tentang penyakit, dengan anatomi
kondisi, prognosis fisiologi.
dan program 3. Edukasi perubahan
pengobatan. gaya hidup pasien
2. Pasien dan untuk mengontrol
keluarga mampu atau mencegahb
melaksanakan komplikasi
prosedur yang penyakit.
dijelaskan secara 4. Instruksikan pasien
benar. mengenai tanda
3. Pasien dan dan gejala untuk
keluarga mampu melaporkan pada
menjelaskan pemberi perawatan
kembali apa yang kesehatan.
dijelaskan perawat
atau tim kesehatan
lain.
2. Gangguan rasa Setelah dilakukan 1. Identifikasi tentang
aman nyama tindakan keperawatan gejala yang
berhubungan selam 3x24 jam masalah mempengaruhi
dengan gejala gangguan rasa aman kenyamanan pasien.
terkait penyakit. nyama dapat teratsi 2. Berikan pendekatan
dengan kreteria hasil : yang menenangkan
1. Pasien mampu pada pasien.
mengontrol gejala 3. Edukasi dengan
yang dirasakan. teknik relaksasi
2. Status nafas dalam.
kenyamanan

33
pasien
meningkat.

3. Nyeri akutSetelah dilakukan 1. Kaji nyeri secara


berhubungan tindakan keperawatan komprehensif.
dengan agen selama 3x24 jam masalah 2. Berikan posisi
cidera biologis. nyeri akut dapat teratasi yang nyaman
dengan kreteria hasil : 3. Ajarkan teknik
1. Pasien mampu relaksasi nafas
mengenali skala, dalam.
instensitas, 4. Kolaborasi dengan
frekuensi dan dokter dalam
tanda gelaja nyeri. pemberian obat
2. Pasien mampu analgetik
mengontrol nyeri. (keterolax)
3. Pasien mampu
melaporkan
bahwa nyeri
berkurang dari
skala 5 ke 3.
4. Risiko infeksi Setelah dilakukan 1. Monitor tanda
dengan faktor tindakan keperawatan dan gejala
resiko penyakit selama 3x24 jam masalah infeksi sistemik
kronis resiko infeksi dapat dan lokal.
(hemoroid) teratasi dengan kriteria 2. Ajarkan cara
hasil: menghindari
1. Pasien bebas dari infeksi
tanda dan gejala (menjaga
infeksi. kebersihan area
2. Menunjukakan perianal)
kemampuan untuk 3. Edukasi pasien
mencegah tanda dan gejala
timbulnya infeksi. pasien.
3. Menunjukan 4. Kolaborasi
perilaku hidup dengan dokter
sehat. pemberian obat
antibiotik.
5. Kerusakan Setelah dilakukan 1. Observasi
Integritas kulit tindakan keperawatan keadaan luka
berhubungan selama 3x24 jam masalah haemorroid.
dengan faktor kerusakan integritas kulit 2. Bersihkan area
mekanik dapat teratasi dengan sekitar perianal.

34
(adanya tekanan, kriteria hasil: 3. Anjurkan pasien
atau gesekan) 1. Integritas kulit konsumsi
yang baik mampu makanan
dipertahankan mengandung
(sensasi, tinggi serat.
elastisitas, 4. Kolaborasi
temperatur, dengan dokter
hidrasi, dan pemberian obat.
pigmentasi).
2. Tidak ada luka
lesi pada kulit.
3. Mampu
melindungi dan
menjaga
kelembapan kulit.

35
Intra Operasi
NO Diagnosa Tujuan Intervensi
1 Resiko Setelah dilakukan 1. Kaji keadaan
pendarahan tindakan keperawatan klien tetap stabil.
dengan faktor selama 3x24 jam masalah 2. Monitor dengan
resiko Resiko perdarahandapat ketat untuk
teratasi dengan kriteria mencegah
hasil : terjadinya
1. Dapat mengenali perdarahan.
faktor risiko
3. Menyiapkan
2. Tidak ada
perubahan ttv darah pengganti.
dalam batas
4. Kolaborasi
normal
3. Tidak terjadi dengan tenaga
pendarahan
kesehatan
selama operasi
berlangsung. lainnya untuk
mencegah
terjadinya
pendarahan.
2 Resiko infeksi Setelah dilakukan 1. Monitor tanda
tindakan keperawatan dan gejala
dengan faktor
selama 3x24 jam masalah infeksi
resiko prosedur Resiko infeksi dapat sistemik dan
teratasi dengan kriteria lokal.
invasif
hasil: 2. Ajarkan cara
1. Pasien bebas dari menghindari
tanda dan gejala infeksi
infeksi. (menjaga
2. Menunjukakan kebersihan
kemampuan untuk area perianal)
mencegah 3. Edukasi
timbulnya infeksi. pasien tanda
3. Menunjukan dan gejala
perilaku hidup pasien.

36
sehat. 4. Kolaborasi
dengan dokter
pemberian
obat
antibiotik.

Post Operasi
N Diagnosa Tujuan Intervensi
O
1 Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Kaji nyeri
tindakan keperawatan secara
berhubunhgan
selama 3x24 jam masalah komprehensif.
dengan agen nyeri akut dapat teratasi 2. Berikan posisi
dengan kreteria hasil : yang nyaman
cidera fisik
1. Pasien mampu 3. Ajarkan teknik
(prosedur mengenali skala, relaksasi nafas
instensitas, dalam.
pembedahan)
frekuensi dan 4. Kolaborasi
tanda gelaja nyeri. dengan dokter
2. Pasien mampu dalam
mengontrol nyeri. pemberian obat
3. Pasien mampu analgetik
melaporkan (keterolax)
bahwa nyeri
berkurang dari
skala 5 ke 3.
2 Resiko infeksi Setelah dilakukan 1. Monitor tanda
tindakan keperawatan dan gejala
dengan faktor
selama 3x24 jam masalah infeksi
resiko prosedur Resiko infeksi dapat sistemik dan
teratasi dengan kriteria lokal.
invasif
hasil: 2. Ajarkan cara
1. Pasien bebas dari menghindari
tanda dan gejala infeksi
infeksi. (menjaga
2. Menunjukakan kebersihan
kemampuan untuk area perianal)
mencegah 3. Edukasi pasien
timbulnya infeksi. tanda dan

37
3. Menunjukan gejala pasien.
perilaku hidup 4. Kolaborasi
sehat. dengan dokter
pemberian
obat antibiotik.

BAB V
PENUTUP

38
A. Kesimpulan
Hemoroid adalah suatu pembengkakan yang tidak wajar di daerah rektal
yang terkadang disertai perdarahan. Hemoroid dikenal di masyarakat sebagai
penyakit wasir atau ambeien merupakan penyakit yang sering dijumpai dan
telah ada sejak jaman dahulu. Namun masih banyak masyarakat yang belum
mengerti bahkan tidak tahu mengenai gejala-gejala yang timbul dari penyakit
ini. Hemoroid sangat umum terjadi pada usia 50 tahun.
Klasifikasi pada hemoroid dapat diklaifikasikan berdasarakan asal/tempat
penyebabnya. Penatalaksanaannya ini berupa perbaiakan pola hidup,
perbaikan pola makan dan minum, perbaiki pola/cara deteksi.
Asuhan keperawatan pada pasien dengan hemoroid yang telah dilakukan
tindakan hemoroidektomi, dapat dimulai dari pengkajian., diagnose
keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi. Dari hasil kasus di atas
setelah dilakukan pengkajian didapatkan diagnose keperawatan.
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa Keperawatan
Mahasiswa dapat meningkatkan pengetahuan keterampilannya
tentang asuhan keperawatan pasca operasi hemoroidektomi baik dari
proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnose, intervensi,
implementasi, dan evaluasi. Sehingga diharapkan dapat memberikan
asuhan keperawatan yang lebih optimalnantinya.
2. Bagi Institusi Keperawatan
Institusi diharapkan dapat menambah refrensi buku-buku mengenai
keperawatan perioperative di perpustakaan kampus. Agar kemampuan
mahasiswa dalam menulis suatu karya ilmiah dapat lebih maksimal
karena didukung oleh ilmu dan informasi yang memadai.
DAFTAR PUSTAKA

39
Bulecheck, G.(2013). Nursing Intervention Classification.

Haryono, Rudi. 2013. Keperawatan Medical Bedah. Yogyakarta: Gosyen Publisher

Hermand, T. Heater dan Shigemi Kamitsuru. 2015. NANDA Internasional


Inc.Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 205-2017

Lumenta, Nico A., 2006 Kenali Jenis Penyakit dan Cara Penyembuhannya :
Manajemen Hidup Sehat. Jakarta : Gramedia,

Mufti. 2013. New Treatment for Grade III and IV Hemorroids. Diakses pada 18
Oktober 2018 di
https://www.scribd.com/document/147385018/

Muttaqin, Aplikasi Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika,


2011

NANDA, 2007 Diagnosa Nanda ( NIC dan NOC ). Jakarta: Perima Medika.

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC.Jogjakarta: MediAction

Price, A. S., Wilson M. L., 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Alih Bahasa: dr. Brahm U. Penerbit. Jakarta: EGC

Smeltzer. (2001).Keperawatan medikal bedah, edisi 8. Jakarta :EGC

Smeltzer, S.C. (2002). Buku Ajar keperawatan medical Bedah Edisi 8 Vol. 2.EGC :
Jakarta

Hendarman, Yarie. 2013. Hemoroidektomi. Diakses pada 18 Oktober 2018 di

https://www.scribd.com/doc/165401233/

40

Anda mungkin juga menyukai