Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Preeklamsi merupakan penyulit dalam proses persalinan yang kejadiannya
senantiasa tetap tinggi. Tingginya angka kejadian preeklamsi merupakan faktor
utama penyebab timbulnya eklamsi yang mengancam ibu bersalin, tingginya
angka kematian ibu bersalin sebagai akibat perkembangan dari preeklamsi yang
tidak terkontrol memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap tingginya
angka kematian.
Dengan besarnya pengaruh preeklamsi terhadap tingginya tingkat
kematian ibu bersalin, maka sudah selayaknya dilakukan upaya untuk mencegah
dan menangani kasus-kasus preeklamsi perawatan pada ibu bersalin dengan
preeklamsi merupakan usaha nyata yang dapat dilakukan untuk mencegah
timbulnya komunikasi -komunikasi sebagai akibat lanjut dari preeklamsi
tersebut.
Oleh sebab itu penulis tertarik membuat asuhan kebidanan pada Ny.”D”
GIP0000Ab000 UK 41-42 Minggu, T/H/I, inpartu Kala I Fase Laten dengan PEB,
POST DATE di BPM Bu Sulaikah, Amd.Keb., tanggal 2 Januari 2014. Dengan
harapan dapat memberikan asuhan dan perawatan sebagai salah satu usaha untuk
mengatasi masalah keadaan yang dialami oleh ibu dalam hal ini menghindari ibu
dari resiko yang mungkin terjadi sehingga persalinan berjalan dengan lancar.

1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat melaksanakan manajemen kebidanan apda ibu bersalin
dengan preeklamsi berat secara keomprehensif

1.2.2. Tujuan Khusus


Setelah menyusun asuhan kebidanan ini diharapkan mahasiswa dapat :
a. Mengkaji data ibu
b. Mengidentifikasi diagnosa dan masalah berdasarkan data
c. Mengidentifikasi diagnosa dan masalah potensial
d. Mengidentifikasi kebutuhan segera
e. Melakukan pengembangan rencana
f. Melakukan implementasi sesuai dengan intervensi
g. Mengevaluasi asuhan yang diberikan
1.3. Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan
1.3. Sistematika Penulisan
BAB II Tinjauan Pustaka
2.1. Konsep Dasar Penulisan
2.2. Konsep Dasar PEB
BAB III Tinjauan Kasus
3.1. Pengkajian
3.2. Identifikasi diagnosa dan masalah
3.3. Identifikasi diagnosa dan masalah potensial
3.4. Identifikasi kebutuhan segera
3.5. Intervensi
3.6. Implementasi
3.7. Evaluasi
BAB IV Pembahasan
BAB V Penutup
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
Daftar Pustaka
2.1 Konsep Post Date
2.1.1 Pengertian
 Kehamilan post matur/post date adalah kehamilan yang berlangsung
lebih dari 42 minggu, dihitung berdasarkan rumus naegle dengan siklus
haid rata-rata 28 hari.
(Sinopsis Obstetri : 221)
 Kehamilan post date adalah kehamilan yang umur kehamilannya lebih
dari 42 minggu.
(Pelayanan Maternal dan Neonatal : 305)
 Kehamilan Serotinus adalah kehamilan yang berlangsung 42 minggu
atau lebih
(Sastrawinata : 12)
 Kehamilan Post Term adalah kehamilan yang berlangsung 42 minggu
atau melewati 294 hari
(Winkjosastro : 317)
 Post date adalah kehamilan yang melampaui umur 294 hari (42
minggu) dengan segala kemungkinan komplikasi (Manuaba : 226)

2.1.2 Etiologi
Etiologi pasti belum diketahui, faktor yang diketemukan adalah kadar
progesterone tidak cepat turun walaupun kehamilan telah cukup bulan,
sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang. Faktor lain adalah
faktor Hereditas, karena post maturitas sering dijumpai pada suatu keluarga
tertentu.

2.1.3 Diagnosis
1. Bila HPHT dicatat dan diketahui wanita hamil, diagnosa tidak sukar
2. Bila wanita tidak tahu, lupa atau ingat sejak melahirkan yang lalu tidak
mendapat haid dan kemudian jadi hamil. Hal ini akan sukar
memastikannya. Hanyalah dengan pemeriksaan antenatal yang teratur
dapat diikuti tinggi dan naiknya TFU, mulainya gerakan janin dan
besarnya janin dapat membantu diagnosis.
3. Pemeriksaan BB ibu diikuti, kapan berkurang, begitu pula lingkaran
perut dan jumlah air ketuban apakah berkurang.
4. Pemeriksaan rontgenologik : dapat dijumpai pusat-pusat penulangan
pada bagian distol fermur, bagian proksimal tibia, tulang kuboid,
diameter biparental, gerakan janin dan jumlah air ketuban.
5. Ultrasonografi : ukuran diameter biparental, gerakan janin dan jumlah
air ketuban
6. Pemeriksaan sitologik : air ketuban diambil dengan cara amniosintesis
baik transvaginal maupun transabdominal. Air ketuban akan bercampur
lemak dari sel-sel kulit yang dilepas janin setelah kehamilan lebih dari
36 minggu.
Air ketuban yang diperoleh dipoles dengan sulfat biru, maka sel-sel
yang mengandung lemak dan berwarna jingga bila :
- melebihi 10 % : kehamilan di atas 36 minggu
- melebihi 50% : kehamilan di atas 36 minggu
7. Amniostopi : melihat derajat kekeruhan air ketuban, menurut warnanya
karena dikeruhi mekonium.
8. Kardiotokografi : mengawasi dan membaca DJJ karena insufisiensi
plasenta.
9. Uji Oksitosin yaitu dengan infuse tetes oksitosin dan diawasi reaksi
janin terhadap kotraksi uterus. Jika ternyata reaksi janin kurang baik,
hal ini mungkin akan berbahaya bagi janin dalam kandungan.
10. Pemeriksaan kadar estriol dalam urine
11. Pemeriksaan PH
12. Pemeriksaan Sistologi vagina

2.1.4 Tanda-tanda bayi Post matur / Post Date


1. Biasanya lebih dari bayi matur
2. Tulang dan sutura kepala labih keras dari bayi matur.
3. Vernik Caseosa hilang atau sangat kurang
4. Rambut Lanugo hilang atau sangat kurang
5. Kuku panjang
6. Rambut kepala agak lebar
7. Kulit agak pucat dengan diskuamasi epitel

2.1.5 Pengaruh terhadap ibu dan janin


1. Terhadap Ibu
Persalinan post matur dapat menyebabkan distosia karena
 Aksi uterus tidak terkoordinator
 Janin besar
 Maulding (Moulage) kepala kurang.
Maka akan sering partus lama, kesalahan letak, insersia uteri, distosia
bahu dan perdarahan post partum. Hal ini akan menaikkan angka
morbiditas dan mortalitas.
2. Terhadap janin
Jumlah kematian janin / bayi pada kehamilan 42 minggu 3 kali lebih
besar dari kehamilan 42 minggu, karena post maturitas akan menambah
bahaya pada janin. Pengaruh post maturitas pada janin berkurang,
sesudah kehamilan 42 minggu ada pula yang bisa terjadi janin dalam
kandungan.

2.1.6 Komplikasi
- anak besar : dapat menyebabkan disporposi sepalopelvik
- Oligohidramnion, dapat menyebabkan kompresi tali pusat, gawat janin,
sampai bayi meninggal.
- Keluarnya mekonium yang dapat menyebabkan aspirasi mekonium.

2.1.7 Pencegahan
1. Konseling antenatal yang baik
2. Evaluasi ulang umur kehamilan bila ada tanda-tanda berat badan,
oligohidramnion, gerak anak menurun. Bila ragu periksa untuk
konfirmasi umur kehamilan dan mencegah komplikasi

2.1.8 Penatalaksanaan
1. Setelah usia kehamilan lebih dari 40-42 minggu yang penting adalah
monitoring janin sebaik-baiknya.
2. Apabila tidak ada tanda-tanda infusiasi plasenta, persalinan spontan
dapat ditunggu dengan pengawasan ketat.
3. Lakukan pemeriksaan untuk menilai kematangan service kalau sudah
matang boleh dilakukan induksi persalinan dengan / tanpa amniotomi.
4. Bila :
a. Riwayat kehamilan yang lalu ada kematian dalam janin
b. Terdapat hipertensi (pre-eklamsi)
c. Kehamilan ini adalah anak pertama karena infertilitas.
d. Pada kehamilan lebih dari 40-42 minggu maka ibu dirawat di RS.
5. Tindakan SC dapat dipertimbangkan bila :
a. Insufisiensi plasenta dengan keadaan servic yang belum matang
b. Pembukaan yang belum lengkap, persalinan lama dan terjadi tanda
gawat janin.
c. Pada primigravida tua, kematian janin dalam kandungan, preklamsi,
hipertensi menahun, anak mahal (infertilitas sekunder) dan
kesalahan letak janin.

Pada persalinan pervaginam harus diperhatikan bahwa partus lama anak sangat
merugikan bayi, janin post matur kadang-kadang besar dan kemungkinan
disporposi Sepalopelvic dan distosia janin perlu dipertimbangkan. Selain itu
janin post matur lebih peka terhadap sedatif dan narkosa, jadi pakailah anastesi
konduktif, jangan lupa perawatan neonatus post maturitas perium di bawah
pengawasan dokter

3.1 Konsep dasar PEB (Pre Eklamsi Berat)


3.1.1 Pengertian preeklamsi Berat
Preeklamsi berat adalah kumpulan gejala yang timbul paa ibu hamil, bersalin
dan masa nifas yang terdiri dari trias : oedema, proteinurin, dan hipertensi.
Dimana tekanan darah 160 / 110 mmHg/lebih, proteinurin 5gr/lebih, oliguria
(urin < 500 cc/24 jam) terdapat oedema paru dan sianosis.
(Rustam Mochtar, 1998- 199)

3.2.2 Etiologi
Penyebab belum diketahui secara pasti. Ada beberapa teori yang menyebutkan
tentang gambaran klinik dan PEB adalah :
(IBG Manuaba. 2001 – 403)
1. Teori genetik
Riwayat preeklamsi atau eklamsi dalam keluarga atau Riwayat penyakit
vaskuler sebelumnya.
2. Teori imunologik
Janin benda asing yang relatif karena unsur benda asing yang berasal dari
suami. Adaptasi dapat terjadi dengan aman. Penolakan total rahim karena
bersifat benda asing terjadi abortus
3. Teori iskemia regio uterus plasentes
Terjadinya invasi sel trovoblas, hanya sebagian pada arteri spinalis di
daerah gangguan fungsi plasenta karena sebagian besar arteri spinalis di
daerah endometrium, tetapi dalam keadaan kontraksi sehingga tidak
mampu memenuhi kebutuhan dan untuk nutrisi dan oksigen.
4. Teori radikal bebas dan kerusakan endotel
5. Teori kerusakan endotel
6. Teori trombosit
Iskemik radio uteri plasenta menurunkan pembukuan pembuluh darah
prostaglandin, kerusakan trombosit meningkatkan kerusakan tromboksan,
terjadi vaso kontriksi pembuluh darah dan vaso vasonim menimbulkan
tekanan darah meningkat dan makin terjadi kerusakan pembuh darah.
7. Teori diet ibu hamil
Kebutuhan ibu hamil cukup tinggi untuk kalsium. Bila kekurangan
kalsium ibu hamil dikuras untuk memenuhi kebutuhannya sehingga terjadi
pengeluaran klasium otot, pemberian kalsium 2 – 215gr/hr dapat
menurunkan terjadinya preeklamsi.

3.2.3 Klasifikasi pre eklamsi berdasarkan gejala klinik


1. Pre eklamsi berat
Tanda dan gejala :
- Tekanan diastolic 90 – 110 mmHg (2 kali pengukuran berjarak 4 jam)
pada kehamilan > 20 mmg
- Proteinuria sampai ++
- Oedema pada wajah, tangan, tungkai (penambahan BB yang
mendadak)
- Disertai dengan gejala subyektif antara lain hipertensi, nyeri kepala
yang tidak hilang dengan analgesic, penglihatan kabur, oligouria (<
400 ml / 24 jam), nyeri epigastrium dan terjadi oedema paru.

3.2.4 Skrening Pre eklamsi


 Riwayat : sakit kepala, pusing, pandangan kabur, bintik-bintik paa
mata, oedema pada wajah tangan serta seluruh tubuh.
 Px fisik : tekanan darah dibandingkan sebelum hamil, terutama setelah
usia gestasi 24 mmg peningkatan BB dibandingkan sebelum hamil
oedema pergelangan kaki, perbital, tangan, wajah atau odemen, reflek.

3.2.5 Komplikasi
Pada pre eklamsi terjadi vuso kontraksi arteri yang menaikkan tekanan
darah dan menurunkan pasokan arah yang efektif pada banyak organ serta
jaringan tubuh termasuk plasenta, sehingga dapat menyebabkan komplikasi
baik paa ibu dan janin antara lain :
1. Eklamsi
2. Solusio plasenta
3. kematian janin
4. hipertensi menetap
3.2.6 Penatalaksanaan
 Pencegahan
1. Px antenatal yang bermula dan teratur serta teliti, mengenai tanda-
tanda sendini mungkin yang selanjutnya diberikan pengobatan
2. harus selalu waspada terhadapkemungkinan terjadinya pre eklamsi
kalau ada faktor predisposisi
3. berikan penerangan tentang manfaat istirahat dan tidur, pekerjaan
sehari-hari dikurangi, ketenangan dan pentingya mengatur diet rentdah
garam dan lemak serta karbohidrat, menjaga kenaikan berat badan
yang berlebih.

3.2.7 Penanganan PEB dalam Persalinan


- Observasi KU dan tanda evaluasi tiap jam
- Memperbaiki KU penderita dengan pemberian rehidrasi (infuse) yaitu D5 %
dan RL
- Materisasi urin
- Rujuk pasien ke RS
- Penderita rawat inap istirahat mutlak. Berikan diet rendah garam dan tinggi
protein. Berikan suntikan SM 8 gram, 4 gr bokong kanan dan bokong 4 gr
bokong kiri
- Suntikan dapat diulang dengan dosis 4 gr setiap jam
BAB IV
PEMBAHASAN

Pembahasan merupakan analisa dari penulis mengenai kesenjangan-


kesenjangan yang terjadi antara teori dan kasus. Dimaan setelah melakukan asuhan
kebidanan pada Ny. “U” GI P0000 Aboooo Inpartu Uk 40-41 mgg tunggal, hidup,
intrauterine kala I fase laten dengan PEB.
Penulis dapat menemukan antara lain :
1. Dalam teori disebutkan bahwa frekuensi preelamsi banyak terjadi pada primi
gravida dan pada usia lebih dari 30 tahun. Dalam kasus ini kenyataanyayaitu klien
primi gravida menderita pre eklamsi dan suai ibu 39 tahu.
2. Dalam teori disebutkan bahwa salah satu faktor predisposisi terjadinya pre
eklamsi adalah obesitas. Dalam kasus iniklien mengalami kenaikan BB dari Px 1
bulan yang lalu 52 kg dan Bb sekarang 59kg.
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan pada Ny. “U” G I P0000
Aboooo Inpartu Uk 40-41 mgg tunggal, hidup, intrauterine kala I fase laten
dengan PEB, maka kesimpulan yang penulis peroleh yaitu ada banyak kebenaran
teori dengan kasus yang ada misalnya frekuensi preeklamsi banyak terjadi pada
primi gravida dan obesitas.
Dalam hal ini penanganan tim medistelah melaksanakan sama dengan
teori yang ada dan sesuai dengan keadaan klien sehingga masalah-masalah
potensial tidak terjadi.

5.2. Saran
1. Mengikat dampak yang terjadi dari preeklamsi disini peran tim medis
terutama bidan sangat berarti yaitu :
- motivasi ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya dengan
teraturuntuk mendeteksi dini adanya preeklamsi
- memberikan penerangan pada ibu hamil tentang manfaat istirahat dan
tidur, aktivitas yang tidak belebihan, keterangan serta pentingnya
mengatur diet rendah garam, lemak, karbohidrat dan tinggi protein, juga
menjaga kenaikan BB.
2. Bagi ibu-ibu hamil hendaknya memeriksakan kehamilannya secara rutin dan
mentaati nasehat-nasehat petugas kesehatan
3. Bagi petugas kesehatan dalam menghadapi kasus preeklamsi berat
hendaknya memberikan penanganan yang cepat dan tepat sehingga tidak
menimbulkan komplikasi kemungkinan terjadi.
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan studi kasus di Puskesmas Singosari Malang yang dilaksanakan


tanggal 20 November sampai dengan 30 Desember 2006 telah disyahkan dan
disetujui oleh :

Mengetahui,

Pembimbing Pendidikan Pembimbing Ruangan

( Novita Maya Sari, S.SiT ) ( Sri Rahayu, Amd, Keb )

Kepala Puskesmas Singosari

( Drg. T Tiko Gunawan, MM )

Anda mungkin juga menyukai