PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat melaksanakan manajemen kebidanan apda ibu bersalin
dengan preeklamsi berat secara keomprehensif
2.1.2 Etiologi
Etiologi pasti belum diketahui, faktor yang diketemukan adalah kadar
progesterone tidak cepat turun walaupun kehamilan telah cukup bulan,
sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang. Faktor lain adalah
faktor Hereditas, karena post maturitas sering dijumpai pada suatu keluarga
tertentu.
2.1.3 Diagnosis
1. Bila HPHT dicatat dan diketahui wanita hamil, diagnosa tidak sukar
2. Bila wanita tidak tahu, lupa atau ingat sejak melahirkan yang lalu tidak
mendapat haid dan kemudian jadi hamil. Hal ini akan sukar
memastikannya. Hanyalah dengan pemeriksaan antenatal yang teratur
dapat diikuti tinggi dan naiknya TFU, mulainya gerakan janin dan
besarnya janin dapat membantu diagnosis.
3. Pemeriksaan BB ibu diikuti, kapan berkurang, begitu pula lingkaran
perut dan jumlah air ketuban apakah berkurang.
4. Pemeriksaan rontgenologik : dapat dijumpai pusat-pusat penulangan
pada bagian distol fermur, bagian proksimal tibia, tulang kuboid,
diameter biparental, gerakan janin dan jumlah air ketuban.
5. Ultrasonografi : ukuran diameter biparental, gerakan janin dan jumlah
air ketuban
6. Pemeriksaan sitologik : air ketuban diambil dengan cara amniosintesis
baik transvaginal maupun transabdominal. Air ketuban akan bercampur
lemak dari sel-sel kulit yang dilepas janin setelah kehamilan lebih dari
36 minggu.
Air ketuban yang diperoleh dipoles dengan sulfat biru, maka sel-sel
yang mengandung lemak dan berwarna jingga bila :
- melebihi 10 % : kehamilan di atas 36 minggu
- melebihi 50% : kehamilan di atas 36 minggu
7. Amniostopi : melihat derajat kekeruhan air ketuban, menurut warnanya
karena dikeruhi mekonium.
8. Kardiotokografi : mengawasi dan membaca DJJ karena insufisiensi
plasenta.
9. Uji Oksitosin yaitu dengan infuse tetes oksitosin dan diawasi reaksi
janin terhadap kotraksi uterus. Jika ternyata reaksi janin kurang baik,
hal ini mungkin akan berbahaya bagi janin dalam kandungan.
10. Pemeriksaan kadar estriol dalam urine
11. Pemeriksaan PH
12. Pemeriksaan Sistologi vagina
2.1.6 Komplikasi
- anak besar : dapat menyebabkan disporposi sepalopelvik
- Oligohidramnion, dapat menyebabkan kompresi tali pusat, gawat janin,
sampai bayi meninggal.
- Keluarnya mekonium yang dapat menyebabkan aspirasi mekonium.
2.1.7 Pencegahan
1. Konseling antenatal yang baik
2. Evaluasi ulang umur kehamilan bila ada tanda-tanda berat badan,
oligohidramnion, gerak anak menurun. Bila ragu periksa untuk
konfirmasi umur kehamilan dan mencegah komplikasi
2.1.8 Penatalaksanaan
1. Setelah usia kehamilan lebih dari 40-42 minggu yang penting adalah
monitoring janin sebaik-baiknya.
2. Apabila tidak ada tanda-tanda infusiasi plasenta, persalinan spontan
dapat ditunggu dengan pengawasan ketat.
3. Lakukan pemeriksaan untuk menilai kematangan service kalau sudah
matang boleh dilakukan induksi persalinan dengan / tanpa amniotomi.
4. Bila :
a. Riwayat kehamilan yang lalu ada kematian dalam janin
b. Terdapat hipertensi (pre-eklamsi)
c. Kehamilan ini adalah anak pertama karena infertilitas.
d. Pada kehamilan lebih dari 40-42 minggu maka ibu dirawat di RS.
5. Tindakan SC dapat dipertimbangkan bila :
a. Insufisiensi plasenta dengan keadaan servic yang belum matang
b. Pembukaan yang belum lengkap, persalinan lama dan terjadi tanda
gawat janin.
c. Pada primigravida tua, kematian janin dalam kandungan, preklamsi,
hipertensi menahun, anak mahal (infertilitas sekunder) dan
kesalahan letak janin.
Pada persalinan pervaginam harus diperhatikan bahwa partus lama anak sangat
merugikan bayi, janin post matur kadang-kadang besar dan kemungkinan
disporposi Sepalopelvic dan distosia janin perlu dipertimbangkan. Selain itu
janin post matur lebih peka terhadap sedatif dan narkosa, jadi pakailah anastesi
konduktif, jangan lupa perawatan neonatus post maturitas perium di bawah
pengawasan dokter
3.2.2 Etiologi
Penyebab belum diketahui secara pasti. Ada beberapa teori yang menyebutkan
tentang gambaran klinik dan PEB adalah :
(IBG Manuaba. 2001 – 403)
1. Teori genetik
Riwayat preeklamsi atau eklamsi dalam keluarga atau Riwayat penyakit
vaskuler sebelumnya.
2. Teori imunologik
Janin benda asing yang relatif karena unsur benda asing yang berasal dari
suami. Adaptasi dapat terjadi dengan aman. Penolakan total rahim karena
bersifat benda asing terjadi abortus
3. Teori iskemia regio uterus plasentes
Terjadinya invasi sel trovoblas, hanya sebagian pada arteri spinalis di
daerah gangguan fungsi plasenta karena sebagian besar arteri spinalis di
daerah endometrium, tetapi dalam keadaan kontraksi sehingga tidak
mampu memenuhi kebutuhan dan untuk nutrisi dan oksigen.
4. Teori radikal bebas dan kerusakan endotel
5. Teori kerusakan endotel
6. Teori trombosit
Iskemik radio uteri plasenta menurunkan pembukuan pembuluh darah
prostaglandin, kerusakan trombosit meningkatkan kerusakan tromboksan,
terjadi vaso kontriksi pembuluh darah dan vaso vasonim menimbulkan
tekanan darah meningkat dan makin terjadi kerusakan pembuh darah.
7. Teori diet ibu hamil
Kebutuhan ibu hamil cukup tinggi untuk kalsium. Bila kekurangan
kalsium ibu hamil dikuras untuk memenuhi kebutuhannya sehingga terjadi
pengeluaran klasium otot, pemberian kalsium 2 – 215gr/hr dapat
menurunkan terjadinya preeklamsi.
3.2.5 Komplikasi
Pada pre eklamsi terjadi vuso kontraksi arteri yang menaikkan tekanan
darah dan menurunkan pasokan arah yang efektif pada banyak organ serta
jaringan tubuh termasuk plasenta, sehingga dapat menyebabkan komplikasi
baik paa ibu dan janin antara lain :
1. Eklamsi
2. Solusio plasenta
3. kematian janin
4. hipertensi menetap
3.2.6 Penatalaksanaan
Pencegahan
1. Px antenatal yang bermula dan teratur serta teliti, mengenai tanda-
tanda sendini mungkin yang selanjutnya diberikan pengobatan
2. harus selalu waspada terhadapkemungkinan terjadinya pre eklamsi
kalau ada faktor predisposisi
3. berikan penerangan tentang manfaat istirahat dan tidur, pekerjaan
sehari-hari dikurangi, ketenangan dan pentingya mengatur diet rentdah
garam dan lemak serta karbohidrat, menjaga kenaikan berat badan
yang berlebih.
5.1. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan pada Ny. “U” G I P0000
Aboooo Inpartu Uk 40-41 mgg tunggal, hidup, intrauterine kala I fase laten
dengan PEB, maka kesimpulan yang penulis peroleh yaitu ada banyak kebenaran
teori dengan kasus yang ada misalnya frekuensi preeklamsi banyak terjadi pada
primi gravida dan obesitas.
Dalam hal ini penanganan tim medistelah melaksanakan sama dengan
teori yang ada dan sesuai dengan keadaan klien sehingga masalah-masalah
potensial tidak terjadi.
5.2. Saran
1. Mengikat dampak yang terjadi dari preeklamsi disini peran tim medis
terutama bidan sangat berarti yaitu :
- motivasi ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya dengan
teraturuntuk mendeteksi dini adanya preeklamsi
- memberikan penerangan pada ibu hamil tentang manfaat istirahat dan
tidur, aktivitas yang tidak belebihan, keterangan serta pentingnya
mengatur diet rendah garam, lemak, karbohidrat dan tinggi protein, juga
menjaga kenaikan BB.
2. Bagi ibu-ibu hamil hendaknya memeriksakan kehamilannya secara rutin dan
mentaati nasehat-nasehat petugas kesehatan
3. Bagi petugas kesehatan dalam menghadapi kasus preeklamsi berat
hendaknya memberikan penanganan yang cepat dan tepat sehingga tidak
menimbulkan komplikasi kemungkinan terjadi.
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui,