Anda di halaman 1dari 11

TINJAUAN TEORI

KEHAMILAN LEWAT WAKTU (POST DATE/POSTTERM)

A. Pengertian
Kehamilan lewat waktu adalah kehamilan yang umur kehamilannya lebih
dari 42 minggu.
Kehamilan post matur adalah kehamilan yang berlangsung lebih lama dari 42
minggu, dihitung berdasarkan rumus Naegle dengan siklus haid rata-rata 28 hari.
Partusnya disebut partus post matur atau serotinus dan bayinya disebut
postmaturitas.
B. Pengaruh Kehamilan Serotinus
1. Masalah Ibu
a. Serviks yang belum matang (70%) kasus
b. Kecemasan ibu
c. Persalinan traumatis akibat janin besar (20%) kasus
d. Angka kejadian seksio sesaria meningkat karena gawat janin, distosia dan
disproporsi cephalo pelvik.
e. Meningkatnya perdarahan pasca persalinan karena penggunaan oksitosin
untuk akselerasi atau induksi.
2. Masalah Janin
a. Kelainan pertumbuhan janin
1) Janin besar dapat menyebabkan distosia bahu, dan fraktur klavikula
2) Pertumbuhan janin terhambat
b. Oligohidramnion
Kelainan cairan amnion ini akan menyebabkan
1) Gawat janin
2) Keluarnya mekonium
3) Tali pusat tertekan sehingga menyebabkan kematian janin mendadak
Walaupun dikatakan kejadiannya mencapai 10% kehamilan, namun perlu
dilakukan evaluasi ulang tentang kemungkinan kesalahan dalam
penentuan umur kehamilan.
C. Etiologi
Etiologi pasti belum diketahui. Faktor yang dikemukakan adalah hormonal, yaitu
kadar progesteron tidak cepat turun walaupun kehamilan telah cukup bulan,
sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang. Faktor lain adalah faktor
herediter, karena post maturitas sering dijumpai pada suatu keluarga tertentu.
D. Diagnosis
1. Bila HPHT dicatat dan diketahui wanita hamil diagnosis hamil tidak sukar.
2. Bila wanita tidak tahu, lupa atau tidak ingat, atau sejak melahirkan yang lalu
tidak dapat haid dan kemudian menjadi hamil, hal ini akan sukar
memastikannya, Hanyalah dengan pemeriksaan antenatal yang teratur dapat
diikuti tinggi dan naiknya tinggi fundus uteri, mulainya gerakan janin dan
besarnya janin dapat membantu diagnosa.
3. Pemeriksaan berat badan ibu diikuti, kapan menjadi berkurang, begitu pula
lingkaran perut dan jumlah air ketuban apakah berkurang
4. Pemeriksaan rontenologis : dapat dijumpai pusat – pusat penulangan pada
bagian distal femur,bagian proksimal tibia,tulang kuboid,diameter biparietal
9,8 cm atau lebih.
5. Ultrasonografi:Ukuran diameter biparietal,gerakan janin,dan jumlah air
ketuban.
6. Pemeriksaan sistologik air ketuban:air ketuban diambil dengan amniosentesis
baik transvaginal maupun transabdominal.Air ketuban aka bercampur lemak
dari sel – sel kulit yang dilepas janin setelah kehamilan mencapai lebih dari 36
minggu. Air ketuban yang diperoeh dipulas dengan sulfat biru Nil, maka sel –
sel yang mengandung lemak akan berwarna jingga. Bila:
a. Melebihi 10%=kehamilan diatas 36 minggu
b. Melebihi 50%=kehamilan diatas 39 minggu
7. Amioskopi :melihat derajat kekeruhan air ketuban,menurut warnanya karena
dikeruhi mekoneum.
8. Kardiotografi: mengawasi dan membaca denyut jantung janin,karena
insufisiensi plasenta.
9. Uji oksitosin(stess test): Yaitu dengan infus tetes oksitosin dan diawasi reaksi
janin terhadap kontraksi uterus.Jika ternyata reaksi janin kurang baik,hal ini
mungkin janin akan berbahya dalam kandungan.
10. Pemeriksaa kadar estriol dalam urin
11. Pemeriksaan PH darah kepala janin
12. Pemeriksaan sitologi vagina
E. Penanganan Umum
1) Lakukan konfirmasi umur kehamilan
2) Evaluasi kesejahteraan janin
F. Penilaian Klinik
Sebelum melakukan intervensi, kita harus menilai kembali tentang kehamilannya
untuk memperoleh umur kehamilan yang benar. Pemeriksaan ultrasonografi
janin sangat bermanfaat untuk memeriksa adanya kelainan konginetal, presentasi
janin, taksiran berat janin, kondisi plasenta, volume cairan amnion. Pemeriksaan
ultrasonografi tidak bisa menentukan umur kehamilan secara tepat apabila
kehamilannya sudah lanjut.
1) Menilai Pasien
a) Menentukan taksiran persalinan
Menentukan taksiran persalinan merupakan bagian terpenting dari perawatan
antenatal, karena kan berpengaruh pada tindakan selanjutnya. Menentukan
saat persalinan lebih tepat dan dapat dipercaya bila dilakukan pada kehamilan
dini. Kemampuan ini perlu ditekankan ditingkat masyarakat dan Puskesmas
sejak kehamilan 41 minggu, apabila sudah masuk 42 minggu perlu dirujuk ke
RS.
2) Penilaian Janin
a) Bila kehamilan lewat waktu direncanakan untuk tidak segera dilahirkan,
kita harus mempunyai keyakinan bahwa janin dapat hidup terus di dalam
lingkungan intrauterin. Penilaian janin tentunya disesuaikan kemampuan
fasilitas kesehatan.di tingkat komunitas dan Puskesmas kemampuan
penilaian janin terbatas. Penilaian berikut ini dimungkinkan di tingkat RS
Kabupaten.
b) Pemeriksaan Ultrasonografi
(1) Pemeriksaan biometri untuk menaksir berat janin.
(2) Pemeriksaan derajat kematangan plasenta dan keadaan cairan amnion.
Kantung amnion kurang dari 2 cm atau indeks cairan amnion kurang
dari 5 cm, merupakan indikasi untuk mengakhiri kehamilan. Perlu
dilakukan penilaian adanya gangguan pertumbuhan janin intrauterin.
- Menilai kematangan serviks
Menilai derajat kematangan serviks biasanya menggunakan Bishop
skor. Servik belum matang bila skor kurang dari 5.
G. Komplikasi
1. Anak besar, dapat menyebabkan CPD
2. Oligohidramnion, dapat menyebabkan kompresi tali pusat, gawat janin sampai
bayi meninggal
3. Keluarnya mekonium yang menyebabkan aspirasi mekonium
H. Pencegahan
1. Konseling antenatal yang baik
2. Evaluasi ulang umur kehamilan bila ada tanda-tanda berat badan tidak naik,
oligohidramnion, gerak anak menurun. Bila ragu periksa untuk konfirmasi
umur kehamilan dan mencegah komplikasi.
I. Penanganan
Pengelolaan kehamilan lewat waktu kita awali dari umur kehamilan 41
minggu. Hal ini disebabkan meningkatnya pengaruh buruk pada keadaan
perinatal setelah umur kehamilan 40 minggu dan menin gkatnya insidensi janin
besar.
Namun untuk mengurangi beban dan kepraktisan dari bidan dan puskesmas
akan dirujuk bila umur kehamilan > 41 minggu. Bila kehamilan > 40 minggu,
ibu hamil dianjurkan menghitung gerak janin selama 24 jam (tidak boleh kurang
dari 10 kali), atau menghitung jumlah gerakan janin persatuan waktu dan
bandingkan apakah mengalami penurunan atau tidak.
J. Pengelolaan Persalinan
1. Setelah usia kehamilan lebih dari 40-42 minggu yang penting adalah
monitoring janin sebaik- baiknya
2. Apabila tidak ada tanda – tanda insufisiensi plasenta,persalinan spontan dapar
di tunggu dengan pengawasan ketat.
3. Lakukan pemeriksaan dalam untuk menilai kematangan serviks,kalau sudah
matang boleh dilakukan induksi persalinan dengan atau tanpa amniotomi
4. Bila: (a) riwayat kehamilan yang lalu ada kematian janin dalam rahim, (b)
tedapat hipertensi,pre eklamsi, dan (c) kehamilan ini adalah anak pertama
karena infertilitas atau, (d) pada kehamilan lebih dari 40-42 minggu, maka ibu
dirawat dirumah sakit.
5. Tindakan operasi seksio sesarea dapat dipertimbangkan pada (a) insufisiensi
plasenta dengan keadaan serviks belum matang ,(b) pembukaan yang belum
lengkap, persalinan lama dan terjadi tanda gawat janin, atau (c) pada
primigravida tua, kematian janin dalam kandungan , pre eklamsia, hipertensi
menahun, anak berharga (infertilitas) dan kesalahan letak janin.
6. Pada persalinan pervaginam harus diperhatikan bahwa partus lama akan
sangat merugikan bayi ;janin postmatur kadang- kadang besar,dan
kemungkinan disproporsi sefalo –pelvik dan distosia janin perlu
dipertimbangkan.Selain itu janin postmatur lebih peka terhadap sedatif dan
narkosa, jadi pakailah anestesi konduksi. Jangan lupa, perawatan neonatus
postmaturitas perlu dibawah pengawasan dokter anak.
K. Pengelolaan Intrapartum
1. Pasien tidur miring sebelah kiri
2. Pergunakan pemantauan elektronik jantung janin
3. Beri oksigen bila ditemukan keadaan jantung yang abnormal
4. Perhatikan jalannya persalinan
5. Segera setelah lahir, bayi harus segera diperiksa terhadap kemungkinan
hipoglikemi, hipovolemi, hipotermi.
Bayi yang mengalami postterm dapat dibagi 3 stadium :
1. Stadium 1
Kulit menunjukkan kehilangan verniks kaseosa dan maserasi berupa kulit
kering, rapuh dan mudah mengelupas.
2. Stadium II
Gejala di atas disertai pewarnaan mekonium (kehijauan pada kulit).
3. Stadium III
Terdapat pewarnaan pada kuku, kulit dan tali pusat.
Tanda – tanda bayi postmatur secara umum
a.Biasanya lebih berat dari bayi matur
b.Tulang dan sutura lebih keras dari bayi matur
c.Rambut lanugo hilang atau sangat kurang
d.Verniks kaseosa di badan kurang
e.Kuku- kuku panjang
f. Rambut kepala agak tebal
g.Kulit agak pucat dengan deskuamasi epitel
L. Mencegah Aspirasi Mekonium
Apabila ditemukan cairan ketuban yang terwarnai mekoneum harus segera
dilakukan resusitasi sebagai berikut :
1. Penghisapan nasofaring dan orofaring posterior secara agresif sebelum dada
janin lahir.
2. Bila mekoneum tampak pada pita suara, pemeberian ventilasi dengan tekanan
positif ditangguhkan dahulu sampai trakea telah diintubasi dan penghisapan
yang cukup.
3. Intubasi trakea harus dilakukan rutin bila ditemukan mekoneum yang tebal.
TINJAUAN TEORI KEHAMILAN BERRISIKO

A. Kehamilan Beresiko
1. Pengertian Kehamilan Beresiko
Kehamilan berisiko adalah kehamilan yang akan menyebabkan
terjadinya bahaya dan komplikasi yang lebih besar, baik terhadap ibu
maupun terhadap janin yang dikandungnya selama masa kehamilan,
melahirkan ataupun nifas bila dibandingkan dengan kehamilan persalinan
dan nifas normal (Haryati N., 2012).
Kehamilan risiko tinggi adalah suatu proses kehamilan yang
kehamilannya mempunyai risiko lebih tinggi dan lebih besar dari normal
umumnya kehamilan (baik itu bagi sang ibu maupun sang bayinya) dengan
adanya risiko terjadinya penyakit atau kematian sebelum atau pun sesudah
proses persalinanya kelak Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang
menyebabkan terjadinya bahaya dan komplikasi yang lebih besar baik
terhadap ibu maupun terhadap janin yang dikandungnya selama masa
kehamilan, persalinan, ataupun nifas bila dibandingkan dengan kehamilan
persalinan dan nifas normal.
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ibu Hamil Risiko Tinggi
a) Tekanan darah tinggi lebih dari 140/90 mmHg
Perlu diketahui bahwa tekanan darah tinggi ada dua. Pertama,
penderita yang sudah mengidap hipertensi sebelum kehamilan terjadi.
Kedua, penderita hipertensi akibat kehamilan itu sendiri. Jadi mungkin saja
sebelum kehamilan tekanan darah ibu normal, lalu disaat kehamilan
mendadak tinggi. Kondisi inilah yang disebut preklamsia dan eklamsia.
Preklamsia biasanya terjadi pada kehamilan lebih dari 20 minggu dan
harus segera ditangani agar tidak meningkat menjadi eklamsia yang tidak
saja berbahaya bagi ibu tapi juga janin. Ibu bisa mengalami kejang -
kejang hingga bisa tidak terselamatkan, tentunya jika ibu tidak
terselamatkan, janin pun bisa mengalami nasib yang sama.
b) Kaki bengkak (Odema)
Biasanya pembengkakan terjadi pada tungkai bawah, yang disebabkan
penekanan rahim yang membesar seiring dengan bertambahnya usia
kehamilan. Hal ini tampak saat usia kehamilan semakin tua. Jika
pembengkakan juga terjadi pada tangan dan wajah., atau sakit kepala
kadangkala disertai kejang. Ini bisa membahayakan keselamatan ibu dan
bayi dalam kandungan. Untuk mengetahui apakah kaki mengalami
pembengkakan tekanlah kulit disekitar pergelangan kaki dengan ibu jari.
Jika tempat yang ditekan menjadi kempis dan tidak segera pulih berarti
kaki tersebut bengkak.
c) Peningkatan berat badan lebih dari 5 kg atau kurang 4 kg
Penambahan berat badan yang normal hingga kehamilan berusia 6
bulan adalah sekitar 1- 1,5 kg / bulan. Setelah memasuki kehamilan bulan
7 kenaikan bobot sebaiknya berkisar antara 0,5- 1/ bulan.
d) Pucat
Wajah pucat, kelopak dalam mata pucat, telapak tangan pucat, mudah
lelah, lemah, lesuh, kemungkinan ibu hamil menderita anemia (kurang
darah). Sebenarnya ibu hamil kekurangan hemoglobin pada sel darah
merahnya pada ibu hamil. anemia sering disebabkan kekurangan zat besi.
Anemia kekurangan zat besi mudah diatasi dengan pemberian tambahan
pil zat besi (sulfas ferosus) atau tablet penambah zat besi lainnya. Anemia
dalam kehamilan berakibat buruk pada kehamilan dan janin yang
dikandung. Pasokan oksigen janin kurang normal. Gangguan plasenta dan
pendarahan pasca persalinan juga sering terjadi pada ibu hamil yang
anemia.
e) Tinggi badan kurang dari 145 cm
Wanita hamil yang mempunyai tinggi badan kurang dari 145 cm,
memiliki resiko tinggi mengalami persalinan secara premature, karena
lebih mungkin memiliki panggul yang sempit.
a) Perdarahan
Perdarahan adalah salah satu kejadian yang menakutkan selama
kehamilan. Perdarahan ini dapat bervariasi mulai dari jumlah yang sangat
kecil (bintik-bintik), sampai pendarahan hebat dengan gumpalan dan kram
perut. Perdarahan hamper 30 % terjadi pada kehamilan. Kondisi ini terjadi
di awal masa kehamilan (trimester pertama), tengah semester (trimester
kedua) atau bahkan pada masa kehamilan tua (trimester ketiga).
Perdarahan pada kehamilan merupakan keadaan yang tidak normal
sehingga harus diwaspadai. Ada beberapa penyebab perdarahan yang
dialami oleh wanita hamil. Setiap kasus muncul dalam fase tertentu. Ibu
hamil yang mengalami perdarahan perlu segera diperiksa untuk
mengetahui penyebabnya agar bisa dilakukan solusi medis yang tepat
untuk menyelamatkan kehamilan. Adakalanya kehamilan bisa
diselamatkan, namum tidak jarang yang gagal. Pemeriksaan yang
dilakukan meliputi pemeriksaan kandungan disertai dengan pengajuan
beberapa pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan terjadinya
perdarahan. Bila perlu dilakukan pemeriksaan penunjang seperti
ultrasonographi (USG) dan pemeriksaan laboratorium.
b) Deman tinggi
Demam tinggi pada ibu hamil biasanya disebabkan karena infeksi atau
malaria. Demam tinggi biasanya membahayakan keselamatan jiwa ibu bisa
menyebabkan keguguran atau kelahiran (Nurhayati, N., 2012)
3. Tanda-Tanda Kehamilan Risiko Tinggi
a) Keguguran.
Keguguran dapat terjadi secara tidak disengaja. misalnya : karena
terkejut, cemas, stres. Tetapi ada juga keguguran yang sengaja dilakukan
oleh tenaga non profesional sehingga dapat menimbulkan akibat efek
samping yang serius seperti tingginya angka kematian dan infeksi alat
reproduksi yang pada akhirnya dapat menimbulkan kemandulan.
b) Persalinan prematur, berat badan lahir rendah (BBLR) dan kelainan
bawaan.
Prematuritas terjadi karena kurang matangnya alat reproduksi
terutama rahim yang belum siap dalam suatu proses kehamilan, berat
badan lahir rendah (BBLR) juga dipengaruhi oleh kurangnya gizi saat
hamil dan juga umur ibu yang belum 20 tahun. Cacat bawaan dipengaruhi
oleh kurangnya pengetahuan ibu tentang kehamilan, pengetahuan akan
asupan gizi sangat rendah, pemeriksaan kehamilan (ANC) yang kurang,
keadaan psikologi ibu kurang stabil. Selain itu cacat bawaan juga di
sebabkan karena keturunan (genetik) proses pengguguran sendiri yang
gagal, seperti dengan minum obat-obatan (gynecosit sytotec) atau dengan
loncat-loncat dan memijat perutnya sendiri.
Pengetahuan ibu hamil akan gizi masih kurang, sehingga akan
berakibat kekurangan berbagai zat yang diperlukan saat pertumbuhan
dengan demikian akan mengakibatkan makin tingginya kelahiran
prematur, berat badan lahir rendah dan cacat bawaan.
c) Mudah terjadi infeksi.
Keadaan gizi buruk, tingkat sosial ekonomi rendah, dan stress
memudahkan terjadi infeksi saat hamil terlebih pada kala nifas.
d) Anemia Kehamilan/ kekurangan zat besi
Penyebab anemia pada saat kehamilan disebabkan oleh kurang
pengetahuan akan pentingnya gizi pada saat hamil, karena pada saat hamil
mayoritas ibu menderita anemia. Tambahan zat besi dalam tubuh
fungsinya untuk meningkatkan jumlah sel darah merah, membentuk sel
darah merah janin dan plasenta. lama-kelamaan seseorang yang kehilangan
sel darah merah akan mengalami anemia.
e) Keracunan Kehamilan (Gestosis)
Kombinasi keadaan alat reproduksi yang belum siap hamil dan anemia
makin meningkatkan terjadinya keracunan kehamilan yang sering di sebut
sebagai preeklamsia atau eklamsia. Preeklamsia dan eklamsia memerlukan
perhatian serius karena dapat menyebabkan kematian.
4. Skor Poedji Rochyati
a) Definisi
Cara untuk mendeteksi dini kehamilan berisiko menggunakan skor Poedji
Rochjati. Berdasarkan jumlah skor kehamilan dibagi menjadi tiga
kelompok yaitu, kehamilan risiko rendah, kehamilan risiko tinggi dan
kehamilan risiko sangat tinggi,tentang usia ibu hamil, riwayat kehamilan,
riwayat persalinan, riwayat penyakit ibu hamil.
1) Kehamilan Risiko Rendah (KRR) dengan jumlah skor 2.
2) Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) dengan jumlah skor 6-10.
3) Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST) dengan jumlah skor ≥ 12.
b) Tujuan
1) Melakukan pengelompokan sesuai dengan risiko kehamilannya,dan
mempersiapkan tempat persalinan yang aman sesuai dengan
kebutuhannya.
2) Melakukan pemberdayaan terhadap ibu hamil, suami, maupun
keluarga agar mempersiapkan mental, biaya untuk rujukan terencana.
c) Fungsi
1) Alat komunikasi untuk edukasi kepada ibu hamil, suami maupun
keluarga untuk kebutuhan pertolongan mendadak ataupun rujukan
terencana.
2) Alat peringatan bagi petugas kesehatan. Semakin tinggi skor, maka
semakin intensif pula perawatan dan penanganannya.
d) Cara pemberian skor
1) Kondisi ibu hamil umur, paritas dan faktor risiko diberi nilai 2,4, dan
8.
2) Pada umur dan paritas diberi skor 2 sebagai skor awal.
3) Tiap faktor risiko memiliki skor 4 kecuali pada letak sungsang,luka
bekas sesar, letak lintang, perdarahan antepartum, dan preeklamsia
berat/eklamsia diberi skor 8.

Anda mungkin juga menyukai