A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kehamilan postterm disebut juga kehamilan serotinus, kehamilan lewat
bulan, kehamilan lewat waktu, prolonged, pregnancy, extended pregnancy,
postdate/post datisme atau pascamaturitas adalah kehamilan yang berlangsung
sampai 42 minggu (294 hari) atau lebih, di hitung dari pertama haid terakhir
menurut rumus neagle dengan siklus haid rata-rata (Prawiroharjo,2009:686).
Kehamilan postterm berpengaruh pada janin, dalam kenyataanya
kehamilan serotinus mempunyai pengaruh terhadap perkembangan janin sampai
kematian janin. Ada janin yang dalam masa kehamilan 42 minggu atau lebih
berat badannya meningkat terus, ada yang tidak bertambah, ada yang lahir
dengan berat badan kurang dari semestinya atau meninggal dalam kandungan
karena kekurangan zat makanan dan oksigen, sementara itu resiko bagi ibu
dengan kehamilan serotinus dapat berupa partus lama, inersia uteri dan
perdarahan pasca persalinan ataupun tindakan obstetric yang meningkat
(Prawiroharjo,2009:686).
B. TINJAUAN TEORI
1. Definisi
Serotinus adalah kehamilan yang melewati 294 hari atau 42 minggu
lengkap. Diagnosa usia kehamilan didapatkan dengan perhitungn usia kehamilan
dengan rumus Naegele atau dengan penghitungan tinggi fundus uteri ( Kapita
Selekta Kedokteran jilid 1 ).
2. Etiologi
Penyebab terjadinya kehamilan post matur belum diketahui dengan jelas,
namun diperkirakan dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu:
Masalah ibu:
1. Cervix belum matang
2. Kecemasan ibu
3. Persalinan traumatis
4. Hormonal
5. Factor herediter
Masalah bayi:
1. Kelainan pertumbuhan janin
2. Oligohidramnion.
3. Tanda dan Gejala
1. Gerakan janin jarang ( secara subjektif kurang dari 7x / 20 menit atau
secara objektif kurang dari 10x / menit.
2. Pada bayi ditemukan tanda lewat waktu yang terdiri dari:
a. Stadium I : kulit kehilangan vernix caseosa dan terjadi maserasi
sehingga kulit menjadi kering, rapuh dan mudah terkelupas.
b. Stadium II : seperti stadium I, ditambah dengan pewarnaan
mekoneum ( kehijuan di kulit.
c. Stadium III : seperti stadium I, ditambah dengan warna kuning pada
kuku, kulit dan tali pusat.
1) Berat badan bayi lebih berat dari bayi matur.
2) Tulang dan sutura lebih keras dari bayi matur
3) Rambut kepala lebih tebal.
4. Patofisiologi
Fungsi plasenta mencapai puncaknya ada kehamilan 38 minggu dan kemudian
mulai menurun terutama setelah 42 minggu. Hal ini dapat dibuktikan dengan
penurunan estriol dan plasental laktogen. Rendahnya fungsi plasenta berkaitan
dengan peningkatan kejadian gawat janin dengan resiko 3 kali.
Permasalahan kehamilan lewat waktu adalah plasenta tidak sanggup
memberikan nutrisi dan pertukaran CO2/O2 akibat tidak timbul his sehingga
pemasakan nutrisi dan O2 menurun menuju janin di samping adanya spasme
arteri spiralis menyebabkan janin resiko asfiksia sampai kematian dalam rahim.
Makin menurun sirkulasi darah menuju sirkulasi plasenta dapat mengakibatkan
pertumbuhan janin makin lambat dan penurunan berat disebut dismatur,
sebagian janin bertambah besar sehingga memerlukan tindakan operasi
persalinan, terjadi perubahan metabolisme janin, jumlah air ketuban berkurang
dan makin kental menyebabkan perubahan abnormal jantung janin
(wiknjosastro, H.2009. Manuaba, G.B.I,2011 & Mochtar R, 2009)
5. Pemeriksaan Penunjang
a. USG : untuk mengetahui usia kehamilan, derajat maturitas plasenta.
b. Kardiotokografi : untuk menilai ada atau tidaknya gawat janin.
c. Amniocentesis : pemeriksaan sitologi air ketuban.
d. Amnioskopi : melihat kekeruhan air ketuban.
e. Uji Oksitisin : untuk menilai reaksi janin terhadap kontraksi uterus.
f. Pemeriksaan kadar estriol dalam urine.
g. Pemeriksaan sitologi vagina.
F. Pengaruh terhadap ibu dan bayi
1. Ibu:
Persalinan postmatur dapat menuebabkan distosia karena kontraksi uterus
tidak terkoordinir, janin besar, molding kepala kurang, sehingga sering dijumpai
partus lama, kesalahan letak, inersia uteri, distosia bahu, perdarahan post partum
yag mengakibatkan meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas.
2. Bayi :
Jumlah kematian janin atau bayi pada kehamilan 42 minggu 3x lebih besar
dari kehamilan 40 minggu. Pengaruh pada janin bervariasi, biantaranya berat janin
bertambah, tetap atau berkurang,
G. Penatalaksanaan
a. Setelah usia kehamilan lebih dari 40- 42 minggu, yang terpenting adalah
monitoring janin sebaik – baiknya.
b. Apabila tidak ada tanda – tanda insufisiensi plasenta, persalinan spontan dapat
ditunggu dengan pengawasan ketat.
c. Lakukan pemeriksaan dalam untuk menentukan kematangan cervik, apabila
sudah matang, boleh dilakukan induksi persalinan.
d. Persalinan pervaginam harus diperhatikan bahwa partus lama akan sangat
merugikan bayi, janin postmatur kadang – kadang besar dan kemungkinan
disproporsi cephalopelvix dan distosia janin perlu diperhatikan. Selain itu janin
post matur lebih peka terhadap sedative dan narkosa.
e. Lakukan pemeriksaan dengan cara Bishop Score :
Bishop Score adalah suatu cara menilai kematangan serviks dan responnya
terhadap suatu induksi persalinan, karena telah diketahui bahwa serviks bishop
skore rendah artinya serviks belum matang dan memberikan angka kegagalan
yeng lebih tinggi dibanding serviks yang matang.
Lima kondisi yang dinilai dari serviks adalah :
1. Pembukaan (dilatation ) yaitu ukuran diameter leher rahim yang
terenggang, ini melengkapi pendataran dan biasanya merupakan indicator
yang paling penting dari kemajuan melalui tahap pertama kerja
2. Pendataran ( penipisan )/ effacement yaitu ukuran regangan sedah ada di
leher rahim
3. Penurunan kepala janin (station) yaitu menggambarkan posisi janin kepala
dalam hubungannya dengan jarak dari iskiadika punggung, yang dapat
teraba jauh didalam vagina posterior (sekitar8-10cm) sebagai tonjolan
tulang
4. Konsistensi yaitu dalam primigravida leher rahim perempuan biasanya lebih
keras dan tahan terhadap peregangan seperti sebuah balon sebelumnya
belum meningkat, lebih jauh lagi, pada wanita muda serviks lebih tangguh
dari pada wanita yang lebih tua
5. Posisi ostinum uteri yaitu posisi leher rahim perempuan bervariasi antara
individu, sebagai anatomi vagina sebenarnya menghadap ke bawah, anterior
dan posterior lokasi relative menggambarkan batas atas dan bawah dari
vagina. Posisi anterior lebih baik sejajar dengan rahim dan karena itu
memungkinkan peningkatan kelahiran spontan